laporan penelitian perseorangan wajib uksw …
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN PERSEORANGAN WAJIB UKSW
TAHUN ANGGARAN 2016/2017
TEMA: PENDIDIKAN
CONTENT LANGUAGE INTEGRATED LEARNING SEBAGAI
PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN BAHASA INGGRIS
MAHASISWA NON-KEBAHASAAN: SEBUAH KAJIAN PERSPEKTIF
Oleh:
Mozes Kurniawan, M.Pd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN PERSEORANGAN WAJIB 2016/2017
1. Judul Penelitian : Content Language Integrated Learning sebagai
Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa Inggris Mahasiswa
Non-Kebahasaan: Sebuah Kajian Perspektif
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap : Mozes Kurniawan, M.Pd.
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP : 2015090
d. Jabatan Struktural : -
e. Jabatan Fungsional : -
f. Fakuktas / Prodi : FKIP / PG-PAUD
g. Nama Pusat Penelitian: -
h. Telepon / Faks : (+62 298) 321212 / (+62 298) 321433
i. No. HP Peneliti : +62 821 3328 4666
j. E-mail : [email protected]
3. Total pembiayaan internal yang diajukan : Rp 4.760.000,-
Total pembiayaan eksternal : -
Total : Rp 4.760.000,-
Salatiga, 14 Juni 2017
Ketua Program Studi Peneliti,
PAUD FKIP UKSW
Drs. Tritjahjo Danny S., M.Si. Mozes Kurniawan, M.Pd.
NIP: 1987054 NIP: 2015090
Mengetahui,
Dekan FKIP UKSW
Dr. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd.
NIP: 1989022
ii
IDENTITAS PENELITIAN
1. Judul Penelitian : Content Language Integrated Learning sebagai
Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa Inggris
Mahasiswa Non-Kebahasaan: Sebuah Kajian Perspektif
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Mozes Kurniawan, M.Pd.
b. Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa Inggris, Manajemen Pendidikan
3. Anggota Penelitian : -
4. Tema Penelitian : Pendidikan Bahasa
5. Lokasi Penelitian : FKIP, UKSW Salatiga
6. Hasil yang ditargetkan : Konsep, gagasan dan gambaran realita hasil kajian
perspektif mengenai pengajaran bahasa Inggris yang
dilakukan dengan mengintegrasikan aspek bahasa dan
konten materi ajar.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Halaman Pengesahan ......................................................................................................... i
Identitas Peneliti ................................................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................................................ iii
RINGKASAN .................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 2
B. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 3
C. Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 3
BAB II RENCANA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................................... 9
B. Responden Penelitian ............................................................................................. 9
C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 9
D. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 10
E. Rencana Kegiatan Penelitian ................................................................................. 10
BAB III RENCANA BIAYA
A. Rincian Anggaran Internal ..................................................................................... 12
B. Realisasi Dana ........................................................................................................ 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kegiatan Penelitian .................................................................................. 15
B. Hasil Penelitian ...................................................................................................... 18
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 26
Lampiran 1 CV Peneliti
Lampiran 2 Notula & Kehadiran Seminar Proposal
Lampiran 3 Daftar Kehadiran Seminar Hasil Penelitian
Lampiran 4 Dokumentasi (Foto-Foto)
1
RINGKASAN
CONTENT LANGUAGE INTEGRATED LEARNING SEBAGAI
PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN BAHASA INGGRIS
MAHASISWA NON-KEBAHASAAN: SEBUAH KAJIAN PERSPEKTIF
Bahasa Inggris, kini, menjadi primadona karena bahasa ini merupakan salah satu
bahasa yang digunakan secara luas di seluruh dunia. Bahasa yang dpaat
dikatakan penting di era global ini dimana hamper disetiap aspek kehidupan
menggunakan bahasa internasional ini. Terlepas dari pentingnya bahasa Innggris
dalam kehidupan manusia saat ini, masih ada orang-orang yang belum secara
optimal menguasai bahasa yang mendunia ini. Mereka masih menjumpai
permasalahan-permasalahan terkait alokasi waktu yang sedikit, kesempatan
menggunakan bahasa Inggris yang terbatas dan sebagainya. Tentunya bagi
pelajar non-kebahasaan, hal-hal tersebut menjadi penghambat yang perlu
dicarikan solusi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk menyerap aspirasi pelajar, dalam hal ini mahasiswa non-kebahasaan,
terhadap suatu pendekatan yang diterakan guna menjembatani permaslaahan
yang muncul dalam pengajaran bahasa Inggris. Pendekatan yang dimaksud ialah
Content and Language Integrated Learning (CLIL). Responden penelitian ini
adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, pada
semester Antara – 2016/2017. Penelitian ini menghasilkan suatu perspektif
bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang penting untuk dikuasai.
Ketersediaan pembelajaran di objek penelitian masih belum mencukupi. Dengan
diterapkannya pendekatan CLIL, hamper seluruh responden menyatakan
pandangan positif bahwa pembelajaran tersebut memberikan berbagai
pengayaan dan pembasaan guna meningkatkan kemempuan berbahasa Inggris.
Kata Kunci: Konten, Bahasa, CLIL, Pembelajaran Bahasa Inggris
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal abad ke-21, muncullah sebuah tren pembelajaran bahasa asing yang
begitu marak dikalangan masyarakat dunia. Tren tersebut didasari dengan sebuah
pemahaman bahwa penguasaan bahasa asing memberikan kesempatan untuk diterima
dan memperoleh kebaikan-kebaikan dalam masyarakat global. Bahasa asing yang
begitu marak dipelajari yakni bahasa Inggris (Mirabela & Ariana, 2013). Bahasa
Inggris, kini menduduki posisi penting dalam masyarakat dunia. Bahasa ini selain
dijadikan sebagai bahasa internasional juga diyakini sebagai kunci untuk memperoleh
berbagai peluang dalam berbagai segi kehidupan. Gavran (2013) menyatakan bahwa
orang-orang mempelajari bahasa Inggris guna mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam
hidup mereka. Dalam kajiannya terhadap masyarakat di Korea, ditemukan bahwa
ketika telah menguasai dasar dari bahasa Inggris, mereka akan menggunakannya untuk
membaca buku-buku mengenai sains, teknik dan pembelajaran lainnya. Fokus
penguasaan bahasa Inggris mereka yakni untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang ada.
Tidak mengherankan hal tersebut terjadi karena bahasa Inggris, kini, digunakan sebagai
bahasa popular dalam penulisan buku-buku pembelajaran bertaraf internasional.
Pentingnya bahasa Inggris juga nampak dalam penggunaan bahasa tersebut di
kalangan pengusaha yang mengiklankan produk dan/atau jasanya melalui tayangan
komersial di Jepang. Mereka meyakini bahwa penggunaan bahasa Inggris tersebut
membuat mereka tergabung dalam kehidupan global (Garvan, 2013). Sejalan dengan
gagasan tersebut, Robinson (2012) mengungkapkan sebuah pernyataan yang lugas
mengenai pentingnya bahasa Inggris di era global ini, “jika anda menginginkan
pekerjaan yang baik maka anda harus dapat berbicara dengan bahasa Inggris”.
Meskipun kata yang digunakan adalah berbicara, namun makna yang hendak
disampaikann adalah bahwa komunikasi dalam bahasa Inggris itu menentukan
pekerjaan dan kelayakan apa yang akan diperoleh.
Tentunya untuk menguasai bahasa internasional tersebut diperlukan adanya
kesadaran masyarakat bangsa-bangsa akan berartinya bahasa tersebut dan pembelajaran
yang terbaik guna mengembanagkan komunikasi dengan bahasa yang dimaksud.
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang telah memiliki kesadaran tersebut
dengan dimasukkannya bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran wajib dalam
3
kurikulum di berbagai pendidikan formal (Yulia, 2013). Namun, yang dihadapi oleh
Indonesia melampaui apa yang menjadi harapan dan keyakinan awalnya. Pendidikan
bahasa Inggris di Indonesia masih mengalami pasang surut dan terdapat berbagai
tantangan dalam pembelajarannya. Pendidikan bahasa Inggris di Indonesia terkendala
oleh berbagai hal seperti kuatnya penggunaan bahasa Indonesia dalam hamper seluruh
pembelajaran. Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu berkontribusi dalam penyempitan
kesempatan pengembangan bahasa Inggris terkhusus dalam mata pelajaran tersebut.
(Megaiab, 2014). Hal lain yang mempengaruhi adalah kurangnya alokasi waktu
pembelajaran bahasa Inggris dalam kurikulum pendidikan formal (Yulia, 2013).
Kondisi serupa dijumpai dalam kajian penelitian ini. Dalam kurikulum
pendidikan tinggi di program studi Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, alokasi pembelajaran bahasa Inggris hanya
terbatas pada 2 mata kuliah dengan bobot total 4 kredit semester. Hal ini memicu
permasalahn yang muncul yaitu kurangnya kompetensi bahasa Inggris mahasiswa di
program tersebut. Mereka cenderung pasif ketika diminta menuturkan kata atau
ungkapan dalam bahasa Inggris, kurang mampu mencerma maksud teks bacaan dan
tutur kata lisan bahasa Inggris dan mengalami kesulitan dalam menulis kata-kata dalam
bahasa Inggris. Hanya saja, kondisi tersebut perlu mendapatkan jalan terbaik dalam
penanggulangannya. Mengingat bahawa bahasa Inggris begitu penting di era global ini,
mereka perlu meningkatkan kompetensi berbahasa Inggris dengan alokasi
pembelajaran bahasa Inggris yang singkat.
Berdasarkan permasalahan yang dijumpai, muncullah suatu gagasan dalam
meningkatkan kesempatan mahasiswa belajar bahasa Inggris tanpa harus menambah
alokasi waktu untuk perkuliahan bahasa Inggris di program tersebut. Gagasan ini
bersumber dari pendekatan Content and Language Integrated Learning (CLIL) yang
dibentuk oleh David Mars. Pendekatan ini dapat dimaknai dengan mengajarkan konten
pelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris dan mengajarkan bahasa melalui
konten-konten pelajaran. Konsep inilah yang akan diadaptasi sebagai alternatif
penanggulangan permasalahan kurangnya alokasi waktu pelajaran bahasa Inggris.
Penelitian ini ditujukan untuk melihat pandangan mahasiswa mengenai penerapa
pendekatan CLIL pada beberapa mata kuliah yang ada. Perspektif tersebutlah yang
hendak diperoleh sebagai feedback dalam pengembangan pembelajaran bahasa Inggris
di waktu mendatang.
4
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pendapat mahasiswa mengenai pengajaran bahasa Inggris yang
dilakukan selama ini.
2. Menerapkan pendekatan Content and Language Integrated Learning dalam
pengajaran bahasa Inggris bagi mahasiswa.
3. Menganalisa perspektif mahasiswa terhadap pengajaran bahasa Inggris terintegrasi
dengan konten materi ajar.
C. Tinjauan Pustaka
1. Pentingnya Bahasa Inggris Masa Kini
Abad ke-21 merupakan suatu abad yang ditandai dengan berbagai bentuk
perubahan yang signifikan. Salah satu bentuk perubahan yang terjadi yaitu bergesernya
‘imperialisme’ menuju ‘globalisasi’ (Smith, dalam Gavran 2013). Perubahan tersebut
membawa pengaruh terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris yang semakin marak
di kalangan masyarakat global. Tidak hanya semakin marak namun muncul berbagai
pandangan yang kompleks terhadap hal tersebut. Kondisi tersebut terjadi karena bahasa
Inggris dianggap sebagai pintu gerbang untuk meraih berbagai peluang dalam
kehidupan bermasyarakat.
Hampir di setiap negara di dunia memiliki tujuan tersendiri dalam mempelajari
bahasa global tersebut. Korea menangkap pentingnya bahasa Inggris sebagai sarana
mempelajari bidang-bidang keilmuuan lain seperti pengetahuan alam (sains) dan
rekayasa teknik (Lankov dalam Gavran, 2013). Sementara itu, Jepang juga menanggapi
kebutuhan akan bahasa Inggris sebagai bahasa global dengan mulai menggunakannya
pada iklan-iklan produk dan/atau jasa yang ditawarkann melalui tayangan komersial.
Mereka beranggapan bahwa dengan diguunakannya bahasa Inggris dalam media social
tersebut, mereka telah berpartisipasi dalam kehidupan internasional (Haarmann, dalam
Gavran, 2013).
Selain itu, Mahu (2012) dalam kajiannya terhadap manfaat pembelajaran bahasa
Inggris, mengungkapkan beberapa alasan mengapa bahasa Inggris begitu penting untuk
dikuasai. Pertama, bahasa Inggris merupakan bahasa tutur utama di seluruh dunia.
Dengan dikuasainya bahasa tersebut, pandangan dan pemahaman penutur bahasa
terhadap lingkungan sekitarnya akan semakin luas. Kedua, bahasa Inggris
memampukan para penuturnya untuk menikmati English-based performance (segala
bentuk penampilan/sajian berbasis bahasa Inggris). Hal yang dimaksud antara lain:
5
menikmati hiburan-hiburan kelas dunia, seni pertunjukan, bahkan perjalanan lintas
negara.
Kemudian, bahasa Inggris juga dapat dijadikan landasan pengembangan karir
professional. Berbagai bentuk pekerjaan telah mensyaratkan bahasa Inggris sebagai
bahasa yang dikuasai. Bahasa Inggris dikatakan ‘a must’ (suatu keharusan) ketika
seseorang berharap untuk mengembangkan karir profesionalnya lebih tinggi
(Robinson, 2012). Selanjutnya, pendidikan lanjutan akan terbuka luas dengan
dikuasainya bahasa Inggris. Bahasa ini juga memampukan penuturnya untuk
memenangkan berbagai tawaran program luar negeri yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman.
2. Kompetensi Bahasa Inggris Pelajar Non-Kebahasaan
Pada bagian sebelumnya telah diketahui bahwa terdapat berbagai hal yang
mendasari pentingnya penguasaan bahasa Inggris. Untuk dapat meraih berbagai hal
baik yang ditawarkan dunia saat ini diperlukan kompetensi bahasa Inggris yang
memadahi. Secara garis besar terdapat empat keterampilan bahasa guna melengkapi
kompetensi bahasa Inggris yakni speaking (berbicara), listening (mendengar), reading
(membaca) dan writing (menulis). Speaking dan writing termasuk dalam keterampilan
produktif sedangkan listening dan reading termasuk dalam keterampilan reseptif
(Megaiab, 2014). Untuk dapat memiliki kompetensi bahasa Inggris yang utuh,
seseorang perlu memiliki kemampuan yang cukup untuk dapat digunakan sesuai
dengan tujuan pencapaiannya.
Hanya saja, ditemukan bahwa kompetensi bahasa Inggris mahasiswa Indonesia
terkhusus mereka yang bukan berasal dari program yang mengusung pembelajaran
bahasa asing yang kuat seperti Pendidikan Bahasa Inggris, Public Relation dan
Hubungan Internasional masih terhitung kurang memadahi. Salah satu bentuk
kurangnya kompetensi tersebut tercermin dari masih ditemukannya berbagai kesalahan
dalam English writing (Megaiab, 2014). Keterampilan menulis merupakan salah satu
hal penting dalam kompetensi berbahasa yang perlu dimiliki apabila seseorang hendak
meraih peluang di dunia akademik, media massa, jurnalistik dan untuk memperoleh
kesempatan pendidikan tinggi. Tentunya keterampilan lainnya memiliki peran
tersendiri dalam bidang-bidang pencapaian lainnya.
Selain itu, pelajar non-kebahasaan masih menunjukan kurangnya penguasaan
bahasa Inggris yang nampak dari pemahaman akan materi lisan atau tertulis yang
6
diberikan. Dalam sebuah penelitian, Afrin (2016) mengungkapkan bahwa pelajar non-
kebahasaan cenderung menunjukkan kurangnya penguasaan bahasa Inggris karena
terdapat berbagai factor yang mempengaruhi seperti kurangnya fokus belajar bahasa
Inggris, kurangnya ketersediaan pelajaran tersebut, dan lain sebagainya. Berbagai
paparan menunjukkan bahwa masih dijumpai pelajar-pelajar yang belum cukup
berkemampuan bahasa Inggris sementara permintaan akan bahasa Inggris telah tersebar
luas hingga menjadi suatu kebutuhan global.
3. Permasalahan yang Muncul dalam Pengajaran Bahasa Inggris
Kurangnya kompetensi bahasa Inggris pelajar non-kebahasaan tidaklah secara
tiba-tiba muncul. Hal tersebut terjadi karena adanya permasalah-permasalahan yang
dihadapi sehingga kompetensi mereka tidak terbangun dengan maksimal. Seperti yang
telah disinggung pada bagian sebelumnya, Afrin (2016) menyebutkan beberapa
masalah yang dijumpai oleh pelajar non-kebahasaan yang menjadi dasar lemahnya
kompetensi bahasa Inggris mereka. Pertama, pelajar kurang menjadikan pembelajaran
bahasa Inggris sebagai fokus pengembangan kompetensi mereka. Meskipun tidak
menekuni bahasa Inggris secara khusus, namun kemampuan berbahasa Inggris tetap
perlu ditingkatkan. Kurangnya fokus tersebut dikarenakan mereka cenderung
mengutamakan core courses dari pada pembelajaran bahasa Inggris yang tidak menjadi
titik kajian utama. Mereka mengejar nilai-nilai yang baik dalam core courses sementara
mereka merasa terbeban ketika bergabung dengan pembelajaran bahasa Inggris.
Kedua, kurangnya ketersediaan pelajaran bahasa Inggris juga mempengaruhi
tingkat kompetensi mereka. Yulia (2013), dalam kajiannya terhadap kurikulum di
Indonesia, menyatakan bahwa alokasi waktu dalam pembelajaran bahasa Inggris
memiliki andil dalam kaitannya dengan kompetensi. Gagasan tersebut sejalan dengan
permaslahan yang dijumpai dalam kajian penelitian ini bahwa ketersediaan
pembelajaran bahasa Inggris semakin terbatas. Kemudian, terbatasnya ruang untuk
menggunakan bahasa Inggris memberikan kontribusi terhadap lemahnya kompetensi
bahasa Inggris pelajar non-kebahasaan. Untuk memiliki kemampuan berbahasa yang
baik tentunya perlu adanya ruang penggunaan sebagai bentuk latihan dan pembiasaan.
4. Pendekatan Content and Language Integrated Learning
Berdasarkan permasalahan yang muncul, gagasan mengenai Content and
Language Integrated Learning dapat menjadi alternatif solusi. CLIL merupakan
7
pendekatan pendidikan yang memiliki dua fokus yaitu pembelajaran konten dan bahasa
dengan menggunakan suatu bahasa tertentu (Coyle et al, 2010). Sementara itu, CLIL
juga dimaknai sebagai suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang mana bahasa target
tersebut digunakan sebagai media penyampai konten materi dan konten materi yang
digunakan untuk mempelajari bahasa (Haris & Duibhir, 2011). Dengan kata lain CLIL
merupakan pendekatan dalam pembelajaran dimana titik fokus pembelajarannya yakni
pada bahasa yang digunakan untuk mempelajari konten dan konten materi ajar yang
digunakan untuk mendalami aspekaspek kebahasaan.
Pendekatan CLIL dipercaya memberi berbagai manfaat dari sisi penguasaan
bahasa, dalam hal ini bahasa Inggris dan memberikan gagasan pengembangan materi
yang lebih mewadahi pelajar untuk mempelajari konten sekaligus aspek kebahasaan.
Coyle et al (2010), menekankan bahwa CLIL akan meningkatkan penguasaan
seseorang akan bahasa target. Pembelajaran dengan pendekatan tersebut memberikan
kesempatan bagi seseorang untuk mengungkapkan dan menggunakan kemampuan
berbahasanya. Ketika bahasa Inggris menajdi target bahasa dalam pendekatan ini,
dimungkinkan adanya ruang tambahan bagi pelajar terkhusus mereka yang tidak dari
latar belakang kebahasaan untuk berlatih aspek-aspek bahasa tersebut.
Liubiniene (dalam Mourssi, 2014) menambahkan bahwa CLIL membantu
menyatukan kemampuan pelajar melalui pengalaman nyata dengan dipelajarinya
bahasa target dari konten materi ajar yang disukai dan/atau dipilih oleh mereka.
Dipilihnya materi ajar yang cocok dengan kebutuhan pelajar tersebut, membuat
internalisasi bahasa asing (bahasa Inggris) semakin mudah diterima dan dicerna. Hal
ini yang membuat kemampuan bahasa Inggris mereka, sadar atau tanpa disadari,
meningkat.
Marsh et al (dalam Bonces, 2012) menyebutkan lima dimensi dasar dari
pendekatan CLIL antara lain: 1) culture (budaya), seseorang dikenalkan dengan konsep
interkultural dimana sementara mempelajari satu pokok bahasan, disaat yang sama pula
mereka dpaat mempelajari aspek bahasa. Melalui pembudayaan tersebut, mereka
dimampukan untuk mengenal konteks yang lebih luas; 2) environment (lingkungan),
seseorang yang terlibat dalam CLIL diberi ruang lebih lebar dalam kaitannya dengan
pembelajaran bahasa target sementara mereka mempelajari suatu mata pelajaran
tertentu. Lingkungkan ini merupakan kesempatan yang dapat digunakan untuk
menambah ketersediaan wadah pembelajaran bahasa asing; 3) content (konten), konten
disini merupakan suatu kesempatan bagi seseorang untuk mempelajari suatu kajian
8
materi dari sudut pandang dan/atau cara penyampaian yang berbeda; 4) learning
(pembelajaran), mereka yang tergabung dalam CLIL dilengkapi dengan strategi
pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajarnya. Dengan berlandaskan learner-
centered learning, CLIL memberikan perhatian pada kebutuhan dan keinginan pelajar
dalam proses belajarnya; dan 5) language (bahasa), bahasa merupakan alat utama
dalam peningkatan kemampuan berbahasa target, dalam hal ini bahasa Inggris. Bahasa
yang digunakan dalam pendekatan ini bersifat umum dan utuh yakni keempat bentuk
keterampilan seperti berbicara, mendengar, membaca dan menulis.
9
BAB II
RENCANA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh
pendapat mahasiswa terhadap bentuk pengajaran bahasa Inggris yang selama ini telah
dilakukan. Mahasiswa diminta untuk memberikan pandangannya mengenai alokasi
waktu, sistem pengajaran dan dampak terkini dari pengajaran tersebut. Tujuan
selanjutnya yaitu menerapkan pendekatan Content-Language Integrated Learning
dalam upaya pengembangan pengajaran bahasa Inggris bagi mahasiswa non-
kebahasaan dan menganalisa perspektif mahasiswa mengenai pengajaran bahasa
Inggris terintegrasi dengan konten materi ajar. Karena ditujukan untuk memperoleh
bangunan konsep dan gagasan fundamental (mendasar), maka penelitian ini dikemas
dalam paparan deskriptif.
B. Responden Penelitian
Mouton (1996, dalam Amara, 2015) menyatakan bahwa sampel responden yang
diteliiti merupakan pilihan dimana diharapkan responden tersebut dapat memenuhi
maksud peneliti dalam menemukan suatu gejala/fenomena/isu/masalah dalam suatu
ruang lingkup sederhana. Responden yang hendak diteliti dalam penelitian ini yaitu
sekitar 30 orang mahasiswa; dari Program Studi Pendidikan Guru PAUD, Fakuktas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa
Tengah, Indonesia; yang terbagi dalam dua kelas pengajaran mata kuliah non-bahasa
Inggris, pada semester Antara 2016/2017. Persyaratan utama dalam pemilihan
responden pada penelitian ini yaitu responden tidak berasal dari program studi
kebahasaan seperti pendidikan bahasa Inggris, public relation, hubungan internasional
dan program internasional lainnya.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini diperoleh dengan berbagai teknik sesuai dengan enis
data yang diharapkan. Berikut beberapa teknik pengumpulan data beserta instrument
yang digunakan.
1. Open-Ended Questionnaire
10
Data berupa pendapat mengenai alokasi waktu, bentuk pengajaran bahasa Inggris
yang telah dilakukan dan hal-hal terkait lainnya diperoleh dengan pembagian
kuesioner. Instrumen yang digunakan nantinya berupa daftar pertanyaan terbuka
dalam bentuk pertanyaan essay yang jawabannya diharapkan berbentuk paparan
gagasan dan pendapat secara deskriprif.
2. Focused-Group Discussion (FGD)
Data mengenai sudut pandang mahasiswa terhadap penerapan pendekatan
Content-Language Integrated Learning dalam pengajaran bahasa Inggris
mahasiswa diperoleh dengan teknik FGD- diskusi kelompok terfokus- yang
menggunakan instrument berupa daftar topik diskusi yang tersusun secara
sistematis dan runtut sesuai dengan kebutuhan pandangan untuk melengkapi
penelitian ini.
D. Teknik Anaisis Data
Data yang telah terkumpul akan dianalisa secara deskriptif dengan
mengkategorikan sesuai dengan substantial categories yang muncul dalam analisa data.
Sesuai dengan kategorii-kategori yang ada, dibahas dan dipaparkan secara terperinci
hasil analisa yang merupakan gambaran nyata berdasarkan sudut pandang (perspektif)
mahasiswa.
Data tambahan berupa melalui FGD direkam lalu di buatkan transkrip
sederhana yang digunakan untuk memperkuat perolehan data pertama yang diperoleh
dari open-ended questionnaire. Hasil kajian akhir dipaparkan secara deskriptif pula
dalam bagian hasil dan pembahasan.
E. Rencana Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu semester yang terbagi menjadi beberapa
bulan dengan proses penelitian masing-masing. Berikut rencana kegiatan penelitian
yang tersaji dalam tabel.
11
Berikut tahapan dan rencana hasil penelitian wajib UKSW 2016/2017:
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
Persiapan Pra Penelitian: Perancangan topik
penelitian, rencana responden, rencana instrumen
dan analisa data; dan penyusunan proposal
penelitian perseorangan wajib UKSW 2016/2017
Persiapan Pra Penelitian: Memaparkan rencana
proposal penelitian perseorangan wajib UKSW
2016/2017 dalam seminar.
2
Persiapan Akhir Penelitian: Sosialisasi kegiatan
penelitian dan mempersiakan materi pengajaran
bahasa Inggris terintegrasi dengan konten materi
ajar
3
Pengumpulan Data: Pengumpulan data tahap
pertama dalam bentuk pertemuan guna memberikan
pendapat dan gagasan
Pengumpulan Data: Pengumpulan data tahap
kedua setelah pendekatan CLIL diterapkan dalam
mata kuliah terpilih
4
Anasisis Data & Penyelesaian: Proses Analisa
data dan penyelesaian penelitian sebelum hasil
penelitian di seminarkan dan dipublikasikan.
Penyajian Hasil Data: Melakukan penyajian hasil
penelitian dalam bentuk seminar dan pelaporan
hasil penelitian kepada penyelenggara penelitian
Publikasi Artikel Jurnal: Mempersiapkan syarat
dan ketentuan publikasi ke dalam jurnal ilmiah
1. Persiapan Pra Penelitian
2. Persiapan Akhir Penelitian
3. Pengumpulan data
4. Analisa, Penyajian hasil
data dan publikasi jurnal
Hasil: Rancangan proposal topik penelitian, instrumen,
responden dan setting penelitian
Hasil: Bahan pengajaran bahasa inggris
terinttegrasi konten yang telah siap guna
Hasil: Pertemuan guna pengumpulan data
tahap 1 & 2 serta analisanya
Hasil: Paparan hasil penelitian dalam seminar
dan manuskrip publikasi jurnal ilmiah
12
BAB III
RENCANA PEMBIAYAAN
A. Rincian Anggaran Internal
No Jenis Pengeluaran Jmlh Vol Satuan Total
1 Persiapan / Pra Penelitian
a. Cetak Referensi Materi 10 jilid 40.000 400.000
b. Penjilidan Referensi Materi 10 kali 13.000 130.000
c. Perbanyakan Proposal Berjilid 5 jilid 5.000 25.000 555.000
2 Persiapan Akhir Penelitian
a. Desain Lay Out Modul 1 kali 50.000 50.000
b. Cetak & Copy Modul 30 jilid 12.000 360.000
c. Penjilidan Modul 30 kali 13.000 390.000
d. Konsumsi Responden 30 pax 25.000 750.000 1.550.000
3 Pengumpulan Data 1
a. Kertas Folio Garis 1 rim 50.000 50.000
b. Kertas Polos A4 1 rim 40.000 40.000
c. Alat Tuis Set 30 pack 10.000 300.000
d. Konsumsi Responden 30 pax 25.000 750.000 1.140.000
Pengumpulan Data 2
a. Sewa Recorder 1 kali 150.000 150.000
b. Konsumsi Responden 10 pax 25.000 250.000 400.000
4 Analisis Data & Penyajian Hasil
a. Pengetikan, Cetak & Jilid 5 jilid 20.000 100.000
b. Cetak Seluruh Dokumentasi 50 foto 5.000 250.000
c. Perbanyakan Hasil Penelitian 7 jilid 10.000 70.000
d. Konsumsi Seminar Hasil Riset 15 pax 25.000 375.000
e. Honor Mahasiswa 4 orang 100.000 400.000 1.195.000
JUMLAH 4.840.000
13
B. Realisasi Dana
Anggaran Dana Penelitian Perseorangan Wajib 2016/2017
1. BELANJA BAHAN DAN PERALATAN
Item Bahan Vol. Satuan Harga Satuan Total
Kertas Folio Garis 1 rim 50.000 50.000
Kertas Polos A4 1 rim 40.000 40.000
Sewa Recorder 1 buah 150.000 150.000
Alat Tulis Set 30 set 10.000 300.000
Sub Total (Rp) 540.000
2. BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA
Item Bahan Vol. Satuan Harga Satuan Total
Desain Lay Out Modul 1 kali 50.000 50.000
Pengetikan, Cetak & Jilid 35 jilid variatif 850.000
Cetak Referensi Materi Ajar 10 jilid 40.000 400.000
Jilid Referensi Materi Ajar 10 jilid 13.000 130.000
Perbanyakan Proposal 5 jilid 5.000 25.000
Perbanyakan Hasil Penelitian 7 jilid 10.000 70.000
Konsumsi Responden (Persiapan) 30 pax 25.000 750.000
Konsumsi Responden (Data 1) 30 pax 25.000 750.000
Konsumsi Responden (Data 2) 10 pax 25.000 250.000
Konsumsi Seminar Hasil Riset 15 pax 25.000 375.000
Cetak Dokumentasi 50 foto 5.000 250.000
Honor Mahasiswa 4 orang 80.000 320.000
Sub Total (Rp) 4.220.000
3. PERJALANAN LAINNYA Item Bahan Vol. Satuan Harga Satuan Total
- - - 0 0
Sub Total (Rp) 0
Pengeluaran Dalam Satu Tahun (Rp) 4.760.000
Realisasi Dana Penelitian Perseorangan Wajib 2016/2017
1. BELANJA BAHAN DAN PERALATAN
Item Bahan Vol. Satuan Harga
Satuan Total Pajak
No
Nota
Kertas Folio Garis 1 rim 40.000 40.000 - 1
Kertas Polos A4 1 rim 35.000 35.000 - 1
Sewa Recorder - - 0 0 - -
Alat Tulis Set 22 set variatif 125.000 - 1
Sub Total (Rp) 200.000
2. BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA
Item Bahan Vol. Satuan Harga
Satuan Total Pajak
No
Nota
Desain Lay Out Modul 1 kali variatif 566.200
- 2, 3
Pengetikan, Cetak & Jilid 22 jilid variatif -
Cetak Referensi Materi Ajar 10 jilid variatif 488.830
- 4
Jilid Referensi Materi Ajar 10 jilid variatif -
Perbanyakan Proposal - - 0 0 - -
Perbanyakan Hasil Penelitian 3 jilid variatif 42.900 - 5 Konsumsi Responden (Persiapan) 22 pax 19.100 420.200 - 6
Konsumsi Responden (Data 1) 22 pax 24.000 528.000 - 7
Konsumsi Responden (Data 2) 10 pax 23.500 235.000 - 8
Konsumsi Seminar Hasil Riset 7 Pax 19.500 136.500 - 9
Cetak Dokumentasi 45 foto 2.000 90.000 - 10
Honor Mahasiswa 4 orang 80.000 320.000 - 11 - 14
Sub Total (Rp) 2.827.630
3. PERJALANAN LAINNYA
Item Bahan Vol. Satuan Harga
Satuan Total Pajak
No
Nota
- - - 0 0 - -
Sub Total (Rp) 0
Pengeluaran Dalam Satu Tahun (Rp) 3.027.630 - -
SALDO (Rp) 1.732.370
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan beberapa tahapan
pelaksanaan penelitian. Berikut tahap-tahap pelaksanaan penelitian UKSW tahun
anggaran 2016/2017:
• Persiapan / Pra Penelitian
• Persiapan Akhir Penelitian
• Pengumpulan 1 dan 2
• Analisis Data dan Penyajian Hasil
Berikut dilaporkan hasil kegiatan penelitian perseorangan wajib UKSW tahun anggaran
2016/2017 sesuai dengan bagian-bagian kegiatan tersebut. Dari setiap bagian tersebut akan
dijelaskan secara rinci tahap-tahap pelaksanaan penelitian dan hasil yang diperoleh.
1. Persiapan / Pra Penelitian
Pada tahap ini, peneliti memulai kegiatan penelitian dengan melakukan
berbagai persiapan. Persiapan yang dilakukan oleh peneliti diantaranya berupa
memformulasikan topik penelitian yang diperoleh dari tinjauan kebutuhan terkini objek
penelitian. Peneliti memfokuskan pandangan pada kondisi terkini progran studi PG-
PAUD, FKIP UKSW terkait dengan pembelajaran Bahasa Inggrisnya. Bertumpu pada
pengalaman pengajaran pada tahun akademik 2015/2016 dan 2016/2017, dijumpai
bahwa mahasiswa PG-PAUD masih perlu meningkatkan ketrampilan berbahasa
Inggrisnya karena sebagia besar diantara mereka masih mengalami kesulitan dalam
penguasaan bahasa Inggris. Ketika dipantau dari sisi sajian pembelajaran bahasa
Inggris di PG-PAUD, diperolehlah informasi dari dokumen kurikulum bahwa di
program studi ini menyajikan mata kuliah pembelajaran bahasa Inggris sejumlah dua
mata kuliah dengan bobot masing-masing mata kuliah sebesar 2 SKS. Jumlah ini dirasa
belum dapat mengakomodasi pengajaran bahasa Inggris bagi mahasiswa PG-PAUD
sementara, kini, tuntutan ketramppilan berbahasa asing mulai meningkat.
Bertumpu pada permasalahan yang diperoleh, munncullah suatu gagasan
mengenai pengelolaan mata kuliah (pengajaran) yang dapat memberikan nilai lebih
terkhusus pada titik pengembangan bahasa asing mahasiswa PG-PAUD. Pengeloolaan
15
mata kuliah tersebut diadaptasi dari pendekatan CLIL dengan mengajarkan konten
materi sembari mengenalkan bahasa Inggris. Gagasan tersebut menjadi sebuah
formulasi topik yang diangkat dalam penelitian ini. Selanjutnya, peneliti menyusun
proposal penelitian dan melakukan seminar usulan penelitian yang difasilitasi oleh
fakultas pada hari Jumat, 10 Maret 2017 di Ruang Rapat gedung E, ruang E201.
Beberapa masukan dari seminar tersebut dijadikan dasar pengembangan proposal ke
tahap proposal final yang kemudian diajukan ke Biro Penelitian, Publikasi dan
Pengabdian Masyarakat (BP3M) UKSW.
2. Persiapan Akhir Penelitian
Pada tahap ini, peneliti mulai mempersiapkan alat, bahan dan segala bentuk
kebutuhan yang akan digunakan dalam penelitian. Dilakukanlah pengadaan alat dan
bahan seperti seperangkat alat tulis yang digunakan dalam proses pengumpuan data,
beberapa jenis kertas yang akan digunakan secara terpisah pada sosialisasi penelitian,
pengumpulan data pertama, pengumpulan data kedua dan seminar pada akhir
penelitian. Sementara itu, peneliti juga merancang pembelajaran dengan mengadaptasi
pendeatan CLIL dalam mata kuliah-mata kuliah yang dijadikan prasarana pengajaran
dan penelitian. Setelah rancangan pembelajaran dengan pendekatan CLIL selesai
dibuat, penelti mencari sumber-sumber pustaka pendukung dari perpustakaan maupun
jurnal-jurnal terkait kemudian mengkompilasi materi-materi yang dibutuhkan dan
menentukan sumber utama dalam pembelajaran. Rancangan tersebut direalisasikan
dalam bentuk modul-modul yang dicetak dan natinya diberikan kepada seluruh
mahasiswa yang terliat dalam pengajaran dan penelitian ini.
Ketika modul pengajaran dan konsep pembelajaran dan penelitian ini telah siap,
dilakukanlah pertemuan dengan mahasiswa sebagai responden dalam penelitian ini.
Sejumlah 22 mahasiswa tergabung dalam penelitian ini dan menghadiri sosialisasi
penelitian tentang CLIL sebagai pendekatan dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Sosialisasi tersebut dilakukan pada hari Rabu, 3 Mei 2017. Dalam sosialisasi penelitian,
mahasiswa sebagai responded penelitian diminta untuk memperhatikan penjelasan
yang diberikan oleh peneliti agar dalam proses pembelajaran dan penelitian, mereka
dapat terlibat secara tepat. Mereka memperoleh modul pembelajaran sebelum
pengajaran dan penelitian dilaksanakan.
16
3. Pengumpulan Data 1 dan 2
Pada tahap ini, ketika seluruh responden penelitian dan segala sarana prasarana
telah siap, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan mengadaptasi pendekatan CLIL
dalam mata kuliah-mata kuliah selama bulan Mei 2017. Dalam masa-masa pengajaran
di bulan tersebut, peneliti menetapkan beberapa waktu khusus digunakan sebagai
wadah pengumpulan data dalam penelitian ini. Responden penelitiann diharapkan
terlibat dalam pembelajaran dengan pendekatan CLIL sehingga ketika proses
pengumpulan data dilaksanakan, responden dapat secara tepat memberikan gagasan
dan pemikirannya sebagai sumber data dalam penelitian ini.
Pengumpulan data pertama dilakukan pada hari Selasa, 23 Mei 2017. Pada
pertemuan ini, mahasiswa diminta untuk mengisi kuesioner terbuka (Open-Ended
Questionnaire) yang berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka terkait dengan pembelajaran
dengan pedekatan CLIL. Sejumlah 22 responden memberikan gagasan dan
pandangannya sesuai dengan tuntunan pertanyaan yang ada di lembar kuesioner yang
dibagikan. Setelah seluruh kuesioner terkumpul, peneliti mulai melakukan rekap data
mentah berdasarkan hasil sudut pandang responden mengenai isu yang diangkat dalam
penelitian ini. Kebutuhan-kebutuhan tambahan data hasil rekap data akan diakomodasi
pada pengumpulan data kedua.
Pengumpulan data kedua ditujukan kepada beberapa responden yang dirasa
perlu memberikan gagasan tambahan sebagai bahan yang dapat memperkaya data dan
kajian perspektif dalam penelitian ini. Pengumpulan data kedua dilakukan pada hari
Selasa, 6 Juni 2017 dalam bentuk Focused Group Discussion (FGD). Terdapat 10
responden, bagian dari total responden, terlibat dalam FGD. Pada tahap ini, responden
diminta untuk mengutarakan pendapat, gagasan dan pandangan bahkan pengalaman
sesuai dengan pokok-pokok diskusi yang telah dipersiappkan sebelumnya. Peneliti
mempersiakan panduan yang berisi pokok-pokok diskusi dan melakukan diskusi sesuai
dengan kebutuhan data. Data terkumpul selanjutnya digunnakan sebagai pengayaan
kajian dalam penelitian ini.
4. Analisis Data dan Penyajian Hasil
Selama beberapa waktu, peneliti melakukan analisa terhadap data-data yang
telah dikumpulkan pada tahap pengumppulan data 1 dan pengumpulan data 2. Peneliti
melakukan analisa kategorisasi sesuai dengan kerangka analisa yang telah ditetapkan
sebelumnya. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk deskriptif berupa paparan sudut
17
pandang responden yang merupakan mahasiswa PG-PAUD UKSW menyikapi kondisi
pembelajaran bahasa Inggris dan pembelajaran dengan pendekatan CLIL. Setelah
analisa dan proses pembahasan kajian selesai dilakukan, peneliti menyusun laporan
hasil penelitian yang berisi diantaranya laporan kegiatan penelitian dan hasil kajian
penelitian. Laporan yang telah selesai disusun, ditata dan dicetak sejumlah tertentu
untuk selanjutnya diajukan dalam seminar hasil penelitian.
Seminar hasil penelitian dilakukan pada hari Jumat, 16 Juni 2017 di ruang
lingkup program studi PG-PAUD UKSW. Seminar tersebut dilakukan sebagai bentuk
pelaporan penyelesaian kegiatan penelitian pada tahun anggaran 2016/2017 dan
sebagai bentuk persiapan publikasi karya haisl kajian penelitian. Hasil dari penelitian
ini nantinya akan disusun dalam bentuk artikel penelitian yang dipublikasikan dalam
jurnal atau prosiding ilmiah pendidikan.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang ada, tujuan penelitian ini yakni 1) mengetahui
pendapat mahasiswa mengenai pengajaran bahasa Inggris yang dilakukan selama ini, 2)
menerapkan pendekatan Content and Language Integrated Learning dalam pengajaran bahasa
Inggris bagi mahasiswa, dan 3) menganalisa perspektif mahasiswa terhadap pengajaran bahasa
Inggris terintegrasi dengan konten materi ajar. Oleh karena itu, hasil Analisa data yang telah
diperoleh tersaji dalam beberpa kategori substansi dimana di dalam masing-masing kategori
memuat deskripsi dan pandangan responden penelitian terkait isu-isu yang dibahas dalam
penelitian ini.
Kondisi Pembelajaran Bahasa Inggris di Pendidikan Tinggi
Sebelum lebih dalam dipaparkan mengenai kondisi pembelajaran bahasa Inggris
dewasa kini, perlu adanya pemahaman dasar mengenai apakah mahasiswa terkhusus dimana
penelitin ini dilakukan menganggap bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang diperlukan
dan penting dalam kehidupan mereka. Dari total responden sejumlah 22 mahasiswa yang
tergabung dalam penelitian ini, diperoleh pendapat bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa
yang dianggap penting dalam aspek-aspek kehidupan. Seluruh responden (100%) menyerukan
bahwa bahasa Inggris penting untuk dikuasai di era modern ini. Berbagai alasan dan dukungan
dipaparkan guna melandasi pendapat mereka mengenai pentingnya bahasa asing tersebut di
dalam kehidupan mereka.
18
Bahasa Inggris dianggap penting karena bahasa tersebut dapat menjawab kebutuhan
pribadi seorang individu dalam menjalani kehidupan. Sejumlah 5 responden (22,7%)
menyatakan pandangan mereka bahwa ada hal-hal yang mereka peroleh ketika mereka
menggunakan bahasa Inggris. Pembelajaran dipandang sebagai salah satu hal yang
memperoleh dampak positif dari penggunaan bahasa Inggris. Dengan dikuasainya bahasa
Inggris, pembelajaran akan semakin kaya dalam konteks keragaman kosa kata dan pola bahasa
yang disajikan. Diyakini bahwa dengan dikuasainya bahasa Inggris, para pengajar mampu
mempersiapkan materi ajar yang lebih kaya karena dimungkinkan bagi mereka untuk
mengakses sumber-sumber internasional. Bahasa Inggris membantu para pengajar untuk
memahami materi-materi lebih dalam dan merancang pembelajaran-pembelajaran lebih
menarik dengan berbagai referensi sebagai pendukungnya. Sementara pembelajaran yang
menyajikan konten materi diberikan, pada saat yang sama, mahasiswa dapat mempelajari kosa
kata baru terkait dengan materi yang sedang diajarkan. Pembelajaran semakin berisi dengan
adanya pengayaan kosa kata dan pola sederhana bahasa dalam mater ajar.
Selain itu, terdapat sejumlah 6 responden (27,3%) menyatakan bahwa bahasa Inggris
penting karena bahasa tersebut merupakan bahasa yang digunakan secara luas. Bahasa Inggris
yang digunakan secara internasional memicu mereka untuk mempelajarinya karena dipercaya
bahwa ketika bahasa tersebut dikuasaai, meeka akan mendapat kesempatan baik untuk dapat
berkomunikasi dengan para pendatang dari berbagai negara. Terkhusus dalam peningkatan
kualitas pendidikan di Indonesia, komunikasi dengan praktisi-praktisi negara lain memberikan
masukan dan inspirasi tersendiri. Untuk dapat memperoleh kesempatan untuk berdialog dan
bertukar pikiran dengan praktisi-prktisi tersebut diperlukan bahasa yang dipahami secara luas
oleh negara-negara yang terlibat. Disitulah bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa utama
dalam komunikasi internasional. Gagasan ini mendukung pendapat Mahu (2012) dan Gavran
(2013) mengenai bahasa Inggris sebagai bahasa tutur utama di seluruh dunia yang dapat
menjadi kunci partisipasi dalam kehidupan internasional.
Hal lain yang menjadi alasan mengapa bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa yang
penting untuk dikuasai yakni tuntutan jaman. Setengah dari total responden (50%)
mengungapkan bahwa bahasa Inggris dianggap penting karena bahasa tersebut dapat menawab
tuntutan jaman. Tuntutan jaman yang dimaksud adalah peluang bagi seseorang untuk
memperoleh pekerjaan yang baik. Untuk medapatkan pekerjaan, dewasa kini, instansi-instansi
mencantumkan syarat kemampuan berbahasa Inggris pada tingkat tertentu. Meskipun tingkatan
kemampuan yang disyaratkan berbeda dari satu instansi dengan instansi yang lain, namun hal
tersebut sudah menadi suatu kebutuhan. Peningkatan jenjang karir dan pendidikan juga
19
memerlukan penguasaan akan bahasa tersebut. Dengan meningkatnya pendidikan seseorang,
meningkt pula tuntutan penguasaan bahasa Inggris sebagai modal pemahaman pengetahuan
yang lebih luas dan kompleks. Gagasan ini sejalan dengan konsep penggunaan bahasa Inggris
di Korea. Lankov (dalam Gavran, 213) menyebutkan bahwa penguasaan bahasa Inggris
digunakan sebagai dasar mempelajari ilmu-ilmu tertentu dalam pendidikan di Korea. Oleh
karena itu, berkembang atau tidaknya pengetahuan dan ketrampilan seseorang dapat dikaitkan
juga dengan seberapa dalam penguasaannya terhadap bahasa Inggris. Meskipun perlu
penelitian yang membuktikan pokok pikiran ini namun secara garis besar nampak bahwa
mereka yang menguasai bahasa Inggris memiliki peluang untuk memahami pengetahuan-
pengetahuan yang lebih luas.
Setelah dipahami bahwa bahasa Inggris merupakan hal penting untuk dipelajari, perlu
dipahami pula penyajian pembelajaran bahasa Inggris yang dapat mengakomodasi kebutuhan
dan tuntutan tersebut. Meskipun dianggap penting, porsi penyajian pembelajaran bahasa
Inggris, terkhusus di pendidikan tinggi dimana penelitian ini dilakukan masih tergolong tidak
mencukupi. Data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah 19
responden (86,4%) berpendapat bahwa alokasi waktu pembelajaran bahasa Inggris, secara
khusus di PG-PAUD, FKIP UKSW, tidaklah cukup. Berbagai argument melandasi pendapat
mereka mengenai alokasi waktu pembelajaran bahasa Inggris di pendidikan tinggi. Mereka
memerlukan waktu lebih banyak untuk mempelajari komponen-komponen dalam bahasa
Inggris seperti kosa kata, pola bahasa, istilah dan tata acara pengucapan. Hal-hal tersebut
memerlukan waktu lebih banyak untuk mendapatkann penguasaan yang memadahi.
Selain itu, alokasi waktu pembelajaran bahasa Inggris di PG-PAUD hanya sejumah 2
mata kuliah dengan kisaran waktu masing-masing mata kuliah sejumlah 2 SKS (sekitar 100
menit pembelajaran tatap muka). Responden memerlukan waktu lebih untuk pembelajaran
bahasa Inggris karena mereka sedang dalam masa persiapan bagi kebutuhan-kebutuhan masa
depan mereka seperti ketrampilan tambahan berbahasa Inggris, kebutuhan inovasi
pembelajaran bagi anak dan pembekalan pendidikan terkhusus bahasa yang teah digunakan
secara global. Disadari bahwa kemampuan yyang dimiliki responden sejauh ini masih belum
cukup untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan baik dalam kehidupan mereka.
Meskipun banyak diantara responden yang menyatakan bahwa bahasa Inggris penting
dalam kehidupan mereka, ada pula sejumlah responden (13,6%) yang menyatakan bahwa
alokasi waktu pembelajaran bahasa Inggris di PG-PAUD sudah mencukupi kebutuhan. Mereka
berpendapat bahwa tidaklah efektif jika bahasa Inggris diajarkan terlalu banyak. Gagasan
tersebut didasari dengan pendapat bahwa kemampuan penguasaan bahasa antar satu pribadi
20
dengan lainnya berbeda-beda, gaya dan kecepatan belajar pun bervariasi diantara mahasiswa.
Meskipun argument yang diberikan bersifat umum, hal ini perlu menjadi perhatian dalam
merancang pembelajaran bahasa Inggris yang lebih mengskomodasi kebutuhan-kebutuhan
para peserta didik. Argumen lain yang disampaikan yakni menggunakan bahasa Inggris teralu
sering berpotensi untuk merusak perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Gagasan
ini bertolakbelakang dengan pendapat Megaiab (2014) yang menyatakan bahwa bahasa
Indonesia yang terlalu intensif digunakan dalam pembelajaran bahasa asing akan mengurangi
kesempatan peserta didik untuk mengambangkan kemampuan berbahasa asing dengan baik
dan lancer dan menyempiitkan ruang lingkup praktek berbahasa asing tersebut.
Dampak Pembelajaran dengan Pendekatan CLIL
Berdasarkan paparaan pada bagian sebelumnya, diperoleh kondisi nyata mengenai
bagaimana pembelajaran bahasa Inggris di pendidikan tinggi terkhusus di PG-PAUD UKSW
sebagai representatif bahwa masih diperlukan pengelolaan dan penyediaan pembelajaran
bahasa asing tersebut. Penyajian pembelajaran bahasa Inggris perlu diperhatikan terkhusus
bagi program-program yang bukan merupakan bagian dari jurusan dengan exposure bahasa
Inggris yang kuat seperti Pendidikan Bahasa Inggris, Public Relation dan Hubungan
Internasional. Hal tersebut perlu menjadi perhatian karena bahasa tersebut dinilai penting
hampir dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Gambar 1 berikut merupakan gambaran
umum dampak yang diperoleh mahasiswa dengan adanya pembelajaran adaptasi pendekatan
CLIL.
Gambar 1. Dampak Pembelajaran dengan Pendekatan CLIL
Berdasarkan hasil perolehan data, terdapat 8 dampak positif yang dapat dirasakan
mahasiswa dalam pembelajaran dengan pendekattan CLIL. Mahasiswa menyadari bahwa
•Vocabularies
•Terminologies
•More Active
•Learn More Frequent
•Pronounciation
•Pattern
•Effort & Interest
•Communicative Skill
C L I L
21
mereka lebiih mempelajari kosa ata – kosa kata baru melalui pembelajaran ini. Pada umumnya
mahasiswa berpendapat bahwa dengan adanya pengayaan kebahasaan diluar jam pembelajaran
bahasa Inggris, membuat mereka semakkin mengenal kosa kata baru yang sebelumnya belum
diketahui atau dipahami. Ada yang mengungkapkan bahwa pembelajaran ini “sangat bagus,
jadi tahu banyak tentang bahasa Inggris dari kata-kata, memperbanyak kosa kata”. Mahasiswa
juga merasa bahwa “banyak kata-kata baru yang dipelajari, dan itu sangat membantu dalam
pembelajaran bahasa Inggris”. Selain kosa kata baru, hal yang diperoleh dari pembelajaran
dengan pendekatan CLIL yakni istilah teknis atau terminologi dari suatu mata kuliah atau
kajiann tertentu. Beberapa responden menyatakan bahwa pendekatan CLIL “dapat menambah
pengetahuan dan arti-arti dalam kalimat yang diselipkan di mata kuliah tersebut”. Selain itu,
“siswa mendapat banyak pengetahuan tentang berbagai istilah…, gaya bahasa kita untuk usia
seperti anak usia dini…, dan pengertian-pengertian tentang kata atau makna ddalam mata
kuliah tertentu yang mungkin tidak diperoleh di pembelajaran bahasa Inggris”.
Pembelajaran ini juga memberikan pemahaman tambahan mengenai spelling /
pronounciation (ejaan / pengucapan) dan pola-pola sederhana bahasa Inggris. Dengan
diberikannya pengayaan terait cara mengucapkan suatu kata dalam bahasa Inggris, mahaisswa
akan semakin menbangun konsep tata tutur yang benar pada kata-kata yang telah dipelajarinya.
Beberapa responden memberikan pandangan bahwa ketika mereka sering diberikan
pengayaan-pengayaan kosa kata dan istilah bahasa Inggris beserta cara pengucapannya, mereka
semakin mengenal tata tutur bahasa Inggris dan dapat menggunakannya dalam pembelajaran.
Dampak yang dirasakan yakni “memperlancar bahasa Inggris, baik tata bahasa (pola bahasa
Inggris), cara berbicara dan lain-lain”. Selain itu, responden merasa bahwa pembelajaran
dengan pendekatan CLIL ini “mempermudah untuk mengetaui cara-cara berbicara…,
bagaimana pengucapannya, penggunaannya seperti apa”. Dengan kata lain, kemampuan
mengenal pengucapan dan pola-pola sederhana bahasa Inggris semakin terasah dengan
pembelajaran ini.
Selain berdampak pada pengenalan akan aspek kebahasaan seperti kosa kata,
terminologi, pengucapan dan pola berbahasa, responden juga menyadari bahwa pembelajaran
ini membuat mereka semakin aktif menggunakan bahasa Inggris dan memicu mereka untuk
melakukan pendalaman pemahaman secara mandiri dengan menggunakan bantuan berbagai
bentuk kamus yang dimilikinya. Ada yang berpendapat bahwa “pembelajaran bahasa Inggris
terdahulu itu ya kami hanya mendapatkan di kelas itu saja dan pembelajaran saya lebih pasif”.
Ketika pembelajaran dengan pendekatan CLIL dilakukan, terdapat perubahan pandangan
bahwa “saya sedikit aktif dalam berbicara bahasa Inggris”. Mahasiswa cenderung lebih sering
22
mempelajari aspek-aspek kebahasaan ketika terliat dalam pembelajaran kali ini. Terdapat
pendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan CLIL “membuat saya lebih sering
mempelajari bahasa Inggris… dan belajar lebih banyak tentang bahasa Inggris”. Mereka juga
“menjadi lebih sering membuka kamus atau google translate”.
Selanjutnya, mahasisa juga merasakan dampak baik dengan adanya peningkatan
ketertarikan dalam mempelajari bahasa Inggris dan pengembangan kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa internasional ini. Mahasiswa berpendapat bahwa “pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan CLIL lebih menarik…, ketertarikan pembelajaran bahasa
Inggris denga perkembangan pembelajaran sangat besar…, dan lebih meningkat…”. Hal
tersebut nampak dari pendapat yang menyatakan bahwa “pembelajaran dengan pendekatan
CLIL lebih menarik karena mendapatkan hal-hal baru…, dan memicu ketertarikan”.
Ketertarikan tersebut memicu mahasiswa untuk lebih giat lagi belajar dan terlibat dalam
kounikasi berbahasa Inggris. Pembelajaran dinilai “lebih menarik karena membuat
pembiasaan-pembiasaan tersendiri sehingga pelajar lebih terbiasa dan senang
mempelajarinya”. Mereka juga cenderung “menjadi ingin belajar bahasa-bahasa… dan saya
mau belajar”. Kemampuan yang diperoleh dari upaya giat mereka untuk mau belajar bahasa
Inggris yakni pada aspek komunikasi. Mahasiswa “menjadi paham sedikit-sedikit ketika diajak
ngobrol dengan menggunakan bahasa Inggris”. Hal tersebut dipicu dengan pembiasaan yang
dilakukan “dan sering melatih denagan berkomunikasi bahasa Inggris”.
Perspektif Mahasiswa mengenai Pembelajaran dengan Pendekatan CLIL
Pada bagian ini, data yang telah diperoleh dari dua tahap pengumpulan data disajikan
dalam bentuk perbandingan. Perbandingan yang digunakan yakni pembelajaran sebelum
pendekatan CLIL diterapkan dengan pembelajaran yang mengadaptasi pendekatan CLIL.
Secara umum, Gambar 2 merupakan gambaran utuh perbandingan pembelajaran sebelum dan
setelah diterapkannya pendekatan CLIL dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa
Inggris mahasiswa di program studi PG-PAUD UKSW Salatiga.
23
Gambar 2. Perbandingan Pebelajaran Dengan dan Tanpa Pendekatan CLIL
Sejumlah 7 responden (31,8%) yang memberikan feedback positif mengenai
pembelajaran tanpa mengadaptasi pendekatan CLIL. Pendapat utama yang menjadi alasan
bahwa pembelajaran bahasa Inggris terdahulu sudah baik yakni mahasiswa bisa fokus terhadap
konten dari mata kuliah yang disajikan. Mereka berpendapat bahwa ketika mereka tergabung
dalam suatu mata kuliah, mereka akan fokus mempelajari segala macam hal yang ada dalam
mata kuliah tersebut tanpa dipusingkan dengan adanya tambahan pembelajaran bahasa Inggris
tersirat. Meskipun pembelajaran bahasa Inggris yang diberikan melalui konten mata kuliah
sejalan dengan isi dari mata kuliah tersebut bahkan memperkaya kajian istilah pada mata kuliah
itu namun ada diantara mahasiswa yang belum merasa nyaman dengan pembelajaran seperti
itu.
Sementara itu, terdapat 15 responden (68,2%) yang memberikan feedback negatif
bahwa pembelajaran bahasa Inggris terdahulu masih banyak kelemahan yang membuat mereka
kini belum dapat berkembang ke titik yang diharapkan. Keterbatasan kosa kata yang disajikan
dan terlalu terpakunya pengajar pada buku pegangan membuat mereka merasa bosan dalam
mengikuti pembelajaran pada mata kuliah yang disajikan. Pandangan mereka didasarkan pada
kondisi dimana mereka masih memerlukan pembelajaran kosa kata – kosa kata terkhusus
dalam bahasa internasional tersebut dan pendalaman materi yang lebih dari sekedar apa yang
ada dalam buku pegangan. Pandangan lain yang diungkapkan yakni keterbatasan dan keacuhan
pada penguasaan bahasa Inggris. Mereka menyadari bahwa dengan berkembangnya jaman
maka berkembang pula tuntutan terhadap para pekerja terkhusus mereka yang nantinyya akan
0
5
10
15
20
25
Tanpa CLIL Dengan CLIL
PEMBELAJARAN
Feedback Positif Feedback Negatif
24
berkarya di dunia pendidikan. Kesadaran akan perlunya bahasa Inggris muncul karena
ketersediaan pembelajaran tersebut dalam kurikulum utama tidaklah mencukupi. Sementara
mereka dituntut untuk dapat menguasai bahasa global tersebut, ada diantara mahasiswa yang
akhirnya memilih untuk acuh seakan-akan tidak memerlukan bahasa Inggris dalam hidup
mereka. Dari sudut pandang lain, terdapat mahasiswa yang berpandangan bahwa pembelajaran
sebelum CLIL diterapkan sudah mulai mengakomodasi kebutuhan akan penguasaan bahasa
Inggris. Hanya saja, konten kebahasaan yang disajikan hanyalah konten-konten umum dan
pembelajaran-pembelajaran bahasa Inggris pada waktu itu terbbatas hanya pada penghafalan
dan penerjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Mahasiswa cenderung pasif ketika
tergabung dengan pembelajaran terdahulu dimana pendekatan CLIL belum diadaptasi
didalamnya.
Kemudian, terdapat sejumlah 21 responden (95,5%) yang memberikan feedback positif
mengenai penerapan pendekatan CLIL dalam pembelajaran. Mereka beranggapan bahwa
pembelajaraan tersebut memicu mereka untuk mempelajari konten kebahasaan sejalan dengan
pembelajaran konten keilmuan dari mata kuliah yang disajikan. Pembelajaran tersebut
membentuk kebiasaan belajar mereka menjadi lebih baik salah satunya dengan adanya usaha-
usaha untuk terus belajar dan mencari sumber-sumber pendukung pembelajaran bahasa
Inggris. Pandangan tersebut sejalan dengan suatu penelitian mengenai pembelajaan yang tersaji
secara menarik yang membentuk suatu pembiasaan dalam kegiatan belajar (Kurniawan, 2017).
Tentunya, selain membentuk kebiasaan pembelajaran tersebut dinilai menarik dan
menumbuhkan keingintahuan mahasiswa. Pengayaan-pengayaan terhadap mata kuliah – mata
kuliah tertentu menjadi alasan lain mengapa pembelajaran dengan pendekatan CLIL dinilai
baik. Meskipun hampir seluruh responden berpandangan bahwa pembelajaran ini baik, ada 1
responden (4,5%) yang bertolak belakang dengan pandangan tersebut. Mahasaswa yang
dimaksud menyatakan bahwa dalam pembelajaran terkhusus dengan pendekatan CLIL
memberikan suatu kesulitan tersendiri dalam mempelajari mata kuliah yang disajikan. Terlalu
seringnya penambahan konten bahasa Inggris membuatnya sulit mempelajari konten
kebahasaan. Kesulitan dalam memahami mata kuliah tersebut dianggap sebagai dampak dari
konten kebahasaan yang juga diberikan pada saat yang bersamaan walaupun sejumlah
mahasiswa mendukung untuk mulai mengurangi bahasa Indonesia yang terlalu intensif
sehingga mereka terbiasa dengan aspek bahasa Inggris yang hendak diberikan untuk dipelajari.
25
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan gagasan dan perolehan datan yang telah dianalisa dan disajikan pada
bagian hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa Inggris merupakan suatu
tuntutan jaman dimana mereka yang berupaya untuk menguasainya bahkan telah memiliki
kemampuan berbahasa Inggris, cenderung dapat memperoleh kesempatan-kesempatan yang
ditawarkan dalam kehidupan ini seperti peningkatan karir, pendidikan pengakuan atas
kontribusi internasional dan lain sebagainya.
Seluruh responden dalam penelitian ini berpandangan bahwa bahasa Inggris merupakan
bahasa yang penting untuk dikuasai meskupun pandangan dan hasrat untuk belajar bahasa
Inggris belum sejalan dengan keterseiaan pembelajaran bahasa Inggris di program studi PG-
PAUD UKSW Salatiga. Pembelajaran bahasa Inggris di program studi non kebahasaan tersebut
terhitung tidak memadahi jika dibandingkan dengan tuntutan jaman dewasa kini. Kurangnya
alokasi waktu dan sistem pembelajaran yang belum maksimal memicu munculnya
pengembangan dengan mengadaptasi pendekatan Content and Language Intergrated Learning
(CLIL) yang mencoba memberikan konten kebahasaan sembari mengajarkan konten keilmuan
suatu mata kuliah.
Dari penerapan pendekatan CLIL dalam pembelajaran di PG-PAUD UKSW, diperoleh
perspektif mahasiswa mengenai pembelajarran tersebut. Lebih dari setengah responden
mahasiswa yang menyatakan bahwa pembelajaran terdahulu belum efektif dan tidaklah
menarik perhatian terkhusus dalam konteks pengembangan bahasa Inggris. Sementara itu,
hamper seluruh responden mahasiswa berpendapat bawa pembelajaran dengan pendekatan
CLIL lebih menarik, lebih membuat mereka aktif dan berkomunikasi dalam bahasa Inggris,
membentuk suatu kebiasaan baik dalam belajar serta memberikan mereka pengayaan kosa kata,
pola dan tata tutur berbahasa Inggris yang melengkapi pengetauan dan kedalaman pemahaman
mereka dari sisi konten keilmuan dan kebahasaan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Afrin, S. (2016) Writing Problems of Non-English Major Undergraduate Students in
Bangladesh: An Observation. Open Journal of Social Sciences, 4, 104-115.
http://dx.doi.org/10.4236/jss.2016.43016
Bonces, J.R. (2012). Content and Language Integrated Learning (CLIL): Considerations
in the Colombian Context. Gist Education and Learning Research Journal, No.
6, November 2012. Pp. 177-189.
Gavran, S. (2013). The Importance of English Language Learning and Teaching in South
Korea. Victoria University.
Harris, J. & Duibhir, P.O. (2011). Effective Language Teaching: A Synthesis of Research.
Dublin: National Council for Curriculum and Assessment.
Kurniawan, M. (2017). Mobile Learning in TESOL: A Golden Bridge for Enhancement
of Grammar Awareness and Vocabulary Mastery? Asian EFL Journal,
Research Edition, Vol. 8 March 2017, pp. 155-159.
Lundin, C. & Persson, L. (2015). Advantages and Challenges with CLIL: A Study
Examining Teachers’ Thoughts on Learner Engagement and Confidence within
Content and Language Integrated Learning. Malmo Hogskola.
Mahu, D.P. (2012). Why is Learning English So Beneficial Nowadays? International
Journal of Communication Research, volume 2, issue 4 October / December
2012, pp. 374-376.
Megaiab, M.M.A. (2014). THe English Writing Competence of The Students of
Indonesian Senior High School. The 2014 WEI International Academic
Conference Proceedings.
Mirabela, P.A. & Ariana, S.M. (2013). Benefits of English Language Learning -
Language Proficiency Certificates – A Prerequisite for The Business Graduate.
Diakses dari: http://steconomiceuoradea.ro/anale/volume/2013/n2/016.pdf.
Mourssi, A. (2014). The Benefits and Challenges of Implementing Content and
Language Integrated Learning (CLIL) at The Higher College of Technology-
Sultanate of Oman. International Journal of Language Learning and Applied
Linguistics World, Volume 7 (4), December 2014; 272‐283.
Robinson, D. (2012). Why English is The Most Important Language in The World.
Diakses dari: www.newsflashenglish.com
Yulia, Y. (2013). Teaching Challenges in Indonesia: Motivating Students and Teachers’
Classroom Language. Indonesian Journal of Applied Linguistics, Vol. 3 No. 1,
July 2013, pp. 1-16.