laporan kunjungan kerja spesifik komisi xi dpr ri ke

35
1 14 16 April 2016 KOMISI XI DPR RI MEI 2016 I. PENDAHULUAN Menindaklanjuti keputusan Rapat Internal Komisi XI DPR RI bahwa Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI Ke Provinsi Maluku Utara adalah untuk mendapatkan data dan LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE PROVINSI MALUKU UTARA TERKAIT PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN

Upload: others

Post on 09-Dec-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

1

14 – 16 April 2016

KOMISI XI DPR RI

MEI 2016

I. PENDAHULUAN

Menindaklanjuti keputusan Rapat Internal Komisi XI DPR RI bahwa Kunjungan Kerja

Spesifik Komisi XI DPR RI Ke Provinsi Maluku Utara adalah untuk mendapatkan data dan

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI

KE PROVINSI MALUKU UTARA TERKAIT PERENCANAAN DAN PENGAWASAN

PEMBANGUNAN

Page 2: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

2

informasi terkini guna mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai perencanaan dan

pengawasan pembangunan di Provinsi Maluku Utara.

Sejak APBN-P 2015, dalam undang-undang APBN selalu dimasukkan target-target

pembangunan. Yang terbaru dalam pasal 41 Undang-Undang 14 tahun 2015 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 disebutkan :

“Pemerintah dalam melaksanakan APBN Tahun Anggaran 2016 mengupayakan

pemenuhan sasaran pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yang tercermin dalam:

a. penurunan kemiskinan menjadi sebesar 9,0% (sembilan koma nol persen) sampai dengan

10,0% (sepuluh koma nol persen);

b. penyerapan tenaga kerja sebesar 2.000.000 (dua juta) orang;

c. tingkat pengangguran terbuka menjadi sebesar 5,2% (lima koma dua persen) sampai

dengan 5,5% (lima koma lima persen);

d. penurunan Gini Ratio menjadi sebesar 0,39 (nol koma tiga puluh sembilan);

e. peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencapai 70,1 (tujuh puluh koma

satu).

Untuk mencapai target pembangunan tersebut diperlukan perencanaan pembangunan yang

baik. Indonesia melalui Undang-Undang No.17 Tahun 2007 telah membuat perencanaan 20

tahun yaitu tahun 2005 sampai 2025. Penurunan dari undang-undang tersebut, Pemerintah

setiap 5 tahun sekali menetapkan rencana pembangunan jangka menengah. Dalam

Kunjungan Kerja Spesifik ini, Komisi XI DPR RI ingin melihat efektivitas perencanaan

tersebut untuk mencapai target-target pembangunan yang telah ditetapkan. Perbaikan

tentunya akan terus dilakukan bersama-sama untuk mewujudkan Indonesia sebagaimana

yang dicita-citakan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam Kunjungan Kerja ini, Komisi XI DPR RI berharap Sekretaris Daerah Prrovinsi

Maluku Utara, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, Kepala

Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi Maluku Utara, dan Kepala Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Maluku Utara dapat menyampaikan

paparannya terkait tema Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan dikaitkan dengan

Fungsi dan Tugas masing-masing lembaga.

II. HASIL KUNJUNGAN KERJA

II.1 PEMERINTAH DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA

Page 3: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

3

1. UU Nomor 17 Tahun 2007 Tentang RPJP Nasional dibagi dalam 4 tahapan

pembangunan. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 Tentang RPJP Provinsi Maluku

Utara Tahun 2005-2025, disusun mengacu pada RPJP Nasional, dan dibagi dalam 4

tahapan pembangunan. Tahapan pembangunan tersebut diuraikan sebagai berikut :

Page 4: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

4

Evaluasi pelaksanaan dapat dilihat dari pencapaian beberapa indikator makro, antara lain :

a. Sesuai capaian beberapa indikator pembangunan, Maluku Utara memiliki capaian

diatas rata-rata nasional, namun terdapat juga indikator yang berada di bawah rata-rata

nasional.

b. Masukan untuk peningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi di

Provinsi Maluku Utara meliputi :

- Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang terkoneksi dengan transportasi

penyeberangan dan laut.

- Meningkatkan panjang jalan nasional di Provinsi Maluku Utara

- Pembangunan infrastruktur penyeberangan dan penambahan armada

- Meningkatkan pembangunan pertanian, perikanan dan kelautan

- Dukungan pembangunan pariwisata

- Peningkatan anggaran perimbangan yang mempertimbangkan karakteristik Maluku

Utara sebagai provinsi kepulauan yang memiliki luas laut lebih dari daratan sebagai

dasar perhitungan dana perimbangan.

2. Provinsi Maluku Utara memiliki beragam potensi ekonomi, dari sumber daya alam

berbasis pertanian, kelautan dan pariwisata. Pertumbuhan ekonomi merupakan sasaran

utama yang ingin dicapai Pemerintah Provinsi Maluku Utara. Implementasi

Page 5: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

5

pertumbuhan ekonomi ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan per kapita,

pendapatan asli daerah dan penyerapan tenaga kerja serta dalam jangka panjang

diharapkan dapat memperkecil tingkat kemiskinan.

Laju Pertumbuhan ekonomi per sektor dapat dilihat pada tabel berikut :

3. Perekonomian Maluku Utara pada triwulan I-2016 tumbuh lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya dan berada pada kisaran 6,3% (yoy). Dari sisi permintaan, konsumsi rumah

tangga masih menjadi penggerak utama ekonomi Malut. Sementara itu, kegiatan ekspor

diprediksi mengalami peningkatan sebagai akibat dari adanya kenaikan produksi kopra

dan rempah-rempah. Dari sisi penawaran, sektor pertanian diprediksi akan tumbuh

meningkat seiring masuknya masa panen raya tanaman bahan pangan, bumbu-bumbuan,

dan hasil bumi (pala, cengkih). Sementara itu, turunnya konsumsi pemerintah di awal

tahun, ditengarai akan menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di

triwulan I-2016 ini.

4. Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara dan Nasional dari tahun 2012 – 2015 dapat dilihat

pada Gambar berikut :

Page 6: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

6

Sumber : Pemprov Maluku Utara

5. Evaluasi terhadap laju pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sektor-sektor :

Diperkiralan sampai dengan akhir 2016, Maluku Utara masih akan menghadapi

beberapa risiko yang dapat menghambat pertumbuhan ekonominya. Mundurnya

kembali waktu operasional smelter beberapa perusahaan tambang serta tertahannya

harga komoditas unggulan Maluku Utara pada level rendah dapat berdampak

multisektor pada pertumbuhan ekonomi Maluku Utara. Namun demikian, pencabutan

moratorium serta gencarnya program pemerintah di bidang ketahanan pangan dan

pembangunan infrastruktur diperkirakan mampu menjadi akselerator pertumbuhan

tahun ini. Dengan memperhatikan perkembangan terkini dan risiko tersebut,

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 diperkirakan pada kisaran 6,0%-6,4% (yoy).

Struktur perekonomian Maluku Utara masih didominasi sektor pertanian, diikuti

perdagangan dan industri pengolahan. Peranan sektor-sektor yang mendukung

industrialisasi masih sangat rendah, seperti sektor utilitas (listrik, gas, air) dan konstruksi

hanya menyumbang di bawah 7 persen dalam PDRB tahun 2014 dan 2015 (Tabel 1).

Page 7: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

7

6. Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Maluku Utara untuk meningkatkan

pertumbuhan sektor-sektor tersebut :

- Merningkatkan peranan sektor-sektor yang mendukung industrialisasi, seperti sektor

utilitas (listrik, gas, air) dan konstruksi;

- Meningkatkan Kualitas Lapangan Kerja. Kualitas lapangan kerja ditunjukkan dari

banyaknya pekerja yang bekerja di sektor informal. Mereka ini terhitung bekerja namun

menghadapi ketidakpastian yang tinggi sehingga sangat rentan terhadap sedikit saja

guncangan ekonomi yang terjadi.

- Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah. Ketersediaan infrastruktur

merupakan salah satu faktor pendorong produktivitas daerah. Pembangunan ekonomi

membutuhkan dukungan sarana transportasi dan ketersediaan jaringan listrik yang

memadai. Sistem transportasi antarpulau di Wilayah Kepulauan Maluku yang

mendukung Posisi Maluku Utara yang merupakan wilayah kepulauan.

- Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas

sangat penting dalam mendukung percepatan pertumbuhan dan perluasan

pembangunan ekonomi daerah. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia di suatu

daerah, semakin produktif angkatan kerja di berbagai sektor, dan semakin tinggi

peluang melahirkan inovasi yang menjadi kunci pertumbuhan secara berkelanjutan.

Kualitas sumber daya manusia di Maluku Utara yang ditunjukkan melalui nilai IPM

relatif meningkat tahun 2014 sebesar 65,18 dengan peringkat 27 dari 34 Provinsi di

Indonesia.

7. Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2015 tercatat sebesar

513,6 ribu jiwa atau meningkat 6,67% (yoy). Peningkatan ini sedikit lebih tinggi

dibandingkan peningkatan tahunan bulan Februari 2015. Jumlah angkatan kerja di

Page 8: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

8

Maluku Utara yang bekerja pada akhir Agustus 2015 tercatat mencapai 482.5 ribu jiwa.

Penambahan jumlah angkatan kerja yang disertai dengan perkembangan kinerja sektor

utama yang masih positif menyebabkan terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja yang

bekerja sebesar 5,82% (yoy) lebih tinggi dari februari 2015 yang tumbuh sebesar 5,31%

(yoy).

8. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Selama Seminggu yang

Lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Maluku Utara, 2012 – 2014

:

9. Investasi :

Perkembangan investasi di Maluku Utara banyak berasal dari luar negeri khususnya

terkait dengan proyek pengembangan smelter. Berdasarkan data BKPM, nilai

penanaman modal asing di Maluku Utara pada triwulan IV- 2015 tumbuh 397,26%

(yoy)jauh lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai

Page 9: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

9

128,02% (yoy). Di lain sisi, penanaman modal dalam negeri masih tumbuh positif

namun melambat dari triwulan sebelumnya.

Dengan demikian, sepanjang tahun 2015, jumlah investasi di Maluku Utara jauh lebih

tinggi daripada tahun sebelumnya. Tercatat, 65 proyek asing dan dalam negeri

terlaksana di Maluku Utara, dengan nilai nominal sebesar 203,8 juta dolar dan Rp48,2

miliar. Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan

IV-2015 tercatat sebesar 12,22% (yoy). PMTB tumbuh lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh 11,04% (yoy), sepanjang tahun 2015 PMTB tumbuh cukup

tinggi yakni sebesar 9,67% (yoy). Pembangunan smelter, perbaikan jalan, dan

pembelian mesin yang dilakukan beberapa perusahaan swasta menjadi pemicu tingginya

pertumbuhan PMTB pada triwulan laporan.

10. Pengeluaran Pemerintah :

Secara tahunan, konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2015 tumbuh 23,96% (yoy) jauh

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya di mana komponen ini mengalami penyusutan

sebesar 6,22% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah seiring dengan

terealisasikannya pengeluaran pemerintah untuk pelaksanaan kegiatan pilkada

kabupaten/kota, serta program pemerintah baik pusat maupun daerah terkait

pengembangan pertanian dan infrastruktur di Maluku Utara.

Membaiknya kinerja pengeluaran pemerintah juga terkonfirmasi oleh perkembangan

saldo giro milik pemerintah daerah. Pada akhir triwulan laporan, giro pemerintah

tercatat sebesar Rp129,3 miliar. Jumlah ini turun sebesar 24,93% (yoy) pada triwulan

laporan, turun lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang juga menurun sebesar 7,37%

(yoy). Turunnya pertumbuhan giro milik pemerintah menjadi indikator realisasi belanja

yang terakselerasi semakin baik pada triwulan laporan.

11. Terkait Proyek Pembangunan pabrik Ferro Nickel Halmahera timur, dapat disampaikan

sebagai berikut :

- Dengan adanya Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp. 3,5 Triliun, sifatnya bukan

pinjaman tetapi merupakan penyertaan sehingga dengan adanya PMN tersebut jumlah

kepemilikan saham pemerintah di perusahaan bertambah, dan tidak ada kewajiban

perusahaan untuk pengembalian modal tersebut.

- Untuk mempertahankan proporsi saham PT. ANTAM milik pemerintah 65% dan

publik tetap 35% dilakukan right issue sehingga ada penyertaan modal non pemerintah

sebesar Rp. 1,8 Triliun.

- Penerimaan Negara terkait proyek ini tentunya setelah pabrik beroperasi dan

menghasilkan ferro nickel berupa pembayaran royalti.

- Progress proyek yang sekarang dilakukan adalah melanjutkan persiapan area yang telah

disiapkan sebelumnya oleh PT. Fenny Haltim, untuk pekerjaan konstruksi pabrik saat

ini sedang dalam tahap tender EPC Turnkey.

12. Program Pemerintah dalam Mengatasi Kemiskinan :

- Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok

- Mendorong pertumbuhan yang berpihak rakyat miskin

Page 10: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

10

- Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar

- Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat

- Meningkatkan koordinasi melalui Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

(TKPKD) Provinsi dan Kabupaten/Kota

13. Program Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran :

- Kebijakan yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan melalui program peningkatan

kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan program peningkatan kesepatan kerja

- Memberikan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kerja

14. Program Pemerintah dalam Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia :

- Meningkatkan angka partisipasi sekolah

- Memberikan pelayanan kesehatan berupa penurunan Angka kematian Ibu dan anak

- Peningkatan Gizi masyarakat

15. Program Pemerintah dalam Menurunkan indeks gini :

- Memberdayakan UKM

- Optimalisasi program penanggulangan kemiskinan lintas sektor

16. Penerapan Undang-Undang No. 19 Tahun 2013 di Provinsi Maluku Utara tergambar

dari :

- Setiap program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk pemberdayaan petani

sejak dari perencanaan telah melibatkan petani, sehingga program yang dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan petani.

- Bantuan sosial untuk petani dikelola langsung oleh petani sendiri.

- Pemerintah Daerah juga telah melindungi petani khusus pada harga gabah, oleh

pemerintah daerah telah mengeluarkan SK Penetapan harga gabah terendah sebesar Rp.

4.700, apabila harga gabah kering giling dibawah harga itu maka BUMD akan membeli

gabah petani.

II.2 Bank Indonesia

1. Tujuan Bank Indonesia

Page 11: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

11

2. Angka Inflasi di Provinsi Maluku Utara beserta fluktuasinya :

3. Fluktuasi tingkat inflasi Malut selama 5 tahun terakhir lebih disebabkan oleh inflasi

pada kelompok volatile food dan administered prices.

- ADMINISTERED PRICES

Inflasi disebabkan kebijakan pemerintah khususnya peningkatan harga BBM 2013-

2014 multiplier effect

- VOLATILE FOODS

Sektor pertanian yang masih tradisional, Masih minimnya industri pengolahan

(agroindustri), Ketergantungan pasokan daerah lain.

Page 12: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

12

4. Pola Inflasi Tahunan

5. Inflasi pada tahun 2016 diperkirakan relatif stabil, namun terdapat beberapa risiko yang

perlu diwaspadai, diantaranya :

- Potensi peningkatan demand masyarakat seiring membaiknya kinerja sektor utama

- Penyesuaian harga produk manufaktur dan jasa, terkait imbas imported inflation

- Efek lanjutan El Nino pada sentra produksi tabama di luar Provinsi Malut

6. Disagregasi Inflasi

7. PENDORONG INFLASI

Top 10 Kelompok Andil Tertinggi Inflasi yoy :

1. Kontrak Rumah

2. Angkutan Dlm Kota

3. Tukang Bukan Mandor

4. Tarip Sewa Motor

5. Cakalang/Sisik

6. Rokok Kretek Filter

Page 13: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

13

7. Pasir

8. Bawang Merah

9. Rokok Putih

10. Bawang Putih

Top 10 Komoditas bobot Tertinggi Inflasi :

1. Kontrak Rumah

2. Sewa Rumah

3. Beras

4. Tukang Bukan Mandor

5. Tarip Listrik

6. Rokok Kretek FIlter

7. Tarip Pulsa Ponsel

8. Angkutan Dlm Kota

9. Tarip Sewa Motor

10. Bensin

8. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara dan Pemerintah Provinsi

Maluku Utara telah berkoordinasi dalam forum TPID dan berupaya untuk menjaga

inflasi tetap rendah. Upaya yang telah dilakukan oleh TPID dalam 3 tahun terakhir yaitu

:

9. Perekonomian Maluku Utara pada tahun 2015 tumbuh meningkat dari 5,46%

(yoy) menjadi 6,10 % (yoy)

Faktor pendorong pertumbuhan:

- Meningkatnya pembangunan infrastruktur baik pemerintah maupun BUMN (PLN,

pelindo, dll) sehingga juga berdampak pada tumbuhnya sektor industry

- Rendahnya inflasi sepanjang tahun 2015 sehingga konsumsi masyarakat terjaga

- Meningkatnya produksi salah satu tambang nikel milik BUMN dan baseline effect

kontraksi sektor pertambangan pada tahun 2014

- Meningkatnya pertumbuhan sektor jasa keuangan seiring meningkatnya

pertumbuhan kredit perbankan di Maluku Utara

Page 14: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

14

10. Berbagai Indeks 3 Faktor Utama Penyebab Minimnya Investasi di Maluku Utara

11. Struktur perekonomian Maluku Utara cenderung tidak berubah selama 5 tahun terakhir

Sektor utama didominasi sektor:

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Perdagangan

Page 15: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

15

3. Sektor administrasi pemerintah

4. Sektor pertambangan

Dalam 5 tahun terakhir, terdapat kecenderungan tumbuh melambat dari perekomian

Maluku Utara karena:

a. Proses produksi sektor pertanian yang masih tradisional

b. Masih tergantung pada komoditas mentah di saat harga komoditas turun

c. Smelter nikel belum siap

12. Struktur perekonomian Provinsi Maluku Utara

Page 16: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

16

Sektor pertanian merupakan kontributor utama

Komoditas perkebunan yang menjadi unggulan terbesar Maluku Utara ialah

kelapa. Dengan produktivitas kelapa sebesar 0,86 ton/ha, menjadikan Malut

memegang produktivitas kelapa tertinggi di Indonesia. Selain itu sektor perikanan yang

belum teroptimalkan juga dinilai prospektif

Sektor Perdagangan menjadi sektor dengan pangsa nomor 2 terbesar dalam

PDRB Malut.

Meningkatnya pangsa sektor perdagangan dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi

rumah tangga seiring penambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat Malut

Sektor pertambangan sempat memberikan kontribusi yang besar terhadap

pertumbuhan kendati pada tahun ini mengalami penurunan yang drastis.

Maluku Utara memiliki sejumlah pertambangan feronikel yang dikelola beberapa

perusahaan lokal, nasional, maupun BUMN

Mekipun tidak memiliki pangsa yang dominan sektor pertambangan memiliki

prospek yang potensial pada periode mendatang

Pembangunan smelter oleh 5 perusahaan diperkirakan meningkatkan investasi

sekaligus prospek produksi dan ekspor nikel ke depan. Saat ini telah terdapat 1

smelter yang beroperasi di Pulau Gebe.

13. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 diikuti dengan penurunan rasio

kemiskinan

Tantangan ke Depan:

a. IPM terus meningkat namun masih rendah dibandingkan nasional

Page 17: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

17

b. Ada kecenderungan peningkatan TPT

14. Kondisi Indeks Pembangunan Manussia Provinsi Maluku Utara

15. Kondisi Gini Ratio Provinsi Maluku Utara

16. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara

17. Transmigrasi dapat menjadi salah satu solusi pengembangan ekonomi Maluku Utara

asalkan pemerintah konsisten dengan program tersebut

Page 18: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

18

Maluku Utara dengan jumlah penduduk sekitar 1,13 juta jiwa dan dengan luas wilayah

sekitar 32 ribu km2 memiliki kepadatan penduduk sekitar 36 jiwa per km2 masih

terdapat potensi untuk melakukan transmigrasi.

Lahan yang belum tergarap juga masih relatif luas, utamanya di Pulau Halmahera.

Melihat tren NTP Malut yang terus meningkat menunjukkan terdapat tren peningkatan

kesejahteraan petani di Malut.

Kawasan-kawasan transmigrasi yang tersebar di beberapa kabupaten, utamanya di

Haltim, Halut, Halbar, dan Halteng menunjukkan performanya sehingga kawasan-

kawasan tersebut menjadi sentra utama produksi tanaman pangan.

Namun demikian, pemetaan kawasan sentra dan plotting calon transmigran menjadi hal

yang penting agar perencanaan transmigrasi ini terintegrasi dengan RTRW Pemda.

18. Dalam rangka optimalisasi sentra-sentra produksi tanaman pangan, utamanya

komoditas penyumbang inflasi, BI Malut bekerjasama dengan Pemprov dan Pemkab

untuk mengembangkan Program Pengendali Inflasi (Klaster) Ketahanan Pangan, dan

beberapa diantaranya berlokasi di kawasan transmigrasi.

Hal tersebut selain untuk meningkatkan pasokan guna menahan laju inflasi, juga untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Dan berdasarkan observasi

BI Malut di beberapa daerah, masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan secara

optimal dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sentra-sentra produksi,

tentunya dengan didukung SDM petani yang handal dan terampil.

Page 19: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

19

19. Pemerataan Pembangunan Ekonomi melalui Transmigrasi

Kebutuhan bahan makanan Malut yang selama ini belum dapat terpenuhi secara

mandiri menyebabkan tingginya ketergantungan Malut terhadap pasokan dari daerah

lain. Adanya ketergantungan dari daerah lain tersebut, juga menjadi salah satu

penyebab terjadinya inflasi karena masih cukup tingginya biaya pengangkutan menuju

Malut.

Dengan adanya tambahan daerah transmigrasi, harapannya dapat meningkatkan

pasokan pangan Malut melalui sentra-sentra produksi di daerah transmigrasi.

Namun demikian, transmigrasi tidak serta merta menjadi solusi tunggal, mengingat saat

ini salah satu masalah utama kekurangan pasokan pangan dari dalam provinsi

(khususnya untuk Kota Ternate) adalah karena masih tingginya ongkos transportasi

yang antaranya karena masih belum baiknya kualitas infrastruktur jalan raya dan belum

tersedianya sarana transportasi angkutan komoditas. Dengan demikian, perbaikan

infrastruktur fisik dan/atau penyediaan sarana transportasi umum/bersubsidi guna

pengangkutan komoditas akan membantu menekan tingginya biaya transportasi.

Page 20: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

20

20. Pariwisata tidak dapat dipandang sebagai sektor yang memberikan efek parsial semata,

tetapi pariwisata merupakan pintu gerbang bagi sektor lainnya serta mampu

meningkatkan investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan putaran perekonomian.

Berdasarkan penelitian dari World Bank, pariwisata dapat mengurangi kemiskinan

suatu daerah melalui; direct effects yaitu pendapatan dari pengusaha setempat; indirect

effects yaitu melalui value chain pariwisata; dan dynamic effects seperti pembangunan

infrastruktur, perekonomian, konsumsi, dan pertumbuhan UMKM.

Sektor Akomodasi & penyediaan makan minum Maluku Utara menunjukkan

perkembangan, akan tetapi dibandingkan dengan provinsi yang lain di KTI, pangsa

akomodasi terhadap PDRB sangat kecil.

Oleh karena itu diperlukan langkah nyata dalam pengembangan pariwisata Maluku

Utara antara lain melalui pemeliharaan lokasi wisata, promosi yang gencar, dan

penyediaan sarana akomodasi&transportasi yang memadai

Page 21: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

21

21. Akselerasi Ekonomi Maluku Utara melalui Sektor Pariwisata

22. Dalam rangka penyiapan perencanaan akselerasi ekonomi Malut melalui sektor

pariwisata, BI juga telah berinisiatif untuk menyelenggarakan Tourism Economic

Summit yang mempertemukan pelaku bisnis, pengambil kebijakan, dan ikon pariwisata

nasional, guna meramu rekomendasi pengembangan ekonomi parisiwisata Malut.

Selain itu, sebagai output awal dari gerakan “Spirit of Malut” juga telah dilaksanakan

rangkaian kegiatan dalam rangka menyambut event Gerhana Matahari Total yang

berlangsung pada bulan Maret 2016 lalu, yang diantaranya adalah Ternate Tourism

Expo. Dimana BI bekerjasama dengan IWAPI dan Pemkot Ternate menyelenggarakan

pameran dan bazaar guna meningkatkan promosi produk lokal dan pariwisata di

Maluku Utara.

Page 22: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

22

23. Meningkatkan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan II-2015, sektor ini tumbuh 7,22% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya dipengaruhi oleh meningkatnya produksi

perkebunan dan perikanan yang merupakan bahan baku utama sektor tersebut.

Secara umum, sektor industri pengolahan di Malut berkembang signifikan sejak awal

2014. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh lesunya sektor pertambangan sehingga

mulai ada pergeseran sektor utama di lain sisi produksi sektor pertanian meningkat

pada tahun 2014.

Sayangnya perkembangan sektor ini terhambat oleh minimnya infrastruktur kelistrikan

dan konektivitas.

Sampai dengan 2015, sektor ini hanya menguasai 5,38% perekonomian Malut.

Perkembangan sektor ini perlu didukung bersama karena era komoditas sudah berakhir.

Nilai tambah ekonomi dari suatu daerah akan semakin tinggi apabila komoditas

perdagangannya berupa produk olahan. Untuk Maluku Utara, prioritas pengembangan

sektor industri pengolahan adalah sektor industri berbasis agraria.

24. POTENSI SUMBER DAYA PERIKANAN TANGKAP :

- Standing Stock 1.035.230 Ton/tahun

Page 23: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

23

- Potensi Lestari 517.000 Ton/tahun

- Dengan Tingkat Pemanfaatan 158.352 ton/thn (30,63 %) dari potensi lestari

25. Maluku Utara sebagai Lumbung Ikan Nasional

26. Tantangan Pengembangan Sektor Kelautan & Perikanan di Maluku Utara

Page 24: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

24

Sumber: Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Khairun, 2010

27. Faktor PendukungProvinsi Maluku Utara sebagai Lumbung Ikan Nasional :

- Maluku Utara ditetapkan sebagai kawasan yang masuk dalam Sistem Logistik Ikan

Nasional (SLIN)

- penetapan Kabupaten Halmahera Selatan & Kabupaten Kepulauan Sula sebagai

Kawasan Minapolitan oleh KKP.

- PPP Bacan sedang dikembangkan untuk menjadi pelabuhan ekspor perikanan

pertama di Malut.

Dukungan BI:

- Inisiasi pilot project klaster ikan laut di Tidore dan Halteng

- Mendorong perbankan untuk memperluas pelayanan ke sentra produksi ikan melalui

pengembangan LKD

Page 25: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

25

28. Kondisi infrastruktur kelistrikan Malut masih jauh tertinggal dibandingkan daerah

lainnya di Indonesia

Rendahnya rasio elektrifikasi di Provinsi Maluku Utara tersebut menjadi hambatan

utama masuknya investasi baru serta Sulitnya pengembangan sektor industri

pengolahan

29. Ketersediaan Pasokan Energi sebagai Katalis Pembangunan Ekonomi Malut

Page 26: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

26

30. Ketersediaan Pasokan Energi sebagai Katalis Pembangunan Ekonomi Malut

31. Rekomendasi (1)

Penyediaan Sarana Transportasi Komoditas Pangan oleh Pemerintah

Page 27: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

27

Berdasarkan hasil kajian singkat di Klaster Bank Indonesia, ketersediaan sarana

transportasi khusus pengangkutan komoditas pada akhirnya akan mampu menurunkan

biaya transportasi sehingga biaya produksi secara total dapat diturunkan setidaknya

antara 7% - 10%.

Penurunan biaya produksi keuntungan petani meningkat harga di

masyarakat wajar

Contoh aplikasi

1. Pemda menyediakan kendaraan biaya operasionalnya disubsidi oleh pemerintah

provinsi

2. Pemda memberikan bantuan kepada beberapa Gapoktan/Koperasi Tani yang

memiliki kinerja baik, yang nantinya penggunaannya diwajibkan untuk mengangkut

hasil panen dari sentra-sentra produksi menuju pasar serta dikelola secara mandiri

oleh penerima bantuan.

32. Rekomendasi (2)

Peningkatan Konektivitas antar Pulau di Sekitar Ternate (Jk. Menengah -

Panjang)

Jangka menengah:

- Penambahan jumlah Kapal ASDP yang melayani rute-rute strategis seperti Sofifi –

Ternate atau Sidangoli – Ternate yang merupakan jalur utama pengangkutan

komoditas dari sentra produksi (Halmahera) menuju pasar utama (Ternate).

- Penambahan angkutan dari pusat kedatangan wisatawan (Ternate) menuju tujuan-

tujuan wisata utama Malut (misal: Morotai, Guraici, Pulau Widi, Pulau Babua

Jailolo, Pulau Failonga Tidore, dsb).

Jangka penjang:

Jembatan penghubung antara Pulau Ternate – Pulau Maitara – Pulau Tidore – Sofifi

Page 28: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

28

33. Rekomendasi (3)

Prioritas pengembangan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan baru

- Pembenahan fasilitas umum, kondisi kelistrikan, dan transportasi di daerah wisata

- Implementasi klaster wisata salah satunya dengan memperbanyak desa sadar wisata

yang menawarkan paket wisata lengkap mulai dari tempat tinggal, kegiatan wisata,

paket makanan, sampai dengan cinderamata

- Insentif bagi wirausaha di bidang pariwisata misalnya kemudahan perizinan,

pembebasan atau pengurangan pajak yang menjadi kewenangan pemda, serta

- Menawarkan beasiswa pendidikan pariwisata dan kewirausahaan di bidang

pariwisata bagi pelajar Malut yang berprestasi

- Secara jangka panjang, mendidik masyarakat menjadi sadar wisata dan bisa menjadi

agen pariwisata Maluku Utara.

34. Rekomendasi (4):

Membangun Industri Pengolahan Berbasis Komoditas Unggulan

- Bantuan sertifikasi produk (baik dana ataupun pendampingan) bagi industri

pengolahan berbasis komoditas agraria sehingga dapat bersaing di pasar nasional

dan ekspor

- Prioritas pengembangan kelistrikan pada sentra perikanan dan perkebunan

- Dukungan insentif bagi industri smelter (misalnya: menurunkan rate bagi hasil untuk

beberapa tahun pertama)

II.3 Badan Pemeriksa Keuangan

1. Perkembangan Opini pada Pemerintah Daerah di Provinsi Maluku Utara

2. REKAPITULASI PERKEMBANGAN HASIL PEMANTAUAN TINDAK

LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK

Page 29: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

29

3. GRAFIK PERKEMBANGAN HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT

4. Kaitan pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Maluku Utara dengan

pelaksanaan UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional 2005 – 2025 di

Maluku Utara

a. Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas

Kegiatan pemeriksaan yang telah dilakukan BPK Perwakilan Provinsi Maluku

Utara untuk mendukung arah pembangunan tersebut antara lain kegiatan

pemeriksaan kinerja atas pendidikan dasar yang dilakukan pada tahun 2009,

2012, 2013, dan 2014. Kemudian pemeriksaan atas belanja dana BOS yang

dilakukan pada tahun 2008.

Selain itu, BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara juga melaksanakan kegiatan

pemeriksaan kinerja atas rumah sakit umum daerah yang dilakukan pada tahun

2008, 2010, 2011, 2012, dan 2015. Pemeriksaan atas Jamkesmas yang dilakukan

pada tahun 2009 dan 2012.

Page 30: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

30

b. Penguatan Perekonomian Domestik dengan Orientasi dan Berdaya Saing

Global

Kegiatan pemeriksaan yang telah dilakukan BPK Perwakilan Provinsi Maluku

Utara untuk mendukung arah pembangunan tersebut adalah kegiatan

pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang telah

dilakukan setiap tahunnya. Kemudian juga dilakukan pemeriksaan atas

manajemen aset dan pemeriksaan atas pendapatan daerah yang terkait dengan

pengelolaan atas aset dan sumber pendapatan daerah.

c. Pembangunan yang Lebih Merata dan Berkeadilan

Kegiatan pemeriksaan yang telah dilakukan BPK Perwakilan Provinsi Maluku

Utara untuk mendukung arah pembangunan tersebut adalah kegiatan

pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang telah

dilakukan setiap tahunnya. Kemudian juga dilakukan pemeriksaan atas

manajemen aset dan pemeriksaan atas pendapatan daerah yang terkait dengan

pengelolaan atas aset dan sumber pendapatan daerah.

Selain itu, BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara juga melaksanakan kegiatan

pemeriksaan penyediaan air bersih, pemeriksaan LK PDAM, dan pemeriksaan

kinerja PDAM.

d. Mewujudkan Indonesia yang Asri dan Lestari

Kegiatan pemeriksaan yang telah dilakukan BPK Perwakilan Provinsi Maluku

Utara untuk mendukung arah pembangunan tersebut adalah kegiatan

pemeriksaan pemeriksaan pertambangan pada tahun 2009.

Selain itu, BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara juga melaksanakan kegiatan

pemeriksaan kinerja rumah sakit yang salah satu sasarannya adalah pemeriksaan

terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit.

5. Saran-Saran yang disampaikan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kepada

Komisi XI DPR RI

a. Mempertimbangkan untuk menetapkan kebijakan pengenaan sanksi kepada

Pemerintah Daerah yang terlambat menyampaikan Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah kepada BPK untuk diperiksa;

b. Mendorong pemerintah untuk menetapkan Peraturan Pemerintah tentang tata

cara pengenaan ganti rugi pada Pegawai Negeri Non Bendahara yang

bertanggung jawab atas terjadinya kerugian keuangan daerah;

c. Mempertimbangkan batasan waktu pemeriksaan atas laporan keuangan yang

lebih fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan;

d. Mempertimbangkan pembentukan lembaga/badan kelengkapan pada DPRD

untuk memantau tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK di daerah

secara lebih intensif, semacam BAKN di daerah;

e. Mendorong Pemerintah untuk memberdayakan APIP dalam menjalankan

fungsi pengawasan, reviu, sosialisasi dan asistensi penyusunan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah yang mempedomani Standar Akuntansi

Pemerintahan; dan

Page 31: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

31

f. Mendorong Pemerintah untuk menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan

secara tepat waktu khususnya temuan yang berindikasi merugikan keuangan

negara/daerah.

6. Pandangan Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi Maluku Utara yang

disampaikan kepada Komisi XI DPR RI

a. Sesuai dengan perencanaan strategis yang telah disusun, BPK akan selalu

meningkatkan porsi pemeriksaan kinerja setiap tahun.

b. Pemeriksaan kinerja adalah suatu pemeriksaan atas pengelolaan keuangan

negara yang mencakup aspek Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas (3E).

Pemeriksaan kinerja menghasilkan temuan, simpulan, dan rekomendasi.

c. BPK RI Perwakilan Maluku Utara pada tahun anggaran 2015 telah

melaksanakan 7 (tujuh) obyek pemeriksaan kinerja yaitu Pemeriksaan Kinerja

atas Efektivitas Pelayanan RSUD pada Pemerintah Provinsi Maluku Utara,

Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara, Pemerintah Kabupaten Halmahera

Selatan, dan Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat. Pemeriksaan Kinerja atas

Efektivitas Penyediaan Air Bersih di Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai.

Pemeriksaan Kinerja atas Kesiapan penerapan SAP Akrual pada Pemerintah

Provinsi Maluku Utara dan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan.

d. BPK melakukan sinergi dengan aparat penegak hukum dalam percepatan

penyelesaian tindak lanjut yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah

e. Pada TA 2016, BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara juga sedang

melaksanakan pemeriksaan keuangan pada 5 (lima) entitas Provinsi dan

Kabupaten/Kota yang berbasis akrual, dan menunggu penyampaian LK dari 6

pemerintah daerah yang ditargetkan dapat selesai diperiksa pada akhir semester

I Tahun 2016.

II.4 Badan Pengawasan Pembangunan dan Keuangan

1. Rincian Pengawalan Program Pembangunan Nasional

a. Audit Kinerja Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

b. Audit Kinerja Aksesibilitas dan Mutu Pelayanan di Daerah Tertinggal

Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)

c. Audit atas Pengelolaan Tunjangan Profesi Guru PNSD Tahun 2014

d. Audit Kinerja Program Prioritas Pembangunan Pekerjaan Umum Provinsi

Maluku Utara Tahun 2015

e. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Ketahanan Pangan

f. Evaluasi Program Lintas Sektoral Penanggulangan Penyakit Menular

g. Evaluasi Program Lintas Sektoral Obat Publik

h. Evaluasi atas Pembangunan Bidang Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 pada

Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate

2. Rincian Kontribusi Peningkatan Ruang Fiskal

a. Audit Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas III Ternate Tahun 2013 dan 2014

b. Audit atas laporan keuangan dukungan loan

c. Verifikasi Pengelolaan DAK Reimbursement Bidang Infrastruktur TA 2014

d. Evaluasi Pengelolaan Pinjaman Daerah

Page 32: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

32

e. Reviu Dana Alokasi Khusus (DAK) Tambahan Usulan Daerah

f. Monitoring dan Evaluasi atas DAK TA 2014

g. Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD)

h. Reviu atas Laporan Verifikasi Pelaksanaan Hibah Air Minum pada Kabupaten

Halmahera Utara Tahun 2015

3. Rincian Pengamanan Keuangan/Aset Negara dan Daerah

Strategi preventif

a. KORSUPGAH (Kordinasi dan Supervisi Pencegahan ) Korupsi kerja sama

BPKP dan KPK.

b. Sosialisasi Program Anti Korupsi.

c. Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Froud Control Plan.

Strategi represif

a. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara.

b. Audit Investigatif atas Perkara Dugaan Tindak Pidana Korupsi.

4. Rincian Peningkatan Governance System

a. Pelaporan Keuangan dan Kinerja

- Pendampingan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

- Pendampingan reviu LKPD kepada Inspektorat Kabupatendan Kota

b. Assessment kapabilitas APIP

c. Peningkatan akuntabilitas dan kinerja BUMD/BLUD

d. Penilaian tingkat maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada

Pemerintah Kabupaten /Kota

5. Hasil Pengawasan Pengawalan Program Pembangunan Nasional

a. Kinerja program JKN berdasarkan capaian skor Indikator Utama Kinerja (IKU)

Provinsi Maluku Utara secara overall sebesar 79,73 menunjukkan bahwa

kinerja program JKN di Provinsi Maluku Utara Cukup Berhasil.

b. Hasil audit kinerja, bahwa skor Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam rerangka

Integrated Performance Model (IPM), dicapai sebesar 65,66 menunjukkan

bahwa kinerja program aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan di DTPK

pada Provinsi Maluku Utara dinilai Cukup Berhasil.

c. Penerimaan Alokasi anggaran TP Guru PNSD tahun 2014 di rekening BUD

lima Kabupaten/Kota belum sesuai dengan jadwal yang ditetapkan pada

Peraturan Menteri Keuangan (PMK), yaitu pada lima kabupaten. Selain

Penerimaan anggaran TP Guru PNSD dari Rekening Umum Negara, pada

Tahun 2014 BUD juga telah menerima pengembalian TP Guru PNSD sebesar

Rp118.522.270,00. Terdapat sisa dana anggaran TPG PNSD di Kas Daerah

tujuh kabupaten/kota per 31 Desember 2015 sebesar Rp92.132.274.468,00.

d. Hasil audit kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP)

Tahun 2014 dan 2015 pada Provinsi Maluku Utara memperoleh skor 83,66 yang

mencerminkan PPIP tahun 2014 dan 2015 di Provinsi Maluku Utara telah

dilaksanakan dengan predikat Berhasil.

e. Hasil Monitoring dan Evaluasi Program Ketahanan Pangan adalah Realisasi

anggaran TA 2015 yang dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara

Page 33: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

33

sampai dengan 30 November 2015 adalah sebesar Rp48.104.031.000,00 dari

anggarannya sebesar Rp62.653.160.000,00 atau 76,78%. Hal ini disebabkan

adanya revisi ke-5 DIPA 2015 tanggal 13 November 2015 yang tidak diusulkan

oleh Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara sebesar Rp7.287.050.000,00 ,

f. Hasil Evaluasi Penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit Menular di

Pemerintah Kota Tidore Kepulauan antara lain Dokumen strategis

penyelenggaraan penangulangan penyakit menular belum memadai, hanya

bersumber dari Renstra Dinkes Kota Tikep periode 2011-20 15

g. Hasil evaluasi program penyediaan obat publik pada Pemerintah Kabupaten

Halmahera Selatan antara lain Penggunaan obat generik di bawah target,

dimana tahun 2013 sebesar 79% dan tahun 2014 sebesar 86% padahal dalam

RPJMN 2015-2019 mencanangkan penggunaan obat generik sebesar 90%.

h. Hasil evaluasi atas Pembangunan Bidang Kelautan dan Perikanan Tahun 2015

pada Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate disimpulkan bahwa

pembangunan bidang kelautan dan perikanan pada PPN Kota Ternate telah

cukup memadai, namun terdapat kelemahan yaitu adanya 12 kapal > 30 GT

dengan penerbitan 84 SPB tidak memiliki SLO dan 32 kapal > 30 GT yang tidak

memenuhi kewajiban pelaporan logbook/LKU

i. Hasil Audit Kinerja Pemerintah Daerah Bidang Kemaritiman pada Pemprov

Maluku Utara menunjukkan kategori Baik dengan skor kinerja sebesar 76,24

dan Hasil Audit Kinerja Bidang Kemaritiman Pemkab Halmahera Barat

menunjukkan kategori Kurang Baik dengan skor kinerja sebesar 57,43.

j. Hasil Monitoring Terhadap Pengunaan Dana Desa Tahun 2015

6. Hasil Pegawasan Kontribusi Peningkatan Ruang Fiskal

a. Hasil Audit Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas III Ternate Tahun 2013 dan 2014:

- penerbitan Port Health Clearance (PHC) yang belum sesuai dengan

ketentuan

- pengelolaan uang PNBP yang belum tertib, baik di kantor induk maupun

wilayah kerja.

b. Hasil Audit atas laporan keuangan dukungan loan terdapat temuan

pengembalian ke kas negara dengan nilai sebesar Rp80.792.502,50 yang terdiri

dari SOLID sebesar Rp70.987.770,00., PAMSIMAS sebesar Rp4.103.000,00.,

dan CCDP-IFAD sebesar Rp5.701.732,50.

c. Hasil verifikasi DAK Reimbursement TA 2014 terdapat insentif sebesar

Rp2.004.406.236,60 dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, karena

realisasi DAK memenuhi persyaratan untuk memperoleh reimburse dari Bank

Dunia.

d. Hasil Monitoring dan Evaluasi atas DAK TA 2014 terdapat temuan inefisiensi

(Pengembalian ke Kas Daerah) sebagai berikut : Kabupaten Halmahera Tengah

sebesar Rp.855.765.269,69 dan Kota Ternate sebesar Rp.15.087.515,00

e. Hasil pengawasan Optimalisasi PAD pada Pemerintah Provinsi Maluku Utara

dan Kota Ternate, Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Maluku

Utara Tahun 2014 adalah 13,47% dari realisasi total pendapatan daerah

Page 34: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

34

sedangkan kota Ternate sebesar 7,47% dari realisasi total pendapatan daerah

selain itu terdapat kelemahan pengelolaan pajak kendaraan bermotor (PKB) di

Provinsi Maluku Utara

7. Hasil Peningkatan Governance System

a. Pendampingan Penyusunan LKPD dan Reviu LKPD pada inspektorat terhadap

sebelas PEMDA terdapat tiga LKPD yang memperoleh opini WTP yaitu Kota

Ternate, Kota Tidore Kepulauan dan Kab. Halmahera Selatan, tujuh LKPD

memperoleh opini WDP, dan satu LKPD memperoleh opini TW

b. Kapabilitas APIP ada peningkatan kapabilitas APIP Kota Ternate dan Provinsi

Maluku Utara dari level 1 menjadi level 2

c. Terhadap Dana Desa tahun 2015, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara

telah melakukan asistensi implementasi Program Aplikasi SISKEUDES pada

tiga Pemda dari sembilan kab./kota yang mempunyai desa di wilayah Maluku

Utara, yaitu Kab Pulau Morotai, Kab Halmahera Selatan dan Kab Halmahera

Utara

d. Penyerahan program Aplikasi Siskeudes kpd seluruh BPMD Kab/Kota se

Provinsi Malut

8. Permasalahan Dana Desa di Provinsi Maluku Utara

a. Kabupaten Pulau Taliabu belum menyalurkan dana desa ke desa penerima

dikarenakan:

b. Pencairan Dana Desa tahap I, II, dan III dari RKUD ke rekening masing masing

desa mengalami keterlambatan

c. Di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat pengunaan Dana Desa untuk

membiayai penghasilan tetap perangkat desa, hal ini tidak sesuai dengan

ketentuan.

d. Belum ada Perkada Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa di Desa hampir

sebagian besar kab/kota yang mendapat dana desa

e. Perangkat Desa tidak menyusun sendiri RPJMDes dan APBDes melainkan

disusun oleh BPMD di Kota Tidore Kepulauan.

f. Perangkat desa tidak memahami ketentuan perpajakan terhadap pengunaan

dana desa dihampir seluruh kab/kota.

9. Kendala yang dihadapi BPKP Provinsi Maluku Utara

a. Keterbatasan SDM Khususnya Pejabat Fungsional Auditor

b. Keterbatasan Pagu Anggaran yang di alokasikan untuk BPKP Perwakilan

Maluku Utara

c. Keterbatasan Sarana dan Prasarana (Gedung Kantor, Kendaraan, Rumah Dinas

dan Jaringan Internet)

d. Letak Geografis Pemerintah Daerah yang sulit dijangkau untuk melakukan

pengawasan

10. Upaya yang sudah dilakukan

a. Usulan Penambahan Pejabat Fungsional Auditor

Page 35: LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE

35

b. Usulan Penambahan Anggaran setiap tahunnya

c. Sedang dilakukan proses hibah tanah untuk pembangunan gedung kantor di

Sofifi sebagai dasar usulan pembangunan gedung kantor

d. Usulan penambahan kendaraan

11. Temuan dan Tindak Lanjutnya (1 Januari 2013 s/d 13 April 2016)

III. PENUTUP

Demikian Laporan Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI ke Provinsi Maluku Utara. Semoga

Kunjungan kerja ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi bangsa dan negara.

Jakarta, 16 Mei 2016

Ketua Tim Kunker Maluku Utara

ttd

Dr. Achmad Hatari