laporan kasus herpes

16
BAB I PENDAHULUAN Herpes zoster merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zooster (VVZ) yang dapat menyerang kulit dan mukosa, di mana penyakit ini terjadi oleh karena reaktivasi VVZ. 1 Karakteristik penyakit infeksi ini yaitu, nyeri yang bersifat unilateral, gambaran klinis berupa vesikel atau bula yang mengalami erupsi terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh ganglion sensoris. 2 Berdasarkan epidemiologi, herpes zoster biasanya muncul pertama kali pada usia >50 tahun (>66%) atau menyerang anak-anak <15 tahun (5% kasus). Adapun faktor risiko terjadinya herpes zoster yaitu berkurangnya imunitas terhadap VVZ seiring meningkatnya usia, di mana kasus paling sering terjadi pada penderita dengan usia ≥ 55 tahun, atau pada pasien-pasien immunocompromise, seperti keganasan, imunosupresi oleh karena kelainan lymphoproliferative dan kemoterapi, radioterapi, serta pasien HIV/AIDS. 2

Upload: leny-anjani

Post on 26-Nov-2015

33 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

herpes

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANHerpes zoster merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zooster (VVZ) yang dapat menyerang kulit dan mukosa, di mana penyakit ini terjadi oleh karena reaktivasi VVZ.1 Karakteristik penyakit infeksi ini yaitu, nyeri yang bersifat unilateral, gambaran klinis berupa vesikel atau bula yang mengalami erupsi terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh ganglion sensoris.2 Berdasarkan epidemiologi, herpes zoster biasanya muncul pertama kali pada usia >50 tahun (>66%) atau menyerang anak-anak 50%), namun dapat juga terjadi pada lumbosakral dan servikal (10-20%) serta trigeminal (10-20%)2.Penatalaksanaan pada herpes zoster bertujuan untuk mengurangi gejala, seperti nyeri, mengurangi penyebaran dan pelepasan virus, mencegah infeksi sekunder, mempercepat penyembuhan serta mengurangi komplikasi seperti neuralgia pascaherpetik. Terapi antiviral yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir, atau Famsiklovir. Dua obat yang disebut terakhir memiliki bioavailibilitas oral lebih tinggi (70-80%) daripada asiklovir (15-30%). Terapi antiviral dikatakan dapat mempercepat penyembuhan dan mengurangi nyeri akut jika diberikan 48 jam setelah awitan timbulnya ruam.2 Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan analgesik seperti NSAID atau jika nyeri dirasakan sangat berat dapat diberikan analgesik yang bersifat narkotik.2,4 Kortikosteroid dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan herpes zoster5. Mekanismenya yaitu kortikosteroid dapat menurunkan derajat neuritis yang disebabkan oleh infeksi aktif dan dapat menurunkan kerusakan sisa pada saraf yang terkena4. Dalam suatu penelitian disebutkan bahwa prednison efektif untuk mencegah terjadinya neuralgia postherpetik6,7. Namun dari sumber lain tidak terbukti dapat mengurangi neurlagia postherpetik.2 Untuk pengobatan topikal, tergantung dari stadiumnya. Jika lesi kering dapat diberikan bedak salisil 2%, dengan tujuan untuk mencegah pecahnya vesikel dan tidak terjadi infeksi sekunder. Jika vesikel pecah dan mengalami erosi dapat dilakukan kompres terbuka, jika terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.1Komplikasi dari herpes zoster yaitu dapat terjadi neuralgia pascaherpetik, di mana sering terjadi pada penderita usia lebih dari 40 tahun (10-15%). Seiring dengan peningkatan usia, makin tinggi risiko untuk terkena komplikasi ini. Komplikasi jarang terjadi pada pasien dengan defisiensi imun, akan tetapi jika diserta defisiensi imunitas seperti HIV, keganasan, dan usia lanjut dapat menyebabkan vesikel dapat menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik. Selain itu dapat terjadi paralisis motorik (1-5%), di mana terjadi penjalaran virus secara perkontinuitatum dari ganglion sensorik ke saraf yang berdekatan. Paralisis dapat timbul 2 minggu dari awitan munculnya lesi, dan dapat terjadi di mana saja, namun keadaan ini dapat sembuh spontan. Herpes zoster oftalmika dapat menyebabkan komplikasi berupa ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik.1 Komplikasi lainnya yang dapat terjadi yaitu sindroma Ramsay Hunt, dimana yang telibat yaitu nervus fasialis. Gambaran klinis dari sindroma Ramsay Hunt ini yaitu vesikel pada kanalis auditorium eksterna dan palatum yang berhubungan dengan gangguan pengecapan khususnya pada bagian 2/3 anterior lidah dan paralisis otot muka.8 Adapun gejala lain dari sindroma ini yaitu tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea.1Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang menyerang bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada kulit.9Insidensi herpers zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 % diantaranya adalah herpes zoster oftalmikus.10 Penyakit ini cukup berbahaya karena dapat menimbulkan penurunan visus.Virus Varicella zoster dapat laten pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil di sel non-neuronal satelit dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf autonomic ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Infeksi herpes zoster biasanya terjadi pada pasien usia tua dimana specific cell mediated immunity pada umumnya menurun seiring dengan bertambahnya usia atau pasien yang mengalami penurunan system imun seluler. Morbiditas kebanyakan terjadi pada individu dengan imunosupresi (HIV/AIDS), pasien yang mendapat terapi dengan imunosupresif dan pada usia tua.11Herpes zoster oftalmik merupakan bentuk manifestasi lanjut setelah serangan varicella.virus ini dapat menyerang saraf cranial V. Pada nervus trigeminus, bila yang terserang antara pons dan ganglion gasseri, maka akan terjadi gangguan pada ketiga cabang nervus V (cabang oftalmik, maksilar, mandibular) akan tetapi yang biasa terkena adalah ganglion gasseri dan yang terganggu adalah cabang oftalmik. Bila cabang oftalmik yang terkena, maka terjadi pembengkakan kulit di daerah dahi, alis, dan kelopak mata disertai kemerahan yang dapat disertai vesikel, dapat mengalami supurasi, yang bila pecah akan menimbulkan sikatriks. 12 Bila cabang nasosiliar yang terkena, kemungkinan komplikasi pada mata sekitar 76 %. Jika saraf ini tidak terkena maka resiko komplikasi pada mata hanya sekitar 3,4%.Virus herpes zoster bisa dorman atau menetap (laten) pada ganglion N.V dan reaktivasinya didahului oleh gejala prodormal seperti demam, malaise, sakit kepala dan nyeri pada daerah saraf yang terkena tapi sebelumnya terbentuk lesi kulit. Kulit kelopak mata dan sekitarnya berwarna merah dan bengkak diikuti terbentuknya vesikel, kemudian menjadi pustule lalu pecah menjadi krusta. Jika krusta lepas akan meninggalkan jaringan sikatrik.13 Manifestasi herpes zoster oftalmikus antara lain sakit mata, mata merah, penurunan visus dan mata berair. Penegakan diagnosis sebagian besar dilihat dari manifestasi nyeri dan gambaran ruam dermatom serta adanya riwayat menderita cacar air. Penatalaksanaan infeksi akut herpes zoster oftalmikus yaitu antivirus, kortikosteroid sistemik, antidepresan, dan analgesic yang adekuat. Jika terjadi komplikasi mata seperti keratitis, iritis dan iridosiklitis dapat diberikan steroid topical dan siklopegik. Pengobatan akan optimal bila dimulai dalam 72 jam dari onset ruam kulit.10BAB IILAPORAN KASUSI. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn.MUmur : 11 tahunJenis Kelamin: Perempuan Alamat : Bayuning, KadugedePekerjaan: PelajarSuku Bangsa: IndonesiaAgama: IslamStatus: Belum Menikah

II. Keluhan Utama : Bintil berisi cairan yang terasa nyeri pada kelopak mata dan dahi kanan.

Riwayat Penyakit SekarangPasien mengeluh terdapat bintil-bintil berisi cairan yang terasa nyeri pada kelopak mata dan dahi kanannya sejak 3 hari sebelum berobat ke poli kulit RSUD 45 Kuningan. Bintilan tersebut tampak kemerahan dan saling melekat satu sama lain yang semula hanya sedikit kemudian bertambah banyak dan bertambah besar. Bintil-bintil tersebut timbul mendadak, terasa gatal dan disertai nyeri yang terus menerus. Selama timbul bintilan di kelopak mata dan dahi kanannya, pasien tidak pernah menggaruk dan memecahkannya, namun bintilan tersebut pecah sendiri mengeluarkan cairan. Pasien juga mengeluh awalnya matanya berair, silau tetapi tidak mengeluh adanya pandangan kabur. Selain itu, pasien mengatakan kelopak mata kanannya bengkak dan sulit untuk dibuka sehingga pasien tidak dapat melihat seperti biasanya.Sebelum timbul bintil-bintil, pasien mengeluh demam yang tidak terlalu tinggi, sakit kepala sebelah dan terasa terbakar pada dahi kanannya. Pasien tidak pernah menderita penyakit mata sebelumnya, tidak pernah batuk pilek, tidak pernah menderita penyakit kulit atau cacar air, tidak pernah terkena benturan sebelumnya.Selama menderita keluhan ini, pasien pernah berobat ke puskesmas dan oleh petugas puskesmas OS disuruh berobat ke RSUD 45 Kuningan. Di puskesmas Os belum diberikan obat.Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serupa sebelumnyaRiwayat Penyakit Keluarga Tidak ada riwayat penyakit yang serupa dalam keluarga pasienRiwayat Pengobatan Sebelumnya Os sudah pernah ke puskesmas tapi tidak diberikan obat.Riwayat Alergi Os tidak mempunyai riwayat alergi.III. Pemeriksaan FisikA. Tanggal Pemeriksaan : 17 Februari 2014B. Keadan Umum: Tampak sakit sedangC. Kesadaran : Compos MentisD. Vital Sign: Dalam Batas NormalE. Status Generalis: Kepala: DBNWajah : Lihat Status DermatologisLeher: DBNThorax: DBNAbdomen : DBNEkstremitas : DBNF. Status DermatologisLokasi : Regio frontalis dan palpebra dextraEfloresensi: vesikel berkelompokBulaKrustaOedem palpebra

Garis MedianKrustaOedem PalpebraVesikel berkelmpokbula

IV. Resume :Pada anamnesa didapatkan keluhan pasien berupa bintil-bintil berisi cairan yang nyeri pada kelopak mata dan dahi kanannya sejak 3 hari sebelum ke poli kulkel RSUD 45 Kuningan. Bintil kemerah-merahan, saling melekat satu sama lain, terasa gatal, nyeri yang terus menerus. Bintilan tersebut pecah sendiri mengeluarkan cairan dan meninggalkan luka yang tidak dalam yang kemudian mengering. Keluhan lain seperti mata berair, silau dan bengkak pada kelopak mata. Pada pemeriksaan wajah terdapat vesikel yang berkelompok, bula, krusta dan edema pada palpebra.V. Diagnosa Banding Herpes Zoster Oftalmika Herpes Simplex

VI. Diagnosa Kerja Herpes Zoster Oftalmika

VII. Penatalaksanaan Farmakologia.Sistemik1. Asiklovir (Zovirax) 400 mg secara oral 5 kali sehari selama 7 hari.b. Topikal- Salep antibiotik (mupirosin) 2% I tube 2 kali sehari selama 7 hari.b.Lain-lain : Analgetik Antiperatik- Paracetamol 500 mg secara oral 3 kali sehari.Non Farmakologi1. Menjaga agar tidak terjadi kontak kulit pada orang lain terhadap kulit yang terinfeksi hingga lesi mengering.1. Dapat menulari orang lain, oleh karena itu perlu diperhatikan tindakan higienis rutin seperti pemakaian alat pribadi.VIII. Usulan PemeriksaanPemeriksaan TzanckKultur VirusTes serologikpengecatan gramXI. PrognosisQuo ad vitam : ad bonam Quo ad fungtionam: ad bonamQuo ad sanatorium: ad bonamQuo ad cosmeticum: ad bonamBAB IIIPEMBAHASANA. Anamnesis (Interpretasi data anamnesis)Pada kasus ini terbukti bahwa usia OS berpotensi untuk terkena herpes zoster karena berdasarkan epidemiologi, herpes zoster biasanya muncul pertama kali pada usia >50 tahun (>66%) atau menyerang anak-anak