laporan praktikum pk renal (11-15)
DESCRIPTION
modul ginjal dan cairan tubuhTRANSCRIPT
HASIL DAN PEMBAHASAN
11. Protein Sulfosalicylic Acid (SSA) 20%
Asidifikasi protein oleh SSA menyebabkan presipitasi pada sample urin. Tes SSA
20% dapat mendeteksi albumin dan globulin (walaupun lebih banyak untuk
mendeteksi albumin). Tes ini dinilai kekeruhannya (1+, 2+, 3+ 4+).
12. Protein Acetic Acid 6%
Uji ini juga digunakan untuk memastikan ada tidaknya protein pada urin. Uji
protein asam asetat ini lebih sensitif daripada uji SSA.Tapi terkadang terlalu
sensitif, sehingga dapat memberikan hasil positif palsu. Hasil positif palsu bisa
diakibatkan oleh pencillin,cephalosporin, sulphonamide dan kontras untuk
pemeriksaan radiografi.
13. Bence and Jones Protein TSA 12%
Uji ini berguna untuk mendeteksi protein monoklonal rantai pendek (Bence and
Jones).Uji protein Bence and Jones ini bukan salah satu dari pemeriksaan urin
rutin, ini adalah pemeriksaan khusus, special urinalysis.
Biasanya dokter akan meminta uji tambahan ini jika ada indikasi-insikasi tertentu,
misalnya pada pasien yang menunjukkan tanda-tanda penyakit multiple myeloma,
Walderstorm’s macroglobulinemia, amioidosis dan leukemia.
Cara pemeriksaannya:
1) Melakukan pengumpulan urin dalam waktu kurang dari 2 jam sejak
pengambilan, dalam keadaan tersimpan di tempat tertutup, dan ambil urin
sekitar > 15mL
2) Masukkan 2 mL urin ke dalam tabung reaksi
3) Tambahkan 1 mL reagen TSA 12 %, alirkan ke dinding tabung dan tunggu
hingga 5 menit. Jika hasilnya positif maka akan terbentuk endapan.
14. Glucose Benedict’s Test
Uji Benedict digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya glukosa pada urin. Urine
yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali
urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk
memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa
yang mengindikasikan penyakit diabetes
(-) : larutan tetap biru jernih atau sedikit
kehijau-hijauan
(+) : hijau kekuning-kuningan dan keruh
(++) : kuning keruh
(+++) : jingga atau warna lumpur keruh
(++++) : merah keruh
15. Pemeriksaan Benda Keton
Benda keton dalam urin dapat berupa aseton (78%), ß-hidroksibutirat (20%), dan
asam asetoasetat (2%). Untuk memeriksa adanya benda keton, dapat dilakukan
dengan Tes Rothera.
Tes Rothera berdasar pada reaksi :
nitroprusida + asam asetoasetat/aseton_hasil (+)/(-)
Keterangan :
Hasil positif (+), tandanya terdapat cincin ungu kemerahan pada
perbatasan reagen dan urin
Hasil negatif (-), tandanya kuning jernih tanpa cincin ungu
Tes rothera ini dapat mengidentifikasi asam asetoasetat dan aseton( tidak
dapat mengidentifikasi asam ß-hidroksibutirat)
Tes rothera bersifat spesifik. Semakin banyak yang bisa diidentifikasi,
maka semakin spesifik pemeriksaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: PT Dian Rakyat.
1999.
2. Corwin., Elisabeth, J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2001 .
3. FKUI. Penuntun Praktikum Patologi Klinik Modul Renal dan Cairan Tubuh.
Jakarta : Penerbit Departemen Patologi Klinik FKUI. 2013.
4. Fischbach, F.T. Stool Examination : In A of Laboratory and Diagnostic Test.
Ed V. New York : Lippincott Philadelphia. 1998.
5. Herry, J.B. et al. Examination of feces : In Clinical Diagnosis and Management
by Laboratory Methods. Nine Ed. Philadelphia : WB Saunder Co. 1996.