laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat
TRANSCRIPT
i
PERBANDINGAN UJI DIPSTICK DENGAN UJI
MIKROBIOLOGIS PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH
DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT TANGERANG
SELATAN
TAHUN 2017
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
FAIRUS BRILLIANI
NIM.11141030000051
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia serta hidayahNya , sehingga penulis dapat dalam menyelesaikan penelitian ini
dengan baik. Tak lupa juga Sholawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir
zaman.
Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran dari Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi tak lepas dari bantuan, bimbingan dan semangat dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih sebesar- besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes sebagai dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku ketua Program Studi
Kedokteran dan Pendidikan Dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran dan
Pendidikan Dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd selaku pembimbing I yang telah
mencurahkan bimbingan, perhatian, dukungan, serta motivasi yang membuat
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini serta semangat dalam
menjalankan semua prosesnya.
5. dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, P.hD selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, waktu serta nasehat kepada penulis selama penelitian
dan penulisan skripsi ini.
6. Bapak Chris Adhiyanto, MBiomed, PhD selaku penanggung jawab riset PSKPD
angkatan 2014.
vi
7. Staf dosen PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta pengalaman hidup sebagai bekal bagi
penulis untuk ke depannya menjadi dokter yang baik bagi agama dan negara.
8. Staf Klinik Pelayanan dan Kesehatan Masyarakat (KPKM) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis
selama proses pengumpulan data penelitian ini, terutama kak Ayu yang selalu
sabar membimbing dan membantu penulis.
9. Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Dr.Drs.H. Aco Nur.SH.MH dan Ibu Haerani .SE
atas jasa- jasanya, limpahan do’a dan kasih sayang serta dukungan kepada
penulis sejak kecil.
10. Kakak kandung penulis , Rajul lur rahman.SH.MH yang membantu melengkapi
kekurangan dari skripsi sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.
11. Sahabat dekat penulis, Reaza aditya saputra atas support rohani dan jasanya
dalam membantu proses pembikinan penelitian sehingga penulis semangat dan
tidak putus asa dalam menyelesaikan penelitian ini.
12. Sahabat sejak dulu hingga sekarang, Andi Yolanda, Dandi Saputra atas
bantuanya dalam mencari bahan dan mengkoreksi penelitian penulis dari awal
hingga akhir penelitian ini.
13. Teman-teman sejawat dalam penelitian yang sama, Alfi hidayatus, Maya
Fitriana, Kharisma Aisyah atas kerjasama yang luar biasa serta waktu dan
perjuangan yang penulis dan mereka lakukan bersama demi suksesnya penelitian
ini.
14. Pembimbing SPSS penulis, Pak Mo , yang telah sabar membantu penulis dalam
mengolah data dengan SPSS. Terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang telah
dberikan.
15. Semua pihak yang telah banyak membantu menyelesaikan penelitian ini yang
tidak dapat penulis sebutkan semuanya.
vii
Semoga Allah membalas kebaikan kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya,
penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun. Akhirnya
hanya kepada Allah swt. penulis serahkan segalanya. Semoga penelitian ini bermanfaat
baik bagi penulis maupun semua masyarakat.
Ciputat, 30 november 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
PERBANDINGAN UJI DIPSTICK DENGAN UJI MIKROBIOLOGIS PADA
PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT TANGERANG SELATAN 2017
Latar Belakang : Infeksi Saluran Kemih atau yang sering disebut ISK adalah penyakit
yang menyerang saluran kemih dikarenakan reaksi inflamasi di sel-sel urotelium yang
melapisi saluran kemih. Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan
pemeriksaan laboratorium yaitu uji dipstick dan uji mikrobiologis. Uji tersebut dapat
menggambarkan bakteri uropatogen ISK.
Tujuan : Mengetahui kesesuaian hasil uji mikrobiologis dengan uji Dipstick pada
pasien ISK
Metode : Penelitian yang telah dilakukan merupakan jenis penelitian Analitik
Observational. Sampel diambil secara konsecutive sebanyak 29 responden yang datang
ke Puskesmas Ciputat dan Pamulang.
Hasil : Uji Chi square dengan p value nitrit dan leukosit terhadap Uji mikrobiologi
adalah 0,128 dan 0,170. Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat kesesuaian secara
klinis antara kedua variabel. Namun, secara stastistik tidak bermakna. Sedangkan hasil
odd ratio (OR) dari nitrit dan leukosit esterase terhadap uji mikrobiologi adalah 0,70 dan
8.800, artinya leukosit esterase lebih sensitiv untuk diagnosis ISK dibandingkan nitrit.
Kesimpulan : Terdapat kesesuaian secara klinis antara kedua variabel. Namun, secara s
tastistik tidak bermakna. Sedangkan dari hasil odd ratio (OR) leukosit esterase lebih
sensitiv untuk diagnosis ISK dibandingkan nitrit.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah........................................................................... 2
1.3. Hipotesis ........................................................................................ 2
1.4. Tujuan ........................................................................................... 2
1.4.1. Tujuan umum ........................................................................ 3
1.4.2. Tujuan khusus ........................................................................ 3
1.5. Manfaat penelitian .......................................................................... 3
1.5.1. Manfaat Bagi Institusi .......................................................... 3
1.5.2. Manfaat Bagi Masyarakat .................................................... 3
1.5.3. Manfaat Bagi Peneliti ........................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4
2. 1.Landasan teori. ............................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Infeksi Saluran Kemih .......................................... 4
2.1.2. Anatomi Saluran Kemih......................................................... 4
x
2.1.3. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih .......................................... 6
2.1.4. Penyebab Infeksi Saluran Kemih ........................................... 7
2.1.5. Patogenesis ISK ..................................................................... 9
2.1.6. Manifestasi Klinis ............................................................... 11
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang Untuk Menegakkan Diagnosis ...... 11
2.1.8. Pemeriksaan Laboratorium pada ISK .................................. 12
2.1.9. Pemeriksaan Mikrobiologi .................................................. 12
2.1.10. Peranan Pemeriksaan Dipstick ........................................... 16
2.2. Kerangka Teori ........................................................................... 20
2.3. Kerangka Konsep ......................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 22
3.1. Desain penelitian .......................................................................... 22
3.2. Waktu dan Tempat penelitian ....................................................... 22
3.3. Populasi dan Sampel..................................................................... 22
3.4. Besar Sampel Penelitian ............................................................... 22
3.5. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................... 23
3.6. Kriteria Inklusi dan Eklusi Subjek Penelitian ................................ 23
3.6.1. Kriteria Inklusi ......................................................................... 24
3.6.2. Kriteria Eksklusi ....................................................................... 24
3.7. Alat dan Bahan ............................................................................. 24
3.8. Alur Kerja Penelitian .................................................................... 25
3.9. Cara Kerja Penelitian .................................................................... 26
3.10. Identifikasi Variabel ................................................................... 26
3.10.1. Variabel Terikat ................................................................ 26
3.10.2. Variabel Bebas ........................................................................ 26
3. 11.Rencana Manajemen Data ........................................................... 26
3.11.1. Pengolahan Data ...................................................................... 26
3.11.2. Analisis Data ........................................................................... 26
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 27
4.1. Karakteristik Responden .................................................................... 27
4.1.1. Usia Responden ........................................................................ 27
4.1.2. Jenis Kelamin ........................................................................... 28
4. 2.Table dan grafik Perbandingan Uji Nitrit dengan Uji Mikrobiologi ........
4.3.Table dan grafik hubungan uji Leukosit Esterase dengan uji
mikrobiologi ...................................................................................... 29
4.4. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 31
5.1. Simpulan ............................................................................................ 31
5.2. Saran .................................................................................................. 31
BAB VI KERJASAMA PENELITIAN .................................................. 31 DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................. 33 LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Fungsi dari organ perkemihan ................................................ 6
Tabel 2.2. Famili,Genus dan Spesies MO yang paling Sering Penyebab
ISK ........................................................................................ 8
Tabel 2.3. Identifikasi, etiologi, dan hasil pemeriksaan ........................ 13
Tabel 4.1.3. Table dan grafik Perbandingan Uji Nitrit dengan Uji
Mikrobiologi ........................................................................ 28
Tabel 4.1.4 Table dan grafik hubungan uji Leukosit Esterase
dengan uji mikrobiologi ...................................................... 29
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi Organ Perkemihan Umum Wanita ........................... 5
Gambar 2.2. Anatomi Organ Perkemihan Potongan Sagital Wanita ............. 5
Gambar 2.3. Anatomi Organ Perkemihan Potongan Sagital Pria .................. 6
Gambar 2.4 Pewarnaan Gram Escherichia Coli dan Streptococcus sp. ..... 14
Gambar 2.5. Media Mc.Conkey Escherichia coli dan Salmonella typhi .... 15
Gambar 2.6. Media Agar Darah Staphylococcus Epidermidis .................... 15
Gambar 2.7. Media Agar Darah Streptococcus alfa haemolyticus .............. 15
Gambar 2.8. Media Mc.Conkey (merah muda), Media Agar Darah (merah)16
Gambar 2.9. Parameter dipstick................................................................. 18
Gambar 2.10.Parameter ph, nitrit , leukosit esterase .................................. 19
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1.1. Usia Responden ................................................................... 27
Grafik 4.1.3 Table dan grafik Perbandingan Uji Nitrit dengan Uji
Mikrobiologi ....................................................................... 28
Grafik 4.1.4 Table dan grafik hubungan uji Leukosit Esterase
dengan uji mikrobiologi ..................................................... 29
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Penelitian Responden ........................... 35
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Penelitian Responden ............................ 36
Lampiran 3. Lembar Analisa Data SPSS ................................................... 38
Lampiran 4. Lembar Riwayat Penulis ....................................................... 43
xvi
DAFTAR SINGKATAN
API : Analytical Profile
Index
CFU : Colony Forming Unit
ISK : Infeksi Saluran Kemih
IG : Imunoglobulin
IK : Interval Kepercayaan
LE : Leukosit Esterase
LPS : Lipopolisakarin
MAC : Membrane Attack
Complex
MO : Mikroorganisme
PALS : Pathogenecity Islands
PMN : Polimorfonuklear
PNA : Pielonefritis Akut
PNK : Pielonefritis Kronik
SUA : Sindrom Uretra Akut
RSUD : Rumah sakit umum
daerah
USG : Ulrasonografi
WHO : World Health
Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih yang disingkat menjadi ISK adalah penyakit yang
menyerang pria dan wanita dalam semua umur dengan ditemukannya mikroorganisme
patogen dalam urin. Infeksi saluran kemih ini paling sering disebabkan oleh bakteri
Escherichia coli. Gejala yang timbul adalah sering berkemih dengan volume yang
sedikit, nyeri saat berkemih, terasa panas saat berkemih, dan terdapat demam. Infeksi
ini semakin meningkat seiring bertambahnya usia1.
ISK merupakan penyakit nomer 2 yang sering ditemukan didalam tubuh
manusia setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus terdata setiap
tahunnya, data tersebut di kutip dari WHO (2013). Indonesia saat ini menempati
urutan ke 4 terbesar didunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat yang
penduduknya mengalami infeksi saluran kemih. Berdasarkan pendataan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015, jumlah pasien yang mengalami ISK di
Indonesia adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar
180.000 kasus baru pertahun2. Kejadian infeksi di daerah RSUD Cengkareng dalam
penelitian Nurul pada tahun 2014 terdapat 86 pasien yang terkena ISK, penyakit ini
juga lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan laki-laki, dikarenakan
anatomis saluran kemih wanita lebih pendek daripada laki-laki3.
Protokol standart untuk pendekatan diagnosis ISK adalah analisa urin rutin
pemeriksaan mikroskop urin segar, kultur urin, serta jumlah bakteri/ml urin.
Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan pemeriksaan laboratorium
yaitu uji dipstick, uji ini merupakan pilihan praktis dari segi waktu dan cost untuk
mendiagnosis ISK. Indikator yang digunakan adalah nitrit dan leukosit esterase,
indikator tersebut bisa digunakan untuk mendeteksi bakteri uropatogen ISK4.
2
Menurut hasil penelitian Rehmani, uji dipstick kurang sensitive untuk
mendeteksi bakteri uropatogen ISK dari hasil data 984 sample urin, sehingga
dibutuhkan pemeriksaan lebih spesifik untuk mengidentifikasi bakteri uropatogen
ISK.
Pemeriksaan mikrobiologi merupakan pemeriksaan spesifik yang berguna
untuk melihat pertumbuhan mikroorganisme uropatogen penyebab ISK, pemeriksaan
yang dilakukan antara lain kultur media pada agar darah dan Mc.conkey, pewarnaan
Gram dan uji identifikasi. Hasil dari uji kultur adalah ditemukanya bakteri uropatogen
ISK, hasil tersebut menjadi diagnosis pasti pada penyakit ISK5.
Penelitian mengenai hubungan uji dipstick terhadap uji mikrobiologi belum
banyak dilakukan, penelitian sebelumnya hanya mengambil populasi anak-anak
kemudian yang berada di rumah sakit saja dan hanya menggunakan rekam medis
untuk menentukan gejala ISK. Sedangkan dalam penelitian ini responden diambil
secara konsecutive sampling terhadap pasien yang datang ke puskesmas dengan gejala
khas ISK, menggunakan jenis penelitian analitik observational dengan metode
penelitian cross sectional, dan melakukan dua pemeriksaan yaitu uji dipstick dengan
uji mikrobiologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dari uji
dipstick dengan uji mikrobiologi terhadap pasien ISK di Puskesmas Tangerang
Selatan yaitu Ciputat dan Pamulang tahun 2017.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaiman hasil perbandingan uji dipstick dengan uji mikrobiologi terhadap
pasien infeksi saluran kemih di Puskesmas daerah Ciputat dan Pamulang?
1.3. Hipotesis
1.3.1. Terdapat kesesuaian antara hasil uji dipstick dengan uji mikrobiologi pada
pasien ISK di Puskesmas Ciputat dan Pamulang.
3
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui kesesuaian hasil uji mikrobiologis dengan uji dipstick
pada pasien ISK
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui prevalensi uji nitrit positif pada pasien positif
ISK.
2. Mengetahui uji leukosit positif pada pasien positif ISK.
3. Mengetahui besaran resiko pada hasil uji dipstick pasien
positif ISK
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Institusi
a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan ilmu
pengetahuan khususnya terkait pemeriksaan primer yang bisa
dilakukan dengan pemeriksaan sederhana melalui urin pada
infeksi saluran kemih.
b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan rujukan dalam
penelitian kesesuaian uji dipstick teradap media pertumbuhan
mikroorganisme selanjutnya.
1.5.2. Bagi Masyarakat
a. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait faktor-faktor
risiko mikroorganisme patogen terhadap penyakit infeksi saluran
kemih.
b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang hasil kesesuaian
pemeriksaan primer uji dipstick dengan pemeriksaan mikrobiologi
terhadap infeksi saluran kemih dan interpretasinya.
1.5.3. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian uji dipstick
dengan uji mikrobiologis
b. Mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang jika dilihat dari penyebabnya
dikarenakan oleh mikroorganisme patogen yang naik dari uretra ke kandung
kemih dan berkembang biak serta meningkat jumlahnya sehingga
menyebabkan infeksi pada ureter dan ginjal. Keberadaan bakteriuria
merupakan indikasi infeksi saluran kemih, terbukti bila ditemukan
pertumbuhan bakteri murni sebanyak > 100.000 colony forming units
(cfu/ml) pada biakan urin. Jenis bakteri patogen penyebab tersering
bakteriuria adalah Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas,
Enterobacter, Serratia, Streptococcus, dan Staphylococcus. Bakteriuria
bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan
bakteriuria asimptomatik, sebaliknya bakteriuria bermakna disertai
presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria simptomatik, pada beberapa
keadaan pasien dengan presentasi ISK tanpa bakteriuria bermakna1.
2.1.2. Anatomi Saluran Kemih
Sistem perkemihan adalah organ-organnya berfungsi untuk membuang
sisa-sisa metabolisme makanan dan minuman. Hasil yang dibuang antara
lain seperti senyawa nitrogen yaitu urea dan kreatinin, bahan asing dan
produk lainnya6. Produk sisa-sisa metabolisme yang dikeluarkan ini
menggunakan bantuan beberapa organ antara lain bantuan organ ginjal yang
akan mengsekresikan makanan dalam bentuk terkecilnya setelah melewati
banyak tahap dan dihasilkan dalam bentuk urin7. Urin yang di hasilkan akan
turun ke kandung kemih melewati ureter untuk dikumpulkan dan disimpan
sementara dan secara berkala akan dikeluarkan melalui uretra8.
5
Sistem perkemihan terdiri dari organ : sepasang ginjal, sepasang ureter,
kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra.
Gambar 2.1. Anatomi Organ Perkemihan8.
Gambar 2.2. Anatomi Organ Perkemihan wanita
8.
6
Gambar 2.3. Anatomi Organ Perkemihan pria8.
Table 2.1 Fungsi dari organ perkemihan3
.
Fungsi dari sistem urinary
1. Menentukan komposisi darah rutin ginjal, membantu mengatur tekanan,
synthezise glukosa, melepaskan eritropoietin, partisipasi dalam sintesis
vitamin D, dan membuang sisa-sisa metabolisme dengan membentuk urin.
2. Ureter mengangkut urine dari ginjal ke kandung kemih.
3. Kandung kemih menyimpan urin.
4. Uretrha membuang urin dari tubuh.
2.1.3. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih menurut letaknya dibagi menjadi dua, yaitu Infeksi
Saluran Kemih atas dan bawah1.
1. Infeksi saluran kemih atas adalah infeksi yang terjadi akibat mikroorganisme
patogen yang menyerang bagian atas saluran kemih salah satu penyakitnya
adalah9 :
A. Pielonefritis akut (PNA).
Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri10
.
7
B. Pielonefritis Kronik (PNK).
Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran
kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik
sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimptomatik
kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak pernah
menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.
2. Infeksi saluran kemih bawah adalah infeksi yang terjadi akibat
mikroorganisme patogen yang menyerang bagian bawah saluran kemih.
Penyakit dibagian bawah ini dibedakan lagi dari gendernya jika1 :
• Wanita
• Sistitis : yaitu presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna.
• Sindrom Uretra Akut (SUA) : yaitu presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis. Penelitian terkini SUA disebabkan oleh
Mikroorganisme anaerobik.
• Laki-laki
Presentasi klinis ISK bawah pada laki-laki mungkin sistitis,
prostatitis, epidimidis, dan uretritis
2.1.4. Penyebab Infeksi Saluran Kemih
Pada umumnya ISK disebabkan oleh Mikroorganisme tunggal salah satunya
yaitu :
• Escheria coli merupakan mikroorganisme yang paling sering diisolasi pasien
dengan infeksi simptomatik maupun asimptomatik3
• Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus sp
(33% ISK anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella sp dan Staphylococcus
dengan koagulase negativ 11
.
8
Infeksi yang disebabkan Pseudomonas sp dan mikroorganisme lainya seperti
Staphylococcus, jarang dijumpai kecuali pasca katerisasi1.
Gram negativ Gram positif
Famili Genus Species Famili Genus Spesies
Enterobacteriaceae Escherichia coli Mikrocococcaceae Staphylococcus aureus
Klebsiella pneumoniae
oxytosa
Streptococceae Streptococcus faecalis
enteroc
ococcus
Proteus mirabilis
vulgaris
Enterobacter cloacae
aerogenes
Providencia rettgeri
stuartii
Morganella morganii
Citrobacter freundii
diversus
Serrotia morcescens
Pseudomonadaceae Pseudomonas aeroginosa
Table 2.2. Famili,Genus dan Spesies Mikroorganisme yang paling Sering Penyebab ISK1.
9
2.1.5. Patogenesis ISK
Patogenesis infeksi saluran kemih
Patogenesis bakteriuria asimptomatik menjadi bakteriuria simptomatik
dengan presentasi klinis ISK dilihat dari patogenitas bakteri dan status
pasien sendiri1.
1. Peranan patogenisitas bakteri .
Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli diduga terkait
dengan etiologi ISK. Penelitian melaporkan lebih dari 170 serotipe 0
(antigen) Escherichia coli yang patogen. Patogenisitas Escherichia
coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dari
lipopolisakarin (LPS).
Hanya IG serotipe dari 170 serotipe O/Escherichia Coli yang
berhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain
Escherichia coli ini mempunyai patogenisitas khusus. Penelitian
intensif berhasil menentukan faktor virulensi Escherichia coli dikenal
sebagai virulance determinalis.
Bakteri patogen dari urin (urinary pathogens) dapat menyebabkan
presentasi klinis ISK tergantung juga dari faktor lainnya seperti
perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi dan variasi fase
faktor virulensi.
Peranan bakterial attachment dari mukosa, penelitian Nurul tahun
2014 membuktikan fimbriae (proteinacceous hair-like projection
fromthe bacterial surface), merupakan salah satu pelengkap
patogenitas yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada
permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya fimbriae akan
terikat pada blood group antigen yang terdapat pada sel epitel saluran
kemih atas dan bawah.
10
Strain E.coli ini dapat diisolasi dari urin segar. Peranan faktor
virulensi lainnya, kemampuan untuk melekat (adhesion)
mikroorganisme atau bakteri tergantung dari organ pili atau fimbriae
maupun non-fimbriae. Pada saat ini dikenal beberapa adhesion
seperti fimbriae tipe 1, P, dan S, non fembrial adhesions, fimbrial
adhesions, M-adhesions, G-adhesions dan curli adhesions.
Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan dengan toksin,
Dikenal beberapa toksin seperti alfa hemolisin, cytotoxic necrolizing
factor 1 (cnf-1) dan iron uptake system (aerobacin dan enterobacin)1.
Hampir 95% alfa hemolisin terikat pada kromosom dan berhubungan
dengan pathogenicity islands (PAIS) dan hanya 5% terikat pada gen
plasmid.
Resistensi uropatogenik E.coli terhadap serum manusia dengan
perantara (mediator) beberapa faktor terutama aktivasi sistem
komplemen termasuk membrane attack complex (MAC). Mekanisme
pertahanan tubuh berhubungan dengan pembentukan kolisin (col v),
K-1, Tra T proteins danouter membrane protein (OHPA), Menurut
beberapa peneliti uropatogenik mikroorganisme ditandai dengan
ekspresi faktor virulensi ganda. Beberapa sifat uropatogen
mikroorganisme, seperti resistensi serum, sekuestrasi besi,
pembentukan hidroksat dan antigen K yang muncul mendahului
manifestasi klinis ISK. Gen-gen virulensi dikendalikan faktor luar
seperti suhu, ion besi, osmolaritas, pH dan tekanan oksigen. Laporan
penelitian Johnson mengungkapkan virulensi E.coli sebagai
penyebab ISK terdiri fimbriae type 1 (58%) , p-fimbriae (24%, aero
bactin (38%) , haemolysin (20%) , antigen K (22%), resistensi serum
(25%), dan antigen O (28%)12
.
11
Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami
perubahan tergantung dari respon faktor luar. Konsep variasi fase
dari mikroorganisme ini menunjukan peranan beberapa penentu
virulensi bervariasi di antara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh
karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam kandung kemih
dan ginjal9.
2.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala yang terlihat pada infeksi saluran kemih secara umum antara
lain1 :
• rasa panas saat buang air kecil
• nyeri saat buang air kecil (dysuria)
• buang air kecil terus menerus atau lebih dari 3x sehari
(frequency)
• keinginan berkemih yang mendesak dan tiba-tiba (urgency)
• merasa tidak nyaman diarea suprapubik disertai nyeri
pinggang
• volume air berkemih yang sedikit
2.1.7 Pemeriksaan penunjang untukmenegakkan diagnosis
Sedangkan untuk pemeriksaan standart pendekatan diagnosis infeksi
saluran kemih antara lain dengan14
:
• Analisa urin rutin
- Uji dipstick
a) nitrit
b) leuokosit esterase
• Pemeriksaan mikrobiologi
- Kultur urin
a) media agar darah
b) Mc. Conkey
- Pewarnaan gram
- Uji identifikasi
12
Untuk memeriksa faktor predisposisi digunakan faktor penunjang
sebagai berikut1:
• Ultrasonogram (USG)
• Radiografi
- Foto polos perut
- Pielografi IV
- Micturating cystogram
• Isotop scaning
2.1.8 Pemeriksaan Laboratorium pada ISK
2.1.8.1 Urinalisis
Untuk melakukan penegakan diagnosis infeksi saluran kemih, kita dapat menentukan
dengan pemeriksaan urin dari pemeriksaan urin kita bisa mengetahui masalah yang
ada disaluran urin dan juga berbagai organ lain didalam tubuh. Urin yang diambil
untuk mendiagnosis ISK adalah urin sewaktu dengan pancaran tengah15
. Tatacara
untuk pengambilan urinya antara lain :
• Wanita: Labia mayora dan minoranya harus benar-benar dibuka supaya tidak
mengenai pancaran urinnya dengan ambil pancaran tengahnya.
• Pria: Pengeluaran urin seperti biasa tapi tetap diambil urin pancaran tengahnya.
2.1.9. Pemeriksaan mikrobiologi
2.1.9.1 kultur urin
Supaya biakan urin bagus hasilnya harus dilakukan secara kuantitatif, urin yang sudah
diambil di masukan ke dalam cool box dan tidak boleh lebih dari 24 jam, dibiakkan
dengan menggunakan ose disposible 1 mikron pada medium padat16
, lalu media padat
tersebut dimasukan ke dalam inkubator dengan suhu 37 derajat celcius selama 24 jam.
Secara umum biakkan dianggap berhasil ketika biakan tersebut mencapai lebih dari
13
105 koloni/ml baru bisa ditegakkan bahwa pasien tersebut mengalami infeksi saluran
kemih4.
Urin yang dikatakan bukan kategori ISK adalah urin kontaminan, urin tersebut
tumbuh pada media agar darah tetapi tumbuh lebih dari 2 bakteri yang berbeda-beda
susunan dan bentuknya. Dari pemeriksaan medium padat ini bisa kita lihat struktur
bentuk warnanya.Cara memeriksa mikroorganisme di medium padat adalah dengan
keterangan sebagai berikut5:
Table 2.3 Identifikasi, etiologi, dan hasil pemeriksaan1.
Penyakit Spesimen Agen
penyebab
yang lazim
Gambaran Medium
mikroskopis yang pembiakan lazim
Keterangan
Infesi
saluran
kemih
Urin
pancaran
tengah clean
catch/urine
E.coli
enterobacteria
ceae dan gram
negatif lainnya
Batang gram negatif Agar darah; agar
terlihat pada apusan Mac. Conkey atau
yang diwarnai dari EMB urin yang
tidak disentrivugasi
menunjukan lebih
dari 105 organisme/
Ml
Koloni abu-abu
merupakan
βhemolitik dan
memberikan uji
indolbintik positif
biasanya E.Coli; yang
lain memerlukan uji
biokimia lebih lanjut
Apusan
Neisseria
gonorrhoeae
Diplokokus gram Medium
negatif didalam/ diatas Thayer-Martin
PMN. Spesifik dimodifikasi
Apusan yang diwarnai
positif diagnostik pada
laki-
14
Uretritis/
servisitis
Trachomatis
Chlmydia
kokus gram
negatif
untuk skret uretra
pada laki laki;
kurang dapat
diandalkan pada
perempuan.
PMN tanpa diplo sel
McConkey terkait
atau medium
selektif yang
mengandung
antibiotik serupa.
Biakan pada sel
epitel diobati
dengan
cycloheximide
laki. Biakan
diperlukan pada
perempuan.
Gonokokus positif
oksidasi.
Inklusi berbentuk
sabit dengan
pewarnaan atau uji
anti body fluoresen.
Sumber :Jawetz, Melnick Mikrobiologi Kedokteran
Gambar 2.4. Eschericchia coli (kiri) pewarnaan gram, bentuk batang ,sifat gram negatif,
susunan tunggal. Streptococcus sp (kanan) pewarnaan gram, bentuk coccus, sifat gram +,
susunan berantai5.
15
Gambar 2.5. Media Mc.Conkey. (A) Escherichia coli(koloni merah muda).
(B) Salmonella typhi (koloni putih)21
.
Gambar 2.6. Media Agar Darah Staphylococcus epidermidis (koloni putih)21
.
Gambar 2.7. Media Agar Darah Streptococcus alfa haemolyticus (zona hijau)21
.
16
Gambar 2.8 Media Mc.Conkey (merah muda), Media Agar Darah (merah) 21
.
2.1.10 Peranan pemeriksaan dipstick
1. Definisi
Dari segi kondisi perekonomian penduduk di Indonesia yang kebanyakan
menengah kebawah, maka uji dipstick terhadap pasien ISK merupakan uji
yang costnya terjangkau, praktis dan tidak membuang-buang tenaga. Jadi uji
dipstick digunakan sebagai alat diagnostik dasar untuk menentukan
perubahan patologis dalam urin pada urinalisis standar4 .
Dipstick berupa plastik tipis kaku yang pada sebelah sisinya dilekati dengan
1-9 kertas isap atau bahan penyerap lain ( kertas seluloid) yang masing-
masing mengandung reagen spesifik terhadap salah satu zat yang dicari
ditandai perubahan warna tertentu pada bagian yang mengandung reagen
spesifik, skala warna yang menyertai dipstick memungkinkan penilaian
semi kuantitatif17
.
Tes dipstick dapat terdiri dari 3 hingga 10 bantalan kimia yang berbeda atau
reagen yang bereaksi (berubah warna) ketika direndam dan kemudian
dihapus dari sebuah sampel urin18
. perubahan warna tersebut bisa dibaca
setelah 60 dan 120 detik setelah pencelupan18
.
Uji nitrit merupakan bagian dari dipstick untuk mendeteksi reduksi nitrat urin
menjadi nitrit oleh mikroorganisme, penyebab terseringnya adalah bakteri
Gram negatif yang mampu mengubah nitrat menjadi nitrit dengan bantuan
enzim nitrat reduktase (Nar dan Nap), Nitrit oksid reduktase ( Nor), Nitrous
oksid reduktase (Nos).
17
2. Jenis-jenis urin strip
Urin strip dibedakan lagi berdasarkan jumlah parameternya, salah
satunya adalah :
a. Urin strip dengan 1 parameter
Urin strip dengan 1 parameter digunakan untuk mengecek keberadaan keton
pada urine, contohnya : pada pasien diabetes melitus
b. Urin strip dengan 3 parameter
Urin strip dengan 3 parameter digunakan untuk mengecek keberadaan
glukosa, protein, dan pH. Penyakit yang bisa dideteksi : glomerulonefritis,
keracunan obat, gagal ginjal kronik, gawat diabetes
c. Urin strip 10 parameter
Urin strip 10 parameter ini biasanya digunakan untuk mengecek seperti
glukosa, bilirubin, keton, membandingkan kandungan air dan substansi
lainnya dalam urine), darah pH, protein, urobilinogen, nitrit, dan leukosit.
Parameter ini biasanya digunakan untuk pengecekan pada pasien yang
mengalami infeksi saluran kemih, biasanya kandungan nitrit dan leukosit
nya akan berubah.
3. Interpretasi nitrit pada carik celup ( dipstick)
Parameter nitrit ini memiliki kromatofor yang akan menangkap warna reaksi
antara nitrit dengan asam p-arsenilik yang pada suasana asam membentuk
kompleks diazo. Kompleks diazo bereaksi dengan tetrahydrobenzo
quinolinol membentuk kompleks warna merah jambu. Hasil perubahan
warna ini harus dibaca dalam waktu kurang dari 60 detik. Pemeriksaan kadar
nitrit ini berguna untuk mendeteksi adanya bakteri gram negatif yang
merubah nitrat menjadi nitrit, dengan bantuan Nitrit Oksidase (NO). Berikut
hasil reaksinya :
2HNO3 nitrit oksidase
2HNO2 + O
2 4.
18
4. Interpretasi leukosit esterase pada carik celup (dipstick)
Pada pemeriksaan lukosit esterase ini juga memiliki kromatofor yang
menangkap reaksi turunan ester asam amino pyrrole dengan esterase
menghasilkan 3-hydroxy-5-phenyl pyrrole, yang kemudian berikatan dengan
garam diazo menimbulkan perubahan warna menjadi merah muda.
Perubahan warna ini harus dibaca dalam waktu kurang dari 2 menit.
Sensitivitas pemeriksaan ini dapat mendeteksi 3-5 sel darah putih.
Pemeriksaan LEA juga berguna untuk mengetahui keadaan piuri, inflamasi
akut dan adanya batu ginjal. Hasil pemeriksaan ini dapat bias atau positif
palsu oleh adanya zat oksidatif dan kontaminasi menstruasi19
.
Gambar 2.9. Parameter dipstick
18.
19
Gambar 2.10.Parameter pH, nitrit , leukosit esterase
4.
20
2.2.Kerangka Teori
21
2.3. Kerangka Konsep
Gambar 2.10. Kerangka konsep
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel bebas
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Analitik Observational. Untuk mengetahui
perbandingan Uji screening dipstick dengan pemeriksaan mikrobiologi pada
infeksi saluran kemih di Puskesmas Tangerang Selatan yaitu Ciputat dan
Pamulang.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu : Juni- Oktober 2017
Tempat : Di laboratorium Universitas Indonesia dan UIN syarif
hidayatullah, dan juga di Layanan puskesmas Tangerang Selatan yaitu Ciputat
dan Pamulang.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi : Semua warga dengan usia ≥17tahun
Populasi terjangkau : Semua warga dengan usia ≥17tahundi puskesmas
Ciputat dan Pamulang.
Sampel : Semua wargadengan usia ≥17 tahundi puskesmas
Ciputat dan Pamulang.
3.4. Jumlah Sampel Penelitian
Total sample akhir yang didapatkan sebanyak 29 orang. Menggunakan rumus
besar sampel berdasarkan desain penelitian komparatif kategorik berpasangan.
N1=N2=
Keterangan :
Zα = deviat baku alpha = 1,96 (asumsi kesalahan tipe I sebesar 5%),
Zβ = deviat baku beta = 0,84 (asumsi kesalahan tipe II sebesar 20%)
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya(0,5)
Q2 = 1-P2
Q1 = 1-P1
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti
P1-P2 = perbedaan proporsi minimal yang masih bisa diterima sebesar 20%
23
P = proporsi total = (P1+P2)/2
Q = 1-P
𝑁
𝑁1 = 𝑁2 = 28,7 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 29
3.5. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Teknik sampling yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
consecutive sampling, yakni memasukkan semua subjek yang sesuai dengan
kriteria penelitian yang ada di Puskesmas Ciputat dan Pamulang.
3.6. Kriteria Sampel Penelitian
3.6.1. Kriteria inklusi:
• Warga dengan usia ≥17tahun dengan gejala ISK di Puskesmas
Ciputat dan Pamulang.
• Urin sewaktu pancaran tengah minimal 50 ml dengan wadah steril
dengan suhu dingin selama 24 jam.
3.6.2. Kriteria eksklusi:
• Warga yang memiliki usia diatas 60 tahun dan sedang mengalami
menstruasi
• Urin yang diambil bukan urin sewaktu pancaran tengah di suhu
panas dan disimpan lebih dari 24 jam
𝑁
𝑁
𝑁
𝑁
24
3.7. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : pot urine,
object glass, pewarnaan gram, agar darah dan Mc.conkey, dipstick urin, kit
API.
25
3.8. Alur Kerja Penelitian
Persiapan penelitian
Gambar 3.1. Alur penelitian
26
3.9. Cara Kerja Penelitian
1. Melakukan persiapan penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Mengurus perizinan melakukan penelitiandi Layanan Pusat Kesehatan
Primer Tangerang Selatan. Melakukan diskusi dengan penanggung
jawabdi Layanan Pusat Kesehatan Primer Tangerang Selatan terkait
waktu yang tepat untuk dilakukannya penelitian.
3. Melakukan pendataan jumlah warga berusia >17 tahun yang datang ke
Layanan Pusat Kesehatan Primer Tangerang Selatan
4. Melakukan pemeriksaan Urin
5. Melakukan wawancara mengenai faktor-faktor risiko dan gejala klinis
Infeksi Saluran kemih
6. Melakukan perekapan data
7. Menyajikan dan menganalisadata dengan menggunakan program SPSS 22
3.10. Identifikasi Variabel
3.10.1. Variabel terikat (Dependen)
Gambaran pemeriksaan mikrobiologi dalam bentuk struktur bakteri
penyebab infeksi saluran kemih.
3.10.2. Variabel bebas (Independen)
Hasil uji carik celup (Dipstick).
3.11. Rencana Manajemen Data
3.11.1. Pengolahan data
1. Coding, yaitu data diberi kode sesuai dengan kriteria masing-masing
2. Entry, yaitu memasukkan data ke dalam program computer
3. Editing, yaitu meliputi kelengkapan jawaban dan tulisan yang jelas
3.11.2. Analisis data
Melakukan uji kesesuaian Kappa untuk menilai kesesuaian antara Dipstick
dengan uji mikrobiologis.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari keseluruhan yang didapat pada penelitian ini yaitu jumlah responden
yang berasal dari data primer pada usia >18 thn yang diambil paling banyak dari
pasien puskesmas Pamulang dan Ciputat pada bulan Juni – Oktober 2017. Didapatkan
responden penelitian sebanyak 30 orang, dengan atas persetujuan responden yang
diteliti dengan peneliti untuk pengambilan urin sewaktu ditempat Puskesmas Ciputat
dan Pamulang.
4.1. Karakterisitik Responden
4.1.1. Usia Responden
KARAKTERISTIK KATEGORI FREKUENSI
RESPONDEN
(n)
Usia
>17-21 tahun
6
>21 tahun
24
Jenis kelamin
Laki-laki
5
Perempuan
25
Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 30 orang yang berusia ≥17 tahun.
Dari 30 orang Responden didapatkan 5 dari 6 orang responden umur 17-21 tahun ISK
positif, sedangkan 7 dari 24 orang responden umur > 21 tahun responden ISK negatif.
Rentang usia responden yaitu dari (17 hingga lebih dari 60 tahun)
28
4.1.2. Jenis Kelamin
Pada penelitian ini, Didapatkan 5 responden laki-laki 2 diantaranya ISK
positif, sedangkan 5 dari 25 responden perempuan ISK negatif. Maka dapat dilihat
dari penelitian ini, perempuan lebih banyak menderita ISK Uropatogen dibanding
laki-laki. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nurul tahun 2014, yang menyatakan
bahwa wanita lebih banyak dikarenakan dari segi anatomis organ saluran kemih
wanita lebih pendek daripada laki-laki, hal ini menyebabkan mudah terpaparnya oleh
bakteri.
4.2. Table dan grafikPerbandingan Uji Nitrit dengan Uji Mikrobiologi
Hasil analisis
ISK ISK Total Nilai p
Uropatogen- Uropatogen+
OR(IK95%)
Nitrit Negatif 7 17 24 0,170 0,70
Positif 0 6 6
Total 7 23 30
(0,548-0,916)
29
Berdasarkan dari hasil analisis tersebut, didapatkan p value 0,170. Artinya hasil tidak
terdapat hubungan. dikarenakan power penelitian kurang akibat jumlah responden
yang di teliti lebih kecil dari standart pengukuranya yaitu 98 responden. Nilai ini
diambil dari analisis uji fisher, karena data yang diambil tidak memenuhi kriteria Chi
square lebih dari 20% mempunyai expected yang kurang dari 5. Hipotesis yang
digunakan adalah hipotesis satu arah. Hasil Odd ratio (OR) yaitu sebesar 0,70 dari
nilai lower dan upper (0,548-0,916) dengan nilai Interval Kepercayaan 95%. Artinya
uji Nitrit pada Dipstick mempunyai kemungkinan 0,70 kali untuk mengalami ISK
uropatogen.
Jika dibandingkan dengan penelitian Anith Kumar pada tahun 2013, hasil nilai
prediktif positif 94%, nitrit spesifik bacteriuria (96,6-97,5%) dengan sensitivitas
rendah 0-44% untuk bakteriosuritas 103-10
5 CFU / ml. Sensitivitas nitrit pada
penelitian lain bervariasi antara 39 % dan 81%20
. Penelitian Anith Kumar dan
beberapa penelitian lain menyimpulkan bahwa mendiagnosis ISK dengan nitrit tidak
terlalu berpengaruh, dikarnakan walaupun nitrit negative itu tidak dapat menghapus
diagnosis ISK karena tidak semua bakteri penyebab ISK menghasilkan nitrit.
4.3.Table dan grafik hubungan uji Leukosit Esterase dengan uji mikrobiologi
Hasil analisis
ISK ISK
Uropatogen - Uropatogen +
Total Nilai P OR(IKK
95%)
Leukosit Negatif 2 1
esterase Positif 5 22
Total 7 23
3 0,128
27
30
8.800
(0,661117.234)
30
Berdasarkan dari hasil analisis tersebut, didapatkan p value 0,128. Artinya secara statistik
tidak bermakna dengan faktor ISK uropatogen, dikarenakan power penelitian kurang. Power
kurang akibat jumlah responden yang di teliti lebih kecil dari standart pengukurannya yaitu
98. Nilai ini diambil dari analisis uji fisher. Karena data yang diambil tidak memenuhi kriteria
Chi square lebih dari 20% mempunyai expected yang kurang dari 5. Hipotesis yang
digunakan adalah hipotesis satu arah. Hasil Odd ratio (OR) yaitu sebesar 8.800 dari nilai
lower dan upper (0,661-117.234) dengan nilai Interval Kepercayaan 95%. Artinya uji leukosit
esterase pada Dipstick mempunyai kemungkinan 8.800 kali untuk mengalami ISK
uropatogen. Jika dibandingkan dengan penelitian Anith kumar tahun 2004 dengan nilai
prediktif positif dari uji Leukosit Esterase bervariasi antara 19% sampai 88%, prediksi negatif
adalah antara 97% dan 99%, Seperti yang terlihat dari hasil tersebut bila leukosit sendiri
sebagai parameter untuk diagnosis ISK tidak begitu sensitif seperti bila dikombinasikan
dengan nitrat dan darah dalam urin. Temuan ini berbeda dengan penelitian lain dimana
sensitivitas esterase leukosit tinggi dan bervariasi antara 61,7% dan 77%(20). Alasan
rendahnya sensitivitas esterase leukosit dalam penelitian kami mungkin adalah dikaitkan
dengan pengobatan yang dimulai pada pasien dengan obat seperti gentamycin, tetrasiklin yang
menyebabkan hasil tes negatif palsu. Tes Leukosit Esterase negatif yang salah mungkin juga
disebabkan oleh kesalahan teknis pengambilan urin karena terdapat pasien yang masih
mengalami flek menstruasi dan juga karena banyak kondisi lain yang menyebabkan piuria.
Kondisi seperti uretritis klamidia, nefropati analgesik dan tumor kandung kemih dapat
menghasilkan bias pada pemeriksaan urin pasien ISK.
31
4.4. Keterbatasan penelitian
• Sampel pada penelitian ini hanya diambil di daerah pamulang dan
Ciputatsehingga kurang menggambarkan populasi ISK di Tangerang Selatan
yang sebenarnya.
• Sampel pada penelitian ini kurang dari nilai seharusnya, sehingga power
penelitian ini kurang.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pada penelitian ini, terdapat perbandingan antara uji Dipstick dengan Uji
Mikrobiologi terhadap Pasien ISK di Puskesmas Ciputat dan Pamulang pada tahun
2017 berdasarkan
:
1. Hasil uji Chi square dengan p value nitrtt dan leukosit terhadap Uji
mikrobiologi adalah 0,128 dan 0,170. Hal tersebut menyatakan bahwa secara
stastistik tidak bermakna.
2. Hasil odd ratio (OR) dari nitrit dan leukosit esterase terhadap uji mikrobiologi
adalah 0,70 dan 8.800. artinya leukosit esterase 8 kali lebih menandakan
resiko infeksi saluran kemih dibandingkan nitrit, dikarenakan tidak semua
bakteri penyebab ISK menghasilkan nitrit. Tetapi kedua indikator tersebut
tidak bisa menjadi patokan diagnosis ISK sehingga kita tetap membutuhkan
uji mikrobiologi untuk mengkonfirmasinya.
32
5.2. Saran
Berdasarkan peneltian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran, sebagai
berikut:
a. Bagi Masyarakat
1) Bagi para lansia yang sudah terdiagnosis ISK disarankan untuk terus
melakukan pengobatan dan menjaga kebersihan daerah sekitar genitalia
seperti mengganti celana, mencuci daerah sekitar genital dari depan ke
belakang.
2) Bagi orang dewasa yang seksual aktif disarankan untuk membersihkan alat
genitalnya terlebih dahulu dan berkemih sebelum dan sesudah melakukan
hubungan intim, mengecek kesehatan genital dan menghindari bahan-bahan
spermatisida.
b. Bagi Pemerintah
Mengingat bahwa ISK ini merupakan penyakit tersering, peneliti
menyarankan agar pemerintah membuat program edukasi dan penanggulangan
ISK.
c. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh
penulis, disarankan untuk menambah jumlah sampel agar lebih
menggambarkan populasi sesuai daerah
33
Daftar pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 3. Interna Publishing. 2014. 1973-1983 p.
2. Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan. Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI. infodatin-Kanker. 2015;hal 3.
3. Rogério dos Santos Alves; Alex Soares de Souza et all. Campbell-Walsh
Urology. Igarss 2014. 2014. 1-5 p.
4. Antwi S, Bates I, Baffoe-Bonnie B, Critchley J. Urine dipstick as a screening
test for urinary tract infection. Ann Trop Paediatr [Internet]. 2008;28(2):117–
22. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18510821
5. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Jawetz, Melnick &
Adelberg’s Medical Microbiology, 26th Edition. Journal of Chemical
Information and Modeling. 2013. 1689-1699 p.
34
6. Griffith JR. Anatomy at a Glance. Vol. 16, Journal of Pediatric and Adolescent
Gynecology. 2003. 120-121 p.
7. Stevens R. Gray’s Anatomy for Students. Vol. 88, Annals of the Royal College
of Surgeons of England. 2006. p. 513–4.
8. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy & Physiology 14th Edition.
Wiley. 2014. 1237 p.
9. Hooton TM. Uncomplicated Urinary Tract Infection. N Engl J Med [Internet].
2012;366(11):1028–37. Available from:
http://www.nejm.org/doi/abs/10.1056/NEJMcp1104429
10. Abrams P, Cardozo L, Fall M, Griffiths D, Rosier P, Ulmsten U, et al. The
standardisation of terminology in lower urinary tract function: Report from the
standardisation sub-committee of the International Continence Society. Vol.
61, Urology. 2003. p. 37–49.
11. Djuanda A. ilmu penyakit kulit dan kelamin. Vol. 5, fkui. 2007. 110-112 p.
12. Neal DE. Complicated urinary tract infections. Urol Clin North Am [Internet].
2008;35(1):13–22; v. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18061020
13. Nicolle LE. Urinary Tract Infection. Vol. 29, Critical Care Clinics. 2013. p.
699–715.
14. Olin SJ, Bartges JW. Urinary Tract Infections. Treatment/Comparative
Therapeutics. Vol. 45, Veterinary Clinics of North America - Small Animal
Practice. 2015. p. 721–46.
15. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Vol. 4,
Sagung Seto. 2011. p. 89-99
16. Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernagel RM. Medical microbiology. New
York. 2005. 326 p.
35
17. Perry JL, Matthews JS, Weesner DE. Evaluation of leukocyte esterase activity
as a rapid screening technique for bacteriuria. J Clin Microbiol.
1982;15(5):852–4.
18. Rehmani R. Accuracy of urine dipstick to predict urinary tract infections in an
emergency department. J Ayub Med Coll Abbottabad [Internet]. 2004;16(1):4–
7. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15125171
19. Semeniuk H, Church D. Evaluation of the leukocyte esterase and nitrite urine
dipstick screening tests for detection of bacteriuria in women with suspected
uncomplicated urinary tract infections. J Clin Microbiol. 1999;37(9):3051–2.
20. Mambatta A, Rashme V, Menon S, Jayarajan J, Harini S, Kuppusamy J.
Reliability of dipstick assay in predicting urinary tract infection. J Fam Med
Prim Care [Internet]. 2015;4(2):265. Available from:
http://www.jfmpc.com/text.asp?2015/4/2/265/154672
21. Yulianti, S.Si., M.Biomed. Slide kuliah Mikrobiologi. 2014. Hal 8.
LAMPIRAN
Lampiran 1
36
37
Lampiran 2
Surat Persetujuan Pengambilan Sampel
Kepada Yth,
Pasien Puskesmas Pamulang dan Ciputat
Di tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi tugas skripsi saya pada Program Studi Kedokteran dan
Profesi Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, maka dengan segala
kerendahan hati saya sangat menghargai kesediaan Saudara/i terhadap pengambilan
sampel urin yang dilakukan sebagai subjek penelitian “Pemeriksaan Mikrobiologi
Infeksi Saluran Kemih”
Pemeriksaan urin untuk Infeksi Saluran Kemih ini, dilakukan dengan pengecekan
sampel urin dengan pemeriksaan mikrobiologi.Pemeriksaan ini memerlukan tidak
lebih dari 1 pot urin untuk mengetahui apakah Saudara/i mengalami Infeksi Saluran
Kemih. Metode ini aman karena hanya memerlukan sampel urin dan saudara/i tidak
perlu dilakukan tindakan apapun. Rangkaian pengecekan ini sama sekali tidak
dipungut biaya (gratis)
Jika diinginkan hasil dari pemeriksaan ini akan diinformasikan lebih lanjut pada
Saudara/i setelahdilakukan analisis di laboratorium selama 1 hingga 2 bulan. Jika
Saudara/i bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dimohon untuk mengisi surat
persetujuan dan kuisioner yang terlampir. Peneliti mengucapkan terimakasih atas
ketersediaan Saudara/i untuk membaca penjelasan dan penelitian ini.Peneliti sangat
berharap keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini.
Hormat saya,
Peneliti
Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian
38
Bersama ini saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Telepon :
Setelah mendapat keterangan secukupnya dan mengerti manfaat penelitian tersebut di
bawah ini dengan judul :
Pola Kepekaan Mikroorganisme Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien ISK di
Pusat Layanan Primer Tangerang Selatan
Saya mengerti tujuan penelitian ini dan mengapa diminta untuk berpartisipasi.Semua
pertanyaan yang saya ajukan telah dijawab peneliti.
Saya mengerti bahwa keiikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela dan setiap
saat dapat mengundurkan diri dari penelitian.
Jakarta,……………………………………..
Yang memberi penjelasan Yang menyetujui
( ) ( )
39
Lampiran 3
Case Processing Summary
Cases
N
Valid
Percent
N
Missing Percent
N
otal
Percent
nitrit * diagnosisisk
30 100.0%
0 0.0%
30 100.0%
nitrit * diagnosisisk Crosstabulation
Count
diagnosisisk
Total isk uropatogen - isk uropatogen +
nitrit negatif 7 17 24
positif
6 6 0
Total
23 30 7
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2sided) Exact Sig.
(2sided) Exact Sig.
(1sided)
Pearson Chi-Square 2.283a
1 .131
Continuity Correctionb .943
1 .331
Likelihood Ratio 3.622
1 .057
Fisher's Exact Test
.290 .170
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,40.
40
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
For cohort diagnosisisk = isk
uropatogen +
.708 .548 .916
N of Valid Cases 30
Leukosit esterase terhadap uji mikrobiologi
leukositesterase * diagnosisisk Crosstabulation
Count
diagnosisi uropatoisk
uropatogen + Total
leukositesterase negatif 2 1 3
positif 5 22 27
95% Confidence Interval
Lower Upper
41
Total
7 23 30
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2sided)
Exact Sig.
(2sided) Exact Sig.
(1sided)
Pearson Chi-Square 3.499a
1 .061
Continuity Correctionb 1.325
1 .250
Likelihood Ratio 2.902
1 .088
Fisher's Exact Test
.128 .128
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,70.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for leukositesterase (negatif /
positif)
8.800 .661 117.234
For cohort diagnosisisk = isk
uropatogen -
3.600 1.168 11.092
For cohort diagnosisisk = isk
uropatogen +
.409 .082 2.047
N of Valid Cases 30
42
Gender
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak ada data 4 13,3 13,3 13,3
peremuan 23 76,7 76,7 90,0
Pria 3 10,0 10,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 4 13,3 13,3 13,3
18 2
6,7 6,7 20,0
20 1
3,3 3,3 23,3
21 3 10,0 10,0 33,3
22 2 6,7 6,7 40,0
43
23 1 3,3 3,3 43,3
26 1 3,3 3,3 46,7
29 1 3,3 3,3 50,0
31 1 3,3 3,3 53,3
32 1 3,3 3,3 56,7
38 1 3,3 3,3 60,0
45 1 3,3 3,3 63,3
46 1 3,3 3,3 66,7
47 1 3,3 3,3 70,0
48 2 6,7 6,7 76,7
50 1 3,3 3,3 80,0
54 1 3,3 3,3 83,3
55 1 3,3 3,3 86,7
58 1 3,3 3,3 90,0
59 1 3,3 3,3 93,3
61 1 3,3 3,3 96,7
74 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
44
=
45
Lampiran 4
Riwayat Penulis
Nama : Fairus Brilliani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 4oktober 1996
Agama : Islam
Alamat : Perum. Bulak tengah 2 no.12 A RT 07/07, klender, Jakarta
Timur
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
No. Tempat Pendidikan Kota
Tahun Lulus
1 SDN Mekarsari 2 Jakarta 2001
2 SMP PB.I.JEND SOEDIRMAN Jakarta 2008
3 SMAN 59 Jakarta 2011