laporan hasil kegiatan uji adaptasi beberapa...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN HASIL KEGIATAN
UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI DATARAN TINGGI DI PROVINSI ACEH
PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN : IDAWANNI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP
Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi di Provinsi Aceh
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh- 23125
4. Sumber Dana : Dipa Bptp Aceh 2014
5. Status Penelitian : Baru 6. Penanggung Jawab : A. Nama : Idawanni, SP
B. Pangkat / Golongan : Penata III C
C. Jabatan : Peneliti Muda
7. Lokasi : Provinsi Aceh
8. Agroekosistem : Lahan Sawah
9. Tahun Mulai : 2015
10. Tahun Selesai : 2015
11. Output Tahunan : -
12. Output Akhir : Diperolehnya satu atau lebih varietas padi dataran tinggi yang adaptif spesifik lokasi.
Meningkatnya Produktivitas dan Pendapatan Petani Padi Sawah Dataran Tinggi.
13. Biaya : RP 88.000.000,- (Delapan Puluh Delapan Juta Rupiah)
Mengetahui : Kepala Balai Besar
Menyetujui Kepala Balai
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
Koordinator Program, Dr. Rachman Jaya, S.Pi. M.Si NIP. 19740305 200003 1 001
Penanggung jawab Kegiatan,
Idawanni, SP NIP. 19680924 199803 2 001
3
KATA PENGANTAR
Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil
pelaksanaan kegiatan Kajian Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Dataran
Tinggi di Provinsi Aceh yang dilakukan mulai Bulan Februari sampai
Desember 2015.
Pelaksanaan pengkajian ini melibatkan Dinas/Lembaga terkait
dengan menggunakan metode penelitian partisipatif (Participatory
Research) dan mengacu pada konsep-konsep kemitraan antara
peneliti/pengkaji, penyuluh lapangan, petani dan pengguna lainnya. Luas
lahan yang digunakan dalam kajian ini 3 Ha, dengan satu kelompok tani
Tunas Karya Empat di Desa Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten
Bener Meriah. Teknologi yang dilakukan menggunakan 5 varietas unggul
baru padi dataran tinggi yaitu varietas inpari 26, Inpari 27, Inpari 28,
Sarinah, Batang Piaman dan 1 varietas Ciherang (yang sudah sering
digunakan oleh petani) dan pupuk anorganik
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan peneliti, penyuluh, teknisi dan tenaga administrasi serta
semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan hingga
tersusunnya laporan akhir ini.
Semoga laporan akhir ini bermanfaat bagi yang membutuhkan,
mohon maaf atas segala kekurangan.
Banda Aceh, 27 Desember 2015 Penanggung Jawab Kegiatan, Idawanni,SP
4
RINGKASAN
1. Judul RDHP : Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi di Provinsi Aceh
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
3. Lokasi : Kabupaten Bener Meriah
4. Agroekosistem : Lahan Sawah
5. Status : Baru
6. Tujuan : - Untuk mendapatkan varietas padi sawah dataran tinggi yang adaptif spesifik lokasi
- Untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani melalui melalui penerapan teknologi budidaya introduksi padi sawah dataran tinggi
7. Keluaran : - Diperolehnya satu atau lebih varietas
padi sawah dataran tinggi yang adaptif spesif lokasi
-Meningkatnya produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah dataran tinggi
8. Hasil : Varietas Sarinah memberikan hasil tertinggi 6,2 ton /ha diikuti varietas Batang Piaman 6 ton/ha dan Inpari 26 5,1 ton/ha
9. Prakiraan Manfaat : - Meningkatnya penggunaan satu atau
lebih varietas padi sawah dataran tinggi yang memiliki daya adaptasi
- Memberikan tambahan keuntungan/ pendapatan dengan menggunakan varietas unggul baru padi dataran tinggi
10. Prakiraan Dampak : - Berkembangnya penggunaan varietas unggul padi dataran tinggi dii Kecamatan Gajah Putih
5
11. Prosedur : Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah pada ketinggian 875 m dari permukaan laut di Kabupaten Bener Meriah Kecamatan Gajah Putih Desa Umah Besi dengan luas lahan pengkajian ± 3 ha. Pengkajian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari – Desember 2015, namun untuk kegiatan di lapangan bulan September – Desember 2015, dengan kelompok tani yang terlibat yaitu Tunas
Karya Empat. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (Randomized Block Disign) dengan petak perlakuan yang di uji yaitu beberapa varietas dengan 3 (tiga) ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 6 plot perlakuan, pengambilan sampel dilakukan disetiap plot sebanyak 10 tanaman. Data pengamatan lebih lanjut dianalisis secara statistika menggunakan analisis sidik ragam. Peubah yang diamati ; 1) tinggi tanaman, 2) jumlah anakan, 3) Panjang Malai 4) jumlah malai per rumpun, 5) jumlah gabah isi, 6) bobot 1000 butir gabah pada kadar air 14 %, 7) Hasil ton/ha dan 9) serangan hama penyakit di lapang.
12. Jangka Waktu : 1 Tahun
13. Biaya : RP 88.000.000,- (Delapan Puluh
Delapan Juta Rupiah)
6
SUMMARY
1. Title : Plateau in Aceh Province Plateau in Aceh Province
2. Implementation Unit : Assessment Institute for Agriculture Technology (AIAT aceh)
3. Location : Kabupaten Bener Meriah
4. Agroecosystem : Wetland
5. Status : New 6. Objectives
: - To get the varieties of paddy plateau
specific adaptive
- To increase the productivity and income of farmers through cultivation technology through the introduction of paddy plateau
7. Output
: - Obtaining one or more varieties of
paddy plateau adaptive spesif location
- ncreased productivity and farm income of paddy plateau
8. Outcome
: Sarinah varieties gives the highest yield of 6.2 tonnes / ha followed varieties Batang Piaman 6 tonnes / ha and Inpari 26 5 tonnes / ha
9. Expected benefit : - Increased use of one or more varieties of paddy plateau which has adaptability
- Provide additional profits / income by using new varieties of upland rice
10. Expected impact : The growing use of high yielding varieties of upland rice in the district of Gajah Putih
11. Procedure
: Studies conducted in paddy fields at an
altitude of 875 m above sea level in Bener Meriah District of the Gajah Putih Village Umah Besi with an area of ± 3 ha land assessment. This assessment was conducted from February - December 2015, however, for the activities in the field September - December 2015, with farmers' groups involved, namely Tunas Karya empat. This study uses a randomized complete block design (Randomized Block Disign) with treatment in test plots are
7
several varieties with three (3) replicates. Each quiz consists of six treatment plots, sampling was conducted as many as 10 plants in each plot. Further observation data analyzed statistically using analysis of variance. Variables measured; 1) plant height, 2) the number of tillers, 3) Long Tassel 4) the number of panicles per hill, 5) the number of filled grain, 6) 1000 grain weight grain moisture content of 14%, 7) Yield ton / ha and 9) pests disease in the field.
12. Duration : 1 Year
13. Budget : IDR 88.000.000
8
9
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
RINGKASAN……………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Dasar Pertimbangan ................................................................ 3
1.3 Tujuan dan Keluaran ............................................................... 3
1.4 Perkiraan dan Manfaat ............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
BAB III METODELOGI ..................................................................... 8
3.1 Pendekatan ............................................................................ 8
3.2 Ruang Lingkup Kegiatan .......................................................... 8
3.3 Komponen Teknologi yang Diterapkan ...................................... 8
3.4 Bahan dan Alat ........................................................................ 9
3.5 Metode Pelaksanaan Pengkajian ............................................... 10
3.6 Pengamatan ............................................................................ 11
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ........................... 14
4.1 Karakteristik Fisik Lokasi Pengkajian .......................................... 14
4.2 Uji Adptasi Varietas Unggul Baru Padi Dataran Tinggi .................. 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 24
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 24
5.2 Saran ....................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 25
LAMPIRAN
10
Lampiran 1. Deskripsi Varietas Unggul Baru PadiDataran Tinggi ................ 26
Lampiran 2. Analisa Resiko Foto Kegiatan Padi Dataran Tinggi ................... 32
Lampiran 3. Personalia ........................................................................... 32
Lampiran 4. Foto Kegiatan Padi Dataran Tinggi ......................................... 33
11
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Teknologi anjuran budidaya padi dataran Tinggi………………….
2. T inggi Tanaman Beberapa Varietas Padi Padi Dataran Tinggi
pada Umur 3, 6, dan 10 MST ……………………………..…………….
3 Jumlah Anakan Beberapa Varietas Padi Padi Dataran Tinggi pada Umur 3, 6, dan 10 MST ………………………………………………
4. Jumlah Panjang Malai Per Rumpun Beberapa Varietas Padi
Dataran Tinggi………………………………………………………………………
5. Jumlah Malai Per Rumpun Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi……………………………………………………………………….........
6. Jumlah Gabah Berisi Per Malai pada Beberapa Varietas Padi Padi Dataran Tinggi.........................................................................
7. Berat 1000 Butir pada Beberapa Varietas Padi Gogo Padi Dataran
Tinggi......................................................................................
8. Produksi Ton Per Ha pada Beberapa Varietas Padi Padi Dataran Tinggi.............................................................................
11
14
16
17
18
19
20
21
12
13
14
1 PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Tanaman padi merupakan tanaman pangan utama Indonesia karena lebih
dari setengah penduduk indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok.
Sementara itu, kebutuhan beras setiap tahun makin bertambah, seiring dengan
laju pertambahan penduduk rata-rata 1,7 % pertahun dan kebutuhan perkapita
sebanyak 134 kg, maka pada tahun 2025 Indonesia harus mampu menghasilkan
padi sebanyak 78 juta ton GKG untuk mencukupi kebutuhan beras nasional
(Abdullah, 2004). Oleh karenanya, peningkatan produksi beras melalui
peningkatan produktivitas padi dan peningkatan pendapatan petani merupakan
tuntutan yang tidak bisa dielakkan sehingga selalu di masukkan dalam agenda
kebijakan pemerintah di bidang pertanian.
Tahun 2007, produksi padi nasional mencapai 57,05 juta ton gabah
kering giling, dengan luas panen 11,97 juta ha dan produktivitas 4,89 ton/ha
(Deptan,2009). Padi sawah masih mendominasi kontribusi terhadap produksi
padi nasional 54,11 juta ton. Provinsi Aceh merupakan sentra produksi tanaman
pangan khususnya padi dalam pemenuhan kebutuhan pangan, pakan dan
industri nasional yang setiap tahunnya terus meningkat. Sekitar 1,4 % kebutuhan
beras nasional dipenuhi dari Provinsi Aceh, dengan rerata produktivitas 4,6
ton/ha (Dirjen Tanaman Pangan, 2013). Produktivitas padi Provinsi Aceh
mengalami peningkatan dari 4,26 ton per hektar pada 2008, meningkat jadi 4,32
ton per hektar pada 2009 atau meningkat sebesar 1,37 persen, sedangkan target
peningkatan pada tahun 2013 sebesar 6,08% atau 5,2 ton per hektar (BPS,
2012).
Berdasarkan angka tersebut terlihat bahwa peningkatan produksi padi
masih terfokus pada padi sawah. Akan tetapi, produksi padi sawah menghadapi
beberapa kendala. Kendala produksi padi sawah meliputi konversi lahan sawah
menjadi fungsi lainnya (Soedjana, 2005), pencucian lahan sawah produktif (Zen
et al., 2002), serta adanya kendala-kendala abiotik terkait agroiklim maupun
kendala biotik. Oleh karena itu, upaya alternatif terhadap peningkatan produksi
15
padi pada lahan sawah masih diperlukan untuk memecahkan masalah kestabilan
produksi padi nasional dan ketahanan pangan.
Dataran tinggi merupakan salah satu potensi yang dapat dijadikan upaya
alternatif bagi pengembangan areal tanam padi sawah. Luas lahan dataran tinggi
dengan kemiringan lebih besar dari 15% diperkirakan sekitar 25,5 juta hektar
(Las et al., 1993). Dari lahan seluas tersebut dilaporkan baru 0,50 juta hektar
yang dimanfaatkan untuk lahan sawah dengan rata-rata hasil padi berkisar 2,5 –
5,0 ton/ha (Harahap et al., 1993).
Kabupaten Bener meriah merupakan dataran tinggi di Propinsi Aceh yang
hanya memiliki luas lahan sawah 3,312 hektar dengan produksi/ha nya hanya 3,5
- 4,3 ton, sedangkan jumlah penduduk kab bener meriah tahun 2012 ± 129.925
dengan kebutuhan beras ± 18.079 ton, berarti kabupaten bener meriah terjadi
kekurangan beras sebanyak ± 7.093.2 ton. Kekurangan beras untuk kabupaten
bener meriah diperoleh dari kabupaten lain di Aceh.
Pengembangan padi sawah di dataran tinggi menghadapi kendala.
Beberapa faktor pembatas produksi padi sawah dataran tinggi adalah kondisi
agroiklim spesifik meliputi suhu rendah, curah hujan relatif tinggi, ketersediaan
air tanah yang rendah, fotoperiodisasi panjang dan kelembaban udara yang
tinggi. Suhu rendah dilaporkan Shimono et al. (2005) telah menyebabkan
kehilangan hasil padi sebanyak 0,37 juta kilogram gabah atau setara dengan
15% dari total kehilangan hasil yang terjadi di Jepang.
Suhu rendah juga mengakibatkan pertumbuhan tanaman tertunda, malai tidak
sempurna keluar atau tidak keluar sama sekali, persentase gabah hampa tinggi
atau hampa sama sekali, dan perkembangan biji tidak sempurna (Hamdani,
1979).
Pemecahan masalah di dataran tinggi karena suhu rendah dapat
dilakukan dengan memanfaatkan varietas yang memiliki tingkat kesesuaian tinggi
terhadap kondisi lingkungan dengan penanaman varietas unggul padi yang
toleran suhu rendah, efisien dalam pemanfaatan air dan cahaya matahari, tahan
kelembaban tinggi serta tahan hama penyakit, sehingga mampu menghasilkan
dalam waktu singkat (umur genjah) dan memiliki potensi hasil tinggi. Oleh
karena itu di perlukan kajian adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi
16
1.2. Dasar Pertimbangan
Kegiatan uji daya adaptasi beberapa varietas unggul baru dataran tinggi
yang dilakukan oleh BPTP Aceh sesuai dengan kerangka pelaksana program
badan litbang pertanian dan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan meliputi; (1)
Memberikan informasi teknologi kepada pengguna, (2) Pembuatan demonstrasi
plot, (3) Demonstrasi VUB
Salah satu faktor penghambat dalam adopsi teknologi oleh petani adalah
belum adanya keyakinan petani terhadap manfaat teknologi itu sendiri sebelum
melihatnya secara langsung. Dalam penerapan teknologi sesuai dengan yang
dianjurkan, petani mengalami hambatan psikologis berupa kekuatiran apakah
hasil produksi akan sesuai seperti yang diharapkan, padahal biaya input sudah
lebih tinggi. Untuk mengatasi hambatan psikologis tersebut, penerapan teknologi
di lahan pertanian dilaksanakan sebagai pengkajian, dan menjadi contoh bagi
petani agar secara langsung dapat dilihat manfaat dari penerapan teknologi
specifik lokasi.
Dalam berusahatani padi, petani umumnya menggunakan benih bermutu
rendah (lokal), tanam bibit umur tua (>25 hari setelah sebar) dan >5 bibit per
lubang sehingga benih yang digunakan banyak, tanam tidak serentak,
menggunakan pupuk tidak berimbang dan tidak menggunakan bahan organik,
mengairi terus-menerus (menggenang), mengendalikan OPT kurang sempurna,
serta cara panen kurang sempurna sehingga kehilangan hasilnya tinggi. Hal ini
berdampak pada produktivitas tanaman kurang optimal, biaya produksi tinggi
(kurang efisien), masalah OPT menjadi lebih komplek, kesuburan tanah turun.
Sebagai kewajiban dan tugas dari Badan Litbang Pertanian dalam rangka
melaksanakan pengkajian, maka BPTP Aceh perlu melakukan pengkajian uji daya
adaptasi varietas unggul baru dataran tinggi.
1.3. Tujuan dan Keluaran
Tujuan kajian ini yaitu :
- Untuk mendapatkan varietas padi sawah dataran tinggi yang adaptif spesifik
lokasi
17
- Untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani melalui melalui
penerapan teknologi budidaya introduksi padi sawah dataran tinggi
Keluaran yang diharapkan yaitu :
- Diperolehnya satu atau lebih varietas padi sawah dataran tinggi yang memiliki
daya adaptasi pada ketinggian di atas 800 meter dari permukaaan laut
- Tersedianya data analisis produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah
dataran tinggi
1.4. Perkiraan Manfaat
Dari kajian yang akan dilaksanakan perkiraan dan manfaat yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
- Meningkatnya penggunaan satu atau lebih varietas padi sawah dataran tinggi
yang memiliki daya adaptasi
- Memberikan tambahan keuntungan/ pendapatan dengan menggunakan
varietas unggul baru dataran tinggi
18
II. TINJAUAN PUSTAKA
Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia.
Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok dengan
konsumsi beras 108-137 kg per kapita. Sembilan puluh lima persen penduduk
Indonesia mengonsumsi bahan makanan ini (Swastika et al., 2007). Beras
mampu mencukupi 63% total kecukupan energi, 38% protein dan 21,5% Protein
(Indrasari et al., 2006). Kandungan gizi dari beras tersebut menjadikan
komoditas padi sangat penting untuk kebutuhan pangan sehingga menjadi
perhatian di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan beras.
Sementara kebutuhan beras setiap tahun makin bertambah, seiring
dengan laju pertambahan penduduk, oleh karena itu peningkatan produksi padi
di Indonesia harus tetap dilakukan lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk
yang mencapai rata-rata 1,3% per tahun.
Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pertanian
menetapkan aksi program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) sebesar 2
juta ton beras pada tahun 2007 dan selanjutnya kenaikkan 5% untuk setiap
tahunnya. Program P2BN digulirkan selain dilatarbelakangi oleh kondisi
pemerintah RI yang masih mengimpor beras sekitar 3% untuk memenuhi
kebutuhan pangan nasional pada tahun 2007, maka dilatarbelakangi pula oleh
ketidakstabilan kondisi perberasan nasional dimana diantaranya disebabkan
terjadinya penurunan luas areal tanam dan luas areal panen akibat konversi
lahan sawah produktif, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT),
semakin terbatasnya sumberdaya air serta perubahan iklim (dampak fenomena
iklim) yang sulit diprediksi.
Provinsi Aceh merupakan sentra produksi tanaman pangan khususnya
padi dalam pemenuhan kebutuhan pangan, pakan dan industri nasional yang
setiap tahunnya terus meningkat. Sekitar 1,4 % kebutuhan beras nasional
dipenuhi dari Provinsi Aceh, dengan rerata produktivitas 4,60 ton/ha (Dirjen
Tanaman Pangan, 2013). Produktivitas padi Provinsi Aceh mengalami penurunan
dari 4,65 ton per hektar pada 2011, menurun jadi 4,61 ton per hektar pada
2012, hal ini sangat dipengaruhi oleh rendahnya produktivitas padi dataran tinggi
berkisar 2,60 ton/ha, sedangkan target peningkatan pada tahun 2013 4,72 ton
per hektar (Distan Tanaman Pangan Aceh, 2013).
19
Padi sebagai salah satu komoditi pangan yang mempunyai potensi
produksi dan perkembangan yang cukup tinggi di Provinsi Aceh. Ketersediaan
lahan sawah potensial ada seluas 408.486 ha tersebar pada 21 kabupaten/kota.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap musim tanam Aceh membutuhkan
benih padi 12,25 juta ton dengan perhitungan kebutuhan benih 30 kg/ha. (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Aceh, 2012).
BPTP Aceh merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah
BBP2TP yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus
berfungsi sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada
pengguna melalui kegiatan desiminasi. Salah satu kegiatan pengkajian yang akan
dilaksanakan dalam upaya percepatan adopsi teknologi yaitu kegiatan pengkajian
teknologi specifik lokasi.
Pengelolaan tanaman padi sawah bertujuan meningkatkan produktivitas
dan pendapatan petani padi sawah serta melestarikan lingkungan produksi
melalui inovasi teknologi seperti peningkatan indeks tanam, varietas unggul,
penggunaan benih bermutu dan berlabel, pengendalian opt, pengelolaan hara,
pengaturan populasi tanam, melalui perbaikan sistem tanam dan lainnya, (Anom,
2000).
Saat ini telah banyak dirilis VUB padi sawah oleh litbang pertanian yang
memiliki keunggulan masing-masing sehingga diharapkan para petani
mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing varietas sebagai bahan
dalam mempertimbangkan pemilihan varietas yang sesuai dengan lokasi
pengembangan. Hal ini penting agar kerugian hasil dimasa panen dapat ditekan.
Pengusahaan tanaman padi di dataran tinggi merupakan upaya
peningkatan produktivitas lahan dengan menerapkan paket teknologi spesifik
lokasi. Diantara teknologi yang diterapkan, varietas unggul memegang peranan
yang paling menonjol baik kontribusinya terhadap peningkatan hasil persatuan
luas maupun sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan
penyakit. Disamping itu, varietas unggul umumnya berumur pendek (genjah)
sehingga sangat penting artinya bagi petani dalam mengatur pola tanam
(Sudharto, et al. 1995)
Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu metode perbaikan
teknis budidaya yang sangat erat kaitannnya dengan peningkatan produktivitas
padi sawah. Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam mengintroduksi varietas
20
unggul baru adalah varietas yang mampu beradaptasi dengan kondisi setempat.
Secara total pemanfaatan benih unggul akan memberikan nilai tambah berupa
terjadinya peningkatan tambahan produksi dan penerimaan usahatani (Bobihoe
dan Endrizal, 1998)
Manfaat dan dampaknya membantu memecahkan masalah pelandaian
produktivitas padi sawah guna meningkatkan stok beras nasional pada kondisi
sumberdaya pertanian di wilayah petani sesuai dengan masalah yang akan
diatasi (demand driven technology) secara berkelanjutan.
21
III. METODELOGI
3.1. Pendekatan
Pengkajian ini akan dilaksanakan di lahan sawah milik petani di Kabu-
paten Bener Meriah yang merupakan salah satu daerah yang mempunyai
ketinggian 700 – 1500 meter dari permukaan laut dengan luas lahan 3 Ha,
dengan kelompok tani setempat. Kegiatan ini bersifat partisipatif dan kemitraan
antara peneliti/pengkaji, penyuluh lapangan, petani dan pengguna lainnya.
Kegiatan ini dalam pelaksanaannya juga akan melibatkan instansi terkait yaitu
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bener Meriah,
BPP Kecamatan, Lembaga Desa dan lain-lain. Teknologi yang dilakukan dengan
kelompok tani yaitu teknologi penggunaan varietas unggul dan sistim tanam jajar
legowo 2 : 1 dan 4 : 1 dengan menggunakan pupuk anorganik
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
- Identifikasi permasalahan dan kendala dalam usahatani padi serta peluang
mengatasinya
- Pilihan komponen teknologi di agroekosistem untuk padi sawah dataran
tinggi.
- Fokus identifikasi dilakukan terhadap : Karakterisasi lokasi, mencakup validasi
peta desa, peta topografi dan hidrologi, sumberdaya, kalender musim
tanam.
- Pengambilan contoh tanah untuk mengetahui kandungan kimia tanah.
3.3. Komponen Teknologi yang Diterapkan
Metodologi yang digunakan berupa petak tanam demontrasi plot
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Teknologi
yang diterapkan adalah teknologi anjuran budidaya padi sawah dataran tinggi.
Varietas padi yang digunakan terdiri dari 5 (lima) varietas unggul yaitu Inpari
26, inpari 27, Inpari 28, Sarinah , Batang Piaman dan 1(satu) varietas yang
sering digunakan di daerah setempat Ciherang sebagai kontrol. Paket teknologi
anjuran yang digunakan seperti terlihat pada tabel 1.
22
Tabel 1. Teknologi anjuran budidaya padi sawah pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi Aceh
Komponen budidaya Pilihan komponen teknologi
Varietas - Sarinah - Inpari 26 - Inpari 27 - Inpari 28 - Batang Piaman - Ciherang ( pembanding )
Benih bermutu - Berlebel biru, Uji daya Kecambah
Jumlah benih - Semai 20 – 30 kg/ha
Umur Pindah - 20 hari setelah semai
Jumlah bibit per lubang - 2 batang
Sistem tanam - Jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1
Pengelolaan air - Secara efektif dan efisien
Pemupukan :
- Urea - SP36 - KCl - Dolomit
- 200 kg/ha - 150 kg/ha - 100 kg/ha - 300 kg * Urea Diberikan 3 kali yaitu pada saat
tanam dan umur 25 serta 40 HST
Pengendalian hama/penyakit - monitoring populasi hama - pestisida - Herbisida
3.4. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah :
- Benih padi sawah dataran tinggi varietas : Sarinah, Inpari 26, Inpari 27,
Inpari 28, Batang Piaman dan varietas Ciherang yang exiting sebagai
pembanding
- Pupuk anorganik : Urea 200 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCL 100 Kg/ha
- Karung/goni
- Ajir dari bambu, kantong plastik, spidol permanent, cat, kuas, topi
lapang, meja lapang, tali plastik, label, sepatu lapang dll.
23
Alat yang digunakan adalah :
- Cangkul, sprayer, garu, tali ajir, ATK, Thresher, Meteran, Cutter, Sabit,
PUTK, Bor tanah dan Camera
-
3.5. Metode Pelaksanaan Pengkajian
A. Lokasi dan Waktu
Pengkajian ini dilaksanakan di lahan sawah pada daerah dengan
ketinggian diatas 800 meter dari permukaan laut di Kabupaten Bener Meriah
Kecamatan Gajah Putih, Desa Umah Besi dengan luas lahan pengkajian ± 3 ha.
Pengkajian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari – Desember 2014, namun
untuk kegiatan di lapangan akan dilaksanakan pada musim tanam gaduh atau
MT II pada bulan September – Desember 2015, dengan kelompok tani yang
terlibat yaitu Bina Karya Empat
B. Rancangan Penelitian
Pengkajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri 6
(enam) perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuannya adalah varietas Sarinah,
Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28, Batang Piaman dan varietas Ciherang yang
exiting sebagai pembanding. Setiap ulangan terdiri dari 6 plot perlakuan,
pengambilan sampel dilakukan disetiap plot sebanyak 10 tanaman .
C. Persiapan Bibit
Benih di rendam dulu selama 24 jam sebelum semai, bedengan
pembibitan dibuat dengan lebar 1-2 m dan panjang di sesuaikan dengan
keadaan lahan. Untuk mencegah serangan tikus, buat pagar plastik mengelilingi
tempat pembibitan.
D. Penanaman
Tanam dilakukan setelah bibit berumur 20 hari setelah semai dan jumlah
bibit yang di tanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun. Jarak tanam 20 x 10 x
40. Sistem tanam jajar legowo adalah cara tanam berselang seling 4 baris dan 1
baris kosong , jarak baris yang dikosongkan disebut satu unit, populasi tananam
jajar legowo 4 : 1 (25 rumpun/m2 )
24
E. Pemupukan
Pupuk yang digunakan dalam budidaya padi sawah pada kegiatan ini
menggunakan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik dilaksanakan
sesuai petunjuk budidaya, yaitu 200 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP-36, KCL 100
kg/ha. Urea diberikan 3 kali yaitu pada saat tanam, umur 25 HST dan umur 40
HST sedangkan SP-36 dan KCL di berikan 2 kali, masing – masing 1/2 dosis pada
saat tanam , dan pada umur 25 hari setelah tanam. Pupuk diberikan dengan
cara di disebar diantara barisan tanaman.
F. Penyulaman dan Penyiangan
Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam, sedangkan penyiangan
pertama dan kedua dilakukan masing-masing pada 30 hari dan 60 hari setelah
tanam. Bila perlu dilakukan penyiangan ketiga, tergantung keadaan di lapangan.
G. Pemeliharaan
Pengendalian gulma dilakukan secara kultur teknis dan secara kimiawi
dengan menggunakan herbisida. Secara mekanis gulma dapat dikendalikan
dengan menggunakan cangkul atau kored, sedangkan secara kimia dapat
mengikuti petunjuk. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 3 dan 5
minggu setelah tanam. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit, dilakukan
sesuai dengan ambang kendali hama dan penyakit
3.6. Pengamatan
1. Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman berumur 3, 6, dan 10
MST. Sampel tanaman yang diamati sebanyak 10 rumpun tanaman untuk setiap
perlakuan. Pada setiap sampel tanaman dibuat patok tanda sampel, pengukuran
pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan alat meteran.
Diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.
2. Jumlah Anakan
25
Pengamatan jumlah anakan dihitung saat tanaman berumur 3, 10 MST
dan jumlah anakan panen. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman
sampel yang telah ditetapkan pada setiap plot
3. Panjang Malai
panjang malai diukur menjelang panen yang diukur dari pangkal malai
sampai ujung malai pada tanaman sampel.
4. Jumlah Gabah total Per malai
Jumlah gabah permalai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh
malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Perhitungan dilakukan setelah
panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.
5. Jumlah Gabah Isi Per Malai
Jumlah gabah berisi per malai dihitung dengan mengambil semua gabah
berisi daei tanaman sampel setiap plot. Perhitungan dilakukan saat panen
6.Jumlah Gabah Hampa Per malai
Jumlah gabah hampa per malai dihitung dengan mengambil semua gabah
hampa seluruh malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Penghitungan
dilakukan setelah panen.
8. Bobot 1000 Butir
Gabah dihitung sebanyak seribu butir kemudian ditimbang beratnya, ini
dilakukan setelah panen
7. Bobot Kering Gabah Per Plot
Pengamatan bobot gabah perplot di lakukan setelah panen. Gabah
dipisahkan darii malai kemudian dikeringkan dengan cara dijemur sampai kadar
airnya mencapai 14 %.
8. Bobot Kering Gabah Per Hektar
Pengamatan bobot kering gabah per hektar
26
9. Serangan Hama dan Penyakit
Ketahanan terhadap penyakit diamati dari luasan 1 m2 sebanyak 10
sampel menggunakan skala 0 – 5, dimana : 0 = tidak ada serangan, 1 =
serangan 20%, 2 = serangan 21 – 40%, 3 = serangan 41 – 60%, 4 = serangan
61 – 80 %, dan 5 = serangan > 80%. Intensitas serangan penyakit diukur
dengan rumus :
I = ∑( n x v)
N x V Dimana :
I= Intensitas serangan n=jumlah rumpun yang diamati untuk setiap kategori serangan v=nilai skala dari setiap kategori serangan N=jumlah rumpun yang diamati V=nilai skala dari kategori serangan tertinggi
11. Metoda Analisis
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (Randomized Block
Disign) dengan petak perlakuan yang di uji yaitu adaptasi beberapa varietas
dengan 3 (tiga) ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 6 plot perlakuan,
pengambilan sampel dilakukan disetiap plot sebanyak 10 tanaman. Data
pengamatan lebih lanjut dianalisis secara statistika menggunakan analisis sidik
ragam.
X 100%
27
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Fisik Lokasi Pengkajian
Uji adaptasi beberapa varietas padi Dataran tinggi di Provinsi Aceh
dilaksanakan di Desa Umah Besi Kecamatan Gajah Putih di Kabupaten Bener
Meriah.
Kecamatan Gajah Putih adalah sebuah kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Bener Meriah, yang dibentuk berdasarkan qanun pembentukan
kecamatan Kabupaten Bener Meriah no 5 tahun 2007. Kecamatan Gajah Putih
dibagi atas sepuluh desa yaitu Desa Pante Raya, Reronga, Gajah Putih, Simpang
Rahmad, Gayo Setie, Timang Gajah, Alam Jaya, Pantan Lues, Meriah Jaya, dan
Desa Umah Besi. Wilayah ini berjarak sekitar ± 21,9 Km dari ibukota kabupaten
dengan luas kecamatan ± 73,57 Km2. Jumlah penduduk di kecamatan Gajah
Putih sebanyak 9.404 orang, terdiri dari 4.849 orang laki-laki dan 4.555 orang
wanita.
4.2 Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru Padi Dataran Tinggi
a. Tinggi tanaman
Data hasil pengukuran tinggi tanaman padi dataran tinggi pada umur 3,
6, dan 10 minggu setelah tanam pada uji adaptasi beberapa varietas padi
dataran tinggi di Provinsi Aceh disajikan pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 dari hasil analisis ragam pada umur 3 MST tinggi tanaman
tidak berbeda nyata antar varietas disini jumpai tanaman tertinggi pada varietas
Batang Piaman dengan tinggi 36.44 cm sedangkan yang terendah di jumpai
pada varietas Inpari 26 dengan tinggi 32.02 cm. Pada umur 6 MST tanaman
tertinggi di jumpai pada varietas Batang Piaman dengan tinggi tanaman 80.33
cm yang berbeda nyata dengan Varietas Sarinah dengan tinggi 73.51 cm. Pada
umur 10 MST tanaman tertinggi di jumpai pada varietas Batang Piaman dengan
tinggi 115.43 yang berbeda sangat nyata dengan varietas Inpari 26, Inpari 27
dan Inpari 28.
28
Tabel 2. Tinggi Tanaman Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi pada Umur 3, 6, dan 10 Minggu Setelah Tanam
No. Kode Varietas 3 MST 6 MST 10 MST
1. V1 Inpari 26 32.02 a 63.40 a 81.50 a
2. V2 Inpari 27 32.64 a 65.36 a 82.04 a
3. V3 Inpari 28 33.53 a 68.22 ab 97.22 b
4. V4 Sarinah 34.49 a 73.51 b 110.04 cd
5. V5 Batang Piaman 36.06 a 80.33 c 115.43 d
6. V6 Ciherang 35.13 a 71.27 b 107.87 c
Pertumbuhan tinggi tanaman bervariasi dari setiap varietas akibat dari
faktor genetik dari masing-masing varietas yang berbeda sehingga pertumbuhan
dilapangan juga memberikan penampilan yang berbeda, terutama dalam hal
pertumbuhan tinggi tanaman. Seperti yang dikemukakan Sujitno et al. (2011)
bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh sifat genetik dan kondisi lingkungan
tumbuh tanaman. Berhubungan dengan tinggi tanaman, petani lebih menyukai
tanaman dengan tinggi tanaman yang tidak terlalu tinggi, hal ini berkaitan
dengan tingkat ketahanan tanaman terhadap keadaan cuaca seperti hujan dan
angin, dimana tanaman dengan tinggi tanaman lebih tinggi biasanya mudah
rebah. Akan tetapi tanaman yang berpostur terlalu pendek relatif menyulitkan
saat pelaksanaan panen. Kanada dan Beachel, (1974) melaporkan juga bahwa
akibat cekaman suhu rendah menyebabkan umur tanaman padi bisa bertambah
panjang, dan menekan pertumbuhan tanaman sehingga lebih pendek.
b. Jumlah Anakan
Data hasil pengukuran jumlah anakan tanaman padi pada umur 3, 6
MST, dan jumlah anakan panen pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran
tinggi di Provinsi Aceh disajikan pada Tabel 3.
29
Tabel 3. Jumlah Anakan Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi pada Umur 3, 6, dan 10 Minggu Setelah Tanam
No Kode Varietas 3 MST 10 MST Jlh anakan panen
1. V1 Inpari 26 9.44 ab 21.60 ab 16.36 ab
2. V2 Inpari 27 8.7 ab 20.04 ab 14.56 a
3. V3 Inpari 28 11.64b 22.51 ab 16.53 ab
4. V4 Sarinah 10.13 ab 24.38 b 19.57 b
5. V5 Batang Piaman 10.6 ab 22.72 ab 17.03 ab
6. V6 Ciherang 8 a 18.11 a 13.03 a
Pada Tabel 3 dari hasil analisis ragam jumlah anakan pada pada umur 3
MST, 6 MST dan jumlah anakan panen berbeda antar varietas. Secara statistik
menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah anakan tertinggi pada umur 3 MST
pada varietas Inpari 28 (11.64) yang tidak berbeda nyata dengan varietas
Sarinah (10.13) dan batang piaman (10.6) dan berbeda nyata dengan jumlah
anakan Ciherang (8). Sedangkan Jumlah anakan pada umur 10 MST jumlah
anakan tertinggi dijumpai pada varietas Sarinah (24,38) yang tidak berbeda
nyata dengan varietas lainnya dan berbeda nyata dengan Ciherang (18.11).
Sedangkan jumlah anakan panen jumlah anakan tertingi di jumpai pada varietas
Sarinah (19.57) yang berbeda nyata dengan varietas Inpari 27 dan Ciherang dan
tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya.
Jumlah anakan yang menghasilkan malai merupakan salah satu karakter
tanaman yang dapat menentukan produktivitas tanaman. Makin banyak anakan
yang menghasilkan malai erat hubungannya dengan bertambahnya tempat
kedudukan gabah (Siregar et al. 1998). Selain itu varietas dengan jumlah anakan
per rumpun yang disertai dengan jumlah gabah per malai yang banyak akan
memberikan hasil yang tinggi dibandingkan dengan varietas dengan jumlah
anakan dan jumlah gabah per malai lebih sedikit (Veeresh et al., 2011).
30
c. Panjang Malai
Data hasil pengukuran Panjang malai beberapa varietas padi dataran tinggi
pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi Aceh disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Panjang Malai Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Panjang malai (cm)
1. V1 Inpari 26 27.06 bc
2. V2 Inpari 27 26.49 ab
3. V3 Inpari 28 27.58c
4. V4 Sarianah 28.30d
5. V5 Batang Piaman 28.19 d
6. V6 Ciherang 25.96 a
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa panjang malai berkisar antara 25,96 –
28,19 cm, dimana malai terpanjang terdapat pada varietas Sarinah (28,30 cm)
yang tidak berbeda nyata dengan varietas Batang Piaman dan berbeda nyata
dengan Inpari 28 dan Ciherang. Sedangkan malai terpendek dijumpai pada
varietas ciherang (25,96).
Panjang malai juga di pengaruhi ketersediaan air yang cukup dan suhu
yang rendah pada fase pembungaan. Hal ini sesuai dengan pemaparan
Soemartono et al., (1990) yang menyatakan bahwa sebaiknya temperatur
rendah pada masa berbunga, karena ini berpengaruh baik bagi pertumbuhan dan
hasil akan lebih tinggi. Hasil penelitian Sirappa et al., (2009) bahwa panjang
malai dipengaruhi oleh faktor genetik dari varietas serta daya adaptasi varietas
itu terhadap lingkungan tumbuh tanaman. Panjang malai akan disukai petani
dengan baik jika kriteria tanaman padi memiliki panjang malai yang optimal dan
memiliki gabah yang tingkat pematangan yang serempak dan tidak terdapat butir
hijau. Semakin panjang malai maka diharapkan semakin banyak gabah yang
dihasilkan dari rumpun padi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Julistia dan
Jumakir (2011) panjang malai tanaman akan memberikan jumlah gabah per
31
malai lebih banyak dan sebaliknya malai tanaman yang pendek memberikan
jumlah gabah per malai lebih sedikit.
d. Jumlah Malai per Rumpun
Data hasil pengukuran jumlah malai per rumpun beberapa varietas padi
dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi
Aceh disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Malai per Rumpun Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Jumlah Malai (batang)
1. V1 Inpari 26 13,20 bc
2. V2 Inpari 27 12,06 ab
3. V3 Inpari 28 14,30 cd
4. V4 Sarianah 15,06 d
5. V5 Batang Piaman 14,04 cd
6. V6 Ciherang 11.53 a
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa Jumlah malai berkisar antara (11,53-15,06)
dimana jumlah malai terbanyak terdapat pada varietas Sarinah (15,06 cm) yang
tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 28, Batang Piaman Inpari 26 dan
inpari 27 sedangkan jumlah malai terendah dijumpai pada varietas Ciherang
(11,53). Jumlah malai per rumpun erat kaitannya dengan kemampuan tanaman
menghasilkan anakan dan kemampuan mempertahankan berbagai fungsi
fisiologis tanaman. Semakin banyak anakan yang terbentuk semakin besar
peluang terbentuknya anakan yang menghasilkan malai. Hal ini sejalan dengan
pendapat Murayama (1995) yang menyatakan bahwa pada saat tanaman mulai
berbunga hampir seluruh hasil fotosintesis dialokasikan ke bagian generatif
tanaman (malai) dalam bentuk tepung. Selain itu, terjadi juga mobilisasi
karbohidrat protein dan mineral yang ada di daun, batang dan akar untuk
dipindahkan ke malai.
32
e. Jumlah Gabah per Malai
Data hasil pengukuran jumlah gabah per malai beberapa varietas padi
dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi
Aceh disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Gabah per Malai Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Jumlah Gabah per Malai(biji)
1. V1 Inpari 26 124 ab
2. V2 Inpari 27 106,4 a
3. V3 Inpari 28 121 ab
4. V4 Sarianah 139 b
5. V5 Batang Piaman 125,2 ab
6. V6 Ciherang 118 ab
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah gabah per malai berkisar antara 106 ,4
– 139 biji dimana jumlah gabah terbanyak dijumpai pada varietas Sarinah (139
biji) yang berbeda dengan varietas Inpari 26. Perbedaan jumlah gabah per
malai yang dihasilkan dari masing-masing varietas disebabkan oleh faktor
genetik masing-masing varietas. Hal ini sesuai dengan pendapat Guswara
(2007) jumlah gabah per malai dipengaruhi oleh faktor genetik. Disamping itu
faktor lingkungan ikut berperan dalam tinggi rendahnya jumlah gabah permalai,
karena keadaan cuaca yang cerah dapat meningkatkan laju fotosintesa, energi
cahaya yang digunakan untuk merombak air dan gas asam arang dirubah
menjadi makanan, fotosintat yang dihasilkan akan disimpan dalam jaringan
batang dan daun, kemudian akan ditranslokasikan ke gabah tingkat pematangan.
f. Jumlah Gabah Isi per Malai
Data hasil pengukuran jumlah gabah isi per malai beberapa varietas padi
dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi
Aceh disajikan pada Tabel 6.
33
Tabel 6. Jumlah Gabah Isi per Malai Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Jumlah Gabah Isi per Malai
1. V1 Inpari 26 100,4 ab
2. V2 Inpari 27 93 a
3. V3 Inpari 28 98,5 ab
4. V4 Sarianah 105,7 b
5. V5 Batang Piaman 103,4 b
6. V6 Ciherang 92.4 a
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah gabah per malai berkisar antara 92,4 –
105,7 dimana jumlah gabah isi per malai tertinggi dijumpai pada varietas
Sarinah (105,7) yang tidak berbeda dengan varietas Batang Piaman dan Inpari
28, dan berbeda nyata dengan varietas Inpari 27 dan Ciherang
g. Bobot 1000 butir Gabah Isi
Data hasil pengukuran bobot 1000 butir beberapa varietas padi dataran
tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi Aceh
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot 1000 Butir Gabah Isi Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Bobot 1000 Biji (gr)
1. V1 Inpari 26 25.60 ab
2. V2 Inpari 27 25.26 ab
3. V3 Inpari 28 25.20 ab
4. V4 Sarianah 26.5 b
5. V5 Batang Piaman 25.30 ab
6. V6 Ciherang 24,04 a
34
Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa bobot 1000 biji berkisar antara 24,04 – 26,5
gram, dimana bobot 1000 biji terberat dijumpai pada varietas Sarinah (26.5)
yang berbeda nyata dengan varietas Ciherang dan tidak berbeda nyata dengan
varietas lainnya. Perbedaan bobot 1000 biji yang dihasilkan erat kaitannya
dengan kemampuan masing-masing varietas menyerap hara yang tersedia,
terutama P. Sebagaimana pendapat Warisno (1998) penyerapan P yang
berbeda akan menyebabkan fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman padi
berbeda sehingga hasil fotosintesa yang ditraslokasikan untuk kebutuhan
pengisian biji menjadi berbeda. Biji akan terbentuk sempurna jika tersedia
akumulasi karbohidrat yang cukup, unsur P dibutuhkan tanaman padi sebanyak
75% pada masa generatifnya.
I. Hasil Gabah ton per hektar
Data hasil pengukuran hasil gabah ton per hektar beberapa varietas padi
dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi
Aceh disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Gabah Ton per Hektar Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi
No. Kode Varietas Hasil Ton per Hektar
1. V1 Inpari 26 5,1 ab
2. V2 Inpari 27 4,8 ab
3. V3 Inpari 28 5 ab
4. V4 Sarianah 6,2 b
5. V5 Batang Piaman 6 b
6. V6 Ciherang 4,5 a
Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa hasil analisis menunjukkan bahwa hasil gabah
kering panen (GKP) dari 6 varietas yang diuji menunjukkan hasil tertinggi adalah
varietas Sarinah (6,2 ton ha/ha), kemudian diikuti masing-masing Batang Piaman
(6 ton/ ha), Inpari 26 (5,1 ton/ha), Inpari 28 (5 ton /ha), Inpari 27 (4,8 ton/ha
dan terendah adalah varietas Ciherang (4,5 ton/ha). Dari hasil uji tersebut,
35
ternyata bahwa varietas Sarinah dan Batang Piaman berbeda nyata dengan
Ciherang.
Temu Lapang
Kegiatan temu lapang dan panen kegiatan Uji Adaptasi Beberapa Varietas
Padi Dataran Tinggi di Kabupaten Bener Meriah di laksanakan pada Tanggal 15
Desember 2015 di Desa Umah Besi Kecamatan Gajah Putih. Dalam kegiatan ini
ada lima varietas yang di uji cobakan yaitu Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28,
Batang Piaman, Sarinah dan satu varietas yang sudah sering digunakan oleh
petani yaitu Ciherang.
36
Selain penggunaan Varietas Unggul teknologi lainnya yang diterapkan
pada kegiatan ini adalah penanaman bibit muda umur 20 hari sebanyak 2
batang/lubang tanam. Sistem tanam yang digunakan juga mengintroduksikan
teknologi sistem tanam jajar legowo 2:1 dan 4:1 dengan jarak tanam 20 cm x 10
cm dan jarak legowo 40 cm. Pemupukan berimbang dan pengendalian hama
penyakit tanaman juga diterapkan pada kegiatan ini. Tujuan kajian ini untuk
mendapatkan varietas padi sawah dataran tinggi yang adaptif.
Temu Lapang ini menjadi wadah antara para petani dan
peneliti/penyuluh untuk mendiseminasikan teknologi yang diterapkan dan juga
saling tukar-menukar informasi serta menyebar luaskan teknologi budidaya padi
dataran tinggi yang diterapkan dalam kegiatan penelitian atau percontohan
pertanian. Tentunya dengan kegiatan ini diharapkan meningkatkan kemampuan
petani sehingga bisa mengambil keputusan dan memberikan respon yang tepat,
khususnya saat akan menerapkan teknologi inovasi.
Acara temu lapang diawali dengan penyampaian sambutan dari
penanggung jawab kegiatan, Camat Kecamatan Gajah Putih, dan Kepala BPTP
Aceh. Dalam sambutannya, Kepala BPTP Aceh menyampaikan varitas Ciherang
sebagai pembanding dari varitas yang diujikan sudah berkembang lebih dari 15
tahun. Untuk jangka waktu tersebut sebetulnya varitas Ciherang sudah tidak
direkomendasikan lagi sebab semakin lama digunakan varitas tersebut akan
mengurangi daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. Di beberapa
kabupaten varitas Ciherang sudah mulai terserang blash, maka saat ini BPTP
memperkenalkan varitas unggul lain untuk diadaptasikan. Biasanya produktivitas
padi sekitar 4,5 ton, bila bisa meningkat 1 ton saja untuk setiap Ha nya dikalikan
dengan 350.000 Ha luas tanam padi di seluruh Prov Aceh, maka sudah dapat
memacu swasembada. Persoalan ke depan dihadapkan kepada kecucukupan
pangan yang harus berpacu dengan pertambahan penduduk yang semakin
meningkat. Untuk itu program pemerintah yang bekerjasama dengan aparat TNI
dilakukan untuk mencapai swasembada.
Dalam acara dialog antara para petani dengan instansi terkait petani
berharap adanya bantuan alsintan seperti traktor, benih, pupuk dan obat obatan.
Akhirnya kegiatan temu lapang ditutup dengan doa dan panen secara simbolis
yang dipandu oleh tim BPTP Aceh. Semoga kegiatan uji adaptasi padi dataran
tinggi yang telah didiseminasikan dapat memperoleh 1 atau 2 varietas yang
37
cocok untuk dikembangkan oleh petani di Kabupaten Bener Meriah sehingga
produktivitas dapat meningkat sekaligus mendukung upaya swasembada
nasional.
38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Varietas Sarinah memberikan hasil tertinggi 6.2 ton /ha diikuti varietas
Batang Piaman 6 ton/ha, dan Inpari 26 5.1 ton/ha
2. uji adaptasi dari keenam varietas yang di cobakan Varietas Sarinah,
Batang Piaman dan Inpari 26 baik untuk di kembangkan di dataran tinggi
Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah
3. Penerapan teknologi budidaya dengan penggunaan varietas unggul serta
pemberian pupuk yang sesuai rekomendasi padi dataran tinggi sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas padi dataran tinggi
5.2. SARAN
Perlu dilakukan uji adaptasi lagi untuk tiga varietas yang didapat pada
ketinggian diatas 900 m dpl agar penyebaran dan pengembangan teknologi
penggunaan varietas unggul dataran tinggi agar semakin meluas.
39
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, B. 2004. Pengenalan VUTB Fatmawati dan VUB lainnya. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) Fatmawati dan VUB lainnya, 31 maret – 3 april 2004, di Balitpa, Sukamandi
Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Palawija. Provinsi Aceh.
Bobihoe J. dan Endrizal.1998. Peranan varietas unggul dalam kegiatan
pengembangan teknologi usahatani (padi, jagung dan kedelai). Kupang.Sekretariat Pembina Bimas Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Dirjen Tanaman Pangan, 2013. Pedoman Teknis Pelaksanaan SL-PTT Padi dan
Jagung 2013. Kementerian Pertanian. Jakarta. Deptan. 2009. Basis Data Pertanian. Departemen Pertanian. http:// database.
eptan.go.id/ bdspweb/bdsp 2007/hasil_kom.asp. diakses tanggal 5 Januari 2009
Guswara, A.2007. Peningkatan Hasil Tanaman Padi Melalui Pengembangan Padi
Hibrida : Dalam Kumpulan RDTP/ROPP. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.
Hamdani, A.R.. 1979. Low TemperatureProblems and Cold Tolerance Research
Activities for Rice In India. pp.39 - 48. In. Report of a Rice Cold Tolerance Workshop.IRRI, Los Banos.
Harahap, Z., T.S. Silitonga, dan Suwarno.1993. “Pemuliaan Padi dalam PJPT II”.
Makalah pada Pertemuan Pemuliaan Tanaman Puslitbangtan. Bogor, 7-8 Juni 1993.
Indrasari, S.D., Jumali, dan A.A. Daradjat.(2007). Kualitas Beras Giling dan Nilai
Duga Derajat Sosoh Gabah.Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 25(3): 194-199
Julistia B., dan Jumakir. 2011. Uji adaptasi beberapa varietas unggul baru (VUB)
padi sawah di Provinsi Jambi. Prosiding Seminar Nasional Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementerian Pertanian. BBP2TP. Badan Litbang Pertanian. Cisarua 9-11 Desember 2010. Buku 3. Hal 1106-1111.
Kaneda, C. and H. M. Beachell. 1974. Response of indica-japonica rice hybrids to
low temperature. SABRAO J.6(1):17-32
40
Las, I., P. Wahid, Y.S. Baharsyah, dan Darwis SN. 1993. “Tinjauan iklim dataran tinggi Indonesia”. Potensi kendala dan peluang dalam mendukung pembangunan pertanian pada PJPT II. Seminar sehari tentang iklim. Padang, 6 Pebruari 1993.
Murayama, N 1995. Fertilizer application to rice in relation to nutriphysiology of
ripening. 2.j.Agri.Sci.24:71-77.(J) dalam skripsi H. Sukardi. 2006. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Anorganik (NPK) dan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Fakultas Pertanian Unsika.
Shimono, H., Toshihiro Hasegawa, Masahisa Moriyama, Shigeto Fujimuraand
Takayuki Nagata. 2005. Modeling Spikelet Sterility Induced by Low Temperature in Rice. Agron J 97:1524-1536
Sirappa, M.P., A.J. Riewpassa dan Edwin D. Waas., 2007. Kajian Pemberian
Pupuk NPK pada Beberapa Varietas Unggul Padi Sawah di Seram Utara. J. Pengkajian dan Pengembangan Pertanian 10(1): 48 -56
Swastika, D.K.S., J. Wargiono, Soejitno,dan A. Hasanudin. 2007b. Analisis
kebijakan peningkatan produksi padi melalui efisiensi pemanfaatan lahan sawah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian 5(1): 36-52.
Soemartono, B. Samad, R. Hardjono dan I. Somadiredja. 1992. Bercocok tanam
padi, Yasa guna, Jakarta. Siregar, H.,Endang S., dan Soewito. 1998. Analisis beberapa sifat galur padi
sawah dua musim tanam di Pusakanegara. Vol. 17 (1): 34-44 Penelitian Tanaman Pangan.
Veeresh, R.P.G., A. Henry, A. Yamauchi, H.E. Shashidhar, R. Serraj. 2011. Root
biology and genetics improvement for drought avoidance in rice. Field Crop Res.122:1-13.
Warisno. 1998 Budidaya Padi Hibrida. Kanisius. Yokyakarta. 81 hlm Zen S., Zarwan dan H. Bahar. 2002. Parameter Genetik Karakter Agronomi Padi
Gogo. Stigma X(3) 208-213.
41
LAMPIRAN 1. DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI DATARAN TINGGI
INPARI 26
Umur Tanaman : +- 124 hss
Tinggi Tanaman : +- 80 cm
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur Nasi : Pulen
Bobot 1000 butir : 26,5 gram
Amilosa : 20,9 %
Rata-rata hasil : 5,7 ton GKG
Potensi Hasil : 7,9 ton GKG
Ketahanan hama : Agak rentan WBC 1,2 3
Ketahanan Penyakit : Tahan HDB patotipe III agak rentan IV, VII
Tahan ras blas 033,agak tahan 073,173 rentan 133
Anjuran Tanam : Cocok untuk ditanam di sawah dataran tinggi ± 900 m
dpl
Pemulia : IRRI, Aan A Daradjat, Bambang Suprihatno, Nafisah,
Cucu Gunarsih, Trias Sitaresmi.
Dilepas tahun : 2012
42
INPARI 27
Umur Tanaman : +- 125 hss
Tinggi Tanaman : +- 81 Cm
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur Nasi : Pulen
Berat 1000 butir : 26,7 gram
Amilosa : 21,8 %
Rata-rata hasil : 5,7 ton GKG
Potensi Hasil : 7,6 ton GKG
Ketahanan hama : Agak rentan WBC 1,2 rentan 3
Ketahanan Penyakit : Tahan HDB patotipe III agak rentan IV,VII
Tahan ras blas 033,agak tahan 073,173 rentan 133
Anjuran Tanam : Cocok untuk ditanam di sawah dataran tinggi ±
900 m dpl
Pemulia : IRRI, Aan A Daradjat, Bambang Suprihatno, Nafisah,
Cucu Gunarsih, Trias Sitaresmi.
Dilepas tahun : 2012
43
INPARI 28
Umur Tanaman : +- 120 hss
Tinggi Tanaman : +- 97 Cm
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur Nasi : Pulen
Berat 1000 butir : 27,4 gr
Amilosa : 23,7 %
Rata-rata hasil : 6,6 ton GKG
Potensi Hasil : 9,5 ton GKG
Ketahanan hama : Agak rentan WBC 1,2, 3
Ketahanan Penyakit : Tahan HDB patotipe III agak rentan IV,VII
Agak Tahan ras blas 033,073, rentan 173, 133
Anjuran Tanam : Cocok untuk ditanam di sawah dataran tinggi
sampai ketinggian 1100 m dpl
Pemulia : Aan A Daradjat, Bambang Suprihatno, Nafisah,
Cucu Gunarsih, Trias Sitaresmi.
Dilepas tahun : 2012
44
SARINAH
Asal : Populasi S3254-2G-21-2 asal Sarinah Garut
Metode seleksi : Galur murni
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110–125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 107–116 cm
Anakan produktif : 15 –20 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Mudah
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Bobot 1000 butir gabah : 25,5 gram
Kadar amilosa : 22,3 %
Potensi hasil : 7,4 –8,0 ton / ha gabah kering giling
Rata-rata hasil : 6,98 ton / ha gabah kering giling
Ketahanan terhadap hama dan : Agak peka terhadap wereng coklat penyakit
biotipe 1, agak rentan biotipe 2 dan rentan
biotipe 3, tidak tahan terhadap penyakit
tungro.
Keterangan : Baik ditanam di dataran sedang sampai
tinggi.
Peneliti Pemulia : Aan A Daradjat, ZA. Simanulang
45
BATANG PIAMAN
Umur Tanaman : 100-121 hari (0-700 m dpl)131 hari (>700 m
dpl)
Asal : Persilangan IR 25393-57/RD203//27316-
96///SPLR7735/SPRL2792
Tinggi Tanaman : 105-117 cm
Golongan : Care
Bentuk tanaman : Tegak
Anakan Produktif : 14-20 malai
Posisi daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping, ukuran panjang, warna kuning
bersih.
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pera
Bobot 1000 Butir : 28 -30 gr
Kadar Amilosa : 28 %
Rasa Nasi : Sama dengan IR 42
Rata-rata hasil : 6,36 ton/ha
Ketahanan hama dan Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas daun dan blas
leher malai
Anjuran Tanam : Cocok untuk ditanam di sawah sampai
ketinggian 850mdpl
Pengusul : Syahrul Zen, Aan Daradjat, Dasmal, Atman,
Adrizal dan Taufik
46
CIHERANG
Kelompok : PadiSawah
Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41–3-1
AsalPersilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-
1//IR19661-131-3-1///IR64////IR64
Golongan : Cere
Umur Tanaman : 116-125hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 107-115cm
Anakan Produktif : 14-17batang
Warna Kaki : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna DaunTelinga : Putih
WarnaDaun : Hijau
Warna Muka Daun : Kasarpadasebelahbawah
Posisi Daun : Tegak
Daun Bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Panjangramping
Warna Gabah : Kuningbersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
TeksturNasi : Pulen
Kadar Amilosa : 23%
Bobot 1000 Butir : 27-28g
Rata–RataProduksi : 6t/ha
PotensiHasil : 8,5t/ha
Ketahanan Terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3
Ketahanan Terhadap Penyakit : Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB)
strain IIIdanIV
Anjuran : Cocok ditanam pada musim hujan dan
kemarau dengan ketinggian dibawah 500
mdpl.
Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang,., E. Sumadi dan
Aan A. Daradjat-
Dilepas Tahun : 2000
47
LAMPIRAN 2. ANALISIS RESIKO FOTO KEGIATAN PADI PADI DATARAN TINGGI
No. RESIKO PENYEBAB DAMPAK PENANGANAN RESIKO
1 2
Suhu yang rendah, dan Curah Hujan Relatif Tinggi Hama dan Penyakit
-Karena dataran tinggi
Kehilangana hasil, gabah hampa tinggi menyebabkan Penurunan produksi /produktivitas
-Jadwal tanam harus disesuaikan dengan musim -dilakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
LAMPIRAN 3. PERSONALIA
No Nama Lengkap Pendidikan Disiplin Ilmu Jabatan
Fungsional Waktu
1 Idawanni, SP S-1 Agoronomi Peneliti 30
2 Ir. Nasir Ali S-1 Budidaya Penyuluh 20
3 Cut Nina Herlina, SPi S-1 Agronomi Penyuluh 20
4 Eka Fitria, SP S-1 Sosek Peneliti 20
5 Fenty Ferayanti, SP S-1 HPT Peneliti 10
6 Ahmad SLTA SPMA Teknisi 10
48
LAMPIRAN 4. FOTO KEGIATAN PADI DATARAN TINGGI
Foto Kegiatan Padi Dataran Tinggi di Kabupaten Bener Meriah
49
50
51
52
53
54
55