laporan praktikum toksi (purwasih, p07133212061)
DESCRIPTION
Laporan praktikum Toksikologi LingkunganTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMTOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
Oleh :
PurwasihP07133212061
Sarjana Terapan Kesehatan Lingkungan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2013
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN KUALITATIF BAHAN PEMANIS (SAKARIN DAN SIKLAMAT)
Mata Kuliah : Toksikologi Lingkungan
Semester : 2(Dua)
Hari/Tanggal : Jum’at, 24 Mei 2013
Waktu : 13.00-15.00
Tempat : Laboratorium Lingkungan Dasar
Dasar Teori
Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan
tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis
buatan tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami,
pemanis buatan juga mudah larut dalam air. Yang berdear di pasaran antara lain :
a. Aspartam
Aspartam mempunyai nama kimia aspartil fenilalanin metil ester, merupakan
pemanis yang digunakan dalam produk-produk minuman ringan. Aspartam
merupakan pemanis yang berkalori sedang. Tingkat kemanisan dari aspartam 200
kali lebih manis daripada gula pasir. Aspartam dapat terhidrolisis atau bereaksi
dengan air dan kehilangan rasa manis, sehingga lebih cocok digunakan untuk
pemanis yang berkadar air rendah.
b.Sakarin
Sakarin merupakan pemanis buatan yang paling tua. Tingkat kemanisan sakarin
kurang lebih 300 kali lebih manis dibandingkan gula pasir. Namun, jika
penambahan sakarin terlalu banyak justru menimbulkan rasa pahit dan getir. Es
krim, gula-gula, es puter, selai, kue kering, dan minuman fermentasi. Sakarin
sangat populer digunakan dalam industri makanan dan minuman karena harganya
yang murah. Namun penggunaan sakarin tidak boleh melampaui batas maksimal
yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik (dapat memicu timbulnya kanker).
Dalam setiap kilogram bahan makanan, kadar sakarin yang diperbolehkan adalah
50–300 mg. Sakarin hanya boleh digunakan untuk makanan rendah kalori,
penggunaannyasebesar
maksimal 0,5 mg tiap kilogram berat badan per hari. Jika berat badanmu 40
kilogram, berapakah massa kue dengan kandungan sakarin 50 mg/kg maksimal
yang boleh kamu konsumsi.
c.Siklamat
Siklamat terdapat dalam bentuk kalsium dan natrium siklamat dengan tingkat
kemanisan yang dihasilkan kurang lebih 30 kali lebih manis daripada gula pasir.
Makanan dan minuman yang sering dijumpai mengandung siklamat antara lain: es
krim, es puter, selai, saus, es lilin, dan berbagai minuman fermentasi. Beberapa
negara melarang penggunaan siklamat karena diperkirakan mempunyai efek
karsinogen. Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500–3.000 mg per kg
bahan makanan.
1. Tujuan Praktikum
1.1 Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif Sakarin
1.2 Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif Siklamat
2. Alat dan Bahan
2.1 Alat
2.1.1 Corong Pemisah 50 mL
2.1.2 Cawan Porselin
2.1.3 Tabung Reaksi
2.1.4 Kompor listrik
2.1.5 Sendok penyu
2.1.6 Corong kaca
2.1.7 Pipet tetes
2.1.8 Beker glass
2.2 Bahan
2.2.1 SampleMinuman
2.2.2 Eter
2.2.3 Lakmus merah dan Lakmus biru
2.2.4 Resorcinol
2.2.5 H2SO4 pekat
2.2.6 Aquadest
2.2.7 NaOH 10%
2.2.8 Kristal BaCl2
2.2.9 HCl 10%
2.2.10 NaNO2
3. Prosedur Kerja
3.1 Sakarin
Ambil sample sebanyak 10 mL, masukkan dalam corong pemisah, kemudian
tambahkan HCl 10% sampai asam (cek dengan lakmus), tambahkan 20 mL eter.
Setelah itu pastikan corong pemisah tertutup dengan rapat serta krannya tertutup
rapat. Balik corong pemisah, gojok larutan sampai gas eternya hilang caranya
dengan sesekali membuka kran saat menggojoknya.
Setelah gasnya benar-benar hilang ambil lapisan eternya kemudian bagi dalam 2
cawan porselin, dinginkan dengan diuapkan/suhu kamar hingga kering.
3.1.1 Uji Rasa
Setelah eter dalam cawan kering ambil sedikit ekstrak eter dengan jari, jika
terasa manis maka sakarin (+) positif.
3.1.2 Uji Resercinol
3.1.2.1 esktrak eter pada cawan ditambah sepucuk sendok resercinol,
kemudian tambah beberapa tetes H2SO4 pekat
3.1.2.2 aduk hingga larut kemudian panaskan dengan kompor listrik (api kecil)
hingga mendidih, sampai warna hijau kemudian dinginkan
3.1.2.3 jika sudah dingin, ambil sedikit larutan masukkan dalam tabung reaksi
kemudian tambahkan beberapa mL aquadest, basakan dengan NaOH
10% dengan jumlah berlebih. Jika ada warna hijau berpendar maka
sakarin (+) positif.
3.2 Siklamat
Ambil 10 mL sample, masukkan dalam tabung reaksi tmbah sepucuk pisau kristal
BaCl2 kemudian gojok setelah digojok biarkan selama 5 menit kemudian saring
dengan kertas saring dan corong kaca. Bagi larutan dalam 2 tabung reaksi.
3.2.1 tabung reaksi 1 digunakan sebagai kontrol
3.2.2 tabung 2 reaksi ditambahkan HCl 10% sampai asam (cek dengan lakmus)
tambahkan sepucuk sendok NaNO2. Jika terjadi larutan lebih keruh
daripada tabung reaksi 1 maka siklamat (+) positif.
4. Hasil
No Jenis Pemeriksaan Hasil
1. Uji Sakarin ( uji Rasa ) Rasa manis (Positif)
2. Uji sakarin ( uji Resorcinol ) Warna hijau berpendar(Positif)
3. Uji Siklamat Endapan putih dan keruh (Positif)
5. Pembahasan
Pada uji sakarin ada 2 tahap yaitu uji rasa dan uji recorcinol. Pada uji rasa, ekstrak
kering pada cawan porselin dirasakan dan hasilnya adalah adanya rasa manis. Pada uji
resorcinol, ekstrak eter pada cawan sisa uji rasa ditambah dengan sepucuk sendok kecil
recorcinol dan beberapa tetes asam sulfat pekat, diaduk lalu dipanaskan dan didinginkan.
Kemudian sebagian larutan dipindahkan kedalam tabung reaksi yang kemudian ditambah
dengan NaOH 20%, timbul warna berpendar hijau yang menunjukkan adanya sakarin.
Pada uji siklamat, sepucuk sendok kristal BaCl2 dimasukkan dalam sampel, kemudian
digojog dan dibagi 2 tabung reaksi. Salah satu tabung ditambahkan HCl 10% sampai asam
dan sepucuk sendok kecil Kristal NaNO2 . Tabung tersebut berubah lebih keruh, hal ini
menunjukkan adanya siklamat. Yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ini adalah pada
saat menggojok corong pemisah dalam pembuatan ekstrak eter harus dilakukan secara hati-
hati. Dan dengan posisi mulut corong keatas. Pada saat proses pengeringan ekstrak yang
berada dicawan porselin jangan dikipasi, tetapi dibiarkan kering dengan sendirinya. Selain
itu, pada saat uji recorcinol, penambahan recorcinol sedikit saja, jangan terlalu banyak,
karena pada saat dipanaskan pada kompor listrik bisa gosong. Pada uji recorcinol untuk
penambahan aquades cukup beberapa ml saja. Sedangkan untuk penambahan NaOH 20%
sedikit berlebihan supaya warna hijau berpendar akan jelas terlihat apabila ditempelkan pada
baju yang berwarna gelap.
Zat pemanis sintetis sakarin dan siklamat merupakan jenis zat pemanis yang
sebetulnya khusus ditujukan bagi penderita diabetes atau konsumen dengan diet rendah
kalori.Penggunaan sakarin yang tidak seharusnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
seperti dapat menimbulkan kanker kandung kemih pada tikus percobaan. Siklamat berbahaya
karena hasil metabolismenya, yaitu sikloheksamina bersifat karsinogenik sehingga ekskresi
lewat urin dapat merangsang pertumbuhan tumor pada kandung kemih tikus percobaan.
Pemakaian sakarin dan siklamat telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
10/79/A/SK/74 tahun 1974 untuk sakarin, yang membolehkan penggunaan sakarin dalam
kadar maksimum yang jauh lebih kecil daripada siklamat yang diperbolehkan dan untuk
makanan khas olahan khusus (berkalori rendah) dan untuk penderita Diabetes Mellitus, kadar
maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah 0,15ppm. Sedangkan untuk minuman adalah
0,005ppm. Adapun untuk pemakaian siklamat diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 10/79/A/SK/74 tahun 1974 yang membolehkan kadar maksimum asam siklamat dalam
makanan berkalori rendah dan untuk penderita Diabetes Mellitus adalah 2,0ppm dan untuk
bahan minuman (yang diizinkan ditambah pemanis) kadar siklamat maksimum 0,06 ppm.
Kesimpulan
1. Pada praktikum kali ini didapatkan kesimpulan bahwa uji sakarin terdiri dari 2
pengujian dan didapat:
a. Uji rasa : memberikan rasa manis (positif sakarin)
b. Uji recorcinol : adanya warna berpendar hijau (positif sakarin).
2. Sedangkan pada uji siklamat, tabung yang ditambah reagen lebih keruh daripada yang
tidak ditambah reagen, yang menunjukkan positif siklamat pada sampel.
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN KUALITATIF BAHAN PENGAWET (SALISILAT, BENZOAT &
BORAX)
Mata Kuliah : Toksikologi Lingkungan
Semester : 2 (Dua)
Hari, Tanggal : Jum’at, 31 Mei 2013
Waktu : 09.30-11.45
Tempat : Laboratorium Lingkungan Dasar
Dasar Teori
Salisilat merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara
topical. Pada saat ini asam salisilat banyak diaplikasikan dalam pembuatan obat aspirin.
Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya. Hal tersebut dikembangkan secara
menetap di dalam slisilat baru. Selain sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormon
tumbuhan. Asam salisilat memiliki efek samping mulai dari yang ringan hingga berat.
Beberapa efek samping ringan yang sering terjadi adalah kulit kering. Iritasi kulit adalah efek
samping yang umum terjadi akibat asam salisilat. Efek samping lain yang serius biasanya
disebut dengan keracunan asam salisilat, termasuk diantaranya adalah sakit kepala yang
parah, napas cepat, atau telinga berdengung.
Benzoat C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna putih dan
merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Asam lemah ini beserta garam
turunannya, digunakan sebagai pengawet makanan. Benzoat bisa menyebabkan dampak
negative pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin, juga bisa memicu
terjadinya serangan asma.
Borak juga dikenal sebagai Sodium Borate, tetraborate natrium, atau dinatrium
tetraborate, adalah penting boron senyawa,sebuah mineral, dan garam dari asam borat. Hal ini
biasanya serbuk putih yang terdiri dari kristal berwarna lembut yang mudah larut dalam air.
Borak memiliki berbagai kegunaan. Borak adalah komponen dari banyak detergen, kosmetik,
dan enamel glasir. Borak juga digunakan untuk membuat larutan buffer dalam biokimia,
sebagai penghambat api, sebagai anti jamur senyawa untuk fiberglass, sebagai insektisida,
sebagai fluks dalam metelurgi, agen texturing dalam memasak. Secara komulatif seringnya
mengonsumsi makanan mengandung borak akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan
ginjal. Dalam jumlah banyak, borak menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin),
koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah
turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.
1. Tujuan Praktikum
1.1 Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif Salisilat
1.2 Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif Benzoat
1.3 Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif Borax
2. Alat dan Bahan
2.1 Alat
2.1.1 corong pemisah 50 mL
2.1.2 pipet ukur 1 mL, 5 mL dan 10 mL
2.1.3 cawan porselin
2.1.4 tabung reaksi
2.1.5 kompor listrik
2.1.6 pipet tetes
2.1.7 pengaduk kaca
2.2 Bahan
2.2.1 H2SO4 4N
2.2.2 Eter
2.2.3 FeCl3 15
2.2.4 Aquabromata
2.2.5 HNO3 pekat
2.2.6 H2SO4 pekat
2.2.7 Ammonia pekat
2.2.8 (NH4)s
2.2.9 Etanol
2.2.10 Ca(OH)2 10%
2.2.11 Methanol
2.2.12 Kertas lakmus (lakmus merah dan lakmus biru)
3. Prosedur Kerja
3.1 Salisilat dan Benzoat
3.1.1 masukkan 25 mL sample ke dalam corong pemisah
3.1.2 ditambah beberapa H2SO4 pekat 4N hingga asam (cek dengan lakmus)
3.1.3 ditambah 20mL eter, gojok hinga gasnya habis, pastikan saat menggojok
tutup corong pemisah dan kran tertutup dengan rapat
3.1.4 setelah gasnya habis, tunggu hingga tepat terlihat jelas terdapat 2 lapisan
3.1.5 ambil lapisan eternya, bagi dalam 2 cawan porselin (1 cawan untuk
pemeriksaan salisilat dan 1 cawan untuk pemeriksaan benzoat)
3.1.6 uapkan kedua cawan hingga tunggu sampai kering
3.1.7 identifikasi Salisilat
3.1.7.1 ekstrak eter dalam cawan yang sudah kering kemudian ditambahkan
beberapa tetes aquadest, bagi dalam 3 tabung reaksi
3.1.7.2 pada tabung reaksi 1 tambahkan 1-2 tetes FeCl3 1%, jika terjadi warna
ungu maka manunjukkan adanya salisilat
3.1.7.3 pada tabung reaksi 2 tambahkan beberapa tetes aquabromata, jika
timbul kekeruhann atau endapan putih maka menunujukkan adanya
salisilat
3.1.7.4 pada tabung reaksi 3 tambahkan 1-2 tetes H2SO4 pekat dan 2-4mL
ethanol, selanjutnya panaskan di atas api kecil hingga mendidih. Uap
yang timbul dibau, jika tercium bau harum maka menunjukkan adanya
salisilat
3.1.8 identifikasi benzoat
3.1.8.1 ekstrak eter yang sudah kering pada cawan 2 ditambah beberapa tetes
H2SO4 pekat, diaduk-aduk hingga larut dengan pengaduk kaca
3.1.8.2 kemudian tambahkan sepucuk sendok kristal HNO3 pekat, selanjutnya
panaskan di atas api kecil sambil digoyang-goyang sampai uap coklat
yang muncul saat larutan mendidih hilang (tabung kembali dalam
keadaan bersih tanpa uap berwarna coklat)
3.1.8.3 selanjutnya tambahakan 5mL aquadest, kemudian gojok untuk
selanjutnya dimasukan dalam labu erlenmeyer kecil
3.1.8.4 tamabahkan beberapa tetes Ammonia pekat sampai basa (cek dengan
lakmus)
3.1.8.5 panaskan kembali panaskan hingga mendidih, kemudian dinginkan
3.1.8.6 masukkan dalam tabung reaksi kemudaian tambahkan (NH4)s pelan-
pelan melalui dinding tabung reaksi, jangan sampai tercampur
3.1.8.7 jika terbentuk cincin berwarna merah coklat maka menunjukkan
adanya benzoat
3.2 identifikasi Borax
3.2.1 ambil 2-5mL sample, masukkan dalam cawan porselin
3.2.2 basakan dengan air kapur 10% (Ca(OH)2) (cek dengan lakmus)
3.2.3 panaskan di atas kompor listrik sampai kering
3.2.4 tambahkan 0,5mL H2SO4 pekat, tambahkan 5mL methanol
3.2.5 bakar dengan api, jika terdapat nyala hijau pupus maka menunjukkan
adanya borax
4. Hasil
Untuk pemeriksaan salisilat :
a. Tabung reaksi 1 berwarna ungu
b. Tabung reaksi 2 keruh
c. Tabung reaksi 3 bau balon terbakar
Untuk Pemeriksaan benzoat :
Setelah larutan ditambahkan (NH4)2S, terdapat cincin merah coklat diantara dua
lapisan.
Untuk pemeriksaan boraks :
Nyala api pada cawan porselen yang dibakar berwarna hijau pupus.
5. Pembahasan
Melakukan identifikasi salisilat dengan ekstrak eter ditambahkan 2 ml aquades,
diaduk-aduk dan dibagi dalam 3 tabung reaksi. Tabung reaksi 1 ditambah dengan 2
tetes FeCl3 1%. Timbulnya kekeruhan endapan putih menunjukkan adanya salisilat.
Pada tabung reaksi 3 ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan 2 ml etanol, selanjutnya
dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih. Apabila penutup kapas berbau balon
terbakar maka menunjukkan adanya salisilat.
Ekstrak pada cawan 2 ditambah H2SO4 pekat 9 tetes (karena cairan ekstrak telah
menguap) dan diaduk dengan batang pengaduk kaca hingga residu larut. Kemudian
larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang ditambah sepucuk sendok
kecil kristal KNO3, KNO3 dimasukkan ke dalam tabung reaksi hingga ke dasar
(jangan ada sisa pada dinding tabung). Menambahkan 2 tetes HNO3 pekat pada tabung
reaksi tersebut (warna larutan bening).
Menyalakan api pada lampu spritus dan larutan dalam tabung reaksi tadi dipanaskan
diatasnya sambil digoyang-goyang (+ 2-5 menit). Pemanasan dilakukan sampai
larutan kembali bening (bening-coklat-bening). Menambahkan 5 ml aquades ke dalam
larutan kemudian digojok. Selanjutnya larutan dituang ke dalam labu erlenmeyer
kecil, tambahkan ammonia pekat sampai basa (10 tetes). Memastikan kebasaan
dengan kertas lakmus (warna kertas lakmus biru). Larutan dipanaskan sampai
mendidih, amati prosesnya jangan sampai hangus, selanjutnya larutan didinginkan.
Setelah dingin, sebagian larutan dituang ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan
(NH4)2S hingga terbentuk 2 lapisan. Namun, penambahan (NH4)2S dilakukan
perlahan-lahan melalui tabung reaksi.
Identifikasi borak dilakukan dengan cara sampel pada cawan porselen dibasakan
dengan air kapur (Ca(OH)2) 10% (dicek dengan kertas lakmus). Lalu melakukan
pemanasan di atas kompor listrik sampai kering. Kemudian residu sisa pada cawan di
atas ditambah 5 tetes H2SO4 pekat dan 5 ml etanol, selanjutnya dibakar dengan api.
Apabila nyala api terlihat hijau pupus menunjukkan adanya borak.
6. Kesimpulan
- Adanya warna ungu pada tabung reaksi 1 menunjukkan positif mengandung
salisilat.
- Adanya kekeruhan/endapan putih pada tabung reaksi 2 menunjukkan positif
adanya salisilat.
- Adanya bau balon terbakar pada penutup kapas tabung reaksi menunjukkan
adanya positif salisilat.
Cincin merah coklat yang terdapat pada kedua lapisan dalam tabung reaksi
menunjukkan bahwa sampel yang diperiksa positif terdapat benzoat.
Sampel yang diperiksa mengandung borak karena nyala api berwarna
hijau pupus.
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN ZAT WARNA ASING BERBAHAYA PADA
MAKANAN/MINUMAN
Mata Kuliah : Toksikologi Lingkungan
Semester : 2(Dua)
Hari/Tanggal : Selasa, 04 Juni 2013
Waktu : 13.00-15.00
Tempat : Laboratorium Lingkungan Dasar
Dasar Teori
Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau food additives adalah senyawa (atau
campuran berbagai senyawa) yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan danterlibat dalam
proses pengolahan, pengemasan dan/atau penyimpanan, dan bukanmerupakan bahan
(ingredient) utama. Sementara itu pada Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan
khususnya pada Bab II (Kemanan Pangan) Bagian Kedua disebutkan banwa yang dimaksud
dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Penggunaan bahan tambahan pangan dalam produk
pangan yang tidak mempunyai resiko kesehatan dapat dibenarkan, karena hal tersebut lazim
digunakan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 235/MENKES/PER/VI/1979 tanggal 19 Juni
1979 mengelompokkan BTM berdasarkan fungsinya, yaitu: (1) antioksidan dan antioksidan
sinergis, (2) anti kempal, (3) pengasam, penetral dan pendapar, (4) enzim, (5) pemanis
buatan, (6) pemutih dan pematang, (7) penambah gizi, (8) pengawet, (9) pengemulsi,
pemantap dan pengental, (10) pengeras, (11) pewarna alami dan sintetik, (12) penyedap rasa
dan aroma, (13) sekuestran, dan (14) bahan tambahan lain.
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki
penampakan makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa tujuan, di
antaranya adalah memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan
warna, serta menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan.
Secara garis besar pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik.
Pewarna alami yang dikenal di antaranya adalah daun suji (warna hijau), daun jambu/daun
jati (warna merah), dan kunyit untuk pewarna kuning. Sedangkan menurut GG Birch (1976),
zat pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok, yaitu centrified colour dan uncentrified
colour. Uncentrified colour merupakan zat pewarna alami berupa ekstrak pigmen dari
tumbuh-tumbuhan atau hewan dan zat pewarna mineral.
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif zat warna berbahaya dalam
makanan/minuman.
2. Alat dan Bahan
2.1 Alat
2.1.1 tabung reaksi
2.1.2 penjepit tabung reaksi
2.1.3 kompor listrik
2.1.4 lampu spirtus
2.1.5 cawan porselin
2.1.6 pipet ukur 10 mL
2.1.7 sendok penyu
2.1.8 pipet tetes
2.2 Bahan
2.2.1 sampel minuman
2.2.2 H2SO4 4N
2.2.3 Amyl Alkohol
2.2.4 Ammonia 10%
2.2.5 Ureum
2.2.6 Asam Stearat
2.2.7 KHSO4 10%
2.2.8 Benang wool putih (bebas lemak)
2.2.9 Ammonia 1%
3. Prosedur Kerja
3.1 Reaksi Amyl Alkohol
3.1.1 Suasana Asam
3.1.1.1 masukkan 1-2 mL sampel ke dalam tabung reaksi tambah beberapa
tetes H2SO4 4N
3.1.1.2 tambahkan 1 mL Amyl alkohol, digojok kuat-kuat. Reaksi dikatakan
positif bila amyl alkohol (lapisan atas) mengambil warna air sampel.
3.1.2 Suasana Basa
3.1.2.1 masukan 1-2 mL air sampel ke dalam tabung reaksi, tambah beberapa
tetes ammonia 10%
3.1.2.2 tambahkan 1 mL amyl alkohol, digojok kuat-kuat. Reaksi dikatakan
positif jika amyl alkohol (lapisan atas) mengambil warna air sampel.
3.2 Reaksi Asam Stearat
3.2.1 masukkan 3 mL air sampel dalam tabung reaksi, tambahkan sepucuk
sendok ureum dan sepucuk sendok asam stearat
3.2.2 panaskan dengan lampu spirtus sampai asam stearat mencair. Reaksi
posotif jika lapisan asam stearat mengambil warna air sampel.
3.3 Reaksi Benang Wool
3.3.1 masukkan 10 mL sampel ke dalam cawan poselin, tambah 10 mL KHSO4
10% dan 3-4 helai benang wool putih
3.3.2 panaskan di atas kompor listrik selama 10 menit. Setelah 10 menit cawan
diangakt dari atas kompor kemudian ambil benang wool dengan pinset,
kemudian cuci dengan air mengalir dan kemudian dengan ammonia 1%.
Apabila benang wool berubah warna menjadi putih lagi maka
menunjukkan reaksi negatif (tidak perlu dilanjutkan)
3.3.3 jika dalam pencucian benang wool tetap berwarna maka benang
selanjutnya masukkan benang ke dalam cawan yang baru. Kemudian
tambahkan 10 mL Ammonia 10%
3.3.4 panaskan kembali selama 10 menit, selanjutnya buang benang wool
3.3.5 ke dalam cawan tambahkan 10 mL KHSO4 10%, selanjutnya masukkan
benang wool yang baru, panaskan lagi selama 10 menit
3.3.6 apabila benang wool mengambil warna larutan dalam cawan maka
dikatakan reaksi positif
4. Hasil
Pada reaksi Amyl alkohol kedua sampel baik yang dalam keadaan asam maupun basa
menunjukkan reaksi bahwa amyl alkohol mengambil warna air sampel, maka reaksi
positif.
Pada reaksi asam stearat, asam stearat mengambil warna air sampel, berarti reaksi
positif.
Pada reaksi benang wool, benang wool mengambil warna air sampel, maka reaksi
positif.
5. Pembahasan
Pada reaksi amyl alkohol, saat larutan ditetesi dengan amyl alkohol baik dalam suasan
asam maupun basa menunjukkan bahwa amyl alkohol mengambil warna air sampel.
Pada reaksi asam stearat, saat larutan dipanasskan dan asam stearat mencair
menunjukkan bahwa asam stearat mengambil warna air sampel, maka reaksi
dikatakan positif.
Pada reaksi benang wool, walaupun benang wool mengalami pencucian dengan
ammonia dan air, warna benang wool tetap berwarna seperti air sampel. Setelah
dipanaskan kembali benang wool tetap berwarna seperti warana air sampek, ini
menunjukkan reaksi positif.
6. Kesimpulan
Dari hasil praktikum bahwa sampel mengandung pewarna berbahaya, karena dari
ketiga reaksi menunjukkan reaksi yang positif.
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN KUALITATIF LOGAM BERAT (Pb, Hg dan Cu)
Mata Kuliah : Toksikologi Lingkungan
Semester : 2(Dua)
Hari/Tanggal : Selasa, 11 Juni 2013
Waktu : 13.00-15.00
Tempat : Laboratorium Lingkungan Dasar
Dasar Teori
Logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih besar dari 5 gram cm-3
dengannomor atom 22 sampai dengan 92. Di lingkungan apabila logam berat mencemari
dengan tingkatpencemaran yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia.
Keberadaan logamberat di alam dapat berasal dari proses yang terjadi secara alami seperti
pengendapan,pembusukan tumbuhan dan hewan yang telah mati, ataupun logam berat yang
berasal dari prosesindustri. (Sulistyowati, 2005)Raksa atau Air raksa (Latin: Hydrargyrum,
air/cairan perak) adalah unsur kimia padatabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom
80. Unsur golongan logam transisi iniberwarna keperakan dan merupakan satu dari lima
unsur (bersama cesium, fransium, galium, danbrom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar.
Raksa banyak digunakan sebagai bahan amalgamgigi, termometer, 6 barometer, dan
peralatan ilmiah lain, walaupun penggunaannya untuk bahanpengisi termometer telah
digantikan (oleh termometer alkohol, digital, atau termistor) denganalasan kesehatan dan
keamanan karena sifat toksik yang dimilikinya. Unsur ini diperolehterutama melalui proses
reduksi dari cinnabar mineral.
Densitasnya yang tinggi menyebabkan benda-benda seperti bola biliar menjadi
terapung jika diletakkan di dalam cairan raksa hanyadengan 20% volumenya terendam.Pada
manusia, timbal dapat mengakibatkan bermacam-macam dampak biology,bergantung pada
tingkatan dan durasi terpaannya. Dampak yang bervariasi terjadi pada rentangdosis yang luas,
dimana janin dan bayi lebih rentan terkena dampak dibanding manusia dewasa.Terpaan pada
tingkat yang tinggi dapat mengakibatkan dampak keracunan biokimia padamanusia, yang
selanjutnya dapat mengarah pada berbagai problem seperti mengganggu prosessintesa
hemoglobin, menyerang ginjal, saluran pencernaan, persendian, dan sistem reproduksi,serta
menimbulkan kerusakan akut maupun kronis pada sistem saraf.Keracunan berat karena
timbal sudah sangat jarang ditemukan.
Akan tetapi, padatingkatan konsentrasi medium, ditemukan bukti-bukti yang cukup
persuasif, bahwa timbal dapatmengakibatkan efek-efek sub-klinis, terutama pada
perkembangan otak anak. Beberapa studi menunjukkan bahwa sampel yang diuji
mengandung logam berat. Warna yang merah yangtimbul walaupun hanya sedikit saja sudah
menunjukkan bahwa dalam sampel mengandunglogam berat.Hasil pada uji identifikasi
keberadaan Hg pada sampel merupakan hasil yang positif. Halini dikarenakan ketika lempeng
Cu dimasukkan ke dalam sampel yang telah diberi reagen terjadiperubahan menjadi putih
mengkilat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sampel tersebutmengandung Hg. Namun
untuk lebih meyakinkan dapat juga dilakukan uji penegasan denganmenggunakan kertas
saring yang diolesi ganasini. Pada pemeriksaan ini diketahui positif karenadisekitar lempeng
terdapat noda merah.Pada pengujian sampel Cu didapatkan hasil yang positif juga. Hal ini
ditunjukkan karenahasilnya pada lempeng Fe yang dimasukkan pada sampel yang telah diberi
reagen menjaditimbul karat pada lempeng tersebut.
1. Tujuan Praktikum
1.1 Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif logam berat Hg
1.2 Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif logam berat Pb
1.3 Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif logam berat Cu
2. Alat dan Bahan
2.1 Alat
2.1.1 rak tabung reaksi
2.1.2 tabung reaksi
2.1.3 pipet tetes
2.1.4 pipet ukur 10 mL
2.1.5 lampu spirtus
2.1.6 obyek glass
2.1.7 mikroskop
2.1.8 pengaduk kaca
2.1.9 pinset
2.2 Bahan
2.2.1 reagen Ditizon
2.2.2 HCl 10%
2.2.3 Lempeng Cu
2.2.4 Kertas saring
2.2.5 Reagen ganassini
2.2.6 Kawat Fe
2.2.7 KI 2%
2.2.8 Ammonia pekat
2.2.9 Kertas lakmus
2.2.10 Sampel Hg
2.2.11 Sampel Pb
2.2.12 Sampel Cu
3. Prosedur Kerja
3.1 Uji Pendahuluan
Ambil 1-2 mL sampel ke dalam tabung reaksi, tambah beberapa tetes reagen
ditizon, kemudian gojok. Jika terjadi warna merah pada larutan, maka
menunjukkan adanya logam berat
3.2 Identifikasi Spesifikasi Logam Berat
3.2.1 identifikasi Hg
3.2.1.1 sampel dalam tabung reaksi diasamkan dengan HCl 10% (cek dengan
lakmus)
3.2.1.2 dimasukkan 1 lempeng Cu, kemudian tunggu beberapa menit. Apabila
lempeng CU terlapisi oleh lapisan berwarna putih mengkilat maka
dapat menunjukkan adanya logam Hg dalam sampel
3.2.1.3 untuk memastikan adanya Hg dalam sampel maka ambil kertas saring,
olesi dengan reagen ganassini
3.2.1.4 pada olesan tersebut diletakkan lempeng Cu yang berwarna putih
mengkilat tadi
3.2.1.5 ditunggu beberapa menit. Jika pada olesan ganassini tadi terdapat noda
merah orange berarti Hg positif ada dalam sampel
3.2.2 identifikasi Pb
3.2.2.1 ambil sampel masukkan dalam tabung reaksi, tambah beberapa tetes
KI 2%. Apabila terdapat endapan kuning, endapan tersebut dibagi
dalam 2 tabung reaksi.
3.2.2.2 Endapan kuning pada tabung reaksi 1 ditambah beberapa tetes KI 2%,
jika endapan kuning larut, maka Pb positif terdapat dalam sampel
3.2.2.3 Endapan kuning pada tabung reaksi 2 dipanaskan di atas api kecil
hingga mendidih. Setelah itu dinginkan, kemudian diambil 1-2 tetes
diletakkan di atas obyek glass, selanjutnya diperiksa di bawah
mikroskop. Adanya kristal berbentuk segienam berwarna kuning emas
menunjukkan adanya Pb dalam sampel.
3.2.3 identifikasi Cu
3.2.3.1 sampel dalam tabung reaksi diasamkan dengan HCl 10% (cek dengan
lakmus)
3.2.3.2 dimasukkan kawat Fe ke dalam larutan tersebut
3.2.3.3 ditunggu beberapa menit sampai kawat Fe terlapisi oleh lapisan
berwarna kecoklatan, hal ini dimungkinkan menunjukkan adanya Cu
dalam sampel
3.2.3.4 ambil kawat Fe tersebut dengan pinset, kenai dengan uap ammonia
pekat, apabila kawat Fe tersebut menjadi kebiruan maka Cu positif
berada dalam sampel.
4. Hasil
a. Pada identifikasi Hg terdapat noda merah orange.
b. Pada identifikasi Pb pada tabung reaksi 1 endapan kuning larut. Pada tabung
reaksi 2 terdapat kristal segi enam berwarna coklat saat diamati di bawah
mikroskop.
c. Pada identifikasi Cu saat kawat Fe dikenai uap ammonia berwarna kebiruan.
5. Pembahasan
Pada identifikasi Hg saat sampel diasamkan dengan HCl 10%, lempeng Cu berubah
menjadi putih mengkilat dan setelah diletakkan di atas kertas saring yang diolesi
ganassini menunjukkan adanya noda merah orange.
Pada identifikasi Pb, saat sampel ditetesi larutak KI 2% pada tabung reaksi 1
menunjukkan bahwa endapan kuning larut dan pada tabung reaksi 2 saat sampel
dipanaskan kemusian diambil beberapa tetes di atas obyek glass di bawah mikroskop
menunjukkan adanya kristal segi enam berwarna coklat keemasan.
Pada identifikasi Cu saat sampel diasamkan dengan HCl 10% kemudian kawat Fe
ditunggu beberapa menit menunjukkan adanya warna kecoklatan, kemudian ketika
dikenai uap ammonia menunjukkan adanya warna kebiruan.
6. Kesimpulan
Sampel yang diperiksa positif mengandung logam berat berupa Hg, Pb dan Cu. Hal
ini ditunjukkan dengan positifnya ketiga identifikasi.