laporan modul 1 sistem bmd kelompok 6 fk umj 2013

Upload: cinthia-yuniar

Post on 16-Oct-2015

479 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

Sel merupakan partisipan aktif di lingkungannya, yang secara tetap menyesuaikan struktur dan fungsinya untuk mengakomodasi tuntutan perubahan dan stress ekstrasel. Sel cenderung mempertahankan lingkungan segera dan intraselnya dalam rentang parameter fisiologis yang relative sempit-sel mempertahankan homeostasis normalnya. Ketika mengalami stress fisiologis atau rangsang patologis, sel bias beradaptasi, mencapai kondisi baru, dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Respon adaptasi utama adalah atrofi, hipertrofi, hyperplasia, dan metaplasia. Jika kemampuan adaptif berlebihan, sel mengalami jejas. Dalam batas waktu tertentu, cedera bersifat reversible dan sel kembali ke kondisi stabil semula; namun dengan stress berat atau menetap, terjadi cedera irreversible dan sel kembali ke kondisi stabil semua, namun dengan stress berat atau menetap, terjadi cedera irreversible dan sel yang terkena mati. Dua pola dasar kematian sel telah dikenal; pola tersebut mempunyai mekanisme yang berbeda tetapi terdapat juga pertimbangan yang tumpang tindih diantara dua proses yaitu nekrosis dan apoptasis. Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah memahami fisiologi sel dan proses biokimia didalam sel, prinsip dasar jejas terhadap sel atau jaringan, prinsip dasar adaptasi sel sebagai respon terhadap jejas,berbagai jenis dan peran masing-masing mediator radang, konsep patomekanisme radang akut dan radang kronik.

BAB 2PEMBAHASANSub Modul 1SkenarioSerangan Jantung disebabkan oleh sumbatan pada pembulu darah otot jantung. Sumbatan tersebut terjadi akibat penimbunan kolestrol dalam lisosom.Salah satu jenis anemia terjadi karena defek sitoskeleton.Menurut Dahlmann ( 2007), proteasome terlibat dalam mekanisme terjadinya penyakit jantung dan saraf.Ada beberapa penyakit neuromuskuleryang diakibatkan oleh kerusakan pada mitochondria, dimana terjadi gangguan pada pembentukan ATP.Pada kasus stroke, kangkala terjadi kelumpuhan pada beberapa organ. Hal ini disebabkan oleh komunikasi sel yang terganggu akibat kerusakan yang terjadi pada otak.Collins, Jacks & Pavletichs, menyatakan bahwa kanker disebabkan adanya gangguan dalam regulasi selama berlangsungnya siklus.Kata kunci Serangan Jantung Sumbatan pada pembuluh darah otot jantung Penumbunan Kolestrol dalam lisosom Defek pada sitoskeleton Penyakit neuromuskuler Komunikasi sel terganggu Gangguan didalam regulasi selama siklus sel Kerusakan pada otak Kerusakan mitokondria Gangguan pembentukan ATP Keterlibatan Proteasom mekanisme terjadinya penyakit jantung dan saraf

Definisi Sel dan Siklus sel a. Definisi Sel Satuan kehidupan terkecil yang mampu berfungsi mandiri, terdiri atas sitoplasma yang mengandung berbagai kompartemen subselular dan terpisah dari lingkungan luar oleh membran plasma (Dorland, 2011 : 195) Unit dasar kehidupan pada tubuh manusia (Guyton dan Hall, 2007 : 3) Satuan terkecil yang mampu melaksanakan proses-proses yang berkaitan dengan kehidupan (L. Sherwood,2011 : 2)b. Siklus selSiklus kehidupan sel adalah periode dari reproduksi sel sampai sampai reproduksi sel berikutnya (Guyton dan Hall, 2007 : 38).Siklus sel adalah pergantian siklik antara mitosis dan interfase, terjadi di semua jaringan yang mengalami pergantian sel. Fase dalam siklus sel yaitu : Interfase Ada beberapa fase dalam periode interfase ini yaitu : Fase G1 (jeda waktu antara mitosis dan replikasi DNA) : terjadi sintesis aktif RNA dan protein, termasuk protein yang mengandungsiklus sel dan volume sel yang ukurannya telah berkurang separuh akibat mitosis kembali ke ukuran semula. Fase S: ditandai dg sintesis DNA dan histon da awal duplikasi sentrosom Fase G: protein yg diperlukan utk mitosis menumpuk(Jun Queira, 2011 : 52-53)

MitosisMitosis adalah Kromosom memadat, sentrosom bergerak kekutub berlawanan, umparan mitorik (mikrotubulus terbentuk diantara sentrosom). (Jun Queira, 2011 : 52-53)Mitosis adalah proses pemisahan sel yg sesungguhnya menjadi 2 sel baru. (guyton dan hall, 2011 : 39) Propase: sewaktu glondongan sedang dibentuk, kromosom dalam nucleus (yg dalam fase interfase terdiri atas untaian kumparan longgar) dipadatkan menjadi bentuk kromosom yg lebih mantap. Prometafase : selama fase ini duri-duri mikrotubulus yang sedang tumbuh dari aster memecahkan pembungkus nucleus. Pada waktu yang sama, beberapa mikrotubulus dari aster merekat pada kromatid di sentromer, tempat kromatid yang berpasangan masih berikatan satu sama lain, tubulus kemudian menarik satu kromatid dari setiap pasang menuju satu kutub sel dan pasangannya menuju satu kutub yang berlawanan. Metaphase : selama metaphase kedua aster dari apparatus mitosis akan di dorong lebih jauh lagi. Keadaan ini di yakini terjadi karena duri-duri mikrotubulus dari keua aster, tempat duri-duri tersebut saling berinterdigitasi satu sama lain untuk membentuk gelondong mitosis, sebenarnya di dorong menjauhi satu sama lain. Ada alasan untuk mempercayai bahwa sejumlah kecil molekul protein kontraktil yang disebut molekul penggerak yang mungkin terdiri atas protein otot aktin meluas diantara duri-duri yang berurutan dan dengan menggunakan kerja bertahap seperti di otot, secara aktif akan menggeser duri masing-masing kea rah yang berlawanan. Secara bersamaan kromatid ditarik dengan kuatoleh mikrotubulus ke bagian pusat sel, dan lempeng ekuatorial tersusun membentuk dari gelendong mitosis. Anafase : pada fase ini, kedua kromatid dari setiap kromosom ditarik terpisah pada sentromer. Semua 46 pasang kromatid dipisahkan, membentuk dua set 46 kromosom anak yang terpisah. Satu dari set ini ditarik menuju satu aster mitotic dan set lain menuju aster yang lain sewaktu kedua kutub sel yang membelah didorong menjauh. Telofase : pada telofase, kedua set kromosom anak secara menyeluruh ditarik menjauh. Kemudian apparatus menghilang dan sebuah membrane nucleus yang baru terbentuk disekitar setiap sel kromosom. Membrane ini dibentuk dari bagian Retikulum Endoplasma yang sudah terdapat dalam sitoplasma. Segera setelah itu, sel akan terjepit, pada bagian pertengahan diantara kedua nucleus. Proses ini disebabkan oleh terbentuknya cincin kontraktil mikrofilamen yang terdiri atas aktin dan mungkin myosin ( dua protein kontraktil otot) pada persambungan sel yang baru terbentuk, yang menjepit nucleus dan memisahkan satu sama lain.

Sebutkan Dan Jelaskan macam-macam sel dalam tubuhSel Otot : Sel otot lurik/rangka; silindris atau serabut panjang, di bawah kehendak

Sel otot polos; seperti gelondong (tengah besar, ujung runcing), di luar kehendak

Sel otot jantung; silindris atau serabut pendek, di luar kehendak

Sel saraf (Neuron): terdiri dari soma (badan sel), akson, dan dendrit. Ada tiga kelas fungsional sel saraf, yaitu : Neuron aferen (a atau ad menuju dan feren membawa; aferen membawa ke) Neuron eferen (e atau eks dari dan feren membawa; eferen membawa dari) Neuron Antarneuron (perantara neuron aferen dan eferen)Sel darah : Eritrosit (sel darah merah); Berbentuk piringan yang mencekung di bagian tengan di kedua sisi (-) Nukleus dan organel Usia 120 hari Terdapat hemoglobin Berfungsi mengangkut O2 dan CO2 Leukosit (sel darah putih); Neutrofil; spesialis fagositik (pemakan) yang menelan bakteri dan debris Eosinofil; menyerang cacing parasitik (penting dalam reaksi alergik) Basofil; mirip sel mast, mensintesis dan menyimpan histamin dan heparin Monosit; fagosit profesional (makrofag), usia bulanan sampai tahunan Limfosit; sebagai pertahanan imun, usia 100-300 hari

Trombosit (keping darah); (-) Nukleus dan (+) organel, enzim sitosol Berfungsi rata-rata 10 hari Berfungsi sebagai hemostasis (hemo darah dan stasis berdiri) Sel epitel Sel KelenjarHistologiJaringan adalah gabungan sel-sel yang struktur dan fungsinya serupa. Ada 5 tipe primer jaringan, yaitu : Jaringan Otot Jaringan Saraf Jaringan Ikat Jaringan Epitel KelenjarBagaimana cara komunikasi dan transduksi sinyal antar sel?Sel berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan sinyal kimiawi.Tiga Tahap Pensinyalan Sel :1. Penerimaan Penerimaan (receptions) sinyal merupakan pendeteksian sinyal yang datang dari luar sel oleh sel target.1. TransduksiMengubah sinyal menjadi suatu bentuk yang dapat menimbulkan respons seluler spesifik.

1. ResponsPemicuan respons spesifik berupa hampir seluruh aktifitas seluler seperti katalisis oleh suatu enzim (seperti glikogen fosforilase).

Campbell, Edisi Kelima-Jilid 1, halaman : 202 dan 205KOMUNIKASI ANTAR SEL Sel berkomunikasi dengan tiga cara yaitu :

Melalui taut celah, pertukaran ion dan molekul kecil secara langsung melalui saluran-saluran kecil sebagai jembatan tanpa mesuk ke aliran ekstrasel. Berinteraksi dengan cara mengenali penanda-penanda bahwa sel tersebut merupakan pasangannya (saling berpasangan). Secara tidak langsung atau melalui perantara ekstrasel sebagai pembawa pesan kimiawi. Yang melalui pembawa pesan kimiawi ada empat cara yaitu : Parakrin : sel dikeluarkan sebagai sinyal hanya sedikit ke dalam darah, hal ini dikarenakan apabila dikeluarkannya terlalu banyak dan tersebar ke dalam aliran darah maka akan dihancurkan oleh enzim-enzim yang ada dalam darah. Neurotransmiter : komunikasi antar sel (lokal) yang dikeluarkan dari sel saraf ke sel saraf lainnya dengan respon yang sangat cepat karena tidak mengalami perjalanan panjang. Hormon : perantara jarak jauh melalui kelenjar endoktrin, contohnya yaitu sel penerima hormon memberikan sinyal kepada sel pemberi hormon, sel pemberi hormon tersebut akan menempel pada sel penerima hormon yang memberikan sinyal kepada sel pemberi hormon dan sel pemberi hormon tersebut tidak akan salah sasaran meskipun telah tersebar di aliran darah. Neurohormon : neurohormon tidak berasal dari sel biasa, dari sel saraf yang mengeluarkan hormon, mekanismenya sama seperti hormon, penyebaran ke darah lalu diterima sel sasaran. Neuro hormon berbeda dengan neurotransmiter, neurotransmiter langsung berkomunikasi ke sel saraf, sedangkan neurohormon memalui sel saraf terlebih dahulu sehingga proses komunikasi neurohormon dan hormon lebih lambat.

TRANSDUKSI ANTAR SEL

Sebagai pembawa pesan kimiawi ekstrasel membuka saluran berpintu kimiawi, memicu respon intra sel yang diinginkan dengan membuka atau menutup saluran berpintu kimiawi tertentu di membran untuk mengatur perpindahan ion tertentu masuk atau keluar sel Banyak pembawa pesan kimiawi ekstrasel mengaktifkan jalur pembawa pesan kedua. Banyak pembawa pesan kimia ekstrasel yang tidak dapat benar- benar masuk ke dalam sel sasaran menimbulkan respon intrasel yang diinginkan dengan cara lain di luar pembukaan saluran berpintu kimiawi.

Bagaimana proses metabolisme sel dan ATP?Glikolisis

Glikolisis adalah serangkaian reaksi enzimatis yang memecah glukosa (terdiri dari 6 atom C) menjadi asam piruvat (terdiri dari 3 atom C). Reaksi ini melepaskan energi untuk menghasilkan ATP dan NADH2. Glikolisis terjadi di sitoplasma dan tidak memerlukan oksigen. Reaksinya adalah sebagai berikut:C6H12O6 2 asam piruvat + 2 ATP + 2 NADH + 2H+Asam piruvat yang dihasilkan akan memasuki mitokondria untuk melakukan siklus Krebs. Sebelum memasuki siklus Krebs, asam piruvat (3C) ini diubah terlebih dahulu menjadi asetil koA (2C) di dalam matriks mitokondria melalui proses dekarboksilasi oksidatif.

Siklus KrebsSiklus Krebs merupakan serangkaian reaksi metabolisme yang mengubah asetil koA dan direaksikan dengan asam oksaloasetat (4C) menjadi asam sitrat (6C). Selanjutnya asam oksaloasetat memasuki daur menjadi berbagai macam zat yang akhirnya akan membentuk oksaloasetat lagi. Pada siklus Krebs dihasilkan energi dalam bentuk ATP dan molekul pembawa hidrogen, yaitu : NADH dan FADH2. Hidrogen yang terdapat dalam NADH dan FADH2 tersebut akan dibawa ke sistem transpor elektron. Seluruh tahapan reaksi dalam siklus Krebs terjadi di dalam mitokondria. Jadi, siklus kreb merupakan reaksi tahap ke 2 dalam respirasi aerob yang menghasilkan 8 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.

Transpor ElektronTranspor elektron adalah serangkaian reaksi pemindahan electron melalui proses reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Hidrogen yang terdapat pada molekul NADH serta FADH2 ditranspor dalam serangkaian reaksi redoks. Transport elektron terjadi pada membran dalam mitokondria. System transport electron merupakan tahap terakhir dari respirasi aerob ketika electron dari reaksi intermediet (siklus krebs) di alirkan berturut-turut pada enzim dan kofaktor membrane dalam mitokondria, dan menyebabkan terjadinya gradient electron yang mendorong sintesis ATP. ATP yang di hasilkan oleh transport electron ini adalah 32 ATP.Jadi, kesimpulnnya adalah untuk melakukan pemecahan karbondioksida dan air dalam respirasi aerob adalah 2 ATP hasil dari glikolisis + 2 ATP dari siklus krebs + 32 ATP dari system transport electron total 36 ATP Apa saja faktor yang mempengaruhi homeostatis sel?Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara Homeostasis Konsentrasi molekul-molekul nutrien. Sel-sel memerlukan pasokan molekul nutrien secara terus menerus untuk menghasilkan energi. Energi, sebaliknya, diperlukan untuk menunjang berbagai aktivitas sel baik yang bersifat khusus maupun yang untuk mempertahankan kehidupan. Konsentrasi Oksigen dan Karbondioksida. Sel-sel memerlukan oksigen untuk melakukan reaksi kimia pembentuk energi. Karbondioksida yang dibentuk selama reaksi-reaksi ini harus dikeluarkan sehingga tidak terbentuk asam yang meningkatkan keasaman lingkungan internal. Konsentrasi zat sisa. Sebagian reaksi kimia menghasilkan produk-produk akhir yang menimbulkan efek toksik pada sel tubuh jika dibiarkan berakumulasi. pH. Perubahan pada pH ( jumlah relatif asam ) berpengaruh buruk pada fungsi sel saraf dan merusak aktivitas enzim semua sel. Konsentrasi garam, air, dan elektrolit lain, karena konsentrasi relatif garam ( NaCl ) dan air di cairan ekstrasel mempengaruhi seberapa banyak air yang masuk atau keluar sel, maka konsentrasi keduanya diatur secara cermat untuk mempertahankan volume sel. Sel tidak berfungsi normal jika membengkak atau menciut. Elektrolit-elektrolit lain berperan dalam berbagai fungsi vital lain. Sebagai contoh, denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium yang relative konstan di cairan ekstrasel. Volume dan tekanan. Komponen lingkungan internal yang beredar, yaitu plasma, harus di pertahankan pada volume dan tekanan darah yang adekuat untuk menjamin distribusi penghubungan antara lingkungan eksternal dan sel yang penting ini ke seluruh tubuh. Suhu. Sel-sel tubuh berfungsi optimal dalam kisaran suhu yang sempit. Jika sel terlalu dingin maka fungsi-fungsi sel akan terlalu melambat; dan yang lebih buruk lagi, jika sel terlalu panas maka protein-protein struktural dan enzimatik akan terganggu atau rusak. Konstribusi terpenting 11 Sistem tubuh utama untuk Homeostasis: Sistem sirkulasi adalah sistem pengangkut yang membawa berbagai bahan misalnya nutrien, oksigen, karbondioksida, zat sisa, elektrolit, dan hormon dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Sistem pencernaan menguraikan makanan menjadi molekul-molekul nutrien kecil yang dapat diserap kedalam plasma untuk didistribusikan ke semua sel tubuh. Sistem ini juga memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. Sistem pencernaan mengeluarkan residu makanan ke lingkungan eksternal dalam bentuk tinja. Sistem pernapasan, terdiri dari paru dan saluran napas, mengeluarkan oksigen dari dan mengeluarkan karbondioksida ke lingkungan eksternal. Dengan menyesuaikan kecepatan pengeluaran karbondioksida penghasil asam, sistem pernapasan juga penting untuk mempertahankan pH lingkungan internal yang sesuai. Sistem kemih mengeluarkan kelebihan air, garam, asam, dan elektrolit lain dari plasma serta mengeluarkan ke urin, bersama zat-zat sisa selain karbondioksida. Sistem ini mencakup ginjal dan perpipaan yang terikat. Sistem tulang ( tulang, sendi ) merupakan penunjang dan protektor bagi jaringan lunak dan organ. Sistem ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium. Suatu elektrolit yang konsentrasinya dalam plasma harus di pertahankan dalam batas-batas yang sempit. Bersama dengan sistem otot, sistem tulang juga memungkinkan tubuh dan bagian-bagiannya bergerak. Selain itu, sum-sum tulang bagian interior lunak beberapa jenis tulang adalah sumber utama semua sel darah. Sistem otot ( otot rangka ) menggerakkan tulang tempat melekatnya otot rangka. Dari sudut pandang homeostatik murni, sistem ini memungkinkan individu bergerak mendekati makanan atau menjauh dari bahaya. Selain itu, panas yang di hasilkan oleh kontraksi otot penting dalam mengatur suhu. Selain itu, karena otot rangka berada dibawah kontrol sadar maka orang yang bersangkutan dapat menggunakannya untuk melakukan beragam gerakan lain yang ia inginkan. Gerakan-gerakan ini, yang berkisar dari keterampilan motorik halus yang diperlukan untuk menjahit hingga gerakan kuat yang di gunakan dalam angkat beban, tidak harus ditujukan untuk mempertahankan homeostatis. Sistem integumen ( kulit dan struktur terkait ) berfungsi sebagai sawar protektif luar yang mencegah cairan internal keluar dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk. Sistem ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh. Jumlah panas yang lenyap dari permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat disesuaikan dengan mengontrol produksi keringat dan dengan mengatur aliran darah hangat ke kulit. Sistem imun ( sel darah putih, organ limfoid ) mempertahankan tubuh dari invasi asing dan dari sel-sel tubuh yang berubah menjadi kanker. Sistem ini juga melicinkan jalan untuk memperbaiki atau mengganti sel yang cedera atau aus. Sistem saraf ( otak, medulla spinalis, saraf ) adalah salah satu dua sistem regulatorik utama tubuh. Secara umum, sistem ini mengontrol dan mengoordinasikan aktivitas tubuh yang memerlukan respons cepat. Sistem saraf sangat penting dalam mendeteksi dan memulai respons terhadap perubahan dalam lingkungan eksternal. Selain itu, sistem ini bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi yang lebih tinggi ( fungsi luhur ) yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostatis, misalnya kesadaran, daya ingat, dan kreativitas. Sistem endokrin adalah sistem regulatorik utama lainnya. Berbeda dari sistem saraf, secara umum kelenjar-kelenjar penghasil hormone pada sistem endokrin mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi dari pada kecepatan, misalnya pertumbuhan. Sistem ini sangat penting dalam mengontrol konsentrasi nutrien, dan mengontrol volume serta komposisi elektrolit lingkungan internal dengan mengatur fungsi ginjal. Sistem reproduksi tidak esensial bagi homeostasis dan karenanya tidak esensial bagi kelangsungan hidup individu. Namun, sistem ini esensial bagi kelangsungan keberadaan spesies.

STRUKTUR SELNUKLEOPLASMASITOPLASMAPROTOPLASMAPROTOPLASSTRUKTUR SELMEMBRAN SEL

ORGANEL

Struktur sel di awali dengan membran sel yang merupakan lapisan terluar dari sel dan bertindak sebagai pembatas atau pagar antara lingkungan didalam sel dengan lingkungan luarnya. Lalu struktur selanjutnya adalah lingkungan dalam sel atau protoplas yang berisi cairan kental bernama protoplasma dimana terdapat berbagai organel di dalamnyaMembran sel Membran sel merupakan suatu struktur elastis, fleksibel, dan tipis dengan ketebalan sekitar 10 nanometer yang hampir keseluruhan tersusun dari lipid atau lemak dan protein. Membran ini memiliki peran utama sebagai pembatas antara isi sel dengan lingkungan luarnya, beberapa fungsi lainnya sebagai berikut :1. Mengontrol atau mengendalikan pertukaran zat antara protoplasma dengan lingkungannya.2. Sebagai reseptor atau penerima rangsang, seperti rangsangan dari berbagai hormon dan bahan kimia lainnya yang berasal dari luar maupun dalam sel itu sendiri,3. Sebagai pelindung sel agar isinya tidak keluar meninggalkan sel.4. Mengontrol zat-zat yang akan masuk atau keluar meninggalkan protoplasma.

HIDROFOBIKHIDROFILIK

Lapisan membranStruktur dasar membran adalah sebuah lapisan lipid ganda yang dibentuk oleh molekul-molekul fosfolipid. Beberapa gugus fosfot pada membran memiliki kemampuan larut dalam air yang disebut hidrofilik, sedangkan beberapa gugus lainnya memiliki kemampuan larut dalam lemak yang disebut juga hidrofobik, gugus hidrofobik ini sering ditemukan berada di tengah membran karena adanya tarik menarik antara gugus hidrofobik itu sendiri, sedangkan pada bagian lapisan atas dan bawah membran sel merupakan gugus hidrofilik.

Sifat selektif membranAdanya lapisan-lapisan yang merupakan struktur dari membran sel ini, memicu lapisan sel ini memiliki sifat selektif dalam menerima zat-zat dari luar lingkungan sel.Di antaranya adalah :1. PermeableSifat membran sel yang dapat ditembus oleh semua zat.2. ImpermeableSifat membrane sel yang tidak dapat ditembus sama sekali oleh semua zat.3. Permeable diferensialSifat membran sel yang hanya dapat ditembus oleh beberapa zat.

Gerakan zatZat-zat yang ingin memasuki sel akan selalu melakukan gerakan-gerakan untuk dapat menembus lapisan membran,di antaranya adalah :1. DifusiGerakan sederhana zat dari yang berkerapatan tinggi (hipertonis) ke berkerapatan rendah (hipotonis),sehingga keadaan menjadi seimbang. Zat-zat seperti glukosa, asam amino, dan urea akan bersifat lebih sulit untuk menembus lapisan tengah atau lapisan hidrofobik, namun sebaliknya bagi zat-zat yang mampu larut dalam lemak seperti oksigen, karbon dioksida, alcohol, akan lebih mudah menembus bagian lapisan membran tersebut.2. Transport aktifZat-zat yang ingin memasuki lingkungan dalam sel bisa melalui jalur pengiriman protein yang berasal dari luar lingkungan sel. Zat-zat tersebut akan menempel pada struktur protein yang dapat menembus lapisan membran sepenuhnya.

Fungsi khusus membran selMembran sel tidak hanya berfungsi sebagai pelindung dan penyaring zat yang masuk kedalam sel,namun membran sel juga memiliki peran atau fungsi khusus yaitu1. Pinositosis Berfungsi untuk mencerna partikel dengan ukuran kecil yang akan membentuk vesikel berisi cairan ekstrasel.2. FagositosisBerfungsi untuk mencerna partikel berukuran besar seperti bakteria, sel utuh maupun jaringan yang terdegenerasi. Kemampuan ini tidak dimiliki semua sel, biasanya kemampuan ini dimiliki oleh sel darah putih dan makrofag jaringan.

ProtoplasProtoplas adalah struktur utama kedua setelah lapisan membran dalam sel yang berisi cairan kental yaitu protoplasma, protoplasma menurut letaknya dibagi dua yaitu sitoplasma (protoplasma berada di luar inti sel) dan nukleoplasma (protoplasma berada didalam inti sel). Pada sitoplasma dapat dijumpai beragam organel yang merupakan pegawai-pegawai dari kegiatan seluruh sel.ORGANEL SEL Nucleus Organel terbesar dngan bentuk bulat hingga oval yang terlindung oleh membran inti dan berfungsi untuk mengendalikan seluruh kegiatan sel serta sebagai organel vital karena mengandung beragam informasi genetic berupa DNA atau gen, di mana gen ini sangat penting untuk menentukan karakteristik protein sel dan juga penting untuk memulai proses reproduksi sel itu sendiri.

Retikulum Endoplasma kasar dan halusRE KasarRetikulum endoplasma ini memiliki permukaan yang kasar dan bergranula disebabkan oleh ribosom-robosom yang menempel pada permukaan luar. Retikulum endoplasma ini berfungsi sebagai transportasi hasil sintesis protein yang diproses di dalam ribosom oleh RNA. Lalu hasil sintesis tersebut dibawa oleh kantung kecil yang disebut vesikel kedalam bagian dalam reticulum endoplasma ini dan sebagian besar dikirim ke sitoplasma untuk proses menghasilkan energi.RE HalusRetikulum endoplasma ini merupakan reticulum yang tidak ditempeli oleh ribosom sehingga permukaannya pun halus. Reticulum ini berfungsi menyintesis lemak khususnya lemak fosfolipid dan kolestrol. Kedua lipid ini dengan cepat menempel dan menyatu dengan lapisan permukaan reticulum ini, sehingga membuat pertumbuhan RE ini menjadi lebih besar. Demi mencegah pertumbuhan yang berlebihan, maka vesikel yang ada pada reticulum ini berulang-ulang memisahkan diri dengan membawa hasil sintesis lemak menuju ke apparatus golgi,yang nantinya akan diproses lebih lanjut oleh apparatus golgi tersebut. Vesikel-vesikel yang tidak berakhir di golgi akan membentuk peroksisom di sitoplasma.MitokondriaMitokondria terdapat di semua bagian dari setiap sitoplasma sel, tetapi jumlah total per sel sangat bervariasi. Fungsi utama dari mitokondria adalah sebagai pusat respirasi sel, mitokondria memiliki kemampuan untuk mereplikasi diri karena disana terdapat DNA yang serupa dengan DNA yang terdapat pada nucleus sehingga ketika sel tersebut sedang membutuhkan energi lebih, maka mitokondria akan mereplikasi diri.Sentriol Organel ini terdiri atas sepasang badan berbentuk tabung (silinder) dan merupakan satu kesatuan yang berbentuk sentrosom. Sentriol berisi sekelompok mikrotubulus yang terdiri dari Sembilan triplet, terletak di dekat nucleus. Sentriol ini berperan besar dalam proses pembelahan sel.Apparatus golgi Sebagai pemroses bahan-bahan yang telah di bentuk di reticulum endoplasma , badan golgi juga memiliki kemampuan untuk menyintesis jenis karbohidrat tertentu yang tidak dapat dibentuk di reticulum endoplasma. Badan golgi juga berfungsi sebagai pembentukan lisosom.LisosomLisosom berfungsi sebagai pencerna materi yang di ambil secara endositosis. Autofagi, yaitu penyingkiran struktur-struktur yang tidak dikehendaki dalam sel. Eksositosis, yaitu pembebasan enzim di luar sel , misalnya terjadi pada penggantian tulang rawan pada perkembangan tulang keras. PeroksisomMirip dengan lisosom namun diyakini peroksisom dapat mereplikasi diri dan berasal dari reticulum endoplasma yang terlepas dan bukan berasal dari aparatus golgi. Peroksisom suatu zat yang sangat mudah mengoksidasi zat lain dengan bantuan katalase, suatu enzim oksidasi yang ditemukan dalam jumlah besar di peroksisom.SitoskletonMerupakan rangka sel yang berfungsi sebagai penyokong sel.

Sub Modul 2SkenarioPotongan artikel 1 ....Serangan jantung disebabkan adanya sel otot jantung yang mengalami kerusakan akibat kurangnya pasokan oksigen. Hal ini disebabkan oleh sumbatan pada arteri yang memvskularisasi otot jantung. Oleh karena itu, prinsip terpainya adalah memperbaiki kelancaran vaskularisasi otot jantung, misalnya dengan cara operasi by pass.Potongan Artikel 2 ....Akibat penyakit yang dideritanya, dia mengalami kerusakan sel-sel otak karena zat sisa metabolisme yang terlalu banyak dalam tubuhnya. Dokter menyatakan bahwa kerusakan sel otak tersebut yang menyebabkan adanya koma.Potongan Artikel 3 ....Menurut hasil visum oleh dokter setempat, korban perahu tenggelam itu bukan karena menghirup air, tetapi karena kedinginan. Suhu saat itu diperkirakan sekitar 10C. Sehingga dokter menganalisa bahwa suhu dingin menyebabkan kristalisasi air di sekitar sel. Hal ini menjadi fatal karena kerusakan sel terjadi pada organ-organ vital.KALIMAT/KATA KUNCI serangan jantung kerusakan sel sumbatan pada arteri yang memvaskularisasi otot jantung kerusakan organ-organ vital suhu dingin menyebabkan kristalisasi air di sekitar sel kurangnya pasokan oksigen zat sisa metabolisme terlalu banyak menyebabkan terjadinya komaPERTANYAAN1. Apa sajakah penyebab-penyebab terjadinya jejas sel? 2. Jelaskan mengenai mekanisme jejas sel?3. Jelaskan mengenai mekanisme biokimia umum?4. Jelaskan mengenai jejas iskemik dan hipoksi?5. Jelaskan yang dimaksud dengan jejas iskemik/reperfusi?6. Jelaskan yang dimaksud dengan jejas sel yang diinduksi?7. Jelaskan yang dimaksud dengan cedera kimiawi?8. Jelaskan mengenai jejas sel reversibel?9. Jelaskan yang dimaksud dengan jejas sel ireversibel?10. Jelaskan mengenai kematian sel yang terprogram?

Penyebab Terjadinya Jejas Sel1. Deprivasi Oksigen. Hipoksia atau defisiensi oksigen, mengganggu respirasi oksidatif aerobic dan merupakan penyebab cedera sel tersering dan terpenting, serta menyebabkan kematian. Hipoksia harus dibedakan denga iskemia, yang merupakan terhentinya suplai darah dalam jaringan akibat gangguan aliran darah arteri atau berkurangnnya drainase vena. 1. Bahan kimia. Sebenarynya semua bahan kimia dapat mengakibatkan jejas;bahkan, zat yang tidak berbahaya, seperti glukosa dan garam, jika terkonsentrasi cuku banyak, akan merusak keseimbangan lingkungan osmotic sehingga mencederai atau menyebabkan kematian sel.1. Agen Infeksius. Yang dapat mengakibatkan respon radang.1. Defek genetik. Genetic dapat menyebabkan perubahan patologis yang mencolok, seperti mal formasi kongenital yang disebabkan oleh sindrom Down. Beberapa kealahan metabolism saat lahir akibat defisiensi enzimatik kongenital merupakan contoh kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh perubahan sepele yang sering terjadi pada DNA.1. Ketidakseimbangan nutrisi. Defisiensi nutrisi masih merupakan penyebab utama jejas sel1. Agen fisik. Trauma, temperature yang ekstrem, radiasi, syok elektrik semuanya mempunyai efek dengan kisaran luas pada sel.1. Penuaan. Penyembuhan jaringan cedera tidak selalu menghasilkan perbaikan struktur atau fungsi yang sempurna. Mekanisme Jejas Sel Secara jelas, banyak cara yang berbeda untuk menginduksi jejas sel. Selain itu, mekanisme biokimiawi yang menghubungkan setiap cedera tertentu dan manifestasi selular dan jaringan yang terjadi bersifat kompleks dan saling terjalin erat dengan jalur intrasel lain. Oleh karena itu, pemisahan antara sebab dan akibat mungkin sukar.1. Respon selular terhadap stimulus yang berbahaya tergantung pada tipe cidera,durasi dan keparahannya. Jadi, toksin berdosis rendah atau iskemia berdurasi singkat bisa menimbulkan jejas sel yang reversible, sedangkan tikson yang berdosis lebih tinggi atau iskemia dalam waktu yang lebih lama, akan menyebabkan jejas irreversibel dan kematian sel.1. Akibat suatu stimulus yang berbahaya bergantung pada tipe status, kemampuan adaptasi, dan susunan genetik sel yang mengalami jejas. Jejas yang mempunyai dampak yang sangat berbeda , bergantung pada tipe sel dtatus nutrisi atau hormonal juga dapat berperan penting, perbedaan genetis pada jalur metabolic juga penting.1. Sistem intraselular yang paling mudah terkena adalah keutuhan membrane sel, yang kritis terhadap homeostasis osmotic dan ionic selular, pembentukan ATP, sintesis protein dan keutuhan perlengkapan genetic.1. Komponen struktural dan biokimiawi suatu sel terhubung secara utuh tanpa memandang lokus awal jejas, efek multiple sekunder yang terjadi sangat cepat.1. Fungsi sel yang hilang jauh sebelum kematian sel.

Mekanisme Biokimia UmumDeprivasi OksigenPengurangan pasokan oksigen kedalam sel disebabkan adanya iskemia dalam jaringan akibat gangguan pada aliran darah arteri atau karena drainase vena yang berkurang, hal tersebut merupakan penyebab tersering terjadinya hipoksia atau defisiensi oksigen, dan menyebabkan terjadinya cedera pada sel. lalu penyebab eksternal pada terjadinya jejas sel ini adalah adanya spesies radikal bebas yang juga menjadi salah satu mediator penting dalam kerusakan sel melalui spesies oksigen teraktivasi yang toksik, lalu memberikan efek buruk pada membran plasma dan efek delesi pada organel lainnya.

Hilangnya Homeostasis kalsiumDalam keadaan normal, kalsium sitosol sangat rendah dibandingkan dengan kadar konsentrasi kalsium ekstrasel atau dengan kalsium dari sisa mitokondria maupun reticulum endoplasma.Dalam keadaan lain, iskemia atau toksin dapat menyebabkan masuknya kalsium ekstrasel dengan konsentrasi yang tinggi kedalam sel melalui membrane plasma diikuti pelepasan kalsium dari mitokondria dan reticulum endoplasma, namun bila sel tidak mampu mengatur lingkungan ionic sepenuhnya,maka peningkatan kalsium yang berada didalam sitosol pun mengaktivasi fosfolipase yang mengakibatkan kerusakan membran, protease yang mengakibatkan gangguan protein pada membrane dan sitoskeleton, ATPase yang mempercepat deplesi ATP dan endonuclease yang mampu merusak material genetic didalam nucleus.Mekanisme Biokimiawi UmumBeberapa prinsip biokimiawi dasar yang muncul pada penyebab cedera :Kerusakan MitokondriaMitokondria merupakan salah satu organel vital didalam sel disebabkan fungsinya yang sangat mempengaruhi jalannya metabolisme sel,oleh karena itu mitokondria menjadi salah satu sasaran utama dalam sebagian tipe cedera. Akibat-akibat yang disebabkan oleh agen-agen penyebab cedera seperti peningkatan kalsium sitosol, stress oksidatif intrasel, dan produk pemecahan lipid, zat-zat tersebut bersatu dan berkulminasi dalam pembentukan saluran membrane mitokondria internal yang memungkinkan substansi-substansi penting keluar seperti sitokrom c, sehingga terhambatnya pembentukan ATP dan menimbulkan akibat yang lebih buruk yaitu mengaktifkan jalur kematian apoptik.

Kerusakan MembranLapisan membran sel merupakan salah satu target utama dalam pembentukan cedera pada sel karena funsinya yang sangat vital terhadap pertahanan sel. Beberapa penyebab potensial : Terjadinya penurunan fosfolipid membran karena terjadinya peningkatan degradasi akibat aktivasi fosfolipase yang disebabkan oleh peningkatan kalsium sitosol yang didasari oleh adanya iskemia. Aktivasi protease akibat dari peningkatan kalsium intrasel dapat menyebabkan kerusakan sitoskeleton dengan adanya pembengkakan sel. Hal tersebut menyebabkan pelepasan membran sel dan sitoskeleton yang berakibat rentannya sel terhadap regangan. Sebagian oksigen yang tereduksi sangat toksik, radikal oksigen ini meningkat pada jaringan iskemik dan menyebabkan jejas pada membran sel dan isi sel lainnya. Produk pemecahan lipid dapat berakumulasi dalam sel iskemik akibat degradasi fosfolipid dan memiliki efek pembersih pada membran.

Jejas Iskemik/HipoksiIskemia dipastikan merupakan tipe jejas sel yang paling sering terjadi dalam kedokteran klinis, secara khas terjadi karena berkurangnya aliran daram pada aliran darah pada pembuluh darah jaringan tertentu. Berlawanan dengan hipoksia, pembentukan energi glikolitik dapat berlanjut (walaupun kurang efisien dibandingkan jalur oksidatif), iskemia juga mengganggu pengiriman substrat untuk glikolisis. Akibatnya, pembentukan energi anaerob juga berhebti di jaringan yang iskemik setlah substrat potensialnya menggalami kelelahan atau jika glikolisis dihambat oleh akumulasi metabolit yang normalnya akan dibuang melalui aliran darah. Konsekuensinya, iskemia mencedrai jaringan jaringan lebih cepat dibandingkan hipoksia. Efek pertama hipoksia adalah pada respirasi aerobic sel, yaitu fosforilasi oksidatif oleh mitokondria; sebaagai akibat dari penurunan tegangan oksigen, pembentukan ATP intrasel jelas berkurang. Hasil deplesi ATP mempunyai efek luas pada banyak system dalam sel. Aktivitas pompa natrium yang diatur ATP membrane plasma menurun, selanjutnya terjadi akumulasi natrium intrasel dan difusi kalium keluar sel. Perolehan bersih solute natrium disertai hasil isosmotic cairan, menyebabkan pembengkakan selular akut.Kondisi ini dieksaserbasioleh peningkatan beban osmotic dari akumulasi metabolit lain, sepertib fosfat anorganik,asam laktat, dan nekleosida purin. Glikolisis anaerob meningkat anaerob meningkat karena ATP berkurang disertai peningkatan adenosine monofosfat (AMP) yang merangsang enzim fosfofruktokinase. Jalur glikolisis ini dirancang evolusionar untuk mempertahankan energy sel dengan membentuk ATP dari glikogen, dan aktivasinya menimbulkan deplesi cepat cadangan glikogen, yang secara histologis jelas kelihatan dengan berkurangnya pewarnaan untuk karbohidrat (missal, pewarnaan periodic acid Schiff/PAS). Peningkatan glikolisis juga menyebabkan akumulasi asam laktat dan fosfat anorganik akibat hidrolisis ester fosfat, jadi menurunkan pH intrasel. Penurunan kadar pH dan ATP menyebabkan ribosom lepas dari reticulum endoplasma kasar (RER) dan poolisom untuk berdisosiasi menjadi monosom, dengan akibatnya terjadi penurunan sintesis protein.Jika hipoksia tidak dihilangkan, perburukan fungsi mitokondria dan peningkatan permeabilitas membrane selanjutnya menyebabkan kerusakan morfologik. Apabila sitoskeleton rusak, gambaran ultrastruktural seperti mikrovili hilang, danpemukaan sel akan menggelembung. Mitokondria, retikuulum endoplasma, dan semua sel biasanya tampak memebengkak karena pengaturan osmotic hilang. Jika oksigen diperbaik, semua gangguan yang telah disebut akan reversible; namun,jika iskemia tetap terjadi, jejas yang irreversible mengikuti.

Jejas Iskemia/ReperfusiJejas cederaIskemik perhentian suplai oksigenPerfusi perpindahan/pengisian kembaliJika sel mengalami jejas reversibel, perbaikan aliran darah dapat menyebabkan pemulihan sel. Namun, saat terjadi perbaikan aliran darah pada iskemik meskipun jaringan dapat hidup, secara paradoks (bertentangan), pada cedera terakselerasi dan dieksaserbasi akan semakin buruk.Maksudnya yaitu jejas reversibel dapat mengalami pemulihan atau kembali normal jika sel tersebut bereperfusi berupa perbaikan saluran-saluran atau pemberi cairannya, akan tetapi akibat dari jejas bereperfusi yakni semakin memperburuk sel. Hasilnya, jaringan menyokong kehilangan sel selain sel yang rusak ireversibel pada akhir episode iskemik. Terjadinya jejas yang menyebabkan jejas reversibel jia sel dapat memperbaiki dirinya maka sel tersebut akan kembali normal, tetapi jika jejas reversibel tidak dapat memperbaiki dirinya (tidak mendapat suplai darah) maka akan menjadi jejas ireversibel. Jejas ireversibel ini bisa berupa nekrosis atau apoptosis. Adanya penggantian oleh jaringan parut misalnya hitam-hitam yang menutupi bekas luka atau dihancurkannya melalui lisosom bisa dikatakan sebagai nekrosis.Reperfusi jaringan iskemik dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut melalui cara :1. Pemulihan aliran darah membasahi sel yang terganggu dalam konsentrasi tinggi kalsium, bila sel tersebut tidak mampu mengatur sepenuhnya lingkungan ioniknya maka menyebabkan hilangnya keutuhan sel.Pemulihan selnya rusak setelah tinggi kalsium disiram dengan darah (mengandung banyak nutrien) akibat ketidakstabilan ion dan sudah rusaknya sel akibat disiram lagi membuat sel hilang keutuhannya.1. Reperfusi yang mengalami kerusakan mengakibatkan rekruitmen sel radang yang terjadi lokal, sel tersebut melepaskan spesies oksigen reaktif berkadar tinggi yang mengakibatkan kerusakan membran dan transisi permeabilitas mitokondria.Setelah merusaknya reperfusi, reperfusi merangsang mediatur (senjata-senjata) dalam tubuh kita untuk menyerang sel (apoptosis) itu dan semakin merusak sel-sel yang lainnya karena telah terpengaruh.1. Mitokondria yang rusak pada sel yang terganggu, tetapi masih dapat hidup, menghasilkan reduksi oksigen tak lengkap sehingga meningkatkan produksi spesies radikal bebas, dan sel yang mengalami jejas iskemik memiliki mekanisme pertahanan antioksidan yang terganggu.Mitokondria salah satunya berfungsi untuk mengeluarkan energi. Pada proses kimia, mitokondria memerlukan oksigen, karbondioksida dan sebagainya. Akibat mengalami kerusakan, mitokondria membuat spesies oksigen yang baru yang dinakan radikal bebas dan adanya rasdikal bebas ini semakin membuat kerusakan pada sel.Jejas Sel Yang Diinduksi Jejas sel yang di induksi radikal bebas, terutama diinduksi spesies oksigen diaktivasi, merupakan mekanisme penting kerusakan sel. Kerusakan radikal bebas juga mendasari cedera zat kimia, radiasi, toksisitas oksigen, kerusakan sel radang dan referfusi sel. Referfusi sel yang mengalami jejas mengakibatkan sel radang yang terjadi local, sel itu melepaskanspesies oksigen reaktif berkadar tinggi yang mencetuskan kerusakan pada membrane dan permeabilitas mitokondria. Mitokondria yang rusak pada sel yang terganggu, tetapi masih dapat hidup, menghasilkan reduksi oksigen tak lengkap sehingga meningkatkan produksi spesies radikal bebas.

Radikal bebas merupakan spesies kimiawi dengan satu electron tak berpasangan di orbital terluar. Keadaan kimia tersebut sangat tidak stabil dan mudah bereaksi dengan zat kimia anorganik atau organic. Saat dibentuk dalam sel, radikal bebas segera menyerang dan mendegradasi asam nukleat serta berbagai molekul membrane. Selain itu, radikal bebas menginisiasi reaksi autokatalitik. Sebaliknya, molekul yang bereaksi dengan radikal bebas diubah menjadi rantai reaksi.Radikal bebas dapat dibentuk oleh 1. Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) yang terjadi selama proses fisiologis normal. Selama respirasi normal misalnya, oksigen molekuler secara bertahap direduksi dalam mitokondria dengan penambahan empat electron untuk menghasilkan air. Pada proses ini, sejumlah kecil spesies intermedia toksik dibentuk, termasuk radikal superoksida (O2), hidrogen peroksida (H2O2) dan (OH), selanjutnya, beberapa oksidase intrase l(seperti xanthin okisdase) membentuk radikal superoksida sebagai akibat langsung aktivitasnya. Logam transisi, seperti tembaga (Cu) dan zat besi (Fe) juga menerima atau mendonor electron bebas selama reaksi intrasel tertentu sehingga mengatalisis pembentukan radikal bebas, seperti pada reaksi fenton (Fe++ + H2O2 Fe+++ + OH + OH). Oleh karena sebagian besar zat besi bebas intrasel dalam bentuk Ferri (Fe+++), pertama-tama zat besi harus direduksi menjadi bentuk ferro (Fe++) untuk berpartisipasi dalam reaksi fenton. Tahap reduksi itu dikatalisis oleh ion superoksida sehingga zat besi dan superoksida bersinergi untuk memperoleh cedera sel oksidatif maksimal.

Pembentukan radikal bebas : oksigen (O2) dikonversi menjadi superoksida (O2) oleh enzim oksidatif (P-450 dan oksidase b5) dalam Reticulum Endoplasma, membran plasma, peroksisom, dan sitosol. O2 dikonversi menjadi H2O2 oleh superoksida Dismutase (SOD), kemudian menjadi OH dengan reaksi fenton dikatalisis Fe++, H2O2 juga dibentuk secara langsung oleh peroksisom.1. Nitrit Oksida (NO) merupakan mediator kimiawi penting yang normalnya disintesis oleh berbagai tipe sel, yang dapat diubah menjadi spesies nitrit yang sangat reaktif.1. Penyerapan energy radian (misalnya sinar ultraviolet, sinar X). Radiasi pengion dapat menghidrolisis air menjadi gugus hidrdoksil (OH) dan radikal bebas hidrogen (OH).1. Metabolisme Enzimatik zat kimia eksogen (misalnya, karbon tetraklorida)Tiga reaksi yang paling relevan dalam jejas yang diperantarai radikal bebas Peroksidasi lipid membrane. Ikatan ganda pada lemak tak jenuh (polyunsaturated lipid) membrane mudah terkena serangan radikal bebas berasal dari oksigen Fragmentasi DNA. Reaksi radikal bebas dgn timin dan DNA mitokondria dan nuclear menimbulkan rusaknya untai tunggal Ikatan silang protein. Radikal bebas mencetuskan ikatan silang protein yg diperantarai sulfhidril menyebabkan peningkatan kecepatan degradasi atau hilangnya aktifitas enzimatikCara radikal bebas dinetralkan kecepatan kerusakan spontan meningkat bermakna oleh kerja superoksida dismutase (SOD) yang ditemukan pada banyak tipe sel Glutation peroksida (GSH) juga melindungi sel agar tidak mengalami jejas dengan mengatalisis perusakan radikal bebas Katalase terdapat dalam peroksisom, langsung mendegradasi hydrogen peroksida Antioksidan endogen atau eksogen (misalnya, vitamin E,A, dan C, serta b karoten, juga dapat menghambat radikal bebas atau memulung radikal bebas ketika selesai dibentuk Meskipun zat besi atau tembaga yg diioniskan bebas dapar mengatalisis pembentukan spesies oksigen reaktif unsur tersebut biasanya di asingkan oleh cadangan atau protein transpor (misalnya, transferrin, ferritin, dan seruloplasmin)

Pembentukan radikal bebas : oksigen (O2) dikonversi menjadi superoksida (O2) oleh enzim oksidatif (P-450 dan oksidase b5) dalam Reticulum Endoplasma, membran plasma, peroksisom, dan sitosol. O2 dikonversi menjadi H2O2 oleh superoksida Dismutase (SOD), kemudian menjadi OH dengan reaksi fenton dikatalisis Fe++, H2O2 juga dibentuk secara langsung oleh peroksisom. B. resultan radikal bebas dapat merusak lipid (peroksidasi), protein, dan DNA. Perhatikan bahwa superoksida menganalisis reduksi fe*** menjadi fe**, jadi memperbanyak pembentukan OH oleh reaksi feton. C. enzim antioksidan utama adalah SOD, katalase, dan glutation peroksidase, radikal bebas juga dinetralkan oleh sel pemulung (scavenger) (vitamin E,A, dan C, serta B-karoten) dan kemampuan cu** dan fe*** untuyk membentuk radikal diminimalisasi oleh pengikatan ion dgn protein karier (peritin dan seruloplasmin). GSH, glutation tereduksi, GSSG, glutation teroksidasi, NADPH, bentuk reduksi nikotinamid adenine dinukleotida fosfat; NO, nitrin oksida.Cedera Kimiawi Zat kimia Menginduksi jejas sel dengan salah satu dari dua mekanisme umum berikut ini: 1. Beberapa zat kimia bekerja secara langsung dengan cara bergabung dengan komponen molekular kritis atau organel selular. Exp. Keracunan Merkuri klorida

Merkuri berikatan dengan gugus shulfhidril berbagai protein membrane sel

Menyebabkan

Inhibisi transport yang bergabung ATPase dan meningkat permeabilitas membrane.1. Banyak zat kimia lain yang tidak aktif secara intrinsik biologis, tetapi pertama kali harus dikonversi menjadi metabolit toksik reaktif, yang kemudian bekerja pada sel target.

Metabolit kerusakan membrane; Jejas sel ( terjadi pembentukan radikal bebas) Dengan ikatan Langsung kovalen

Protein+Lipid Exp. CCL4 Dikonversi Radikal bebas toksi CCL3 (di Hati) Menyebabkan Peroksidasi fosfolipid membrane auto katalik, dengan kerusakan yang cepat pada RE( Retikulum Endoplasma) ( Dalam 30 menit) Penurunan sintesis protein ( Dalam 2 jam) Pembengkakan RE Halus (RES) Disosiasi ribosom dari RE Kasar Pengurangan ekspor lipid dari heptosit, karena ketidak mampuan menyintesis apoprotein ,emjadi ikatan kompleks dengan trigliserida sehingga mempermudah sekresi lipoprotein.mengakibatkan

Terjadi perlemakan hati pada CCL4 Cedera Mitokondria Penurunan cadangan ATPGangguan transport ion dan pembengkakan sel yang progresid.Membran plasma di rusak oleh aldehid perlemakan yang disebabkan oleh peroksidasi lipid dan SER Influksi kalsium Kematian Sel Jejas Sel ReversibelJejas Reversibel menunjukkan perubahan sel yang dapat kembali menjadi normal jika rangsangan dihilangkan atau jika penyebab jejasnya ringan.Morfologi jejas reversible: Perubahan ultrastruktur jejas sel reversibel, meliputi : Perubahan membran plasma Perubahan mitokondrial Dilatasi retikulum endoplasma Perubahan nuklear Ada dua pola perubahan morfologik yang berkaitan dengan jejas reversibel yang dapat dikenali dengan mikroskop cahaya, yaitu : Pembengkakan sel, yaitu manifestasi yang pertama terjadi dari hampir semua bentuk jejas sel; muncul setiap sel tidak mampu mempertahankan homeostasis ionik dan cairan (terutama disebabkan oleh aktivitas pompa ion bergantung energi pada membran plasma). Degenerasi lemak (perlemakan), yaitu terjadi pada jejas hipoksik dan berbagai bentuk jejas toksik atau metabolik, bermanifestasi dengan munculnya vakuola lipid dalam sitoplasma. Biasanya ditemukan dalam sel yang terlibat atau bergantung pada metabolisme lemak (misalnya, sel hepatosit dan miokardium).Jejas sel

Transisi atau perpindahan jejas reversibel menjadi jejas ireversibel sulit dikenali, akan tetapi ada dua fenomena yang secara konsisten menandai keadaan ireversibilitas tersebut, yaitu : Ketidakmampuan meredakan disfungsi mitokondria (berkurangnya pembentukkan ATP) sekalipun jejas awal sudah pulih. Timbulnya gangguan berat pada fungsi membran

Jejas Sel IrreversibelJejas Ireversibel ditandai dengan Pembengkakan RE dan hilangnya ribosom, lisosom yang pecah/rupture, gelembung membrane, pembengkakan mitokondria dengan densitas amorf, sehingga terjadilah penurunan kapasitas untuk membentuk ATP.Dua fenomena yang secara konsisten menandai keadaan ireversibel.1. Ketidak mampuan memperbaiki disfungsi mitokondria1. Terjadinya gangguan fungsi membraneBeberapa penyebab potensial kerusakan membrane dan semuanya berpotensi pada bentuk tertentu jejas :1. Kehilangan progresif fosfolipid membrane. Pada hati yang iskemik, jejas ireversibel dihubungkan dengan penurunan mencolok fosfolipid membrane. Terjadi peningkatan degradasi yang disebabkan oleh aktivasi fosfolipase endogen akibat peningkatan kalsium sitosol yang diinduksi iskemia. Kehilangan fosfolipid yang progresif juga dapat terjadi akibat penurunan reasiasi yang dependen ATP atau berkuirangnya sintesis fosfolipid.1. Abnormalitas sitoskeletal. Aktivasi protease dengan peningkatan kalsium intrasel bisa menyebabkan kerusakan sitoskeloeton.1. Radikal oksigen toksik. Spesies oksigen yang tereduksi sebagian sangat toksik dan menyebabkan jejas pada membrane sel dan inti sel.1. Produk pemecahan lipid. Produk katabolic ini berakumulasi dalam sel iskemik sebagai akibat degradasi fosfolipid dan memiliki efek pembersih pada membrane.Sel yang menderita cedera ireversibel mengalami perubahan morfologi yang dikenali sebagai kematiansel. Terdapat juga dua kematian sel, nekrosis dan apoptosis.Nekrosis : Terjadi setelah suplai darah hilang atau terpajan toksin, ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan organelle. Dapat menyebabkan disfungsi jaringan.Gambaran morfologi nekrosis merupakan hasil dua proses penting yang terjadi bersamaan1. Digesti enzimatik sel1. Denaturasi proteinApoptosis : Terjadi sebagai akibat program bunuh diri yang terkontrol secara internal.GambaranNekrosisApoptosis

Ukuran selBertambah (membengkak)Mengecil (menciut)

Nucleus Piknosiskarioreksiskariolisis Fragmentasi menjadi fragmen berukuran nukleosom

Membrane plasmarusakUtuh : struktur berubah, terutama orientasi lemak

Kandungan selPencernaan enzimatik, dapat bocor keluar selUtuh : dapat dibebaskan dalam badan apoptotic

Peradangan sekitarSeringTidak ada

Peran fisiologis atau patologisSelalu patologis (kulminasi cedera sel ireversibel)Sering fisiologis : cara untuk mengeleminasi sel yang tidak dibutuhkan, dapat bersifat patologis pada beberapa bentuk cedera sel, terutama kerusakan DNA.

Kematian Sel Terprogram-ApoptosisApoptosis adalah cara kematian sel yang penting dan tersendiri, yang seharusnya dibedakan dengan nekrosis. Apoptosis (berasal dari kata yang berarti meninggalkan jauh dari) menyebabkan kematian sel terperogram, pada beberapa proses fisiologik penting ( dan proses patologik ), meliputi : Kerusakan sel terprogram selama embriogenesis, seperti yang terjadi pada implantasi, organogenesis, dan terjadinya involusi Involusi fisiologik bergantung hormon, seperti involusi endometrium selama siklus menstruasi, atau payudara di masa laktasi setelah penyapihan; atau atrofi patologik, seperti pada prostat setelah kastrasi Delesi sel pada populasi yang berpoliferasi, seperti epitel kripta usus, atau kematian sel pada tumor Delesi sel T autoreaktif di timus (>95% timosit mati dalam timus selama proses maturasi), kematian sel dari limfosit yang kekurangan sitokin, atau kematian sel yang diinduksin oleh sel T sitotoksik Berbagai rangsang cedera ringan (panas, radiasi, obat kanker sitotoksik untuk kanker, dan lain-lain) yang menyebabkan kerusakan DNA yang tidak dapat diperbaiki, sebaliknya memicu jalur lintas bunuh diri sel (misalnya, melalui protein supresor tumor TP53)Mekanisme Apoptosis Signaling (pemberian sinyal). Apoptosis dapat dipicu dengan berbagai sinyal yang berkisar dari kejadian terprogram intrinsik (misalnya, pada perkembangan), kekurangan faktor tumbuh, interaksi ligan-reseptor spesifik, pelepasan granzim dari sel T sitotoksik, atau agen jejas tertentu (misalnya, radiasi). Sinyal transmembran juga dapat menekan program kematian yang terjadi sebelumnya (dan tentunya rangsang kelangsungan hidup) atau menginisiasi kaskade kematian sel. Hal terpenting dalam kelompok terakhir tersebut adalah yang termasuk superfamili pada molekul membran plasma (meliputi molekul permukaan FAS). Reseptor membran plasma tersebut memberikan sekuens protein domain kematian intrasel, yaitu bila dioligomerisasi (khususnya trimerisasi) menimbulkan aktivitas kaspase inisiator dan kaskade aktivasi enzim yang memuncak pada kematian sel. Kontrol dan integrasi. Kontrol dan integrasi dilengkapi oleh protein spesifik yang menghubungkan sinyal kematian asli dengan program eksekusi akhir. Protein tersebut penting karena kerjanya dapat menimbulkan komitmen atau pembatalan sinyal yang berpotensi letal. Terdapat dua jalur luas pada tahap ini : (1) transmisi langsung sinyal kematian dengan protein pencocok (adapter proteins) terhadap mekanisme eksekusi; dan (2) pengatur (permeabilitas mitokondrial) oleh anggota famili protein BCL-2. Eksekusi. Jalur akhir apoptosis ini ditandai dengan konstelasi kejadian biokimiawi khas yang dihasilkan dari sintesis dan atau aktivasi sejumlah enzim katabolik sitosolik. Jalur ini memuncak dengan perubahan morfologi yang telah disebutkan sebelumnya. Walaupun terdapat variasi yang tidak kentara, eksekusi final jalur lintas itu memperlihatkan pola-pola pokok yang umumnya bisa diaplikasikan pada semua bentuk apoptosis.1. Pemecahan protein1. Ikatan silang protein yang luas melalui aktivasi transglutaminase1. Pemecahan DNA Pengangkatan sel mati. Sel apoptotik dan fragmennya memiliki molekul penanda pada permukaannya, yang mempermudah pengambilan dan pembuangan oleh sel yang berdekatan atau fagosit. Keadaan tersebut terjadi dengan membalikkan fosfatidilserin dari permukaan sitoplasmik internal dari sel apoptotik ke permukaan ekstrasel. Perubahan tersebut dan perubahan lainnya memungkinkan pengenalan dan fagositosis dini sel apoptotik tanpa pelepasan mediator proinflamasi. Proses sangat efisien sehingga sel mati menghilang tanpa meninggalkan bekas, dan inflamasi benar-benar tidak ada.

Sub Modul 3

Skenario penderita telah mengalami hipertensi lenih dari 10 tahun dan tidak berobat rutin. Hipertensi inilah yang menyebabkan kardiomegali. Karena telah dipasung selama lebih dari 4 tahun,kaki penderita mengecil/atrofi,padahal sebelumnya penderita mampu berjalan biasa. Epitel bronkus pada perokok mengalami dysplasia akibat paparan asap rokok yang terus menerus.Kata/Kalimat KunciKasus 1.1. Mengalami hipertensi lebih dari sepuluh tahun.2. Hipertensi menyebabkan kardiomegali.3. Tidak berobat rutin.Kasus 2.1. Di pasung selama lebih dari empat tahun.2. Kaki penderita mengecil atau atrofi.Kasus 3.1. Epitel bronkus pada perokok mengalami dysplasia.2. Kondisi psikologis.Pertanyaan1.Jelaskan adaptasi seluler terhadap jejas?2.Jelaskan faktor dan mekanisme hipertensi?3.Jelaskan mekanisme kardiomegali?4.Jelaskan mekanisme atrofi?5.Jelaskan jaringan epitel?6.Pengaruh rokok?Adaptasi selular terhadap jejasAtrofiPengerutan ukuran sel dengan hilangnya substansi sel disebut atrofi. Apabila Mengenai sel dalam jumlah yang cukup banyak, seluruh jaringan atau organ berkurang massanya, menjadi atrofi.Penyebab Atrofi: Berkurangnya beban kerja Hilangnya persyarafan Berkurangnya suplai darah Nutrisi yang tidak adekuat Hilangnya rangsangan endokrin PenuaanHipertrofiHipertrofi adalah penambahan ukuran sel dan menyebabkan penambahan ukuran organ.Hipertrofi murni, tidak ada sel baru hanya sel yang menjadi lebih besar, Pembesaran akibat peningkatan sintesis organela dan protein stuktural.HiperplasiaHiperplasia merupakan keadaan peningkatan jumlah sel pada organ atau jaringan, dan selalu bekerja sama dengan hipertrofi dalam penambahan ukuran sel secara keseluruhan. Hiperplasia ini dapat dikategorikan dalam hiperplasia fisiologik dan patologik.Terdapat dua tipe hiperplasia pada fisiologik yaitu hiperplasia hormonal dan hiperplasia kompensatoris. Pada hiperplasia hormonal ditunjukan dengan adanya proliferasi epitel kelenjar payudara pada anak perempuan yang sedang mengalami masa pubertas dan juga pada kehamilan.

Lalu pada hiperplasia kompensatoris terjadi saat sebagian jaringan dibuang atau sakit. Keadaan ini bisa dilihat pada hati saat direseksi (dipotong atau diambil) sebagian, maka sel-sel yang tersisa seperti sel hepatosit dan sel non parenkimal, akan berproliferasi dengan jangka waktu tercepat sekitar dua belas jam setelahnya. Saat hati telah kembali mendapatkan massa dan bentuk normalnya serta mampu untuk melaksanakan kerja dengan optimal, proses proliferasi sel ini akan diinhibisi atau dihambat untuk berhenti oleh substansi-substansi inhibitor. Selain itu hiperplasia juga merupakan respons kritis sel jaringan ikat pada penyembuhan luka, pada keadaan tersebut fibroblast yang distimulasi factor pertumbuhan dan pembuluh darah berproliferasi untuk mempermudah perbaikan.

Pada hiperplasia patologik sebagian besar distimulasi oleh factor pertumbuhan dan hormonal yang berlebih. Seperti pada hiperplasia endometrial, setelah periode mentruasi normal terjadi ledakan aktivitas endometrium proliferatif, dimana endometrium adalah membran mukosa yang melapisi uterus. Proliferasi ini diatur oleh rangsangan melalui hormon hipofisis yang merupakan hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis, dan juga diatur oleh estrogen ovarium. Semua proses ini akan diinhibisi oleh progesterone, dan jika terjadi gangguan keseimbangan antara estrogen dan progesterone, maka terjadilah hiperplasia endometrial ini yang merupakan penyebab lazim pada perdarahan menstruasi abnormal.Peningkatan sensitivitas terhadap kadar normal faktor pertumbuhan juga dapat menimbulkan hiperplasia patologik, seperti pada kutil yang disebabkan oleh peningkatan ekspresi berbagai faktor transkripsi oleh Papillomavirus penginfeksi. Semua proses hipoplastik ini tetap dikontrol, jika faktor hormonal dan faktor pertumbuhan hilang, maka hyperplasia pun juga akan berhenti. Hal inilah yang membedakan dengan kanker, pada kanker meskipun rangsangan factor hormonal dan pertumbuhan hilang, proliferasi dan mitosis sel tetap terjadi, namun ada kemungkinan munculnya kanker pada endometrium karena hyperplasia patologik yang bersifat subur. Semua proses ini didasari karena meningkatnya sintesis protein yang menyebabkan meningkatnya mitosis didalam sel.MetaplasiaMeta adalah transformasi dan plasia adalah pertumbuhan, maka metaplasia adalah pergantian sel sensitive terhadap stress tertentu dan digantikan dengan cell dewasa lainnya seperti epitel dan mesenkim yang bertujuan mendapatkan sel yang lebih mampu bertahan di lingkungan ekstrim dan berbeda. Metaplasia terbagi kedalam dua tipe sel dewasanya yaitu metaplasia epithelial dan metaplasia mesenkim.Metaplasia epithelial ditandai dengan perubahan pada epitel saluran napas perokok yaitu sel epitel silindris bersilia normal pada trakea dan bronkus yang secara keseluruhan diganti dengan sel epitel gepeng (squamous type) bertingkat kasar atau bersisik. Meskipun sel dengan tipe squamous ini lebih kuat dalam daya tahan hidup, namun mekanisme perlindungannya menjadi buruk. Jika transformasi ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka akan memicu transformasi kanker.HipertensiFaktor-faktor Penyebab HipertensiFaktor keturunan Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya adalah penderita hipertensiCiri perseorangan Umur, jenis kelamin, ras

Kebiasaan hidup Konsumsi garam yang tinggi Kegemukan atau makan berlebih Stres atau ketegangan jiwa Pengaruh lainMekanisme Rennin disintesis oleh aparat Juxta Glomerulosa di ginjal akibat berbagai rangsangan antara lain kehiangan sodium, menurunnya tekanan perfusi ginjal, dan restriksi sodium. Rennin mengubah angiotensinogen yang diproduksi terutama oleh hati menjadi Angiotensin I (AI), suatu dekapeptidase inaktif. Angiotensin I dengan bantuan enzim konversi angiotensin (ACE) AI diubah menjadi angiotensin II (AII), suatu vasokonstriktor kuat. Angiotensi II akan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada membaran sel berbagai organ seperti ginjal, kelenjar adrenal, jantung, pembuluh darah dan otak sehingga menyebabkan vasokonstriksi, retensi natrium dan cairan, hipertrofi jantung dan pembuluh darah. Keadaan ini merupakan faktor penting pada patogenesis dan patofisologi hipertensi,gagal jantung, dan penyakit ginjal progresif. (Bauer,J. & Reams,G.1995. The angiotensin II type 1 receptor antagonists. A new class of antihypertensive drugs. Arch Intern Med;155:1361-8) Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Mekanisme Kardiomegali (Pembesaran Jantung) Akibat HipertensiPembesaran jantung akibat hipertensi diawali dengan pembesaran miosis hipertrofik. Pembesaran miosit jantung terjadi karena adanya hipertensi yang mengakibatkan peningkatan darah sistemik yang meningkatkan resistensi pompa darah dari ventrikel kiri. Hal ini mengakibatkan beban kerja jantung bertambah dan menyebabkan terjadinya hipertrofik ventrikel kiri. Selanjutnya hal ini mengakibatkan penebalan pada miokardium (otot jantung) sehingga mengurangi complience (kualitas penyesuaian terhadap tekanan tanpa kerusakan) ventrikel kiri, dan mengganggu pengisisan diastolik yang terjadi pada saat yang bersamaan dengan peningkatan kebutuhan oksigen.Morfologi kardiomegali (pembesaran jantung): Miosit (sel otot) dan inti membesar Dalam jangka panjang, dapat terjadi fibrosis interstisial difusi dan atrofi miosit fokal serta degenarasi, dengan dilatasi rongga ventrikel kiri dan penipisan dinding.

Mekanisme AtrofiAtrofi merupakan penyusutan ukuran sel akibat hilangnya substansi sel.Atrofi dapat bersifat fisiologis dan patologis. Bersifat fisiologis, sering terjadi selama tahap perkembangan awal pada perkembangan janin.Uterus mengecil/mengalami atrofi segera setelah persalinan. Atrofi patologis bergantung pada kausa /sebab yang mendasari dan dapat bersifat local atau general.Kausa umum atrofi, yaitu: Berkurangnya beban kerja ( Disuse athrophy) :jika sebuah tungkai mengalami patah dan diimobilisasi dengan menggunakan gips atau harus menjalani tirah baring total, otot akan mengalami atrofi (*pada kasus no 2). Hilangnya persyarafan (athrophy denervasi) : Kerusakan suatu saraf cepat menyebabkan atrofiserabut otot yang dipersyarafinya. Berkurangnya aliran darah (iskemik) : pada usia lanjut, otak mengalami athrofi progresif,dapat diakibatkan arterosklerosis yang mempersempit pembuluh-pembuluh darah otak. Kurangnya nutrisi : Malnutrisi protein-kalori yang berat (marasmus) menyebabkan otot rangka digunakan sebagai sumber energy setelah cadangan lain. Hilangnya stimulasi endokrin :pada fisiologis, atrofi terjadi pada hilangnya stimulasi hormon estrogen pada masa menopause : atrofi fisiologis endometrium, epitel vagina, payudara . Penuaan (atrofi senilis) : penyusutan substansi sel otak yang menyebabkan arterosklerotik (fisiologis). Tekanan : Penekanan terhadap jaringan,berapapun lamanya dapat mengakibatkan atrofi.menimbulkan tumor jjinak yang membesar menyebabkan atrofi di jaringan sekitar yang tertekan.Jaringan Epitel Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi atau menutup permukaan tubuh, organ tubuh, rongga tubuh atau saluran tubuh manusia. Kalau diperhatikan dengan seksama, jaringan epitel tersusun dengan cara yang berbeda yaitu jaringan epitel terdiri atas sel-sel yang tersusun atas lembaran-lembaran. Lembaran tersebut terdiri atas selapis atau beberapa lapis, jaringan epitel biasanya menutup permukaan luar tubuh, misalnya kulit atau menutup saluran yang berhubungan dengan permukaan tubuh, misalnya saluran pencernaan Jaringan epitel biasanya menutup permukaan luar tubuh. Seperti misalnya, kulit atau menutup saluran yang berhubungan dengan permukaan tubuh, misalnya saluran pencernaan. Jaringan epitel yang melapisi permukaan dalam organ tubuh ataupun saluran dalam tubuh di sebut endotheliu. Epitel dalam kelenjar-kelenjar disesuaikan dengan fungsi sekresi. Jaringan epitel ini di golongkan sebagai epitel kelenjar. Epitel bronkus adalah lapisan selular yang menutupi permukaan dalam dan luar tubuh dan terdapat di salah satu jalan napas yang mengangkut udara ke dalam paru-paru.DisplasiaDysplasia adalah kelainan perkembangan perubahan ukuran, bentuk dan susunan sel-sel. Bagian displastik sering disebut dengan pre-neoplastik, tahap awal yang ringan biasanya reversibel, dan dysplasia berat akan terus berlanjut kearah perkembangan neoplasma ganas kecuali jika mendapat pengobatan yang adekuat.Dysplasia dapat disebabkan oleh trauma fisik atau kimiawi kronis, iritasi dalam jangka waktu lama pada jaringan, disertai radang menahun/terkena bahan karsinogenik. Pada jaringan yang terkena, dysplasia dapat dikenali dengan :1. Adanya peningkatan pertumbuhan sel seperti peningkatan penonjolan jaringan contohnya meningkatnya pertumbuhan epitel dan jumlah mitosis2. Adanya sel-sel yang atipik disertai pleomorfik (variasi pada ukuran dan bentuk sel dan nukleusnya) tingginya rasio nucleus/sitoplasma dan meningkatnya DNA nucleus (dikenali dengan hiperkromatik yaitu nuclei yang tercatat lebih gelap)3. Perubahan diferensiasi (seperti sel imatur), dimana sel sering kelihatan lebih primitif dibandingkan sel normal. Contohnya epitel squamosa yang displastik tidak memperlihatkan diferensiasi normal dari sel basalis ke sel pipih permukaan kulit. Keadaan ini digambarkan sebagai hilangnya polaritas epitel.

Dysplasia dapat terjadi pada jaringan yang telah mengalami metaplasia (contohnya : dysplasia yang terjadi pada metaplasia squamosa bronkus perokok). Dysplasia dapat juga terjadi tanpa adanya metaplasia contohnya pada epitel squamosa serviks uteri, epitel kelenjar ventrikulus atau hati. Displasia dapat bertahan hidup bertahun-tahun sebelum berkembang menjadi neoplasma ganas, sifat alamiah ini dapat dipakai untuk kepentingan pencegahan pada populasi yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya tumor.Asap rokok mengandung berbagai macam zat kimia seperti bahan iritan, karsinogen, oksidan, dan lain-lain. Zat kimia yang terdapat dalam rokok ini dapat menyebabkan peradangan dan meningkatkan produksi mucus bronchitis. Komponen yang terdapat dalam asap rokok terutama tar dengan hidrokarbon polisikliknya merupakan carsinogen eksperimental dan promotor kanker yang memungkinkan berperan besar pada asal muasal timbulnya kanker epitel bronkus. Pada tahap metaplasia yang merupakan bentuk adaptasi terjadinyaperubahan sel maturjenis tertentu menjadi sel matur jenis lain seperti pada epitel silindris bersilia normal pada bronkus mengalami perubahan menjadi epitel gepeng yang terjadi pada epitel saluran nafas perokok kretek (kebiasaan), kemudian sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat mengalami gangguan polarisasi pertumbuhan sel, sehingga timbul keadaan yg disebut dysplasia.RokokAsap yang berasal dari ujung rokok yang terbakar saat tidak dihisap. Asap yang muncul karena pembakaran yang tidak sempurna saat rokok tidak dihisap inilah yang justru lebih berbahaya karena kandungan racun pada asap rokok yang terbakar ketika sedang tidak dihisap lebih tinggi daripada kandungan racun yang dihisap. Convention on Tobacco Control yang diselenggarakan oleh World Trade Organization(WHO), memperkirakan pada tahun 2030, 770 anak akan dijemput kematian karena menjadi perokok pasif. Bila diasumsikan daya tahan anak-anak separuh dari daya tahan tubuh orang dewasa berarti separuh dari jumlah itu juga orang dewasa yang akan menghadapi kematian karena menjadi perokok pasif menghisap asap rokok yang dinikmati orang lain.Asap rokok mengandung zat mematikan dibawah ini:1.Nikotin : Zat ini punya sifat adiktif yang membangkitkan dopamine, zat di otak yang dapat membuat rileks dan kecanduan. Padahal setelah dibakar lalu dihisap (baik oleh si perokok atau orang disekelilingnya) 2% dari nikotin akan langsung menyergap otak dalam waktu 15 detik. Nikotin merupakan penyebab penyempitan pembuluh darah dan berkurangnya oksigen di seluruh tubuh.2.Tar : Tar merupakan partikel padat yang dikeluarkan dan terdiri dari 4000 zat kimia yang membahayakan tubuh. Ampas Tar yang menempel pada gigi menyebabkan gigi menjadi berwarna kuning kecokelatan bahkan menjadi kehitaman. Tar memiliki kandungan 43 bahan karsinogenik yang menempel di paru-paru. Dalam masa 20-30 tahun, bahan ini terus bekerja untuk mengubah sel epitel bronkus paru-paru menjadi sel kanker ganas.3.Karbon Monoksida atau CO: Gas Co akan dikeluarkan oleh ujung rokok yang dibakar sama dengan gas beracun yang disemburkan oleh knalpot di jalan raya.4.Hydrogen Cyanide: Gas beracun lain yang biasa digunakan untuk mengeksekusi terdakwa divonis mati.5.Acetone: Penghapus cat pewarna kuku.6.Ammonia: Pembersih lantai.7.Methanol: Bahan bakar roket.8.Toluene: Pelarut Industri.9.Arsenic: Racun tikus.10.Napthalene: Kapur barus.11.Butane: Bahan bakar korek api.12.Cadmium: Dipakai buat accu mobil.13.Vinyl Chloride: Bahan plastic.

Mekanisme yang menyebabkan orang yang menghisap asap rokok

Seorang yang menghisap asap rokok kemudian asap itu masuk kedalam paru-paru. Di paru tersebut ada organ kemudian di dalam organ terdapat berbagai macam jaringan di dalam jaringan bermacam-macam pula epitel di dalam epitel terdapat berbagai macam sel. Sel tersebut akan terjadi dysplasia (kelainan pada sel organel atau jaringan sehingga menyebabkan jejas sel). Di dalam displisia terjadi mitosis secara tdk beraturan sehingga terjadi penumpukan sel, sel ini harusnya membelah sempurna jadi tidak sempurna sehingga

Sub Modul 4SkenarioRadang merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang disebabkan adanya respon jaringan terhadap pengaruh yang merusak. Respon jaringan inilah yang dipelajari untuk menentukan terapi medika mentosa yang rasional. Obat anti radang A mempunyai efek anti radang yang cukup efektif dengan cara pengobatan prostaglandin, namun mempunyai efek samping iritasi lambung. Sedangkan obat B yang menghambat pembentukan asam arakidonat juga memiliki efek anti radang yang cukup baik, tetapi menurunkan kekebalan terhadap infeksi.Obat C memiliki kemampuan anti radang yang lemah namun di anggap lebih aman.

Kata sulit1. Medikamentosa : berkenaan dengan obat-obat atau pengobatan atau perawaatn penyakit.2. Prostagladin : salah satu dari berbagai asam lemak tak jenuh oksigensiklik dari hewan yang memiliki berbagai tindakan dan hormon (pengontrol tekanan darah).3. Asam arakidonat: asam lemak esensial tak jenuh yang terdiri atas 20 atom C dan terdapat dalam lemak hewani dan dibentuk oleh biosintesis dari dari asam linoleat.4. Hg man faktor: faktor stabil yang di aktifkan melalui kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya, kontak tersebut memicu proses pembekuan darah intrinsik melalui mengaktifkan faktor.5. Plasma : substansi formatik.

Kata kunci Radang merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Terapi medikamentosa yang rasional. Respon jaringan. Obat anti radang. Penghambatan prostagladin. Iritasi lambung. Menghambat pembentukan asam rakidonat. Menurunkan kekebalan terhadap infeksi.

Penyebab inflamasi 1. Kekurangan oksigen : hipoksia, defisiensi oksigen. Menyebabkan cedera sel dengan berkurangnya respirasi oksidatif aerob.2. Agen fisik : agen fisik yang mempu menyebabkan cedera sel antara lain adalah trauma mekanis, suhu ekstriem (luka bakar dan suhu dingin yang sangat rendah) perubahan mendadak tekanan atmosfer, radiasi, dan syok listrik3. Zat kimia dan obat : daftar zat kimia yang dapat menyebabkan cedera sel sangatlah panjang. Zat kimia sederhana seperti glukosa atau garam dalam konsentrasi hipertonik dapat menyebabkan cedera sel baik secara langsung atau melalui gangguan hemoestasis elektrolit sel.4. Agen infeksius : ragam agen ini berkisar dari virus submikroskopik hingga cacing pita yang besar. Di antara kedua bentuk ekstrem terdapat riketsia, bakteri, jamur, dan bentuk-bentuk parasit yang lebih tinggi.5. Reaksi imun : meskipun system imun memiliki fungsi esensial dalm pertahanan terhadap pathogen infeksius, reaksi imun dapat, pada kenyataannya, menimbulkan cedera sel. Reaksi anafilaktik terhadap protein asing atau obat merupakan contoh utama, dan reaksi terhadap antigen diri endogen berperan menyebabkan sejumlah penyakit autoimun.6. Gangguan genetic : cedera genetic dapat menyebabkan defek yang sama parahnya dengan malformasi congenital yang terkait dengan sindrom down, akibat suatu kelainan kromosom, atau tidak jelas terlihat seperti penurunan usia sel darah merah akibat substitusi satu asam amino di hemoglobin S pada anemia sel sabit7. Ketidak seimbangan gizi : ketidak seimbangan nutrisi menimbulkan banyak kematian, terutama dikalangan yang kurang mampu.Mekanisme InflamasiInflamasi Akut yaitu respon segera terhadap jejas yang dirancang untuk mengirimkan leukosit ke tempat jejas. Setelah ditempat jejas leukosit membersihkan setiap mikroba yang menginfasi dan memulai proses penguraian jaringan nefrotik. Pada proses ini memiliki dua komponen utama yaitu :1. Perubahan Vaskular : perubahan dalam kaliber (meningkatnya aliran darah) atau terjadi vasodilatasi dan perubahan struktural yang memungkinkan protein plasma meninggalkan sirkulasi.2. Berbagai kejadian yang terjadi pada sel : emigrasi leukosit dari mikrosirkulasi dan akumulasi.Gambar ISaat terjadi jejas, terjadi vasokontriksi (kaget) terjadi pengecilan kaliber, setelah beberapa detik terjadi vasodilatasi arteri. Vasodilatasi ini terjadi secara lokal (hanya ditempat itu).Pada vasodilatasi ini terjadi peningkatan aliran darah sehingga kaliber tiba-tiba membesar, terjadilah penyumbatan lokal lalu kemudian terjadi eritema (kemerah-merahan). Mikrovaskular menjadi lenih permeabel (kemampuan untuk dilewati. Saat jejas ada faktor yang membuat terjadinya perubahan vaskular pada pembuluh darah semakin permeabel yaitu histamin yang ada pada keseluruhan sehingga menjadi respon utama dari sel lokal dan sel yang memang berasal dari hepar.Gambar IISetelah mendapat rangsangan seperti terjadinya infeksi kuman atau luka, neutrofil mengadakan merginasi, kemudian terjadi (memutar) lalu kemudian mendekati endotel lalu terjadi adhesi yaitu penempelan, setelah itu karena permeabilitasnya masih meningkat sehingga masih terjadi perenggangan, dari renggangan-renggangan ini terdapat rongga yang dapat dilewati.Makrofag atau neutrofil ini ada pada aliran darah, ketika ada rangsangan dari luar atau dari jaringan, akan langsung ada respon seusai keluar dari pembuluh darah melewati endotel ada istilah kemotaksis. Kemotaksis ini fungsinya seperti pengatur perjalanan ke tempat bakteri. Setelah itu makrofag memakan bakterinya dan kemudian mengadakan apoptosis atau mematikan dirinya sendiri.Tanda-tanda inflamasi Tanda-Tanda Peradangan (Karakteristik Lokal)

Ciri Lokal Peradangan adalah sebagai berikut: Rubor : Kemerahan yang menyertai peradangan. Rubor terjadi akibat peningkatan aliran darah ke daerah yang meradang. Kalor : Panas yang menyertai peradangan. Panas timbul akibat peningkatan aliran darah, darah merupakan zat pembawa panas tubuh. Dolor : Nyeri peradangan. Nyeri terjadi akibat peregangan saraf karena pembengkakan dan rangsangan ujung-ujung saraf oleh mediator-mediator peradangan Turgor/Tumor : Pembengkakan daerah yang meradang. Turgor/tumor ini terjadi akibat peningkatan permeabilitas kapiler sehingga protein-protein plasma dan eksudat masuk ke ruang interstisium. Fungsio laesa : Penurunan fungsi daerah peradangan. Kerusakan jaringan dan peningkatan rasa nyeri menyebabkan daerah peradangan diistirahatkan dengan menurunkan fungsi gerak dll.Mediator KimiawiProstagladinProses Metabolisme Asam Arakidonat yang mrlalui jalir Siklooksigenase dan menghsilkan Prostaglandin () yang menjadi Prostaglandin () yang selanjutnya menghasilkan Prostasiklin () yang menyebabkan Vasodilatasi, menghambat agregasi platelet. , yang menyebabkan Vasodilatasi, Meningkatkan terjadinya Edema. () yang menyebabkan Vasokonstriksi, meningkatkan agregasi plateletProstagladin juga berperan dalam pathogenesis nyerin dan demam pada inflamasi; meningkatakan sensitivitas terhadap nyeri terhadap berbagai rangsangan lainnya dan berinteraksi dalam sitokinin yang menyebabkan demam.LeukotrienMetabolisme Asam Arakidonat memlalui jalur 5-lipoksigenase yang menjadi 5-HPETE yang belum stabil, lalu di sintesis menjadi Leukotrien (), Leukotrien (), Leukotrien (), Leukotrien () yang menyebabkan Vaso konstriksi, Bronkospasme, peningkatan permeabilitas.Faktor Pengaktifasi TrombositTrombosit normal tidak melekat pada pembulu darah yang licin tetapi ketika terjadi jejas maka Trombosit akan terkatifasi oleh kolagen yang terpajan, yaitu protein fibrosa di jaringan bawah endotel. Setelah itu trombosit akan cepat melekat ke kolagen dan membentuk sumbat trombosit hemostatic di tempat cedera. Trombosit akan mengeluarkan zat kimia dari glanular yaitu ADP (Adenin dipospat) yang menyebabkan permukaan trombosit darah menjadi melekat. Trombosit- trombosit tersebut melekat di lapisan pertama gumpalan trombosit.Secara fisik peran trombosit disini adalah sebagai penambal pembuluh darah yang rusak.SitokinSitokin merupakan produk polipeptida dari banyak jenis sel (tetapi pada dasarnya limfosit dan makrofag yang teraktivasi) yang melakukan fungsi sel lainnya. Sitokin di hasilkan selama terjadi respon radang imun, sekresinya bersifat sementara dan diatur secara ketat. Sitokin dapat bekerja pada sel yang sama dengan sel yang memproduksinya, pada sel lain di sekitarnya atau secara sistemik. Sitokin secara garis besar dapat di kelompokan menjadi 5 kelompok berdasarkan cara kerja atau sel targetnya:Sitokin yang mengatur fungsi limfosit Seperti aktivasi, pertumbuhan dan diferensiasi. Sitokin yang terdapat pada imunitas baawaan Respon primer terhadap rangsang yang membahayakan. Sitokin meliputi 2 sitokin peradangan utama, TNF dan IL-1. TNF dan IL-1 di hasilkan oleh makrofag teraktivasi dan sekresinya di rangsang oleh endotoksin, kompleks imun, toksin, cedera fisik atau berbagai mediator lainnya. Sitokin yang merngaktifkan sel radang (terutama makrofag) selama terjadi imu yang di perantarai oleh sel. KemokinYang memiliki aktivitas kemotaksis terhadap berbagai leukosit. Sitokin yang merangsang hematopotesis merupakan factor perangsang koloni granula.

1. Nitrit OksidaNitrit oksida adalah molekul gas kecil, mudah larut dan berumur pendek. Makrofag menggunakannya sebagai metabolit sitotoksik untuk membunuh mikroba dan sel tumor. NO merupakan mediator penting bagi sejumlah besar keadaan fisiologis dan patologis.

Inflamasi merangsang aktivasi makrofag. iNOS memang sudah berada di makrofag. Lalu reaksi kimia bersifat sitotoksik terhadap mikroba. NO masuk kedalam saluran pembuluh darah lewat endotel mengakitbatkan adhesi trombosit berkurang. Di dalam pembuluh darah ada eNOS, eNOS diaktivasi setelah adanya perangsangan endotel dan influks Ca++ yang mengakibatkan adhesi leukosit berkurang. NO keluar dan mengakibatkan adanya relaksasi dan vasodilatasi otot polos pembuluh darah.Respon imun terhadap radang/inflamasiImunitas merupakan kemampuan tubuh manusia untuk melawan hampir semua jenis organisme atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh.Imunitas ada dua, yaitu Imunitas bawaan, yang merupakan akibat dari proses imun dan bukan dari proses yang terarah pada organisme penyebab penyakit spesifik. Imunitas bawaan ini meliputi;1. Fagositosis terhadap bakteri All oleh sel darah putih dan sel pada sistem makrofag jaringan.2. Pengerusakan oleh asam lambung dan enzim pencernaan terhadap organisme yang tertelan ke dalam lambung.3. Daya tahan kulit terhadap invasi organisme4. Adanya senyawa kimia tertentu dalam darah yang melekat pada organisme asing atau toksin dan menghancurkannya. Imunitas didapat, yang merupakan proses yang terarah pada organisme penyebab penyakit spesifik. Imunitas didapat merupakan produk dari sistem limfosit tubuh. Leukosit (sel darah putih) dan turunannya, bersama dengan beragam protein plasma, bertanggung jawab melaksanakan beragam strategi pertahanan imun.Fungsi Leukosit : Neutrofil adalah spesialis fagositik yang memiliki mobilitas tinggi serta mampu menelan dan menghancurkan bahan yang tidak diinginkan. Eosinofil mengeluarkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan cacing parasitik dan berperan dalam reaksi alergi. Basofil mengeluarkan histamin dan heparin serta juga berperan dalam reaksi alergi. Monosit berubah makrofag, yaitu spesialis fagositik besar yang berada di jaringan. Limfosit terdiri dari dua tipe:a. Limfosit B (sel B) berubah menjadi sel plasma, yang mengeluarkan antibodi secara tidak langsung menyebabkan destruksi benda asing (imunitas yang diperantarai oleh antibodi, imunitas hormonal)b. Limfosit T (sel T) secara langsung mengahncurkan sel yang terinfeksi virus Ac. sel mutan dengan mengeluarkan bahan-bahan kimia yang melubangi sel korban (imunitas yang diperantarai oleh sel, imunitas seluler)Dari kelima jenis leukosit neutrofi dan makrofag adalah yang paling bertanggung jawab dalam sistem pertahanan, maka yang paling berperan dalam respons imun terhadap peradangan (inflamasi) adalah neutrofil dan makrofag.Respon selama peradangan : Pertahanan pertamaDalam beberapa menit setelah peradangan dimulai, makrofag telah terdapat di dalam jaringan dan segera masuk ke dalam pembuluh darah yang mengalami dilatasi untuk memulai fagositiknya. Efek Dari hal tersebut adalah terjadi pembesaran setiap sel-sel dengan cepat. Selanjutnya makrofag-makrofag yang sebelumnya terikat menjadi lepas dari pelekatnya dan bergerak membentuk garis pertahanan pertama tubuh terhadap infeksi. Pertahanan keduaDalam beberapa jam setelah peradangan dimulai sejumlah besar neutrosil dari darah mulai menginvasi area yang meradang. Kemudian ada produk yang berasal dari jaringan yang meradang yang memicu terjadinya reaksi:1. Perubahan permukaan bagian dalam endotel kapiler, yang menyebabkan neutrofil melekat pada dinding kapiler dalam area yang meradang. Efek ini yang disebut marginal.2. Pemisahan sel-sel endotel pada kapiler dan venula-venula kecil agar secara mudah terpisah dan terbuka, sehingga neutrophil pun mengalami diapedesis atau masuk ke jaringan peradangan melalui rangsangan kemoktasis yang memberikan sinyal tempat jejas tersebut berada,dan mulai memfagosit bakteri-bakteri yang berada di jaringan. Pertahanan ketiga Setelah neutrophil menjalani masa kerjanya menangani infeksi dalam beberapa waktu, maka masuklah makrofag yang membantu tugas neutrophil tersebut. Makrofag merupakan sel dewasa berasal dari sel monosit yang mengalami perubahan dari sel immature menjadi sel dewasa seperti makrofa. Kerja makrofag dalam mengatasi bakteri-bakteri penyebab jejas jauh lebih baik daripada neutrophil,selain itu juga memiliki umur yang lebih panjang, sehingga sangat membantu kerja naeutrofil untuk mampu menangani jejas lebih cepat. Pertahanan keempatMeningkatkan produksi granulosit dan monosit oleh sum-sum tulang belakang. Adapun respon antibodi terhadap infeksi atau inflamasi, yaitu : Secara Langsung : Aglutinasi, pengumpulan berbagai antigen seperti bakteri dan lain-lain menjadi satu kelompok. Presipitasi, proses pemecahan larutan menjadi tak larut. Netralisasi, antibodi mencegah toksin-toksin antigen berinteraksi dengan sel-sel yang rentan. Lisis, antibodi yang sangat kuat kadang-kadang mampu langsung menyerang membran sel agen penyebab penyakit sehingga sel tersebut robek atau lisis atau pecah. Secara Tidak Langsug (Sistem Komplemen) Fagositosis & Opsonisasi, dimana sel-sel menelan/memfagosit bakteri yang dilekati oleh kompleks antibodi-antigen. Proses ini diaktifkan oleh C3b. Lisis, merobek membran sel bakteri atau organisme penyerbu lainnya yang diaktifkan oleh gabungan dari banyak faktor komplemen C5b6789. Aglutinasi, produk komplemen yang menyebabkan permukaan sehingga melekatkan atau mengumpulkan dan meningkatkan proses aglutinasi. Netralisasi virus-virus, enzim-enzim merubah virus menjadi virulen (tidak aktif). Kemotaksis, netrofil dan makrofag bermigrasi atau pindah ke dalam regio lokal dari agen antigenik. Diaktifkan oleh fragmen C5a. Peningkatan sel mast dan basofil, menghasilkan atau melepaskan histamin, heparin dan beberapa substansi lain yang menyebabkan peningkatan aliran darah setempat, dan kebocoran cairan dan protein plasma ke dalam jaringan. Proses ini diaktifkan oleh C3a, C4a dan C5a.

Skema Sistem Komplemen

Sub Modul 5SkenarioAn.A datang dengan tonsilitas akut. Saat yang hampir bersamaan, datang pula An.B dengan tonsilitas kronik. Dengan jenis penyakit yang sama yaitu tonsilitas, kondisi An.A dan An.B ada yang berbeda. An.A mengeluhkan demam dan nyeri, sedangkan An.B tidak merasakannya. Meskipun radang terjadi pada organ yang sama, namun pentalaksanaanya berbeda.KATA SULIT :1. Tonsilitis : Peradangan tonsil (tonsil adalah massa jaringan yang bulat dan kecil khususnya dari jaringan lifoid 2. Akut : Menunjukan gejala yang berat dan perjalanan yang singkat3. Kronis : Berangsur lebih lamaKATA/KALIMAT KUNCI1. Tonsilitis akut2. Tonsilitis kronis3. Demam dan nyeri4. Radang pada organ yang sama5. Penatalaksanaan yang berbedaPERTANYAAN1. Mekanisme seluler dan perbedaannya akut dan kronik?2. Morfologi akut dan kronik3. Bagaimana cara membedakan tanda dan gejala pada pasien yang mengalami inflamasi akut dan kronik

JAWABANMEKANISME INFLAMASI AKUTPada radang Akut pertama-tama akan terjadi Perubahan Vaskular dimana setelah Vasokonstriksi sementara (beberapa detik), terjadi vasodilatasi arteriol, yang mengakibatkan peningkatan aliran darah dan penyumbatan local( hyperemia) pada aliran darah kapiler selanjutnya. Ini merupakan penyebab timbulnya warna merah (eritema) dan hangat yang secara khas terjadi pada inflamasi akut.Selanjutnya, mikrovaskulatur menjadi lebih permiabel, mengakibatkan masuknya cairan kaya protein ke dalam jaringan ekstravaskular, akumulasi jaringan ini dinamakan edema. Terjadi pula kebocoran selapis endotel, namun pada Arteriol, Kapiler, dan Venula mengalami hal ini secara berbeda- beda, bergantung pada mekanisme yang berperan, serta onset, durasi, volume, dan karakteristik.Leukosit yang pada mulanya di dominasi oleh neutrophil, melekat ada endotel melalui molekul adhesi, kemudian meninggalakan mikrovaskular dan berimigrasi ke tempat cedera di bawah agen kemotatik. Kemudian, diikuti dengan fagositosis, pembunuhan, dan degradasi agen penyerang.MEKANISME INFLAMASI KRONIKInflamasi kronik yaitu inflamasi memanjang (berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun) dan terjadi inflamasi aktif, jejas jaringan dan penyembuhan secara serentak.

Pada awalnya di inflamasi akut ada cedera seperti infark, infeksi bakteri, toksin/trauma yang menyebabkan adanya inflamasi akut. Komponen inflamasi akut berupa perubahan vaskular, rekrutmen netrofil dan mediator-mediator. Setelah itu, inflamasi akut memiliki beberapa akibat, salah satunya adalah resolusi atau perbaikan. Pembentukan abses dapat terjadi pada kedaan meluasnya infiltrat neutrofil (mencakup makrofag, limfosit, sel plasma). Oleh karena meluasnya destruksi (kerusakan) jaringan yang mendasari, satu-satunya akibat pembentukan abses adalah jaringan parut.Inflamasi kronik dapat berkembang dari inflamasi akut. Perubahan ini terjadi ketika respon akut tidak teratasi karena agen cedera yang menetap atau karena gangguan proses penyembuhan normal. Jejas seperti infeksi virus, infeksi kronik, jejas persisten dan penyakit autoimun menyebabkan inflamasi kronik yaitu angiogenesis atau pembentukan pembuluh darah baru, infiltrat sel mononuklear, fibrosis. Inflamasi dapat diikuti oleh regenerasi atau dapat menimbulkan jaringan parut.Sel dan mediator inflamasi kronik yaitu makrofag, limfosit, sel plasma, eosinofil dan sel mast.

Monosit dalam sirkulasi darah mengalami marginasi, rolling, adhesi, transmigran, ia melekat dan setelah itu mengalami emigrasi, keluar dari sel endotel dan menjadi makrofag jaringan yang teraktivasi. Makrofag dapat di aktivasi oleh sitokin yang di sekresi oleh limfosit T yang tersensitisasi, endoktrin bakteri, berbagai mediator yang di hasilkan saat inflamasi akut atau bisa juga oleh rangsang non-imunologik seperti endotoksi, fibrinektin, mediator kimiawi. Tampak produk yang dibuat oleh makrofag teraktivasi yang memerantarai cedera dan fibrosis jaringan.PERBEDAAN INFLAMASI AKUT DAN INFLAMASI KRONIK Inflamasi akut adalah suatu respon segera sementara terhadap jejas yang di rancang untuk mengirimkan leukosit ke tempat jejas yang dimana leukosit membersihkan tiap mikroba yang menginvasi melalui proses penguraian jaringan nekrotik, terdapat dua cara. Yaitu , perubahan vascular dan berbagai kejadian yang terjadi pada sel. Yang dimana beberapa tanda klasik adalah panas (kolor), merah (rubor), pembengkakan (tumor), nyeri (dolor) dan hilangnya fungsi (fungtio laesa).