laporan kunjungan kerja spesifik perusahaan … · industri perkebunan. kunjungan ini diharapkan...
TRANSCRIPT
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK
PERUSAHAAN INDUSTRI DAN PERKEBUNAN
PEKANBARU-PROVINSI RIAU
MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG 2018-2019
Tanggal 26 S.D. 27 Maret 2019
SEKRETARIAT KOMISI VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
2 0 1 9
I. PENDAHULUAN
Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian
tengah pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai
timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Hingga tahun
2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-
pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau
Bintan) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah
selatan Singapura. Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri
pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau adalah Pekanbaru. Kota
besar lainnya antara lain Dumai, Selatpanjang, Bagansiapiapi, Bengkalis,
Bangkinang, Tembilahan, dan Rengat.
Provinsi Riau salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber
dayanya didominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas alam,
karet, kelapa sawit dan perkebunan serat. Tetapi, penebangan hutan yang
merajalela telah mengurangi luas hutan secara signifikan, dari 78% pada
1982 menjadi hanya 33% pada 2005. Rata-rata 160,000 hektare hutan habis
ditebang setiap tahun, meninggalkan 22%, atau 2,45 juta hektare pada tahun
2009. Deforestasi dengan tujuan pembukaan kebun-kebun kelapa sawit dan
produksi kertas telah menyebabkan kabut asap yang sangat mengganggu di
provinsi ini selama bertahun-tahun, dan menjalar ke negara-negara tetangga
seperti Malaysia dan Singapura.
Bahan bakar minyak merupakan komoditas yang penting bagi negara
dan menguasai hajat hidup orang banyak, sehingga jaminan
ketersediaannya harus selalu terjaga. Sebagai komoditas yang vital bagi
masyarakat, keberadaan bahan bakar minyak sangat berpengaruh pada
banyak aspek kehidupan masyarakat serta berpengaruh besar pada
perekonomian dan kesejahateraan masyarakat. Untuk itu, menjadi tugas
negara dalam hal ini lembaga legislatif DPR RI, Pemerintah dan badan
usaha milik negara di bidang minyak dan gas bumi yang berkewajiban untuk
mengamankan dan menjamin ketersediaan dan distribusi bahan bakar
minyak untuk masyarakat. Untuk itu, negara melalui badan usaha milik
negara melakukan usaha pengelolaan minyak bumi untuk diolah menjadi
bahan bakar minyak yang akan didistribusikan sesuai kebutuhan rakyat.
Kegiatan usaha minyak dan gas bumi dari waktu ke waktu semakin
mendapatkan banyak tantangannya dan berbagai macam permasalahan.
Tantangan terbesar adalah semakin tingginya kebutuhan minyak dan gas
bumi untuk kegiatan ekonomi dan kebutuhan di berbagai bidang kehidupan,
namun sebaliknya cadangan dan ketersediaannya semakin berkurang.
Sektor Migas juga mempunyai kontribusi penting terhadap keberlanjutan
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Dapat dipastikan bahwa sebagian besar aktifitas usaha yang dilakukan
oleh masyarakat akan membutuhkan energi, yang sampai saat ini bersumber
dari minyak dan gas bumi. Sampai saat ini, Migas merupakan salah satu
faktor penting pemicu pertumbuhan perekonomian. Artinya, begitu penting
sektor ini untuk menjamin keberlangsungan pembangunan di Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, penyediaan dan distribusi BBM harus dipastikan
agar tidak terdapat hambatan dan masalah, baik berupa masalah teknis
maupun non teknis diseluruh wilayah negara Republik Indonesia, termasuk
di Kepulauan Riau.
Berdasarkan Kunjungan Kerja Spesifik dan Kunjungan Kerja Reses
pada Masa Persidangan III Tahun Sidang 2018-2019, Komisi VII DPR RI
menemukan adanya permasalahan di lapangan adanya potensi terjadinya
penyelewengan LPG 3 Kg di SPBE yang disambungkan dengan LPG Non
PSO dan adanya harga LPG 3 Kg yang lebih tinggi di pengecer dengan
harga Eceran Tertinggi (HET) yakni sebesar 25 ribu rupiah per tabung. Tim
kunjungan kerja ke Provinsi Riau juga menemukan adanya penyaluran
BBM bersubsidi di daerah pelabuhan yang diindikasikan menyalahi
prosedur yang berlaku. Hal ini perlu ditindaklajuti oleh pihak-pihak terkait
termasuk pihak kejaksaan dan diskrimsus yang mendampingi pada saat
kunjungan sidak ke Pekanbaru Riau.
Hutan sebagai karunia dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
diamanatkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai
oleh negara dan memberikan manfaat bagi umat manusia yang wajib
disyukuri, dikelola, dan dimanfaatkan secara optimal serta dijaga
kelestariannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana
dinyatakan dalam UUD Republik Indonesia Tahun 1945.
Perusakan hutan, terutama berupa pembalakan liar, penambangan
tanpa izin, dan perkebunan tanpa izin telah menimbulkan kerugian negara,
kerusakan kehidupan sosial budaya dan lingkungan hidup, serta
meningkatkan pemanasan global yang telah menjadi isu nasional, regional,
dan internasional Perusakan hutan sudah menjadi kejahatan yang
berdampak luar biasa, terorganisasi, dan lintas negara yang dilakukan
dengan modus operandi yang canggih, telah mengancam kelangsungan
kehidupan masyarakat sehingga dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan perusakan hutan yang efektif dan pemberian efek jera
diperlukan landasan hukum yang kuat dan yang mampu menjamin efektivitas
penegakan hukum.
Peraturan perundang-undangan telah ada dianggap tidak memadai dan
belum mampu menangani pemberantasan secara efektif terhadap perusakan
hutan yang terorganisasi; berdasarkan pertimbangan tersebut disusun dan
diundangkanlah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (P3H).
Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia sudah seharusnya
dilaksanakan secara terpadu dari tingkat atas sampai kepada tingkat
bawahnya, dalam arti bahwa harus terlaksananya koordinasi yang baik
antara pusat dan daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup. Untuk
mewujudkan keterpaduan maka dibentuklah struktur dan fungsi penataan
lingkungan yang terdiri dari Menteri Negara Lingkungan Hidup, Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah dan Biro Bina Lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, yang
dapat diupayakan adalah mengurangi pencemaran dan mengendalikan
pencemaran melalui pengawasan yang ketat terhadap setiap pelanggaran-
pelanggaran dalam pengelolaan limbah B3.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup yang
baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap
warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh
pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber
dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta mahluk hidup lain.
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan memiliki
berbagai pendekatan instrumen hukum mulai dari pengawasan perijinan,
pencegahan dan pengamanan hutan, sanksi administrasi, gugatan
kerusakan lingkungan hidup dan tuntutan pidana lingkungan hidup dan
kehutanan yang dapat memberikan dampak efek jera signifikan dalam
menurunkan kerusakan lingkungan hidup dan kehutanan.
Dilihat dari sisi pentingnya pengawasan terhadap pencemaran
lingkungan diatas, Komisi VII DPR RI memandang perlu kembali untuk
melakukan Kunjungan Kerja Spesifik ke Pekanbaru-Provinsi Riau guna
meninjau ke Kawasan Industri dan Pemantauan terkait Regulasi LPG
3Kg dan Penyaluran BBM di Pekanbaru dan ke beberapa perusahaan
Industri Perkebunan. Kunjungan ini diharapkan dapat memberikan
informasi penting terkait masalah Pengelolaan Limbah B3 dan Pencemaran
Lingkungan Hidup dalam rangka untuk memastikan bahwa pelaku usaha
telah melaksanakan semua ketentuan yang telah diatur di dalam UU No. 32
Tahun 2009 tentang PPLH. Untuk kemudian ditindaklanjuti oleh Komisi VII
DPR RI dalam Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat bersama mitra-
mitra terkait sesuai dengan fungsinya.
II. DASAR HUKUM KUNJUNGAN
Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI dilaksanakan berdasarkan
Hasil Keputusan Rapat Intern Komisi VII DPR RI tanggal 4 Maret 2019 Masa
Persidangan IV Tahun Sidang 2018-2019 serta merujuk pada Peraturan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/DPR RI/I/2014
tentang Tata Tertib DPR RI.
III. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN
Maksud dan Tujuan diadakannya Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII
DPR RI ke PekanBaru-Provinsi Riau adalah dalam rangka melihat secara
langsung Pemantauan terkait Regulasi LPG 3Kg dan Penyaluran BBM di
Pekanbaru serta proses pengelolaan limbah B3 dari Perusahaan-
perusahaan Industri Perkebunan di Pekanbaru-Provinsi Riau dan
permasalahan yang dihadapi.
IV. WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN
Waktu pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke
Pekanbaru-Provinsi Riau adalah tanggal 26-28 Maret 2019. Adapun agenda
tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI selama berada di
Pekanbaru-Provinsi Riau adalah sebagai berikut:
1. On The Spot di Pengolahan Limbah Industri dan Pemantauan terkait
Regulasi LPG 3Kg dan Penyaluran BBM di Pekanbaru didampingi :
1. Dirjen Penegakan Hukum KLHK,
2. Dirjen PSLB3 KLHK,
3. Dirjen PPKL LHK
4. Dirjen PTKL LHK
5. Dirjen Migas KESDM
6. Direksi PT Pertamina (Persero)
7. BPH Migas
8. Dinas ESDM Prov Riau
9. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Prov Riau
2. Melanjutkan on the spot ke Pabrik Karet PT Hervenia Kampar Lestari di
Desa Sungai Pinang Kampar dan dilanjutkan Peninjauan ke PT Surya
Intisari Raya (SIR) di Perawang.
3. Peninjauan Lapangan ke PT Mitra Unggul Pusaka Simpang Langgan
Pelalawan didampingi:
a. Dirjen Gakkum LHK
b. Dirjen PSLB3 LHK
c. Dirjen PPKL LHK
d. Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan LHK
e. Bupati Palalawan
f. Kepala Dinas LHK Prov.Riau
4. Dilanjutkan Peninjauan dan Pertemuan ke PT Adei di Pangkalan Kerinci
Palalawan didampingi:
a. Dirjen Gakkum LHK
b. Dirjen PSLB3 LHK
c. Dirjen PPKL LHK
d. Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan LHK
e. Bupati Palalawan
f. Kepala Dinas LHK Prov.Riau
5. Pertemuan di kantor PT Chevron, didampingi:
a. Dirjen Gakkum LHK
b. Dirjen PSLB3 LHK
c. Dirjen PPKL LHK
d. Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan LHK
e. Bupati Siak
f. Direksi PT Chevron
g. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Prov. Riau
V. SASARAN DAN HASIL KEGIATAN
Sasaran dari kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke
Pekanbaru-Provinsi Riau adalah:
1. Pemantauan terkait Regulasi LPG 3Kg dan Penyaluran BBM
2. Meminta Kementerian LHK untuk melakukan pemeriksaan dan
mengambil tindakan yang tegas terhadap perusahaan industri dan
perusahaan perkebunan yang telah mengembangkan usahanya pada
kawasan hutan.
3. Upaya yang dilakukan perusahaan dalam mengelola B3,
pengendalian kualitas air, pengendalian pencemaran udara, dan
pengelolaan limbah Cair,
4. Pemanfaatan limbah B3 dan penanganannya,
5. Peringkat Proper Perusahaan dalam 5 tahun terakhir,
6. Rekomendasi Amdal dan tindaklanjutnya hingga saat ini,
7. Implementasi pelaksanaan program CSR dalam 5 tahun terakhir,
8. Beberapa informasi penting yang akan berkembang di dalam
pertemuan dan Memperoleh informasi kendala dan dukungan yang
diperlukan.
Hasil kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI diharapkan
bisa menjadi referensi untuk ditindaklanjuti dalam Rapat Kerja dan Rapat
Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan mitra terkait.
VI. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI
Adapun anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI yang
melakukan Kunjungan ke Pekanbaru-Provinsi Riau, diantaranya dalam
lampiran jadwal.
VII. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Metode pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR
RI adalah sebagai berikut :
a. Persiapan
- Menghimpun data dan informasi awal.
- Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang akan
menjadi lokasi kunjungan kerja.
- Mempersiapkan administrasi keberangkatan
b. Pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik
Pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI
dilakukan dengan cara kunjungan lapangan dan diskusi didalam
ruangan.
c. Pelaporan
Pelaporan merupakan resume kegiatan yang dituangkan secara
deskriptif.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
II.1. On The Spot di Pengolahan Limbah Industri dan Pemantauan
terkait Regulasi LPG 3Kg dan Penyaluran BBM di Pekanbaru
didampingi :
1. Dirjen Penegakan Hukum KLHK,
2. Dirjen PSLB3 KLHK,
3. Dirjen PPKL LHK
4. Dirjen PTKL LHK
5. Dirjen Migas KESDM
6. Direksi PT Pertamina (Persero)
7. BPH Migas
8. Dinas ESDM Prov Riau
9. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Prov Riau
Tim kunjungan Panja Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI yang
dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Muhammad Nasir
melaksanakan Inspeksi mendadak ke SPBE dan Pangkalan LPG 3 Kg di
Pekanbaru.
Gambar 1. Tim Komisi VII DPR RI melakukan peninjauan ke beberapa
Pangkalan LPG 3 Kg di Kabupaten Kampar
- Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI menemukan masalah
kelangkaan Elpiji 3 kg dan harga yang tidak merata serta menemukan
berbagai masalah terkait distribusi gas Elpiji 3 Kilogram (kg) di masyarakat
daerah Sungai Pinang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
- Menurut Laporan dari beberapa Kepala desa ditemukan beberapa harga
LPG 3 Kg di tingkat pengecer dengan harganya Rp 25.000-45.000 per
tabung .
- Di Desa Sungai Pinang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar
ditemukan kumpulan beberapa Pangkalan serentak mengalami
kelangkaan dan kehabisan LPG 3 Kg, dari beberapa Pangkalan tersebut
ternyata dimiliki oleh satu orang.
- Dalam inspeksi ke SPBE masih ditemukan adanya indikasi terjadinya jual
beli BBM yang tidak sesuai dengan standar prosedur.
- Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ingin memastikan audit
Pertamina menjalankan regulasi distribusi. Manajemen Pertamina harus
diaudit dengan benar dan siapa yang melakukan kesalahan ini harus
diberikan sanksi, apakah itu sanksi hukum atau administrasi yang akan di
bahas pada RDP di Senayan dengan Dirut PT Pertamina dan Jajarannya.
- Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI mengusulkan agar
diperbanyak agen penyalur dan pangkalan dengan
melibatkan stakeholder dan kepala desa, karena mereka yang tahu
masyarakatnya yang tidak mampu, dan berapa kebutuhan Elpiji di setiap
desa tersebut. Supaya BUMDes dilibatkan sebagai penyalur untuk
menjalankan regulasi Elpiji 3 kg.
II.2. Melanjutkan on the spot ke Pabrik Karet PT Hervenia Kampar
Lestari di Desa Sungai Pinang Kampar dan dilanjutkan Peninjauan
ke PT Surya Intisari Raya (SIR) di Perawang.
Profil Perusahaan PT Hervenia Kampar Lestari
- Alamat : Desa Sungai Pinang, Kec. Tambang, Kab. Kampar. Riau
- Telp. (0761) 33218, 26430, 082883005165 , Fax. (0761) 23083
- Email : [email protected]
- Bidang Usaha Utama : Crumb Rubber
- Direktur : HUSIN GOMULIA
- Jenis Produk : Standard Indonesian Rubber SIR-20
- Tanda Pengenal Produsen : SGE
- Kapasitas Terpasang : 60.000 ton/tahun ( IUI )
- Tujuan Ekspor : Amerika, Eropa, China, Jepang, India,
Korea, dll
Sertifikat Sistim Mutu
Alur Produksi Pabrik
Pengadaan Bahan Baku Karet (Bokar)
Proses Pengolahan Menggunakan Limbah Lumur Aktif
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
1. Pengelolaan Kualitas Air
2. Pengelolaan Kualitas Udara
3. Pengelolaan Limbah B3
4. Pengelolaan Limbah Padat
5. Pengelolaan Persepsi Masyarakat
- Pemantauan Kualitas Air Limbah Bulan Juli – Desember 2018
Grafik Hasil Pemantauan Kualitas Air Limbah bln Jul – Des 2018
- Pemantauan Kualitas Udara
- Hasil Pengukuran Kualitas Udara Emisi Thermal Oil Heater (C-1) di
Titik sampling TOH pada koordinat : N 00o23’32.3” E. 101o14’30.4”
- Pengelolaan Limbah B3
- Tatal Screen Tempat Penampungan dan Pengeringan Limbah Tatal
- Sludge Drying Bed Sebagai Tempat Penampungan dan Pengeringan
Lumpur
- Penyerahan bantuan dilakukan langsung oleh perwakilan dari PT.
Hervenia Kampar Lestari sebagaimana terlihat pada gambar berikut :
- Pengelolaan Persepsi Masyarakat
Gambar 2. Beberapa pengecekan di Pabrik PT Hervina Kampar
Dilanjutkan Peninjauan PT Surya Intisari Raya (SIR) di Perawang
- Bidang Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit terpadu dengan industri
minyak kasar (minyak makan) dari nabati
- Alamat : Surya Dumai Building. 5th Floor
Jl. Jenderal Sudirman No. 395. Pekanbaru
- Phone: +62-761-32888 (hunting), Fax: +62-761-327000
- Luas Areal HGU : ± 5,038,60 Ha (Desa Tebing Tinggi Okura)
± 2.676,123 Ha (Desa Muara Kelantan)
- NPWP : 01.445.027.4-218.001
- NIB : 08120316063413
- Berdasarkan Akte Perubahan oleh Notaris Dian Oktanira, SH, Mkn
tanggal 22 Agustus 2016 Akte No. 26 berkedudukan di Tangerang
Selatan.
- Susunan Dewan Direksi sebagai berikut :
Direktur Utama : Harianto Tanamoeljono
Direktur : Bahadurin
Direktur : Isen Henry Tjong
Komisaris : Sapta Rayendra
- Dokumen Perizinan
- Berita Acara Pemeriksaan oleh tanggal 28-02-2019 oleh pihak Gakkum
- Pengelolaan Limbah Yang Dihasilkan dari Kegiatan Operasional Pabrik
- Pengelolaan Limbah B3 Yang Dihasilkan (Kerjasama Dengan Pihak
Ke-3)
- Pengelolaan Limbah Cair (Non B3) Yang Dihasilkan Dari Kegiatan
Pengolahan Pabrik
Gambar 3. Pemeriksaan di Pabrik PT Surya Intisari Raya (SIR)
II.3. Peninjauan Lapangan ke PT Mitra Unggul Pusaka Simpang
Langgam (Grup Asian Agri)
- Pabrik Kelapa Sawit dan Perkebunan Kelapa Sawit PT Mitra Unggul
Pusaka Alamat Lokasi Desa Langkan/Penarikan/Tambak/Sotol,
Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau.
- Koordinat Lokasi 0 0 08’29”LS 1010 38’48”BT Estimasi Tonase CPO
(tahun 2014) 69.713
- Ton Estimasi Tonase Inti Sawit/Kernel (tahun 2014) 16.860 Ton
Estimasi Tonase TBS Perkebunan Sendiri 195.581 Ton
Gambar 4. Tim kunjungan Panja Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI
melakukan Peninjauan di PT Mitra Unggul Perkasa.
II.4. Dilanjutkan Peninjauan Lapangan ke PT Adei Plantation
- Peringkat Proper 2018 : Biru
- AMDAL dari Bupati Pelalawan No.KPTS.660/Bapedalda/2006/1328,
tanggal 17 Oktober 2006.
- Luas areal perusahaan 12.860 Ha dengan kapasitas produksi Pabrik
120 ton TBS/jam, riil 60 Ton TBS/jam.
- Izin TPS Limbah dari Kepala Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pelalawan
No.Kpts.503/BPMP2T-PLY/41/2016, tanggal 20 Desember 2016
berlaku selama 5 tahun.
- Persetujuan penyimpanan untuk 365 hari Jenis Limbah yang
dihasilkan diantaranya : Oli bekas, Filter Bekas, aki bekas, limbah
resin, lampu TL bekas, kain majun bekas dan kemasan bekas B3.
- Lokasi Usaha :
• Kabupaten : Pelalawan
• Kecamatan : Pangkalan Kuras, Pelalawan dan Bunut
• Desa (6) : Kemang, Palas, Batang Nilo Kecil, Telayap, Sering
dan Sungai Buluh
• Luas HGU : 12,860 hektar.
• Produksi TBS : Secara komersil dimulai tahun 2003
- Dokumen Perizinan Pengelolaan Limbah yang dimiliki
- Kegiatan Corporate Social Responbility / CSR
1. Dibidang Pendidikan diantaranya :
• Peningkatan Kompetensi Pengajar
Mengikuti Pelatihan IHF (Indonesia Heritage Foundation), yaitu Pendidikan
Holistik yang berbasis Karakter yang memberikan persiapan sikap mental
yang positif kepada anak sedini mungkin dengan berperilaku :
Jujur
Berpendirian
Bertanggung jawab
Dan sebagainya
• Kesejahteraan Tenaga Pengajar
Perusahaan membantu untuk menggaji guru di Sekolah Yayasan Tunas
Harapan Kebun Nilo. Total seluruh guru di YTHKN yaitu 85 orang guru.
Sehingga Perusahaan menganggarkan bantuan hingga 255 Juta/bulan atau
3 Miliyar setiap tahunnya.
• Transportasi Anak Sekolah
• Jumlah bus yang digunakan sejumlah 13 Unit (3 Bus besar dan 10
Bus Kecil)
• Biaya operasional transportasi Rp 749.500.000
2. Fasilitas Kesehatan Karyawan
Membangun Klinik Nurul Medika, Klinik ini merupakan Faskes Tahap 1 yang
bekerjasama dengan BPJS, Rumah Sakit dan Perusahaan yang dapat
digunakan oleh Karyawan
3. Fasilitas dan Kegiatan Olah raga
4. Fasilitas Perumahan Karyawan (berkelas Type 54)
5. Fasilitas Ibadah / Keagamaan
6. Kebun Kemitraan Pola KKPA
Gambar 5. Pertemuan dan Peninjauan Land Aplication (LA) di PT Adei
Plantation
Data dari Direktorat Planologi dan Tata Lingkungan KLHK
II.4. Pertemuan di Kantor Chevron Rumbai Pekanbaru
- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan
sepuluh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sektor minyak dan gas
bumi (migas) penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
terbanyak sepanjang 2018. Dari 10 tersebut PT Chevron Pacific
Indonesia menunjukkan jumlah limbah B3 pada kategori Tanah
Terkontaminasi Minyak Bumi (TTM) mencapai 27.275,6 ton hingga
tahun 2018. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk mengelola limbah
tersebut ditaksir mencapai 3,2 juta dolar AS,
- PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) menyatakan komit untuk
melakukan pemulihan tanah sisa produksi berupa tanah terkontaminasi
minyak, yang tergolong limbah B3 sebelum masa kontrak beroperasi
berakhir di Blok Rokan, Provinsi Riau pada 2021.
- Tanah terkontaminasi minyak bumi merupakan lahan yang terkena
tumpahan, ceceran atau kebocoran penimbunan limbah minyak bumi
yang tidak sesuai dengan persyaratan dari kegiatan operasinal
sebelumnya, berdasarkan Kepmen LH N0.128/2003.
- Pada tahun 2015 sampai 2018 menurut road map terdapat 125 lokasi
yang terkontaminasi, 89 lokasi telah diselesaikan. Sedangkan lokasi di
luar roadmap yang membutuhkan Rencana Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup (RPLFH) sebanyak 304 lokasi.
- Sepanjang tahun 2018 terdapat limbah sisa produksi migas yang
tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3) sebanyak 33.128,7 ton.
- Panja Limbah dan Lingkungan mendesak Kementerian LHK khususnya
Direktorat Gakkum untuk melakukan pemeriksaan kepada PT Chevron
secara menyeluruh terkait kegiatan pemulihan tanah sisa produksi
berupa tanah terkontaminasi minyak, yang tergolong limbah B3 dan
melaporkan hasilnya ke Komisi VII DPR RI untuk ditindak lanjuti dalam
Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat bersama mitra-mitra terkait
sesuai dengan fungsinya.
Gambar 7. Pertemuan dengan Direksi PT Chevron di Rumbai Pekanbaru
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dari pelaksanaan kegiatan kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR RI
ke Provinsi Pekanbaru dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI menemukan masalah
kelangkaan Elpiji 3 kg dan harga yang tidak merata serta menemukan
berbagai masalah terkait distribusi gas Elpiji 3 Kilogram (kg) di
masyarakat Hal ini perlu ditindaklajuti oleh pihak-pihak terkait. Menurut
Laporan dari beberapa Kepala desa ditemukan harga LPG 3 Kg di
tingkat pengecer dengan harganya Rp 25.000-45.000 per tabung.
Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI mengusulkan agar
diperbanyak agen penyalur dan pangkalan dengan
melibatkan stakeholder dan Kepala desa, karena Kepala Desa yang
tahu masyarakatnya yang tidak mampu, dan berapa kebutuhan Elpiji di
setiap desa tersebut.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup
yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi
setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah,
dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat
tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta
mahluk hidup lain.
Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
kehutanan disebutkan bahwa Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu
yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap. Pengukuhan kawasan hutan di
Provinsi Riau tercantum dalam beberapa Kebijakan Kementerian
(Kehutanan ataupun Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI) Tentang
Kawasan Hutan Provinsi Riau.
Dalam Pasal 92 ayat (1) UU No 13 tahun 2013, Orang perseorangan
yang dengan sengaja:
a. melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam
kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2)
huruf b; dan/atau
b. membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau
patut diduga akan digunakan untuk melakukan kegiatan
perkebunan dan/atau mengangkut hasil kebun di dalam kawasan
hutan tanpa izin Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2) huruf a dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun serta pidana denda
paling sedikit Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Panja LImbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI Meminta
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan
penyelidikan, penyidikan dan penindakan terhadap Perusahaan sawit
yang telah mengembangkan kebun sawit pada kawasan hutan dan
melaporkan hasilnya ke Komisi VII DPR RI.
Panja LImbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI dalam peninjauan
langsung di lapangan, masih ditemukan hal-hal pengelolaan limbah
yang tidak sesuai dengan prosedur yang tertuang regulasi UU No.32
Tahun 2009 tentang PPLH, tetapi perusahaan tersebut telah mendapat
penilaian kinerja diatas ketaatan yakni proper Hijau.
Dampak yang ditimbulkan dari penimbunan atau akumulasi limbah
padat yang mengandung logam berat (Limbah B3). Penimbunan
tersebut akan terjadi jika penanganan land fill LA (Land Aplication) tidak
sesuai dengan persyaratan teknis. Tolak ukur pengelolaan adalah
adanya keluhan masyarakat (bau dan kualitas air tanah) di sekitar
lokasi land fill dan LA (Land Aplication).
Berdasarkan informasi dari Perwakilan Kepala Desa yang hadir pada
pertemuan dengan Perusahaan-perusahaan Perkebunan bahwasanya
ada indikasi dari pihak perusahaan telah lalai janji pada masyarakat
sekitar, seperti janji akan membangunkan jembatan, jalan dan jaringan
air bersih ke salah satu desa serta masih banyak lagi janji-janji yang
belum terealisasi kepada masyarakat setempat. Oleh karena itu Panja
Limbah dan Lingkungan Komisi VII DPR RI meminta kepada seluruh
Perusahaan Industri dan Perkebunan di Provinsi Riau untuk
meningkatkan kegiatan CSR bagi masyarakat sekitar pabrik.
Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI meminta Kementerian
LHK RI untuk mengecek data perizinan semua perusahaan industri dan
perkebunan di Pekanbaru apakah sudah sesuai dengan izin yang
diberikan, serta mengambil beberapa sample hasil pengendalian Air,
Udara, dan Limbah Padat apakah sudah sesuai dengan kualitas
lingkungan dan baku mutu lingkungan hidup serta tidak melanggar UU
N0.32 Tahun 2009 dan melaporkan hasilnya kepada Panja Limbah dan
Lingkungan Komisi VII DPR RI untuk ditindaklanjuti.
Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI akan memanggil
perusahaan Industri dan Perkebunan di Pekanbaru dalam RDP Panja
Limbah dan Lingkungan dengan Kementerian LHK RI terkait Perijinan,
Kajian Kegiatan Land Fill, kajian kegiatan Land Aplication (LA),
Penilaian Proper dan Evaluasi Amdal Perusahaan Pengelola Limbah
B3 dan Penghasil Limbah B..
BAB IV
PENUTUP
Demikian Laporan dalam rangka Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR
RI ke Provinsi Riau, sebagai acuan pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik
dengan harapan dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat.
Jakarta, Maret 2019
Tim Kunjungan Kerja Spesifik
Ketua Tim Komisi VII DPR RI,
H MUHAMMAD NASIR