laporan pratikum biokim kelompok 4
TRANSCRIPT
LAPORAN PRATIKUM
BIOKIMIA
OLEH :
KELOMPOK 4 :
1. AYU MELVASARI 09.14201.31.04
2. ETA MILIYANTI 09.14201.31.10
3. HAIRUNISYAH 09.14201.31.15
4. JAMILAH 09.14201.31.20
5. MARISA RAMA DONI 09.14201.31.25
6. NOVRIAN DIKA 09.14201.31.30
7. REFKI ANRA PUTRA 09.14201.31.35
8. SANDI ADITYA 09.14201.31.40
9. SRI NIRMALA 09.14201.31.45
10. UTHIYA LAILA H.R 09.14201.31.50
11. DEKA FERDIANTO 09.14201.31.55
KELAS : PSIK A2
SEMESTER : 3
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIK BINA HUSADA
TAHUN 2010
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
Pertemuan Kedua
Hari : Jumat
Tanggal : 05/11/2010
Metode : Sahli
Tujuan
Untuk mengetahui kadar Hemoglobin seseorang yang terkandung didalam darah
Prinsip
Darah diubah menjadi hematin asam yang berwarna kecoklatan kemudian ditambahjan
aquadest tetes demi tetes, warna yang terbentuk dibandingkan dengan stndar warna
Alat
Seperangkat Haemometer yaitu seperti
1. Pipet sahli
2. Tabung pengencer
3. Kotak standar, dan lain-lain
Reagensia
Larutan HCL 0,1 N dan darah
Sampel :
DARAH yang diambil dari :
Nama : Haiurunisyah
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Landasan Teori
Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah
merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh,[1] pada
mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju
paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang
disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan
talasemia.
Prosedur kerja
1. Tabung pengencer disi dengan HCL 0.1 N sampai batas 2 gr/dL
2. Darah diisap dengan pipet shali samapai 0.02 mL
3. Pipet sahli dimasukkan kedalam tabung pengencer sampai ke dasar tabung
4. Hisap bagian HCL 0.1 N yang masih jernih kemudian keluarkan lagi, lakukan 2-3 kali
membilas pipet
5. Tambahkan aquadest tetes demi tetes hingga warna yang terbentuk sama dengan
warna standar
6. Ukur kadar hemoglobin dengan melihat skala pada tabung pengencer
Kriteria Hasil Normal
1. Laki-laki : 14-18 gr/dL
2. Perempuan: 12-16 gr/Dl
Hasil Percobaan
Pada percobaan yang telah kami lakukan, kami mendapatkan hasil pengukuran kadar
hemoglobin darah yang samplenya berasal dari salah satu anggota kelompok kami yang
berjenis kelamin perempuan sebesar 13,6 gr/dL. dan Kami juga menyimpulkan bahwa
percobaan kami termasuk didalam kriteria hasil yang telah ditentukan sebelum percobaan
Gambar percobaan hemoglobin
Pembahasan
Berdasarkan kriteria normal, percobaan yang kami lakukan berhasil karena didalam kriteria
normal menjelaskan bahwa nilai normal hemoglobin perempuan 12-16 gr/dL.
Haemometer
HB 13,6 ( normal)
Kesimpulan
Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah
merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh,Mutasi
pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang disebut
hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan
talasemia. Dan untuk Kriteria Normal hemoglobin : Laki-laki : 14-18 gr/dL dan Perempuan:
12-16 gr/dL, percobaan kami berhasil dengan hasil 13,6 gr/dL untuk kadar hemoglobin
perempuan.
WAKTU PERDARAHAN (BLEEDING TIME)
Pertemuan Kedua
Hari : JUMAT
Tanggal : 05/11/2010
Metode : IVY dan DUKE
Tujuan
Untuk mengetahui waktu berakhirnya suatu perdarahan yang Normal
Prinsip Kerja
Menentukn lama perdarahan pada luka yang mengenai kapiler
Alat dan Bahan
1. Laset steril
2. Turiquet ( tensi darah)
3. Kertas saring
4. Kapas
5. Alkohol 70%
6. Stopwatch
Sampel :
DARAH yang diambil dari :
1. Nama : Hairunisyah
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Untuk Metode : IVY
2. Nama : Ayu melvasari
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Untuk Metode : DUKE
Landasan Teori
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya
tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan
ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas : ketepatgunaan
cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit.
Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi
pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi. Bila trombosit .
Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil pada
permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard. Ada 2 teknik yang dapat
digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke. Kepekaan teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-
6 menit. Teknik Duke nilai normal 1-8 menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk
insisi merupakan teknik yang paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama
waktu perdarahan.
Prosedur kerja
1. ivy
Siapkan sphygnometer
Pasang turiquet, pompa tekanan sampai 40 mmHg. Selama pemeriksaan tekanan
tersebut dipertahankan
Bersihkan lokasi yang akan ditusuk yaitu dibagian poler (depan) lengan bawah
alcohol 70 %, biarkan mengering
Tegangkan kulit pada lengan bawah tusuk dengan blood lancet/ auto klik sedalam ±
3mm ( jangan tertusuk vena
Bila terlihat darah mulai keluar, jalankan stopwatch
Isap tetes darah yang keluar setiap 30 detik dengan kertas saring
Catat waktu apabila darah tidak dapat diisap lagi
2. Duke
Bersihkan daun telinga pada bagian lobus dengan alcohol 70 %, biarkan mengering
Tusuk sedalam ± 2 mm, pada saat darah keluar jalankan stopwatch
Isap tetesan darah yang keluar setiap 30 detik dengan kertas saring ( jangan sampai
menekan luka)
Bila perdarahan berhenti matikan stopwatch, catat waktunya
Kriteria Hasil Normal
1. ILY : 1-7 menit
2. DUKE ; 1-8 menit
Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, kami mendapat hasil waktu perdarahan
dengan metode ivy 2 menit, dan duke 1 menit
Pembahasan
Berdasarkan kriteria Normal, hasil yang kami dapat pada percobaan ini termasuk kategori
normal, tetapi ada kendala pada saat mulai percobaan ivy, darah yang kami ambil dari tangan
salah satu anggota kami hanya sedikit keluar sehingga kami harus mengulang kembali
penusukakan dengan kanset
Kesimpulan
Hasil praktikum yang kami dapatkan 2 menit untuk lvy dan duke 1 menit menurut kriteria
hasil normal waktu yang kami dapatkan termasuk dikriteria normal.
WAKTU PEMBEKUAN DARAH (CLOTTING TIME )
Pertemuan Kedua
Hari : JUMAT
Tanggal :05/11/2010
Metode : Modifikasi Lee dan White
Tujuan
untuk mengetahui waktu pembekuan darah seseorang apakah normal atau tidak
Prinsip Kerja
Menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku
Alat Dan Bahan
1. Empat Buah Tabung Reaksi
2. Spuit
3. Rak tabung Reaksi
Sampel :
DARAH yang diambil dari :
Nama : Hairunisyah
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Landasan Teori
Test waktu pembekuan digunakan untuk menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah
untuk membeku. Adanya gangguan pada factor koagulasi terutama yang membentuk
tromboplastin, maka waktu pembekuan akan memanjang.
Prosedur Kerja
1. Sediakan 4 tabung dengan diameter 7-8mm ( dianjurkan menggunakan yang dilapisi
silicon)
2. Ambil darah vena dengan spuit 5 mL, bila darah terlihat masuk ke dalam spuit
jalankan stopwatch isap darah sampai 5 mL
3. Lepaskan jarum dari spuit, alirkan darah secara perlahan masing-masing 1 mL ke
dalam setiap tabung
4. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dan dimiringkan untuk melihat apakah telah
terjadi pembekuan ( dalam tindakan ini jaga jangan sampai tabung lain terganggu dan
ditaruh di rak tabung reaksi)
5. Setelah darah pada tabung 1 membeku, catat waktunya kemudian eriksa tabung 2
setiap 30 detik, catat waktunya bila terjadi pembekuan.
6. Tindakan yang sama dilakukan pada tabung 3 dan 4. Masa pembekuan 95 adalah nilai
rata-rata tabung 2,3, dan 4 dibulatkan sampai setengah menit.
Kriteria Hasil Normal :
Metode Lee dan White : 9-15 menit
Hasil Percobaan
Pada oercobaan menentukan waktu pembekuan kami mendapat hasil percobaan bahwa waktu
pembekuan pada percobaan kami yaitu
Tabung Waktu pembekuan
1 0- 13menit
2 14 menit
3 15 menit
4 17 menit
berdasarkan teori hasil akhirnya yaitu waktu tabung 2,3,4 ditambah dan dibagi 3 maka
14+15+17 / 3= 15 menit. jadi hsilnya 16 dan waktu pembekuan yang didpat masuk kedalam
kriteria normal
Gambar CT
Pembahasan
Berdasakan kriterian normal, percobaan kami berhasil karena hasil yang kami dapat masih
termasuk diantara 9-15 menit.kami juga dapat menyimpulkan bahwa laju waktu pembekuaan
darah konstan tidak berubah, kalau tabung satu memerlukan waktu pembekuan selama 15
menit, begitu juga dengan tabung seterusnya, waktunya tetap sama.
Kesimpulan
Waktu penbekuan darah normal yaitu 9-15 menit dan hasil yang kami dapatkan yaitu rata-
rata pembekuan darah kami sekitar 10 menit setiap tabung reaksinya
Test waktu pembekuan digunakan u ntuk menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah
untuk membeku. Adanya gangguan pada factor koagulasi terutama yang membentuk
tromboplastin, maka waktu pembekuan akan memanjang
PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT
Pertemuan Ketiga :
Hari : Sabtu
Tanggal : 06/11/2010
Metode : Thoma
Tujuan
Untuk mengetahui jumlah leukosit didalam darah dengan Thoma
Prinsip Kerja
Darah diencerkan dalam pipet thma kemudian dimasukkan ke dalam titik hitung dan dihitung
jumlah leukositnya per mm2 darah
Alat dan Bahan
1. Bilik hitung improved neubauer
2. Kaca penutup
3. Mikroskop
4. Pipet thoma
5. Cairan Turk
Sampel :
DARAH yang diambil dari :
Nama : Sandi Aditya
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Landasan Teori
Sel darah putih, leukosit (en:white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang membentuk
komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna,
memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler /
diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di
dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes.Dalam
setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah
putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.
Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu,
mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak
secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau
mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi
dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic
pluripotent yang ada pada sumsum tulang.
Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk
makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik.
Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup dan
menghancurkannya,menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan
dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat
memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan
membuangnya. dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan
penyembuhannya dimungkinkan
Prosedur kerja
1. Siapkan bilik hitung improved neubauer yang bersih dan kering
2. Pasang kaca penutup pada bilik hitung tersebut
3. Letakkan bilik hitung pada meja benda mikroskop kemudian cari lapangan pandang
(gari-garis bilik hitung) degan perbesaran objektif 10x
4. Darah diisap dengan pipet thoma leukosit sammpai batas o.5
5. Turk diisap sampai batas 11 kemudian homogenkan ( pengenceran 20 x)
6. Buang 3-4 tetes larutan yang berada dibatang pipet
7. Isi larutan ke dalam bilik hitung
8. Jumlah leukosit dihitung dalam 9 bidang besar
Kriteria Hasil Normal
terdapat 5000-10.000/mm2darah leukosit
Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan kami dapat melihat dan menghitunng
leukosit secara jelas. oleh sebab itu kami bisa mengelmpokkan jumlah leukosit itu menjadi 9
kotak dengan jumlah
Hitung jumlah leukosit dengan rumus
N X P/V =
KETERANGAN :
N :s Jumlah leukosit dalam 4 bidang besar.
P : Pengencer = 20
V : Volume = 0,2
maka :
70 X 20 / 0.2 = 7000 per mm3
Pembahasan
2 1 0 0
1 7 9 11
1 2 1 3
1 0 5 1
0 1 2 1
0 2 4 3
2 1 2 2
1 0 2 2
befrdasarkan data yang telah lami dapat, kami dapat menyimpulkan bahwa dara yang
leukositnya diperiksa masih termasuk di krieria normal
Kesimpulan
Sel darah putih, leukosit (en:white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang membentuk
komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna,
memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler /
diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di
dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. dan hasil
percoaan kami 5200 per mm.
PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH ( LED)
Pertemuan ketiga
Hari : Sabtu
Tanggal : 06/11/2010
Metode : Westergren dan Wintrobl
Tujuan
Untuk
Prinsip Kerja
Mengukur kecepatan darah mengendap bila dibiarkan selama 1 (satu) jam pada posisi tegak
lurus.
Alat Dan Bahan
1. Bahan
darah vena diambil 1,6 ml dan dicampur dengan Na Sitrat 3,8% sebanyak 0,4 ml
2. Alat
Tabung dan rak, tusuk tabung westergren
Sampel :
Darah yang di ambil dari
Nama : Sandi Aditya
Umur : 19 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Landasan teori
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat
pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya
diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung
karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan
pengendapan darah merah di dalam plasma ( nm/jam ). Tiga fase LED meliputi :
Fase pengendapan lambat I
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan
melayang, sulit mengendap ( 1-30 menit 0
Fase pengendapan cepat
Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife
kecil , masa menjadi lebih berat ( 30-60 menit )
Fase pengendapan lambat II
Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung ( 60-120 menit )
Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 nm per jam. LED ditentukan dengan
mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah yang
mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). Nilai LED meningkat pada keadaan seperti
kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paru-paru ( 65 mm/jam ) dan pada keadaan
infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan.
Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International Comunitet for Standardization in
Hematology ) adalah cara westergren.
Prosedur Kerja
1. Isi tabung westergren dengan darah yang telah diberi Na sitrat 3,8% sampai garis
tanda 0 pipet harus kering dan bersih
2. Letakkan tabung pada rak westergren dan perhatikan supaya posisinya betul-betul
tegak lurus pada suhu kamar, jauhkan dari cahaya matahari dan getaran
3. Setelah satu jam, baca hasilnya dengan satuan nm/jam
Interprestasi Hasil :
1. Metode Westergreen :
o Pria : 0 - 15 mm/jam
o Wanita : 0 - 20 mm/jam
2. Metode Wintrobe :
o Pria : 0 - 9 mm/jam
o Wanita : 0 - 15 mm/jam
Kriteria Hasil Normal
Jika setelah di endapkan 1 sampai 2 jam terjadi pengendapan :
Pria : 0 - 15 mm/jam
Wanita : 0 - 20 mm/jam
Hasil Percobaan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan, dengan menggunakan sample darah
salah satu anggota kelompok kami, kami dapat mengetahui bagaimana pengendapan darah
selama 1 jam setelah dilakukan percobaan.
Pembahasan
Berdasakan kriteria hasil, darah yang kami endapkan mengalami pengendapan setelah 1 jam
14 mm/jam , degan menggunakan alat yang steril, ternyata darah yang jadi sample percobaan
dinyatakan normal
Kesimpulan
Dari hasil uji Laju Endap Darah yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien
memiliki Laju Endap Darah normal.
Sampling darah vena secara baik dan benar sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan
tidak menimbulkan keluhan pada pasien.
Setelah 1 jam akan kelihatan pengendapan yg terjadi. Pengendapan yg kami lakukan setelah 1 jam = 14 mm/jam
PEMERIKSAAN GLUKOSA DIDALAM DARAH
Pertemuan Pertama
Hari : Rabu
Tanggal : 03/11/2010
Metode : Bendict
Tujuan
Untuk belajar bagaimana cara mengetahui kandungan glukosa dalam urine
Prinsip Kerja
Bila urine dipanaskan akan mereduksi suval sulfat menjadi kupen sulfat denfan warna merah
bata kalau positif berarti ada gangguan di pancreas
Alat Dan Bahan
1. Tabung reaksi
2. Corong
3. Rak tabung
4. Kertas saring
5. Beker gelas
6. Penjepit
7. Gelas ukur lampu
8. Tabung reaksi
9. Corong
10. Rak tabung
11. Kertas saring
12. Beker gelas
13. Penjepit
14. Gelas ukur lampu
Sampel :
Urine yang diambil dari :
Nama : Novrian dika
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Landasan Teori
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida yang mengandung
enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon
dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil
untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping
hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di
luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan
dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7.
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Kita dapat
menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu
banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga
akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme
tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang
tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini
(glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju
glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang
reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan
saraf periferal (‘’peripheral neuropathy’’), kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein.
Prosedur Kerja
1. Masukkan 5 ml penedict kedalam tabung dan 8 tetes urine
2. Panaskan ± 2-3 menit
3. Angkat dan diamkan ± 5menit
4. Lalu baca hasilnya
Interprestasi Hasil :
jika ada unsur glukosa didalam urine maka
1. Positif 1 Warna kuning kehijauan
2. Positif 2 Warna kuning kunyit
3. Positif 3 Lumpur keruh 2.5- 2,5 %
4. Positif 4 Merah bata lebih dari 3,5 %
Kriteria Hasil Normal
Jika setelah dipanaskan tidak ada perubahan maka warnanya biru, Jika setelah dipanaskan
tidak ada perubahan maka warnanya biru, akan tetapi
Hasil Percobaan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan, dengan menggunakan sample urine
salah satu anggota kelompok kami, kami dapat mengetahui bagaimana warna urine yang
mengandung glukosa setelah dilakukan percobaan.
Gambar Glukosa Positif dan Negatif.
Pembahasan
Berdasakan kriteria hasil, urine yang kami teliti tidak mengandung glukosa, degan
menggunakan alat yang steril, ternyata urine yang jadi sample percobaan dinyatakan tidak
terkandung glukosa
Kesimpulan
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida yang mengandung
enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon
Glukosa Negatif Glukosa Positif
dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil
untuk aldosa berkabon enam.
Hal yang lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa,
dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik
dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak
fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan
berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti
diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf periferal (‘’peripheral neuropathy’’),
kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan, dengan menggunakan sample urine
salah satu anggota kelompok kami, kami dapat mengetahui bagaimana warna urine yang
mengandung glukosa setelah dilakukan percobaan.
PEMERIKSAAN BILIRUBIN URINE
Pertemuan Pertama
Hari : Rabu
Tanggal : 03/11/2010
Metode : Harison/Fouchet
Tujuan
Untuk mengetahui ada atau tidaknya bilirubin dalam urine
Prinsip Kerja
Terjadinya perubahan warna menjadi warna hijau pada endapan
Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet loss
3. Pipet tetes
4. Rak tabung reaksi
5. Kertas saring
6. Corong gelas
Reagensia
1. Larutan BaCL2
2. Larutan Natrium Hidrogen Pospat
3. Larutan Fouchet
Sampel :
Urine yang diambil dari :
Nama : Novrian dika
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Landasan Teori
Bilirubinuria (bilirubin dalam urin) mengindikasikan gangguan hati atau saluran empedu,
seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif,
kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik. Urin yang mengadung bilirubin yang tinggi
tampak berwarna kuning pekat, dan jika digoncang-goncangkan akan timbul busa.
Obat-obatan yang dapat menyebabkan bilirubinuria : Fenotiazin – klorpromazin (Thorazine),
asetofenazin (Tindal), klorprotiksen (Taractan), fenazopiridin (Pyridium), klorzoksazon
(Paraflex).
Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam
hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses.
Bilirubin dalam darah terdiri dari dua bentuk, yaitu bilirubin direk dan bilirubin indirek.
Bilirubin direk larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin. Sedangkan bilirubin
indirek tidak larut dalam air dan terikat pada albumin. Bilirubin total merupakan penjumlan
bilirubin direk dan indirek.
Adanya peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya penyakit pada hati (liver)
atau saluran empedu. Sedangkan peningkatan bilirubin indirek jarang terjadi pada penyakit
hati (liver).
Prosedur Kerja
1. Isi tabung reaksi dengan 5 ml urine
2. Tambahkan 2,5 ml larutan Barium Clorida 10 %
3. Tambahkan 2 tetes larutan natrium Pospat jenuh kocok rata
4. Saring cairan tersebut sampai habis diatas kertas penyaring
5. Tetesi endapan yang ada diatas kertas saring dengan reagen founchet
6. Lihat hasilnya
Interprestasi Hasil
1. Negatif : bila setelah didiamkan 5 menit tidak terjadi perubahan warna
2. Positif : bila diatas tetesan tersebut terjadi warna biru/hijau
Kriteria Hasil Normal
Bilirubin tidak terjadi perubahan warna
Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, hasil yang kami dapat bahwa urine yang
menjadi smaple percobaan kami tidak mengndung bilirubin, hal ini terlihat jelas pada saat
percobaan urine yang telah ditambah reagensia tidak berubah warna.
Gambar bilirubun negatif
Pembahasan
Berdasarkan kriteria normal, hasil yang kami dapat termasuk di kategori negatif. Dengan ini
kami dapat menyimpulkan bahwa untuk urine yang kami jadikan sample percobaan tersebut
bebas dari gangguan di organ hati
Kesimpulan
Bilirubinuria (bilirubin dalam urin) mengindikasikan gangguan hati atau saluran empedu,
seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif,
kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik. Urin yang mengadung bilirubin yang tinggi
tampak berwarna kuning pekat, dan jika digoncang-goncangkan akan timbul busa. Dan urine
yang kami jadikan sample percobaan tersebut bebas dari gangguan di organ hati karena tidak
terihat cirri-ciri adanya bilirubin.
Tidak terjadi perubahan warna pada kertas penyaring
PEMERIKSAAN ZAT KETON DIDALAM URINE
Pertemuan Pertama
Hari : Rabu
Tanggal : 03/11/2010
Metode : Rothera
Tujuan
Untuk mengetahui ada atau tidaknya zat-zat keton dalam urine
Prinsip Kerja
Terjadinya perubahan warna menjadi warna lembayung
Alat dan Bahan
1. Tabung reaksi
2. Pipet loss
3. Pipet tetes
4. Rak tabung reaksi
Reagensia :
1. Natrium nitropruside 5%
Sampel :
Urine yang diambil dari :
Nama : Novrian Dika
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Landasan Teori
Zat-zat keton atau benda-benda keton dalam urin ialah aseton, asam aceto-acetat dan asam
beta-hidroksibutirat. Karena aceton yaitu zat yang terpenting diantara benda-benda keton
bersifat mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar, kalau urin dibiarkan aceto-
acetat berubah menjadi aceton, begitu pula asam beta-hidroksibutirat yang lebih dulu menjadi
asam acet-acetat, sehingga zat-zat itu juga menghilang dari urin.
2. Larutan amonial 10 %
3. Larutan ammonium sulfat jenuh
Prosedur Kerja
1. Isi tabung reaksi dengan 5 ml urine
2. Tambahkan pada tabung tersebut 3 tetes larutan natrium nitroprusude 5 %
3. Tambahkan pada tabung tersebut larutan amoniak 10 % sebanyak 5 ml
4. Tambahkan pada tabung tersebut larutan ammonium sulfat jenuh 5 ml , lalu aduk
5. Perhatikan tabung tersebut dan catat hasilnya
Interprestaasi Hasil
1. Negatif : tidak terjadi perubahan warna
2. Positif : terjadinya perubahan warna menjadi lembayung
Kriteria Hasil Normal
Tidak terjadi perubahan warna pada urine
Hasil Percobaan
Berdasarkan Percobaan yang telah kami lakukan dengan sample urine yang berasal dari salah
satu anggota kelompok kami dan hasil yang kami dapatkan bahwa urine yang kami teliti tidak
terjadi perubahan warna .
Gambar Zat keton Negatif.
Pembahasan
Berdasarkan kriteria hasil percobaan yang kami lakukan masuk di kategori negatif berarti
tidak ada perubahan warna urine sehingga kami dapat menyimpulkan bahwa urine yang kami
teliti tidak mengandung zat-zat keton
Kesimpulan
Zat-zat keton atau benda-benda keton dalam urin ialah aseton, asam aceto-acetat dan asam
beta-hidroksibutirat. Positif : terjadinya perubahan warna menjadi lembayung dan urine yang
kami teliti tidak mengandung zat-zat keton sehingga tidak terjadi perubahan warna.
Zat keton Negatif Zat keton Positif
PEMERIKSAAN PROTEIN DIDALAM URINE
Pertemuan Pertama
Hari : Rabu
Tanggal : 03/11/2010
Metode : Pemanasan
Tujuan
Untuk mengetahui ada atau tidaknya protein di dalam urine
Prinsip Kerja
Warna urine berubah menjadi keruh dan menjadi normal setelah diberi asam asetat 6%
Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet loss
3. Pipet tetes
4. Rak tabung reaksi
Bahan
1. Asam Asetat 6 %
Sampel dan Probadus:
Urine yang diambil dari :
Nama : dian arisandi
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Landasan Teori
Keberadaan protein dalam urine dapat menunjukkan bahwa seseorang mengalami luka pada
ginjal. Pasien yang memiliki kadar urine tinggi atau albuminuria memiliki risiko lima kali
lipat menderita luka ginjal akut. Demikian laporan sejumlah peneliti Johns Hopkins
University dalam Journal of the American Society of Nephrology yang dilansir di Baltimore,
baru-baru ini.
Mencari protein dalam urine melalui tes yang mudah dan murah mungkin dapat digunakan
sebagai cara untuk melihat kerusakan ginjal. Sekaligus bisa memperbaiki metode
pemeriksaan yang diterapkan saat ini atau biasa disebut estimasi laju penyaringan glomerular.
Luka ginjal akut tercatat mencapai 1,6 persen dari seluruh pasien di rumah sakit. Biasanya
terjadi ketika ginjal tiba-tiba kehilangan kemampuan untuk menyaring produk limbah dari
darah. Luka ginjal akut dapat disembuhkan jika pasien cukup sehat. Tetapi sering
menyebabkan penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal yang memerlukan dialisis atau
transplantasi ginjal.
Prosedur Kerja
1. masukan urine 2/5 volume tabung ( urine jernih)
2. kalau keruh teteskan asam asetat 6% 2-3 tetes, kalau tidak keruh lagi pemeriksaan
selesai
3. kalau masih keruh setelah penambahan asam asetat berarti ada protein
Interprestasi Hasil
Positif 1 kekeruhan ringan tanpa butiran
Positif 2 keruh jelas dan ada butiran
Positif 3 keruh jelas atau berkeping- keeping
Positif 4 sangat keruh,berkeping dan bergumpal
Kriteria Hasil Normal
Keruh menghilang setelah diberi asam asetat 6%
Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan. kami mendapatkan hasil percobaan
bahwasanyan urine yang kami teliti tidak mengandung unsur protein karena setelah keruh
kemudian ditetesi asam asetat 6 % urine tersebut tidak lagi keruh.
Gambar Protein Positif Dan Negatif
Protein Positif Protein Negatif
Pembahasan
Berdasarkan kriteria hasil yang kita ketahui, maka hasil percobaan kami tidak termasuk di
kriteria hasil atau bisa dikatakan urine yang kami teliti tidak mengandung protein
Kesimpulan
Keberadaan protein dalam urine dapat menunjukkan bahwa seseorang mengalami luka pada
ginjal. Pasien yang memiliki kadar urine tinggi atau albuminuria memiliki risiko lima kali
lipat menderita luka ginjal akut. Luka ginjal akut tercatat mencapai 1,6 persen dari seluruh
pasien di rumah sakit. Biasanya terjadi ketika ginjal tiba-tiba kehilangan kemampuan untuk
menyaring produk limbah dari darah. Luka ginjal akut dapat disembuhkan jika pasien cukup
sehat.
Dan hasil percobaan kami tidak termasuk di kriteria hasil atau bisa dikatakan urine yang kami
teliti tidak mengandung protein.
GAMBAR ALAT PRATIKUM BIOKIMIA
Kertas Saring
Rak Untuk Tabung Pipet Tetes
Pipet Tetes
Haemometer
Tabung Reaksi