laporan gel na diklofenak
DESCRIPTION
FarmasiTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA & SEMISOLIDA
FORMULASI GEL NATRIUM DIKLOFENAK
Kelompok B3 :
Alifianti B.P 122210101067
Rosyida F.Z 122210101069
Aulya Aditya A 122210101071
Nidia Risqi I 122210101073
Nora Putri N 122210101075
Afifah 122210101077
LABORATORIUM FARMASETIKA
BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat menyususn formula, pembuatan, evaluasi dan kemasan gel serta
karakteristik fisika kimianya.
Mahasiswa dapat membuat sediaan gel uang telah dirancang dan mengevaluasi
sediaan yang telah dibuat.
II. TEORI DASAR
Inflamasi adalah respon biologis kompleks dari jaringan vaskuler atas adanya bahaya,
seperti patogen, kerusakan sel, atau iritasi. Inflamasi adalah reaksi terhadap cedera jaringan
akibaat dilepaskannya mediaror-mediator kimia yang menyebabkan baik respon vaskuler dan
cairan serta sel-sel (leukosit atau SDP) untuk bermigrasi ketempat cedera.
Inflamasi dapat dibedakan atas inflamasi akut dan kronis. Inflamasi akut adalah respon
awal tubuh oleh benda berbahaya dan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya
pergerakan plasma dan leukosit dari daarah ke jaringan luka. Respon biokimia berantai yang
mempropagasi dan pematangan respon imun, termasuk sistem vaskuler, sistem imun,dan
berbagai sel yang ada pada jaringan luka. Inflamasi kronik merupakan inflamasi yang
berkepanjangan, memicu peningkatan pergantian tipe sel yang ada pada tempat inflamasi dan
dicirikan dengan kerusakan dan penutupan jaringan dari proses inflamasi.
Mediator kimia yang dilepas antara lain histamin, kinin, prostaglandin, serotonin, dan
bradikinin. Histamin merupakan mediator pertama dalam proses inflamasi, menyebabkan
dilatasi arteriol dan meningkatkan permeabilitas kapiler, sehingga cairan dapat meninggalkan
kapiler dan mengalir ke daerah cedera. Kinin dan bradikinin juga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan rasa nyeri. Prostaglandin yang dilepaskan menyebabkan
bertambahnya vasodilatasi, permebilitas kapiler, nyesi dan demam.
Lima respon yang terjadi pada saat terjadi inflamasi antara lain kemerahan (rubor),
panas (calor), pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi (functio laesa).
Rubor terjadi karena adanya peningkatan sirkulasi darah didaerah radang dan vasodilatasi dari
kapiler. Calor terjadi akibat peningkatan sirkulasi darah didaerah radang. Tumor disebabkan
oleh adanya eksudat di daerah radang. Nyeri disebabkan oleh zat-zat mediator inflamasi
seperti histamin dan adanya tekanan terhadap jaringan oleh eksudat.
Gambar terjadinya proses inflamasi adalah dibawah ini,
Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan
karena mikroorganisme (non infeksi), namun yang timbul sebagai respon cedera jaringan dan
infeksi. Agen-agen anti inflamasi mempunyai khasiat tambahan seperti meredakan rasa nyeri
(analgesik) dan penurunan panas (antipiretik). NSAID memiliki efek anti inflamasi yang kuat,
juga memiliki khasiat analgesik dan antipiretik. Antiinflamasi non steroid dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu golongan asam karboksilat dan golongan asam enolat. Golongan asam
karboksilat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu asam asetat, derivat asam salisilat, derivat asam
propionat dan derivat asam fenamat. Sedangkan golongan asam enolat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu derivat pirazolon dan derivat oksikam.
Prinsip mekanisme AINS adalah memblok sintesa prostaglandin melalui hambatan
siklooksigenase (enzim COX1 dan COX2). Enzim COX1 adalah enzim yang terlibat dalam
produksi prostaglandin gastroprotective untuk mendorong aliran darah di gastrik dan
menghasilkan bikarbonat. COX1 berada secara terus menerus di mukosa gastrik dan menghasil
kan endothelial, platelets, renal collecting tubules, sehingga prostaglandin hasil dari COX 1
juga berpartisipasi dalam hemostatis dan aliran darah di ginjal. Sebaliknya, enzim COX 2 tidak
selalu ada dalam jaringan, tetapi akan cepat muncuk bila dirangsang oleh mediator inflamasi,
cedera/luka setempat, sitokin, interleukin, interferon dan lain- lain.
Dalam mengobati penyakit pada kulit obat harus menembus dan dipertahankan dalam
kulit untyk sementara waktu. Kulit merupakan lapisan pelindung yang sempurna terhadap
pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia dimana kulit berfungsi sebagai
sistem epitel dalam tubuh untuk menjaga substansi-substansi penting dalam tubuh dan
masuknya substansi-substansi asing ke dalam tubuh. Kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan,
tetapi pada umumnya kulit dibagi dalam tiga lapis yaitu epidermis, dermis, dan subkutan.
Berikut gambar anatomi kulit,
Epidermis memiliki 4 lapisan yaitu lapisan basalis (stratum germinativum), yang
merupakan lapisan terdalam di atas dermis, lapisan spinosa (stratum spinosum), lapisan
granulosa (stratum granulosum) dan lapisan bertanduk (stratum corneum) yang merupakan
lapisan terluar dari epidermis. Ada beberapa kulit terutama kulit yang tebal memiliki lapisan
tambahan yaitu stratum lucidum. Lapisan ini berada di antara stratum corneum dan stratum
granulosum.Dermis memiliki 2 lapisan yaitu lapisan papilar, setelah epidermis, dan lapisan
retikular, yang merupakan lapisan terdalam dari dermis, lapisan dermis memiliki atau
mengandung fibroblas, serabut kolagen, dan elastin. Di dalam dermis terdapat kelenjar
keringat, folikel rambut, kelenjar sebacea, pembuluh darah, dan ujung-ujung saraf
sensoris.Jaringan subkutan, yang terutama terdiri dari jaringan lemak, terletak di bawah
dermis. Disamping sel-sel lemak, jaringan subkutan mengandung pembuluh daran dan limfe,
serabut saraf, serabut elastin. Jaringan ini menopang dan melindungi dermis. Ada 2 rute
utama permeasi kulit yaitu rute transappendageal dan rute transepidermal. Pada rute
transappendageal, transport obat melalui kelenjar keringat dan folikel rambut sedangkan pada
tipe transepidermal, transport obat dapat melalui jalur intraseluler dan interseluler.
Salah satu obat AINS adalah Na Diklofenak. Na Diklofenak merupakan obat
antiinflamasi non steroid untuk golongan derivat asam fenil asetat. Obat ini bersifat non
selektif pada proses pemgahambatan siklooksigenase. Na Diklofenak bukan hanya
penghambat siklooksigenase yang kuat tetapi juga memiliki efek antipiretik dan analgesik.
Pemberian diklofenak secara sistemik mengakibatkan efek samping tukak lambung karena
berkurangnya sifat proteksi mukosa lambung. Berikut ini gambar struktur dari Na
Dkllofenak :
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suatu disperse yang tersusun baik dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Berdasarkan jenis fase terdispersinya gel dibagi menjadi :
1. Gel fase tunggal
Terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu
cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
(missal karbomer) atau dari gom alam misal tragakan.
2. Gel sistem 2 fase
Terbentuk jika massa gel terdiri dari kelompok partikel-partikel kecil yang
berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai sistem dua fase atau sering pula
disebut magma atau susu.
Beberapa keuntungan sediaan gel adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan penyebarannya baik pada kulit.
b. Menimbulkan efek dingin.
c. Pelepasan obatnya baik
d. Mudah dicuci.
Efek samping yang dimiliki Na Diklofenak yaitu tukak lambung menyebabkan
perkembangan sediaan topikal Na Diklofenak untuk pemakaian lokal agar dapat mengurangi
efek samping dan mengatasi penurunan ketesediaan hayati oleh efek metabolisme di hati.
III. EVALUASI PRODUK REFEREN
Nama Produk Nama Pabrik Komposisi Dosis Kemasan
Valto Gel Nufarindo Na Diklofenak Oleskan 3-4 kali/hari
Gel 10 mg/g 15 gram
Voltaren Emulgel
Novartis Diklofenak Diethylamonium
Oleskan 3-4 kali/hari
tiap 100 g emulgel
mengandung Diklofenak
diethylamonium 1,16 g setara dengan Na
diklofenak 1g.
Voren Gel Medikon Diklofenak Oleskan 3-4 kali/hari
Gel 1% 20 gram
Flamar Sanbe Na Diklofenak Oleskan 3-4 kali/hari
Emulgel 10 mg/g 20 gram
Voltadex Emulgel
Dexa Medika Diklofenak Diethylamonium
Oleskan 3-4 kali/hari
Emulgel 1% 20 gram
Scantaren Gel Tempo scan pasific
Diklofenak Diethylamonium
Oleskan sebanyak 2-4
gram, 3-4 kali/hari
Gel 1% 20 gram
IV. STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF
Tabel 1. Hasil Studi Pustaka Bahan Aktif
NOBAHAN
AKTIF
EFEK
UTAMA
EFEK
SAMPING
KARAKTERI
STIK FISIKA
KARAKTERI
STIK KIMIA
SIFAT
LAIN
1. Kalium
Diklofen
ak
Cyclo-
oxigenase
inhibitor.
Analgesik.
Anti
inflamasi
Eeritema kulit
Pruritis
(Farmakologi
&Terapi edisi
5, 2007)
Pemerian :
Putih atau
agak
kekuningan
, sedikit
higroskopis
Rumus
struktur :
C14H10Cl2K
NO2
BM : 334,2
Dikofena
k
potassiu
m
mengand
ung tidak
(British
Pharmacop
oeia, 2009)
, kristal
bubuk.
Kelarutan:
secukupny
a larut
dalam air,
bebas larut
metanol,
ethanol 96
%, sedikit
larut
aseton.
(British
Pharmacop
oeia, 2009)
(British
Pharmacopo
eia, 2009)
kurang
dari 99%
dan tidak
lebih
dari
101.0%
dihitung
pada
basis
yang
dikering
kan.
(British
Pharmaco
poeia,
2009)
2. Na
diklofena
t
Cyclo-
oxigenase
inhibitor.
Analgesik.
Anti
inflamasi
(British
Pharmacop
oeia, 2009)
Kemerahan
Pruritis
Erythema
multiform
(Farmakologi
&Terapi edisi
5, 2007)
Pemerian :
Putih atau
agak
kekuningan
, sedikit
higroskopis
, kristal
bubuk.
Kelarutan:
secukupnya
larut dalam
air, Na
diklofenak
dalam air
sangat
dipengaruhi
oleh pH,
pada air
dengan pH
Rumus
struktur :
C19H16Cl2N3
NaO5
BM : 318,13
(British
Pharmacopo
eia, 2009)
Natrium
diclofena
c
mengand
ung tidak
kurang
dari 99,0
% dan
tidak
lebih dari
101,0%
C14H10Cl2
NNaO2
terhitung
pada
basis
yang
dikeringk
an.
6,8
kelarutanny
a 0,181%,
bebas larut
metanol,
ethanol 96
%, sedikit
larut
aseton.
(British
Pharmacop
oeia, 2009)
(British
Pharmaco
poeia,
2009)
3. Diklofen
ak
Diethyla
monium
Cyclo-
oxigenase
inhibitor.
Analgesik.
Anti
inflamasi
(British
Pharmacop
oeia, 2009)
Eeritema kulit
Pruritis
Erythema
multiform
(Farmakologi
&Terapi edisi
5, 2007)
Serbuk
kristal
berwarna
putih
Penyimpan
an dalam
wadah
tertutup
rapat dan
terlindung
dari
cahaya.
Secukupny
a larut
dalam air
dan
aceton,
bebas larut
dalam
etanol
96% dan
dalam
metanol,
pH 1%
larutan
dalam
alkohol (10
%) 6,4-8,4
Rumus
struktur
C18H22Cl2N2
O2
BM : 369,3
(Martindale
36th edition,
2009)
Diklofenak
Diethylamo
niun
mengandun
g tidak
kurang dari
99,0 % dan
tidak lebih
dari 101,0%
C18H22Cl2N2
O2
terhitung
pada basis
yang
dikeringkan
.
(British
Pharmacop
oeia, 2009)
praktis
tidak larut
dalam 1M
sodium
hidroxide.
(Martindal
e 36th
edition,
2009)
Alasan Pemilihan Bahan Aktif :
Bahan aktif yang dipilih : Na Diklofenak
Alasan :
1. Na diklofenak kurang toksik dan efek sampingnya minimal dibandingkan dengan
yang lain.
2. BM Na diklofenak lebh kecil dibandingkan BM garam diklofenak lainnya
sehingga Na diklofenak memiliki kemampuan untuk menembus kulit yang lebih
besar.
3. Na diklofenak akumulasinya di cairan sinovial memiliki efek terapi di sendi jauh
lebih panjang . (Farmakologi dan Terapi edisi 5, 2007).
Target organ yang dituju adalah : Epidermis hidup pada stratum spinosum.
Tujuan terapi : Transdermal
Kemungkinan rute penetrasi yang mungkin dilalui oleh bahan aktif adalah:
Transepidermal melalui epidermis : intraseluler menembus epidermis, interseluler
melalui sela-sela stratum corneum. Pada dermis menembus saraf.
Bentuk sediaan yang dipilih adalah : gel
Alasan:
1. Kadar air tinggi sehingga dapat menghidrasi stratum corneum, sehingga dapat
mengurangi peradangan lanjut.
2. Bentuk sediaan gel muda di gunakan dan mudah di cuci dengan air,
memberikan sensasi dingin dan penerimaan pasien lebih tinggi.
Dosis dan Perhitungan
Formula 1
1. Natrium diklofenak:
20 g : x 20 g = 0,2 g
100 g : x 100 g = 1 g
2. Karbopol 934:
20 g : x 20 g = 0,4 g
100 : x 100 g = 2 g
3. TEA:
20 g : x 20 g = 0,6 g
100 : x 100 g = 3 g
4. Nipagin:
20 g : x 20 g = 0,036 g
100 : x 100 g = 0,18 g
5. Nipasol:
20 g : x 20 g = 0,004 g
100 : x 100 g = 0,02 g
6. Propilenglikol:
30 g : x 20 g = 6 g
100 g : x 100 g = 30 g
7. Air:
20 g : x 20 g = 12,75 g
100 g : x 100 g = 63,75 g
Formula 2
1. Natrium diklofenak:
20 g : x 20 g = 0,2 g
100 g : x 100 g = 1 g
2. HPMC K4M
20 g : 4/100 x 20 g = 0,8 g
100 g : 4/100 x 100 g = 4 g
3. PEG 400:
20 g : 7/100 x 20 g = 1,4 g
100 g : 7/100 x 100 g = 7 g
4. Nipagin:
20 g : x 20 g = 0,036 g
100 g : x 100 g = 0,18 g
5. Nipasol:
20 g : x 20 g = 0,004 g
100 g : x 100 g = 0,02 g
6. Propilenglikol:
30 g : x 20 g = 6 g
100 g : x 100 g = 30 g
7. Air:
20 g : x 20 g = 12,75 g
100 : x 100 g = 63,75 G
JENIS DAN CONTOH BAHAN TAMBAHAN
1. KARBOPOL 934 (Carbomer) – 2% - (HPE, 110-113).
- Struktur formula:
- Pemerian : Serbuk putih, higroskopik, bersifat asam, mempunyai bau yang
khas.
- Dekomposisi sepenuhnya terjadi dengan pemanasan selama 30 menit pada suhu
260 deg. C.
- Mikroorganisme dapat berkembang pada dispersi larutan tanpa preservative.
Antimikrobial preservativ seperti 0.1%w/w Chlorocresol, 0.18%w/v
Methylparaben – 0.02%w/v Propylparaben, atau 0.1%w/v Thimerosal dapat
ditambahkan.
- Penambahan antimikrobial tertentu seperti Benzalkonium klorida, dapat
menyebabkan reduksi dari viskositas dispersi karbomer.
- Kelarutan: Mudah mengembang dalam air dan gliserin, serta setelah netralisasi di
etanol (95%). Karbomer tidak larut namun sangat mengembang, karena karbomer
adalah mikrogel “cross-linked” tiga dimensi.
- Titik Lebur : 260 deg.C
- pH : 2.5 – 4 untuk 0.2%w/v dispersi larutan.
- Viskositas : karbomer terdispersi dalam air dan membentuk fase dispersi
koloid bersifat asam yang mana ketika di netralisasi akan membentuk gel dengan
viskositas tinggi.
- Fungsi : - Agen pengemulsi (konsentrasi 0.1% - 0.5%)
Gelling agent (konsentrasi 0.5% - 2%)
Suspending agent (konsentrasi 0.5% - 1%)
- Inkompatibilitas : karbomer tidak kompatibel dengan fenol, polimer kation, asam
kuat, elektrolit dalam jumlah tinggi, dan Antimikrobial tertentu dalam jumlah
rendah.
- Karbopol dipilih karena aman dan efektif bila digunakan untuk sediaan topikal
seperti gel, krim, lotion, dan salep. Karbopol memiliki sifat yang tidak mengiritasi,
tidak menimbulkan kesan sensitif bila digunakan berulang. Berat molekul yang
tinggi membuat karbomer tidak mempengaruhi aktivitas bahan aktif, dan sifatnya
sebagai emulsifying, suspending, dan thickening agent yang baik.
2. TEA (Trietanolamine) – 3% - (HPE, 754-755).
- Struktur formula:
- Rumus empiris dan berat molekular :
C6H15NO3 - 149.19
- Pemerian : Larutan kristal jernih, tidak berwarna atau berwarna kuning
pucat, memiliki sedikit bau ammonia.
- Fungsi : - Alkalizing agent
- Emulsifying agent
- pH : 10.5 ( 0.1N Larutan)
- Boiling point : 335 deg.C
- Melting point : 20 – 21 deg.C
- Kelarutan : - Acetone = Miscible
- Benzene = 1 in 24
- CaCl4 = Miscible
- Ethyl Eter = 1 in 63
- Methanol = Miscible
- Water = Miscible
- Inkompatibilitas : Bereaksi dengan Asam Mineral, membentuk kristal Garam
dan Ester, dengan Asam Lemak yang lebih tinggi akan membentuk Garam yang
larut dalam air dan memiliki karakteristik seperti sabun.
- Ketika dicampur dalam proporsi yang equimolar dengan Asam Lemak, seperti
Asam Stearat atau Asam Oleat, akan membentuk sabun anionik dengan pH=8,
yang dapat digunakan sebagai agen pengemulsi untuk menghasilkan emulsi
minyak dalam air yang stabil. Konsentrasi yang digunakan untuk emulsifikasi
adalah 2 – 4% v/v dan 2 – 5 kali Asam Lemak.
- Digunakan terutama sebagai Emulsifying agent dalam berbagai sediaan topikal.
Meskipun umumnya dianggap sebagai bahan yang non-toksik, namun dapat
menyebabkan hipersensitivitas, atau iritasi pada kulit.
3. NIPAGIN (Methylparaben) – 0.18% - (HPE, 441-445).
- Struktur formula :
- Rumus empiris dan berat molekular :
C8H8O3 - 152.15
- Pemerian : Metil paraben adalah kristal tak berwarna, atau serbuk kristal
putih, tidak berbau, atau hampir tidak berbau.
- Fungsi : Antimikrobial preservatif
- Melting point : 125 – 128 deg. C
- Kelarutan : - Ethanol = 1 in 3
- Ether = 1 in 10
- Glycerin = 1 in 60
- Mineral oil = Practically insoluble
- Propilen glycol = 1 in 5
- Water = 1 in 400, 1 in 50 at 50 deg. C, 1 in 30 at 80
deg. C.
- Inkompatibilitas : Aktivitas Antimikroba dari Methyl paraben dan Paraben yang
lain dapat menurun karena adanya surfaktan non-ionik. Namun Propilenglikol
(10%) menunjukkan potensi aktivitas Antimikroba dari Paraben ketika terdapat
surfaktan non-ionik. Selain itu, juga inkompatibel dengan Bentonit, Magnesium
Trisilikat, Talk, Tragacanth, Na. Alginat, Minyak Essensial, Sorbitol dan Atropin.
- Paraben sangatlah efektif dengan range pH yang luas sebagai agen Antimikroba,
Preservative efficacynya meningkat dengan penambahan Propilenglikol (2-5%).
Metil paraben (0.18%) bersama dengan Propilparaben (0.02%) digunakan sebagai
Preservatif untuk berbagai formulasi sediaan.
- Methyl paraben dipilih karena sifatnya yang non-mutagenik, non-teratogenik, non-
karsinogenik, sensitisasi yang jarang, dan tidak menyebabkan fototoksisitas yang
signifikan
4. NIPASOL (Propylparaben) – 0.02% - (HPE, 596-598).
- Struktur formula:
- Rumus empiris dan berat molekular :
C10H12O3 - 180.20
- Pemerian : Serbuk kristal, berwarna putih, tidak berasa, dan tidak berbau.
- Fungsi : Antimikrobial preservatif
- Boiling point : 295 deg. C
- Kelarutan : - Acetone = Freely soluble
- Ethanol = 1 in 1.1
- Ether = Freely soluble
- Glycerin = 1 in 250
- Mineral oil = 1 in 3330
- Propylenglycol = 1 in 3.9
- Propylenglycol (50%) = 1 in 110
- Water = 1 in 4350 at 15 deg. C, 1 in 2500, 1 in 225 at
80 deg. C.
- Inkompatibilitas : Aktivitas Antimikroba dari Propil paraben menurun atau
berkurang dengan adanya surfaktan non-ionik.
- Stabil pada pH 3- 6 dalam kondisi aq. Solutions
- Propil paraben dan Metil paraben digunakan sebagai Preservatif dari macam –
macam sediaan.
5. PROPILEN GLIKOL (Propylene Glycol) – 30% - (HPE, 592-594).
- Struktur formula:
- Rumus empiris dan berat molekular :
C3H8O2 - 76.09
- Pemerian : Larutan jernih, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau.
- Fungsi : Antimikrobial preservatif, Desinfektan, Humektan, Plasticizer,
Solvent, Stabilizing agent, Water – miscible cosolvent.
- Humectants (topicals) = 15%
- Preservatives (solution, sem.sol.) = 15 – 30%
- Solvent/cosolvents (Aerosol sol.)= 10 – 30%
- Solvent/cosolvents (Oral solt.) = 10 – 25%
- Solvent/cosolvents (Parenterals) = 10 – 60%
- Solvent/cosolvents (Topicals) = 5 – 80%
- Kelarutan : Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin dan air.
Larut dalam 1 : 6 bagian Eter.
- Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan agen pengoksidasi seperti Kalium
Permanganat.
- Propilenglikol secara luas digunakan sebagai pelarut, preservatif, dalam berbagai
formula baik parenteral, maupun non-parenteral. Secara umum merupakan pelarut
yang lebih baik daripada Gliserin, dan melarutkan berbagai material.
- Propilenglikol dipilih karena sifatnya yang non-toksik, tidak menyebabkan iritasi,
namun lebih irritant daripada gliserin.
6. AQUADESTILATA
- Pemerian : Jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan cair.
- Fungsi : Pelarut
- Inkompatibilitas : Dapat bereaksi dengan obat dan bahan yang lainnya, serta
dapat menyebabkan hidrolisis.
- Aquadestillata dipilih karena merupakan bahan tambahan yang paling banyak
digunakan dalam sediaan farmasi.
7. HPMC (Hypromellosa) (HPE, 326)
- Struktur formula:
- Pemerian : Hipermelosa atau HPMC adalah serbuk granul atau serat putih
atau puith - krim, tidak berasa, dan tidak berbau.
- Fungsi : Material bioadesif, Coating agent, Controlled-release agent,
Agen pendispersi, Dissolution enhancer, Emulsifying agent, Penstabil emulsi,
Extended-release agent, Film-forming agent, Foaming agent, granulation aid,
modified-release agent, Mucoadhesive, Release-modifying agent, Solubilizing
agent, Stabilizing agent, Suspending agent, Sustained-release agent, Tablet binder,
Thickening agent, Viscosity-increasing agent.
-
- pH : 5.0–8.0 untuk 2% w/w aqueous solution.
- Density :
- Density (bulk) 0.341 g/cm3
- Density (tapped) 0.557 g/cm3
- Density (true) 1.326 g/cm3
- Kelarutan : Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam air panas,
kloroform, etanol (95%), dan eter, tapi larut dalam campuran etanol dan
diklorometana, campuran metanol dan diklorometana, dan campuran air dengan
alkohol. Hipromelosa grade tertentu larut dalam larutan aqueous aseton, campuran
diklorometana dan propan-2-ol, dan pelarut organik lain.
- Inkompatibilitas : Hipromelosa inkompatibel deengan beberapa agen
pengoksidasi. Karena non-ionik, hipromelosa tidak akan membentuk kompleks
dengan garam metalik atau ionik-organik untuk membentuk endapan yang tidak
larut.
- Hipromelosa secara luas digunakan sebagai bahan tambahan dalam formulasi
farmasetik oral, nasal, bahkan topikal. Selain itu juga merupakan material yang
tidak toksik dan tidak mengiritasi.
- Hipromelosa digunakan sebagai suspending agen dan thickening agent dalam
formulasi topikal. Selain itu juga digunakan sebagai Emulsifier, Stabilizing agent
pada salep dan gel topikal. Sebagai koloid pelindung, hipromelosa dapat mencegah
pembentukan sedimen karena aglomerasi droplet dan partikel.
- Hipromelosa adalah material yang stabil meskipun higroskopis setelah
dikeringkan. Larutannya stabil pada pH 3-11.
8. PEG 400 (HPE, 517)
- Struktur formula:
-
- Pemerian : Menurut USP32-NF27, polietilenglikol adalah polimer
tambahan dari etilen oksida dan air. Polietilenglikol 200 – 600 berbentuk cair,
Polietilen 1000 dan selanjutnya berbentuk padat. PEG 200 – 600 adalah suatu
larutan jernih, tidak berwarna,.
- Fungsi : Basis salep, Plasticizer, Pelarut, Basis Suppositoria, Lubrikan
kapsul dan tablet.
- Density :
- 1.11–1.14 g/cm3 at 258C untuk PEG cair
- 1.15–1.21 g/cm3 at 258C untuk PEG padat
- Kelarutan : Seluruh Polietilenglikol larut dalam air dan sangat larut dalam
polietilen glikol lain dengan berbagai proporsi. Polietilenglikol cair larut dalam
aseton, alkohol, benzene, gliserin, dan glikol. Polietilenglikol padat larut dalam
aseton, diklorometan, etanol (95%), dan metanol.
- Inkompatibilitas : Polietilenglikol cair dadn padat mungkin tidak kompatibel
dengan beberapa pewarna. Aktivitas antibakterial dari antibiotik tertentu berkurang
dalam basis polietilen glikol.
- Polietilen glikol secara luas digunakan dalam berbagai formulasi farmasetikal.
Secara umum merupakan bahan yang tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi.
- Polietilen glikol secara luas digunakan dalam formulasi parenteral, topikal,
optalmik, oral, dan rektal.
- Polietilen glikol adalah zat yang stabil, bahan hidrofilik yang tidak mengiritasi
kulit. Polietilen glikol tidak mendukung pertumbuhan dari mikroba. Polietilen
glikol dan larutan aq. Polietilen glikol dapat disterilkan dengan autoklaf, filtrasi,
dan radiasi gamma.
V. SUSUNAN FORMULA
FORMULASI SEDIAAN 1.
NO.NAMA
BAHANFUNGSI % b/b 20g 100g
1. Na-Diklofenak Bahan aktif 1% 0.2g 1g
2. Karbopol-934 Gelling agent 2% 0.4g 2g
3. TEA Alkalizing agent 3% 0.6g 3g
4. Nipagin Pengawet 0.18% 0.036g 0.18g
5. Nipasol Pengawet 0.02% 0.004g 0.02g
6. Propilenglikol Pelarut 30% 6g 30g
7. Aquadest Pelarut 63.8% 12.76g 63.8g
FORMULASI SEDIAAN II
NO.NAMA
BAHANFUNGSI % b/b 20g 100g
1. Na-Diklofenak Bahan aktif 1% 0.2g 1g
2. HPMC
3. PEG 400
4. Nipagin Pengawet 0.18% 0.036g 0.18g
5. Nipasol Pengawet 0.02% 0.004g 0.02g
6. Propilenglikol Pelarut 30% 6g 30g
7. Aquadest Pelarut 63.8% 12.76g 63.8g
VI. PROSEDUR PEMBUATAN ( Formula I, basis Carbopol )
PROSEDUR PEMBUATAN ( FORMULA II, BASIS HPMC )
VII. EVALUASI MUTU SEDIAAN GEL
Beberapa pengujian yang dilakukan dalam proses evaluasi mutu gel yakni :
1. Uji OrganoleptisPengujian organoleptis sediaan gel Na Diklofenakdilakukan secara visual meliputi warna, bau, dan bentuk sediaan. Spesifikasi gel yang diinginkan yaitu :Warna : bening/tidak berwarna.Bau : tidsk berbau.Bentuk sediaan : gel homogen yang tidak terlalu kental atau terlalu encer serta
mudah diaplikasikan pada kulit.
2. Pengukuran pH sediaanDilakukan dengan menimbang 1 gram sediaan, diencerkan dengan 5 mL aquadest, aduk dengan stirrer sampai homogeny. Ukur pH dengan pH meter atau dengan pH Universal dan catat pH yang ditunjukkan. Spesifikasi pH yang diinginkan untuk sediaan gel Na Diklofenak ini adalah antara 6,8-7,4.
3. Uji HomogenitasUji ini dilakukan dengan mengambil sedikit sediaan dan megoleskannya pada kaca transparan, gel yang diambil yaitu gel pada bagian atas, bawah dan tengah dari sediaan. Setelah disebar di kaca transparan diharapkan homogenitas terlihat dengan tidak adanya butiran besar atau adanya partikel yang tidak terlarut dengan baik. Jika masih terlihat ada butiran-butiran, gerus kembali sampai didapatkan sediaan yang bening penampakannya pada kaca transparan (Syamsuni, 2007).
4. Acceptability TestDilakukan pada manusia berumur 18-25 tahun dan berbadan sehat. Uji dilakukan dengan menempelkan gel pada bagian lengan dalam dengan luasan 3 cm2 dan dibiarkan 24 jam. Lakukan uji ini 3 hari berturut. Penilaian meliputi kesan saat pemakaian (kelembaban, kelembutan, mudah diratakan, sensasi dingin) dan kesan setelah pemakaian (apakah muncul iritasi, kekeringan kulit, dan kemudahan dibersihkan).
5. Uji Daya Sebar (Spreadability Test)Uji dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti sepasang lempeng kaca bundar (extensometer) dan anak timbang gram. Gel ditimbang ± 1 g dan diletakkan ditengah kaca bundar yang berskala lalu ditutup dengan kaca bundar lain tanpa skala serta diberi anak timbang sebagai beban. Lalu dibiarkan 1 menit. Diameter gel yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari ebebrapa sisi) diukur, kemudian ditambahkan beban 50 g tiap 1 menit sampai penyebarannya konstan. hal ini dilakukan 3x (replikasi 3x). Setelah itu dibuat grafik antara beban vs luas penyebaran dari data yang didapat pada sediaan yang baru dibuat, setiap minggu sampai selama satu bulan. Menurut Garg et. Al. Rentang daya sebar yang disyaratkan pada sediaan topikal adalah antara 5-7 cm.
6. Uji Viskositas Menempatkan sejumlah sampel di wadah misalnya beaker glass, lalu rangkai viskotester menggunakan spindel yang sesuai dengan jumlah sediaan yang diuji dan tingkat kekentalan. Viskositas yang diinginan untuk sediaan gel Na Diklofenak ini adalah antara 150-250 dPaos.
7. Uji MikrobiologiDiuji secara aseptik, sediaan bisa dilakukan dengan inkubasi pada 30-35oC selama 24-48 jam (FI IV) untuk sediaan topikal. Persyaratannya adalah mikroba yang mempunyai daya hidup maksimal 102/g atau mL dan tidak mengandung Enterobacteria, P. Aeroginosa, S. Aerus (FIP,1976).
8. Uji Penetapan KadarDilakukan uji penetapan kadar dengan mengambil sejumlah sampel, diencerkan sampai pada konsentrasi tertentu (dalam ppm) dan terbentuk larutan jernih. Kemudian diukur absorbansinya pada spektroskopi UV Vis sehingga bisa diperoleh kadar. Dalam British Pharmacopoeia (2009) Na Diklofenak mengandung tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari 101,0% C14H10Cl2NNaO2 terhitung pada basis yang dikeringkan.
9. Penentuan Laju Pelepasan Na Diklofenak dari sediaan Gel dengan Alat Uji Pelepasan
Apparatus 5-paddle over disk (The United States Pharmacopeia Convention, Inc., 2002)
Alat dan perlengkapan pengujian laju pelepasan dari sediaan gel yang digunakan adalah apparatus 5-paddle over disk, dilengkapi dengan sel difusi. Sebagai media disolusi digunakan dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 dan sebagai membran digunakan selofan. Sel difusi berbentuk silinder pipih. Tempat penampung gel mempunyai garis tengah 2,9 cm dengan ketebalan 0,4 cm. Sel difusi yang telah disiapkan, dimasukkan ke dalam bejana pada alat uji pelepasan yang berisi larutan dapar fosfat salin dengan pH 7,4 ± 0,05 sebanyak 500 mL. Suhu percobaan diatur pada 37°C ± 0,5°C. Paddle diputar dan segera dicatat sebagai waktu ke nol. Pada menit ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360 diambil cuplikan sebanyak 5,0
( A ) Tabung uji pelepasan berisi larutan media
(B) paddle pengaduk
(C) Jarak paddle dengan membran 2,5 ± 0,2 cm
(D) Disk/sel difusi berisi sediaan
(E) Termometer 37 ± 0,5oC
(F) Tabung untuk mengambil cuplikan
mL. Setiap cuplikan yang diambil diganti larutan dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05 dengan jumlah yang sama. Cuplikan tersebut kemudian diamati serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimal (misalnya max=275 nm). Konsentrasi natrium diklofenak dalam cuplikan dihitung dengan menggunakan persamaan regresi kurva baku natrium diklofenak dalam dapar fosfat salin pH 7,4 ± 0,05. Untuk memperhitungkan pengenceran 5,0 mL media pelepasan, kadar terukur dikoreksi dengan persamaan Wurster :
Keterangan :Cn : Kadar sebenarnya setelah dikoreksi (ppm).C’n : Kadar terbaca (hasil perhitungan dari nilai serapan sampel yang terbaca
pada spektrofotometer) dalam ppm.Cs : Kadar terbaca dari sampel sebelumnya.a : Volume sampel yang diambil.b : Volume media.
10. Penentuan Jumlah Kumulatif Natrium Diklofenak Yang Terlepas Dari BasisPenentuan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terlepas dari basis per satuan luas membran tiap waktu (μg/mL), dihitung dari konsentrasi yang diperoleh setiap waktu (μg/mL) ditambah dengan faktor koreksi Wurster lalu dikalikan dengan jumlah media (500 mL) kemudian dibagi luas permukaan membran. Kemudian dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif diklofenak yang lepas (μg/cm2) terhadap akar waktu.
11. Penentuan Kecepatan Pelepasan (fluks) Natrium Diklofenak dari Basis GelDari kurva yang dihasilkan antara jumlah kumulatif diklofenak yang lepas (μg/cm2) vs akar waktu dapat dibuat persamaan regresi, slope yang didapat dari persamaan regresi merupakan fluks bahan aktif.
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan formulasi suatu sediaan semi solida yaitu
gel. Bahan aktif yang kami gunakan pada formulasi kami adalah Na Diklofenak. Gel Na
diklofenak yang kami formulasi telah memenuhi semua spesifikasi mutu yang
dipersyaratkan. Proses formulasi gel dilakukan 2 kali yaitu untuk skala kecil atau untuk 1
kemasan seberat 20 gram dan skala besar seberat 100 gram. Gel pada skala besar kami
gunakan untuk melakukan uji evaluasi, uji ini meliputi uji organoleptis, uji pH, uji viskositas,
dan uji spreadibilitas (daya sebar)
Formula 1
No Bahan Fungsi % b/b 20 g 100 g
1.
2.
3
4.
5.
6.
7
Na diklofenak
Karbopol 934
TEA
Nipagin
Nipasol
Propilenglikol
Aqua destilata
Bahan aktif
Gelling agent
Alkaliziying agent
Pengawet
Pengawet
Pelarut
Pelarut
1 %
2%
3 %
0,18 %
0,02 %
30 %
63,75%
0,2 g
0,4 g
0,6 g
0,036 g
0,004 g
6 g
12,75 g
1 g
2 g
3 g
0,18 g
0,02 g
30 g
63,75 g
Formula 2
No Bahan Fungsi % b/b 20 g 100 g
1.
2.
3
4.
5.
6.
7
Na diklofenak
HPMC K4M
PEG 400
Nipagin
Nipasol
Propilenglikol
Aqua destilata
Bahan aktif
Gelling agent
stabilizer
Pengawet
Pengawet
Pelarut
Pelarut
1 %
4%
7 %
0,18 %
0,02 %
30 %
63,75%
0,2 g
0,8 g
1,4 g
0,036 g
0,004 g
6 g
12,75 g
1 g
4 g
7 g
0,18 g
0,02 g
30 g
63,75 g
Na Diklofenak merupakan bahan aktif dalam sediaan gel yang kami formulasi yang
memiliki indikasi sebagai penghambat siklooksigenase, analgesik, anti inflamasi. Dalam
formula 1, karbopol dipilih sebagai gellating agent karena gel yang terbentuk lebih jernih atau
bening disbandingkan gelling agent yang lain (misalnya cellulose). TEA Untuk meningkatkan
pH sediaan sehingga menjadi bersifat lebih basa. Penigkatan pH sediaan akan menigkatkan
kelarutan Na diklofenak sehingga didapatkan sediaan gel yang jernih. Selain itu TEA
berfungsi sebagai swelling agent. Nipagin memilki efektif pada rentang pH yang luas dan
memiliki spectrum luas serta paling efektif terhadap ragi dan kapang. Preservative ini juga
lebih aktif terhadap bakteri gram positif daripada gram negative. Nipasol untuk menghindari
pertumbuhan mikroba dan dalam pemakaiannya bersamaan dengan nipagin untuk hasil lebih
optimal. Aktif pada pH 4-8 sehingga masuk dalam rentang pH sediaan. Propilenglikol dipilih
sebagai kosolven, selain itu propiklenglikol memiliki aktifitas sebagai pengawet, antimikroba,
dan humectant. EDTA di gunakan segai kelating agent. Aqua destilata digunakan untuk
mengembangkan carbopol (gelling agent) untuk membentuk basis gel yang homogen.
Untuk formula 2, yang membedakan adalah gelling agentnya, yaitu digunakan HPMC
K4M. HPMC K4M dipilih karena dapat membentuk sediaan gel yang lebih jernih jika
dibandingkan dengan menggunakan metal selulosa. Selain itu, HPMC juga bersifat sebai
thickening agent yang dapat meningkatkan viskositas dari sediaan gel yang dibuat sehingga
dapat menghasilkan gel dengan konsistensi yang diinginkan. Namun aktivitas gelling dari
HPMC perlu distabilkan dengan adanya penambahan stabilizer yaitu PEG 400. PEG 400 ini
juga dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan dari bahan obat yang sifatnya sukar larut
dalam air. Untuk bahan-bahan lain dalam formula 2 yaitu kosolven, pengawet dan pelarut
yang digunakan adalah sama dengan formula 1.
Setelah pembuatan gel, kami melakukan pengujian terhadap sedíaan tersebut untuk
menjaga kestabilan sedíaan. Pengujian yang kami lakukan antara lain uji organoleptis, uji pH,
uji viskositas, dan uji busa. Berdasarkan hasil evaluasi, maka didapatkan data sebagai berikut
a. Uji Organoleptis
Hasil gel yang kita dapat berdasarkan organoleptisnya adalah gel bening, tidak
berbau tajam, dingin saat digunakan, setelah bekerja akan memberikan rasa panas.
b. Uji pH
Uji pH ini kita lakukan dengan cara mencelupkan indiktor pH pada gel yang kita
buat. Namun sebelum kita mencelupkan, kita harus membuat gel kita dalam bentuk
cairan agar dapat di uji pHnya. Proses pencairan ini kita lakukan dengan cara
mencairkan gel dengan penambahan aquadest. Aquadest digunakan karena
aquadest bersifat netral dan tidak akan mengganggu hasil pH gel. pH yang
dihasilkan pada gel Na diklofenak yang kita buat pada skala kecil adalah pH 6.
Namun hasil pH yang dihasilkan pada gel Na diklofenak skala besar adalah pH 7.
Hasil dari pH skala besar sudah sesuai dengan yang kita inginkan yaitu pH 6.4-7.4.
Jadi gel yang kita buat sudah baik dalam hal pH.
c. Uji viskositas
Uji viskositas ini kita lakukan dengan menggunakan viscometer. Beban yang kita
gunakan adalah beban no 2 karena gel yang kita miliki agak kental. Viskositas yang
didapat adalah 250 dPas. Hasil ini sudah sesuai dengan viskositas yang kita
harapkan yaitu sekitar 180 dPas sampai 250 dPas. Jadi gel yang kita buat terlalu
kental karena hasil viskositasnya merupakan rentang terakhir.
d. Uji daya sebar
Uji daya sebar kita lakukan replikasi sebanyak 4 kali dengan beban yang berbeda.
Dimana tiap replikasi ini dilakukan minimal selama 5 menit dengan gel masing-
masing 1 gram . Tujuannya agar kita mendapatkan hasil yang konstan, jika kurang
dari 5 menit mungkin masih ada penyebaran dari gel kita. Replikasi pertama kita
menggunakan beban 50 gram dan daya sebar yang kita gunakan adalah 4 cm.
Replikasi kedua, beban yang digunakan adalah 100 gram dan daya sebar yang
didapat adalah 4.5 cm. Beban yang ketiga kita gunakan adalah 200 gram dengan
daya sebar 4.7 cm. Sedangkan replikasi terkahir menggunakan beban 300 gram
sehingga hasil yang didapat 5.1 cm. Hasil ini tidak sesuai dengan yang daya sebar
kita harapkan yaitu 5-7 cm. Jadi gel yang kita buat terlalu kental.
e. Uji homogenitas
Uji dilakukan dengan mengambil sedikit gel kemudian disebar di gelas objek. Hasil
yang didapat adalah menunjukkan bahwa gel yang kita buat sudah homogen.
Jadi dari semua uji yang kita lakukan diketahui bahwa gel Na diklofenak yang kita
buat sudah homogen dengan pH yang sesuai kita inginkan namun gel kita terlalu kental
sehingga viskositas dan daya sebarnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
IX. KESIMPULAN
1 Pembuatan gel yang menggunakan formula 1, karena dengan formula satu sudah menghasilkan gel yang baik.
2 Organoleptsis dari gel yang kita buat adalah gel bening, tidak berbau tajam, dingin saat digunakan, setelah bekerja akan memberikan rasa panas.
3 PH yang dihasilkan pada gel Na diklofenak skala besar adalah pH 7. Ini sesuai dengan pH standard yaitu 6,8-7,4.
4 Viskositas yang didapat adalah 250 dPas. Hasil ini sudah sesuai dengan viskositas yang kita harapkan yaitu sekitar 180 dPas sampai 250 dPas. Namun gel yang kita buat terlalu kental karena hasil viskositasnya merupakan rentang terakhir.
5 Pada uji daya sebar, hasil tidak sesuai dengan standar. Hal ini dikarenakan gel yang kita buat terlalu kental.
6 pada uji homogenitas, hasil yang didapat adalah menunjukkan bahwa gel yang kita buat sudah homogen
X. KEMASAN
NICOFLAM gel
Komposisi : natrium Diklofenak 1%
Kemasan : Gel 20 gram
Cara pemakaian : Oleskan pada bagian yang nyeri
Indikasi : untuk nyeri otot, nyeri sendu yang berhubungan
dengan terkilir, memar cedera saat olahraga, rhematoid
arthritis dan osteoathritis
Kontra indikasi : pasien dengan hipersensitivitas diklofenak.
Pasien dengan kulit sensutif
Efek samping : Dermatitis pada bagian kulit yang diolesi
Dosis pemakaian
Dewasa : Nyeri sendi 2-3 kali sehari
Tidak dianjurkan untuk anak-anak
Peringatan : Hentikan bila nyeri atrhitis terjadi lebih dari 10
hari. Jangan gunakan bila kulit keadaan luka terbuka. Hindari
kontak dengan mata, hidung, atau membran mukosa.
PT NewPharmacist
Jember-Indonesia
NoReg:DKL131500048A1
No Batch : 8A1221
ED: 10 Nov 2015
DAFTAR PUSTAKA