laporan kunjungan kerja spesifik komisi vi dpr ri … · 2019-04-12 · laporan kunjungan kerja...
TRANSCRIPT
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI JAWA TENGAH
Masa Persidangan III Tahun Sidang 2017-2018 25 - 27 Januari 2018
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
2018
1
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR-RI KE PROVINSI JAWA TENGAH
Masa Persidangan III Tahun Sidang 2017-2018 Tanggal 25 S.D 27 Januari 2018
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Hukum
Pasal 98 ayat (4) huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2Ol4 tentang
MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah mengalami perubahan
pertama dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 dan perubahan
kedua dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018.
Surat Tugas Nomor: ST/2/Kom.VI/DPR-RI/I/2018 untuk melakukan
Kunjungan Kerja Kunjungan Kerja Spesifik ke Provinsi Jawa Timur dalam
Masa Sidang III Tahun Sidang 2018-2019.
B. Maksud dan Tujuan
Kunjungan kerja kali ini adalah selain untuk melihat secara langsung kondisi
gudang menghadapi panen raya, mengetahui ketersediaan stok beras dan
untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di Jawa Tengah. Selain itu,
ingin mengetahui secara langsung apakah terdapat dampak terkait
penerapan kebijakan impor ini, terutama terhadap petani, harga beras serta
hasil produksi.
C. Sasaran dan Obyek Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR-RI ke
Provinsi Jawa Tengah
Sasaran dari kunjungan kerja Panja PMN Komisi VI DPR RI ini adalah Pasar
Karangayu dan Gudang Bulog Mangkang Kulon, Semarang.
2
D. Waktu dan Acara Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR-RI ke
Provinsi Jawa Tengah
1. Peninjauan ke pedagang beras Pasar Karangayu
2. Peninjauan ke gudang Bulog Baru Mangkang Kulon, dilanjutkan dengan
Pertemuan Tim Komisi VI DPR-RI dengan Jajaran Direksi Perum Bulog
Divre Jawa Tengah.
E. Anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR-RI ke Provinsi
Jawa Tengah
(Terlampir)
II. HASIL KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR-RI
A. Kunjungan ke pedagang beras, Pasar Karangayu Semarang
Harga beras di pasar-pasar tradisional di Kota Semarang, Jawa Tengah
(Jateng) mulai mengalami peningkatan sejak satu bulan lalu. Penurunan ini
terjadi ditengarai dikarenakan menurunnya stok beras dari petani atau
produsen. Untuk itu anggota Komisi 6 DPR RI melakukan pemantauan
langsung ke salah satu pasar tradisional yang ada di Semarang. Pasar
Karangayu menjadi obyek peninjauan kali ini, selain letaknya yang strategis
karena tidak jauh dari bandara, disini juga tersedia sembako, sayur dan
buah bagi masyarakat.
Gambar 1. Peninjauan Anggota Komisi VI di Pasar Karangayu
3
Berdasarkan pemantauan di pasar, beberapa kios dijumpai menjual beras
medium sesuai instruksi pemerintah (Menteri Perdagangan) yang
digelontorkan oleh Perum Bulog. Harga eceran tertinggi (HET) beras
medium dalam operasi pasar tersebut Rp9.350 per kg, tetapi masih
ditemukan penjual yang menjual diatas harga yang sudah ditetapkan yaitu
sebesar Rp9.500 per kg. Untuk kualitas beras juga dianggap masyarakat
cukup baik, khususnya untuk dimasak menjadi lontong, nasi goreng dan nasi
uduk.
Gambar 2. Spanduk Penjualan Beras Medium
B. Peninjauan Gudang Bulog Baru di Mangkang Kulon Sub Divre Wilayah
Semarang
Perum Bulog adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di
bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha
logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung
plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran.
Sebagai perusahaan yang tetap mengemban tugas publik dari pemerintah,
Perum Bulog tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar Pembelian
untuk gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan beras
untuk keluarga sejahtera (rastra) dan pengelolaan stok pangan.
4
Gambar 3. Peninjauan Gudang Bulog Mangkang Kulon
Berdasarkan informasi yang diterima dari Perum Bulog, target dan realisasi
pengadaan dan penyaluran beras sejahtera atau rastra secara nasional
untuk tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Target dan Realisasi pengadaan dan Penyaluran Rastra Tahun 2018
Sumber: Bulog, 2018.
Sedangkan untuk realisasi serapan gabah atau beras Bulog per provinsi
selama 5 tahun berdasarkan sumber data terakhir adalah sebagai berikut:
5
Tabel 1. Realisasi Serapan Gabah atau Beras Bulog Per Provinsi Periode
2013-2018*
Berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh Kepala Divisi Regional
Jawa Tengah Bapak Joni Nur Azhari, dikatakan bahwa untuk harga beras di
Jawa Tengah yang tertinggi yaitu Rp13.200 per kg, untuk beras yang paling
laku adalah Rp11.900 per kg dan beras yang paling murah adalah Rp10.250
per kg. Saat ini instrumen yang dilakukan secara terus menerus adalah
Operasi Pasar, hingga saat ini 25 ribu ton beras sudah digelontorkan untuk
seluruh wilayah Jawa Tengah, sementara untuk bansos rastra sebanyak 24
ribu ton. Hal ini dilakukan untuk mengurangi permintaan pasar. Trend
sampai dengan sekarang ini adalah harga beras terus mengalami
penurunan. Harapan dari dilakukan operasi pasar ini yaitu minimal
mempertahankan harga agar tidak naik. Perum Divre Jawa Tengah cukup
optimis harga gabah juga sudah mulai turun seiring dengan meningkatnya
tren panen. Dan sampai saat ini Perum Bulog Divre Jawa Tengah belum
diminta menjadi destinasi impor beras.
6
Menurut penuturan Ibu Ir. Yuni Astuti, MA selaku Kepala Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Tengah, disampaikan bahwa produksi ketersediaan
kebutuhan dan surplus padi/ beras untuk tahun 2017 dan prediksi tahun
2018 sampai dengan bulan Maret sebagai berikut:
Tabel 2. Produksi Ketersediaan Kebutuhan dan Surplus Padi/ Beras 2017
PADI Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jumlah
Luas Tanam (ha) 112,120 184,947 272,732 216,292 135,370 97,066 79,266 78,048 53,659 113,814 347,747 288,936 1,979,997
Luas Panen (ha) 109,772 408,206 253,159 124,716 200,660 238,155 228,413 136,316 91,052 84,413 72,252 57,041 2,004,155
Produksi (ton GKP) 627,039 2,383,758 1,493,480 740,700 1,058,299 1,262,352 1,215,073 723,854 557,417 517,285 442,796 349,745 11,371,798
Penyediaan (ton beras) 378,514 1,438,964 901,544 447,126 638,846 762,023 733,483 436,957 336,487 312,261 267,295 211,125 6,864,625
Kebutuhan (ton) 266,069 266,069 266,069 266,069 266,069 266,069 266,069 266,069 266,069 266,069 266,069 266,069 3,192,828
Surplus (ton) 112,445 1,172,894 635,475 181,056 372,776 495,954 467,413 170,887 70,417 46,192 1,226 -54,945 3,671,790
Produksi DIHITUNG MENGGUNAKAN ANGKA PRAKIRAAN (PRODUKTIVITAS BERDASARKAN RERATA UBINAN KSA)
Disampaikan bahwa angka ini merupakan angka perkiraan dengan jumlah
penduduk Jawa Tengah 34.257.865 jiwa bersumber dari proyeksi BPS
Provinsi Jawa Tengah. Dalam hal ini produksi adalah gabah kering giling
(GKG), penyediaan adalah beras dan kebutuhan adalah beras itu sendiri.
Sedangkan konversi dari GKG ke beras adalah 62,49% berdasarkan laporan
pelaksanaan survei susut hasil padi, dengan tingkat susut beras sebesar
3,40%. Sementara data produksi ketersediaan kebutuhan dan surplus padi/
beras untuk perkiraan tahun 2018 sampai dengan bulan Maret adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. Produksi Ketersediaan Kebutuhan dan Surplus Padi/ Beras
2018
PADI Jan Feb Mar Jumlah
Luas Tanam (ha)
Luas Panen (ha) 109,002 329,032 293,641 731,675
Produksi (ton GKP) 613,882 1,921,039 1,734,126 4,269,047
Penyediaan (ton beras) 370,572 1,159,642 1,046,811 2,577,025
Kebutuhan (ton) 267,879 267,879 267,879 803,637
Surplus (ton) 102,693 891,763 778,932 1,773,388
Dari data tersebut dapat dipastikan bahwa Provinsi Jawa Tengah memiliki
kelebihan/ surplus produksi. Hanya saja tidak ada data hasil produksi dikirim
ke daerah mana saja, berdasarkan pemaparan Kepala Dinas belum ada
sistem manajemen stok yang baik. Manajemen stok disini sangat diperlukan
untuk mengelola pergudangan dan pendistribusian beras agar kualitas beras
yang tersimpan tetap dalam keadaan baik dan didistribusikan kepada daerah
yang membutuhkan pada waktu spesifik dan jumlah yang tepat. Daerah
yang sudah berhasil menerapkan manajemen stok yang baik adalah Jawa
7
Timur, hal ini dapat ditiru demi kepentingan validasi data agar tidak kacau
dan menimbulkan permasalahan.
Stok Divre Jawa Tengah saat ini sebanyak kurang lebih 76 ribu ton, dan
terus menurun karena untuk keperluan operasi pasar dan bansos rastra.
Untuk kebutuhan penyeluran reguler Bulog dan cadangan keperluan darurat
lain dirasa masih cukup sampai dengan bulan April hingga panen raya.
Terkait dengan operasi pasar sudah dilakukan sejak bulan November 2017,
kurang lebih 25 ribu ton untuk seluruh Jawa Tengah. Bekerjasama di pasar
pengendali inflasi di 15 pasar di Jawa Tengah, dengan 112 pedagang dari
167 pedagang yang ada. Sedangkan di pasar non pencatatan inflasi
sebanyak 443 pedagang pasar maupun mitra-mitra kerja Perum Bulog
lainnya.
Realisasi penyaluran Bansos Rastra sampai dengan tanggal 23 Januari
2018 sebesar 3.134 ton atau mencapai 4,35% dari pagu bulan Januari 2018.
Adapun pemanfaatan CBP sampai dengan 2018 mencapai 24.470 ton yang
penggunaannya terdiri dari 18 ton untuk keperluan bantuan darurat/bencana
alam dan 24.451 ton untuk keperluan pengendailan/stabilisasi harga beras
di pasar.
Tabel 4. Rekapitulasi Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Divre
Jawa Tengah
Keterangan: Update data per 23 Januari 2018
Sampai dengan tanggal 31 Desember tahun 2017 penyaluran Rastra di
Divre Jawa Tengah sebanyak 439.362 ton atau sebesar 100,00% dari RKAP
Tahun 2017. Selain itu, realisasi CBP sebesar 149 ton yang digunakan untuk
keperluan bantuan darurat /bencana alam.
8
Tabel 5. Realisasi Penyaluran Rastra/ Raskin 5 (lima) Tahun Terakhir
Keterangan: RTS (Rumah Tangga Sasaran)
Realisasi pengembangan jaringan Rumah Pangan Kita (RPK) seluruh
Indonesia tahun 2017 secara komulatif mencapai 36.184 Sahabat RPK atau
120,61% dari target 30.000 Sahabat RPK, untuk wilayah Jawa Tengah
mencapai 6.068 Sahabat RPK.
Adapun target pengembangan jaringan Rumah Pangan Kita (RPK) seluruh
Indonesia tahun 2018 secara komulatif sebesar 50.000 Sahabat RPK, untuk
wilayah Jawa Tengah ditargetkan 9.000 Sahabat RPK.
Jawa tengah termasuk 1 dari 7 penyuplai beras ke daerah lain. Tahun lalu
ke luar Jawa lebih kurang 47 ribu ton, Pengiriman beras keluar seperti DKI
Jakarta, Sumatera Utara dan di Yogyakarta sebanyak 16 ribu ton sampai
dengan bulan ini. Berkaitan dengan kesiapan serapan Bulog, agak berbeda
dengan tahun sebelumnya yaitu raskin menjadi bansos rastra yang pelan-
pelan akan berubah menjadi BPNT (bantuan pangan non tunai). Pemilik
dana yang ada di kartu dapat menggesek kartunya yang ada EDC, tidak
hanya kepada Perum Bulog tetapi ke tempat lain yang menyediakan.
Saat ini Perum BULOG Divre Jawa Tengah memiliki Gudang untuk
operasional penyimpanan sejumlah 159 unit dengan kapasitas total 433.000
ton. Gudang tersebut dalam kondisi baik. Jumlah stok (beras dan gula) yang
ada di Divre Jawa Tengah per tanggal 22 Januari 2018 sejumlah 137.346
ton. Dengan kapasitas simpan yang ada, selama ini Pengadaan di Divre
Jawa Tengah masih dapat ditampung. Selain itu apabila diperlukan, stok
tersebut juga dapat dilakukan movement (pemindahan) stok ke Divre lain.
9
Tabel 6. Gudang Perum BULOG di Divre Jawa Tengah
Sumber: Perum Bulog, 2018.
Jumlah unit pengolahan yang dimiliki Divre Jawa Tengah sebanyak 22 Unit,
dengan kondisi yang masih baik sebanyak 17 Unit, rusak ringan sebanyak 1
unit, rusak berat sebanyak 3 unit dan rusak sangat berat sebanyak 1 unit.
Untuk Unit-Unit Pengolahan yang sudah baik maupun yang masih
memerlukan perbaikan akan dilakukan perawatan rutin ataupun perbaikan
dan sudah dianggarkan di RKAP 2018.
Drying center yang dimiliki Divre Jateng sebanyak 13 unit, dengan
kondisi baik sebanyak 10 unit, rusak ringan sebanyak 1 unit dan rusak berat
sebanyak 2 unit. Berikut adalah data dan informasi terkait dengan pengadaan
beras, konsumsi beras, harga beras, harga gabah (setara gabah kering
panen atau GKP), dan penyaluran beras di wilayah Divre Jawa Tengah
selama 5 tahun terakhir.
Tabel 7. Data dan Informasi terkait beras di Divre Jawa Tengah
(dalam Ton)
Uraian Tahun 2017 Tahun 2016 Tahun 2015 Tahun 2014 Tahun 2013
Pengadaan Beras 371.971 593.281 316.143 449.188 710.551
Konsumsi Beras *) 2.288.891 2.381.330 2.472.256 2.564.486 2.664.470
Harga Gabah (GKP) **) Rp. 4.582,32 Rp. 4.401,88 Rp. 4.661,95 Rp. 4.306,66 Rp. 4.087,18
Penyaluran Beras Rastra 439.362 446.788 521.252 446.788 558.485
Penyaluran OP CBP - 95 - 72 2 *) Berdasarkan hasil perhitungan,Konsumsi = Jumlah penduduk x konsumsi perkapita Konsumsi perkapita berdasarkan publikasi proyeksi kemendag (analisis dinamika
pangan 2013) Jumlah penduduk Tahun 2013 – 2016 berdasarkan data Bappenas Jumlah Penduduk Tahun 2017 merupakan proyeksi Bappenas 2010 – 2035
**) Berdasarkan Rata-rata tahunan harga Gabah Rilis BPS
10
Dalam pendistribusian beras komersial tersebut Perum BULOG belum
memiliki pangsa pasar yang luas, saat ini BULOG masih terus berupaya
dalam pendistribusian beras komersial. Adapun upaya upaya yang saat ini
dilakukan oleh BULOG untuk intervensi penjualan beras komesial secara
masif antara lain :
a. Penjajakan kerjasama dengan Mitra penggilingan padi
swasta/BUMN/Gapoktan dalam penggunaan dryer, agar penyerapan
gabah dapat optimal dan menghasilkan gabah dengan kualitas yang
lebih baik.
b. Pembelian gabah/beras dengan pola komersial dimana BULOG dapat
membeli gabah/beras secara fleksibel sesuai perkembangan harga
pasar.
c. Akan dibangun Miles Rice Milling Plant di wilayah Grobogan, Wangon,
dan Wonogiri.
d. Perluasan jaringan penjualan dengan penambahan outlet (RPK) sebagai
agen penjualan komoditas Perum BULOG.
III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dalam kesempatan Kunker Spesifik Komisi VI DPR RI ini, kesimpulan dan
rekomendasi yang dapat diberikan adalah:
1. Berdasarkan hasil peninjauan dapat disimpulkan produksi di Jawa Tengah
masih cukup bahkan surplus tetapi harga masih tinggi.
2. Komisi VI DPR RI mendapatkan kepastian bahwa sampai dengan saat
kunjungan, dapat dipastikan Provinsi Jawa Tengah belum menjadi destinasi
kebijakan impor beras.
3. Komisi VI DPR RI memberikan catatan agar Dinas Perdagangan melalui
Perum Bulog perlu memikirkan sanksi bagi penjual yang menjual diatas HET.
4. Komisi VI DPR RI memberikan catatan agar Perum Bulog dapat memperbaiki
sistem manajemen stok agar sistem informasi perdagangan antar pulau
dapat terintegrasi.
5. Yang selalu menjadi perhatian anggota adalah kualitas beras, jangan sampai
banyak yang kotor atau broken. Untuk daerah Jawa Tengah kondisi beras
dalam keadaan baik.
6. Komisi VI DPR RI memberikan catatan bahwa Perum Bulog memerlukan
instrumen-instrumen khusus untuk stabilisasi harga.
11
7. Komisi VI DPR RI menekankan bahwa kebijakan impor beras tidak masalah
selama tidak ada kenaikan harga, dan petani diberikan jaminan bahwa hasil
panen mereka akan dibeli.
8. Komisi VI DPR RI menyampaikan bahwa hasil dari kunjungan kerja ke
beberapa daerah ini akan dirangkum bersama anggota Komisi VI, untuk
kemudian dilakukan rapat lanjutan dengan Kementerian Perdagangan.
IV. PENUTUP
Demikianlah laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI ke Provinsi
Jawa Tengah. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukan bagi
Komisi VI DPR RI dalam rangka dalam rangka melakukan pengawasan dan
mengawal program kebijakan pemerintah.
Jakarta, Januari 2018 Ketua Tim, Ttd IR. H. TEGUH JUWARNO, M.SI A-484