laporan penyusunan - bekraf.go.id · laporan penyusunan pdrb ekraf 5 provinsi 2010-2016 menurut...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNAN
PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
ISBN: 978-602-438-191-2No. Publikasi: 07140.1801No. Katalog: 9302028Ukuran Buku: 17,6 x 25 cmJumlah Halaman: xii + 125 halamanNaskah: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Regional Penyunting/Editor: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi RegionalGambar Kulit: Badan Ekonomi KreatifGambar: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi RegionalDiterbitkan oleh: Badan Pusat StatistikDicetak oleh: PT. Citra Mawana Patamaro
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
iii
KATA PENGANTAR
Ekonomi kreatif (ekraf ) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi
katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS
dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) tahun 2017. Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan
bagian dari Big Data ekonomi kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini
dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi: Profil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan
Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2016; Klasifikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2014-2016; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5
Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016 dan Upah
Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016; serta Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif 2014.
Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf.Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh) kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf.Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional.Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini.
Jakarta, Desember 2017Kepala Badan Pusat Statistik,
Dr. Suhariyanto
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
iv
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
v
KATA PENGANTAR
Otonomi daerah memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas, serta peran serta masyarakat dalam rangka mengembangkan dan
memajukan daerahnya. Pembangunan daerah dapat diprioritaskan berdasarkan potensi dan karakteristik yang dimiliki dengan tetap
terintegrasi dengan pembangunan nasional. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang
diperlukan dalam menganalisis potensi ekonomi di daerah. Selain menggambarkan kondisi ekonomi daerah, PDRB
juga dapat menunjukan keterbandingan ekonomi antar daerah, juga menghitung kontribusi daerah terhadap perekonomian nasional. Gelombang kreativitas yang melanda semua daerah menuntut tersedianya data PDB Ekonomi Kreatif hingga level regional. Ketersediaan data PDRB Ekonomi Kreatif ini akan bermanfaat untuk merencanakan dan mengevaluasi pembangunan
ekonomi kreatif di daerah demi tercapaikan target nasional, yaitu untuk menjadikan ekonomi kreatif
sebagai tulang punggung perekonomian bangsa. Data PDRB Ekonomi Kreatif yang akurat digunakan sebagai
acuan penyusunan strategi pembangunan ekraf yang fokus pada potensi masing-masing daerah. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, Badan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik melakukan penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif pada lima provinsi di Indonesia. Laporan Penyusunan PDRB ini mengulas perkembangan potensi ekonomi kreatif lima provinsi dari tahun 2010 sampai dengan 2016. Kelima provinsi ini dipilih setelah diidentifikasi memiliki potensi ekonomi kreatif yang besar, sehingga layak menjadi prioritas pembangunan ekonomi kreatif. Provinsi tersebut antara lain Sumatera Utara, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Jakarta, Desember 2017Kepala Badan Ekonomi Kreatif,
Triawan Munaf
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
vi
Naskah Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Regional
Penanggung Jawab Umum Setianto, S.E., M.Si.
Penanggung Jawab Teknis Etjih Tasriah, S.E., M.P.P.
Editor Tri Isdinarmiati, SST., S.E., M.Si. Budi Ayu Kusuma Dewi, S.Si., M.A., M.Ec.Dev. Sri Setyarini, S.Si., M.M.
Penulis Naskah Ria Arinda, SST. Theresa Novalia, SST.
Pengolah Data Wiwik Andriyani Lestari, SST. Mirta Dwi Wulandari, SST. Prima Ardiansyah, SST. Habibullah Malik AHK, SST. Wawan Kurniawan, SST.
PENYUSUN
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
vii
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR___________________________________________iii
PENYUSUN ________________________________________________vi
DAFTAR ISI________________________________________________ vii
DAFTAR TABEL ____________________________________________viii
DAFTAR GAMBAR ___________________________________________ix
DAFTAR LAMPIRAN__________________________________________xi
Bab 1 Pendahuluan ______________________________________ 3
Bab 2 Tahapan Kegiatan __________________________________ 9
Bab 3 Metodologi ______________________________________ 17
Bab 4 Hasil ____________________________________________ 83
Lampiran _______________________________________________ 101
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
viii
DAFTAR TABELTabel 2.1 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor Ekonomi
Kreatif ___________________________________________ 11
Tabel 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), PDRB
Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju
Pertumbuhan (Persen) PDRB 5 Provinsi Tahun, 2010-2016 _ 85
Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut
Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen), 2011-2016 _ 91
Tabel 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor
Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen), 2011-2016 __________ 97
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
ix
DAFTAR GAMBARGambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT) ___ 10
Gambar 2.2 Dimensi Matrik Supply Industri Kreatif ______________ 10
Gambar 2.3 Tahapan Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif
Tahun 2010____________________________________ 11
Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif _________ 13
Gambar 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), PDRB
Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju
Pertumbuhan (Persen) PDRB 5 Provinsi Tahun, 2010-
2016 _________________________________________ 84
Gambar 4.2 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga
Berlaku 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2010-2016 ________ 86
Gambar 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Subsektor
Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2016 ______ 87
Gambar 4.4 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga
Konstan 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2010-2016 ________ 87
Gambar 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor
Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2016 ______ 88
Gambar 4.6 Struktur Perekonomian 5 Provinsi Tahun (Persen), 2010
dan 2016 _____________________________________ 89
Gambar 4.7 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Ekonomi Kreatif di 5 Provinsi (Persen), 2016 _________ 89
Gambar 4.8 Laju Pertumbuhan PDRB, PDRB Ekonomi Kreatif, dan
PDRB Non Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen), 2011-
2016 _________________________________________ 90
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
x
Gambar 4.9 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB
Ekonomi Kreatif (Persen), 2016 ____________________ 92
Gambar 4.10 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB
Ekonomi Kreatif (Persen), 2016 ____________________ 93
Gambar 4.11 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB
Ekonomi Kreatif (Persen), 2016 ____________________ 94
Gambar 4.12 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB
Ekonomi Kreatif (Persen), 2016 ____________________ 95
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
xi
DAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor
EKonomi Kreatif Menurut KBLI 2015 _______________ 101
Lampiran 2. Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif _____________ 108
Lampiran 3. Metode Estimasi Suppy Ekonomi Kreatif Tahun 2010 _ 111
Lampiran 4. PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga
Berlaku (Miliar Rupiah), 2010-2016 ________________ 119
Lampiran 5. PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga
Konstan 2010=100 (Miliar Rupiah), 2010-2016 ______ 120
Lampiran 6. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun (Persen), 2010-2016 __________ 121
Lampiran 7. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Terhadap Total PDRB 5
Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (Persen), 2010-2016 122
Lampiran 8. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi
Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (Persen), 2011-
2016 ________________________________________ 123
Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi
Atas Dasar Harga Berlaku (Persen), 2011-2016 _______ 124
Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Implisit PDRB Ekonomi Kreatif 5
Provinsi Tahun (Persen), 2011-2016 _______________ 125
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
PENDAHULUAN
1
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
3
1.1. Latar Belakang
Ekonomi kreatif lahir sebagai konsep ekonomi baru yang bertumpu pada ide, kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Perkembangan yang pesat terhadap globalisasi dan konektivitas mengubah cara bertukar informasi, berdagang, dan konsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi di berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan pengembangan ekonomi.
Ekonomi kreatif memberikan nilai lebih karena menawarkan pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dengan kata lain, ekonomi kreatif adalah manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar ekonomi kreatif dan menjadikan ekonomi kreatif sebagai model utama pengembangan ekonomi.
Bab 1Pendahuluan
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
4
Di Indonesia sendiri, kehadiran ekonomi kreatif berpotensi dalam memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, meningkatkan keunggulan kompetitif, dan memberikan dampak sosial yang positif. Pada dasarnya, bangsa Indonesia memiliki sumber daya yang kreatif. Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, menghasilkan suatu karya kreatif seolah telah menjadi gaya hidup. Bahkan, beberapa diantaranya sudah menghasilkan produk yang bersaing di pasar global dan bersaing dengan produk negara lain, sehingga berkesempatan untuk memperbesar pasar. Di tengah kelesuan ekonomi dunia, Indonesia harus melakukan terobosan dengan mengembangkan industri kreatif. Industri kreatif ini mampu bertahan dari krisis karena bertumpu pada inovasi dan kreativitas.
Untuk membangun kompetensi dengan memanfaatkan potensi ekonomi kreatif yang sesuai bagi bangsa Indonesia tentunya memerlukan strategi kebijakan yang holistik dan tepat. Perencanaan program-program dan evaluasi pemerintah dalam mencapai target yang telah ditetapkan tidak dapat lepas dari dukungan ketersediaan data dan informasi yang memotret perkembangan kondisi industri kreatif terkini. Statistik yang berkualitas akan berdampak pada pengambilan keputusan yang lebih informatif serta perumusan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan industri kreatif di Indonesia.
1.2. Maksud dan Tujuan
Tahun ini adalah tahun pertama dimulainya penyusunan PDRB Lapangan Usaha Ekonomi Kreatif atau yang dikenal dengan sebutan PDRB-EK. PDRB-EK disusun untuk menggambarkan nilai tambah seluruh barang dan jasa yang di produksi dalam perekonomian, khususnya yang dihasilkan oleh lapangan usaha ekonomi kreatif. PDRB-EK meliputi seluruh aktivitas ekonomi kreatif yang dilakukan oleh residen maupun non residen pada periode tertentu di wilayah domestik yang menghasilkan barang dan jasa.
Kegiatan penghitungan PDRB-EK tahun ini masih bersifat ujicoba, sehingga baru melibatkan 5 provinsi dalam penghitungannya. Kelima provisi yang terlibat dalam penghitungan PDRB-EK adalah Provinsi Sumatera Utara. Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.
Kegiatan Penyediaan dan Pengembangan Data dan Informasi Statistik Bidang Ekonomi Kreatif ditujukan untuk memberikan data dan informasi
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
5
mengenai perkembangan dan peranan industri kreatif di Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengembangan industri kreatif di Indonesia dan evaluasi kebijakan pengembangan industri kreatif. Secara khusus, kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif tahun 2010 sampai dengan tahun 2016. Selain tabel pokok buku ini juga menampilkan indikator-indikator turunan seperti distribusi, pertumbuhan dan sumber pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif 5 provinsi. Berikut tabel-tabel yang akan disajikan dalam buku ini :
• PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2010-2016
• PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan 2010 tahun 2010-2016
• Struktur/distribusi PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010-2016
• Laju pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016
• Sumber pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016
1.3. Manfaat
Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah, khususnya oleh Badan Ekonomi Kreatif dalam menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif, sehingga dapat memacu sektor industri kreatif lebih berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat pula digunakan oleh para peneliti, penulis, pelajar, pemerhati industri kreatif, atau para pelaku bisnis dalam industri kreatif untuk lebih memahami perkembangan dari masing-masing kelompok industri kreatif tersebut.
Bagi BEKRAF, PDRB-EK sangat penting sebagai data referensi dalam pengambilan kebijakan terhadap pengembangan 16 subsektor ekraf. Sedangkan bagi pihak intelektual dan pelaku usaha, PDRB-EK dapat dijadikan rujukan bagi stakeholder / pelaku usaha ekraf dalam mengambil keputusan dan menjawab pertanyaan terhadap pengembangan 16 subsektor ekraf.
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
TAHAPAN KEGIATAN
2
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
9
Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif dimulai dengan kegiatan penyusunan klasifikasi dan selanjutnya dilakukan penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010. Dari Matriks Supply Ekonomi Kreatif dapat diperoleh output yang kemudian dikalikan dengan nilai rasio konsumsi antara untuk mendapatkan angka PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010. Kegiatan berikutnya adalah penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016. Tahapan kegiatan penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif secara rinci akan diuraikan di bawah ini.
2.1. Penyusunan Klasifikasi
Penyusunan klasifikasi kegiatan ekonomi kreatif merupakan langkah awal dalam penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif. Besaran nilai PDRB Ekonomi Kreatif sangat tergantung dari cakupan kegiatan ekonomi yang terbentuk.
Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 72 Tahun 2015, industri kreatif dikelompokkan ke dalam 16 kelompok, yang selanjutnya disebut sebagai subsektor ekonomi kreatif, yaitu:
1. Arsitektur2. Desain Interior3. Desain Komunikasi Visual4. Desain Produk5. Film, Animasi, Video6. Fotografi
Bab 2Tahapan Kegiatan
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
10
7. Kriya8. Kuliner9. Musik10. Fesyen11. Aplikasi dan Game Developer12. Penerbitan13. Periklanan14. Televisi dan Radio15. Seni Pertunjukan16. Seni Rupa
Enam belas subsektor ekonomi kreatif tersebut kemudian dipetakan secara rinci ke dalam klasifikasi standar yang disebut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Saat ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah
Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT)
Gambar 2.2 Dimensi Matrik Supply Industri Kreatif
Baris: Persamaan Keseimbangan Produk/Komoditi: Supply = Use Supply = Output + Impor+ Margin+ (pajak-subsidi) atas
produk Use = Konsumsi antara + Konsumsi rmhtangga+ Konsumsi
LNPRT+ Konsumsi pemerintah+ PMTB+ Perubahan inventori +Ekspor
Kolom : Total Output = Total Input Output Domestik =Konsumsi antara + NTB
Penyusunan klasifikasi
Matrik Supplyekraf
Estimasi Matrik Supply ekraf
Rekonsiliasi Matrik Supply
ekraf
Matrik Supplyekraf
adjusted
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
11
menggunakan KBLI terbaru, yaitu KBLI 2015. Rincian jumlah kelompok lima digit KBLI dalam masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel 2.1 rekapitulasi struktur KBLI 2015 subsektor ekonomi kreatif di bawah ini.
Gambar 2.3 Tahapan Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif Tahun 2010
No. SubsektorJumlah
KBLI 5 Digit01 Arsitektur 2
02 Desain Interior 2
03 Desain Komunikasi Visual 2
04 Desain Produk 3
05 Film, Animasi, dan Video 9
06 Fotografi 7
07 Kriya 72
08 Kuliner 32
09 Musik 9
10 Fesyen 19
11 Aplikasi dan Game Developer 13
12 Penerbitan 17
13 Periklanan 5
14 Televisi dan Radio 5
15 Seni Pertunjukan 10
16 Seni Rupa 16
Jumlah 223
Kode Industri 1 2 53 54 55 56 70
Jumlah Benchmark Selisih Kode Komoditi Rincian Tanaman
Pangan
Tanaman Hortikultura
Semusim …
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial
Jasa lainnya
Non Ekraf
Arsi-tektur
Desain nterior … Seni
Rupa
1 Padi 2 Jagung 3 Umbi-
umbian
.
.
. 65 Jasa
lainnya
Jumlah NTB
Rasio NTB
Tabel 2.1 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
12
Selanjutnya, rincian cakupan 223 kelompok lima digit KBLI 2015 pada 16 subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat secara lengkap pada tabel lampiran. Sedangkan konsep dan definisi yang digunakan untuk masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada lampiran dua.
2.2. Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif
Tabel supply merupakan bagian dari Supply and Use Table (SUT). Tabel supply memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di domestik dan yang didatangkan dari luar wilayah (impor). Sementara, matrik supply regional memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di wilayah domestik regional, tanpa impor barang dan jasa.
Penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010 ditujukan untuk memperoleh PDRB tahun dasar, yaitu PDRB tahun 2010, dan sekaligus sebagai benchmark PDRB Ekonomi Kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan terbentuknya Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, maka PDRB Ekonomi Kreatif yang dihasilkan telah cukup valid.
Saat ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh BPS memiliki tahun dasar 2010 (2010=100) atau biasa disebut sebagai PDRB seri 2010. PDRB seri 2010 tersebut diturunkan dari Matrik Supply 2010. Dengan demikian, agar konsisten dengan PDRB maka PDRB industri kreatif juga harus disusun menggunakan tahun dasar yang sama, sehingga diperlukan penyusunan Matrik Supply 2010 berbasis industri kreatif. Tahapan penyusunan Matrik Supply industri kreatif adalah sebagai berikut:
Saat ini, dimensi Matrik Supply Provinsi terdiri atas 54 industri (kolom) dan 65 produk (baris). Untuk membentuk Matrik Supply industri kreatif maka muatan kreatif dalam 54 industri tersebut ditarik dan dipindahkan ke dalam 16 subsektor industri kreatif. Penentuan muatan kreatif dalam suatu industri adalah berdasarkan KBLI 2015 ekonomi kreatif yang telah disusun. Dengan demikian, dimensi Matrik Supply industri kreatif menjadi 70 industri (16 industri ekraf dan 54 industri non-ekraf ) dikali 65 produk.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
13
2.3. Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Industri Kreatif
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah dari seluruh aktivitas ekonomi yang tercipta akibat adanya proses produksi pada suatu periode tertentu dari suatu wilayah. Penyusunan PDRB ekonomi kreatif sesuai dengan standar penyusunan neraca nasional (SNA 2008) dan berbasis KBLI 2015. Tahapan penyusunan PDRB ekonomi kreatif adalah sebagai berikut:
PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diturunkan dari hasil Matrik Supply industri kreatif tahun 2010. Level PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 ini menjadi basis penyusunan PDRB ekonomi kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dalam istilah neraca nasional, tahun 2010 ini disebut sebagai tahun dasar (base period), biasa dituliskan sebagai 2010=100. Setelah PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh PDRB ekonomi kreatif tahun 2011-2016. PDRB untuk periode ini diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dari hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK), hasil Survei Khusus Neraca Produksi - Ekonomi Kreatif (SKNP - EK), dan data sekunder lainnya yang tersedia. Dengan demikian, diperoleh series PDRB ekonomi kreatif tahun 2010-2016.
Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif
PDRB Ekonomi Kreatif Tahun2011-2016
PDRB Ekonomi Kreatif Tahun2010
Matrik Supply Industri KreatifTahun 2010
Data dasar, SKEK, danSKNP-EK
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
METODOLOGI
3
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
17
3.1. Metode Estimasi Supply Industri Kreatif Tahun 2010
Secara umum, metode yang digunakan untuk estimasi output (supply) dari masing-masing industri menggunakan pendekatan produksi. Estimasi supply dilakukan per kategori dalam tiap-tiap subsektor ekonomi kreatif. Berikut adalah metode estimasi output (supply) dengan berbagai indikator yang digunakan dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif.
a. Subsektor Arsitektur
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat,
Bab 3Metodologi
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
18
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
b. Subsektor Desain Interior
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
19
provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply masing-masing provinsi penyusun PDRB-EK.
Sumber data:
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud
• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
c. Subsektor Desain Komunikasi Visual
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
20
dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud.
• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
d. Subsektor Desain Produk
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
21
Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud
• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
e. Subsektor Film, Animasi, dan Video
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif Kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply. Tahap berikutnya adalah mendisagregasikan setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI dengan menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah didapatkan output menurut lima digit KBLI, dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
22
Sumber data:
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Informasi dan Komunikasi
Estimasi supply nilai produksi (output) diperoleh dari jumlah film, sinetron, dll dikalikan dengan rata-rata biaya pembuatan film, sinetron, dll. Untuk struktur supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Sensus Ekonomi 2006. Untuk disagregasi output film pemerintah, menggunakan data pendapatan dari laporan keuangan perusahaan BUMN, Kementerian BUMN.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Jumlah film, sinetron, dll, Kemenparekraf
• Laporan Keuangan BUMN, Kementerian BUMN
f. Subsektor Fotografi
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
23
Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud
• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
g. Subsektor Kriya
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
24
khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.
Sumber data:
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor dalam Matrik Supply meliputi kegiatan ekonomi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusahaan. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.
Output perdagangan adalah marjin perdagangan, yaitu nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang. Konsumsi antaranya adalah seluruh biaya yang digunakan untuk kepentingan usaha perdagangan, seperti
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
25
perlengkapan tulis menulis, bahan pengepak dan pembungkus, rekening listrik dan telepon, serta biaya iklan.
Industri perdagangan eceran bukan mobil dan sepeda motor dalam Matrik Supply meliputi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya, pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer ada yang bertindak sebagai agen dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kriya yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.
Sumber data:
• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
26
• Survei Khusus Neraca Produksi (SKNP) Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
h. Subsektor Kuliner
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.
Sumber data:
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan di subsektor Kuliner dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Kuliner.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kuliner yang diperdagangkan. Dalam
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
27
pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.
Sumber data:
• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi (SKNP) Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum
Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penyediaan makan minum merupakan cakupan dalam subsektor kuliner. Total Output produk jasa penyediaan makan minum merupakan perkalian konsumsi makanan jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data konsumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) merupakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya turis Indonesia membeli makanan di restoran di luar negeri), dengan kata lain output yang dihasilkan merupakan total Supply produk jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor.
Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa penyediaan makan minum SUSENAS maka konsumsi penduduk tersebut dikurangi dengan impor produk jasa penyediaan makan minum lalu ditambah dengan ekspor produk jasa penyediaan makan minum.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
28
Persamaan formulanya bisa disederhanakan, sebagai berikut:Total Supply = Total UseOutput Domestik + Impor = Total Konsumsi (konsumsi antara
dan konsumsi akhir) + EksporOutput Domestik = Total Konsumsi + Ekspor – Impor
Selain itu, konsumsi rumahtangga yang didata di SUSENAS, bisa dilakukan di penyediaan makan minum baik di restoran yang ada di kereta api, di angkutan udara, maupun di hotel. Ini merupakan produk sekunder dari industri kereta api, angkutan udara, industri penyediaan akomodasi, dan industri lainnya. Jadi, untuk menghitung output jasa penyediaan makan minum yang khusus dihasilkan oleh industri penyediaan makan minum, maka harus dikurangi output jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh industri-industri lain tersebut.
Sumber data:
• Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Publikasi Proyeksi Penduduk 2010-2035, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
i. Subsektor Musik
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif
Sumber data:
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
29
• Matrik Supply Provinsi, BPS Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan di subsektor Musik dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Musik.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.
Sumber data:
• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Informasi dan Komunikasi
Dengan menggunakan data Sensus Ekonomi 2006, data Supply
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
30
industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan untuk memperoleh output subsektor musik. Untuk struktur Supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
31
kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud
• SKSPJ 2009 atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Konsumen. Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
32
j. Subsektor Fesyen
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.
Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif
Sumber data:
• Matrik Supply Provinsi Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan di subsektor Fesyen dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Fesyen.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor fesyen yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
33
Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.
Sumber data:
• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Pendidikan
Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud
• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
34
k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer
Industri: Informasi dan Komunikasi
Subsektor aplikasi dan game developer menggunakan data Sensus Ekonomi 2006 dan indikator PDRB seri 2000 sehingga diperoleh estimasi Supply tahun 2010. Untuk struktur Supply, diperoleh dari struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data Sensus Ekonomi 2006.
Estimasi Supply subsektor aplikasi dan game developer di industri penerbitan diperoleh dari proporsi output industri penerbitan dengan menggunakan data sensus ekonomi 2006. Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Laporan keuangan perusahaan go public, BEI
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
35
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
l. Subsektor Penerbitan
Industri: Industri Pengolahan
Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
36
Sumber data:
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Industri perdagangan di subsektor Penerbitan dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Penerbitan.
Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor penerbitan yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus.
Sumber data:
• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi (SKNP) Provinsi Sumatera
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
37
Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Informasi dan Komunikasi
Estimasi Supply nilai produksi (output) subsektor Penerbitan diperoleh dari data nilai produksi Industri Besar dan Sedang ditambah dengan pendapatan dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh surat kabar, majalah dan sejenisnya tahun 2010. Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Belanja Iklan tahun 2010, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI).
• Laporan keuangan perusahaan go public, BEI
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat,
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
38
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
m. Subsektor Periklanan
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
39
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
n. Subsektor Televisi dan Radio
Industri: Informasi dan Komunikasi
Estimasi Supply subsektor televisi dan radio diperoleh dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh televisi dan radio ditambah dengan pendapatan dari laporan keuangan RRI dan TVRI. Untuk struktur Supply, diperoleh dengan menggunakan struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data sensus ekonomi 2006.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Laporan keuangan perusahaan go public, BEI
• Data RRI dan TVRI, APBN Kemenkeu
• Data belanja iklan, PPPI, Ernest dan Katadata.com
o. Subsektor Seni Pertunjukan
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
40
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud
• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat,
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
41
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Daya Tarik Obyek Wisata, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Data Pajak, Kemenkeu
p. Subsektor Seni Rupa
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Estimasi Supply/output diperoleh proporsi output industri tersebut terhadap total output industri perdagangan eceran, dengan menggunakan data Sensus Ekonomi 2006. Untuk struktur Supply, juga menggunakan data Sensus Ekonomi 2006.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Perusahaan
Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.
Sumber data:
Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
42
Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Pendidikan
Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Sumber data:
Statistik Pendidikan, Kemendikbud
SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Lainnya
Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat,
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
43
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Daya Tarik Obyek Wisata, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Ringkasan metode estimasi Supply dari masing-masing subsektor Ekonomi Kreatif dapat dilihat pada lampiran 3.
3.2. Metode Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016
3.2.1 Konsep Dasar PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu, tanpa memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki oleh residen atau non-residen.
Ada 3 pendekatan untuk menghitung PDRB, yaitu sebagai berikut:
1. PDRB produksi adalah jumlah nilai tambah seluruh aktivitas ekonomi, dimana nilai tambah diperoleh dari output dikurangi konsumsi antara.
2. PDRB pendapatan adalah jumlah seluruh balas jasa faktor produksi berupa Kompensasi Tenaga Kerja, Surplus Usaha, Penyusutan dan Pajak Produksi & Impor.
3. PDRB pengeluaran adalah jumlah seluruh permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan perubahan inventori, ekspor, dikurangi impor (C + G + I + X – M).
a. Output (Nilai Produksi)
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
44
Output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, dan dinilai atas dasar harga produsen.
Jenis output ada 2 (dua) macam yaitu:
• Output utama (output utama produksi),
• Output sekunder
b. Konsumsi Antara
Konsumsi Antara adalah nilai barang dan jasa yang dikonsumsi sebagai input dalam proses produksi atau nilai barang dan jasa tidak tahan lama yang digunakan/habis dalam proses produksi. Konsumsi antara ini dinilai atas harga pembeli.
c. Nilai Tambah
Nilai Tambah Bruto (NTB)
Nilai Tambah Bruto adalah selisih antara output dan konsumsi antara, yang merupakan produk dari proses produksi.
Produk ini terdiri atas :
1. Pendapatan faktor yang terdiri dari:
• Kompensasi tenaga kerja
• Sewa tanah sebagai balas jasa tanah
• Bunga sebagai jasa modal, dan
• Keuntungan sebagai balas jasa kewir swasta
2. Konsumsi barang modal tetap yang dipakai untuk produksi
3. Pajak lainnya atas produksi dikurangi subsidi lainnya tas produksi
PDRB dapat dinyatakan sebagai :a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB)
Nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
45
b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK)
Nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar penghitungan.
Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) ada 3 yaitu: Produksi, Pendapatan dan Pengeluaran.
1. Menurut Pendekatan Produksi.
Menghitung nilai tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan konsumsi antara dari masing-masing total nilai produksi/pendapatan (output) tiap-tiap lapangan usaha.
Outputb,t = Produksit × Hargat
NTBb,t = Outputb,t − Konsumsi Antarab,t
Dimana: Output b,t = Output/nilai produksi bruto atas dasar harga
berlaku tahun tNTBb,t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku
tahun ke-tProduksit = Kuantum produksi tahun ke-tHargat = Harga produksi tahun ke-t
2. Menurut Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi.
PDRB = Kompensasi Tenaga Kerja + Surplus Usaha Neto + Konsumsi Barang Modal Tetap + Pajak atas Produksi dan Impor.
3. Menurut Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir.
PDRB = Konsumsi rumahtangga + KonsumsiPemerintah + PMTB + Perubahan stok + (Ekspor - Impor).
Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) ada 3 yaitu: Revaluasi, Ekstrapolasi dan Deflasi.
1. Revaluasi yaitu perkalian kuantum produksi tahun yang berjalan dengan harga tahun dasar. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
46
berikut:
Outputk,t = Produksit × Harga0
NTBk,t = Outputk,t − Konsumsi Antarak,t
2. Ekstrapolasi yaitu dengan cara mengalikan nilai tahun dasar dengan suatu indeks kuantum dibagi 100. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut:
Outputk,t = Outputk,0 × (IKP/100)NTBk,t = Outputk,t − Konsumsi Antarak,t
3. Deflasi yaitu dengan cara membagi nilai pada tahun berjalan dengan suatu indeks harga dibagi 100. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut:
Outputk,t = Outputb,t × (IHt/100)NTBk,t = Outputk,t − Konsumsi Antarak,t
3.2.2 Metode Estimasi PDRB Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016
Tahapan metode estimasi PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut:
1. PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diturunkan dari hasil Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010.
2. Pengidentifikasian dan pengumpulan data produksi/indikator produksi dan harga/indikator harga dari masing-masing Subsektor Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016.
3. Penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku dengan metode pendekatan produksi dari masing-masing Subsektor Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016.
4. Penghitungan output dan NTB atas dasar harga konstan dengan metode ektrapolasi/deflasi dari masing-masing
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
47
Subsektor Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016.
5. Proses rekonsiliasi, uji kelayakan dan kewajaran.
Berikut metode penghitungan PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2010=100 menurut subsektor ekonomi kreatif tahun 2011 sampai tahun 2016.
a. Subsektor Arsitektur
Industri: Jasa Perusahaan.
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku subsektor Arsitektur tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku industri konstruksi.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 subsektor Arsitektur tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 industri konstruksi.
Sumber data:
• Matrik Supply Provinsi, BPS Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• PDRB Provinsi, BPS Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
b. Subsektur Desain Interior
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku real estate serta dengan melihat laju pertumbuhan pendapatan hasil SKNP-EK 2017.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
48
diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 real estate.
Sumber data:
• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• PDRB Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud.
• Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
c. Subsektor Desain Komunikasi Visual
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator PDRB subsektor periklanan.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
49
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• PDRB subsektor Periklanan
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud.
• Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
d. Subsektor Desain Produk
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga berlaku industri kemasan serta dengan mempertimbangkan laju pendapatan
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
50
hasil SKNP-EK 2017.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 industri kemasan.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• PDRB Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud.
• Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
51
e. Subsektor Film, Animasi, dan Video
Industri: Industri Pengolahan
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2011-2014 khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2011-2014.
Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku.
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2011-2014 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
52
data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dari perkalian output adhk dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
Industri: Informasi dan Komunikasi
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Nilai output berlaku diperoleh menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator produksi (jumlah film, sinetron, dll) dengan rata-rata biaya produksi film serta dengan mempertimbang pertumbuhan pendapatan subsektor film, animasi dan video dari SKNP-EK 2017. Kemudian nilai NTB berlaku diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga Indeks harga konsumen (IHK).Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
• Jumlah film, sinetron, dll, Kemenparekraf.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
53
• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud.
• Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
f. Subsektor Fotografi
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2013 diestimasi menggunakan hasil SKEK 2012-2013, sedangkan untuk tahun 2014-2016 diestimasi menggunakan hasil Survei Khusus Neraca Produksi (SKNP) dan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
54
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• SKEK 2012-2013, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• SKNP 2014-2016, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud.
• Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
55
Industri: Jasa Lainnya
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006.
• Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
g. Subsektor Kriya
Industri: Industri Pengolahan
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2011-2014 khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2011-2014.
Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
56
untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku.
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2011-2014 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dari perkalian output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
57
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor kriya. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matrik Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya.
Sumber data:
• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• SKSJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• SPPJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
58
h. Subsektor Kuliner
Industri: Industri Pengolahan
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2011-2014 khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2011-2014.
Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku.
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2011-2014 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan data
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
59
kualitatif. NTB ADHK diperoleh dari perkalian output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor kuliner. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matrik Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya.
Sumber data: • Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa
Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
60
dan Bali
• SKSJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• SPPJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum
Output subkategori penyediaan makan minum diperoleh dengan pendekatan pengeluaran. Output merupakan penjumlahan dari pengeluaran penduduk terhadap produk penyediaan makan minum ditambah dengan konsumsi wisatawan mancanegara di Indonesia (ekspor wisatawan mancanegara dikurangi pengeluaran wisatawan nasional/impor restoran). Penghitungan tersebut menghasilkan output utama. Sedangkan output sekunder didapatkan dari rasio Matrik Supply Ekraf 2010. Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi dengan IHP penyediaan makan minum sebagai deflatornya. Sedangkan nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya.
Sumber data:
• Susenas, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Publikasi Proyeksi Penduduk Provinsi tahun 2010-2035, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Passenger Exit Survey (Publikasi Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
i. Subsektor Musik
Industri: Industri Pengolahan
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2011-2014
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
61
khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2011-2014.
Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku.
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2011-2014 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output adhk 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan data kualitatif. NTB adhk diperoleh dari perkalian output adhk dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
62
Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan musik dan aktivitas penerbitan musik dan buku musik. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matrik Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya.
Sumber data:
• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan BaliSKSJ, BPS 5 Provinsi Penyusun PDRB-EK
• SKSJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
63
• SPPJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Informasi dan Komunikasi
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Nilai output berlaku diperoleh menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan menyesuaikan pertumbuhan subsektor musik dan subsektor film, animasi, dan video. Hal ini dikarenakan subsektor musik merupakan bagian kecil dari industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan (yang merupakan industri Matrik Supply dari Film, Animasi, dan Video). Kemudian nilai NTB berlaku diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
• Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• PDRB subsektor Film, Animasi, dan Video
• Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator subsektor musik dan dengan mengikuti pergerakan pendapatan hasil survei khusus neraca produksi ekonomi kreatif (SKNP-EK) 2017.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
64
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator subsektor Musik.
Sumber data:
• Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• PDRB subsektor Musik, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
• Matrik Supply Provinsi tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan BaliStatistik Pendidikan, Kemendikbud.
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud.
• Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
65
Industri: Jasa Lainnya
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006.
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
j. Subsektor Fesyen
Industri: Industri Pengolahan
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2011-2014 khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2011-2014.
Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
66
untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku.
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2011-2014 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dari perkalian output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
67
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor fesyen. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matrik Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya.
Sumber data:
• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• SKSJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• SPPJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
68
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud.
• Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer
Industri: Informasi dan Komunikasi
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
Nilai output berlaku diperoleh menggunakan pertumbuhan pendapatan dalam laporan keuangan perusahaan go public. Kemudian nilai NTB berlaku diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
• Laporan keuangan perusahaan go public, BEI
• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara,
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
69
Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator subsektor Aplikasi dan Game Developer dan dengan mengikuti pergerakan pendapatan hasil survei khusus neraca produksi ekonomi kreatif (SKNP-EK) 2017.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator subsektor Aplikasi dan Game Developer.
Sumber data:
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Indikator subsektor Aplikasi dan Game Developer
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Lainnya
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
70
output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
l. Subsektor Penerbitan
Industri: Industri Pengolahan
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2011-2014 khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2011-2014.
Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
71
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2011-2014 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.
PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dari perkalian output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
• Matrik Supply Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
72
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Nilai output baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari penerbitan dan aktivitas penerbitan di infokom. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matrik Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya.
Sumber data:
• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• SKSJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• SPPJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Informasi dan Komunikasi
• PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Nilai output berlaku menggunakan metode inflate, yaitu dengan cara mengalikan output konstan dengan indikator harga Indeks harga Produsen (IHP). Untuk nilai NTB berlaku, diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB.
• PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
Nilai output konstan diperoleh menggunakan indikator pertumbuhan produksi Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman. Kemudian nilai NTB konstan diperoleh dari
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
73
perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
• Statistik Industri Besar dan Sedang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Produsen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator subsektor Penerbitan dan laju pendapatan hasil Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator subsektor Penerbitan.
Sumber data:
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Lainnya
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
74
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
m. Subsektor Periklanan
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator pajak reklame.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian.
Sumber data:
• Matrik Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
75
• Data pajak reklame, Kementerian Keuangan
n. Subsektor Televisi dan Radio
Industri: Informasi dan Komunikasi
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
Nilai output atas dasar harga berlaku diperoleh menggunakan pertumbuhan pendapatan dalam laporan keuangan perusahaan televisi dan radio go public. Selain itu juga menggunakan data belanja iklan serta pertumbuhan dari nilai pendapatan perusahaan televisi dan radio hasil Survei Khusus Neraca produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017. Kemudian nilai NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
Nilai output atas dasar harga konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output atas dasar harga konstan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB atas dasar harga konstan, diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan dan rasio NTB tahun 2010.
Sumber data:
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Laporan keuangan perusahaan go public, BEI
• Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
o. Subsektor Seni Pertunjukan
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator Laporan Keuangan PT. Dyandra.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
76
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian.
Sumber data:
• Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Laporan keuangan perusahaan go public, Bursa Efek Indonesia (BEI)
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
Sumber data:
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud.
• Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Lainnya
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017. Sedangkan, NTB atas dasar
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
77
harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
p. Subsektor Seni Rupa
Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Output seni rupa diperoleh dengan pendekatan pengeluaran. Output merupakan penjumlahan dari pengeluaran penduduk untuk barang-barang pajangan. Penghitungan tersebut menghasilkan output utama. Sedangkan output sekunder didapatkan dari rasio Matrik Supply Ekraf 2010. Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi dengan IHK umum sebagai deflatornya. Sedangkan nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya.
Sumber data:
• Susenas, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
78
Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Publikasi Proyeksi Penduduk Provinsi 2010-2035, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Perusahaan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator subsektor Seni Rupa dan dengan menggunakan laju pendapatan hasil SKNP-EK 2017.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator subsektor Seni Rupa.
Sumber data:
• Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Indikator subsektor Seni Rupa, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Pendidikan
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
79
Sumber data:
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Pendidikan, Kemendikbud.
• Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
Industri: Jasa Lainnya
• PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB)
Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB.
• PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)
Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB.
Sumber data:
• Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
• Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
HASIL
4
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
83
4.1. Kondisi Makro PDRB 5 Provinsi Tahun 2010-2016
Sejak tahun 2008, perkembangan perekonomian dunia mengalami pelemahan seiring terjadinya krisis ekonomi global. Namun kinerja perekonomian Indonesia masih dapat dipertahankan. Begitu pula dengan kinerja perekonomian 5 Provinsi penyusun PDRB-EK (Sumatera Utara, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali). Stabilitas perekonomian 5 Provinsi pasca masa krisis ekonomi global tercermin pada meningkatnya nilai PDRB pada tahun 2010-2016.
Pada tahun 2010, PDRB 5 Provinsi atas dasar harga berlaku mencapai 2.386.848,16 miliar Rupiah dan meningkat sebesar 86,08 persen pada tahun 2016 menjadi 4.441.500,95 miliar Rupiah. PDRB 5 Provinsi atas dasar harga konstan tahun 2010-2016 juga mempunyai pola yang sama terus mengalami peningkatan sejalan dengan PDRB atas dasar harga berlaku. Karena menggunakan tahun dasar 2010=100, sehingga nilai PDRB 5 Provinsi atas dasar harga konstan pada tahun 2010 sama dengan nilai PDRB 5 Provinsi atas dasar harga berlaku. Nilai PDRB 5 Provinsi atas dasar harga konstan meningkat sebesar 41,17 persen menjadi 3.369.438,50 miliar Rupiah pada tahun 2016.
Kondisi perekonomian global yang cenderung mengalami pelemahan sejak tahun 2008 mempunyai spillover effect terhadap perekonomian domestik Indonesia yang tergambar pada melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010-2016. Hal itu juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di 5 provinsi. Ketidakseimbangan pemulihan perekonomian global memberikan sedikit dampak terhadap
Bab 4Hasil
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
84
melambatnya perekonomian Indonesia. Perekonomian 5 Provinsi mengalami perlambatan pada tahun 2014 hingga tahun 2015. Pada tahun 2015, perekonomian 5 Provinsi tumbuh melambat sebesar 5,25 persen. Melambatnya perekonomian 5 Provinsi bukan berarti bahwa perekonomian 5 Provinsi tersebut mengalami penurunan, melainkan perekonomian 5 Provinsi tetap mengalami peningkatan namun percepatan peningkatannya lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya. Pada tahun 2016, perekonomian 5 Provinsi tumbuh cepat mencapai 5,56 persen. Gambaran makro perekonomian Indonesia secara lengkap terdapat pada gambar 4.1.
Secara umum di 5 Provinsi penyusun PDRB EK, besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan seperti halnya PDRB. Kontribusi yang diberikan oleh ekonomi kreatif terhadap perekonomian 5 Provinsi cenderung berfluktuasi dan PDRB 5 Provinsi atas dasar harga konstan cenderung mengalami peningkatan meski terkadang percepatan pertumbuhannya melambat. Secara ringkas, gambaran indikator makro PDRB Ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel 4.1.
4.2. Besaran PDRB Ekonomi Kreatif
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi kreatif terus mengalami peningkatan yang cukup besar. Semakin berkembangnya teknologi dan melimpahnya sumber daya menjadikan ekonomi kreatif semakin berpotensi memberikan kontribusi dalam perekonomian. Pola perkembangan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku sejalan dengan PDRB
5,56
0
1
2
3
4
5
6
7
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
ADHB ADHK Laju Pertumbuhan
Gambar 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju Pertumbuhan (Persen) PDRB 5 Provinsi Tahun, 2010-2016
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
85
menurut lapangan usaha yang terus mengalami peningkatan, walaupun pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tidak sebesar PDRB menurut lapangan usaha maupun PDRB non ekonomi kreatif. Pada tahun 2010, PDRB yang dihasilkan oleh ekonomi kreatif di 5 Provinsi adalah sebesar 227.926,04 miliar rupiah dan nilai ini meningkat sebesar 90,60 persen pada tahun 2016 menjadi 434.435,15 miliar rupiah. Selama 2010-2016 rata-rata peningkatan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku setiap tahun mencapai 11,36 persen, sedangkan rata-rata peningkatan besaran PDRB non ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku mencapai 10,86 persen dan rata-rata peningkatan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku sebesar 10,91 persen. Perkembangan PDRB ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku secara lengkap dapat dilihat pada gambar 4.2.
Perkembangan PDRB ekonomi kreatif di 5 Provinsi cukup signifikan. Rata-rata PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku yang mencapai 321.680,56 miliar rupiah selama kurun waktu tahun 2010-2016 telah memberikan kontribusi terhadap perekonomian di 5 provinsi sebesar rata-rata 9,52 persen. Sampai tahun 2016 terdapat dua subsektor ekonomi kreatif yang nilainya lebih dari dua kali lipat nilai pada tahun 2010 (doubling time) yaitu subsektor Kuliner dan subsektor Arsitektur. Hal ini dilatarbelakangi oleh semakin bermunculannya variasi hasil
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Besaran PDRB (ADHB Miliar)
PDRB Ekraf 227.926 255.218 278.151 310.217 352.451 393.366 434.435 321.681
PDRB Non EKraf 2.158.922 2.440.007 2.711.218 3.020.070 3.342.515 3.674.695 4.007.066 3.050.642
PDRB 2.386.848 2.695.225 2.989.369 3.330.287 3.694.966 4.068.061 4.441.501 3.372.322
Besaran PDRB (ADHK Miliar)
PDRB Ekraf 9,55 9,47 9,30 9,32 9,54 9,67 9,78 9,52
PDRB Non EKraf 90,45 90,53 90,70 90,68 90,46 90,33 90,22 90,48
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Besaran PDRB (ADHB Miliar)
PDRB Ekraf - 6,50 4,40 5,87 6,70 6,04 6,25 5,96
PDRB Non EKraf - 6,46 6,77 6,21 5,37 5,17 5,49 5,91
PDRB - 6,47 6,54 6,18 5,50 5,25 5,56 5,92
Tabel 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju Pertumbuhan (Persen) PDRB 5 Provinsi Tahun, 2010-2016
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
86
industri makanan dan minuman di provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur serta semakin banyaknya platform online yang secara tidak langsung ikut mendukung pertumbuhan subsektor kuliner. Sementara untuk subsektor Arsitektur, provinsi penyumbang terbesar yaitu Jawa Timur mengakui bahwa jasa arsitek semakin diminati dan dibutuhkan baik untuk pembangunan properti di dalam dan luar negeri. Sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan terendah adalah subsektor Desain Produk hanya meningkat sebesar 1,46 kali pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2010.
Besaran PDRB atas dasar harga berlaku ini menunjukkan peranan tiap subsektor ekonomi kreatif dalam penciptaan nilai tambah PDRB ekonomi kreatif. PDRB atas dasar harga berlaku juga dapat menjadi gambaran kinerja subsektor ekonomi kreatif. Secara lengkap besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2010-2016 terdapat pada lampiran empat. Pada tahun 2016, subsektor ekonomi kreatif yang mempunyai PDRB atas dasar harga berlaku tertinggi adalah subsektor Kuliner dengan nilai sebesar 236.011,25 miliar rupiah dan yang mempunyai besaran PDRB atas dasar terkecil adalah subsektor Desain Komunikasi Visual dengan nilai sebesar 82,54 miliar rupiah. Pada tahun 2016 terdapat tiga subsektor ekonomi kreatif yang mempunyai nominal PDRB atas dasar harga berlaku di atas 50.000 miliar rupiah, yaitu subsektor Kriya, subsektor Kuliner, dan subsektor Fesyen. Gambaran perkembangan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2016 menurut subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat dari gambar 4.3.
PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan yang dihasilkan juga relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan selama kurun waktu tahun 2010-2016, walaupun sedikit mengalami perlambatan pada tahun
Gambar 4.2 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Berlaku 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2010-2016
227.926 255.218 278.151 310.217 352.451 393.366 434.435
2.158.922 2.440.007
2.711.218 3.020.070
3.342.515 3.674.695
4.007.066
0
1.500.000
3.000.000
4.500.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
EKRAF NON EKRAFSumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
87
2012 dan 2015. Besaran PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan oleh ekonomi kreatif di 5 provinsi pada tahun 2016 mencapai 322.503,72 miliar rupiah, meningkat 41,49 persen dibandingkan tahun 2010. Besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan yang semakin meningkat menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi kreatif di 5 provinsi penyusun PDRB-EK semakin baik. Pola percepatan perkembangan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan searah dengan pola percepatan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan. Setiap tahun di 5 provinsi, PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 5,96 persen dan rata-rata PDRB ekonomi kreatif menyumbang 9,52 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi atas dasar harga konstan. Secara lengkap gambaran perkembangan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan dapat dilihat dari gambar 4.4.
Gambar 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2016
Gambar 4.4 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Konstan 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2010-2016
5.522,93
259,86
82,54
240,36
593,04
686,33
74.257,09
236.011,25
1.335,13
82.848,62
4.928,82
13.452,17
1.687,50
10.748,76
933,22
847,55
0,00 80.000,00 160.000,00 240.000,00
Arsitektur
Desain Interior
Desain Komunikasi Visual
Desain Produk
Film, Animasi dan Video
Fotografi
Kriya
Kuliner
Musik
Fesyen
Aplikasi dan Game Developer
Penerbitan
Periklanan
Televisi dan Radio
Seni Pertunjukan
Seni Rupa
227.926 242.743 253.414 268.298 286.261 303.543 322.504
2.158.922 2.298.470
2.454.039 2.606.494
2.746.536 2.888.496
3.046.935
0
1.500.000
3.000.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
EKRAF NON EKRAF
Sumber: Badan Pusat Statistik
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
88
Seperti halnya nilai tambah atas dasar harga berlaku, subsektor ekonomi kreatif Kuliner, Kriya dan Fesyen juga mempunyai besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terbesar dan subsektor yang mempunyai besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terkecil adalah subsektor Desain Komunikasi Visual. Selama periode tahun 2010-2016, subsektor yang mengalami peningkatan besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terbesar adalah subsektor Kuliner sebesar 52,99 persen sedangkan subsektor Desain Produk mengalami peningkatan besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terkecil, yaitu sebesar 13,45 persen. Perkembangan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan menurut subsektor ekonomi kreatif tahun 2010-2016 secara lengkap dapat dilihat pada lampiran lima. Gambaran PDRB atas dasar harga konstan menurut subsektor ekonomi kreatif secara lengkap dapat dilihat dari gambar 4.5.
4.3. Struktur Ekonomi Kreatif
PDRB ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 9,30 hingga 9,78 persen terhadap perekonomian 5 Provinsi selama kurun waktu tahun 2010-2016 dan secara umum nilai tambah tiap subsektor ekonomi kreatif mengalami peningkatan. Struktur ekonomi kreatif menunjukkan peranan masing-masing subsektor ekonomi kreatif dalam penciptaan nilai tambah. Kontribusi subsektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian di 5 Provinsi pada tahun 2016 meningkat dibandingkan tahun 2010. Rata-rata kontribusi subsektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian 5 Provinsi selama periode tahun 2010-2016 sebesar 9,52 persen sehingga sisanya sebesar 90,48 persen merupakan sumbangan dari sektor/industri
Gambar 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2016
4.124,58
215,48
63,00
187,14
464,23
570,40
55.380,37
172.598,13
1.021,39
61.312,24
4.229,47
10.333,03
1.273,51
9.294,48
740,93
695,34
0,00 60.000,00 120.000,00 180.000,00
ArsitekturDesain Interior
Desain Komunikasi VisualDesain Produk
Film, Animasi dan VideoFotografi
KriyaKulinerMusik
FesyenAplikasi dan Game Developer
PenerbitanPeriklanan
Televisi dan RadioSeni Pertunjukan
Seni Rupa
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
89
selain ekonomi kreatif.
Selama kurun waktu tersebut, terdapat tiga subsektor yang cukup dominan berkontribusi dalam pembentukan PDRB ekonomi kreatif di 5 provinsi yaitu subsektor Kuliner, subsektor Fesyen, dan subsektor Kriya. Pada tahun 2016, subsektor kuliner menciptakan nilai tambah sebesar 236.011,25 miliar rupiah dan menyumbang 54,33 persen terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif. Sedangkan subsektor Fesyen, dan subsektor Kriya yang menyumbang nilai tambah sebesar 82.848,62 miliar
Gambar 4.6 Struktur Perekonomian 5 Provinsi Tahun (Persen), 2010 dan 2016
Gambar 4.7 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Ekonomi Kreatif di 5 Provinsi (Persen), 2016
PDRB Ekraf9,55%
PDRB Non Ekraf90,45%
PDRB Ekraf PDRB Non Ekraf
Tahun
2010
PDRB Ekraf9,78%
PDRB Non Ekraf90,22%
PDRB Ekraf PDRB Non Ekraf
Tahun
2016
Arsitektur1,27%
Desain Interior0,06%
Desain Komunikasi Visual0,02%
Desain Produk0,06%
Film, Animasi dan Video
0,14%
Fotografi0,16%
Kriya17,09%
Kuliner54,33%
Musik0,31%
Fashion19,07%
Aplikasi dan Game Developer
1,13%
Penerbitan3,10%
Periklanan0,39%
Televisi dan Radio2,47%
Seni Pertunjukan0,21%
Seni Rupa0,20%
Sumber: Badan Pusat Statistik
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
90
rupiah dan 74.257,09 miliar rupiah memberikan kontribusi sebesar 19,07 persen dan 17,09 persen terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif tahun 2016.
Yang cukup menjadi perhatian adalah di tengah semakin majunya teknologi pada saat ini, kontribusi subsektor ekonomi kreatif yang cukup dominan dalam pemanfaatan teknologi terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif masih sangat kecil. Subsektor tersebut antara lain subsektor subsektor Desain Komunikasi Visual, subsektor Desain Produk, dan subsektor Desain Interior. Pada tahun 2016, subsektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 0,02 persen; 0,06 persen; dan 0,06 persen. Subsektor Film, Animasi dan Video juga merupakan kelompok subsektor yang memberikan kontribusi kecil pada pembentukan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2016 yaitu hanya sebesar 0,14 persen. Kelompok subsektor ini tentunya memerlukan stimulus dan dukungan untuk lebih mengembangkan ekonominya sehingga dapat meningkatkan kontribusi nilai tambahnya terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif.
4.4. Pertumbuhan Ekonomi Kreatif
Laju pertumbuhan ekonomi kreatif sangat penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi kreatif. Sepanjang 2011-2016, hanya pertumbuhan ekonomi kreatif di tahun 2012-2013 yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi selain ekonomi kreatif. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi
Gambar 4.8 Laju Pertumbuhan PDRB, PDRB Ekonomi Kreatif, dan PDRB Non Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen), 2011-2016
6,47 6,54
6,18
5,50
5,25
5,56
6,50
4,40
5,87
6,70
6,04
6,25
6,46
6,77
6,21
5,37
5,17
5,49
4,00
5,00
6,00
7,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016
PDRB PDRB Ekraf PDRB Non Ekraf
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
91
kreatif 5 provinsi mencapai 6,50 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 5 provinsi yang mencapai 6,47 persen. Tahuahun 2012 pertumbuhan ekonomi kreatif di 5 provinsi mengalami perlambatan sebesar 4,40 persen, dan kembali tumbuh cepat sebesar 5,87 persen pada tahun 2013. Begitu pula pada tahun 2014 dan 2015, meskipun pertumbuhan ekonomi kreatif sempat mengalami perlambatan, yaitu dari 6,70 persen tahun 2014 menjadi 6,04 persen tahun 2015, angkanya tetap lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi selain ekonomi kreatifnya. Pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi kreatif kembali mengalami percepatan menjadi 6,25 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di 5 provinsi tersebut yang hanya sebesar 5,56 persen, dan dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB non ekonomi kreatif yang hanya sebesar 5,49 persen.
Secara umum, pertumbuhan tiap subsektor ekonomi kreatif beragam.
Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
01 Arsitektur 9,04 8,40 6,50 6,56 6,15 6,05
02 Desain Interior 7,81 6,33 4,97 4,23 4,98 5,14
03Desain Komunikasi Visual
3,06 3,87 2,52 6,92 7,36 3,79
04 Desain Produk 1,12 2,42 2,30 1,86 1,31 3,77
05Film, Animasi dan Video
6,45 5,98 4,69 6,30 6,29 6,95
06 Fotografi 4,93 4,13 3,65 4,80 5,25 6,1607 Kriya 4,80 1,40 4,56 4,10 2,73 2,59
08 Kuliner 8,05 6,00 5,81 7,74 8,02 8,48
09 Musik 5,89 6,45 4,22 5,27 5,64 5,69
10 Fesyen 4,63 2,87 7,89 7,19 4,65 3,94
11Aplikasi dan Game Developer
4,61 5,99 6,44 6,21 6,45 6,09
12 Penerbitan 4,94 2,03 2,31 2,80 2,20 4,27
13 Periklanan 7,35 6,29 6,50 8,29 6,18 6,78
14 Televisi dan Radio 6,95 7,28 6,73 7,43 5,80 6,2115 Seni Pertunjukan 5,86 6,12 5,65 5,68 5,53 5,62
16 Seni Rupa 3,32 4,25 4,55 3,79 5,19 5,71
Produk Domestik Regional Bruto Ekonomi Kreatif
6,50 4,40 5,87 6,70 6,04 6,25
Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen), 2011-2016
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
92
Pada tahun 2011-2016 subsektor ekonomi kreatif yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah subsektor Kuliner dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,35 persen. Subsektor Desain Produk merupakan subsektor ekonomi kreatif yang mempunyai pertumbuhan yang paling rendah selama rentang waktu tahun 2011-2016 dengan rata-rata pertumbuhan hanya sebesar 2,13 persen.
4.5. Tinjauan 16 Subsektor PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi terhadap PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2016
Sangat penting meninjau perbandingan antara PDRB ekonomi kreatif 5 provinsi dengan nasional agar potensi ekonomi kreatif kelima provinsi bisa terlihat. Untuk itu, laporan ini menyediakan scatter plot yang menyajikan distribusi dan laju pertumbuhan 16 subkategori PDRB ekonomi kreatif tahun 2016 kelima provinsi terhadap PDB ekonomi
Gambar 4.9 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen), 2016
NasSumut
JabarDIY
Jatim
Bali
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Arsitektur
Nas
Sumut
Jabar
DIY
Jatim
Bali
0,00
1,50
3,00
4,50
6,00
7,50
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Desain Interior
Nas
Sumut
Jabar
DIY
Jatim
Bali
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
0,00 0,02 0,04 0,06 0,08
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Desain Komunikasi Visual
Nas
Sumut
Jabar
DIY
Jatim
Bali0,00
3,00
6,00
9,00
12,00
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Desain Produk
Keterangan
Sumut : Sumatera Utara DIY : DI Yogyakarta Nas : Nasional (PDB Ekraf)
Jabar : Jawa Barat Jatim : Jawa Timur
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
93
kreatif sebagai pembanding pada level nasional.
Untuk subsektor arsitektur, pada tahun 2016 Jawa Timur adalah satu-satunya provinsi dengan laju pertumbuhan di atas laju pertumbuhan subsektor arsitektur PDB ekonomi kreatif seiring semakin banyaknya jasa arsitek di provinsi ini yang digunakan untuk pembangunan properti baik di dalam maupun luar negeri. Sedangkan untuk subsektor Desain Interior, Jawa Barat adalah provinsi dengan laju pertumbuhan subsektor Desain Interior terbesar dibandingkan keempat provinsi lain dan Nasional. Angka ini masuk akal karena pada tahun 2016 secara nasional dari segi permintaan jasa desain interior, Jawa Barat menduduki peringkat kedua setelah DKI Jakarta. Hal yang sedikit berbeda terjadi di subsektor Desain Komunikasi Visual. Pada subsektor ini, kelima provinsi tidak mampu menyaingi Nasional baik dari segi laju pertumbuhan maupun distribusi yang mencapai 0,06 persen dan 9,02 persen. Pada subsektor Desain Produk, DI Yogyakarta memiliki laju pertumbuhan di atas Nasional serta
Gambar 4.10 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen), 2016
Nas
Sumut
Jabar
DIYJatim
Bali
0,00
3,00
6,00
9,00
12,00
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Film, Animasi dan Video
Nas
Sumut
Jabar
DIYJatim
Bali
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Fotografi
Nas
Sumut
Jabar
DIY
Jatim
Bali
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Kriya
Nas
Sumut
Jabar
DIY
JatimBali
0,00
3,00
6,00
9,00
12,00
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Kuliner
Keterangan
Sumut : Sumatera Utara DIY : DI Yogyakarta Nas : Nasional (PDB Ekraf)
Jabar : Jawa Barat Jatim : Jawa Timur
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
94
paling tinggi dibandingkan keempat provinsi lainnya.
Untuk subsektor Film, Animasi, dan Video, laju pertumbuhan masing-masing provinsi ternyata belum mampu menyaingi angka Nasional yang tumbuh sebesar 10,15 persen. Tetapi jika dilihat dari distribusinya, DIY memiliki distribusi 0,79 persen melampaui distribusi Nasional yang hanya seesar 0,18 persen dikarenakan produksi film DI Yogyakarta yang sering mendapatkan penghargaan di berbagai festival film nasional dan internasional. Sedangkan untuk subsektor Fotografi, Jawa Barat tumbuh sebesar 7,00 persen dimana angka ini sedikit lebih tinggi dari Nasional yang hanya mencapai 6,95 persen. Pada subsektor Kriya, sama halnya seperti PDB ekonomi kreatif dimana subsektor ini menyumbang 16,21 persen, subsektor ini ternyata juga termasuk 3 subsektor penyumbang terbesar di masing-masing PDRB ekonomi kreatif 5 provinsi. Besaran subsektor Kuliner di PDRB ekonomi kreatif lima provinsi juga sama seperti Nasional, yakni sama-sama merupakan subsektor penyumbang
Gambar 4.11 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen), 2016
Nas
Sumut
JabarDIY
Jatim
Bali
0,00
1,50
3,00
4,50
6,00
7,50
9,00
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Musik
Nas
Sumut
Jabar
DIY
JatimBali
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Fesyen
Nas
Sumut
Jabar
DIY
Jatim
Bali
0,00
3,00
6,00
9,00
12,00
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Aplikasi dan Game Developer
NasSumut
Jabar
DIY
Jatim
Bali
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Penerbitan
Keterangan
Sumut : Sumatera Utara DIY : DI Yogyakarta Nas : Nasional (PDB Ekraf)
Jabar : Jawa Barat Jatim : Jawa Timur
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
95
terbesar dalam ekonomi kreatif. Adapun provinsi dengan laju pertumbuhan dan distribusi lebih besar dari Nasional adalah Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sumatera Utara, dan Bali. Jika dilihat dari laju pertumbuhan, untuk subsektor Kuliner kelima provinsi memiliki laju pertumbuhan di atas Nasional. Pesatnya laju pertumbuhan subsektor ini sangat beralasan mengingat semakin ramainya industri kuliner dan semakin dimudahkannya konsumen dengan berbagai sosial media dan aplikasi online untuk membelinya.
Subsektor Musik secara nasional tumbuh sebesar 7,63 persen pada tahun 2016. Jawa Barat dan DI Yogyakarta adalah dua provinsi dengan laju pertumbuhan di atas 7 persen untuk subsektor ini. Hal ini cukup beralasan mengingat banyak festival musik berskala nasional dan internasional yang diselenggarakan di dua provinsi ini. Untuk subsektor Fesyen, DI Yogyakarta dan Jawa Barat tumbuh sebesar 5,90 dan 4,18 persen. Angka ini lebih tinggi dari Nasional yang hanya mencapai 3,76
Gambar 4.12 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen), 2016
Nas
Sumut
Jabar
DIY Jatim
Bali
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Periklanan
Nas
Sumut
JabarDIY
Jatim
Bali
0,00
3,00
6,00
9,00
12,00
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Televisi dan Radio
Nas
Sumut
JabarDIY
Jatim
Bali
0,00
3,00
6,00
9,00
12,00
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Seni Pertunjukan
NasSumutJabar
DIY
Jatim
Bali
0,00
3,00
6,00
9,00
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00
Laju
per
tum
buha
n
Distribusi
Seni Rupa
Keterangan
Sumut : Sumatera Utara DIY : DI Yogyakarta Nas : Nasional (PDB Ekraf)
Jabar : Jawa Barat Jatim : Jawa TimurSumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
96
persen. Dari sisi distribusi, subsektor Fesyen Jawa Barat menyumbang lebih dari 30 persen, lebih besar dibanding Nasional yang hanya sebesar 19,11 persen. Hal ini adalah hal yang wajar mengingat pesatnya pertumbuhan industri kreatif di bidang Fesyen di provinsi Jawa Barat. Untuk subsektor Aplikasi dan Game Developer, DI Yogyakarta adalah provinsi dengan laju pertumbuhan dan distribusi tertinggi dibandingkan empat provinsi lainnya serta Nasional, yakni tumbuh sebesar 10,21 persen dan menyumbang 7,35 persen terhadap ekonomi kreatif DI Yogyakarta. Selain didominasi oleh kegiatan konsultasi komputer dan pembuatan aplikasi, banyaknya jumlah perguruan tinggi dan SMK turut mendorong perkembangan subsektor ini di DI Yogyakarta.
Pada tahun 2016 di antara 5 provinsi, DI Yogyakarta, Bali dan Jawa Barat adalah provinsi yang memiliki laju pertumbuhan lebih tinggi dari Nasional untuk subsektor Penerbitan. Industri percetakan umum seperti surat kabar, kartu undangan, serta penerbitan surat kabar dan majalah adalah usaha yang dominan mendorong subsektor Penerbitan di provinsi tersebut. Subsektor Periklanan Nasional tumbuh sebesar 7,13 persen pada tahun 2016. DI Yogyakarta dan Jawa Timur adalah dua provinsi yang berhasil tumbuh di atas Nasional yaitu mencapai 7,60 persen dan 7,43 persen. Sedangkan untuk subsektor Televisi dan Radio, kelima provinsi masih belum mampu menyaingi laju pertumbuhan dan distribusi Nasional yang nilainya sebesar 10,39 persen dan 8,54 persen. Subsektor Seni Pertunjukkan menyumbang 0,27 persen terhadap PDB ekonomi kreatif. Namun distribusi subsektor ini di DI Yogyakarta dan Bali sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,45 dan 0,54 persen. Untuk Seni Rupa, ada dua provinsi yang memiliki laju pertumbuhan dan distribusi yang lebih besar dibanding Nasional. Provinsi tersebut adalah Bali dan DI Yogyakarta. Hal ini didasari antara lain oleh tingginya aktivitas pekerja seni dan perdagangn baang-barang seni di Bali, serta terus meningkatnya pengunjung peninggalan sejarah berupa candi-candi di DI Yogyakarta.
4.6. Sumber Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif
Pergerakan laju pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif akan berpengaruh terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi kreatif. Peranan masing-masing subsektor ekonomi kreatif terhadap laju pertumbuhan ekonomi kreatif tergambar pada sumbangan yang diberikan subsektor ekonomi kreatif tersebut terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi kreatif. Dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi kreatif Tahun 2010-2016, subsektor Kuliner memberikan kontribusi terbesar dengan menyumbang rata-rata sebesar 3,511 persen dan subsektor Desain Komunikasi Visual adalah subsektor
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
97
Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
01 Arsitektur 0,108 0,103 0,083 0,084 0,079 0,07802 Desain Interior 0,005 0,004 0,003 0,003 0,003 0,003
03Desain Komunikasi Visual
0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
04 Desain Produk 0,001 0,002 0,002 0,001 0,001 0,002
05Film, Animasi dan Video
0,009 0,009 0,007 0,009 0,009 0,010
06 Fotografi 0,009 0,008 0,007 0,009 0,009 0,011
07 Kriya 0,957 0,275 0,870 0,771 0,501 0,461
08 Kuliner 3,984 3,011 2,962 3,944 4,126 4,44609 Musik 0,019 0,021 0,014 0,017 0,018 0,01810 Fesyen 0,920 0,561 1,518 1,409 0,915 0,766
11Aplikasi dan Game Developer
0,060 0,077 0,084 0,082 0,084 0,080
12 Penerbitan 0,186 0,076 0,084 0,098 0,074 0,13913 Periklanan 0,028 0,024 0,025 0,032 0,024 0,027
14 Televisi dan Radio 0,192 0,202 0,192 0,213 0,168 0,179
15 Seni Pertunjukan 0,014 0,014 0,013 0,013 0,013 0,013
16 Seni Rupa 0,008 0,010 0,010 0,009 0,011 0,012Produk Domestik Regional
Bruto Ekonomi Kreatif6,50 4,40 5,87 6,70 6,04 6,25
Tabel 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen), 2011-2016
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAPORAN PENYUSUNANPDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PRO
VINSI 2010-2016 MENURUT LAPANG
AN USAHA
BADAN EKONOMI KREATIFGedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 [email protected] www.bekraf.go.id
BADAN PUSAT STATISTIKJl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 [email protected] www.bps.go.id
Katalog BPS: 9302028
LAMPIRAN
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
101
Lampiran 1. Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor EKonomi Kreatif Menurut KBLI 2015
Kode Subsektor
Subsektor Ekonomi Kreatif
Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015
01 ARSITEKTUR 71101 Aktivitas Arsitektur71102 Aktivitas Keinsinyuran dan Konsultasi Teknis YBDI
02 DESAIN INTERIOR 74100 Aktivitas Perancangan Khusus85497 Pendidikan teknik swasta
03 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL 74100 Aktivitas Perancangan Khusus85497 Pendidikan teknik swasta
04 DESAIN PRODUK 74100 Aktivitas Perancangan Khusus82920 Aktivitas Pengepakan85497 Pendidikan teknik swasta
05 FILM, ANIMASI, VIDEO
18202 Reproduksi Media Rekaman Film dan Video
59111Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah
59112Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta
59121Aktivitas Pasca Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah
59122Aktivitas Pasca Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta
59131Aktivitas Distribusi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah
59132Aktivitas Distribusi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta
59140 Aktivitas Pemutaran Film85499 Pendidikan lainnya swasta
06 FOTOGRAFI
74201 Aktivitas Fotografi85420 Pendidikan kebudayaan90002 Aktivitas Pekerja Seni90006 Aktivitas Operasional Fasilitas Seni90009 Aktivitas Hiburan, Seni dan Kreativitas Lainnya91021 MUseum yang dikelola Pemerintah91022 MUseum yang dikelola Swasta
07 KRIYA
13122 Industri Kain Tenun Ikat13123 Industri Bulu Tiruan Tenunan13134 Industri Batik13911 Industri Kain Rajutan13912 Industri Kain Sulaman/Bordir13913 Industri Bulu Tiruan Rajutan
13921Industri Barang Jadi Tekstil untuk Keperluan Rumah Tangga
13922 Industri Barang Jadi Tekstil Sulaman13923 Industri Bantal dan Sejenisnya
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
102
Kode Subsektor
Subsektor Ekonomi Kreatif
Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015
07 KRIYA
13924 Industri Barang Jadi Rajutan dan Sulaman13930 Industri Karpet dan Permadani
15129Industri Barang dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Lainnya
16291 Industri Barang Anyaman dari Rotan dan Bambu
16292Industri Barang Anyaman dari Tanaman Bukan Rotan dan Bambu
16293 Industri Kerajinan Ukiran dari Kayu Bukan Mebeller16294 Industri Alat Dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu16299 Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus Lainnya YTDL17022 Industri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton
17099Industri Barang dari Kertas dan Papan Kertas Lainnya YTDL
23121Industri Perlengkapan dan Peralatan Rumah Tangga dari Kaca
23123 Industri Kemasan dari Kaca23129 Industri Barang Lainnya dari Kaca
23929Industri Bahan Bangunan Dari Tanah Liat/Keramik Bukan Batu Bata dan Genteng
23931 Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Porselen
23932Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Tanah Liat/Keramik
23951 Industri Barang dari Semen
23959Industri Barang dari Semen, Kapur, Gips dan Asbes Lainnya
23961Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan
23963Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan
25920Jasa Industri Untuk Berbagai Pengerjaan Khusus Logam dan Barang dari Logam
25992Industri Peralatan Dapur dan Peralatan Meja dari Logam
25995 Industri Lampu dari Logam25999 Industri Barang Logam Lainnya YTDL31001 Industri Furnitur dari Kayu31002 Industri Furnitur dari Rotan dan atau Bambu31003 Industri Furnitur dari Plastik31004 Industri Furnitur dari Logam31009 Industri Furnitur Lainnya32111 Industri Permata
32112Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribaadi
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
103
Kode Subsektor
Subsektor Ekonomi Kreatif
Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015
07 KRIYA
32113Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulian Bukan Untuk Keperluan Pribadi
32115 Industri Perhiasan Mutiara32119 Industri Barang Lainnya dari Logam Mulia32120 Industri Perhiasan Imitasi dan Barang Sejenis32201 Industri Alat Musik Tradisional32202 Industri Alat Musik Bukan Tradisional32401 Industri Alat Permainan32402 Industri Mainan Anak-Anak32903 Industri Kerajinan YTDL32909 Industri Pengolahan Lainnya YTDL46411 Perdagangan Besar Tekstil46414 Perdagangan Besar Barang Lainnya Dari Tekstil
46419Perdagangan Besar Tekstil, Pakaian dan Alas Kaki Lainnya
46496 Perdagangan Besar Alat Musik46497 Perdagangan Besar Perhiasan dan Jam47511 Perdagangan Eceran Tekstil
47512Perdagangan Eceran Perlengkapan Rumah Tangga Dari Tekstil
47735 Perdagangan Eceran Barang Perhiasan
47881Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Barang Kerajinan
47530Perdagangan Eceran Khusus Karpet, Permadani dan Penutup Dinding dan Lantai di Toko
47591 Perdagangan Eceran Furnitur
47594Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Batu atau Tanah Liat
47595Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Kayu, Bambu atau Rotan
47596Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur bukan dari Plastik, Batu, Tanah Liat, Kayu, Bambu atau Rotan
47597 Perdagangan Eceran Alat Musik
47781Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kayu, Bambu, Rotan, pandan, Rumput dan Sejenisnya
47782Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kulit, Tulang, Tanduk, Gading, Bulu dan Binatang/Hewan yang Diawetkan
47783 Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Logam47784 Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari keramik
46498Perdagangan Besar Alat Permainan dan Mainan Anak-anak
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
104
Kode Subsektor
Subsektor Ekonomi Kreatif
Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015
07 KRIYA46491
Perdagangan Besar peralatan dan perlengkapan rumah tangga
46499Perdagangan Besar berbagai barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya
08 KULINER
10710 Industri Produk Roti dan Kue10732 Industri Makanan dari Cokelat dan Kembang Gula10733 Industri Manisan Buah-Buahan dan Sayuran Kering10739 Industri Kembang Gula Lainnya10750 Industri makanan dan masakan olahan10792 Industri Kue Basah
10793Industri Makanan dari Kedele dan Kacang-Kacangan Lainnya Bukan Kecap, Tempe dan Tahu
10794 Industri Kerupuk, Keripik, Peyek dan Sejenisnya10799 Industri Produk Makanan Lainnya
46321Perdagangan Besar Daging Sapi Dan Daging Sapi Olahan
46322Perdagangan Besar Daging Ayam Dan Daging Ayam Olahan
46324 Perdagangan Besar Hasil Olahan Perikanan46331 Perdagangan Besar Gula, Coklat, dan Kembang Gula46332 Perdagangan Besar Produk Roti46339 Perdagangan Besar Makanan dan Minuman Lainnya
47242Perdagangan Eceran Roti, Kue Kering, Serta Kue Basah Dan Sejenisnya
47245 Perdagangan Eceran Daging dan Ikan Olahan47249 Perdagangan Eceran Makanan Lainnya
47822Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Roti, Kue Kering, Kue Basah Dan Sejenisnya
47825Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Daging Olahan Dan Ikan Olahan
47829Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Komoditi Makanan Dan Minuman Ytdl
56101 Restoran56102 Warung Makan56103 Kedai Makanan56104 Penyediaan Makanan Keliling/Tempat Tidak Tetap
56210Jasa Boga untuk Suatu Event Tertentu (Event Catering)
56290 Penyediaan Makanan Lainnya56301 Bar56303 Rumah Minum/Kafe56304 Kedai Minuman56305 Rumah/Kedai Obat Tradisional56306 Penyediaan Minuman Keliling/Tempat Tidak Tetap
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
105
Kode Subsektor
Subsektor Ekonomi Kreatif
Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015
09 MUSIK
18201 Reproduksi Media Rekaman Suara dan Piranti Lunak59201 Aktivitas Perekaman Suara59202 Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik
77295Aktivitas penyewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi alat musik
79990 Jasa Reservasi Lainnya YBDI YTDL85420 Pendidikan Kebudayaan90002 Aktivitas Pekerja Seni46512 Perdagangan Besar Piranti Lunak
47620Perdagangan Eceran Khusus Rekaman Musik dan Video di Toko
10 FESYEN
14111 Industri Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Tekstil14112 Industri Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Kulit14120 Penjahitan Dan Pembuatan Pakaian Sesuai Pesanan14131 Industri Perlengkapan Pakaian dari Tekstil14132 Industri Perlengkapan Pakaian dari Kulit14200 Industri Pakaian Jadi dan Barang dari Kulit Berbulu14301 Industri Pakaian Jadi Rajutan14302 Industri Pakaian Jadi Sulaman/Bordir14303 Industri Rajutan Kaos Kaki dan Sejenisnya
15121Industri Barang Dari Kulit Dan Kulit Buatan Untuk Keperluan Pribadi
15201 Industri Alas Kaki Untuk Keperluan Sehari-hari15202 Industri Sepatu Olahraga15209 Industri Alas Kaki Lainnya46412 Perdagangan Besar Pakaian46413 Perdagangan Besar Alas Kaki47711 Perdagangan Eceran Pakaian
47712Perdagangan Eceran Sepatu, Sandal dan Alas Kaki Lainnya
85498 Pendidikan Kerajinan dan Industri85499 Pendidikan lainnya swasta
11APLIKASI DAN GAME DEVELOPER
58200 Penerbitan Piranti Lunak (Software)62011 Aktivitas Pengembangan Video Game
62012Aktivitas Pengembangan Aplikasi Perdagangan Melalui Internet (E-Commerce)
62019 Aktivitas Pemrograman Komputer Lainnya62021 Aktivitas Konsultasi Keamanan Informasi
62029Kegiatan Konsultasi Komputer dan Manajemen Fasilitas Komputer Lainnya
62090Kegiatan Teknologi Informasi dan Jasa Komputer Lainnya
63111 Kegiatan Pengolahan Data
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
106
Kode Subsektor
Subsektor Ekonomi Kreatif
Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015
11APLIKASI DAN GAME DEVELOPER
63112Kegiatan Penyimpanan Data di Server (Hosting) dan Kegiatan Ybdi
63120 Portal Web70202 Aktivitas konsultasi transportasi
70204Aktivitas konsultasi investasi dan perdagangan berjangka
90002 Aktivitas Pekerja Seni
12 PENERBITAN
18111 Industri Percetakan Umum18112 Industri Percetakan Khusus18120 Kegiatan Jasa Penunjang Pencetakan
46422Perdagangan Besar Barang Percetakan dan Penerbitan Dalam Berbagai Bentuk
47612 Perdagangan Eceran Hasil Pencetakan dan Penerbitan58110 Penerbitan Buku58120 Penerbitan Direktori dan Mailing List
58130Penerbitan Surat Kabar, Jurnal dan Buletin atau Majalah
58190 Aktivitas Penerbitan Lainnya58200 Penerbitan Piranti Lunak (software)59202 Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik63911 Aktivitas Kantor Berita oleh Pemerintah63912 Aktivitas kantor Berita oleh Swasta
72201Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial
72202 Penelitian dan Pengembangan Linguistik dan Sastra
72209Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Lainnya
90005 Jurnalis Berita Independen
13 PERIKLANAN
73100 Periklanan70203 Aktivitas kehumasan70209 Aktivitas konsultasi manajemen lainnya73201 Penelitian pasar 73202 Jajak pendapat masyarakat
14 TELEVISI DAN RADIO
60101 Penyiaran Radio Oleh Pemerintah60102 Penyiaran Radio Oleh Swasta
60201Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Pemerintah
60202Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Swasta
61991 Aktivitas telekomunikasi khusus untuk penyiaran
15 SENI PERTUNJUKAN82301
Penyelenggara Pertemuan, Perjalan Intensif, Koferensi dan Pameran
82302 Event Organizer85420 Pendidikan Kebudayaan
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
107
Kode Subsektor
Subsektor Ekonomi Kreatif
Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015
15 SENI PERTUNJUKAN
85499 Pendidikan lainnya swasta90001 Aktivitas Seni pertunjukan90002 Aktivitas Pekerja Seni 90003 Aktivitas Penunjang Hiburan90004 Jasa Impresariat Bidang Seni90006 Aktivitas operasional fasilitas seni90009 Aktivitas Hiburan, Seni dan Kreativitas Lainnya
16 SENI RUPA
47785 Perdagangan Eceran Lukisan
47789Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dan Lukisan lainnya
47746 Perdagangan Eceran Barang Antik47883 Perdagangan Eceran kaki lima dan los pasar lukisan
47893Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Barang Antik
72204 Penelitian dan Pengembangan Seni85420 Pendidikan Kebudayaan91021 MUseum yang dikelola Pemerintah91022 MUseum yang dikelola Swasta90002 Aktivitas Pekerja Seni91023 Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Pemerintah91024 Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Swasta85499 Pendidikan Lainnya Swasta70209 Aktivitas Konsultasi Manajemen Lainnya70203 Aktivitas Kehumasan
70204Aktivitas Konsultasi Investasi dan Perdagangan Berjangka
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
108
Lampiran 2. Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif
1. ArsitekturArsitektur adalah wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang.
2. Desain InteriorDesain interior adalah kegiatan yang memecahkan masalah fungsi dan kualitas interior; menyediakan layanan terkait ruang interior untuk meningkatkan kualitas hidup; dan memenuhi aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik.
3. Desain Komunikasi VisualDesain komunikasi visual adalah seni menyampaikan pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sedang bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/huruf dan sebagainya.
4. Desain ProdukDesain produk merupakan salah satu unsur memajukan industri agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan mempunyai kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan jaminan dan sebagainya. Industrial Design Society of America (IDSA) mendefinisikan desain produk sebagai layanan profesional yang menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesifikasi yang mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu produk dan sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik.
5. Film, Animasi, dan Video Film
“Karya seni gambar bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audio visual, serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematografi.”
Animasi“Tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa.”
Video“Sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam (capture) atau membuat gambar bergerak,
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
109
yang ditampilkan melalui media presentasi, yang mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang berdaya saing, dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi.”
6. FotografiFotografi merupakan sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi citra dari suatu objek foto dengan menggunakan perangkat fotografi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja.
7. KriyaKriya merupakan bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya.
8. KulinerKuliner adalah kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen.
9. MusikMusik adalah segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.
10. FesyenFesyen adalah suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau kelompok.
11. Aplikasi dan Game DeveloperAplikasi dan game developer adalah suatu media atau aktivitas yang memungkinkan tindakan bermain berumpan balik dan memiliki karakteristik setidaknya berupa tujuan (objective) dan aturan (rules).
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
110
12. PenerbitanPenerbitan adalah suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi.
13. PeriklananPeriklanan adalah bentuk komunikasi melalui media tentang produk dan/atau merek kepada khalayak sasarannya agar memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa.
14. Televisi dan Radio Televisi
Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.
RadioKegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.
15. Seni PertunjukanSeni pertunjukkan merupakan cabang kesenian yang melibatkan perancang, pekerja teknis dan penampil (performers), yang mengolah, mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan kepada penonton (audiences); baik dalam bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi dan gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara langsung (live) di dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini (hic et nunc).
16. Seni RupaSeni rupa adalah penciptaan karya dan saling berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya.
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
111
Lampiran 3. Metode Estimasi Suppy Ekonomi Kreatif Tahun 2010
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
112
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
113
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
114
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
115
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
116
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
117
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
118
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
119
Lampiran 4. PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), 2010-2016
Sub sektor Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Arsitektur 2.731,43 3.115,29 3.588,43 4.015,62 4.499,22 5.040,89 5.522,93
2 Desain Interior 155,65 175,51 193,03 210,61 223,93 241,68 259,86
3Desain Komunikasi Visual
48,18 53,16 58,64 62,26 69,12 76,96 82,54
4 Desain Produk 164,95 177,35 191,45 201,81 213,50 224,16 240,36
5Film. Animasi dan Video
325,26 361,00 398,81 433,94 486,80 539,28 593,04
6 Fotografi 430,14 465,90 499,48 534,00 581,39 631,69 686,33
7 Kriya 45.426,74 49.403,96 52.925,04 57.769,42 64.815,73 70.070,93 74.257,09
8 Kuliner 112.816,32 127.906,73 141.770,16 158.575,88 182.182,41 208.020,35 236.011,25
9 Musik 739,78 817,38 903,89 993,15 1.097,71 1.213,89 1.335,13
10 Fesyen 45.282,92 51.132,94 54.206,25 62.076,75 70.555,57 77.292,13 82.848,62
11Aplikasi dan Game Developer
2.987,83 3.214,49 3.498,99 3.821,02 4.171,24 4.549,22 4.928,82
12 Penerbitan 8.611,19 9.396,82 10.032,92 10.692,12 11.625,64 12.442,74 13.452,17
13 Periklanan 853,55 967,66 1.089,62 1.218,53 1.368,51 1.522,93 1.687,50
14Televisi dan Radio
6.287,14 6.879,20 7.546,21 8.252,60 9.071,21 9.869,26 10.748,76
15 Seni Pertunjukan 529,96 581,13 635,64 696,38 773,68 853,05 933,22
16 Seni Rupa 534,99 569,70 612,19 662,66 715,45 776,79 847,55
A PDRB Ekraf 227.926,04 255.218,22 278.150,73 310.216,74 352.451,11 393.365,96 434.435,15
B PDRB Non Ekraf
2.158.922,12 2.440.006,79 2.711.217,95 3.020.070,17 3.342.514,77 3.674.695,24 4.007.065,80
C PDRB 5 Provinsi
2.386.848,16 2.695.225,00 2.989.368,68 3.330.286,91 3.694.965,87 4.068.061,20 4.441.500,95
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
120
Lampiran 5. PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (Miliar Rupiah), 2010-2016
Sub Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Arsitektur 2.731,43 2.978,30 3.228,39 3.438,31 3.663,76 3.889,16 4.124,58
2 Desain Interior 155,65 167,80 178,42 187,28 195,21 204,93 215,48
3Desain Komunikasi Visual
48,18 49,66 51,58 52,88 56,54 60,70 63,00
4 Desain Produk 164,95 166,80 170,83 174,77 178,02 180,35 187,14
5Film. Animasi dan Video
325,26 346,23 366,95 384,17 408,37 434,06 464,23
6 Fotografi 430,14 451,34 469,98 487,13 510,50 537,31 570,40
7 Kriya 45.426,74 47.608,25 48.275,85 50.479,44 52.547,24 53.980,16 55.380,37
8 Kuliner 112.816,32 121.896,42 129.205,58 136.710,96 147.293,90 159.103,82 172.598,13
9 Musik 739,78 783,33 833,83 869,01 914,79 966,41 1.021,39
10 Fesyen 45.282,92 47.379,22 48.740,59 52.586,90 56.366,86 58.987,39 61.312,24
11Aplikasi dan Game Developer
2.987,83 3.125,55 3.312,80 3.526,14 3.745,10 3.986,67 4.229,47
12 Penerbitan 8.611,19 9.036,24 9.219,56 9.432,83 9.696,73 9.909,83 10.333,03
13 Periklanan 853,55 916,32 973,92 1.037,23 1.123,18 1.192,60 1.273,51
14Televisi dan Radio
6.287,14 6.723,99 7.213,61 7.699,20 8.271,08 8.750,65 9.294,48
15 Seni Pertunjukan 529,96 561,03 595,37 629,02 664,74 701,49 740,93
16 Seni Rupa 534,99 552,77 576,28 602,51 625,31 657,75 695,34
A PDRB Ekraf 227.926,04 242.743,25 253.413,54 268.297,79 286.261,34 303.543,27 322.503,72
B PDRB Non Ekraf
2.158.922,12 2.298.469,68 2.454.038,90 2.606.493,73 2.746.536,18 2.888.496,01 3.046.934,79
C PDRB 5 Provinsi
2.386.848,16 2.541.212,93 2.707.452,43 2.874.791,52 3.032.797,52 3.192.039,28 3.369.438,50
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
121
Lampiran 6. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen), 2010-2016
Sub sektor Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Arsitektur 1,20 1,22 1,29 1,29 1,28 1,28 1,27
2 Desain Interior 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06
3Desain Komunikasi Visual
0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
4 Desain Produk 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06
5Film, Animasi dan Video
0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14
6 Fotografi 0,19 0,18 0,18 0,17 0,16 0,16 0,16
7 Kriya 19,93 19,36 19,03 18,62 18,39 17,81 17,09
8 Kuliner 49,50 50,12 50,97 51,12 51,69 52,88 54,33
9 Musik 0,32 0,32 0,32 0,32 0,31 0,31 0,31
10 Fesyen 19,87 20,03 19,49 20,01 20,02 19,65 19,07
11Aplikasi dan Game Developer
1,31 1,26 1,26 1,23 1,18 1,16 1,13
12 Penerbitan 3,78 3,68 3,61 3,45 3,30 3,16 3,10
13 Periklanan 0,37 0,38 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39
14 Televisi dan Radio 2,76 2,70 2,71 2,66 2,57 2,51 2,47
15 Seni Pertunjukan 0,23 0,23 0,23 0,22 0,22 0,22 0,21
16 Seni Rupa 0,23 0,22 0,22 0,21 0,20 0,20 0,20
A PDRB Ekraf 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
122
Lampiran 7. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Terhadap Total PDRB 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (Persen), 2010-2016
Sub sektor Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Arsitektur 0,11 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12
2 Desain Interior 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
3Desain Komunikasi Visual
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Desain Produk 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
5Film, Animasi dan Video
0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
6 Fotografi 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
7 Kriya 1,90 1,83 1,77 1,73 1,75 1,72 1,67
8 Kuliner 4,73 4,75 4,74 4,76 4,93 5,11 5,31
9 Musik 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
10 Fesyen 1,90 1,90 1,81 1,86 1,91 1,90 1,87
11Aplikasi dan Game Developer
0,13 0,12 0,12 0,11 0,11 0,11 0,11
12 Penerbitan 0,36 0,35 0,34 0,32 0,31 0,31 0,30
13 Periklanan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
14 Televisi dan Radio 0,26 0,26 0,25 0,25 0,25 0,24 0,24
15 Seni Pertunjukan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
16 Seni Rupa 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
A PDRB Ekraf 9,55 9,47 9,30 9,32 9,54 9,67 9,78
B PDRB Non Ekraf 90,45 90,53 90,70 90,68 90,46 90,33 90,22
C PDRB 5 Provinsi 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
123
Lampiran 8. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (Persen), 2011-2016
Sub sektor Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Arsitektur 9,04 8,40 6,50 6,56 6,15 6,05
2 Desain Interior 7,81 6,33 4,97 4,23 4,98 5,14
3Desain Komunikasi Visual
3,06 3,87 2,52 6,92 7,36 3,79
4 Desain Produk 1,12 2,42 2,30 1,86 1,31 3,77
5Film, Animasi dan Video
6,45 5,98 4,69 6,30 6,29 6,95
6 Fotografi 4,93 4,13 3,65 4,80 5,25 6,16
7 Kriya 4,80 1,40 4,56 4,10 2,73 2,59
8 Kuliner 8,05 6,00 5,81 7,74 8,02 8,48
9 Musik 5,89 6,45 4,22 5,27 5,64 5,69
10 Fesyen 4,63 2,87 7,89 7,19 4,65 3,94
11Aplikasi dan Game Developer
4,61 5,99 6,44 6,21 6,45 6,09
12 Penerbitan 4,94 2,03 2,31 2,80 2,20 4,27
13 Periklanan 7,35 6,29 6,50 8,29 6,18 6,78
14 Televisi dan Radio 6,95 7,28 6,73 7,43 5,80 6,21
15 Seni Pertunjukan 5,86 6,12 5,65 5,68 5,53 5,62
16 Seni Rupa 3,32 4,25 4,55 3,79 5,19 5,71
A PDRB Ekraf 6,50 4,40 5,87 6,70 6,04 6,25
B PDRB Non Ekraf 6,46 6,77 6,21 5,37 5,17 5,49
C PDRB 5 Provinsi 6,47 6,54 6,18 5,50 5,25 5,56
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
124
Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (Persen), 2011-2016
Sub sektor Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Arsitektur 14,05 15,19 11,90 12,04 12,04 9,56
2 Desain Interior 12,76 9,98 9,11 6,33 7,93 7,52
3 Desain Komunikasi Visual 10,33 10,30 6,18 11,02 11,34 7,25
4 Desain Produk 7,51 7,95 5,42 5,79 5,00 7,22
5 Film, Animasi dan Video 10,99 10,47 8,81 12,18 10,78 9,97
6 Fotografi 8,31 7,21 6,91 8,87 8,65 8,65
7 Kriya 8,76 7,13 9,15 12,20 8,11 5,97
8 Kuliner 13,38 10,84 11,85 14,89 14,18 13,46
9 Musik 10,49 10,58 9,88 10,53 10,58 9,99
10 Fesyen 12,92 6,01 14,52 13,66 9,55 7,19
11Aplikasi dan Game Developer
7,59 8,85 9,20 9,17 9,06 8,34
12 Penerbitan 9,12 6,77 6,57 8,73 7,03 8,11
13 Periklanan 13,37 12,60 11,83 12,31 11,28 10,81
14 Televisi dan Radio 9,42 9,70 9,36 9,92 8,80 8,91
15 Seni Pertunjukan 9,66 9,38 9,56 11,10 10,26 9,40
16 Seni Rupa 6,49 7,46 8,24 7,97 8,57 9,11
A PDRB Ekraf 11,97 8,99 11,53 13,61 11,61 10,44
B PDRB Non Ekraf 13,02 11,12 11,39 10,68 9,94 9,04
C PDRB 5 Provinsi 12,92 10,91 11,40 10,95 10,10 9,18
Sumber: Badan Pusat Statistik
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
125
Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Implisit PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Tahun (Persen), 2011-2016
Sub sektor Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Arsitektur 14,05 15,19 11,90 12,04 12,04 9,56
2 Desain Interior 12,76 9,98 9,11 6,33 7,93 7,52
3Desain Komunikasi Visual
10,33 10,30 6,18 11,02 11,34 7,25
4 Desain Produk 7,51 7,95 5,42 5,79 5,00 7,22
5Film, Animasi dan Video
10,99 10,47 8,81 12,18 10,78 9,97
6 Fotografi 8,31 7,21 6,91 8,87 8,65 8,65
7 Kriya 8,76 7,13 9,15 12,20 8,11 5,97
8 Kuliner 13,38 10,84 11,85 14,89 14,18 13,46
9 Musik 10,49 10,58 9,88 10,53 10,58 9,99
10 Fesyen 12,92 6,01 14,52 13,66 9,55 7,19
11Aplikasi dan Game Developer
7,59 8,85 9,20 9,17 9,06 8,34
12 Penerbitan 9,12 6,77 6,57 8,73 7,03 8,11
13 Periklanan 13,37 12,60 11,83 12,31 11,28 10,81
14 Televisi dan Radio 9,42 9,70 9,36 9,92 8,80 8,91
15 Seni Pertunjukan 9,66 9,38 9,56 11,10 10,26 9,40
16 Seni Rupa 6,49 7,46 8,24 7,97 8,57 9,11
A PDRB Ekraf 11,97 8,99 11,53 13,61 11,61 10,44
B PDRB Non Ekraf 13,02 11,12 11,39 10,68 9,94 9,04
C PDRB 5 Provinsi 12,92 10,91 11,40 10,95 10,10 9,18Sumber: Badan Pusat Statistik