laporan implementasi dan evaluasi program promosi...
TRANSCRIPT
LAPORAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
“INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK
MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO”
Koordinator:
dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH, Ph.D
Tutor :
Fitrina MK, SKM, MPH
Oleh:
La Ode Reskiaddin (16/403286/PKU/16104)
Sholikah (16/403365/PKU/16183)
Vina Yulia Anhar (16/403379/PKU/16197)
Wartono (16/403382/PKU/16200)
Minat Perilaku dan Promosi Kesehatan Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
2017
ii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah kami, mahasiswa Minat
Perilaku dan Promosi Kesehatan, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
tugas LAPORAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI
KESEHATAN diatas adalah benar-benar hasil pekerjaan kelompok kami dan
bukan hasil pekerjaan menyalin atau meniru keseluruhan atau sebagian hasil
pekerjaan teman atau orang lain.
Apabila kami sengaja maupun tidak sengaja melakukan hal tersebut
diatas maka kami bersedia menerima sanksi yang berupa: dianggap tidak
mengumpulkan tugas tersebut. Selain itu jika ada 2 naskah yang sama tidak
keseluruhan atau sebagian keduanya dianggap tidak mengumpulkan tugas.
Yang memberi pernyataan
Yogyakarta, 23 Oktober 2017
La Ode Reskiaddin
Sholikah
Vina Yulia Anhar .. .
Wartono
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka .................................................................................... 5
B. Landasan Teori ................................................................................... 9
C. Kerangka Teori .................................................................................. 10
D. Kerangka Konsep .............................................................................. 11
E. Hipotesis ............................................................................................ 12
F. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 12
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ........................................................................ 13
B. Lokasi, Populasi dan Sampel ............................................................. 14
C. Review dan Adjustment Program ....................................................... 15
D. Pelaksanaan Program ....................................................................... 18
E. Evaluasi Program .............................................................................. 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 21
B. Pembahasan ..................................................................................... 44
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................ 50
B. Saran ................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karateristik kader kesehatan di Padukuhan Samirono………………….21
Tabel 2.Evaluasi pelaksanaan materi pencatatan, pelaporan dan pengisian KMS
lansia ................................................................................................... 22
Tabel 3. Evaluasi pelaksanaan materi konsep hipertensi & diabetes melitus…..22
Tabel 4. Evaluasi pelaksanaan materi tips melakukan penyuluhan……………...23
Tabel 5. Evaluasi pelaksanaan materi pengukuran tekanan darah dan
antropometri .................................................................................... 24
Tabel 6. Evaluasi pelaksanaan materi diet hipertensi dan diabetes melitus ....... 25
Tabel 7. Evaluasi pelaksanaan materi pemeriksaan gula darah ......................... 26
Tabel 8. Evaluasi pelaksanaan materi senam kaki diabetes .............................. 27
Tabel 9. Evaluasi pelaksanaan materi kegiatan pelatihan secara keseluruhan .. 28
Tabel 10. Uji normalitas data ............................................................................. 29
Tabel 11. Deskripsi pengetahuan faktor risiko PTM (hipertensi dan diabetes
melitus) ............................................................................................ 29
Tabel 12. Uji paired t-test pengetahuan tentang faktor risiko PTM (hipertensi dan
DM) ................................................................................................... 30
Tabel 13. Deskripsi pengetahuan pengukuran tekanan darah & antropometri ... 30
Tabel 14. Uji paired t-test pengetahuan pengukuran tekanan darah &
antropometri .................................................................................. 30
Tabel 15. Deskripsi pengetahuan tentang diet hipertensi dan diabetes melitus . 31
Tabel 16. Uji paired t-test pengetahuan diet hipertensi dan diabetes melitus ..... 31
Tabel 17. Keterampilan melakukan pengukuran tekanan darah ......................... 32
Tabel 18. Keterampilan melakukan pengukuran tinggi badan ............................ 32
Tabel 19. Keterampilan mealukan pengukuran berat badan .............................. 33
Tabel 20. Keterampilan melakukan pemeriksaan gula darah ...... ……………..…33
Tabel 21. Keterampilan melakukan senam kaki diabetes ............ ……………..…34
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka teori Capacity Building Framework ................................... 10
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian ............................................................ 11
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan
Lampiran 2. Instrumen evaluasi kegiatan level 1 (reaction)
Lampiran 3. Instrumen evaluasi kegiatan level 2 (learning)
Lampiran 4. Instrumen evaluasi kegiatan level 3 (behavior)
Lampiran 5. Pedoman wawancara (saat intervensi)
Lampiran 6. Pedoman wawancara (setelah intervensi)
Lampiran 7. Hasil uji statistik
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan suatu masalah yang serius di
berbagai negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) (2017)
bahwa 70% kematian di seluruh dunia diakibatkan oleh penyakit tidak menular
diantaranya penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes dan penyakit paru-paru
kronis, dan 82% dari 16 juta orang meninggal sebelum waktunya atau sebelum
mencapai usia 70 tahun yang terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah.WHO memproyeksikan kenaikan jumlah kematian PTM dari 36 juta di
tahun 2008 menjadi 55 juta pada tahun 2030 jika tidak ada langkah efektif yang
dapat mengendalikan hal tersebut (WHO, 2013; WHO, 2017). Beberapa faktor
penyebab tingginya angka prevalensi penyakit menular dikarenakan karena
penggunaan tembakau, makanan yang tidak sehat termasuk asupan garam dan
sodium yang tinggi, aktivitas fisik, kelebihan berat badan dan obesitas, dan
penggunaan alkohol yang berlebihan, faktor risiko fisiologis utama adalah
tekanan darah meningkat, peningkatan glukosa darah, hilangnya lapangan kerja
karena kecacatan terkait PTM, dikombinasikan dengan durasi dan kompleksitas
pengobatan PTM yang panjang menimbulkan tantangan tambahan terhadap
pengurangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan (Alwan et al. 2010:
WHO, 2011, Bloom, et al., 2011 WHO, 2009; Lim, et al. 2012). Menurut Agaba
et al., (2017) penyakit menular yang paling sering terjadi adalah hipertensi,
penyakit ginjal kronik dan diabetes.
Permasalahan kesehatan di Indonesia terkhusus PTM menjadi masalah
yang cukup serius. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
sedang menghadapi tantangan akibat PTM. Penyakit tidak menular di Indonesia
secara signifikan meningkat tiap tahunnya. Jumlah kematian akibat penyakit tidak
menular di Indonesia sebanyak 1.340.000 kematian atau 73% dari jumlah
kematian (WHO, 2017). Salah satu penyakit menular yang sedang dihadapi ialah
diabetes dan hipertensi yang menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, kasus
hipertensi terjadi peningkatan prevalensi dari 7,6 % tahun 2007 menjadi 9,5 %
tahun 2013. Di lain hal, pada tahun 2007, penyakit diabetes melitus juga
2
meningkat dari 1,1% menjadi 2,1% pada tahun 2013. Provinsi DI Yogyakarta
menduduki urutan pertama dengan prevalensi diabetes sebanyak 2,6 per
100.000 penduduk dan urutan ketiga prevalensi hipetensi sebanyak 12,8 per
100.000 penduduk di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2013).
Berdasarkan hasil analisis komunitas di Padukuhan Samirono, terdapat
permasalahan kesehatan yang ditemukan diantaranya penyakit tidak menular
yaitu diabetes dan hipertensi pada lansia. Jumlah kasus diabetes di Samirono
sebanyak 24 orang dan 42 orang kasus hipertensi pada bulan Januari-Agustus
2016. Selain itu, terdapat 6 orang yang meninggal akibat penyakit diabetes.
Berdasarkan hasil wawancara, faktor risiko penyakit hipertensi dan diabetes
masyarakat daerah Samirono adalah faktor pola makan (suka mengkonsumsi
gorengan), stres, umur dan kurang aktivitas fisik. Menurut Cheung, & Li (2012)
menyebutkan bahwa penyakit diabetes dan hipertensi sering terjadi bersamaan
dan biasanya memiliki faktor risiko yang sama seperti obesitas, stres oksidatif,
resistensi insulin, dan tekanan mental. Di samping itu, permasalahan terkait
kader lansia yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi insiden diabetes
dan hipertensi di Samirono diantaranya keterampilan kader dalam mengedukasi
masyarakat terkait penyakit tidak menular, mengukur tekanan dan gula darah,
partisipasi kader yang kurang serta sistem pelaporan dan pencatatan yang
kurang sistematis.
Pengembangan kapasitas (capacity building) merupakan komponen yang
penting dalam mempertahankan efektivitas program promosi kesehatan.
Pengembangan kapasitas membantu individu dalam mengembangkan
kepemimipinan, negosiasi dan pemecahan masalah kesehatan dan keterampilan
membangun tim (Ontario Prevention Clearinghouse, 2002). Oleh karena itu,
peningkatan kapasitas dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kader Samirono dalam upaya pencegahan dan penatalaksanaan
masalah penyakit tidak menular di daerah tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlunya dirancang program
intervensi berbasis promotif dan preventif yang ditujukan kader, guna
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam upaya pencegahan
dan penatalaksanaan insiden penyakit tidak menular (hipertensi dan DM) di
3
Padukuhan Samirono, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian
yaitu bagaimana pengaruh capacity building terhadap peningkatan pengetahuan
dan keterampilan kader kesehatan dalam upaya pencegahan faktor risiko PTM
(hipertensi dan diabetes melitus) di Padukuhan Samirono?
C. Tujuan Penelitan
1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh capacity
building terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader
kesehatan dalam upaya pencegahan faktor risiko PTM (hipertensi dan
diabetes melitus) di Padukuhan Samirono.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:
a. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan
pengetahuan kader tentang hipertensi dan diabetes melitus
b. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan
pengetahuan kader tentang pengukuran tekanan dan gula darah, serta
antropometri
c. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan
pengetahuan kader tentang diet hipertensi dan diabetes melitus
d. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan
pengetahuan kader tentang pencatatan dan pelaporan serta pengisian
kartu menuju sehat (KMS) lansia
e. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan
pengetahuan kader tentang senam kaki diabetes
f. Mengetahui pengaruh pelatihan terhadap peningkatan keterampilan kader
dalam mengukur tekanan dan gula darah, serta antropometri
g. Mengetahui pengaruh pelatihan terhadap peningkatan keterampilan kader
dalam melakukan senam kaki diabetes.
4
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat bagi kader Padukuhan Samirono
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, tindakan dan keterampilan kader
tentang pencegahan penyakit tidak menular
b. Dapat mengaktifkan kembali kegiatan kegiatan pos pemeriksaan
kesehatan lansia/pra lansia
2. Manfaat bagi stakeholder Padukuhan Samirono
a. Sebagai bahan pertimbangan untuk mendukung pelaksanaan dan
keberlanjutan kegiatan pos pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia
3. Manfaat bagi Puskesmas Depok 3
a. Sebagai bentuk tindak lanjut dari kegiatan kegiatan pos pemeriksaan
kesehatan lansia/pra lansia.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Capacity Building
Capacity building atau pengkapasitasan atau dalam bahasa yang
sederhana memampukan atau enabling. Proses capacity building terdiri dari
tiga jenis yaitu manusia, organisasi dan sistem nilai. Pengkapasitasan
manusia dalam arti memampukan manusia, baik dalam konteks individu
maupun kelompok biasanya dilakukan dengan melalui pelatihan (training),
workshop (loka latih), seminar, simulasi, sosialisasi dan sejenisnya. Arti
dasarnya adalah memberikan kapasitas kepada individu dan kelompok
manusia untuk mampu menerima daya dan kekuasaan yang akan diberikan.
Pengkapasitasan organisasi dilakukan dalam bentuk restrukturisasi
organisasi yang hendak menerima daya atau kapasitas tersebut.
Pengakapasitasan sistem nilai atau aturan main, dalam cakupan organisasi
berkenaan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART),
sistem dan prosedur, peraturan dan sejenisnya. Pengkapasitasan sistem
nilai dilakukan dengan membantu target dan membuatkan “aturan main”
diantara mereka sendiri (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007). Capacity
building dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang memperkuat
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan perilaku individu, dan
memperbaiki struktur kelembagaan (misalnya, layanan, institusi
pembelajaran) dan proses untuk memungkinkan organisasi untuk secara
efisien memenuhi misi dan sasaran mereka secara berkelanjutan (Talbot.,
Takeda, Riutort, & Bhattacharyya, 2009).
Menurut Diem, Brownson., Grabauskas, Shatchkute, & Stachenko, S.
(2016) capacity building memberikan peranan dalam penting bagi kemajuan
dalam mengendalikan PTM. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan kapasitas mencakup kebutuhan untuk menjembatani
berbagai disiplin ilmu, membangun basis bukti di seluruh negara, dan
kurangnya pelatihan formal dalam ilmu kesehatan masyarakat. Program
pelatihan yang efektif dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam pengembangan status kesehatan masyarakat (Turnock, 2009;
6
Berthold et al., 2009). Sedangkan area tindakan dalam pengembangan
kapasitas yaitu pengembangan organisasi, pengembangan tenaga kerja,
alokasi sumber daya, dan elemen kemitraan dan kepemimpinan (NSW
Health Departement, 2001).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
kapasitas individu dalam menjalankan fungsi dan tugas pemerintah dan
pembangunan yaitu Steers (1984):
a. Pengetahuan yang meliputi pengetahuan umum, pengetahuan teknis,
pekerjaan dan organisasi, konsep administrasi dan metode, dan
pengetahuan diri
b. Kemampuan yang meliputi manajemen, pengambilan keputusan,
komunikasi, perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan, bekerja
dengan orang lain, penanganan konflik, pikiran intuitif, komunikasi, dan
belajar
c. Tujuan yang meliputi orientasi tindakan, kepercayaan diri, tanggung
jawab, serta norma dan etika.
Menurut Ontario Prevention Clearinghouse (2002) Dalam
pengembangan kapasitas dalam promosi kesehatan, ada delapan keluaran
yang diperolah dari pengembangan kapasitas komunitas yaitu:
a. Memperluas partisipasi warga
b. Memperluas basis kepemimpinan
c. Memperkuat kemampuan individu
d. Terciptanya pemahaman dan penglihatan yang luas
e. Pengembangan agenda strategis
f. Bukti kemajuan yang konsisten dan nyata terhadap tujuan
g. Bukti organisasi dan institusi masyarakat yang lebih efektif
h. Bukti pemanfaatan sumber daya yang lebih baik oleh masyarakat.
2. Penyakit Tidak Menular (PTM)
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang
menjadi beban kematian dan morbiditas di seluruh dunia. Hal tersebut
menjadi tantangan yang harus diselesaikan secara global termaksud negara
berpenghasilan rendah. Penyakit tidak menular tersebut daintaranya
penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernafasan, diabetes, obesitas,
7
dan gangguan muskuloskeletal. WHO menyebutkan bahwa faktor perilaku
yang menjadi penyebab yang mendominasi seperti penggunaan tembakau,
diet tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan penggunaan alkohol yang
berbahaya yang berdampak terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas,
meningkatkan tekanan darah, meningkatkan kolesterol, dan akhirnya
menjadi penyakit penyakit. Bukti dari penelitian yang dilakukan selama tiga
puluh tahun terakhir telah menunjukkan bahwa lingkungan selama
kehidupan awal mempengaruhi risiko penyakit tidak menular pada
seseorang akan berkembang, artinya bahwa paparan lingkungan selama
masa kanak-kanak dan kehidupan orang dewasa kemudian dapat
memodifikasi lebih lanjut risiko penyakit kronis ini di kemudian hari (WHO,
2017; Baird, et al., 2017).
Salah satu kunci dalam upaya pencegahan penyakit tidak menular
adalah pengawasan nasional, dalam hal ini surveilans. Surveilans memiliki
tiga komponen utama: eksposur (faktor perilaku, fisiologis, metabolik, faktor
penentu sosial), hasil (morbiditas dan mortalitas spesifik NCD), dan
kapasitas dan respons sistem kesehatan (infrastruktur, kebijakan, rencana,
akses terhadap perawatan kesehatan , dan kemitraan) (WHO, 2011, Hyder,
2017). Salah satu pendekatan yang dilakukan terkait surveilans yaitu
pendekatan STEP-wise oleh WHO. Tujuan utama STEPS adalah memandu
pembentukan sistem pengawasan faktor risiko di negara-negara dengan
menyediakan kerangka kerja, untuk memperkuat ketersediaan data untuk
membantu negara menginformasikan, memantau, dan mengevaluasi
kebijakan dan program mereka; untuk memfasilitasi pengembangan profil
populasi eksposur faktor risiko penyakit tidak menular (Riley, et al, 2016)
Tujuan utama survei STEPS PTM (WHO, 2013) adalah:
a. Mengetahui prevalensi dan besarnya faktor risiko yang dapat dimodifikasi
untuk PTM termasuk penggunaan tembakau dan sirih, konsumsi kava dan
alkohol, pola makan yang buruk, aktivitas fisik, obesitas, tekanan darah
tinggi, peningkatan kadar glukosa darah dan kolesterol
b. Membandingkan prevalensi faktor risiko PTM di berbagai kelompok umur
dan antara laki-laki dan perempuan
8
c. Menggunakan data STEPS dari survey PTM untuk mengukur beban
penyakit yang potensial di masa depan dan merencanakan strategi
intervensi yang akan dilakukan.
3. Kader
WHO (1993) dalam Sarwono (1997) mendefinisikan kader adalah
sekelompok orang baik laki-laki atau perempuan yang dipilih masyarakat
atau secara suka rela bekerja dan dilatih untuk menangani masalah-masalah
kesehatan baik perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja
dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat- tempat pelayanan
kesehatan dasar. Kader merupakan perwujudan dari usaha-usaha secara
sadar dan terencana untuk menumbuhkan prakarsa dan partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup. Dalam usaha ini kader
diberikan keterampilan tertentu untuk menjadi “agent of change” yang akan
membawa norma-norma baru yang sesuai dengan norma yang ada di
daerah setempat. Selai itu, kader di definisikan sebagai seseorang yang
melakukan fungsi yang berkaitan dengan pemberian pelayanan kesehatan
yang telah dilatih untuk melakukan beberapa intervensi, namun tidak
menerima sertifikat profesional atau paraprofessional formal atau gelar
pendidikan formal (WHO, 2012 ; APHA, 2017).
Dalam upaya mengurangi kejadian penyakit tidak menular terutama
hipertensi dan diabetes dimasyarakat, peran kader memiliki peranan penting
dalam upaya tersebut. Kader biasanya bekerja di komunitas mereka sendiri,
berbagi karakteristik budaya, ekonomi, linguistik dan lainnya termasuk dalam
beberapa kasus diabetes, dan mampu membangun hubungan yang dekat
dan kepercayaan dengan masyarakat karena pengetahuan yang mendalam
tentang komunitas tersebut. Kader dapat menjadi penghubung penting
antara layanan kesehatan dan masyarakat (komunitas etnis, budaya, atau
geografis) karena pengetahuan mereka mengenai budaya dan hubungan
yang erat dengan masyarakat untuk mempromosikan kesehatan (Spencer,
2011 ; Shah 2013).
Menurut Spencer (2011) Peran pekerja sosial menujukkan harapan
dalam memperbaiki dan hasil kesehatan (health outcome) terutama untuk
komunitas ras dan etnis minoritas yang tidak memiliki akses terhadap
9
perawatan kesehatan. Selain itu, Shah (2013) menyebutkan intervensi kader
telah terbukti menjadi strategi yang menjanjikan untuk memperbaiki hasil
diabetes, terutama di kalangan penduduk berpendapatan rendah dan ras
dan etnis minoritas. Hal ini serupa di penelitian Islam et al., (2013)
menyebutkan bahwa kader memiliki peran sentral dalam upaya peningkatan
literasi tentang penyakit diabetes di Bangladesh.
B. Landasan Teori
Capacity building (pengembangan kapasitas) merupakan suatu proses
dalam upaya meningkatkan dan pengembangan kemampuan, keterampilan, dan
keahlian seseorang baik individu, kelompok, organisasi ataupun masyarakat.
Dalam upaya pengembangan kapasitas ada lima area tindakan yang perlu
diperhatikan yaitu (NSW Health Departement, 2001):
1. Pengembangan organisasi. Dalam pengembangan organisasi
terdapat elemen yang harus diperhatikan agar dapa menetukan
strategi yang akan dilakukan diantaranya kebijakan dan prosedur,
arahan strategis, struktur organisasi, dukungan manajemen,
pengakuan dan sistem penghargaan, sistem informasi dan budaya
informal.
2. Pengembangan tenaga kerja. Pengembangan ini dimaksudkan untuk
menciptakan sumber daya yang berkualitas dengan cara
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlilan.
Pengembangan ini meliputi pembelajaran, pelatihan, kursus,
menempuh pendidikan, dukungan dan supervisi profesiaonal, sistem
manajemen kinerja.
3. Alokasi sumberdaya meliputi sumber keuangan, sumber daya
manusia, akses ke informasi, alat dan model pengambilan
keputusan, dukungan administratif dan Sumber daya fisik.
4. Kepemimpinan meliputi kemampuan interpesonal, keterampilan
teknis, kualitas pribadi, visi strategis dan istem berpikir, visi masa
depan, manajemen organisasi, kemitraan.
5. Kemitraan meliputi tujuan bersama, perencanakan, implementasi,
evaluasi dan hasil yang berkelanjutan.
10
Pengembangan kapasitas berperan terhadap kemajuan pengendalian PTM
(Diem, Brownson., Grabauskas, Shatchkute, & Stachenko, S., 2016). Dalam hal
ini, pengembangan kapasitas mencakup kebutuhan untuk menjembatani
berbagai disiplin ilmu serta kurangnya pelatihan dalam ilmu kesehatan
masyarakat. Program pelatihan yang efektif dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam pengembangan status kesehatan masyarakat. Kader
sebagai sumber daya manusia yang berperan penting dalam membantu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya peningkatan kapasitas dari
kader perlu dilakukan mengingat masih minimnya pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki. Peningkatan kapasitas kader dapat dilakukan melalui pelatihan.
Pelatihan tersebut bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan kader agar dapat mumpuni dalam membantu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat (Turnock, 2009; Berthold et al., 2009).
C. Kerangka Teori
Berdasarkan landasan teori diatas, maka kerangka teori pengembangan
kapasitas dalam upaya inisiasi pencegahan dan penatalaksanaan PTM sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka teori Capacity Building Framework (NSW Health Departement, 2001)
11
D. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori sebelumnya, maka kerangka konsep pada
penelitian adalah:
C.
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian
Workforce Development
Edukasi hipertensi dan
diabetes melitus
Edukasi diet hipertensi
dan diabetes melitus
Edukasi pencatatan dan
pelaporan serta KMS
lansia
Edukasi pengukuran
tekanan dan gula darah,
serta antropometri
Edukasi pencegahan
dan penatalaksanaan
hipertensi dan diabetes
melitus
Pelatihan praktik
mengukur tekanan dan
gula darah, serta
antropometri
Pengetahuan dan
Keterampilan Kader
dalam Upaya
Pencegahan Penyakit
Tidak Menular
Pelatihan praktik senam
kaki diabetes
Usia Jenis kelamin
Pendidikan Lama menjadi kader
Confounding variable
Variabel independen
Variabel dependen
12
E. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan, landasan dan kerangka teori serta kerangka
konsep yang telah dijelaskan, ditetapkan beberapa hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan pengetahuan
kader tentang hipertensi dan diabetes melitus
2. Ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan pengetahuan
kader tentang pengukuran tekanan dan gula darah, serta antropometri
3. Ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan pengetahuan
kader tentang diet hipertensi dan diabetes melitus
4. Ada pengaruh pelatihan praktik terhadap peningkatan keterampilan
kader dalam mengukur tekanan dan gula darah, serta antropometri
5. Ada pengaruh pelatihan praktik terhadap peningkatan keterampilan
kader dalam melakukan senam kaki diabetes.
F. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian pada penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan
pengetahuan kader tentang hipertensi dan diabetes melitus?
2. Bagaimana pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan
pengetahuan kader tentang pengukuran tekanan dan gula darah, serta
antropometri?
3. Bagaimana pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan
pengetahuan kader tentang diet hipertensi dan diabetes melitus?
4. Bagaimana pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan
pengetahuan kader tentang pencatatan dan pelaporan serta pengisian
kartu menuju sehat (KMS) lansia?
5. Bagaimana pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan
pengetahuan kader tentang senam kaki diabetes?
6. Bagaimana pengaruh pelatihan praktik terhadap peningkatan
keterampilan kader dalam mengukur tekanan dan gula darah, serta
antropometri?
7. Bagaimana pengaruh pelatihan praktik terhadap peningkatan
keterampilan kader dalam melakukan senam kaki diabetes?
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Kuantitatif
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi
experimental dengan desain one group pre test-post test design dan one
group post test design. One group pre test-post test design dilakukan
dengan menggunakan pre test dan post test berupa kuesioner yang
diberikan sebelum dan setelah materi. Materi pre test dan post test yang
diberikan meliputi pengetahuan tentang faktor risiko penyakit tidak menular
(hipertensi dan diabetes melitus), pengetahuan tentang pengukuran tekanan
darah dan antropometri, serta pengetahuan tentang diet hipertensi dan
diabetes melitus. Model rancangan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Pre test Perlakuan Post test
O1 X0 O2 Keterangan:
O1 : pre test sebelum diberikan materi
X0 : perlakuan dengan pemberian materi
O2 : post test setelah pemberian materi
Desain peneltian one group post test design dilakukan pada intervensi
yang berupa pemberian keterampilan, yang meliputi keterampilan
pengukuran tekanan darah, antropometri, dan pemeriksaan gula darah.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi (check list)
setelah praktik pengukuran dan pada saat pelaksanaan pos lansia. Model
rancangan penelitian sebagai berikut :
Perlakuan Perlakuan Post test
X1 O1 O2 Keterangan :
X1 : intervensi berupa pemberian keterampilan tentang pengukuran tekanan darah,
antropometri dan pemeriksaan gula darah
O1 : pengukuran dengan menggunakan lembar observasi (check list) pada saat pelatihan
O2 : pengukuran dengan menggunakan lembar observasi (check list) pada saat pos lansia
2. Kualitatif
Penelitian kualitatif digunakan untuk menegaskan hasil penelitian guna
mengembangkan pemahaman terhadap dampak program intervensi. Adapun
pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan cara melakukan observasi,
pengisian lembar evaluasi oleh peserta, serta wawancara berkaitan dengan
14
pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pos pemeriksaan kesehatan lansia/pra
lansia.
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Padukuhan Samirono, Desa Caturtunggal,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta dengan
pertimbangan:
a. Belum aktifnya kegiatan pos pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia
b. Belum ada pelatihan peningkatan kapasitas kader yang ditujukan untuk
seluruh kader kesehatan di Padukuhan Samirono
c. Terdapat beberapa ibu yang bersedia menjadi kader baru untuk
kaderisasi kader lama sehingga dapat membantu untuk mengaktifkan
kembali pos pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia
2. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua kader sejumlah 20 orang di
Padukuhan Samirono dengan kriteria inklusi sampel adalah:
a. Bersedia mengikuti kegiatan pelatihan
b. Merupakan warga di daerah Padukuhan Samirono
3. Sampel penelitian
a. Sampel penelitian kuantitatif
Sampel penelitian menggunakan teknik total sampling untuk
rancangan pre test-post test design sehingga sampel berjumlah 20 orang.
b. Sampel penelitian kualitatif
Adapun sampel dalam penelitian kualitatif ini adalah individu yang
berhubungan dengan pelatihan peningkatan kapasitas kader, maupun
program kesehatan lansia, seperti:
1) Petugas Puskesmas Depok 3 pemegang program lansia
2) Kepala Padukuhan Samirono
3) Kader kesehatan Padukuhan Samirono
15
C. Review dan Adjustment Program
1. Review
Sebelum implementasi, dilakukan peninjauan kembali (review)
terhadap kondisi lapangan di Padukuhan Samirono. Hasil (review)
menunjukkan bahwa:
a. Pihak Puskesmas akan membantu dalam kegiatan intervensi
Koordinasi dilakukan kepada petugas program pemegang program
lansia terkait rencana intervensi kepada kader yang akan dilakukan di
Padukuhan Samirono. Petugas pemegang program lansia siap membantu
sebagai pemateri serta memfasilitasi beberapa alat bantu pelatihan. Pihak
Puskesmas menyarankan nantinya juga dilatih calon kader baru untuk
kaderisasi.
b. Kepala dukuh mendukung kegiatan intervensi
Pertemuan kembali dilakukan dengan kepala dukuh yang bertujuan
untuk melakukan pemantapan intervensi. Kepala dukuh memahami,
menerima dan memberikan dukungan berupa izin untuk melaksankan
kegiatan intervensi. Beliau menginstruksikan untuk mengundang peserta
satu per satu dengan surat undangan. Hal ini berkaitan dengan karakter
warga yang akan datang ke suatu acara jika diundang satu per satu
beserta nama mereka tertera diundang tersebut. Kepala dukuh
memfasilitasi undangan peserta pelatihan. Adapun bu dukuh akan
berhadir dalam kegiatan pelatihan sebagai perwakilan dari padukuhan.
c. Kader siap berkerjasama untuk kegiatan intervensi
Dilakukan koordinasi kembali kepada para kader terkait rencana
kegiatan intervensi. Para kader menerima dan memahami rencana
intervensi. Adapun hal yang dikoordinasikan diantaranya mendiskusikan
jadual pelaksanaan, durasi kegiatan pelatihan, materi dan praktik yang
akan diberikan, undangan, kepesertaan hingga konsumsi. Adapun
waktu pelaksanaan direncanakan setiap hari Minggu dengan dua kali
pertemuan tanggal 1 dan 8 Oktober 2017. Namun, pada tanggal 1
Oktober 2017 ada kegiatan dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UGM
yaitu penyuluhan dan pemeriksaan gigi gratis. Sehingga waktu
pelaksanaan perlu diubah.
16
d. Media telah diuji coba
Media modul kader dan video senam yang rencananya akan
dipakai dalam kegiatan intervensi telah diuji cobakan kepada
masyarakat yang karakteristiknya homogen dengan peserta pelatihan
(kader). Adapun karakteristiknya yaitu, berjenis kelamin perempuan, ibu
rumah tangga, tinggal di daerah yang mirip dengan lokasi pelatihan,
dapat membaca dan menulis, serta minimal lulusan sekolah menengah
pertama (SMP). Pendapat mereka untuk modul yaitu, bahasa, desain
dan warna yang digunakan sudah dapat dipahami. Sedangkan video,
mereka berpendapat perlu ditambahkan background music. Media
seperti poster, dan spanduk sudah diuji cobakan ke kepala dukuh dan
beberapa masyarakat per RT. Mereka berpendapat bahwa pesan sudah
dapat dipahami,namun dalam penggunaan panah pada poster makanan
agar dapat diperbaiki supaya maksud pesannya lebih jelas. Sedangkan
spanduk foto warga yang senam diganti dengan foto masyarakat asli
Padukuhan Samirono. merasa media sudah cukup menarik dari segi
warna dan disain serta kalimat dalam media mudah dipahami.
e. Beberapa alat pemeriksaan kesehatan untuk keperluan pelatihan telah
tersedia.
Pihak Puskesmas telah memberikan kepada kader kesehatan alat
pengukur tekanan dan gula darah, serta tinggi dan berat badan masing-
masing berjumlah satu. Setelah dicek, alat tersebut masih dapat
berfungsi, meskipun lama tidak dipakai. Sehingga, peralatan tersebut
dapat menunjang pelaksanaan pelatihan kader.
f. Perubahan teknis pelaksanaan kegiatan pelatihan
Kegiatan pelatihan seperti peer group education dan pengenalan
makanan sehat melalui demo masak dirubah menjadi pemberian
informasi dan praktik menyuluh, serta penyuluhan diet. Hal ini
dikarenakan waktu pelaksaan intervensi kurang dari 1 bulan dan
keterbatasan waktu kader dalam menghadiri kegiatan pelatihan.
Rencana awal bahwa peer group akan dilakukan 2 kali tiap bulan
sebagai wadah diskusi dan peningkatan keterampilan komunikasi para
kader tiap minggunya. Hanya saja mengingat faktor waktu, hal tersebut
tidak mungkin dilaksanakan. Sehingga akan diganti dengan
17
menggunakan fasilitas grup media sosial berupa whatssap group
sebagai tempat sharing para kader. Selain itu, peserta juga akan
diberikan pengetahuan dan praktik terkait tips menyuluh untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi. Sedangkan demo masak tidak
dapat dilaksanakan dikarenakan ketersediaan waktu peserta dalam
mengikuti pelatihan. Sehingga akan diganti dengan pemberian edukasi
dan diskusi oleh pemateri yang memahami terkait bahan makanan yang
tidak dianjurkan, dianjurkan, dibatasi dalam melakukan diet hipertensi
dan diabetes melitus.
2. Adjustment
Setelah dilakukan review terhadap rencana intervensi, selanjutnya
dilakukan penyesuaian (adjustment). Penyesuaian dilakukan agar program
intervensi dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik. Adapun hal yang
disesuaikan diantaranya:
a. Advokasi dengan pihak Puskesmas
Advokasi dilakukan untuk menjalin kerjasama kepada pihak
Puskesmas dalam membantu memfasilitasi kegiatan intervensi. Hal ini
bertujuan agar pihak Puskesmas bersedia membantu memberikan
informasi dan media pelatihan saat program intervensi. Adapun yang akan
memberikan informasi terkait materi pencatatan dan pelaporan data
kesehatan lansia/pra lansia adalah pemegang program kesehatan lansia.
Sedangkan media pelatihan yang diberikan adalah modul pelaksanaan pos
kesehatan lansia/pra lansia, lembar KMS, lagu-lagu lansia dan draf konten
laporan kesehatan lansia/pra lansia.
b. Advokasi ke kepala dukuh dan ketua kader
Pihak padukuhan dan kader akan membantu menyebarkan
undangan baik pada kader lama maupun calon kader baru.
c. Pelaksanaan program dilakukan tiga hari
Pelatihan yang pada awalnya akan dilakukan pada hari Minggu dari
pagi hari, disesuaikan dengan ketersediaan waktu dari pihak Padukuhan
Samirono menjadi siang hari selama 3 hari berturut-turut. Hal ini
disesuaikan dengan ketersediaan waktu peserta dalam menghadiri
kegiatan intervensi.
18
d. Pembuatan Whatssapp Group (WA group)
Pembuatan WA group ditujukan untuk memfasilitasi diskusi para kader
terkait materi pelatihan maupun hal lain yang berhubungan dengan
hipertensi dan diabetes melitus.
D. Pelaksanaan Program
1. Tahap persiapan program
Membuat kuesioner dan lembar observasi untuk sesi pre test dan post
test. Kemudian dilakukan revisi kuesioner dan lembar observasi setelah
mendapat masukan dari para ahli. Setelah dilakukan penyelesaian keperluan
admnistrasi seperti peminjaman alat bantu intervensi, permohonan izin
pelaksanaan intervensi dengan menggunakan fasilitas padukuhan, serta
permohonan narasumber dari pihak Puskesmas. Selain itu, dilakukan
koordinasi waktu pelaksanaan kepada kepala dukuh, pihak Puskesmas dan
kader sekaligus kepesertaan yang direncanakan mengikutsertakan calon
kader baru.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Pelatihan dilakukan selama 3 hari, dari tanggal 3 hingga 5 Oktober
2017. Jumlah peserta sebanyak 20 orang. Pada hari pertama, diberikan
sambutan terlebih dahulu dari pihak mahasiswa dan pihak padukuhan.
Setelah itu, para peserta dijelaskan terkait kontrak waktu kegiatan pelatihan
hari pertama. Selesai pemberian penjelasan kontrak waktu, dilanjutkan
dengan do’a, melakukan pre test, kemudian pemberian materi dan praktik.
Materi dan praktik pertama tentang pencatatan dan pelaporan, pengisian
kartu menuju sehat (KMS), serta menyanyi lagu lansia yang diberikan oleh
petugas pemegang program lansia. Materi kedua, yaitu pencegahan dan
penatalaksanaan hipertensi dan diabetes melitus. Pemateri diberikan oleh
pihak mahasiswa. Pemberian materi ketiga dan simulasi yaitu terkait
melakukan penyuluhan. Materi ini diberikan oleh pihak mahasiswa. Terakhir
dilakukan diskusi/refleksi pelatihan hari pertama, kemudian dilanjutkan
dengan post test.
Hari kedua, sebelum materi diberikan, dilakukan terlebih dahulu pre
test. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemberian materi dan praktik
pengukuran tekanan darah dan antropometri. Kemudian para peserta
19
mempraktikkan sendiri cara mengukur tekanan darah dan antropometri.
Fasilitator melakukan observasi kepada peserta yang melakukan praktik
cara mengukur tekanan darah dan antropometri. Selesai praktik, dilanjutkan
dengan sesi games dan menyanyikan lagu lansia. Selanjutnya dilakukan
diskusi/refleksi, post test dan pengisian lembar evaluasi kegiatan hari kedua
oleh peserta.
Pada hari ketiga, sebelum pemberian materi dan praktik, dilakukan pre
test. Materi pertama pada hari ketiga adalah tentang diet hipertensi dan
diabetes melitus. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi. Kemudian
dilanjutkan dengan post test. Selesai post test, dilanjutkan dengan ice
breaking. Selanjutnya diberikan materi dan praktik cara mengukur gula
darah. Kemudian peserta mempraktikkan sendiri cara mengukur gula darah,
sekaligus dilakukan observasi oleh fasilitator. Selesai praktik, dilanjutkan
dengan materi dan praktik senam kaki diabetes. Kemudian peserta
mempraktikkan sendiri senam kaki diabetes sekaligus diobservasi oleh
fasilitator. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi/refleksi kegiatan pelatihan,
rencana tindak lanjut tim penggerak pos kesehatan lansia/pra lansia oleh
peserta kegiatan pelatihan dan pengisian lembar evaluasi kegiatan oleh
peserta untuk hari ketiga dan kegiatan pelatihan secara keseluruhan dari
hari pertama hingga terakhir.
Selain pengisian lembar evaluasi, beberapa peserta juga diwawancarai
untuk mengeksplorasi pendapat mereka terkait pelatihan yang telah
diberikan. Setelah pelatihan selesai, beberapa hari setelahnya dilakukan
pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia. Hal ini sekaligus mempraktikkan
hasil pelatihan yang telah diberikan sebelumnya. Saat pemeriksaan
kesehatan, dilakukan observasi terkait pelaksanaan pemeriksaan yang
dilakukan oleh kader lama maupun baru. Wawancara juga dilakukan untuk
mengetahui pendapat kader terkait pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
lansia/pra lansia setelah diberikan pelatihan.
20
E. Evaluasi Program
Evaluasi merupakan proses untuk menilai bagaimana pelaksanaan
program. Evaluasi merupakan suatu siklus dimana informasi yang didapatkan
tidak hanya digunakan untuk menggambarkan/memastikan pencapaian program
tetapi juga membantu untuk pengembangan program. Evaluasi yang efektif
berfokus pada indikator yang jelas dari keberhasilan atau kegagalan program.
Indikator ini dikembangkan sebagai sebuah jawaban terhadap pertanyaan dasar
evaluasi seperti apakah yang kita harapkan jika program ini berfungsi sesuai
dengan tujuan program (Dignan, BM, Carr, 1992). Evaluasi program promosi
kesehatan merupakan pengumpulan data/informasi yang sistemik mengenai
program promosi kesehatan untuk menjawab pertanyaan dan membuat
keputusan terkait dengan program. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif (Fertman
CI & Allensworth, 2010).
Berdasarkan goal dari program intervensi, yaitu menginisiasi pencegahan
faktor risiko PTM (hipertensi dan diabetes melitus) melalui capacity building
kader kesehatan di Padukuhan Samirono, maka evaluasi direncanakan
dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, evaluasi
dilakukan dengan pendekatan one group pre test-post test design, dengan
instrumen lembar kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan kader sebagai
sasaran intervensi. Selain itu, dilakukan pula observasi dengan lembar checklist
terkait kemampuan kader dalam mengukur tekanan dan gula darah, serta
antropometri pada saat pos lansia berlangsung.
Secara kualitatif, evaluasi dilakukan dengan metode wawancara
mendalam, dengan instrumen panduan wawancara. Metode kualitatif ditujukan
untuk mengevaluasi proses keberlangsungan program intervensi. Hal ini
dilakukan untuk mengeksplorasi respon para peserta terkait program intervensi
dengan melakukan observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada
beberapa peserta untuk menggali informasi terkait respon mereka terhadap
kegiatan pelatihan maupun pos pemeriksaan pasca pelatihan.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kuantitatif
Berikut ini dijabarkan hasil penelitian kuantitatif:
a. Karakteristik responden
Karakteristik peserta pelatihan didasarkan atas uisa, pendidikan,
pekerjaan, dan lama menjadi kader. Gambaran karakteristik peserta
pelatihan kader di Padukuhan Samirono sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik kader kesehatan di Padukuhan Samirono Usia n=20 % 31-40 3 15 41-50 10 50 51-60 7 35
Pendidikan SMP 3 15 SMA 14 70 PT 3 15
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 19 95 Pensiunan PNS 1 5
Lama Menjadi Kader 0-10 16 80 11-20 3 15 21-30 1 5 Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa 50% kader berusia 31-
40 tahun dengan sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Kader kesehatan di padukuhan Samirono rata-rata memiliki tingkat
pendidikan SMA dan sebanyak 80% kader memiliki lama menjadi kader
0-10 tahun.
b. Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan pelatihan berdasarkan level 1
(reaction) Kirk Pattrick
Pengukuran kepuasan dan pelaksanaan pelatihan dari peserta
dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner pada setiap materi yang
diberikan. Hasil dari pengukuran level 1 (reaction) sebagai berikut:
22
1) Materi 1: pencatatan, pelaporan dan pengisian KMS lansia
Tabel 2. Evaluasi pelaksanaan materi pencatatan, pelaporan dan pengisian KMS lansia
Kriteria penilaian
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Tema 3 15 15 75 2 10 0 0
Suasana 3 15 14 70 3 15 0 0
Pelayanan panitia 6 30 13 65 1 5 0 0
Ketepatan waktu 4 20 10 50 6 30 0 0
Kelengkapan materi 1 5 17 85 2 10 0 0
Kejelasan materi 2 10 16 80 2 10 0 0
Cara penyampaian 4 20 16 80 0 0 0 0
Interaksi dengan peserta 4 20 15 75 1 5 0 0
Penggunaan alat bantu 4 20 13 65 3 15 0 0
Manfaat materi 7 35 10 50 3 15 0 0
Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persentase penilaian
dari kader terhadap pelaksanaan materi pencatatan, pelaporan dan
pengisian KMS lansia, yaitu: tema sangat baik dengan persentase
15%, baik 75%, cukup 10%; suasana sangat baik dengan persentase
15%, baik 70%, cukup 15%; pelayanan panitia dengan persentase
sangat baik 30%, baik 65%, cukup 5%; ketepatan waktu sangat baik
dengan persentase 20%, baik 50%, cukup 30%; kelengkapan materi
sangat baik dengan persentase 5%, baik 85%, cukup 10%; kejelasan
materi sangat baik dengan persentase 10%, baik 80%, cukup 10%;
cara penyampaian materi sangat baik dengan persentase 20%, baik
80%; interaksi dengan peserta sangat baik dengan persentase 20%,
baik 75%, cukup 5%; penggunaan alat bantu sangat baik dengan
persentase 20%, baik 65%, cukup 15%; dan manfaat materi sangat
baik dengan persentase 35%, baik 50%, cukup 15%.
2) Materi 2: konsep hipertensi dan diabetes melitus
Tabel 3. Evaluasi pelaksanaan materi konsep hipertensi dan diabetes melitus
Kriteria penilaian
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Tema 6 30 13 65 1 5 0 0
Suasana 3 15 14 70 3 15 0 0
23
Kriteria penilaian
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Pelayanan panitia 6 30 13 65 1 5 0 0
Ketepatan waktu 5 25 12 60 3 15 0 0
Kelengkapan materi 5 25 14 70 1 5 0 0
Kejelasan materi 5 25 13 65 2 10 0 0
Cara penyampaian 8 40 11 55 1 5 0 0
Interaksi dengan peserta 7 35 12 60 1 5 0 0
Penggunaan alat bantu 5 25 12 60 3 15 0 0
Manfaat materi 8 40 12 60 0 0 0 0
Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persentase penilaian
dari kader terhadap pelaksanaan materi konsep hipertensi dan
diabetes melitus, yaitu: tema sangat baik dengan persentase 30%,
baik 65%, cukup 5%; suasana sangat baik dengan persentase 15%,
baik 70%, cukup 15%; pelayanan panitia dengan persentase sangat
baik 30%, baik 65%, cukup 5%; ketepatan waktu sangat baik dengan
persentase 25%, baik 60%, cukup 15%; kelengkapan materi sangat
baik dengan persentase 25%, baik 70%, cukup 15%; kejelasan
materi sangat baik dengan persentase 25%, baik 65%, cukup 10%;
cara penyampaian materi sangat baik dengan persentase 40%, baik
55%, cukup 5%; interaksi dengan peserta sangat baik dengan
persentase 35%, baik 60%, cukup 5%; penggunaan alat bantu sangat
baik dengan persentase 25%, baik 60%, cukup 15%; dan manfaat
materi sangat baik dengan persentase 40%, baik 60%.
3) Materi 3: tips melakukan penyuluhan
Tabel 4. Evaluasi pelaksanaan materi tips melakukan penyuluhan
Kriteria penilaian
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Tema 5 25 15 75 0 0 0 0
Suasana 4 20 13 65 3 15 0 0
Pelayanan panitia 7 35 12 60 1 5 0 0
Ketepatan waktu 6 30 11 55 3 15 0 0
Kelengkapan materi 5 25 12 60 3 15 0 0
Kejelasan materi 6 30 11 55 3 15 0 0
24
Kriteria penilaian
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Cara penyampaian 7 35 13 65 0 0 0 0
Interaksi dengan peserta 7 35 12 60 1 5 0 0
Penggunaan alat bantu 4 20 13 65 3 15 0 0
Manfaat materi 7 35 10 50 3 15 0 0
Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persentase penilaian
dari kader terhadap pelaksanaan materi tips melakukan penyuluhan,
yaitu: tema sangat baik dengan persentase 25%, baik 75; suasana
sangat baik dengan persentase 20%, baik 65%, cukup 15%;
pelayanan panitia dengan persentase sangat baik 35%, baik 60%,
cukup 5%; ketepatan waktu sangat baik dengan persentase 30%,
baik 55%, cukup 15%; kelengkapan materi sangat baik dengan
persentase 25%, baik 60%, cukup 15%; kejelasan materi sangat baik
dengan persentase 30%, baik 55%, cukup 15%; cara penyampaian
materi sangat baik dengan persentase 35%, baik 65%; interaksi
dengan peserta sangat baik dengan persentase 35%, baik 60%,
cukup 5%; penggunaan alat bantu sangat baik dengan persentase
20%, baik 65%, cukup 15%; dan manfaat materi sangat baik dengan
persentase 35%, baik 50%, cukup 15%.
4) Materi 4: pengukuran tekanan darah dan antropometri
Tabel 5. Evaluasi pelaksanaan materi pengukuran tekanan darah dan antropometri
Kriteria penilaian
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Tema 9 45 11 55 0 0 0 0
Suasana 4 20 14 70 2 10 0 0
Pelayanan panitia 8 40 11 55 1 5 0 0
Ketepatan waktu 6 30 12 60 2 10 0 0
Kelengkapan materi 6 30 12 60 2 10 0 0
Kejelasan materi 7 35 11 55 2 10 0 0
Cara penyampaian 6 30 14 70 0 0 0 0
Interaksi dengan peserta 9 45 11 55 0 0 0 0
Penggunaan alat bantu 6 30 12 60 2 10 0 0
Manfaat materi 9 45 10 50 1 5 0 0
25
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persentase penilaian
dari kader terhadap pelaksanaan materi pengukuran tekanan darah
dan antropometri, yaitu: tema sangat baik dengan persentase 45%,
baik 55%; suasana sangat baik dengan persentase 20%, baik 70%,
cukup 10%; pelayanan panitia dengan persentase sangat baik 40%,
baik 55%, cukup 5%; ketepatan waktu sangat baik dengan
persentase 30%, baik 60%, cukup 10%; kelengkapan materi sangat
baik dengan persentase 30%, baik 60%, cukup 10%; kejelasan
materi sangat baik dengan persentase 35%, baik 55%, cukup 10%;
cara penyampaian materi sangat baik dengan persentase 30%, baik
70%; interaksi dengan peserta sangat baik dengan persentase 45%,
baik 55%; penggunaan alat bantu sangat baik dengan persentase
30%, baik 60%, cukup 10%; dan manfaat materi sangat baik dengan
persentase 45%, baik 50%, cukup 5%.
5) Materi 5: diet hipertensi dan diabetes melitus
Tabel 6. Evaluasi pelaksanaan materi diet hipertensi dan diabetes melitus
Kriteria penilaian
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Tema 6 30 13 65 1 5 0 0
Suasana 1 5 17 85 2 10 0 0
Pelayanan panitia 5 25 14 70 1 5 0 0
Ketepatan waktu 3 15 13 65 4 20 0 0
Kelengkapan materi 4 20 15 75 1 5 0 0
Kejelasan materi 3 15 14 70 3 15 0 0
Cara penyampaian 5 25 13 65 2 10 0 0
Interaksi dengan peserta 3 15 16 80 1 5 0 0
Penggunaan alat bantu 2 10 15 75 2 10 1 5
Manfaat materi 5 25 12 60 3 15 0 0
Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persentase penilaian
dari kader terhadap pelaksanaan materi diet hipertensi dan diabetes
melitus, yaitu: tema sangat baik dengan persentase 30%, baik 65%,
cukup 5%; suasana sangat baik dengan persentase 5%, baik 85%,
cukup 10%; pelayanan panitia dengan persentase sangat baik 25%,
baik 70%, cukup 5%; ketepatan waktu sangat baik dengan
26
persentase 15%, baik 65%, cukup 20%; kelengkapan materi sangat
baik dengan persentase 20%, baik 75%, cukup 15%; kejelasan
materi sangat baik dengan persentase 15%, baik 70%, cukup 15%;
cara penyampaian materi sangat baik dengan persentase 25%, baik
65%, cukup 10%; interaksi dengan peserta sangat baik dengan
persentase 15%, baik 80%, cukup 5%; penggunaan alat bantu sangat
baik dengan persentase 10%, baik 75%, cukup 10%, kurang 5%; dan
manfaat materi sangat baik dengan persentase 25%, baik 60%,
cukup 15%.
6) Materi 6: pemeriksaan gula darah
Tabel 7. Evaluasi pelaksanaan materi pemeriksaan gula darah
Kriteria penilaian
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Tema 7 35 13 65 0 0 0 0
Suasana 4 20 14 70 2 10 0 0
Pelayanan panitia 8 40 11 55 1 5 0 0
Ketepatan waktu 7 35 8 40 5 25 0 0
Kelengkapan materi 9 45 8 40 3 15 0 0
Kejelasan materi 7 35 13 65 0 0 0 0
Cara penyampaian 8 40 11 55 1 5 0 0
Interaksi dengan peserta 7 35 12 60 1 5 0 0
Penggunaan alat bantu 4 20 14 70 1 5 1 5
Manfaat materi 8 40 10 50 2 10 0 0
Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persentase penilaian
dari kader terhadap pelaksanaan materi pemeriksaan gula darah,
yaitu: tema sangat baik dengan persentase 35%, baik 65; suasana
sangat baik dengan persentase 20%, baik 70%, cukup 10%;
pelayanan panitia dengan persentase sangat baik 40%, baik 55%,
cukup 5%; ketepatan waktu sangat baik dengan persentase 35%,
baik 40%, cukup 25%; kelengkapan materi sangat baik dengan
persentase 45%, baik 40%, cukup 15%; kejelasan materi sangat baik
dengan persentase 35%, baik 65%; cara penyampaian materi sangat
baik dengan persentase 40%, baik 55%, cukup 5%; interaksi dengan
peserta sangat baik dengan persentase 35%, baik 60%, cukup 5%;
27
penggunaan alat bantu sangat baik dengan persentase 20%, baik
70%, cukup 5%, kurang 5%; dan manfaat materi sangat baik dengan
persentase 40%, baik 50%, cukup 10%.
7) Materi 7: senam kaki diabetes
Tabel 8. Evaluasi pelaksanaan materi senam kaki diabetes
Kriteria penilaian
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Tema 7 35 13 65 0 0 0 0
Suasana 4 20 16 80 0 0 0 0
Pelayanan panitia 8 40 12 60 0 0 0 0
Ketepatan waktu 4 20 15 75 1 5 0 0
Kelengkapan materi 5 25 14 70 1 5 0 0
Kejelasan materi 7 35 13 65 0 0 0 0
Cara penyampaian 9 45 10 50 1 5 0 0
Interaksi dengan peserta 9 45 10 50 1 5 0 0
Penggunaan alat bantu 3 15 15 75 1 5 1 5
Manfaat materi 10 50 7 35 3 15 0 0
Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persentase penilaian
dari kader terhadap pelaksanaan materi senam kaki diabetes, yaitu:
tema sangat baik dengan persentase 35%, baik 65%; suasana
sangat baik dengan persentase 20%, baik 80%; pelayanan panitia
dengan persentase sangat baik 40%, baik 60%; ketepatan waktu
sangat baik dengan persentase 20%, baik 75%, cukup 5%;
kelengkapan materi sangat baik dengan persentase 25%, baik 70%,
cukup 5%; kejelasan materi sangat baik dengan persentase 35%,
baik 65%; cara penyampaian materi sangat baik dengan persentase
45%, baik 50%, cukup 5%; interaksi dengan peserta sangat baik
dengan persentase 45%, baik 50%, cukup 5%; penggunaan alat
bantu sangat baik dengan persentase 15%, baik 75%, cukup 5%; dan
manfaat materi sangat baik dengan persentase 50%, baik 35%,
cukup 15%.
28
8) Pelaksanaan kegiatan pelatihan
Tabel 9. Evaluasi pelaksanaan materi kegiatan pelatihan secara keseluruhan
Kriteria penilaian
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Tema 7 35 13 65 0 0 0 0
Suasana 5 25 14 70 1 5 0 0
Pelayanan panitia 6 30 13 65 1 5 0 0
Ketepatan waktu 6 30 12 60 2 10 0 0
Kelengkapan materi 8 40 12 60 0 0 0 0
Kejelasan materi 8 40 12 60 0 0 0 0
Cara penyampaian 10 50 10 50 0 0 0 0
Interaksi dengan peserta 9 45 11 55 0 0 0 0
Penggunaan alat bantu 6 30 11 55 3 15 1 5
Manfaat materi 10 50 9 45 1 5 0 0
Perlengkapan 8 40 8 40 4 20 0 0
Konsumsi 4 20 13 65 3 15 0 0
Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persentase penilaian
dari kader terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan secara
keseluruhan, yaitu: tema sangat baik dengan persentase 35%, baik
65%; suasana sangat baik dengan persentase 25%, baik 70%, cukup
5%; pelayanan panitia dengan persentase sangat baik 30%, baik
65%, cukup 5%; ketepatan waktu sangat baik dengan persentase
30%, baik 60%, cukup 10%; kelengkapan materi sangat baik dengan
persentase 40%, baik 60%; kejelasan materi sangat baik dengan
persentase 40%, baik 60%; cara penyampaian materi sangat baik
dengan persentase 50%, baik 50%; interaksi dengan peserta sangat
baik dengan persentase 45%, baik 55%; penggunaan alat bantu
sangat baik dengan persentase 30%, baik 55%, cukup 15%; manfaat
materi sangat baik dengan persentase 50%, baik 45%, cukup 5%;
perlengkapan sangat baik dengan persentase 40%, baik 40%, cukup
20%; dan konsumsi sangat baik dengan persentase 20%, baik 65%,
cukup 15%.
c. Perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi
Evaluasi hasil pelatihan kader diukur melalui pengukuran
pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan lembar pre test
29
dan post test serta lembar observasi keterampilan. Uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui distribusi data sebelum menentukan uji
statistik yang tepat. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Shapiro Wilk. Data yang digunakan adalah nilai selisih dari
pre test dan post test. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 10. Uji normalitas data
Shapiro Wilk W Test for Normal Data
Pengetahuan Obs W V z Prob>z
Faktor risiko PTM 20 0.95669 1.025 0.050 0.48005
Pengukuran TD dan antropometri
20 0.98788 0.287 -2.517 0.99408
Diit Hipertensi dan DM 20 0.92587 1.755 1.133 0.12858
Sumber: Data primer (2017)
Data memiliki distribusi yang normal apabila nilai signifikansi
(Prob>z)>α (0,05). Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai prob>z >
0,05 sehingga data memiliki distribusi yang normal. Uji statistik yang
digunakan untuk melihat beda antara pre test dan post test adalah uji
paired T test.
d. Pengetahuan kader tentang faktor risiko PTM (hipertensi dan diabetes
melitus)
Deskripsi pengetahuan kader tentang faktor risiko PTM (hipertensi
dan diabetes melitus) dijelaskan melalui tabel berikut:
Tabel 11. Deskripsi pengetahuan faktor risiko PTM(hipertensi dan diabetes melitus)
Variabel Obs Mean Std Dev Min Max
Pre test 20 70.5 19.39208 0 90
Post test 20 73.75 20.63945 0 0 Sumber: Data primer (2017)
30
Tabel 12. Uji paired t-test pengetahuan tentang faktor risiko PTM (hipertensi dan DM)
.
Pr(T < t) = 0.1215 Pr(|T| > |t|) = 0.2430 Pr(T > t) = 0.8785
Ha: mean(diff) < 0 Ha: mean(diff) != 0 Ha: mean(diff) > 0
Ho: mean(diff) = 0 degrees of freedom = 19
mean(diff) = mean(Pretest1 - Posttest1) t = -1.2051
diff 20 -3.25 2.696855 12.0607 -8.894582 2.394582
Postte~1 20 73.75 4.615121 20.63945 64.09044 83.40956
Pretest1 20 70.5 4.3362 19.39208 61.42423 79.57577
Variable Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval]
Paired t test
Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan tabel 11 terdapat peningkatan rata-rata nilai pre test
dan post test, sedangkan pada tabel 12, hasil dari uji paired t-test
didapatkan p-value 0,2430 dimana p-value > 0,05 sehingga H0 diterima
(tidak ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan
pengetahuan kader tentang hipertensi dan diabetes melitus).
e. Pengetahuan kader tentang pengukuran darah dan antropometri
Tabel 13. Deskripsi pengetahuan tentang pengukuran tekanan darah dan antropometri
Variabel Obs Mean Std Dev Min Max
Pre test 20 26 16.52926 0 73.33333
Post test 20 29.83333 18.80883 0 86.66667 Sumber: Data primer (2017)
Tabel 14. Uji paired t-test pengetahuan tentang pengukuran tekanan darah dan antropometri
Pr(T < t) = 0.0864 Pr(|T| > |t|) = 0.1729 Pr(T > t) = 0.9136
Ha: mean(diff) < 0 Ha: mean(diff) != 0 Ha: mean(diff) > 0
Ho: mean(diff) = 0 degrees of freedom = 19
mean(diff) = mean(Pretest2 - Posttest2) t = -1.4163
diff 20 -3.833333 2.706663 12.10456 -9.498444 1.831777
Postte~2 20 29.83333 4.205781 18.80883 21.03053 38.63613
Pretest2 20 26 3.696054 16.52926 18.26407 33.73593
Variable Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval]
Paired t test
Sumber: Data primer (2017)
Tabel 13 menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata pre test
dan post test pada pengetahuan tentang pengukuran tekanan darah dan
31
antropometri. Hasil uji paired t-test pada tabel 14 menunjukkan p-value =
0.1729 dimana p-value > 0,05 sehingga H0 diterima (tidak ada pengaruh
pemberian edukasi terhadap peningkatan pengetahuan tentang
pengukuran tekanan darah dan antropometri).
f. Pengetahuan kader tentang diet hipertensi dan diabetes melitus
Tabel 15. Deskripsi pengetahuan tentang diet hipertensi dan diabetes melitus
Variabel Obs Mean Std Dev Min Max
Pre test 20 90 7.779866 70 100
Post test 20 92,75 8.656455 70 100
Sumber: Data primer (2017)
Tabel 16. Uji paired t-test pengetahuan diet hipertensi dan diabetes melitus
. ttest Pretest4== posttest4
Pr(T < t) = 0.1375 Pr(|T| > |t|) = 0.2749 Pr(T > t) = 0.8625
Ha: mean(diff) < 0 Ha: mean(diff) != 0 Ha: mean(diff) > 0
Ho: mean(diff) = 0 degrees of freedom = 19
mean(diff) = mean(Pretest3 - Posttest3) t = -1.1242
diff 20 -2.75 2.44613 10.93943 -7.869809 2.369809
Postte~3 20 92.75 1.935642 8.656455 88.69865 96.80135
Pretest3 20 90 1.739631 7.779866 86.35891 93.64109
Variable Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval]
Paired t test
Sumber: Data primer (2017)
Tabel 15 menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata post test setelah
pemberian materi sebesar 2,75. Hasil uji paired t-test pada tabel 16 menunjukkan
angka p-value= 0,2749 >0,05 sehingga hipotesis H0 diterima (tidak ada pengaruh
pemberian edukasi terhadap peningkatan pengetahuan tentang diet hipertensi
dan diabetes melitus).
g. Keterampilan kader dalam pengukuran tekanan darah, antropometri dan gula darah
Keterampilan kader dalam melakukan pengukuran tekanan darah,
antropometri dan gula darah diukur dengan menggunakan check list
lembar evalusasi pengukuran sebanyak 2 kali yaitu pada saat pelatihan
dan setelah pelatihan (pos lansia). Setelah demontrasi pengukuran
tekanan darah, dan antropometri, peserta pelatihan dibagi menjadi 3
kelompok untuk mempraktikkan pengukuran dengan 1 fasilitator pada
masing-masing kelompok. Pengukuran pada saat pelatihan dilakukan
pada semua peserta, sedangkan pengukuran pada saat pos lansia
diambil sampel 2 orang (10%) dari peserta. Hasil observasi terhadap
keterampilan kader dalam melakukan pengukuran tekanan darah dan
antropometri sebagai berikut:
32
Tabel 17. Keterampilan melakukan pengukuran tekanan darah
Kriteria penilaian Saat pelatihan Setelah pelatihan
Jumlah % Jumlah %
Melakukan langkah dengan benar tanpa bimbingan
6 30 2 100
Melakukan langkah dengan benar dengan bimbingan
14 70 0 0
Mendapatkan hasil pengukuran dengan tepat
3 20 2 100
Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan hasil dari tabel 17, jumlah peserta yang mampu
melakukan langkah pengukuran tekanan dengan benar tanpa bimbingan
sebanyak 30%, sedangkan 60% peserta mampu melakukan langkah
pengukuran tekanan darah dengan bimbingan. Peserta yang mampu
melakukan pengukuran tekanan darah dengan menyampaikan hasil
yang tepat semjulah 3 orang (20%). Hambatan dalam pengukuran
tekanan darah yag dialami oleh peserta meliputi kesulitan untuk mencari
letak nadi, terlalu cepat pada saat membuka ventil putar sehingga
peserta mengalami kesulitan untuk mendengarkan bunyi nadi yang
terakhir. Hasil observasi pada saat pos lansia, kader mampu melakukan
pengukuran tekanan darah secara mandiri.
h. Keterampilan kader dalam melakukan pengukuran tinggi badan
Tabel 18. Keterampilan melakukan pengukuran tinggi badan
Kriteria penilaian Saat pelatihan Setelah pelatihan
Jumlah % Jumlah %
Melakukan langkah dengan benar tanpa bimbingan
18 90 2 100
Melakukan langkah dengan benar tanpa bimbingan
2 10 0 0
Mendapatkan hasil pengukuran dengan tepat 20 100 2 100 Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan hasil dari tabel 18, jumlah peserta yang mampu
melakukan langkah pengukuran tinggi badan dengan benar tanpa
bimbingan sebanyak 18 orang (90%), sedangkan 2 orang (10%)
peserta mampu melakukan langkah pengukuran tinggi badan dengan
bimbingan. Semua peserta mampu menyampaikan hasil pengukuran
tinggi badan dengan tepat. Hambatan yang dialami peserta yaitu pada
saat memastikan posisi kepala, bahu (punggung), pantat, betis, dan
tumit menempel pada dinding tempat microtoise dipasang. Pada saat
33
pelaksanaan pos lansia, peserta mampu secara mandiri melakukan
pengukuran tinggi badan.
i. Keterampilan kader dalam melakukan pengukuran berat badan
Tabel 19. Keterampilan melakukan pengukuran berat badan
Kriteria penilaian Saat pelatihan Setelah pelatihan
jumlah % Jumlah %
Melakukan langkah dengan benar tanpa bimbingan
20 100 2 100
Melakukan langkah dengan benar dengan bimbingan
0 0 0 0
Mendapatkan hasil pengukuran dengan tepat
20 100 2 100
Sumber: Data primer (2017)
Berdasarkan hasil dari tabel 19. semua peserta mampu
melakukan langkah pengukuran berat badan dan menyampaikan hasil
pengukuran berat badan dengan tepat secara mandiri pada saat
pelatihan dan setelah pelatihan (pos lansia).
j. Keterampilan kader dalam melakukan pemeriksaan gula darah
Pada pengukuran keterampilan pemeriksaan gula darah, sampel
dipilih secara acak sejumlah 2 orang (10%) dari peserta pelatihan. Hasil
dari pengukuran oleh kader sebagai berikut:
Tabel 20. Keterampilan melakukan pemeriksaan gula darah
Kriteria penilaian
Saat pelatihan Setelah pelatihan
Jumlah % Jumlah %
Melakukan langkah dengan benar tanpa bimbingan
0 0 2 100
Melakukan langkah dengan benar dengan bimbingan
2 100 0 0
Sumber: Data primer (2017)
Tabel 20 menunjukkan bahwa peserta masih membutuhkan
bimbingan dalam melakukan langkah pemeriksaan gula darah. Hal yang
menjadi kesulitan peserta antara lain peserta masih ragu apakah ia
benar dalam menggunakan alat dan ketika menusukkan jarum ke
pasien. Pada saat pelaksanaan pos lansia, peserta dapat melakukan
pemeriksaan gula darah secara mandiri pada pemeriksaan kedua.
k. Keterampilan kader dalam melakukan senam kaki diabetes
Praktik senam kaki diabetes dilakukan oleh semua peserta
pelatihan. Sampel pada pengukuran praktik senam kaki diabetes diambil
sejumlah 2 orang (10%) peserta. Hasil observasi pengukuran
34
keterampilan kader dalam melakukan senam kaki diabetes sebagai
berikut:
Tabel 21. Keterampilan melakukan senam kaki diabetes
Kriteria penilaian
Saat pelatihan Setelah pelatihan
Jumlah % jumlah %
Melakukan langkah dengan lengkap 0 0 2 100
Melakukan langkah dengan tidak lengkap 2 100 0 0 Sumber: Data primer (2017)
Tabel 21 menunjukkan bahwa pada saat pelatihan kader melakukan
senam kaki diabetes dengan langkah gerakan yang masih belum lengkap,
sedangkan setelah pelatihan kader mampu melakukan senam kaki diabetes
dengan gerakan yang lengkap.
2. Kualitatif
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama pelatihan, para peserta
sangat antusias mengikuti pelatihan. Hari pertama hingga terakhir diadakan pre
dan post test. Pada hari pertama pre dan post test tidak dipandu dalam
menjawab setiap pertanyaan. Namun pada hari kedua dan ketiga, peserta minta
dipandu untuk dibacakan soal kuesionernya mengingat ada kader yang sudah
lansia (kesulitan melihat tulisan dengan jelas). Pada hari pertama, seluruh
peserta datang tepat waktu. Sebelum kegiatan dimulai, para peserta mengisi
lembar registrasi dan mendapatkan snack. Setelah registrasi, dilanjutkan dengan
pembukaan, yaitu sambutan dari mahasiswa dan padukuhan, sekaligus
menjelaskan kontrak pembelajaran pada hari pertama, serta pembacaan doa.
Selesai doa, dilanjutkan dengan peserta mengisi lembar pre test. Pemandu
acara menjelaskan terlebih dahulu prosedur pengisian lembar pre test.
Materi pertama diberikan setelah pre test, yaitu tentang pencatatan,
pelaporan dan pengisian KMS. Pemateri pertama adalah petugas pemegang
program lansia dari Puskesmas Depok 3. Selain pemberian materi, dilakukan
pula praktik pencatatan data kesehatan dan pengisian lembar KMS bersama
para peserta dengan menggunakan media bantu yang telah disediakan (draf
konten pencatatan data kesehatan, lembar KMS dan alat tulis). Setelah selesai
praktik, pemateri kemudian mengajarkan menyanyi lagu lansia. Masing-masing
peserta memegang lembar lirik lagu lansia. Selesai pemberian materi, praktik
dan menyayikan lagu lansia, dilanjutkan dengan diskusi. Adapun hal yang
ditanyakan oleh peserta adalah terkait pelaporan. Pencatatan dapat dilakukan
35
tiap bulan, walaupun peserta sedikit yang datang, pemateri tetap motivasi para
kader untuk tetap menjalankan pos pemeriksaan dan juga dicatat data
kesehatannya. Untuk pelaporannya dapat dilakukan satu tahunan.
Selesai materi pertama, dilanjutkan dengan games terkait pencegahan dan
penatalaksanaan hipertensi dan diabetes melitus. Peserta dibagi menjadi 4
kelompok. Mereka diberikan selembar karton pohon yang ditujukan sebagai
problem tree, spidol dan beberapa lembar sticky note. Adapun games yang
dilakukan adalah menuliskan penyebab, gejala dan pencegahan diabetes melitus
dikertas sticky note yang telah diberikan. Peserta sangat antusias berdiskusi
dengan kelompoknya masing-masing untuk menuliskan dan menempelkan pada
pohon masalah terkait penyebab, gejala dan pencegahan diabetes melitus.
Setelah selesai, perwakilan setiap kelompok menjelaskan isi dari pohon terkait
hasil diskusi tentang penyebab, gejala dan pencegahan diabetes melitus.
Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian materi kedua yang berkaitan
dengan games yaitu pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi dan diabetes
melitus. Para peserta dibagikan modul terkait hipertensi dan diabetes melitus.
Pemateri dari mahasiswa sendiri. Selain metode ceramah, pemateri juga
memberikan video terkait hipertensi dan diabetes melitus. Selesai materi
diberikan, peserta antusias berdiskusi terkait hipertensi dan diabetes melitus,
seperti tentang suntik insulin, faktor keturunan, gejala penyakit (waktu tidur bagi
penderita hipertensi), obat seumur hidup bagi peserta hipertensi, serta faktor
merokok terhadap hipertensi. Diskusi berakhir, dilanjutkan dengan pemberian
materi dan praktik tips menyuluh.
Setelah pemateri menjelaskan materi, para peserta secara sukarela
mempraktikkan di depan cara menyuluh. Ketika peserta memberikan penyuluhan
terhadap peserta lain, mereka merespon dengan baik informasi yang
disampaikan oleh peserta yang berperan sebagai penyuluh. Diakhir kegiatan,
dilakukan pengumuman kelompok games terbaik dan ice breaking menyayikan
lagu lansia. Setelah itu peserta mengisi lembar post test dan evaluasi kegiatan
hari pertama, serta pemandu acara mengakhiri dengan ucapan terima kasih
sekaligus pemberian info singkat kegiatan yang akan dilakukan di hari kedua.
Suasana pelatihan cukup baik, meskipun ada beberapa kader yang terkadang
berbicara sendiri dengan teman sebelahnya, dan satu orang bermain telepon
genggam. Kadang-kadang di lokasi pelatihan terdapat beberapa kendaraan
36
melewati jalan dekat lokasi pelatihan. Hal ini dikarenakan lokasi kegiatan
dilaksanakan di tempat terbuka, yaitu balai padukuhan.
Hari kedua, peserta kembali datang tepat waktu, dilanjutkan dengan
mengisi lembar registrasi dan diberikan snack. Kemudian pemandu acara
membuka acara dengan salam pembuka. Peserta semangat merespon salam
yang diberikan oleh pemandu acara. Selesai salam, dilanjutkan dengan doa.
Setelah itu, peserta dijelaskan terkait kontrak pembelajaran hari kedua. Peserta
mengikuti ice breaking, kemudian mengisi lembar pre test. Selesai pre test,
peserta diberikan materi dan praktik terkait pengukuran tekanan darah, tinggi dan
berat badan. Secara sukarela, peserta menjadi volunteer untuk membantu
pemateri dalem mempraktikkan pengukuran tekanan darah, tinggi dan berat
badan. Kemudian, peserta dibagi menjadi 3 kelompok untuk mempraktikkan
secara mandiri pengukuran tekanan darah, tinggi dan berat badan. Hal ini
dikarenakan keterbatasan jumlah alat yang tidak memungkinkan 1 peserta 1 alat.
Ketika mempraktikkan pengukuran, setiap kelompok didampingi oleh 1 fasilitator
sambil melakukan observasi. Peserta berusaha mengikuti prosedur pengukuran
tersebut, namun kesulitan dalam mengukur tekanan darah, yaitu ketika
mendengarkan detak sistolik ataupun diastoliknya. Hal ini dialami oleh mereka
yang baru pertama kali mengukur tekanan darah.
Selesai praktik, dilanjutkan dengan games mengurutkan cara mengukur
tekanan darah per kelompok. Adapun kertas-kertas urutan digulung dan
dimasukkan dalam botol, sehingga mirip seperti arisan. Peserta mengeluarkan
kertas arisan dalam botol, kemudian menempelkan pada karton yang disediakan
untuk mengurutkan cara mengukur tekanan darah. Selesai menempelkan,
perwakilan dari kelompok menjelaskan urutan mengukur tekanan darah
berdasarkan hasil diskusi kelompok mereka. Games berakhir, dilanjutkan dengan
mengisi lembar post test dan evaluasi kegiatan hari kedua, serta pemandu acara
mengakhiri dengan pengumuman kelompok games terbaik, ucapan terima kasih
sekaligus pemberian info singkat kegiatan yang akan dilakukan di hari kedua.
Suasana pelatihan cukup berjalan dengan baik, namun masih sama seperti hari
pertama, yaitu ada beberapa kendaraan berlalu-lalang, namun tidak
mengganggu jalannya pelatihan.
Hari ketiga, peserta datang tepat waktu. Peserta mengisi lembar registrasi
dan diberikan snack. Acara dibuka dengan salam, doa dan penjelasan kontrak
37
pembelajaran. Setelah itu dilanjutkan dengan ice breaking. Ice breaking berakhir
dilanjutkan dengan pre test. Selesai pre test, dilanjutkan dengan pemberian
materi dan diskusi terkait diet hipertensi dan diabetes melitus. Peserta sangat
antusias berdiskusi terkait, buah-buahan yang dapat dikonsumsi, jumlah garam
dan gula yang dikonsumsi, cara memasak sayur, makanan gorengan, serta
makanan karbohidrat dan kacang-kacangan yang dikonsumsi. Selesai materi,
dilanjutkan dengan post test. Sehabis post test, dilanjutkan dengan ice breaking.
Selanjutnya diisi dengan materi dan praktik materi kedua tentang mengukur gula
darah. Saat sesi praktik, peserta secara sukarela menjadi volunteer untuk
membantu pemateri mempraktikkan cara mengukur gula darah. Kemudian,
peserta secara mandiri mempraktikkan cara mengukur gula darah didampingi
fasilitator sekaligus observasi.
Tidak semua peserta mempraktikkan, hal ini dikarenakan takut
menusukkan jarum, keterbatasan ketersediaan alat dan waktu kader yang akan
mengikuti arisan setelah pelatihan. Selesai praktik mandiri, diberikan materi dan
praktik bersama senam kaki diabetes diiringi dengan video. Setelah praktik
bersama-sama, dilanjutkan kepada beberapa peserta secara sukarela
mempraktikkan senam kaki tanpa diiringi video, serta didampingi fasilitator
sekaligus observasi. Senam telah usai, dilanjutkan dengan diskusi rencana tidak
lanjut setelah pelatihan. Adapun rencana tindak lanjut berdasarkan kesepakatan
para peserta yaitu: 1) pengaktifan kembali pos lansia; 2) penyuluhan kesehatan
saat pos lansia; 3) pemantapan tim kerja pos lansia; 4) pembentukan whatssapp
group kader samirono. Direncanakan akan dilakukan pengimplementasian hasil
pelatihan pada tanggal 8 Oktober 2017 yang bertepatan dengan minggu pos
lansia/pra lansia. Hari terakhir pelatihan ditutup dengan menyanyikan lagu lansia,
pengumuman peserta terbaik selama pelatihan, penyerahan alat penunjang
pemeriksaan kesehatan, serta ucapan terima kasih dari mahasiswa, para peserta
dan pihak padukuhan.
Adapun hasil wawancara dengan beberapa peserta, petugas Puskesmas,
dan pihak padukuhan terkait pelatihan dan pelaksanaan pos pemeriksaan
kesehatan lansia/pra lansia, yaitu:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader
a. Pengisian KMS:
38
“kalo di KMS kan itu ada setiap bulan diukur tinggi berapa berat badan berapa, ada catatannya” (Bu L)
Melalui KMS, para kader dapat mengetahui TB dan BB tiap bulan.
b. Pengukuran tekanan dan gula darah, serta tinggi dan berat badan:
“Menurut saya keterangan nya sudah cukup jelas, cuma saya kesulitannya untuk mengukur tensinya itu, mengetahui perasaan “tek” nya itu kurang nemu-nemu” (Bu L)
“kalo pas rame agak sulit mendengar deg-deg nya… ya harus diulang-ulang, kalo bisa tiap bulan latian, temen semua diajari biar bisa gantian” (Bu SP)
Dalam mengukur tekanan darah, kader merasa kesulitan ketika
mendapatkan detak sistolik dan diastoliknya. Mereka merasa masih perlu
lagi berlatih.
Berkaitan dengan mengukur gula darah, kader sudah cukup
mengetahui tata cara dan batas normal gula darah:
“cuci tangan dulu, menyiapkan alatnya, mengambil suntikannya, kaya bolpoin, cek bisa ngga, ada gambar darah nda, dipasang jarum, ditutup, diolesi alkohol, ditusuk. Normalnya gula 110 ya, 120 sudah tinggi” (Bu SP)
Kader mengungkapkan bahwa tahapan yang dilakukan dalam
mengukur gula darah yaitu mencuci tangan terlebih dahulu, menyiapkan
alat, melakukan pengecekan alat, memasang alat, mengoles alkohol pada
jari pasien, kemudian menusukkan jarum hingga dimasukkan darahnya ke
strip untuk mencek gula darah. Menurut kader, gula darah normal 110
mg/dl, sedangkan 120 mg/dl termasuk kategori tinggi.
Kader sudah cukup mengetahui tata cara mengukur tinggi dan berat
badan:
“sepatu dilepas, mepet tembok, diukur, kepala liat depan, tegak lurus. Diliaht saja ukuranya sudah pas apa belum, saat ditimbang sepatu dilepas” (Bu SP)
“caranya… selamat siang bu, silahkan berdiri tegak, sepatu dilepas kaki mepet. sudah ya bu tingginya sekian, trus dicatat trus silahkan ke berikutnya”
“kalo yang kita dapat dari puskesmas kan ngga harus komunikasi dengan peserta, kita perlu juga ngomong-ngomong jadi yang bagi saya belum mengerti ya jadi tau”
39
“sebenarnya ya bagus ya kita jalin komunikasi, ngomong-ngomong, tapi kayanya jarang dipraktekan ya, otomatis, klo dipraktekan satu-persatu kayanya kita ngomongnya boros, nanti kalo 100 orang ya, kelamaan, tapi bagus juga, kan kecuali kalo ngga ngantri ngga masalah, yang penting asal kita sama pegunjung sama-sama ngerti ya” (Bu L)
Pada pengukuran tinggi dan berat badan, kader telah mengetahui
tata cara mengukur berat dan tinggi badan, dan menurut mereka
komunikasi perlu juga kepada klien, tetapi jika jumlahnya banyak, kader
merasa tidak usah terlalu panjang komunikasinya.
c. Senam kaki diabetes:
“Kaki digerak-gerakan, terus putar-putar, kaki nya diatas, pakai kertas dibelah dua, terus dibuat bola terus dikembalikan gitu..” “menyehatkan. Pertama kaki agak kaku, tapi badan lebih enak” (Bu M)
“untuk senam diabet yang agak sulit itu dengan menyobek kertas” (Bu HD)
Kader cukup mengetahui urutan dalam melakukan gerakan senam
kaki. Kader merasa senam kaki sangat bermanfaat bagi kesehatan. Namun
terdapat kendala ketika melakukan senam kaki saat gerakan menggunakan
kertas koran. Kader cukup kesulitan menyobek koran tersebut.
d. Pengenalan diet hipertensi dan diabetes melitus:
“untuk pelatihan kemarin sangat bermanfaat bagi ibu-ibu, yang jelas
kita lebih tau tentang yang boleh dan pantang untuk penderita
hipertensi dan gula” (Bu HD)
“nanti diitambah infonya tentang gejala penyakit yang lain, kolesterol
gitu” (Bu L)
Kader merasa informasi yang diberikan sangat bermanfaat. Mereka
lebih mengetahui terkai bahan makanan pantangan bagi penderita
hipertensi dan diabetes melitus. Kader menyarankan, perlu penambahan
informasi diet penyakit lainnya juga.
Secara keseluruhan, kegiatan pelatihan telah sesuai dengan kebutuhan
dan bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader:
40
a. Tema pelatihan:
“kalo menurut saya bagus ya karena memang dari awal kami merasa
butuh itu, ya bagus sangat bagus gitu, kami masih perlu banyak
pengetahuan, kegiatan kami perlu banyak perbaikan” (Bu EN)
“udah bagus…udah pas, bermanfaat banget” (Bu SL)
Menurut kader, tema pelatihan yang diberikan sudah sesuai dengan
kebutuhan mereka.
b. Suasana pelatihan:
“menyenangkan ya, kemarin kalo melihat teman-teman semuanya ibu-ibu, semuanya sangat menerima, sangat merespon dari pelatihan yang diberikan” (Bu EN)
Dari segi suasana, kader merasa peserta antusias dalam mengikuti
kegiatan pelatihan.
c. Pelayanan panitia:
“pelayanan bagus, dari segi menyiapkan modul juga” (Bu EN)
Adapun pelayanan panitia penyelenggara baik dari mahasiswa
maupun masyarakat sudah diangap baik.
d. Manajemen waktu:
“kalo pesertanya lumayan tepat waktu datangnya…udah pas waktunya” (Bu SL)
Berkaitan dengan materi yang disampaikan, kader merasa sudah dapat memahami materi yang disampaikan:
“kalo saat kita menerima kayaknya sudah cukupan, klo memang seperti ini seperti perlu diadakan lagi, kalo penyampaiannya si sudah ngga terlalu cepat juga” (Bu EN)
Menurut kader, para peserta sudah datang tepat waktu dan durasi
waktu pelatihan sudah dianggap cukup baik.
e. Kelengkapan alat pelatihan:
“udah lengkap sih mba, cuma yang ngukur gula terbatas kemaren” (Bu SL)
“kayaknya sudah cukup ya, dari modul, terus penyampaianya, terus ketika latihan kita juga langsung dengan alatnya langsung gitu. Bahasanya istilahnya ngga terlalu tinggi jadi kita diberi informasi itu kita nyambung. Mungkin kekurangan kita klo kita mau menyampaikan ini namanya apa, kaya kemarin alat tes gula darah namanya kita kurang tau” (Bu EN)
41
Terkait kelengkapan alat pelatihan, kader menyatakan bahwa alat
sudah lengkap, hanya saja mereka terkendala dalam melakukan
pengukuran gula darah.
f. Konsumsi
“konsumsinya lengkap, bahkan minumnya ada panas ada dingin” (Bu EN)
Untuk konsumsi, menurut kader, konsumsi yang disediakan sudah
lengkap.
g. Saran dari kader
“untuk semua kegiatan pelatihan berjalan dengan sangat baik dan banyak manfaat yang kita dapatkan. Cuma alat bantu kita yang pemula harus dilatih lebih banyak dari panitia” (Bu TAS)
“sudah baik, cuma perlu penambahan waktu untuk berlatih” (Bu K)
Kader berpendapat bahwa pelatihan sudah baik dan memberikan
manfaat. Namun, bagi kader baru perlu ditambahkan durasi waktu
berlatihnya.
2. Peningkatan kompetensi kader dalam melaksanakan pos pemeriksaan
kesehatan dan senam kaki diabetes (pasca pelatihan)
a. Pos pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia:
“kemarin langsung dipraktekan. Ya Banyak kemajuan, karena juga dari teman-teman banyak yang melayani jadi tidak banyak menyita waktu, banyak kemajuannya” (Bu EN)
Hasil pelatihan dipraktikkan langsung saat pelaksanaan pos
pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia. Namun terdapat beberapa
kendala dalam melaksanakan pos pemeriksaan tersebut. Hal ini
dikarenakan masih pertama kali bekerja dalam tim, dan ketersediaan waktu
masyarakat dalam memeriksakan kesehatan:
“masih agak belum teratur gitu, karena masih awal” (Bu SL)
“karena baru pertama ya kita kadernya banyak jadi kita belum tertata rapi karena juga meja nya juga belum tertata rapi, habis ini terus jauh kesana, memang kegiatan kami masih perlu banyak perbaikan. Tapi alhamdulillah habis pelatihan kemarin teman-teman jadi banyak yang mau turun, jadi walaupun penempatan meja belum bagus tapi bisa bekerja walaupun belum semmuanya, klo habis senam terus penimbangan memang jadinya siang, tapi klo ngga ada senam biasanya pada ngga datang” (Bu EN)
42
Para kader merasa masih perlu lebih baik lagi dari segi manajemen
pelaksanaan pos pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia. Setelah itu,
pelan-pelan tidak hanya melakukan pemeriksaan terpusat di Padukuhan:
“kita rencananya sowan ke lansia-lansianya” (Bu EN)
Rencananya para kader akan melakukan pemeriksaan kunjungan ke
lansia langsung.
b. Senam kaki diabetes:
“gerakan yang pertamakan gerakan kaki toh?angkat jari-jari yang saya ingat ya mungkin ngga urut mungkin, angkat jari-jari saja tumit napak tetap napak, baru habis itu terus itu yang muter-muter itu mas, terus angat terus turun, itu kayanya ya. apalagi ya yang itu to yang muter bikin angka begitu lho (sambil memperagakan) ada yang kaki diangkat terus jari-jarinya bikin angka satu sampai sepuluh. Lalu satu belah itu dulu apa koran, belah koran bagi dua terus disobek-sebek baru dikucel-kucel trus dilipat di separoh kertas satu lagi baru bungkus pakai kaki” (Bu NP)
Kader masih cukup mengingat gerakan senam kaki diabetes.
Gerakan yang mash diingat diantaranya: mengangkat jari-jari kaki, tumit,
memutar kaki, menuliskan angka dengan gerakan kaki, menyobek dan
membungkus koran.
Selain mempraktikkan sendiri di rumah, kader pun menginformasikan
senam kepada orang lain:
“Setiap hari saya lakukan kayanya ya berbeda ya lebih ringan kakinya itu, saya coba setiap habis anu, duduk sambil liat TV itu”
“Kalo saya itu pernah mencoba itu memang enak yo, di pergelangan kaki disini itu, kemarin di PKK RT tak praktekan sama ibu-ibu, ta anjurkan suruh setiap hari meyempatkan waktunya 5 menit untuk itu, kemarin bawa kursi ada praktek itu” (Bu L)
Kader mempraktikkan senam kaki sambil santai menonton televisi
(TV). Selain mengaplikasikan pada diri sendiri, kader juga
menginformasikan senam kaki tersebut kepada ibu-ibu PKK.
3. Dukungan dari pihak petugas Puskesmas dan Kepala Dukuh terhadap
kegiatan intervensi
1. Petugas pemegang program lansia Puskesmas Depok 3:
“pelatihan kemarin sudah memberikan manfaat, sudah baik, bagus, semua bisa ikut, kemarin dari puskesmas perwakilan saja” (Bu TE)
43
Menurut pihak Puskesmas, pelatihan yang diberikan sudah baik dan
bermanfaat bagi para kader. Sebelumnya hanya perwakilan saja yang
dipanggil ke Puskesmas untuk pelatihan, namun kemarin tidak hanya yang
lama, tapi juga ada kader baru.
Pihak Puskesmas akan membantu untuk sustainabilitas kompetensi
kader dalam pelaksaanaan pos pemeriksaan kesehatan tersebut:
“nanti kami siap memberikan pembinaan, misalnya masih ada yang perlu dilakukan pelatihan atau tambahan informasi, kita siap bantu untuk membina” (Bu TE)
Pihak Puskesmas siap membantu memberikan pembinaan kepada
para kader.
2. Kepala Padukuhan Samirono
Pak Dukuh mengatakan bahwa pelatihan yang telah diberikan
memberikan manfaat kepada para kader:
“Yang jelas warga padukuhan Samirono merasakan betul manfaatnya dan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, karena dalam pelatihan kader tersebut kita tahu bagaimana pencegahan DM dan hipertensi, karena ini tidak menular ini akan menjadi pengetahuan bagi kader khususnya dan warga padukuhan secara umum sehingga diharapkan bisa terminimalisir DM dan hipertensi dan juga peningkatan kemampuan kader dalam pengukuran tensi, tinggi badan, berat badan dan gula darah dan ini tentunya bisa untuk mengkontrol lansia itu dengan adanya terutama pengukuran tensi dan gula darah ini sehingga lansia akan tetap sehat dan ini tentunya sangat bermanfaat sekali” (Pak MD)
Menurut beliau, pelatihan yang diberikan sangat bermanfaat, sehingga
dapat menambah pengetahuan dan kemampuan kader dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat Samirono, khususnya para lansia.
Kepala Padukuhan merasa bahwa pelatihan ini perlu dilakukan:
“untuk latihan penyuluhan kita terima kasih sekali karena kita merasa sangat kurang dan sangat dibutuhkan di padukuhan Samirono ini untuk penyuluh-penyuluh itu terutama dari kader-kader sendiri karena kalo dari kader itu sendiri penyuluhan itu tidak bisa langsung kita mengundang banyak orang, itu tidak bisa tapi antar personal juga bisa” (Pak MD)
Beliau mengungkapkan bahwa, pelatihan sangat dibutuhkan
mengingat masih minimnya pengetahuan dan keterampilan kader, seperti
melakukan penyuluhan diharapkan bisa dilakukan person to person jika tidak
memungkinkan melakukan penyuluhan pada orang banyak sekaligus.
44
Beliau mengungkapkan pula bahwa kolaborasi antara mahasiswa dan
masyarakat dalam pelaksanaan intervensi ini sudah berjalan dengan baik:
“Terus terang kita sangat terima kasih sekali karena adanya kolaborasi antara masyarakat dengan bisa dikatakan penyelenggara seperti itu, kita saling membutuhkan, kita saling kerjasama saling menguntungkan dalam seperti itu”
“dari beberapa kegiatan itu bahwa tidak monoton sehingga manakalanya serius manaklanya kita ada santai jadi ada selingan-selingan, inilah yang disebut cara teknis seperti itu kita senang sekali jadi masyarakat itu tidak hanya kita kasih tapi mari kita bersama-sama jadi mengajak sambil memberi contoh. Istilah orang jawa diewongke, itulah yang kita harapkan dan itu sudah terlaksana kita senang sekali.” (Pak MD)
Kegiatan intervensi yang dilakukan menurut beliau sudah baik dengan
adanya kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat. Sehingga program ini
merupakan hasil kerjasama dilandasi kebutuhan masyarakat dan
memberikan keuntungan. Teknis pelatihan pun dilakukan dengan tidak
monoton. Hal ini karena metode yang digunakan tidak membosankan atau
terlalu serius, tetapi diselingi dengan hal-hal yang menyenangkan.
Menurut kepala dukuh, untuk pelaksaan pos pemeriksaan kesehatan
ke depannya perlu dilakukan pendampingan dan pemantauan:
“Perlu adanya pendampingan entah itu dari Puskesmas, dari Kesehatan masyarakat atau yang lain seperti itu,meskipun pendampingan itu tidak setiap saat harus didamingi itu tidak. Bisa dikatakan pendampingan atau pemantauan seperti itu, suatu ketika mungkin 2 bulan atau 3 bulan lagi kita cek, oh seperti ini masih konsisten jadi oh, tidak ada kekeliruan lagi.” (Pak MD)
Pendampingan dan pemantauan ini dilakukan guna menjaga
konsistensi pelaksanaan pos pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia di
Padukuhan Samirono.
B. Pembahasan
1. Kuantitatif
Capacity building merupakan salah satu komponen yang penting dalam
mempertahankan efektifitas suatu program promosi kesehatan. Capacity
building dapat memperkuat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku individu.
Salah satu bentuk peningkatan kapasitas yang dilakukan di padukuhan
Samirono adalah pelatihan kader yang bertujuan untuk minimalisasi faktor
risiko penyakit tidak menular.
45
a. Pengetahuan kader
Hasil dari kegiatan pelatihan kader yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas kader secara uji statistik menunjukkan hasil yang
tidak bermakna dalam tingkat pengetahuan kader (pvalue>0,05). Namun,
rata-rata nilai pre test dan post test menunjukkan adanya peningkatan
pengetahuan. Menurut Widhiarso (2011) beberapa faktor yang
menyebabkan hasil uji statistik yang tidak signifikan, antara lain adanya
outlier, jumlah sampel penelitian yang terlalu sedikit, model yang tidak
sesuai, pengaruh variabel intervening, perbedaan konteks, dan alat ukur
yang kurang valid dan reliable.
Nilai pre test untuk materi konsep dan diit hipertensi dan diabetes
mellitus menunjukkan nilai rata-rata yang cukup tinggi. Menurut Noto
Atmodjo (2010), pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, sosial
budaya, usia, dan sumber informasi. Karakteristik peserta pelatihan
memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Kader rata-rata berusia 41-50
tahun dengan lama menjadi 0-10 tahun. Pengalaman menjadi kader
mempengaruhi pengetahuan karena adanya kemungkinan paparan
informasi sebelumnya. Padukuhan Samirono berada pada daerah
perkotaan sehingga akses terhadapa sumber informasi juga lebih mudah.
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi meliputi
ceramah, diskusi, pemutaran video. Menurut Tuong,Larsen & Amstrong
(2014), video dapat menjadi fasilitas pembelajaran yang efektif untuk
mengubah perilaku kesehatan. Penggunaan video yang dikombinasikan
dengan metode lain akan lebih efektif dalam peningkatan pengetahuan dan
perubahan perilaku (Eiser, et.al.,1996).
b. Keterampilan kader
Keterampilan kader diukur melalui lembar observasi checklist
pengukuran tekanan darah, antropometri, dan gula darah. Berthold (2009)
menjelaskan bahwa metode pelatihan dapat meningkatkan keterampilan
kader dalam rangka peningkatan kapasitas kader. Keterampilan yang
diharapkan dalam pencegahan faktor risiko penyakit tidak menular antara
lain keterampilan untuk melakukan penyuluhan, melakukan pengukuran
antropometri, tekanan darah, gula darah, serta pencatatan dan pelaporan
46
yang akan dilaksanakan pada saat pos lansia. Level yang diharapkan pada
keterampilan ini adalah pada level behavior, yaitu peserta mampu
melakukan keterampilan secara mandiri.
Terdapat 4 level evaluasi dalam kegiatan pelatihan, yaitu level
reaction, learning, behavior, dan result (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2008).
Hasil pengukuran keterampilan pada saat pelatihan menunjukkan 70%
peserta masih membutuhkan bimbingan saat pengukuran tekanan darah.
Menurut Skill Framework For Information Age (2014), terdapat 7 level
penguasaan keterampilan, yaitu follow, assist, apply, enable, ensure &
advise, initiate & influence, dan set strategy, inspire, mobilise. Penguasaan
keterampilan oleh kader pada saat pelatihan berada pada level assist,
sedangkan pada saat pos lansia, kader mampu melaksanakan pengukuran
secara mandiri. Menurut Depkes (2013), keterampilan dikatakan berhasil
dengan baik apabila tingkat kepatuhannya mencapai 80% atau lebih.
Peningkatan kapasitas kader merupakan salah satu tujuan dari
keberlanjutan program. Salah satu cara untuk menjadikan suatu program
menjadi sustainable adalah dengan menerapkannya melalui organisasi
(Bartholomew, L Kay, Parcel, GS, Kok, Gerjo,Gottlieb, 2006). Evaluasi
keterampilan kader perludilakukan pada level behavior agar keterampilan
tersebut dapat diterapkan pada saat kegiatan pos lansia.
2. Kualitatif
a. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahuai bahwa, kader
mengungkapkan bahwa pelatihan yang diberikan sangat bermanfaat.
Pengetahuan mereka lebih meningkat, dari sebelumnya tidak tahu
menjadi tahu. Sebagai contoh, awalnya untuk pemeriksaan tinggi tidak
tahu tata cara seperti berkomunikasi terlebih dahulu kepada klien, pada
saat pemeriksaan berat badan klien diminta untuk melepaskan sepatu.
Bagi kader baru, mereka merasa mendapat pengetahuan dan
pengalaman baru dalam mengukur tekanan dan gula darah. Selain itu,
kader lebih mengetahui terkait bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi
maupun tidak dianjurkan dalam melakukan diet hipertensi dan diabetes
melitus. Tidak hanya pengukuran, kader pun mengetahui dan dapat
mempraktikkan senam kaki diabetes yang bermanfaat untuk kesehatan.
47
b. Peningkatan kompetensi kader dalam melaksanakan pos pemeriksaan
kesehatan dan senam kaki diabetes (pasca pelatihan)
Pasca pelatihan, kader menyelenggarakan pos pemeriksaan
kesehatan. Adapun pemeriksaan dilakukan oleh kader sendiri dengan tetap
didampingi dari mahasiswa. Hampir seluruh kader berpartisipasi dalam pos
pemeriksaan tersebut. Hal ini menunjukkan kemajuan dari pos
pemeriksaan, mengingat pada waktu yang lalu hanya 2-3 orang yang
mengukur berat dan tinggi badan, serta tekanan darah. Meskipun kader
lama dan baru sudah terlibat dalam pemeriksaan kesehatan ini, masih
perlu diperbaiki lagi terkait manajemen pelaksanaan pos pemeriksaannya,
seperti susunan meja pendaftaran hingga penyuluhan.
Para kader merasa karena masih perdana dalam melakukan ini,
sehingga masih ada kekurangan dalam manajemen pelaksanaannya.
Diharapkan ke depannya lebih baik lagi dan dikembangkan dengan
langsung turun menemui lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
Untuk senam kaki diabetes, kader mengetahui secara garis besar gerakan
senam tersebut. Mereka mengungkapkan bahwa senam tersebut
memberikan manfaat bagi kesehatan. Selain untuk diri sendiri, kader pun
juga menginformasikan dan mempraktikkan senam tersebut kepada orang
lain.
c. Dukungan dari pihak petugas Puskesmas dan Kepala Dukuh terhadap
kegiatan intervensi
Pihak Puskesmas maupun Kepala Dukuh mendukung dan
mengapresiasi kegiatan intervensi ini. Sebelumnya pihak Puskesmas
mengundang kader perwakilan saja untuk mengikuti pelatihan. Namun
sekarang bisa dilatih semua, tidak hanya kader lama, tetapi juga kader
baru untuk kaderisasi. Dari pihak Puskesmas akan siap membantu
melakukan pembinaan untuk menindaklanjuti kegiatan pos pemeriksaan
tersebut. Hal ini dilakukan untuk memfasilitasi kader jika masih ada yang
membingungkan para kader dalam melaksanakan pos pemeriksaan
kesehatan tersebut.
Kepala Dukuh juga memberikan dukungan dan mengapresiasi
kegiatan intervensi tersebut. Beliau mengungkapkan bahwa, kemitraan
antara mahasiswa dan masyarakat merupakan hal yang baik dalam
48
pelaksanaan program tersebut. Sehingga pelatihan tersebut benar-benar
memberikan manfaat dan sesuai kebutuhan masyarakat, khususnya para
kader yang masih perlu dilatih. Beliau berpendapat bahwa perlu dilakukan
pendampingan walau tidak setiap saat, serta pemantauan untuk menjaga
konsistensi dari pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tersebut.
Pelatihan diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan kepercayaan diri kader. Bagi kader lama maupun baru, pelatihan dapat
menjadi kegiatan yang informatif, menarik, sangat penting, dan membimbing
mereka dalam merubah ke arah perilaku hidup sehat, serta memberikan
kepercayaan diri untuk menginformasikan hasil pengetahuan dan
keterampilan yang didapat kepada orang lain (Bradley and Puoane, 2007).
Sejalan dengan penelitian Willock et al., (2015) bahwa pelatihan dapat
meningkatkan pengetahuan serta keterampilan kader dalam mencegah
penyakit jantung.
Upaya peningkatan kualitas kader yaitu dengan cara diberikan motivasi
dan dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan. Dalam rangka peningkatan
kualitas tersebut, perlu dilakukan pengembangan dan pemberdayaan kader
melalui kegiatan pelatihan. Adapun kegiatan pelatihan yang dilakukan yaitu,
pemberian pengetahuan terkait hipertensi dan diabetes melitus. Pengetahuan
merupakan salah satu faktor predisposisi dalam merubah perilaku individu.
Pemberian pengetahuan ini bertujuan agar kader memiliki kompetensi ketika
menghadapi masalah kesehatan yang diahadapi lansia, seperti hipertensi dan
diabetes (Green et al., 2015; Hartati and Wijayanti, 2015).
Selain pemberian pengetahuan, perlu pula dilakukan peningkatan
keterampilan melalui praktik secara langsung yang dilakukan sendiri oleh
kader, dengan didampingi oleh ahli. Bagi kader baru, pelatihan pengukuran
tekanan dan gula darah serta antropometri merupakan hal yang baru. Baik
kader lama maupun baru sangat antusias dalam mempraktikkan pengukuran
tekanan dan gula darah serta antropometri. Tidak semua kader secara cepat
menerima perubahan, tetapi juga agak lambat. Hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh pengalaman dan tingkat pengetahuan. Perilaku kader
mengalami readiness to change, yaitu adanya kesediaan kader untuk
menerima perubahan dan mempraktikannya untuk masyarakat, misalnya saja
49
pos pemeriksaan kesehatan lansia (Bradley and Puoane, 2007; Hartati and
Wijayanti, 2015).
Tidak hanya pelaksanaan pelatihan, perlu pula dirumuskan tindak lanjut
dari kegiatan pelatihan, salah satunya penggerakkan kader lama maupun
baru untuk kegiatan pos pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia. Perlunya
pemberdayaan pihak kader dalam menggerakkan kembali pos pemeriksaan
kesehatan tersebut. Dengan adanya pemberdayaan kader, diharapkan
mereka dapat memfasilitasi dan mengelola kegiatan pos pemeriksaan
kesehatan lansia/pra lansia (Hartati and Wijayanti, 2015).
Dukungan dari pihak Puskesmas juga penting agar pelaksanaan pos
pemeriksaan kesehatan tersebut dapat berkembang lebih baik. Selain itu,
keterlibatan stakeholder seperti kepala dukuh juga penting. Penerimaan
terhadap program, serta adanya pengaruh kekuatan otoritas stakeholder,
dapat menjadi lisensi untuk mempengaruhi masyarakat agar melakukan
perubahan sesuai tujuan program. Dengan adanya keterlibatan berbagai
pihak, seperti petugas Puskesmas, kader dan stakeholder, diharapkan
sustainabilitas program ini akan tetap berjalan (Finlayson et al., 2014).
50
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan, dapat ditarik
beberapa simpulan yaitu:
1. Tidak ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan pengetahuan
kader tentang hipertensi dan diabetes melitus dengan nilai p: 0.2430 > 0.05.
2. Tidak ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan pengetahuan
kader tentang pengukuran tekanan darah dan antropometri dengan nilai p:
0.1729 > 0.05.
3. Tidak ada pengaruh pemberian edukasi terhadap peningkatan pengetahuan
kader tentang diet hipertensi dan diabetes melitus dengan nilai p: 0.2749 >
0.05.
4. Melalui pelatihan, kader dapat mengetahui bahwa KMS lansia bermanfaat
untuk mengetahui status kesehatan klien, seperti pemantauan tinggi dan
berat badan.
5. Kader mampu melakukan langkah pengukuran tekanan dengan benar tanpa
bimbingan sebanyak 30% dan 60% dengan bimbingan. Kader yang mampu
melakukan pengukuran tekanan darah dengan menyampaikan hasil yang
tepat semjulah 3 orang (20%). Pada saat pos pemeriksaan kesehatan
lansia/pra lansia, kader mampu melakukan pengukuran tekanan darah
secara mandiri.
6. Kader masih membutuhkan bimbingan dalam melakukan langkah
pemeriksaan gula darah saat pelatihan. Pada saat pelaksanaan pos
pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia, peserta dapat melakukan
pemeriksaan gula darah secara mandiri pada pemeriksaan kedua.
7. Saat pelatihan kader melakukan senam kaki diabetes dengan langkah
gerakan yang masih belum lengkap. Pasca pelatihan, kader mampu
melakukan senam kaki diabetes dengan gerakan yang lengkap.
8. Pihak Puskesmas dan stakeholder Padukuhan Samirono mendukung
pelaksanaan dan keberlanjutan program intervensi.
51
B. Saran
Beberapa saran yang diajukan antara lain:
1. Kader Padukuhan Samirono
a. Memperbaiki manajemen pelaksanaan pos pemeriksaan kesehatan
lansia/pra lansia
b. Menjaga konsistensi pelaksanaan pos pemeriksaan kesehatan lansia/pra
lansia
c. Meningkatkan kemitraan dengan stakeholder Padukuhan Samirono dan
pihak Puskesmas Depok 3 dalam upaya pengembangan sumber daya,
baik manusia, fasilitas dan keuangan yang menunjang pelaksanaan pos
pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia
2. Stakeholder Padukuhan Samirono
a. Memberikan motivasi kepada kader dalam hal konsistensi pelaksanaan
pos pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia
b. Membantu melakukan pemantauan dan evaluasi yang ditujukan untuk
menjaga sustainabilitas pelaksanaan pos pemeriksaan kesehatan
lansia/pra lansia
c. Memperkuat kemitraan dengan kader dan pihak Puskesmas Depok 3
dalam hal pengembangan sumber daya, baik manusia, fasilitas dan
keuangan yang menunjang pelaksanaan pos pemeriksaan kesehatan
lansia/pra lansia
3. Puskesmas Depok 3
a. Memberikan pembinaan kepada kader dalam melaksanakan pos
pemeriksaan kesehatan lansia/pra lansia
b. Melakukan kegiatan refreshing berupa pemberian pengetahuan dan
pelatihan kepada kader untuk mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan mereka dalam melaksanakan pos pemeriksaan kesehatan
lansia/pra lansia
c. Melakukan pendampingan, pemantauan dan evaluasi yang ditujukan
untuk menjaga sustainabilitas pelaksanaan pos pemeriksaan kesehatan
lansia/pra lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Agaba E, Akanbi M, Agaba P, et l. (2017). A Survey of Non-Communicable Diseases and Their Risk Factors mong University Employees: A Single Institutional Study. Cardiovasc J Afr 2017; 28: online publication.
APHA: Community Health Workers. [Accessed Oktober 2017,]; http://www.apha.org/membergroups/sections/aphasections/chw/.
Alwan A, Maclean DR, Riley LM, d'Espaignet ET, Mathers CD, Stevens GA, Bettcher D. (2010). Monitoring and Surveillance of Chronic Non-Communicable Diseases: Progress and Capacity in High-Burden Countries. Lancet. 2010 Nov 27;376(9755):1861–8. doi: 10.1016/S0140-6736(10)61853-3.
Bartholomew, L Kay, Parcel, GS, Kok, Gerjo,Gottlieb, N. (2006). Planning Health Promotion : An Intervention Mapping Approach (second edi). Jossey Bass.
Berthold, Tim., Miller , J,. Avila-Esparza, A. (2009). Foundation For Community Health Workers. Jossey
Bradley, H. and Puoane, T. (2007). Prevention of Hypertension and Diabetes in An Urban Setting in South Africa: Participatory Action Research with Community Health Workers. Ethnicity & Disease, 17(1), pp. 49–54.
Bloom D, Cafiero E, Jane-Llopis E, Abrahams-Gessel S, Bloom L, Fathima S, Feigl A, Gaziano T, Mowafi M, Pandya A, Prettner K, Rosenberg L, Seligman B, Stein A, Weinstein C. 2011. The Global Economic Burden of Noncommunicable Diseases. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.
Cheung, B. M. Y., & Li, C. (2012). Diabetes and Hypertension: Is There a Common Metabolic Pathway? Current Atherosclerosis Reports, 14(2), 160–166. http://doi.org/10.1007/s11883-012-0227-2.
Diem, G., Brownson, R. C., Grabauskas, V., Shatchkute, A., & Stachenko, S. (2016). Prevention and Control of Noncommunicable Diseases Through Evidence-Based Public Health: Implementing the NCD 2020 Action Plan. Global Health Promotion, 23(3), 5–13. http://doi.org/10.1177/1757975914567513.
Dignan, BM, Carr, P. (1992). Program Planning for Health Education and
Promotion. (Second Edi). USA: Lea & Febinger.
Eiser, Richard J, Eiser, Christine. (1996). Effectiveness of Video for Healthfor
Health Education : a review Health Education Authority, London
Fertman CI & Allensworth, D. (2010). Health Promotion Program : From Theory to Practice. San Fransisco, USA: Jossey Bass.Finlayson, M. et al. (2014). Applying the RE-AIM Framework to Inform the Development of a Multiple Sclerosis Falls-Prevention Intervention. International Journal of MS Care, 16(4), pp. 192–197. doi: 10.7224/1537-2073.2014-055.
Green, J. et al. (2015) Health Promotion Planning & Strategies. 3rd edn. Edited
by A. Poyner. London: SAGE Publication Ltd.
Hartati, E. and Wijayanti, D. Y. (2015). Pemberdayaan Kader Posyandu Lansia di Semarang’, in Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “. Semarang, pp. 202–209.
Hyder, A. A., Wosu, A. C., Gibson, D. G., Labrique, A. B., Ali, J., & Pariyo, G. W. (2017). Noncommunicable Disease Risk Factors and Mobile Phones: A Proposed Research Agenda. Journal of Medical Internet Research, 19(5), e133. http://doi.org/10.2196/jmir.7246.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.Jakarta.
Kirkpatrick, D. L., & Kirkpatrick, J. D. (2008). Evaluating Training Programs: The Four Levels (3rd ed.). San Fransisco: Berret-Koehler Publisher.
Lim SS, Vos T, Flaxman AD et al. (2013). A Comparative Risk Assessment of Burden of Disease and Injury Attributable to 67 Risk Factors and Risk Factor Clusters in 21 regions, 1990–2010: A Systematic Analysis for the Global Burden of Disease Study 2010. Lancet. 2013;381(9867):628.
Notoatmodjo, S.(2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
NSW Health Departement. 2001. A Framework for Building Capacity to Improve Health. ISBN: 0 7347 3124 8. Gladesville. Publications Warehouse. NSW Health Department.
Riley, L., Guthold, R., Cowan, M., Savin, S., Bhatti, L., Armstrong, T., & Bonita, R. (2016). The World Health Organization STEPwise Approach to Noncommunicable Disease Risk-Factor Surveillance: Methods, Challenges, and Opportunities. American Journal of Public Health, 106(1), 74–78. http://doi.org/10.2105/AJPH.2015.302962.
Richard M, Steers, 1984. Efektivitas Organisasi, Erlangga, Jakarta,.
Ontario Prevention Clearinghouse (2002). Capacity Building for Health Promotion. Spring; 2002.
Shah, M., Kaselitz, E., & Heisler, M. (2013). The Role of Community Health Workers in Diabetes: Update on Current Literature. Current Diabetes Reports, 13(2), 163–171. http://doi.org/10.1007/s11892-012-0359-3.
Skill Framework for Information age Foundation.(2014).Level of Knowledge & SFIA Levels. BCS
Spencer, M. S., Rosland, A.-M., Kieffer, E. C., Sinco, B. R., Valerio, M., Palmisano, G., Heisler, M. (2011). Effectiveness of a Community Health Worker Intervention Among African American and Latino Adults With Type 2 Diabetes: A Randomized Controlled Trial. American Journal of Public Health, 101(12), 2253–2260. http://doi.org/10.2105/AJPH.2010.300106.
Talbot, Y., Takeda, S., Riutort, M., & Bhattacharyya, O. K. (2009). Capacity-Building in Family Health: Innovative In-Service Training Program for Teams in Latin America. Canadian Family Physician, 55(6), 613–613.e6.
Thorogood, M. and Coombes, Y. (2000) Evaluating Health Promotion (Practice and Method). 1st edn. New York: Oxford University Press.
Tung W, Larsen ER., Armstrong AW. (2014). Video to Influence : a Systematic Review of Effectiveness of Video Based Education in Modifying Health Behavior. J Behav Med.
Turnock BJ. 2009. Public Health: What it is and How it Works. Fourth. Sudbury, MA: Jones and Bartlett Publishers; 2009.
WHO. 2014. Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2014. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2014.
WHO. 2013. Global Action Plan for The Prevention and Control of Noncommunicable Diseases 2013 - 2020. Geneva, Switzerland: World Health Organization.
WHO. 2011. Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2011.
WHO. 2009. Global Health Risks: Mortality and Burden of Disease Attributable to Selected Major Risks. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2009.
WHO. 2012. Optimizing Health Worker Roles to Improve Access to Key Maternal and Newborn Health Interventions Through Task Shifting. ISBN 978 92 4 150484 3. OPTIMIZEMNH.World Health Organization; 2012.
WHO. 2013. Vanuatu NCD Risk Factors STEPS REPORT. World Health Organization; 2013.
Willock, R. J. et al. (2015). Peer Training of Community Health Workers to Improve Heart Health among African American Women. Health Promotion Practice, 16(1), pp. 63–71. doi: 10.1177/1524839914535775.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan
Gambar 1. Koordinasi tim untuk persiapan pelaksanaan
Gambar 2. Koordinasi dengan pembimbing lapangan
Gambar 3. Koordinasi dengan pihak Puskesmas Depok 3
Gambar 4. Uji coba media
Gambar 5. Koordinasi dengan kepala dukuh & kader terkait persiapan intervensi
Gambar 6. Koordinasi dengan role model dalam video dokumenter
Gambar 7. Pemasangan media poster
Gambar 8. Pelaksanaan intervensi hari 1: pelatihan pencatatan, pelaporan dan pengisian
KMS lansia
Gambar 9. Game hari 1: pohon diabetes
Gambar 10. Hari 1: penjelasan pohon diabetes (hasil game) yang dibuat oleh kader
Gambar 11. Hari 1: Pelaksanaan pre test pencegahan hipertensi dan diabetes melitus
Gambar 12. Hari 1: pemberian edukasi pencegahan hipertensi dan diabetes
Gambar 13. Hari 1: pelaksanaan post test pencegahan hipertensi dan diabetes melitus
Gambar 14. Hari 1: pemberian edukasi tips menyuluh
Gambar 15. Hari 1: simulasi penyuluhan menggunakan lembar balik
Gambar 16. Hari 2: pre test pengukuran tekanan darah dan antropometri
Gambar 17. Hari 2: pemberian edukasi pengukuran tekanan darah dan antropometri
Gambar 18. Hari 2: simulasi dan observasi pengukuran antropometri
Gambar 19. Hari 2: simulasi dan observasi pengukuran tekanan darah
Gambar 20. Hari 2: post test pengukuran tekanan darah dan antropometri
Gambar 21. Hari 2: pemberian doorprize kepada peserta
Gambar 22. Hari 3: pre test diet hipertensi dan diabetes melitus
Gambar 23. Hari 3: pemberian edukasi diet hipertensi dan diabetes melitus
Gambar 24. Hari 3: post test diet hipertensi dan diabetes melitus
Gambar 25. Hari 3: pemberian edukasi pengukuran gula darah
Gambar 26. Hari 3: Simulasi pengukuran gula darah
Gambar 27. Hari 3: Simulasi senam kaki diabetes
Gambar 28. Hari 3: Pemberian kenang-kenangan alat pengukur tensi darah, gula darah dan
antropometri
Gambar 29. Rencana tindak lanjut dan kesepakatan bersama oleh kader
Gambar 30. pemeriksaan hasil pre and post test serta lembar observasi
Gambar 31. Wawancara dengan pihak Puskesmas terkait program intervensi
Gambar 32. Kader mempraktikan senam kaki diabetes di rumah
Gambar 33. Praktek senam kaki oleh penderita diabetes
Lampiran 2. Instrumen evaluasi kegiatan level 1 (reaction)
LEMBAR KUESIONER EVALUASI PESERTA TERHADAP KEGIATAN PELATIHAN KADER DI PADUKUHAN SAMIRONO
SELASA, 3 OKTOBER 2017 A. Identitas Peserta
1. Nama :
2. Alamat :
B. Materi dan Pemateri
1. Materi dan Praktik: Pencatatan, Pelaporan Data Kesehatan Posyandu Lansia, dan
Pengisian KMS
2. Pemateri : Bu Eko (Petugas Pemegang Program Lansia Puskesmas Depok 3)
C. Petunjuk Pengisian
1. Isilah pendapat Anda mengenai kegiatan pelatihan ini dengan memberikan tanda
checklist () pada kolom yang sesuai
2. Tuliskan kritik dan saran Anda terhadap kegiatan ini pada kolom yang tersedia
D. Kuesioner
No.
Aspek yang Dinilai Kurang Cukup Baik
Sangat Baik
A. Pelaksanaan Pelatihan
1. Tema pelatihan
2. Suasana
3. Pelayanan panitia
4. Ketepatan waktu
5. Kelengkapan materi
B. Pemateri
1. Kejelasan materi
2. Cara penyampaian
3. Interaksi dengan peserta
4. Penggunaan Alat bantu
5. Manfaat materi
C. Lain-lain
1. Perlengkapan pelatihan
2. Konsumsi
Kritik dan saran:
LEMBAR KUESIONER EVALUASI PESERTA TERHADAP KEGIATAN PELATIHAN KADER DI PADUKUHAN SAMIRONO
SELASA, 3 OKTOBER 2017 A. Identitas Peserta
1. Nama :
2. Alamat :
B. Materi dan Pemateri
1. Materi : Pencegahan dan Penatalaksanaan Hipertensi dan Diabetes Melitus
2. Pemateri : Mas Reski
C. Petunjuk Pengisian
1. Isilah pendapat Anda mengenai kegiatan pelatihan ini dengan memberikan tanda
checklist () pada kolom yang sesuai
2. Tuliskan kritik dan saran Anda terhadap kegiatan ini pada kolom yang tersedia
D. Kuesioner
No.
Aspek yang Dinilai Kurang Cukup Baik
Sangat Baik
A. Pelaksanaan Pelatihan
1. Tema pelatihan
2. Suasana
3. Pelayanan panitia
4. Ketepatan waktu
5. Kelengkapan materi
B. Pemateri
1. Kejelasan materi
2. Cara penyampaian
3. Interaksi dengan peserta
4. Penggunaan Alat bantu
5. Manfaat materi
C. Lain-lain
1. Perlengkapan pelatihan
2. Konsumsi
Kritik dan saran:
LEMBAR KUESIONER EVALUASI PESERTA TERHADAP KEGIATAN PELATIHAN KADER DI PADUKUHAN SAMIRONO
SELASA, 3 OKTOBER 2017 A. Identitas Peserta
1. Nama :
2. Alamat :
B. Materi dan Pemateri
1. Materi dan Praktik : Tips Melakukan Penyuluhan
2. Pemateri : Mas Wartono
C. Petunjuk Pengisian
1. Isilah pendapat Anda mengenai kegiatan pelatihan ini dengan memberikan tanda
checklist () pada kolom yang sesuai
2. Tuliskan kritik dan saran Anda terhadap kegiatan ini pada kolom yang tersedia
D. Kuesioner
No.
Aspek yang Dinilai Kurang Cukup Baik
Sangat Baik
A. Pelaksanaan Pelatihan
1. Tema pelatihan
2. Suasana
3. Pelayanan panitia
4. Ketepatan waktu
5. Kelengkapan materi
B. Pemateri
1. Kejelasan materi
2. Cara penyampaian
3. Interaksi dengan peserta
4. Penggunaan Alat bantu
5. Manfaat materi
C. Lain-lain
1. Perlengkapan pelatihan
2. Konsumsi
Kritik dan saran:
LEMBAR KUESIONER EVALUASI PESERTA TERHADAP KEGIATAN PELATIHAN KADER DI PADUKUHAN SAMIRONO
RABU, 4 OKTOBER 2017 A. Identitas Peserta
1. Nama :
2. Alamat :
B. Materi dan Pemateri
1. Materi dan Praktik : Pengukuran Tekanan Darah dan Antropometri (Berat dan Tinggi
Badan)
2. Pemateri : Mba Sholikah
C. Petunjuk Pengisian
1. Isilah pendapat Anda mengenai kegiatan pelatihan ini dengan memberikan tanda
checklist () pada kolom yang sesuai
2. Tuliskan kritik dan saran Anda terhadap kegiatan ini pada kolom yang tersedia
D. Kuesioner
No.
Aspek yang Dinilai Kurang Cukup Baik
Sangat Baik
A. Pelaksanaan Pelatihan
1. Tema pelatihan
2. Suasana
3. Pelayanan panitia
4. Ketepatan waktu
5. Kelengkapan materi
B. Pemateri
1. Kejelasan materi
2. Cara penyampaian
3. Interaksi dengan peserta
4. Penggunaan Alat bantu
5. Manfaat materi
C. Lain-lain
1. Perlengkapan pelatihan
2. Konsumsi
Kritik dan saran:
LEMBAR KUESIONER EVALUASI PESERTA TERHADAP KEGIATAN PELATIHAN KADER DI PADUKUHAN SAMIRONO
KAMIS, 5 OKTOBER 2017 A. Identitas Peserta
1. Nama :
2. Alamat :
B. Materi dan Pemateri
1. Materi: Pengenalan Bahan Makanan Diet Hipertensi dan Diabetes Melitus
2. Pemateri : Mba Windri
C. Petunjuk Pengisian
1. Isilah pendapat Anda mengenai kegiatan pelatihan ini dengan memberikan tanda
checklist () pada kolom yang sesuai
2. Tuliskan kritik dan saran Anda terhadap kegiatan ini pada kolom yang tersedia
D. Kuesioner
No.
Aspek yang Dinilai Kurang Cukup Baik
Sangat Baik
A. Pelaksanaan Pelatihan
1. Tema pelatihan
2. Suasana
3. Pelayanan panitia
4. Ketepatan waktu
5. Kelengkapan materi
B. Pemateri
1. Kejelasan materi
2. Cara penyampaian
3. Interaksi dengan peserta
4. Penggunaan Alat bantu
5. Manfaat materi
C. Lain-lain
1. Perlengkapan pelatihan
2. Konsumsi
Kritik dan saran:
LEMBAR KUESIONER EVALUASI PESERTA TERHADAP KEGIATAN PELATIHAN KADER DI PADUKUHAN SAMIRONO
KAMIS, 5 OKTOBER 2017 A. Identitas Peserta
1. Nama :
2. Alamat :
B. Materi dan Pemateri
1. Materi dan Praktik : Pengukuran Gula Darah
2. Pemateri : Mba Sholikah
C. Petunjuk Pengisian
1. Isilah pendapat Anda mengenai kegiatan pelatihan ini dengan memberikan tanda
checklist () pada kolom yang sesuai
2. Tuliskan kritik dan saran Anda terhadap kegiatan ini pada kolom yang tersedia
D. Kuesioner
No.
Aspek yang Dinilai Kurang Cukup Baik
Sangat Baik
A. Pelaksanaan Pelatihan
1. Tema pelatihan
2. Suasana
3. Pelayanan panitia
4. Ketepatan waktu
5. Kelengkapan materi
B. Pemateri
1. Kejelasan materi
2. Cara penyampaian
3. Interaksi dengan peserta
4. Penggunaan Alat bantu
5. Manfaat materi
C. Lain-lain
1. Perlengkapan pelatihan
2. Konsumsi
Kritik dan saran:
LEMBAR KUESIONER EVALUASI PESERTA TERHADAP KEGIATAN PELATIHAN KADER DI PADUKUHAN SAMIRONO
KAMIS, 5 OKTOBER 2017 A. Identitas Peserta
1. Nama :
2. Alamat :
B. Materi dan Pemateri
1. Materi dan Praktik : Senam Kaki Diabetes
2. Pemateri : Mba Vina
C. Petunjuk Pengisian
1. Isilah pendapat Anda mengenai kegiatan pelatihan ini dengan memberikan tanda
checklist () pada kolom yang sesuai
2. Tuliskan kritik dan saran Anda terhadap kegiatan ini pada kolom yang tersedia
D. Kuesioner
No.
Aspek yang Dinilai Kurang Cukup Baik
Sangat Baik
A. Pelaksanaan Pelatihan
1. Tema pelatihan
2. Suasana
3. Pelayanan panitia
4. Ketepatan waktu
5. Kelengkapan materi
B. Pemateri
1. Kejelasan materi
2. Cara penyampaian
3. Interaksi dengan peserta
4. Penggunaan Alat bantu
5. Manfaat materi
C. Lain-lain
1. Perlengkapan pelatihan
2. Konsumsi
Kritik dan saran:
LEMBAR KUESIONER EVALUASI PESERTA TERHADAP KEGIATAN PELATIHAN A. Petunjuk Pengisian
1. Isilah pendapat Anda mengenai kegiatan pelatihan ini dengan memberikan tanda
checklist (ѵ) pada kolom yang sesuai
2. Tuliskan kritik dan saran Anda terhadap kegiatan ini pada kolom yang tersedia
B. Kuesioner
No.
Aspek yang Dinilai Kurang Cukup Baik
Sangat Baik
A. Pelaksanaan Pelatihan
1. Tema pelatihan
2. Suasana
3. Pelayanan panitia
4. Ketepatan waktu
5. Kelengkapan materi
B. Pemateri
1. Kejelasan materi
2. Cara penyampaian
3. Interaksi dengan peserta
4. Penggunaan Alat bantu
5. Manfaat materi
C. Lain-lain
1. Perlengkapan pelatihan
2. Konsumsi
Kritik dan saran
Lampiran 3. Instrumen evaluasi kegiatan level 2 (learning)
LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN TEKANAN DAN GULA DARAH, SERTA
ANTROPOMETRI (DIISI OLEH OBSERVER)
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode responden : Waktu pengambilan data : Nama pengambil data : Checklist perlengkapan observasi
□ Alat perekam visual dengan baterai cadangan
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Petunjuk observasi:
1. Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu pelaksanaan tetapi dapat
memantau setiap kegiatan yang dilakukan kader.
2. Observer memberikan skor 1 jika aspek yang dinilai dilakukan, dan skor 0 jika aspek
yang dinilai tidak dilakukan.
3. Observer memberikan penilaian berdasarkan:
a. Praktik pelaksanaan pengukuran tekanan darah, kriteria penilaian:
1) Kompeten: Jika kader mendapat skor minimal 8
2) Tidak Kompeten: Jika kader mendapat skor < 8
3) Observer menuliskan catatan di kolom keterangan bila kader belum melakukan
langkah pemeriksaan dengan benar
b. Hasil pengukuran oleh kader dibandingkan dengan hasil pengukuran oleh observer.
A. Karakteristik responden
Petunjuk pengisian :
Isilah titik-titik di bawah ini, sesuai dengan keadaan responden. 1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : .........................................................................
7. Lamanya waktu menjadi kader : .........................................................................
B. Pengukuran tekanan darah saat pelatihan
No. Aspek yg Dinilai
Kriteria Penilaian
Keterangan Dilakukan
Tidak dilakukan
A. Praktik pelaksanaan pengukuran tekanan darah
1. Mencuci tangan
2. Mengucapkan salam
3. Menjelaskan tujuan
4. Menanyakan kesiapan klien
5. Mengatur posisi pasien
6. Membebaskan lengan klien dari baju
7. Mengempiskan manset
8. Memasang manset 2-3 cm diatas medina kubiti, sejajar jantung
9. Meraba denyut arteri brachialis
10. Meletakkan diafragma stetoskop diatas arteri brachialis
11. Menutup sekrup balon
12. Meraba denyut arteri radialis dengan tangan kiri
13. Memompa manset hingga tak teraba denyut arteri radialis, kemudian menambahkan 30 mmHg
14.
Membuka katup balon pelan-pelan sambil melihat turunnya jarum pada manometer dan dengarkan bunyi denyut pertama (sistole) hingga bunyi terakhir (diastole) sampai tekanan nol serta merasakan denyut arteri radialis teraba kembali
15. Melepas manset
16. Menyampaikan hasil pengukuran pada klien
17. Mencatat hasil pengukuran pada buku catatan
18. Mencuci tangan
TOTAL SKOR
B. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Kriteria Penilaian
Oleh Kader Oleh observer Tepat Tidak tepat
------------------ ---------------------------
C. Pengukuran gula darah saat pelatihan
No. Aspek yg Dinilai
Kriteria Penilaian
Keterangan Dilakukan
Tidak dilakukan
A. Praktik pelaksanaan pengukuran gula darah
1. Mencuci tangan
2. Menggunakan sarung tangan
3. Membawa alat kedekat pasien
4. Mengucapkan salam
5. Menjelaskan tujuan
6. Menjelaskan prosedur
7. Menanyakan kesiapan klien
8. Mengatur posisi pasien
9. Menghidupkan alat dengan menekan tombol power
10. Memastikan nomor kode sama dengan nomor yang terdapat pada tabung strip
11. Memasukkan strip pada lubang di bagian ujung kanan atas alat
12.
Memastikan gambar jari tangan terdapat pada bagian atas sampai keluar bunyi “bip” serta gambar tetes darah yang berkedip-kedip
13. Mengambil dan membuka penutup jarum untuk dipasang pada lancet
14. Menyesuaikan ketebalan kulit sebelum mengambil sampel darah dengan lancet
15. Menggosok ujung jari dengan alcohol swab
16. Mengambil sampel darah dengan lancet
17. Menempelkan sampel darah pada strip sampai darah otomatis terserap pada strip
18. Memastikan strip terisi penuh darah saat akan mengukur segera hasil kadar gula darah
19. Menyampaikan hasil pada klien
20. Mencatat hasil pengukuran
21. Membereskan alat
22. Mencuci tangan
TOTAL SKOR
B. Hasil Pengukuran Gula Darah Kriteria Penilaian
Oleh Kader Oleh Observer Tepat Tidak tepat
------------------ ---------------------------
D. Pengukuran tinggi badan dan berat badan saat pelatihan
No. Aspek yg Dinilai
Kriteria Penilaian
Keterangan Dilakukan
Tidak dilakukan
A. Praktik pengukuran berat badan
1. Meletakkan timbangan di tempat yang datar
2. Memastikan jarum pada alat tinbang dalam keadaaan seimbang
3. Menjelaskan prosedur penimbangan kepada pasien
4.
Meminta kepada pasien yang akan ditimbang untuk membuka alas kaki, jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat (contoh: kunci)
5. Memposisikan pasien di atas timbangan
6.
Memperhatikan posisi kaki pasien tepat di tengah alat timbang, tidak menumpu pada salah satu kaki, sikap tenang (jangan bergerak-gerak) dan pandangan kepala lurus ke depan
7. Membaca dan mencatat berat badan
8. Melakukan pencatatan sampai satu angka dibelakang koma
9. Meminta pasien turun dari alat timbang
B. Praktik pengukuran tinggi badan
1. Menggantungkan bandul benang untuk membantu memasang microtoise di dinding agak tegak lurus
2.
Meletakkan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan atau tonjolan (rata)
3.
Menarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka 0 (nol). Kemudian dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas microtoise
4. Memberi perekat pada posisi skitar 10 cm dari bagian atas microtoise untuk menghindari perubahan posisi pita
5.
Meminta pasien melepaskan alas kaki, topi (penutup kepala) dan aksesoris lainnya yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran
6. Memastikan alat geser berada pada posisi atas
7. Meminta pasien untuk berdiri tegak, persis di bawah alat geser
8. Memastikan posisi kepala dan bahu (punggung), pantat, betis dan tumit
No. Aspek yg Dinilai
Kriteria Penilaian
Keterangan Dilakukan
Tidak dilakukan
menempel pada dinding tempat microtise dipasang
9. Memastikan pandangan pasien lurus ke depan dan tangan dalam posisi tergantung bebas
10. Mengerakkan alat geser sampai menyentuh bagian atas (tengah) kepala pasien. Alat geser menempel pada dinding
11.
Membaca dan mencatat hasil pengukuran. Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata pengukur
12. Pengukur berdiri di atas bangku jika tinggi badannya lebih rendah daripada pasien yang diukur
13. Melakukan pencatatan sampai satu angka dibelakang koma
TOTAL SKOR
C. Hasil Pengukuran Tinggi dan Berat Badan Kriteria Penilaian
Oleh Kader Oleh Observer Tepat Tidak tepat
------------------ ---------------------------
Tanda Tangan Observer
(……………….…………….)
KUESIONER PRE TEST (UNTUK KADER)
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode responden : Waktu pengambilan data : Nama pengambil data : Total skor : A. Karakteristik responden
Petunjuk pengisian:
Isilah titik-titik di bawah ini, sesuai dengan keadaan Anda sekarang. Jika ada suatu hal yang kurang dimengerti, dipersilahkan untuk bertanya kepada fasilitator.
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : .........................................................................
7. Lamanya waktu menjadi kader : .........................................................................
B. Pengetahuan tentang penyakit tidak menular (hipertensi dan diabetes melitus)
Petunjuk pengisian: 1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan. 2. Tanyakanlah kepada fasilitator jika ada pernyataan yang kurang dimengerti.
3. Berilah tanda checklist () pada kolom yang sesuai jawaban Anda (benar atau
salah). Sebagai contoh:
No. Pernyataan Benar Salah
1. Mengkonsumsi minuman beralkohol dapat memperparah penyakit hipertensi
4. Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, berilah tanda silang pada jawaban yang
sebelumnya keliru. Kemudian beri tanda checklist () kembali pada kolom yang
sesuai dengan jawaban Anda. Sebagai contoh:
No. Pernyataan Benar Salah
1. Mengkonsumsi minuman beralkohol dapat memperparah penyakit hipertensi
×
5. Silahkan mengerjakan beberapa soal pernyataan berikut ini sesuai petunjuk pengisian nomor 1-4.
a) Pengetahuan tentang hipertensi No. Pernyataan Benar Salah
1. Hipertensi merupakan penyakit tekanan darah tinggi, dimana tekanan darah mencapai 110/80 mmHg.
2. Gejala hipertensi dapat terlihat dari penampilan fisik
3. Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berbagai penyakit seperti kanker
4. Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi
5. Merokok termasuk sebagai penyebab dari penyakit hipertensi
6. Kelebihan berat badan dapat membantu meningkatkan risiko terkena hipertensi
7. Stres dapat meningkatkan risiko hipertensi
8. Mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam (asin) dapat mencegah penyakit hipertensi
9. Mengkonsumsi buah, sayur dan susu tinggi lemak dapat membantu mengurangi risiko komplikasi hipertensi
10. Melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki cepat dapat membantu menurunkan tekanan darah
Sumber: Diadopsi dan dimodifikasi dari berbagai sumber ((Abd El-Hay & El Mezayen, 2015; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006; Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
b) Pengetahuan tentang diabetes melitus No. Pernyataan Benar Salah
1. Diabetes merupakan penyakit dengan kadar gula darah puasa sebesar 126 mg/dl ke atas
2. Hormon insulin berhubungan dengan penyakit diabetes
3. Sering buang air kecil, sering merasa haus, cepat merasa lelah merupakan beberapa gejala dari penyakit diabetes
4. Diabetes dapat menyebabkan penyakit komplikasi seperti stroke
5. Sering mengkonsumsi makanan yang manis merupakan penyebab dari penyakit diabetes
6. Obesitas merupakan salah satu pemicu terjadinya diabetes
7. Kurang berolahraga dapat membantu meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes
8. Meningkatkan konsumsi makan berserat dapat membantu menurunkan risiko komplikasi penyakit diabetes
9. Senam kaki diabetes dapat melancarkan peredaran darah pada kaki
10. Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan di rumah
Sumber: Diadopsi dan dimodifikasi dari berbagai sumber (American Diabetes Association, 2011; Diabetes Research Welness Foundation, 2014; Harkins, 2008; National Institute of Diaebetes and Digestive and Kidney Disease, 2013)
KUESIONER POST TEST (UNTUK KADER)
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode responden : Waktu pengambilan data : Nama pengambil data : Total skor : A. Karakteristik responden
Petunjuk pengisian:
Isilah titik-titik di bawah ini, sesuai dengan keadaan Anda sekarang. Jika ada suatu hal yang kurang dimengerti, dipersilahkan untuk bertanya kepada fasilitator.
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : .........................................................................
7. Lamanya waktu menjadi kader : .........................................................................
B. Pengetahuan tentang penyakit tidak menular (hipertensi dan diabetes melitus) Petunjuk pengisian:
1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan. 2. Tanyakanlah kepada fasilitator jika ada pernyataan yang kurang dimengerti.
3. Berilah tanda checklist () pada kolom yang sesuai jawaban Anda (benar atau
salah). Sebagai contoh:
No. Pernyataan Benar Salah
1. Mengkonsumsi minuman beralkohol dapat memperparah penyakit hipertensi
4. Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, berilah tanda silang pada jawaban yang
sebelumnya keliru. Kemudian beri tanda checklist () kembali pada kolom yang
sesuai dengan jawaban Anda. Sebagai contoh:
No. Pernyataan Benar Salah
1. Mengkonsumsi minuman beralkohol dapat memperparah penyakit hipertensi
×
5. Silahkan mengerjakan beberapa soal pernyataan berikut ini sesuai petunjuk pengisian nomor 1-4.
a) Pengetahuan tentang hipertensi
No. Pernyataan Benar Salah
1. Hipertensi merupakan penyakit tekanan darah tinggi, dimana tekanan darah mencapai 110/80 mmHg.
2. Gejala hipertensi dapat terlihat dari penampilan fisik
No. Pernyataan Benar Salah
3. Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berbagai penyakit seperti kanker
4. Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi
5. Merokok termasuk sebagai penyebab dari penyakit hipertensi
6. Kelebihan berat badan dapat membantu meningkatkan risiko terkena hipertensi
7. Stres dapat meningkatkan risiko hipertensi
8. Mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam (asin) dapat mencegah penyakit hipertensi
9. Mengkonsumsi buah, sayur dan susu tinggi lemak dapat membantu mengurangi risiko komplikasi hipertensi
10. Melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki cepat dapat membantu menurunkan tekanan darah
Sumber: Diadopsi dan dimodifikasi dari berbagai sumber ((Abd El-Hay & El Mezayen, 2015; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006; Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
b) Pengetahuan tentang diabetes melitus No. Pernyataan Benar Salah
1. Diabetes merupakan penyakit dengan kadar gula darah puasa sebesar 126 mg/dl ke atas
2. Hormon insulin berhubungan dengan penyakit diabetes
3. Sering buang air kecil, sering merasa haus, cepat merasa lelah merupakan beberapa gejala dari penyakit diabetes
4. Diabetes dapat menyebabkan penyakit komplikasi seperti stroke
5. Sering mengkonsumsi makanan yang manis merupakan penyebab dari penyakit diabetes
6. Obesitas merupakan salah satu pemicu terjadinya diabetes
7. Kurang berolahraga dapat membantu meningkatkan risiko terkena diabetes
8. Meningkatkan konsumsi makan berserat dapat membantu menurunkan risiko komplikasi penyakit diabetes
9. Senam kaki diabetes dapat melancarkan peredaran darah pada kaki
10. Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan di rumah
Sumber: Diadopsi dan dimodifikasi dari berbagai sumber (American Diabetes Association, 2011; Diabetes Research Welness Foundation, 2014; Harkins, 2008; National Institute of Diaebetes and Digestive and Kidney Disease, 2013)
KUESIONER PRE TEST PENGUKURAN TEKANAN DARAH DAN ANTROPOMETRI
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
A. IDENTITAS
Nama :
Alamat :
B. PETUNJUK PENGISIAN
Urutkanlah langkah-langkah dalam pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi
badan berikut ini yang Anda ketahui dengan memberikan angka pada kolom urutan!
C. PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Kegiatan Urutan
Memasang manset 2-3 cm di atas lipatan tangan, sejajar jantung
Meraba denyut nadi di daerah pergelangan tangan dengan tangan kiri
Meletakkan diafragma stetoskop di daerah lipatan tangan
Memompa manset hingga tak teraba denyut nadi di daerah pergelangan tangan, kemudian menambahkan 30 mmHg
Mengatur posisi pasien
Meraba denyut nadi di daerah lipatan tangan
Mengempiskan manset
Membuka katup balon pelan-pelan sambil melihat turunnya jarum pada manometer dan dengarkan bunyi denyut pertama (sistole) hingga bunyi terakhir (diastole) sampai tekanan nol serta merasakan denyut nadi di pergelangan tangan teraba kembali
Menutup sekrup balon
D. PENGUKURAN BERAT BADAN
Kegiatan Urutan
Memastikan jarum pada alat timbang dalam keadaaan seimbang
Meminta kepada pasien yang akan ditimbang untuk membuka alas kaki, jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat (contoh: kunci)
Memperhatikan posisi kaki pasien tepat di tengah alat timbang, tidak menumpu pada salah satu kaki, sikap tenang (jangan bergerak-gerak) dan pandangan kepala lurus ke depan
Menjelaskan prosedur penimbangan kepada pasien
Membaca dan mencatat berat badan
Meletakkan timbangan di tempat yang datar
Memposisikan pasien di atas timbangan
Melakukan pencatatan sampai satu angka dibelakang koma
E. PENGUKURAN TINGGI BADAN
Kegiatan Urutan
Meletakkan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan atau tonjolan (rata)
Memberi perekat pada posisi eskitar 10 cm dari bagian atas alat pengukur untuk menghindari perubahan posisi pita
Menggantungkan bandul benang untuk membantu memasang alat pengukur di dinding agak tegak lurus
Memberi perekat pada posisi skitar 10 cm dari bagian atas alat pengukur untuk menghindari perubahan posisi pita
Memastikan alat geser berada pada posisi
Menarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka 0 (nol). Kemudian dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas alat pengukur
Meminta pasien untuk berdiri tegak, persis di bawah alat geser
Pengukur berdiri di atas bangku jika tinggi badannya lebih rendah daripada pasien yang diukur
Memastikan pandangan pasien lurus ke depan dan tangan dalam posisi tergantung bebas
Memastikan posisi kepala dan bahu (punggung), pantat, betis dan tumit menempel pada dinding tempat alat pengukur dipasang
Mengerakkan alat geser sampai menyentuh bagian atas (tengah) kepala pasien. Alat geser menempel pada dinding
Melakukan pencatatan sampai satu angka dibelakang koma
Membaca dan mencatat hasil pengukuran. Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata pengukur
KUESIONER POST TEST PENGUKURAN TEKANAN DARAH DAN ANTROPOMETRI
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
A. IDENTITAS
Nama :
Alamat :
B. PETUNJUK PENGISIAN
Urutkanlah langkah-langkah dalam pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi
badan berikut ini yang Anda ketahui dengan memberikan angka pada kolom urutan!
C. PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Kegiatan Urutan
Memasang manset 2-3 cm di atas lipatan tangan, sejajar jantung
Meraba denyut nadi di daerah pergelangan tangan dengan tangan kiri
Meletakkan diafragma stetoskop di daerah lipatan tangan
Memompa manset hingga tak teraba denyut nadi di daerah pergelangan tangan, kemudian menambahkan 30 mmHg
Mengatur posisi pasien
Meraba denyut nadi di daerah lipatan tangan
Mengempiskan manset
Membuka katup balon pelan-pelan sambil melihat turunnya jarum pada manometer dan dengarkan bunyi denyut pertama (sistole) hingga bunyi terakhir (diastole) sampai tekanan nol serta merasakan denyut nadi di pergelangan tangan teraba kembali
Menutup sekrup balon
D. PENGUKURAN BERAT BADAN
Kegiatan Urutan
Memastikan jarum pada alat timbang dalam keadaaan seimbang
Meminta kepada pasien yang akan ditimbang untuk membuka alas kaki, jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat (contoh: kunci)
Memperhatikan posisi kaki pasien tepat di tengah alat timbang, tidak menumpu pada salah satu kaki, sikap tenang (jangan bergerak-gerak) dan pandangan kepala lurus ke depan
Menjelaskan prosedur penimbangan kepada pasien
Membaca dan mencatat berat badan
Meletakkan timbangan di tempat yang datar
Memposisikan pasien di atas timbangan
Melakukan pencatatan sampai satu angka dibelakang koma
E. PENGUKURAN TINGGI BADAN
Kegiatan Urutan
Meletakkan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan atau tonjolan (rata)
Memberi perekat pada posisi eskitar 10 cm dari bagian atas alat pengukur untuk menghindari perubahan posisi pita
Menggantungkan bandul benang untuk membantu memasang alat pengukur di dinding agak tegak lurus
Memberi perekat pada posisi skitar 10 cm dari bagian atas alat pengukur untuk menghindari perubahan posisi pita
Memastikan alat geser berada pada posisi
Menarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka 0 (nol). Kemudian dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas alat pengukur
Meminta pasien untuk berdiri tegak, persis di bawah alat geser
Pengukur berdiri di atas bangku jika tinggi badannya lebih rendah daripada pasien yang diukur
Memastikan pandangan pasien lurus ke depan dan tangan dalam posisi tergantung bebas
Memastikan posisi kepala dan bahu (punggung), pantat, betis dan tumit menempel pada dinding tempat alat pengukur dipasang
Mengerakkan alat geser sampai menyentuh bagian atas (tengah) kepala pasien. Alat geser menempel pada dinding
Melakukan pencatatan sampai satu angka dibelakang koma
Membaca dan mencatat hasil pengukuran. Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata pengukur
LEMBAR OBSERVASI SENAM KAKI DIABETES (DIISI OLEH OBSERVER)
MINIMALISASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRA LANSIA DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode responden : Waktu pengambilan data : Nama pengambil data : Total skor : Checklist perlengkapan observasi
□ Alat perekam visual dengan baterai cadangan
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
A. Karakteristik responden
Petunjuk pengisian :
Isilah titik-titik di bawah ini, sesuai dengan keadaan responden.
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : .........................................................................
B. Lembar Observasi Senam Kaki Diabetes
1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan.
2. Berilah tanda checklist () pada kolom yang sesuai dengan keadaan responden di
lapangan (dilakukan atau tidak dilakukan). Sebagai contoh:
No. Pernyataan Dilakukan
dengan benar
Tidak dilakukan dengan benar
Keterangan
1. Gerakan pertama: a. Meletakkan tumit di lantai
b. Menggerakkan jari-jari kaki ke atas dan ke bawah
c. Mengulangi gerakan poin b
sebanyak 2 set dan 10 repetisi
3. Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, berilah tanda silang pada jawaban yang
sebelumnya keliru. Kemudian beri tanda checklist () kembali pada kolom yang
sesuai dengan jawaban Anda. Sebagai contoh:
No. Pernyataan Dilakukan
dengan benar
Tidak dilakukan dengan benar
Keterangan
1. Gerakan pertama: a. Meletakkan tumit di lantai
×
b. Menggerakkan jari-jari kaki ke atas dan ke bawah
c. Mengulangi gerakan poin b
sebanyak 2 set dan 10 repetisi
4. Silahkan mengisi beberapa soal pernyataan berikut ini sesuai petunjuk pengisian nomor 1-3.
a) Senam kaki diabetes
No. Pernyataan Dilakukan
dengan benar
Tidak dilakukan dengan benar
Keterangan
1. Responden menyiapkan kursi dan kertas koran
2. Kertas koran diletakkan dekat dengan jangkauan responden
3. Responden duduk di atas kursi dengan
kaki kanan dan kiri di lantai
4. Gerakan pertama: a. Meletakkan tumit di lantai
5. b. Menggerakkan jari-jari kaki ke atas dan ke bawah
6. c. Mengulangi gerakan poin b sebanyak 2 set dan 10 repetisi
7. Gerakan kedua:
a. Mengangkat telapak kaki kiri ke atas dengan bertumpu pada tumi
8. b. Melakukan gerakan memutar keluar dengan pergerakan pada pergelangan kaki
9. c. Mengulangi gerakan poin b sebanyak 2 set dan 10 repetisi
10. Gerakan ketiga:
a. Mengangkat kaki dengan posisi sejajar
11. b. Menggerakkan telapak kaki ke depan dan ke belakang
12. c. Mengulangi gerakan poin b
sebanyak 2 set dan 10 repetisi
13, Gerakan keempat: a. Mengangkat kaki dengan posisi
sejajar
14. b. Menggerakkan telapak kaki ke depan sebanyak 2 set dan 10
No. Pernyataan Dilakukan
dengan benar
Tidak dilakukan dengan benar
Keterangan
repetisi
15. Gerakan kelima: a. Meluruskan salah satu kaki dan
mengangkatnya
16. b. Melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki seperti sedang menulis angka 0 hingga 10, dilakukan secara bergantian pada kaki kiri dan kanan
17. Gerakan keenam: a. Meletakkan selembar koran di lantai
18. b. Membentuk kertas koran tersebut
menjadi seperti bola dengan kedua kaki
19. c. Meratakan kembali kertas koran yang dibentuk menjadi bola pada poin b
20. d. Menyobek kertas koran yang telah diratakan pada poin c menjadi dua bagian dengan kaki
21. e. Merobek salah satu bagian kertas koran pada poin d menjadi bagian-bagian kecil
22. f. Memindahkan kertas yang telah dirobek pada poin e ke atas kertas koran yang masih utuh.
23. g. Membentuk kembali kertas koran pada poin f menjadi bola
Sumber: Diadopsi dan dimodifikasi dari berbagai sumber
Tanda Tangan Observer
(……………….…………….)
KUESIONER PRE TEST (UNTUK PESERTA PENGENALAN MAKANAN SEHAT)
MINIMALISASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRA LANSIA DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode responden : Waktu pengambilan data : Nama pengambil data : Total skor : A. Karakteristik responden
Petunjuk pengisian:
Isilah titik-titik di bawah ini, sesuai dengan keadaan Anda sekarang. Jika ada suatu hal yang kurang dimengerti, dipersilahkan untuk bertanya kepada fasilitator.
1. Nama (inisial) : ................................................................................
2. Usia (tahun) : ..................................................................................
3. Jenis kelamin : ..................................................................................
4. Pendidikan terakhir : ..................................................................................
5. Pekerjaan : ................................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ................................................................................
B. Pengetahuan tentang penyakit tidak menular (hipertensi dan diabetes melitus)
Petunjuk pengisian: 1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan. 2. Tanyakanlah kepada fasilitator jika ada pernyataan yang kurang dimengerti.
3. Berilah tanda checklist () pada kolom yang sesuai jawaban Anda (benar atau
salah). Sebagai contoh:
No. Pernyataan Benar Salah
1. Susu segar 200ml/hari merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk diet hipertensi
4. Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, berilah tanda silang pada jawaban yang
sebelumnya keliru. Kemudian beri tanda checklist () kembali pada kolom yang
sesuai dengan jawaban Anda. Sebagai contoh:
No. Pernyataan Benar Salah
1. Susu segar 200ml/hari merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk diet hipertensi
×
5. Silahkan mengerjakan beberapa soal pernyataan berikut ini sesuai petunjuk pengisian nomor 1-4.
a) Pengetahuan bahan makanan terkait diet hipertensi
No. Pernyataan Benar Salah
1. Makanan sumber protein nabati dan hewani merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk diet hipertensi
2. Makanan yang diolah dengan banyak kaldu bubuk merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk diet
No. Pernyataan Benar Salah
hipertensi
3. Sayuran dan buah-buahan dalam kaleng merupakan bahan makanan yang dianjurkan
4. Sumber protein hewani seperti telur ayam dikonsumsi 1 butir/hari merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk diet hipertensi
5. Pemakaian garam dapur merupakan bahan makanan yang dibatasi
6. Penggunaan soda kue merupakan bahan makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi sebanyak mungkin
7. Daging kambing merupakan bahan makanan yang dihindari
8. Sarden kaleng merupakan bahan makanan yang dihindari
9. Durian merupakan bahan makanan yang dapat dikonsumsi sebanyak mungkin
10. Saus sambel merupakan bumbu-bumbu yang termasuk dalam bahan makanan yang dihindari
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011. Diet Hipertensi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011b)
b) Pengetahuan bahan makanan terkait diet diabetes melitus No. Pernyataan Benar Salah
1. Roti merupakan bahan makanan sumber karbohidrat yang konsumsinya perlu dibatasi
2. Ayam tanpa kulit merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
3. Kuning telur merupakan bahan makanan yang konsumsinya perlu dibatasi
4. Tahu merupakan bahan makanan yang konsumsinya perlu dibatasi
5. Sawi merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
6. Abon merupakan bahan makanan yang konsumsinya perlu dihindari
7. Pisang merupakan bahan makanan yang kosumsinya perlu dibatasi
8. Es krim merupakan bahan makanan yang perlu dihindari
9. Susu kental manis merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
10. Makanan yang digoreng dan menggunakan santan kental merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011. Diet Diabetes Melitus.(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011a)
KUESIONER POST TEST (UNTUK PESERTA PENGENALAN MAKANAN SEHAT)
MINIMALISASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRA LANSIA DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode responden : Waktu pengambilan data : Nama pengambil data : Total skor : A. Karakteristik responden
Petunjuk pengisian:
Isilah titik-titik di bawah ini, sesuai dengan keadaan Anda sekarang. Jika ada suatu hal yang kurang dimengerti, dipersilahkan untuk bertanya kepada fasilitator.
1. Nama (inisial) : ................................................................................
2. Usia (tahun) : ..................................................................................
3. Jenis kelamin : ..................................................................................
4. Pendidikan terakhir : ..................................................................................
5. Pekerjaan : ................................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ................................................................................ B. Pengetahuan tentang penyakit tidak menular (hipertensi dan diabetes melitus)
Petunjuk pengisian: 1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan. 2. Tanyakanlah kepada fasilitator jika ada pernyataan yang kurang dimengerti.
3. Berilah tanda checklist () pada kolom yang sesuai jawaban Anda (benar atau
salah). Sebagai contoh:
No. Pernyataan Benar Salah
1. Susu segar 200ml/hari merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk diet hipertensi
4. Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, berilah tanda silang pada jawaban yang
sebelumnya keliru. Kemudian beri tanda checklist () kembali pada kolom yang
sesuai dengan jawaban Anda. Sebagai contoh:
No. Pernyataan Benar Salah
1. Susu segar 200ml/hari merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk diet hipertensi
×
5. Silahkan mengerjakan beberapa soal pernyataan berikut ini sesuai petunjuk pengisian nomor 1-4.
a) Pengetahuan bahan makanan terkait diet hipertensi
No. Pernyataan Benar Salah
1. Makanan sumber protein nabati dan hewani merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk diet hipertensi
2. Makanan yang diolah dengan banyak kaldu bubuk merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk diet
No. Pernyataan Benar Salah
hipertensi
3. Sayuran dan buah-buahan dalam kaleng merupakan bahan makanan yang dianjurkan
4. Sumber protein hewani seperti telur ayam dikonsumsi 1 butir/hari merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk diet hipertensi
5. Pemakaian garam dapur merupakan bahan makanan yang dibatasi
6. Penggunaan soda kue merupakan bahan makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi sebanyak mungkin
7. Daging kambing merupakan bahan makanan yang dihindari
8. Sarden kaleng merupakan bahan makanan yang dihindari
9. Durian merupakan bahan makanan yang dapat dikonsumsi sebanyak mungkin
10. Saus sambel merupakan bumbu-bumbu yang termasuk dalam bahan makanan yang dihindari
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011. Diet Hipertensi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011b)
b) Pengetahuan bahan makanan terkait diet diabetes melitus No. Pernyataan Benar Salah
1. Roti merupakan bahan makanan sumber karbohidrat yang konsumsinya perlu dibatasi
2. Ayam tanpa kulit merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
3. Kuning telur merupakan bahan makanan yang konsumsinya perlu dibatasi
4. Tahu merupakan bahan makanan yang konsumsinya perlu dibatasi
5. Sawi merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
6. Abon merupakan bahan makanan yang konsumsinya perlu dihindari
7. Pisang merupakan bahan makanan yang kosumsinya perlu dibatasi
8. Es krim merupakan bahan makanan yang perlu dihindari
9. Susu kental manis merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
10. Makanan yang digoreng dan menggunakan santan kental merupakan bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011. Diet Diabetes Melitus (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011a)
Lampiran 4. Instrumen evaluasi kegiatan Level 3 (behavior)
LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN TEKANAN DAN GULA DARAH, SERTA
ANTROPOMETRI (DIISI OLEH OBSERVER)
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode responden : Waktu pengambilan data : Nama pengambil data : Checklist perlengkapan observasi
□ Alat perekam visual dengan baterai cadangan
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Petunjuk observasi:
1. Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu pelaksanaan tetapi dapat
memantau setiap kegiatan yang dilakukan kader.
2. Observer memberikan skor 1 jika aspek yang dinilai dilakukan, dan skor 0 jika aspek
yang dinilai tidak dilakukan.
3. Observer memberikan penilaian berdasarkan:
a. Praktik pelaksanaan pengukuran tekanan darah, kriteria penilaian:
1) Kompeten: Jika kader mendapat skor minimal 8
2) Tidak Kompeten: Jika kader mendapat skor < 8
3) Observer menuliskan catatan di kolom keterangan bila kader belum melakukan
langkah pemeriksaan dengan benar
b. Hasil pengukuran oleh kader dibandingkan dengan hasil pengukuran oleh observer.
A. Karakteristik responden
Petunjuk pengisian :
Isilah titik-titik di bawah ini, sesuai dengan keadaan responden. 1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : .........................................................................
7. Lamanya waktu menjadi kader : .........................................................................
B. Pengukuran tekanan darah saat pos lansia
No. Aspek yg Dinilai
Kriteria Penilaian
Keterangan Dilakukan
Tidak dilakukan
A. Praktik pelaksanaan pengukuran tekanan darah
1. Mengatur posisi pasien
2. Membebaskan lengan klien dari baju
3. Mengempiskan manset
4. Memasang manset 2-3 cm diatas medina kubiti, sejajar jantung
5. Meraba denyut arteri brachialis
6. Meletakkan diafragma stetoskop diatas arteri brachialis
7. Menutup sekrup balon
8. Meraba denyut arteri radialis dengan tangan kiri
9. Memompa manset hingga tak teraba denyut arteri radialis, kemudian menambahkan 30 mmHg
10.
Membuka katup balon pelan-pelan sambil melihat turunnya jarum pada manometer dan mendengarkan bunyi denyut pertama (sistole) hingga bunyi terakhir (diastole) sampai tekanan nol serta merasakan denyut arteri radialis teraba kembali
11. Melepas manset
12. Menyampaikan hasil pengukuran pada klien
13. Mencatat hasil pengukuran pada buku catatan
TOTAL SKOR
B. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Kriteria Penilaian
Oleh Kader Oleh observer Tepat Tidak tepat
------------------ ---------------------------
C. Pengukuran gula darah saat pos lansia
No. Aspek yg Dinilai
Kriteria Penilaian
Keterangan Dilakukan
Tidak dilakukan
A. Praktik pelaksanaan pengukuran gula darah
1. Menggunakan sarung tangan
2. Mengatur posisi pasien
3. Menghidupkan alat dengan menekan tombol power
4. Memastikan nomor kode sama dengan nomor yang terdapat pada tabung strip
5. Memasukkan strip pada lubang di bagian ujung kanan atas alat
6.
Memastikan gambar jari tangan terdapat pada bagian atas sampai keluar bunyi “bip” serta gambar tetes darah yang berkedip-kedip
7. Mengambil dan membuka penutup jarum untuk dipasang pada lancet
8. Menyesuaikan ketebalan kulit sebelum mengambil sampel darah dengan lancet
9. Menggosok ujung jari dengan alcohol swab
10. Mengambil sampel darah dengan lancet
11. Menempelkan sampel darah pada strip sampai darah otomatis terserap pada strip
12. Memastikan strip terisi penuh darah saat akan mengukur segera hasil kadar gula darah
13. Mencatat hasil pengukuran
14. Membereskan alat
15. Mencuci tangan
TOTAL SKOR
B. Hasil Pengukuran Gula Darah Kriteria Penilaian
Oleh Kader Oleh Observer Tepat Tidak tepat
------------------ ---------------------------
D. Pengukuran tinggi badan dan berat badan saat pos lansia
No. Aspek yg Dinilai
Kriteria Penilaian
Keterangan Dilakukan
Tidak dilakukan
A. Praktik pengukuran berat badan
1. Meletakkan timbangan di tempat yang datar
2. Memastikan jarum pada alat tinbang dalam keadaaan seimbang
3. Menjelaskan prosedur penimbangan kepada pasien
4.
Meminta kepada pasien yang akan ditimbang untuk membuka alas kaki, jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat (contoh: kunci)
5. Memposisikan pasien di atas timbangan
6.
Memperhatikan posisi kaki pasien tepat di tengah alat timbang, tidak menumpu pada salah satu kaki, sikap tenang (jangan bergerak-gerak) dan pandangan kepala lurus ke depan
7. Membaca dan mencatat berat badan
8. Melakukan pencatatan sampai satu angka dibelakang koma
9. Meminta pasien turun dari alat timbang
B. Praktik pengukuran tinggi badan
1. Menggantungkan bandul benang untuk membantu memasang microtoise di dinding agak tegak lurus
2.
Meletakkan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan atau tonjolan (rata)
3.
Menarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka 0 (nol). Kemudian dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas microtoise
4. Memberi perekat pada posisi skitar 10 cm dari bagian atas microtoise untuk menghindari perubahan posisi pita
5.
Meminta pasien melepaskan alas kaki, topi (penutup kepala) dan aksesoris lainnya yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran
6. Memastikan alat geser berada pada posisi atas
7. Meminta pasien untuk berdiri tegak, persis di bawah alat geser
8. Memastikan posisi kepala dan bahu (punggung), pantat, betis dan tumit
No. Aspek yg Dinilai
Kriteria Penilaian
Keterangan Dilakukan
Tidak dilakukan
menempel pada dinding tempat microtise dipasang
9. Memastikan pandangan pasien lurus ke depan dan tangan dalam posisi tergantung bebas
10. Mengerakkan alat geser sampai menyentuh bagian atas (tengah) kepala pasien. Alat geser menempel pada dinding
11.
Membaca dan mencatat hasil pengukuran. Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata pengukur
12. Pengukur berdiri di atas bangku jika tinggi badannya lebih rendah daripada pasien yang diukur
13. Melakukan pencatatan sampai satu angka dibelakang koma
TOTAL SKOR
C. Hasil Pengukuran Tinggi dan Berat Badan Kriteria Penilaian
Oleh Kader Oleh Observer Tepat Tidak tepat
------------------ ---------------------------
Tanda Tangan Observer
(……………….…………….)
LEMBAR OBSERVASI SENAM KAKI DIABETES (DIISI OLEH OBSERVER)
MINIMALISASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRA LANSIA DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode responden : Waktu pengambilan data : Nama pengambil data : Total skor : Checklist perlengkapan observasi
□ Alat perekam visual dengan baterai cadangan
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
A. Karakteristik responden
Petunjuk pengisian :
Isilah titik-titik di bawah ini, sesuai dengan keadaan responden.
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal :..........................................................................
B. Lembar Observasi Senam Kaki Diabetes
1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan.
2. Berilah tanda checklist () pada kolom yang sesuai dengan keadaan responden di
lapangan (dilakukan atau tidak dilakukan). Sebagai contoh:
No. Pernyataan Dilakukan
dengan benar
Tidak dilakukan dengan benar
Keterangan
1. Gerakan pertama: a. Meletakkan tumit di lantai
b. Menggerakkan jari-jari kaki ke atas dan ke bawah
c. Mengulangi gerakan poin b
sebanyak 2 set dan 10 repetisi
3. Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, berilah tanda silang pada jawaban yang
sebelumnya keliru. Kemudian beri tanda checklist () kembali pada kolom yang
sesuai dengan jawaban Anda. Sebagai contoh:
No. Pernyataan Dilakukan
dengan benar
Tidak dilakukan dengan benar
Keterangan
1. Gerakan pertama: a. Meletakkan tumit di lantai
×
b. Menggerakkan jari-jari kaki ke atas dan ke bawah
c. Mengulangi gerakan poin b
sebanyak 2 set dan 10 repetisi
4. Silahkan mengisi beberapa soal pernyataan berikut ini sesuai petunjuk pengisian nomor 1-3.
a) Senam kaki diabetes saat pos lansia/di rumah
No. Pernyataan Dilakukan
dengan benar
Tidak dilakukan dengan benar
Keterangan
1. Responden menyiapkan kursi dan kertas koran
2. Kertas koran diletakkan dekat dengan jangkauan responden
3. Responden duduk di atas kursi dengan
kaki kanan dan kiri di lantai
4. Gerakan pertama: a. Meletakkan tumit di lantai
5. b. Menggerakkan jari-jari kaki ke atas dan ke bawah
6. c. Mengulangi gerakan poin b sebanyak 2 set dan 10 repetisi
7. Gerakan kedua:
a. Mengangkat telapak kaki kiri ke atas dengan bertumpu pada tumi
8. b. Melakukan gerakan memutar keluar dengan pergerakan pada pergelangan kaki
9. c. Mengulangi gerakan poin b sebanyak 2 set dan 10 repetisi
10. Gerakan ketiga:
a. Mengangkat kaki dengan posisi sejajar
11. b. Menggerakkan telapak kaki ke depan dan ke belakang
12. c. Mengulangi gerakan poin b
sebanyak 2 set dan 10 repetisi
13. Gerakan keempat: a. Mengangkat kaki dengan posisi
sejajar
No. Pernyataan Dilakukan
dengan benar
Tidak dilakukan dengan benar
Keterangan
14. b. Menggerakkan telapak kaki ke depan sebanyak 2 set dan 10 repetisi
15. Gerakan kelima: a. Meluruskan salah satu kaki dan
mengangkatnya
16. b. Melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki seperti sedang menulis angka 0 hingga 10, dilakukan secara bergantian pada kaki kiri dan kanan
17. Gerakan keenam: a. Meletakkan selembar koran di lantai
18. b. Membentuk kertas koran tersebut
menjadi seperti bola dengan kedua kaki
19. c. Meratakan kembali kertas koran yang dibentuk menjadi bola pada poin b
20. d. Menyobek kertas koran yang telah diratakan pada poin c menjadi dua bagian dengan kaki
21. e. Merobek salah satu bagian kertas koran pada poin d menjadi bagian-bagian kecil
22. f. Memindahkan kertas yang telah dirobek pada poin e ke atas kertas koran yang masih utuh.
23. g. Membentuk kembali kertas koran pada poin f menjadi bola
Sumber: Diadopsi dan dimodifikasi dari berbagai sumber
Tanda Tangan Observer
(……………….…………….)
Lampiran 5. Pedoman Wawancara (Saat Intervensi)
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DAN MINIMALISASI FAKTOR
RISIKO PENYEBAB HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ........................................................................
7. Lamanya waktu menjadi kader : .........................................................................
Pertanyaan wawancara
A. Pelaksanaan pelatihan 1. Menurut Anda, bagaimana tema pelatihan secara keseluruhan yang disampaikan pada
kegiatan pelatihan?
2. Menurut Anda, bagaimana suasana saat kegiatan pelatihan?
3. Menurut Anda, bagaimana pelayanan panitia saat kegiatan pelatihan?
4. Menurut Anda, bagaimana manajemen waktu saat kegiatan pelatihan?
5. Menurut Anda, bagaimana kelengkapan materi saat kegiatan pelatihan?
B. Pemateri
1. Menurut Anda, bagaimana kejelasan materi secara keseluruhan yang disampaikan
pemateri saat kegiatan pelatihan?
2. Menurut Anda, bagaimana cara penyampaian pemateri secara keseluruhan saat
kegiatan pelatihan?
3. Menurut Anda, bagaimana interaksi pemateri dengan peserta saat kegiatan pelatihan?
4. Menurut Anda, bagaimana pemateri menggunakan alat bantu penyampaian materi saat
kegiatan pelatihan?
5. Menurut Anda, apakah materi yang disampaikan memberikan manfaat (mohon berikan
contoh manfaatnya)?
C. Lain-lain
1. Menurut Anda, bagaimana perlengkapan yang digunakan saat kegiatan pelatihan
secara keseluruhan (ada yang kurang atau bagaimana)?
2. Menurut Anda, bagaimana konsumsi yang disediakan saat kegiatan pelatihan?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (PELATIHAN PENGUKURAN TEKANAN DAN
GULA DARAH SERTA ANTROPOMETRI)
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ........................................................................
7. Lamanya waktu menjadi kader : .........................................................................
Pertanyaan wawancara
A. Pengetahuan dan pengalaman dalam mengukur tekanan dan gula darah, serta antropometri
1. Apakah yang Anda ketahui tentang pengukuran tekanan darah (khususnya pada
penyakit hipertensi)?
2. Menurut Anda, bagaimana cara melakukan pengukuran tekanan darah?
3. Apakah yang Anda ketahui tentang pengukuran gula darah (khususnya pada penyakit
DM)?
4. Menurut Anda, bagaiman cara melakukan pengukuran gula darah?
5. Apakah yang Anda ketahui tentang pengukuran antropometri (khususnya pada berat
dan tinggi badan untuk penyakit hipertensi dan DM)?
6. Menurut Anda, bagaimana cara melakukan pengukuran antropometri (khususnya pada
berat dan tinggi badan)?
B. Hambatan dan masukan untuk kegiatan pemberian informasi hipertensi dan
diabetes melitus para kader
1. Menurut Anda, hambatan apa yang dirasakan selama menjalani kegiatan pelatihan
pengukuran tekanan dan gula darah, serta antropomertri ini?
2. Menurut Anda, hal apa yang perlu dilakukan sebagai saran untuk keberlanjutan
kegiatan pelatihan pengukuran tekanan dan gula darah, serta antropomertri ini?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (KEGIATAN PEMBERIAN INFORMASI HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS)
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ........................................................................
7. Lamanya waktu menjadi kader : .........................................................................
Pertanyaan penelitian
A. Pengetahuan tentang hipertensi
1. Apakah yang Anda ketahui tentang penyakit hipertensi?
2. Menurut Anda, bagaimanakah tanda atau gejala dari penyakit hipertensi?
3. Menurut Anda, apa sajakah penyebab dari penyakit hipertensi?
4. Menurut Anda, bagaimanakah cara untuk mencegah dari penyakit hipertensi?
5. Menurut Anda, bagaimanakah penatalaksanaaan dari penyakit hipertensi?
B. Pengetahuan tentang diabetes melitus
1. Apakah yang Anda ketahui tentang penyakit diabetes melitus?
2. Menurut Anda, bagaimanakah tanda atau gejala dari penyakit diabetes melitus?
3. Menurut Anda, apa sajakah penyebab dari penyakit diabetes melitus?
4. Menurut Anda, bagaimanakah cara untuk mencegah dari penyakit diabetes melitus?
5. Menurut Anda, bagaimanakah penatalaksanaaan dari penyakit diabetes melitus?
C. Hambatan dan masukan untuk kegiatan pemberian informasi hipertensi dan
diabetes melitus
1. Menurut Anda, hambatan apa yang dirasakan selama menjalani kegiatan pemberian
informasi terkait penyakit hipertensi dan diabetes melitus?
2. Menurut Anda, hal apa yang perlu dilakukan sebagai saran untuk keberlanjutan
kegiatan pemberian informasi kader terkait penyakit hipertensi dan diabetes melitus?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (TIPS MENYULUH)
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : ................................................................................
2. Usia (tahun) : .....................................................................................
3. Jenis kelamin : .....................................................................................
4. Pendidikan terakhir : .....................................................................................
5. Pekerjaan : ................................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ................................................................................
Pertanyaan penelitian
A. Pengetahuan dan pengalaman tentang tips menyuluh
1. Apakah yang Anda ketahui tentang penyuluhan?
2. Hal-hal apa yang perlu disiapkan saat melakukan penyuluhan?
3. Menurut Anda, bagaimana cara melakukan penyuluhan?
B. Hambatan dan masukan untuk kegiatan pengenalan makanan sehat
1. Menurut Anda, hambatan apa yang dirasakan selama menjalani kegiatan pelatihan tips
menyuluh?
2. Menurut Anda, hal apa yang perlu dilakukan sebagai saran untuk keberlanjutan
kegiatan pelatihan tips menyuluh?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (SENAM KAKI DIABETES)
MINIMALISASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : .........................................................................
Pertanyaan penelitian
A. Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan senam kaki diabetes
1. Apakah yang Anda ketahui tentang senam kaki diabetes?
2. Berapa kali Anda melakukan senam kaki diabetes?
3. Dimana Anda melakukan senam kaki diabetes?
4. Menurut Anda, bagaimanakah cara melakukan senam kaki diabetes (dari persiapan
alat/bahan dan langkah gerakan pertama hingga ke enam)?
5. Menurut Anda, manfaat apa yang dirasakan ketika melakukan senam kaki diabetes?
B. Hambatan dan masukan untuk kegiatan senam kaki diabetes
1. Menurut Anda, hambatan apa yang dirasakan ketika melakukan senam kaki diabetes?
2. Menurut Anda, hal apa yang perlu dilakukan sebagai saran untuk keberlanjutan
kegiatan senam kaki diabetes ini?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (PENGENALAN MAKANAN SEHAT)
MINIMALISASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : ................................................................................
2. Usia (tahun) : .....................................................................................
3. Jenis kelamin : .....................................................................................
4. Pendidikan terakhir : .....................................................................................
5. Pekerjaan : ................................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ................................................................................
Pertanyaan penelitian
A. Pengetahuan bahan makanan sehat terkait diet hipertensi
1. Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang dianjurkan untuk diet
hipertensi?
2. Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang dibatasi untuk dikonsumsi
ketika melakukan diet hipertensi?
3. Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang perlu dihindari ketika
melakukan diet hipertensi?
B. Pengetahuan bahan makanan terkait diet diabetes melitus
1. Apakah Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang dianjurkan untuk diet
diabetes melitus?
2. Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang dibatasi untuk dikonsumsi
ketika melakukan diet melitus?
3. Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang perlu dihindari ketika
melakukan diet diabetes melitus?
C. Hambatan dan masukan untuk kegiatan pengenalan makanan sehat
1. Menurut Anda, hambatan apa yang dirasakan selama menjalani kegiatan pengenalan
makanan sehat?
2. Menurut Anda, hal apa yang perlu dilakukan sebagai saran untuk keberlanjutan
kegiatan pengenalan makanan sehat?
Lampiran 6. Pedoman Wawancara (Setelah Intervensi)
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (UNTUK KADER/PETUGAS
PUSKESMAS/STAKEHOLDER)
PELAKSANAAN POS LANSIA SETELAH KEGIATAN PELATIHAN INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ........................................................................
7. Lamanya waktu menjadi kader : .........................................................................
Pertanyaan wawancara
A. Pengalaman kegiatan pos pemeriksaan kesehatan lansia dan pra lansia 1. Menurut Anda, bagaimana keterlibatan kader dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan
lansia dan pra lansia?
2. Menurut Anda, bagaimana tingkat partisipasi masyarakat (lansia dan pra lansia) dalam
mengikuti kegiatan pemeriksaan kesehatan lansia dan pra lansia?
3. Menurut Anda, apakah hasil pelatihan kader yang diberikan sebelumnya telah
diaplikasikan pada saat kegiatan pemeriksaan kesehatan lansia dan pra lansia?
4. Menurut anda, bagaimana pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kesehatan lansia dan
pra lansia setelah dilakukan pelatihan kader?
B. Hambatan dan masukan untuk kegiatan pos pemeriksaan kesehatan lansia dan
pra lansia
1. Menurut Anda, hambatan apa yang dirasakan selama menjalani kegiatan pos
pemeriksaan kesehatan lansia dan pra lansia?
2. Menurut Anda, hal apa yang perlu dilakukan sebagai saran untuk keberlanjutan
kegiatan pos pemeriksaan kesehatan lansia dan pra lansia ini?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (PELATIHAN PENGUKURAN TEKANAN DAN
GULA DARAH SERTA ANTROPOMETRI)
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ........................................................................
7. Lamanya waktu menjadi kader : .........................................................................
Pertanyaan wawancara
A. Pengetahuan dan pengalaman dalam mengukur tekanan dan gula darah, serta antropometri
1. Apakah yang Anda ketahui tentang pengukuran tekanan darah (khususnya pada
penyakit hipertensi)?
2. Menurut Anda, bagaimana cara melakukan pengukuran tekanan darah?
3. Apakah yang Anda ketahui tentang pengukuran gula darah (khususnya pada penyakit
DM)?
4. Menurut Anda, bagaiman cara melakukan pengukuran gula darah?
5. Apakah yang Anda ketahui tentang pengukuran antropometri (khususnya pada berat
dan tinggi badan untuk penyakit hipertensi dan DM)?
6. Menurut Anda, bagaimana cara melakukan pengukuran antropometri (khususnya pada
berat dan tinggi badan)?
B. Hambatan dan masukan untuk kegiatan pemberian informasi hipertensi dan
diabetes melitus para kader
1. Menurut Anda, hambatan apa yang dirasakan selama menjalani kegiatan pelatihan
pengukuran tekanan dan gula darah, serta antropomertri ini?
2. Menurut Anda, hal apa yang perlu dilakukan sebagai saran untuk keberlanjutan
kegiatan pelatihan pengukuran tekanan dan gula darah, serta antropomertri ini?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (KEGIATAN PEMBERIAN INFORMASI HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS)
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ........................................................................
7. Lamanya waktu menjadi kader : .........................................................................
Pertanyaan penelitian
A. Pengetahuan tentang hipertensi
1. Apakah yang Anda ketahui tentang penyakit hipertensi?
2. Menurut Anda, bagaimanakah tanda atau gejala dari penyakit hipertensi?
3. Menurut Anda, apa sajakah penyebab dari penyakit hipertensi?
4. Menurut Anda, bagaimanakah cara untuk mencegah dari penyakit hipertensi?
5. Menurut Anda, bagaimanakah penatalaksanaaan dari penyakit hipertensi?
B. Pengetahuan tentang diabetes melitus
1. Apakah yang Anda ketahui tentang penyakit diabetes melitus?
2. Menurut Anda, bagaimanakah tanda atau gejala dari penyakit diabetes melitus?
3. Menurut Anda, apa sajakah penyebab dari penyakit diabetes melitus?
4. Menurut Anda, bagaimanakah cara untuk mencegah dari penyakit diabetes melitus?
5. Menurut Anda, bagaimanakah penatalaksanaaan dari penyakit diabetes melitus?
C. Hambatan dan masukan untuk kegiatan pemberian informasi hipertensi dan
diabetes melitus
1. Menurut Anda, hambatan apa yang dirasakan selama menjalani kegiatan pemberian
informasi terkait penyakit hipertensi dan diabetes melitus?
2. Menurut Anda, hal apa yang perlu dilakukan sebagai saran untuk keberlanjutan
kegiatan pemberian informasi kader terkait penyakit hipertensi dan diabetes melitus?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (TIPS MENYULUH)
INISIASI PENCEGAHAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) MELALUI CAPACITY BUILDING KADER KESEHATAN DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : ................................................................................
2. Usia (tahun) : .................................................................................
3. Jenis kelamin : .................................................................................
4. Pendidikan terakhir : ................................................................................
5. Pekerjaan : ................................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ................................................................................
Pertanyaan penelitian
A. Pengetahuan dan pengalaman tentang tips menyuluh
1. Apakah yang Anda ketahui tentang penyuluhan?
2. Hal-hal apa yang perlu disiapkan saat melakukan penyuluhan?
3. Menurut Anda, bagaiaman cara melakukan penyuluhan?
B. Hambatan dan masukan untuk kegiatan pengenalan makanan sehat
1. Menurut Anda, hambatan apa yang dirasakan selama menjalani kegiatan pelatihan tips
menyuluh?
2. Menurut Anda, hal apa yang perlu dilakukan sebagai saran untuk keberlanjutan
kegiatan pelatihan tips menyuluh?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (SENAM KAKI DIABETES)
MINIMALISASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : .........................................................................
2. Usia (tahun) : .........................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................
4. Pendidikan terakhir : .........................................................................
5. Pekerjaan : .........................................................................
6. Alamat tempat tinggal : .........................................................................
Pertanyaan penelitian
A. Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan senam kaki diabetes
1. Apakah yang Anda ketahui tentang senam kaki diabetes?
2. Berapa kali Anda melakukan senam kaki diabetes?
3. Dimana Anda melakukan senam kaki diabetes?
4. Menurut Anda, bagaimanakah cara melakukan senam kaki diabetes (dari persiapan
alat/bahan dan langkah gerakan pertama hingga ke enam)?
5. Menurut Anda, manfaat apa yang dirasakan ketika melakukan senam kaki diabetes?
B. Hambatan dan masukan untuk kegiatan senam kaki diabetes
1. Menurut Anda, hambatan apa yang dirasakan ketika melakukan senam kaki diabetes?
2. Menurut Anda, hal apa yang perlu dilakukan sebagai saran untuk keberlanjutan
kegiatan senam kaki diabetes ini?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (PENGENALAN MAKANAN SEHAT)
MINIMALISASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS DI PADUKUHAN SAMIRONO
Kode informan : .................................................................................................
Waktu wawancara : .................................................................................................
Tempat wawancara : .................................................................................................
Durasi wawancara : .................................................................................................
Pewawancara : .................................................................................................
Checklist perlengkapan wawancara
□ Alat perekam audio dengan baterai cadangan
□ Lembar informed consent
□ Buku catatan dan alat tulis
□ Souvenir
Karakteristik informan
1. Nama (inisial) : ................................................................................
2. Usia (tahun) : ................................................................................
3. Jenis kelamin : ................................................................................
4. Pendidikan terakhir : ................................................................................
5. Pekerjaan : ................................................................................
6. Alamat tempat tinggal : ................................................................................
Pertanyaan penelitian
A. Pengetahuan bahan makanan sehat terkait diet hipertensi
1. Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang dianjurkan untuk diet
hipertensi?
2. Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang dibatasi untuk dikonsumsi
ketika melakukan diet hipertensi?
3. Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang perlu dihindari ketika
melakukan diet hipertensi?
B. Pengetahuan bahan makanan terkait diet diabetes melitus
1. Apakah Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang dianjurkan untuk diet
diabetes melitus?
2. Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang dibatasi untuk dikonsumsi
ketika melakukan diet melitus?
3. Apakah yang Anda ketahui tentang bahan makanan yang perlu dihindari ketika
melakukan diet diabetes melitus?
C. Hambatan dan masukan untuk kegiatan pengenalan makanan sehat
1. Menurut Anda, hambatan apa yang dirasakan selama menjalani kegiatan pengenalan
makanan sehat?
2. Menurut Anda, hal apa yang perlu dilakukan sebagai saran untuk keberlanjutan
kegiatan pengenalan makanan sehat?
Lampiran 7. Hasil uji statistik
posttest4 20 65.44444 12.3552 34.44444 93.88889
Pretest4 20 62.16667 11.30374 28.88889 84.44444
Posttest3 20 92.75 8.656455 70 100
Pretest3 20 90 7.779866 70 100
Posttest2 20 29.83333 18.80883 0 86.66667
Pretest2 20 26 16.52926 0 73.33333
Posttest1 20 73.75 20.63945 0 95
Pretest1 20 70.5 19.39208 0 90
Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max
. sum Pretest1 Posttest1 Pretest2 Posttest2 Pretest3 Posttest3 Pretest4 posttest4
diff4 20 0.96163 0.908 -0.194 0.57691
diff3 20 0.92587 1.755 1.133 0.12858
diff2 20 0.98788 0.287 -2.517 0.99408
diff1 20 0.95669 1.025 0.050 0.48005
Variable Obs W V z Prob>z
Shapiro-Wilk W test for normal data
Pr(T < t) = 0.1215 Pr(|T| > |t|) = 0.2430 Pr(T > t) = 0.8785
Ha: mean(diff) < 0 Ha: mean(diff) != 0 Ha: mean(diff) > 0
Ho: mean(diff) = 0 degrees of freedom = 19
mean(diff) = mean(Pretest1 - Posttest1) t = -1.2051
diff 20 -3.25 2.696855 12.0607 -8.894582 2.394582
Postte~1 20 73.75 4.615121 20.63945 64.09044 83.40956
Pretest1 20 70.5 4.3362 19.39208 61.42423 79.57577
Variable Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval]
Paired t test
. ttest Pretest1== Posttest1
Pr(T < t) = 0.0864 Pr(|T| > |t|) = 0.1729 Pr(T > t) = 0.9136
Ha: mean(diff) < 0 Ha: mean(diff) != 0 Ha: mean(diff) > 0
Ho: mean(diff) = 0 degrees of freedom = 19
mean(diff) = mean(Pretest2 - Posttest2) t = -1.4163
diff 20 -3.833333 2.706663 12.10456 -9.498444 1.831777
Postte~2 20 29.83333 4.205781 18.80883 21.03053 38.63613
Pretest2 20 26 3.696054 16.52926 18.26407 33.73593
Variable Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval]
Paired t test
. ttest Pretest2== Posttest2
Pr(T < t) = 0.1375 Pr(|T| > |t|) = 0.2749 Pr(T > t) = 0.8625
Ha: mean(diff) < 0 Ha: mean(diff) != 0 Ha: mean(diff) > 0
Ho: mean(diff) = 0 degrees of freedom = 19
mean(diff) = mean(Pretest3 - Posttest3) t = -1.1242
diff 20 -2.75 2.44613 10.93943 -7.869809 2.369809
Postte~3 20 92.75 1.935642 8.656455 88.69865 96.80135
Pretest3 20 90 1.739631 7.779866 86.35891 93.64109
Variable Obs Mean Std. Err. Std. Dev. [95% Conf. Interval]
Paired t test
. ttest Pretest3== Posttest3