laporan kegiatan kajian nilai sewa dan tarif pajak reklame ... filejenis reklame yang menjadi objek...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

Dinas Pendapatan
Kota Denpasar
LAPORAN KEGIATAN KAJIAN NILAI SEWA DAN TARIF PAJAK REKLAME
DI KOTA DENPASAR
Oleh Tim Pelaksana Kegiatan
Denpasar 2015

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kegiatan pembuatan kajian ini merupakan salah satu rangkaian proses
pemindahan pemungutan pajak reklame dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan
ke Dinas Pendapatan Kota Denpasar. Untuk keperluan itu maka dirasa perlu
untuk melakukan kaji-ulang atas nilai sewa pajak reklame agar potensi pajak
daerah dapat tergali secara optimal.
Sesuai dengan perencanaan yang telah dituangkan dalam bentuk
kerangka acuan kerja maka kegiatan ini dilaksanakan melalui sebuah kerjasama
dengan Program Studi Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana. Pemilihan program studi tersebut sebagai pelaksana
kegiatan didasarkan atas pertimbangan bahwa program studi tersebut memiliki
tenaga dosen yang memiliki cukup keahlian dan pengalaman mengenai pajak-
pajak daerah. Adapun tenaga yang ditunjuk adalah :
1. Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak.
2. Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak.
2. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah menetapkan nilai sewa reklame dan tarif pajak
reklame yang layak, khususnya dalam kondisi nilai sewa tersebut harus
ditetapkan sesuai dengan ketentuan pasal 49 ayat (3) dan ayat (4) Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2009. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa dasar
pengenaan pajak reklame adalah nilai kontrak reklame, dan jika nilai tersebut

Halaman | 2
tidak diketahui atau dianggap tidak wajar maka pemerintah daerah dapat
menetapkan nilai sewa reklame sebagai dasar pengenaan pajak.
3. Ruang Lingkup Kegiatan
Sesuai dengan tujuan kegiatan maka ruang lingkup pekerjaan dibatasi pada nilai
sewa reklame dan tarif pajak reklame. Kegiatan ini tidak mengkaji aspek-aspek
yang berkenaan dengan estetika dan tata ruang yang terkena dampak
penempatan reklame.
B. TINJAUAN ASPEK HUKUM PAJAK REKLAME
1. Dasar Hukum
Dasar hukum pemungutan pajak reklame adalah Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, khususnya Bagian
Kesepuluh yang terdiri atas pasal 47 sampai pasal 51. Undang-undang tersebut
diterapkan melalui penerbitan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
Untuk itu, pemerintah Kota Denpasar telah menerbitkan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame, yang kemudian diubah dengan
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2012, dan Peraturan Walikota Denpasar
Nomor 41 Tahun 2011 Tentang Perhitungan Nilai Sewa dan Pengenaan Pajak
Reklame di Kota Denpasar. Selanjutnya, telah diterbitkan pula Peraturan
Walikota Denpasar Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Reklame di
Kota Denpasar yang mengatur tatacara dan lokasi penempatan reklame.
Berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah serta peraturan
walikota yang disebutkan di atas, pajak reklame adalah pajak atas

Halaman | 3
penyelenggaraan reklame, dan reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau
media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik
perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat,
dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.
Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame kecuali (a)
penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta
mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya, (b) label/merek produk yang melekat
pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari
produk sejenis lainnya, (c) nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang
melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai
dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut. (d)
reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah; dan (e)
penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Jenis reklame yang menjadi objek pajak reklame meliputi
a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya;
b. Reklame kain;
c. Reklame melekat, stiker;
d. Reklame selebaran;
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
f. Reklame udara;
g. Reklame apung;
h. Reklame suara;
i. Reklame film/slide; dan
j. Reklame peragaan.

Halaman | 4
2. Dasar Pengenaan Pajak
Sebagaimana lazimnya dalam perpajakan, Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah
angka yang digunakan untuk mengalikan tarif pajak dalam penghitungan besaran
pajak terutang. Menurut pasal 49 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dasar pengenaan pajak reklame
adalah Nilai Sewa Reklame. Selanjutnya disebut bahwa “Dalam hal reklame
diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud
pada ayat ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame.” Dan jika nilai kontrak
tidak diketahui atau dianggap tidak wajar maka pemerintah daerah dapat
menetapkan Nilai Sewa Reklame dengan mempertimbangkan faktor jenis, bahan
yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu penyelenggaraan,
jumlah, dan ukuran media reklame
C. NILAI SEWA REKLAME
Sebagian besar seluruh reklame yang menjadi objek pajak reklame
diselenggarakan oleh pihak ketiga, yang kemudian menyewakan tempat reklame
kepada pengguna reklame. Karena kontrak nilai sewa reklame adalah dokumen
privat antar dua pihak yang bertransaksi, yaitu antara penyelenggara reklame
dan pengguna reklame, maka nilai kontrak tersebut sulit untuk diketahui. Oleh
karena itu maka pemerintah daerah umumnya menetapkan nilai sewa reklame
melalui keputusan kepala daerah.
Nilai kontrak reklame yang berhasil diperoleh dari sebuah biro
penyelenggara reklame yang bersedia untuk memberikan contoh dokumen
kontrak perjanjian menunjukkan nilai sewa sebesar Rp28.600.000 per tahun

Halaman | 5
untuk baliho dengan ukuran 24 m2 (4 m x 6 m). Dalam Peraturan Walikota
Denpasar Nomor 41 Tahun 2011, reklame tersebut tergolong sebagai Reklame
Kain dan terletak di jalan utama, yang memiliki nilai sewa Rp8.064.000 (dengan
jumlah pajak Rp168.000 per bulan atau Rp2.016.000 per tahun). Uraian ini
mengindikasikan bahwa nilai sewa reklame yang ditetapkan di Kota Denpasar
melalui peraturan kepala daerah jauh lebih rendah, yaitu sekitar 28 persen, dari
nilai kontrak antara pihak penyelenggaran dan pengguna reklame.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai besaran nilai
sewa reklame maka berikut ini disajikan perbandingan antara besaran yang
berlaku di Kota Denpasar dengan yang berlaku di beberapa kota lain.
Perbandingan ini dilakukan untuk mengetahui posisi besaran nilai sewa reklame
yang ditetapkan di Kota Denpasar, apakah lebih besar atau lebih kecil dari kota
lainnya. Perbandingan dilakukan untuk tiap-tiap jenis lokasi penempatan, yang di
Kota Denpasar dibagi menjadi (a) Jalan Utama, (b) Jalan Kelas I, dan (c) Jalan
Kelas II sesuai dengan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar.

Halaman | 6
Reklame Papan di Jalan Utama Satuan: m2/tahun
Denpasar Badung Surabaya Jakarta
Reklame Papan Bercahaya Besar 1.692.500 3.385.000
Reklame Papan Bercahaya Kecil 1.372.500 2.745.000
Reklame Papan Besar 1.260.300 2.530.600
Reklame Papan Kecil 1.029.600 2.059.200
Rata-rata 1.338.725 2.679.950 36.500.000 36.500.000
36.500.000
DaerahUkuranJenis Reklame
36.500.000
Reklame Papan di Jalan Kelas 1 Satuan: m2/tahun
Denpasar Badung Surabaya Jakarta
Reklame Papan Bercahaya Besar 1.492.500 2.985.000
Reklame Papan Bercahaya Kecil 1.222.500 2.445.000
Reklame Papan Besar 1.110.300 2.220.600
Reklame Papan Kecil 917.100 1.834.200
Rata-rata 1.185.600 2.371.200 29.200.000 18.250.000
29.200.000
DaerahUkuranJenis Reklame
18.250.000
Reklame Papan di Jalan Kelas 2 Satuan: m2/tahun
Denpasar Badung Surabaya Jakarta
Reklame Papan Bercahaya Besar 1.292.500 2.585.000
Reklame Papan Bercahaya Kecil 1.072.500 2.145.000
Reklame Papan Besar 960.300 1.920.600
Reklame Papan Kecil 804.600 1.609.200
Rata-rata 1.032.475 2.064.950 21.900.000 9.125.000
21.900.000
DaerahUkuranJenis Reklame
9.125.000
Keterangan:
1. Ukuran besar untuk Kota Denpasar adalah 20 m2 atau lebih, untuk Kabupaten Badung adalah 10 m2.
2. DKI Jakarta dan Surabaya tidak membedakan ukuran reklame tetapi menetapkan tambahan 20% untuk setiap kelipatan 15 m tambahan ketinggian.
3. Nilai sewa untuk DKI Jakarta adalah nilai rata-rata untuk jalan protokol A, B, dan C. 4. Nilai sewa untuk DKI Jakarta dan Kota Surabaya ditetapkan per hari, yang kemudian
disetahunkan untuk penyetaraan perbandingan. 5. DKI Jakarta dan Kota Surabaya tidak membedakan nilai sewa untuk papan dengan
cahaya dan tanpa cahaya. 6. DKI Jakarta mengenakan nilai yang lebih mahal, yakni menambah 25 persen, untuk
reklame produk rokok dan minuman alkohol, sementara Surabaya melakukan hal serupa, khusus untuk produk rokok.

Halaman | 7
Reklame Megatron/Videotron/LED Satuan : m2/tahun
Denpasar Badung Surabaya Jakarta
Megatron/Videotron 13.750.000
9.675.000
194.666.667
140.717.556
DaerahJenis Reklame
Keterangan:
1. Kabupaten Badung membuat perbedaan untuk tiap jenis jalan. Nilai yang tertera adalah nilai rata-rata untuk seluruh kelas jalan.
2. DKI Jakarta tidak membuat jenis reklame megatron/videotron. Nilai yang tertera adalah untuk jenis LED yang saat ini menggantikan jenis megatron/videotron. Nilai ini berbeda untuk berbagai luasan, mulai dari 8m2 sampai 100m2. Luas melebihi 100m2, dikenakan tambahan 25%. Satuan reklame jenis LED di DKI Jakarta adalah per 30 detik. Nilai yang tertera merupakan nilai yang disetahunkan dengan tingkat penayangan sebesar 50%, dan menghitung rata-rata per m2-nya.
3. DKI Jakarta mengenakan nilai yang lebih mahal, yakni menambah 25 persen, untuk reklame produk rokok dan minuman alokohol, sementara Surabaya melakukan hal serupa, khusus untuk produk rokok. Surabaya mengenakan nilai sewa per penyelenggaraan dengan maksimal penayangan 30 hari. Nilai yang tertera adalah nilai yang disetahunkan.
Perbandingan nilai sewa reklame yang dipaparkan sebelumnya
menunjukkan bahwa nilai sewa yang ditetapkan di Kota Denpasar saat ini secara
rata-rata lebih rendah dari yang ditetapkan di Kabupaten Badung, dan jauh lebih
rendah dari yang berlaku di kota besar seperti Surabaya dan DKI Jakarta. Selain
itu, contoh kontrak reklame yang berhasil diperoleh juga menunjukkan bahwa
nilai sewa yang ditetapkan oleh Kota Denpasar jauh lebih rendah dari nilai
kontrak antara pihak pengelenggara dan pengguna reklame. Oleh sebab itu, nilai
sewa reklame yang berlaku di Kota Denpasar perlu untuk disesuaikan.

Halaman | 8
D. USULAN NILAI SEWA REKLAME
Bagian ini menyajikan nilai sewa reklame yang diusulkan berdasarkan atas hasil
kajian yang dilakukan. Usulan didasarkan atas prinsip-prinsip perpajakan yang
lazim berlaku.
1. Prinsip Perpajakan
Pajak yang baik adalah pajak yang ditetapkan dengan mempertimbangkan secara
seimbang berbagai prinsip dalam perpajakan. Sepanjang tidak menyimpang dari
undang-undang dan peraturan yang berlaku, kajian ini dibuat dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip pajak yang utama, yang terdiri atas (1)
prinsip keadilan vertikal, (2) prinsip keadilan horizontal, (3) prinsip
kesederhanaan, dan (4) prinsip transparansi dan akuntabilitas.
a. Prinsip Keadilan Vertikal
Prinsip keadilan vertikal berarti bahwa wajib pajak yang memiliki kemampuan
membayar yang lebih tinggi dikenakan pajak yang lebih tinggi pula. Dalam kajian
ini, prinsip keadilan vertikal diterapkan dengan mempertimbangkan faktor
bahan, ukuran, dan lokasi penempatan reklame.
b. Prinsip Keadilan Horizontal
Prinsip keadilan horizontal berarti bahwa wajib pajak yang berada dalam kondisi
perekonomian yang sama mendapat perlakuan yang sama. Dalam kajian ini,

Halaman | 9
prinsip keadilan horizontal diterapkan dengan memberlakukan nilai sewa
reklame yang sama untuk reklame dengan tujuan yang sama. Karena tujuan
reklame yang ada selama ini sebagian besar bersifat komersial maka nilai sewa
ditetapkan untuk satu tujuan tersebut.
c. Prinsip Kesederhanaan
Prinsip kesederhanaan berarti bahwa ketentuan-ketentuan pajak dibuat
sesederhana mungkin agar memudahkan proses perhitungan dan pemungutan,
tanpa mengurangi penerapan prinsip keadilan. Dalam kajian ini, prinsip
kesederhanaan diterapkan dengan membuat klasifikasi nilai sewa yang
sesederhana mungkin.
d. Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas
Prinsip transparansi berarti bahwa wajib pajak mengetahui cara perhitungan
besaran pajak yang terutang, sementara akuntabilitas berarti bahwa pajak yang
dipungut oleh fiskus digunakan secara akuntabel. Dalam kajian ini, prinsip
transparansi diterapkan dengan menyediakan secara rinci seluruh rincian
perhitungan dalam rangka penetapan besaran pajak. Penerapan prinsip
akuntabilitas sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab fiskus.

Halaman | 10
2. Nilai Sewa Reklame
Dalam tabel mengenai perbandingan nilai sewa reklame yang disajikan
sebelumnya terlihat bahwa secara rata-rata nilai sewa reklame di Kota Denpasar
hanya sekitar 50 persen dari yang ditetapkan di Kabupaten Badung, kecuali
untuk reklame jenis megatron. Jika dibandingkan dengan nilai sewa yang
ditetapkan di Kota Surabaya dan DKI Jakarta, nilai sewa reklame di Kota
Denpasar secara rata-rata hanya sekitar 3 persen dari yang ditetapkan di kedua
kota tersebut. Persentase tersebut konsisten dengan perbandingan antara nilai
sewa yang ditetapkan dengan nilai kontrak yang berhasil diperoleh. Terindikasi
bahwa nilai sewa yang ditetapkan di Kota Surabaya dan DKI Jakarta sudah
mendekati nilai kontrak antara penyelenggara dan pengguna reklame, sementara
nilai sewa yang digunakan di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung masih jauh
dari nilai kontrak tersebut. Nilai sewa yang disusun dan direkomendasikan
melalui kajian ini didasarkan atas asumsi sebagai berikut.
a. Nilai sewa diperhitungkan sebesar 40 persen dari taksiran nilai kontrak
antara pihak penyelenggara dan pengguna reklame (dibulatkan ke bawah
dalam ribuan rupiah terdekat).
b. Nilai sewa yang berlaku sekarang adalah sekitar 28 persen dari nilai
kontrak antara pihak penyelenggara dan pengguna reklame.
Perbedaan nilai sewa per m2 untuk dua kelompok ukuran reklame yang
diberlakukan selama ini sesuai dengan prinsip keadilan vertikal, namun
cenderung menimbulkan tambahan perhitungan yang bertentangan dengan

Halaman | 11
prinsip kesederhanaan. Sehubungan dengan itu, nilai sewa yang
direkomendasikan melalui kajian ini tidak menggunakan tarif satuan yang
berbeda untuk berbagai kelompok ukuran reklame, seperti yang diterapkan
untuk reklame megatron (LED) dan reklame papan di Kota Surabaya dan DKI
Jakarta.
Untuk lokasi penempatan reklame, digunakan faktor pembobotan
berdasarkan nilai strategis sebagai berikut.
a. Nilai sewa untuk reklame di jalan utama diberi bobot 100 persen.
b. Nilai sewa untuk reklame di jalan kelas 1 diberi bobot 80 persen.
c. Nilai sewa untuk reklame di jalan kelas 2 diberi bobot 60 persen.
Berdasarkan asumsi dan dasar perhitungan di atas, dan dengan tetap
mempertahankan struktur utama nilai sewa yang berlaku saat ini namun dengan
penyederhanaan, maka diajukan saran nilai sewa reklame sebagai berikut.
Jalan Utama Jalan Kelas 1 Jalan Kelas 2
1. Video dan Tampilan LED 19.642.000 15.713.000 11.785.000 m2/tahun
2. Reklame Papan 1.912.000 1.529.000 1.147.000 m2/tahun
3. Reklame Kain Permanen 480.000 384.000 288.000 m2/tahun
4. Reklame Kain Temporer 45.000 36.000 27.000 m2/hari
5. Reklame tempel/stiker 87.000 69.000 52.000 lembar/minggu
6. Reklame Selebaran 5.000 4.000 3.000 lembar/penyelenggaraan
7. Reklame berjalan/kendaraan 1.285.000 1.028.000 771.000 m2/tahun
8. Reklame Udara/Layang 668.000 534.000 400.000 satuan/hari
9. Reklame suara 3.000 2.000 1.000 menit/penyelenggaraan
10. Reklame film/slide 218.000 174.000 130.000 roll/penyelenggaraan
11. Reklame peragaan 128.000 102.000 76.000 penyelenggaraan/hari
No. Jenis ReklameLokasi Penempatan
Satuan

Halaman | 12
E. TARIF PAJAK REKLAME
Pasal 50 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 menyatakan bahwa tarif pajak
reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25 persen, dan penerapannya diatur
melalui Peraturan Daerah. Kota Denpasar telah menetapkan untuk mengenakan
tarif tertinggi yang dimungkinkan, yaitu 25 persen. Dengan mempertimbangkan
bahwa (1) reklame di jalan-jalan cenderung mengganggu estetika kota dan (2)
daerah-daerah lain juga menetapkan pengenaan tarif pajak tertinggi maka
disarankan agar tarif sebesar 25 persen tersebut tetap dipertahankan.
F. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan, dapat diambil simpulan-simpulan
sebagai berikut.
a. Nilai sewa reklame yang ditetapkan di Kota Denpasar layak untuk
ditingkatkan.
b. Tarif pajak reklame sebesar 25 persen layak untuk dipertahankan.
Untuk masa mendatang, disarankan agar Pemerintah Kota Denpasar
secara rutin mengevaluasi nilai sewa reklame yang ditetapkan untuk
memastikan bahwa nilai yang ditetapkan tersebut tidak terlalu jauh berbeda dari
nilai kontrak antara penyelenggara dan pengguna reklame.

Halaman | 13
G. PENUTUP
Demikian laporan ini disusun sebagai bagian dari pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan. Pelaksana kegiatan menyampaikan penghargaan dan
terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Semoga kajian ini memberi
manfaat sesuai dengan yang diharapkan.
Denpasar, 30 November 2015 Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana/Ketua Pelaksana Kegiatan, Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, Ak. NIP 19641224 199103 1 002