laporan tahunan program ipteks bagi...
TRANSCRIPT
0
LAPORAN TAHUNAN
PROGRAM IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR (IbPE)
Tahun 1 dari Rencana 3 Tahun
IbPE Aneka Kerajinan Aluminium
Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, S.Pd., M.Sc., NIDN. 0009046901 I Wayan Sudiarta, S.Pd., M.Si., NIDN. 0023046902
Ni Nyoman Karina Wedhanti, S.Pd., M.Pd, NIDN. 0021048202
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Nopember 2014
2
RINGKASAN
Kerajinan aluminium merupakan kerajinan unik yang sentra produksinya hanya
ada di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Keunggulan sifat logam
aluminium yang ringan, kuat, inert, dan memiliki kilap logam yang sangat baik yang
disertai dengan motif-motif ragam hias yang khas Buleleng menjadikan produk
kerajinan banyak diminati tidak saja oleh masyarakat lokal tetapi juga turis asing yang
berkunjung ke Bali. Untuk menjadikan produk kerajinan ini berkualitas ekspor dan
mampu menyejahterakan para pengerajinnya, beberapa permasalahan strategis dan
utama perlu dipecahkan dengan pendampingan Ipteks dan manajemen modern.
Permasalahan utama yang disepakati untuk dipecahkan dalam tiga tahun program
pendampingan ini adalah: tahun pertama, masalah pewarnaan logam aluminium,
penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk untuk memenuhi
beragam kebutuhan konsumen dan website pemasaran; tahun kedua, manajemen
produksi dan pemasaran, komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris, dan lay-
out produksi yang memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan kerja, dan jaminan
mutu produk; dan tahun ketiga difokuskan pada pembinaan kelompok plasma, pendirian
koperasi pengerajin, pengembangan desain produk dan HaKI.
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 adalah modernisasi alat
produksi tradisional dengan memodifikasi mesin jahit berdinamo menjadi alat
penyelesaian motif-motif rumit dengan ketukan aluminium yang kecil-kecil tetapi harus
konsinten homogen, uji terap pewarnaan logam dengan prinsip anodising bertingkat
(batik logam), perluasan desain yang berakibat perluasan pasar, dan pembuatan website
pemasaran dan perbaikan administrasi logistik dan keuangan. Luaran yang telah dicapai
adalah adanya peningkatan kapasitas produksi Wahyu Artha Handycraft 24,7% dan
Siapa Sangka Handycraft 20,3%; peningkatan omzet dari tahun sebelumnya utuk
Wahyu Artha Handycraft 34,10% dan Siapa Sangka Handycraft 22,38%, dan website
www.wahyuartaaluminium.com, perluasan pangsa ekspor 4 negara tujuan, artikel
ilmiah dan draft usulan paten sederhana.
Kata-kata kunci: kerajinan, aluminium, ekspor.
3
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami telah
berhasil menyelesaikan Laporan Tahunan untuk Akhir Tahun 2014 Program Pengabdian
Kepada Masyarakat Ipteks bagi Produk Ekspor ini tepat waktu. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada Ditlitabmas DIKTI atas dukungan dana yang dihibahkan kepada kami
sehingga penelitian ini terlaksana dengan baik. Demikian juga ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan
Ganesha, para mitra industri, dan pihak-pihak yang telah bekerjasama baik dan
berkontribusi terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.
Semoga Laporan Tahunan IbPE Tahun ke-1 (2014) ini berkontribusi positif dalam
peningkatan kecerdasan kreativitas dan daya inovasi masyarakat sehingga masyarakat
terbangun secara mandiri.
Singaraja, 10 Nopember 2014
Tim Pelaksana
4
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. 1
RINGKASAN...................................................................................................... 2
PRAKATA .......................................................................................................... 3
DAFTAR ISI........................................................................................................ 4
DAFTAR TABEL ............................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... 6
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 7
BAB 2. TARGET DAN LUARAN .................................................................... 16
BAB 3. METODE PELAKSANAAN ................................................................ 17
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI .............................................. 21
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI..... ............................................................... 22
BAB 6. RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA ......................................... 31
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 32
LAMPIRAN ...................................................................................................... 33
1. Foto-foto Kegiatan
2. Draft Paten Sederhana
3. Artikel Ilmiah
4. Poster
5. Nota Kesepahaman dan Surat Perjanjian Kerjasama
5
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Masalah Prioritas, Solusi IPTEKS, Pendekatan/Metode dan
Tujuan/Sasaran
16
5.1 Rangkuman Luaran, Target Tahunan dan Pencapaian Tahun 2014 30
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Wahyu Artha Handycraft.... 10
1.2 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Siapa Sangka Handycraft.... 13
5.1 Perbandingan Hasil Pewarnaan Aluminium .............................................. 23
5.2 Modernisasi Peralatan Produksi …………………………………….…… 25
5.3 Perluasan Desain Produk ………………………………………...……… 26
5.4 Kontrak Kerja dan Hasil Pengerjaan Dekorasi Hotel Harris Sunset Road
Kuta ………………………………………………………………………
26
5.5 Tampilan Perdana Website Pemasaran…………………………...……… 27
5.6 Administrasi dan Dokumentasi ..………………………………………… 28
5.7 Perkembangan Omzet Wahyu Artha Handycraft ...................................... 28
5.8 Perkembangan Omzet Siapa Sangka Handycraft ...................................... 29
7
BAB 1. PENDAHULUAN
Aneka kerajinan berbahan baku logam aluminium telah cukup lama (lebih dari
dua dasa warsa) berkembang di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng.
Di desa pertanian yang berlokasi sekitar 15 km dari Kampun Universitas Pendidikan
Ganesha, saat ini ada sekitar 120 orang pengerajin aluminium yang telah menghasilkan
aneka produk kerajinan berbahan baku aluminium. Di Bali khususnya di Buleleng,
kerajinan aluminium ini hanya berkembang di desa ini sehingga Desa Menyali dikenal
sebagai sentra kerajinan aluminium. Pada awalnya, kerajinan ini untuk memenuhi
kebutuhan sarana upacara seperti bokor (sejenis baskom), dulang (alat untuk
menyajikan makanan tradisional Bali), saab (alat penutup atau tudung saji), dan aneka
pernik ornamen untuk perlengkapan upakara. Karena keunggulan logam aluminium
yang ringan, kuat, mudah dibentuk, penampakan yang putih berkilau, dan inert (tahan
terhadap asam dan basa, dan korosi), kerajinan aluminium dapat bertahan sampai saat
ini dan telah berkembang menghasilkan beraneka ragam jenis peruntukan dan variasi
motif, tidak saja untuk perlengkapan upacara keagamaan seperti yang telah disebutkan
di atas, tetapi juga untuk peralatan rumah tangga sehari-hari seperti bingkai foto,
bingkai cermin, kotak tissue, kotak sepatu dan sebagainya, serta untuk penunjang
pariwisata (hotel dan restoran) seperti tray rectangle set, aneka bucket, file holder, CD
box, wine box, dan sebagainya. Dua kelompok pengerajin yang digolongkan sebagai
UMK dan sedang berkembang baik dan dikenal masyarakat sekitar adalah Wahyu Artha
Handycraft yang dikelola oleh Bapak I Gede Ardana, dan Siapa Sangka Handycraft
yang dikelola oleh Bapak I Made Arnawa. Paparan dan analisis berikut akan lebih fokus
pada kedua profil usaha kerajinan aluminium ini yang selanjutnya sebagai mitra dari
usulan program ini.
I Gede Ardana (42 tahun) mendirikan Wahyu Artha Handycraft pada tahun 2005
sebagai kelanjutan dari usaha kerajinan keluarga yang dimulainya sejak kecil
sebagaimana teman-teman sebayanya di Desa Menyali. Setelah menyelesaikan sekolah
menengah atas di SMAN 3 Singaraja, beliau pernah merantau ke Mengwi Badung untuk
bekerja membuat kerajinan payung Bali (1992). Pengalaman sebagai pekerja kerajinan
ini sangat berharga bagi beliau. Belaiu akhirnya balik lagi ke Desa Menyali dan kembali
ke habitat kerajinan aluminium. Krisis ekonomi global pada tahun 1998, kerajinan
aluminium mengalami surut dan beliau sekeluarga beralih ke kerajinan dupa, namun
usaha inipun tidak bertahan lama. Akhirnya di tahun-tahun berikutnya beliau kembali
8
lagi menekuni kerajinan aluminium. Pada tahun 2005 akhirnya beliau menghimpun
beberapa teman pengerajin untuk bergabung di rumah keluarga beliau dan mendirikan
Wahyu Artha Handycraft.
Wahyu Artha Handycraft mendapatkan suplai bahan baku berupa lembaran-
lembaran aluminium dari beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Kebutuhan bahan
baku aluminium setiap hari untuk mendukung keseluruhan aktifitas kerajinan
aluminium di Desa Menyali kurang lebih 600 lembar/hari (lembarannya seukuran
dengan triplek) dan untuk kebutuhan Wahyu Artha sendiri sekitar 25 – 50 lembar/hari
tergantung ukuran dan motif kerajinan yang dikerjakan. Ada tiga jenis ketebalan
lembaran aluminium yang digunakan untuk kerajinan yaitu dengan kode 022 (tipis), 033
(sedang) dan 04 (agak tebal), namun yang paling banyak diminati pasar adalah
kerajinan aluminium dengan lembaran bahan 022. Selain lembaran aluminium, bahan
penunjang lainnya adalah kawat aluminium. Mutu bahan baku dan bahan penunjang
tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, namun sangat tergantung dari
penyedia yaitu toko-toko bangunan. Bapak Gede Ardana pernah mencoba memesan
langsung dari Surabaya namun kualitasnya sama dan dari segi ekonomi tidak
menguntungkan karena ongkos kirim yang besar.
Selain keunggulan aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, inert dan
penampakan kilap yang baik, produksi kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh
Wahyu Artha Handycraft juga sangat unik. Peralatan yang digunakan sangat sederhana
seperti palu, gunting, bantalan kayu dan ban bekas. Peralatan tersebut memiliki ukuran
dan bentuk yang unik sesuai keunikan bentuk dan motif kerajinan yang dibuat.
Peralatan ini diproduksi oleh pande (tukang perkakas kerajinan) yang khusus pula, dan
saat ini hanya tinggal ada seorang di desa ini dan sudah agak renta (umurnya di atas 60-
an). Para pengerajin di UKM ini juga menyampaikan keprihatinan mereka tentang
keberlangsungan penyediaan perkakas produksi kerajinan aluminium ini, apalagi
perkembangan tuntuan pasar tentang desain yang semakin beraneka ragam. Mereka
juga menyampaikan ada minat untuk berlatih membuat perkakas tersebut. Kapasitas
produksi sangat tergantung dari motif atau pola yang dibuat, misalnya untuk pola kotak
tissue 10 perajin dapat menghasilkan 150 buah/hari Biasanya, menurut pemilik Wahyu
Artha Handycraft ini, barang yang dapat dibuat perhari oleh 12 orang pekerjanya
(termasuk beliau dan istri) senilai Rp. 1.500.000,00/hari dan dengan ongkos kerja
karyawan minimal Rp. 50.000,00 di luar makan (dua kali makan dan dua kali snak).
9
Lembur untuk menyelesaikan order mendesak beliau hargai Rp. 5.000/orang untuk jam
pertama, jam kedua Rp. 7.500/orang, jam ketiga Rp.10.000/orang dan begitu seterusnya.
Selama pengerjaan, kualitas pekerjaan dikontrol langsung oleh beliau dan istri dan
kontrolnya berupa kesesuaian dengan pola, ukuran, dan motifnya. Perbedaan lebih dari
10% biasanya di-reject. Modal usaha termasuk investasi lahan, bangunan, peralatan, dan
SDM diperkirakan ada di kisaran Rp. 800.000.000,00 hingga Rp. 1.000.000.000,00
termasuk gedung showroom yang sedang dibangun.
Proses produksi aneka kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu Artha
Handycraft meliputi desain, pembuatan pola, pengerjaan sesuai pola, kontrol mutu,
pengepakan, dan pengiriman. Desain umumnya sesuai order (permintaan) dari pembeli
(dari dalam negeri seperti dari Gianyar, Denpasar dan Jakarta, dan dari luar negeri
seperti dari Amerika Serikat (Las Vegas), Eropa (Belanda, Italia), dan Amerika Latin
(Columbia, Chili, Peru) dalam paket besar yang terdiri dari beberapa hingga puluhan
desain. Desain kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk pola oleh Bapak Ardana
sendiri lalu dilanjutkan pengerjaannya sesuai pola oleh anggota pengerajin beliau. Jika
pesanan banyak dan waktu pengerjaan singkat, beberapa pola yang lebih sederhana
diberikan kepada kelompok pengerajin lain tetapi kualitasnya tetap beliau yang kontrol.
Proses pengerjaannya meliputi pemotongan lembaran aluminium sesuai pola dengan
gunting, penekukan untuk membentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan dengan
menggunakan palu, membuat ornamen ukiran sesuai pola dengan pemukulan dengan
palu, penyambungan antara bentuk satu dengan bentuk lainnya jika diperlukan sesuai
desain bentuk, dan pewarnaan dengan cat jika diperlukan. Jaminan mutu produk
dilakukan langsung oleh Bapak Ardana secara manual, memeriksa satu persatu
kesesuaian hasil pengerjaan dengan pola yang telah dibuat dengan presisi 99% untuk
bentuk dan ukuran, walaupun ciri hand made memungkinkan adanya variasi motif tapi
toleransi variasi motif tidak lebih dari 10%.
Jenis produk dibedakan atas fungsinya yaitu ada tiga: perlengkapan upacara
keagamaan, produk fungsional untuk rumah tangga, hotel, dan restoran, dan produk
ornamen (berbagai ragam hias). Motif yang telah dikembangkan lebih dari 100 dengan
paduan bentuk, ukuran dan motif hingga ratusan item produk. Setiap itemnya dibuat
sesuai pesanan yang biasanya berkisar dari 100 hingga 1000 buah. Beberapa spesifikasi
produk dapat dilihat dalam gambar berikut.
10
Gambar 1.1 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Wahyu Artha Handycraft
Pengelolaan usaha kerajinan aluminium Wahyu Artha Handycraft masih
menerapkan manajemen keluarga, dimana administrasi dan keuangan ditangani oleh Ibu
Ardana sedangkan pengelolaan produksi dan pemasaran ditangani oleh Bapak Ardana.
Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan pesanan dengan penambahan stok barang
tidak lebih dari 10% dari jumlah yang dipesan. Walaupun beliau telah pernah mengikuti
pelatihan manajemen usaha dan komputer, namun beliau belum mampu menerapkannya
secara sederhana. Beliau sangat mengharapkan bantuan pendampingan manajemen
usaha (produksi dan pemasaran) dengan sentuhan teknologi informasi, utamanya
website dan pemasaran on-line. Pembukuan keuangan yang beliau miliki adalah
pencatatan order, pencatatan pembayaran dari pemesan dan tunggakannya, dan
lembaran-lembaran kontrak kerja dan arsip-arsip tanda bukti pengiriman barang. Beliau
menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari usaha kerajinan dipatok 30% untuk
setiap item barang. Sehingga dengan omzet penjualan rata-rata perbulan Rp.
30.000.000,00 – Rp.40.000.0000,00 tergantung dari musim pasang-surut orderan beliau
mendapatkan keuntungan sekitar Rp.9.000.000,00 – Rp. 12.000.000,00 per bulan.
Sebagian keuntungan beliau investasikan untuk pengembangan usaha dan sebagain lagi
untuk biaya hidup keluarga. Pola usaha tradisional masih beliau anut, sehingga maslaha
auditing dan perpajakan beliau menyerahkan langsung kepada pemesan sehingga beliau
Square Box Middle
Set of 6 Heart Flat Box
Set of 6 Shoe Box Set of 3
Round Box Set of 7 Tumbler Pencil Holder in 3
Size File Holder in 3 Size
11
hanya menerima bersih. Dalam hal ini beliau menyatakan sangat memerlukan
pendampingan, demikian juga halnya terhadap perlindungan hak atas kekayaan
intelektual dan inventori yang telah hasilkan, beliau masih sangat awam dan masih
percaya bahwa keunikan dari kerajinan aluminium dan pengerjaannya sulit ditiru orang
lain.
Pemasaran produk kerajinan aluminium dari Wahyu Artha Handycraft saat ini
lebih banyak berorientasi luar negeri (ekspor) yaitu sekitar 90% dan sisanya 10% untuk
pasar lokal. Teknik pemasaran yang bapak Ardana tempuh adalah masih off-line
melalui promosi pameran produk kerajinan diantaranya adalah pameran SMESCO di
JCC Jakarta (2009), di Yogyakarta (2010), dan di Surabaya (2011). Dari pameran-
pameran tersebut beliau mendapatkan rekanan untuk memasarkan produk kerajinan ini
ke luar negeri. Selain itu, pemasaran juga dilakukan secara langsung terhadap turis yang
datang ke Desa Menyali karena semenjak diperkenalkan oleh Pemkab Buleleng dan
Dinas Perindustrian Bali sebagai sentra kerajinan aluminium ada beberapa turis asing
yang tertarik berbisnis kerajinan ini di negaranya. Beberapa diantaranya adalah dari Las
Vegas (USA), Amerika Latin (Columbia, Peru, Chili), dan Eropa (Belanda, Italia).
Harga jual produk kerajinan sangat bergantung dari jenis, bentuk, ukuran, dan motifnya
dengan kisaran harga Rp. 500,00 hingga Rp. 200.000,00/buah.
Sumberdaya manusia yang dimiliki Wahyu Artha Handycraft saat ini adalah
sebanyak 12 orang, dengan rincian 4 orang berkualifikasi pendidikan SMA/SMK dan 8
orang SMP. Wahyu Artha Handycraft juga telah membina 20 kelompok pengerajin
yang anggotanya masing-masing 3-4 orang dan menjadikannya mitra kerja, khususnya
dalam menyelesaikan order-order besar. Beberapa pelatihan telah diikuti oleh Wahyu
Artha Handycraft yang diselenggarakan oleh pemerintah/instansi terkait diantaranya
adalah pelatihan pembukuan (Baturiti, 2010), pelatihan komputer (Denpasar, 2010),
seminar pemodalan bersama BI (Hotel Bali Villa Pemuteran, 2011), dan pelatihan
industri kreatif (Denpasar, 2013).
Fasilitas pendukung usaha kerajinan dari Wahyu Artha Handycraft adalah
berupa 1 ruang produksi (4 x 5 m) dan 1 ruang penyimpanan (4 x 4 m) di rumah
keluarga yang berjarak 20 meter dari jalan desa, dan kompleks bangunan di tepi jalan
desa yang dilengkapi 1 ruang administrasi dan 1 ruang show room (5 x 5 m) dan sedang
dipersiapkan beberapa ruang produksi, penyimpanan hasil produski dan pengepakan
12
serta penyimpanan bahan baku. Fasilitas tersebut terjangkau listrik, air dan sarana
telekomunikasi (telepon dan internet).
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, modal usaha yang telah terakumulasi
sejak berdirinya Wahyu Artha handycraft tahun 2005 diperkirakan berkisar antara Rp.
800.000.000,00 – Rp. 1.000.000.000,00. Omzet bulanan berkisar antara Rp.
30.000.000,00 – Rp. 40.000.000,00 dengan keuntungan per bulan berkisar antara Rp.
9.000.000,00 hingga Rp. 12.000.000,00. Produk kerajinan yang diproduksi perhari
dengan harga Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.300.000.00 dengan biaya produksi (termasuk
bahan baku, bahan tambahan, peralatan dan pengerjaan, pengepakan, pengiriman dan
biaya lainnya) perhari berkisar antara Rp. 700.000 – Rp. 1.000.000,00. Potensi bisnis
dari usaha kerajinan ini memiliki prospek yang sangat baik, namun oleh karena
pembukuan yang belum teratur dan masih menerapkan manajemen tradisional atau
manajemen keluarga dalam hal tertib administrasi keuangan maka, menurut Bapak
Ardana selaku pemilik usaha ini, perencanaan bisnis usaha dan implementasinya belum
optimal.
Selanjutnya, profil singkat usaha kerajinan dari mitra UKM kedua yaitu Siapa
Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa dapat dipaparkan sebagai
berikut. Sejak 19 tahun yang lalu ((1993) Bapak I Made Arnawa merantau dari Desa
Menyali (Buleleng) ke Tegallalang (Gianyar) untuk memulai usaha kerajinan kayu.
Tahun 2009, beliau pulang kampung dan kembali menggeluti kerajinan aluminium dan
bergabung menjadi sub-kelompok dengan Wahyu Artha. Ide mengkombinasikan
kerajinan kayu dengan kerajinan aluminium mendorong beliau untuk mendirikan Siapa
Sangka Handycraft di tahun yang sama. Sekarang di Desa Menyali beliau
memperkerjakan 3 orang pengerajin sementara di Tegallalang dimana showroom beliau
masih juga memperkerjakan 3 orang. Para pengerajin di bawah asuhan beliau semuanya
berkualifikasi pendidikan sekolah menengah. Peningkatan kompetensi SDM dilakukan
secara otodidak dan belum mendapatkan bantuan pelatihan atau pendampingan
teknologi maupun manajemen dari pemerintah atau pihak-pihak terkait. Fasilitas usaha
yang beliau miliki di Desa Menyali hanyalah tempat produksi dan penyimpanan produk
dan bahan baku, sementara di Tegallalang ada sebuah show room dan workshop room
yang dipadukan. Peralatan yang dipakai masih sederhana (konvensional). Baik lokasi
kerja di Desa Menyali maupun di Tegallalang memiliki akses jalan, listrik,
telekomunikasi dan air yang memadai. Bahan baku kayu lokal beliau beli dari Desa
13
Menyali dan sekitarnya, sementara kayu semisintetik MDF atau Arbot beliau beli pada
rekanan di Tegallalang. Sedangkan bahan baku lembaran dan kawat aluminium beliau
beli di toko-toko bangunan di Kota Singaraja. Modal awal beliau adalah Rp.
50.000.000,00 dan saat ini diperkirakan hingga Rp. 400.000.000,00 dengan omzet
penjualan bulanan di kisaran Rp. 25.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00 dengan
keuntungan usaha sekitar Rp. 7.500.000,00 – Rp. 9.000.000,00 per bulan. Pemasaran
produk beliau masih banyak (60%) untuk keperluan fasilitas pendukung pariwisata Bali
dan 40% untuk ekspor ke manca negara (Belanda, Italia, Amerika). Manajemen usaha
dan administrasi kegiatan usaha kerajinan yang berpola pada manajemen keluarga serta
masih menggunakan pembukuan manual yang sederhana menyebabkan kegiatan usaha
kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft cukup sulit mengukur perkembangan kemajuan
usahanya. Demikian juga pemasaran dari Siapa Sangka Handycraft masih tergantung
dari datangnya orderan langsung dan mengerjakan order yang dimiliki orang lain
(ngesub) khususnya dari Wahyu Artha Handycraft. Adanya kerjasama untuk pemasaran
ekspor bersama dengan Wahyu Artha Handycraft, mulai tahun 2012 ini Siapa Sangka
Handycraft lebih memusatkan usaha kerajinannya di Desa Menyali. Beberapa produk
kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa
adalah sebagai berikut.
House Lizard in 5 Size
Horse of Sea in 3 Size
Dolphin
Mirror Star Mirror Heart Turtles
Gambar 1.2 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Siapa Sangka Handycraft
14
Pola hubungan kerja antara Wahyu Artha Handycraft dengan Siapa Sangka
Handycraft dapat diuraikan sebagai berikut. Siapa Sangka Handycraft adalah binaan dan
sub-pengerjaan order dari Wahyu Artha Handycraft khususnya pada desain produk yang
memadukan aluminium dan kayu. Pemilik usaha Wahyu Artha Handycraft yaitu Bapak
I Gede Ardana adalah teman sebaya dan sekampung dari Bapak Made Arnawa pemilik
usaha Siapa Sangka Handycraft. Mereka sering tukar pengalaman dalam hal
mengembangkan kerajinan khas Desa Menyali. Perpaduan yang selaras antara kerajinan
kayu dan kerajinan aluminium memiliki prospek bisnis yang baik.
Mengacu pada paparan kondisi kedua UKM kerajinan di atas terungkap
beberapa permasalahan yang dihadapi. Pertama, bahan baku utama kerajinan ini yaitu
logam aluminium (lembaran dan kawat) ketersediaannya cukup memadai dengan
jaminan mutu yang baik. Namun penyediaanya masih tergantung kepada beberapa toko
bangunan di Kota Singaraja. Mengingat kebutuhan bahan baku yang banyak (untuk
pengerajin di Desa Menyali sekitar 600 lembar/hari) dan sering kebutuhannya melonjak
seketika sesuai jumlah pemesanan produk kerajinan oleh buyer diperlukan suplaier yang
khusus menangani. Kedua, peralatan atau perkakas kerja yaitu gunting dan palu yang
unik untuk tiap-tiap lekukan dan tonjolan dalam penggarapan untuk memenuhi desain
bentuk, ukuran dan motif ketersediaannya sangat bergantung kepada satu orang pande
(tukang pembuat perkakas) yang sudah berumur tua dan bahkan sampai saat ini belum
ada regenerasi. Suatu hal yang sangat memprihatinkan dan perlu segera ditangani.
Demikian juga alat-alat yang manual ini masih memungkinkan untuk ”dimesinisasi”
seperti misalnya alat potong cetak menggantikan gunting sehingga kapasitas produksi
dapat ditingkatkan untuk mengejar target penyelesaian order. Ketiga, lay out proses
produksi belum memperhatikan standar kenyamanan dan kesehatan kerja, karena
pekerjaan ini lebih banyak duduk dan konsentrasi tinggi. Demikian juga dalam hal
jaminan produk masih bergantung pada cara-cara manual dan mengandalkan pada
pemilik usaha. Seperti penuturan Bapak Ardana, pernah pengiriman satu kontainer
produk ke luar negeri di-reject. Penyebabnya adalah lemahnya kontrol mutu yaitu
kerajinan aluminium vass bunga bocor karena sambungan dan pengerjaan motif ragam
hiasnya terlalu keras (berlubang atau retak yang tidak kasat mata). Demikian juga
jaminan mutu bebas logam berat (terutama nikel) dan eco-label perlu diperhatikan.
Keempat, desain produk masih tergantung pada pesanan (order) dan HaKI dari desain
belum jelas kepemilikannya. Beberapa desain yang dirancang sendiri menggunakan
15
pendekatan manual dan coba-coba sehingga banyak menghabiskan bahan dan waktu.
Perlu pendekatan komputerisasi untuk perancangan desain produk, namun
pengerajin/pemilik usaha belum mampu melakukannya sendiri. Kelima, sampai saat ini
buyer atau konsumen mengeluhkan warna cat yang digunakan untuk mewarnai
kerajinan aluminium sesuai dengan desain yang mereka tentukan. Warna cat cepat
mengelupas, walaupun teknik pengecatannya dengan cara semprot. Keenam,
administrasi dan dokumentasi jenis-jenis, desain, dan motif produk-produk kerajinan
yang telah dihasilkan. Dokumentasi dengan foto sangat terbatas, baik kualitas dan daya
tahannya. Oleh karena itu perekaman degital dan komputerisasi untuk dokumentasi dan
administrasi sangat diperlukan. Ketujuh, manajemen usaha (produksi dan pemasaran)
masih bersifat tradisional dan kekeluargaan, belum menggunakan manajemen modern
berdasarkan bussiness plan dan pembukuan keuangan yang baik. Kedelapan,
manajemen pemasaran yang menggunakan sistem off-line cendrung masih pasif,
menunggu orderan datang langsung dari buyer atau dari eksportir. Oleh karena itu,
kedua UKM kerajinan ini menyampaikan kebutuhan adanya website yang mampu
menjadi sarana promosi sekaligus pemasaran secara on-line. Kesembilan, tantangan ke
depan yang dihadapi untuk keberlanjutan dan perluasan pemasaran serta mengurangi
ketergantungan kepada guide atau konsultan bahasa Inggris dan pemahaman terhadap
hukum perdangangan internasional (termasuk kontrak kerja antara vendor – distributor
– buyer), kedua UKM ini memerlukan pelatihan bahasa Inggris untuk bisnis (ekspor).
Di samping itu juga mereka memerlukan pendampingan pengurusan ijin usaha dan
perpajakan. Kesepuluh, persoalan dan tantangan bersama para kelompok pengerajin
adalah terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penjunjang serta peningkatan modal
usaha, sehingga mereka membutuhkan sebuah koperasi pengerajin yang menyediakan
jasa keuangan mikro (simpan-pinjam) dan jasa penyediaan bahan baku aluminium dan
bahan-bahan penunjang lainnya.
UKM Wahyu Artha Handycraft dan Siapa Sangka Handycraft berada di Desa
Menyali sekitar 15 km dari kampus Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA).
Lokasi Desa Menyali berada di sebelah timur Kota Singaraja, tepatnya di Kecamatan
Sawan. Jalan menuju Desa Menyali dapat digambarkan sebagai berikut. Berangkat dari
kampus UNDIKSHA Jalan Udayana menuju ke timur searah jalan propinsi Buleleng –
Karangasem, Setelah 12 km perjalanan akan ketemu pertigaan yang menuju Desa
Jagaraga, belok kanan lalu lurus melewati Desa Jagaraga dan sampai di Desa Menyali
16
(sekitar 3 km). Setelah ketemu pertigaan dengan tanda SMK Sawan, belok kanan
menuju ke pemukiman penduduk Desa Menyali lokasi dari kedua UKM mitra.
Walaupun sampai saat ini belum ada program IbPE yang dilaksanakan oleh
LPM UNDIKSHA. Namun demikian, kegiatan pembinaan kewirausahaan masyarakat
(UKM) dan pendampingan Ipteks untuk UKM telah banyak dilakukan diantaranya
melalui program-program IbW, IbM, IbIKK, Hi-Link. Tahun 2012 saja UNDIKSHA
telah melaksanakan 4 program IbW, 3 program IbIKK, 1 program IbK, 12 program
IbM, dan 1 program Hi-Link.
Berdasarkan hasil diskusi antara Bapak Ardana (Wahyu Artha Handycraft),
Bapak Arnawa (Siapa Sangka Handycraft), Pembina UMKM dari Dinas Koperasi,
Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng) dan tim pengusul disepakati
perioritas permasalahan yang akan ditangani dalam tiga tahun (2014 – 2016) sebagai
berikut. Pada tahun pertama (2014), permasalahan prioritas adalah pewarnaan logam
aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk untuk
memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan pembuatan website pemasaran. Pada
tahun kedua (2015), permasalahan yang akan dipecahkan adalah manajemen produksi
dan pemasaran, komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris, lay-out produksi
yang memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan kerja, dan jaminan mutu produk.
Sedangkan tahun ketiga (2016) difokuskan pada pembinaan kelompok plasma,
pendirian koperasi pengerajin, pengembangan desain produk untuk perluasan pasar, dan
perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HaKI).
BAB 2. TARGET DAN LUARAN
Target dan luaran utama program IbPE dalam tiga tahun adalah sebagai berikut:
(1) Terjadinya peningkatan kapasitas produksi hingga 50%,
(2) Pasar ekspor bertambah minimal tiga negara tujuan ekspor,
(3) Penambahan omzet 20% tiap tahun,
(4) Terbitnya buku aneka kerajinan aluminium khas Desa Menyali dalam dua bahasa
(ber-ISBN),
(5) Terbentuk sebuah koperasi pengerajin yang berbadan hukum dengan anggota
minimal 30 orang,
(6) Minimal dua desain produk yang memiliki HaKI (minimal hak cipta), dan
(7) Minimal ada sebuah publikasi ilmiah tingkat nasional atau internasional pertahun.
17
Target luaran pendukung dalam tiga tahun adalah sebagai berikut:
(1) Sebuah teknologi “batik logam” yang menerapkan prinsip-prinsik kimia redoks
electroplating dan kimia transformasi struktur spinelisasi serta kimia resist blocking
permukaan yang prospektif untuk dipatenkan (HaKI).
Rangkuman ketercapaian target dan luaran tahun pertama (per Nopember 2014)
adalah sebagai berikut:
(1) Peningkatan kapasitas produksi dari Wahyu Asrtha Handycraft sebesar 24,7%
dan Siapa Sangka Handycraft 20,3%;
(2) Peningkatan omzet penjualan dari Wahyu Artha Handycrat sebesar 34,10% dan
Siapa Sangka Handycraf sebsar 22,38%.;
(3) Bertamnbahnya pangsa ekspor sebanyak 4 negara tujuan;
(4) Sebuah darft paten sederhana dan sebuah artikel ilmiah untuk publikasi tingkat
nasional.
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
Mengacu pada hasil pemetaan masalah yang dihadapi oleh kedua mitra UKM
kerajinan aluminium dapat dijabarkan pertahun tentang pemilihan solusi (IPTEKS)
untuk mengatasi persoalan prioritas yang dihadapi.
Tabel 3.1 Masalah Prioritas, Solusi IPTEKS, Pendekatan/Metode dan Tujuan/Sasaran
No. Masalah
Prioritas Solusi IPTEKS Pendekatan/
Metode Tujuan/Sasaran/
Tahun Pertama (2014) 1. Pewarnaan
logam
aluminium
Pewarnaan non-cat
yaitu dengan teknik
elektroplating sistem
blok bertahap.
Ujiterap dan
pelatihan
electroplating
Pendampingan
penggunaan bahan-
bahan kimia dalam
proses maupun
penanggulangan
limbahnya.
Terpecahkannya
masalah kesulitan
pewarnaan logam
aluminium agar
tidak mengelupas.
Batik logam
aluminium yang
mudah
diaplikasikan
sesuai desain. 2. Penyediaan
alat produksi
yang lebih
modern
Penyediaan peralatan
produksi untuk
meningkatkan kapasitas
produksi dan kualitas
produk.
Penyediaan beberapa
peralatan yang lebih
modern untuk
menunjang proses
produksi;
Pelatihan dan
pendampingan
penggunaan dan
pemeliharaan
Peningkatan
kapasitas
produksi perkakas
untuk pemenuhan
kebutuhan
perkakas dan
keberlanjutan
kerajinan
aluminium.
18
peralatan produksi
tersebut. 3. Perluasan
desain produk
untuk
memenuhi
beragam
kebutuhan
konsumen
Peningkatan
keterampilan pembuatan
desain produk kerajinan
yang lebih responsif
dengan kebutuhan
pasar.
Pelatihan dan
pendampingan
pembuatan desain
produk yang
didahului dengan
penambahan
wawasan tentang
perkembangan
desain produk
kerajinan di dunia
saat ini dan
trendnya.
Dimilikinya
kompetensi
memadai
pembuatan desain
produk
menggunakan
piranti komputer
untuk mengurangi
ketergantungan
desain produk
dari buyer seperti
selama ini terjadi.
Perluasan desain
produk ditinjau
dari bentuk,
ukuran, ragam
hias, motif dan
penggunaannya. 4. Pembuatan
website
pemasaran.
Pembuatan dan
pemeliharaan website
untuk promosi dan
pemasaran on-line.
Pelatihan desain
grafis
Pelatihan pembuatan
website
Pelatihan pemasaran
on-line
Pendampingan
pemeliharaan
website dan
pemasaran online
Dimiliki dan
dipergunakannya
secara optimal
website promosi
dan pemasaran
on-line oleh dua
UKM mitra.
Penambahan
pangsa pasar.
Peningkatan
omzet. Tahun Kedua (2015) 1. Kualitas dan
kapasitas
produksi batik
logam.
Integrasi anodizing dan
pewarnaan kresol. Pelatihan dan
pendampingan
integrasi anodizing
dan pewarnaan
kresol.
Kualitas batik
logam meningkat
dan kapasistas
produksi lebih
besar. 2. Tuntutan pasar
terhadap
desain produk
semakin luas.
Perluasan desain sesuai
permintaan komsumen,
dan integrasi aluminium
dengan logam lain dan
dengan kayu.
Pendampingan
perluasan desain
produk sesuai
tuntutan pasar.
Terpenuhiya
tuntutan pasar
terhadap update
desain produk.
3. Keselamatan
dan kesehatan
kerja.
Penataan lay-out
produksi untuk
memenuhi standar
kesehatan, keselamatan
dan kenyamanan kerja
serta melek kimia dan
lingkungan.
Pendampingan
penataan lay-out
produksi.
Pendampingan
pengolahan limbah
kerajinan logam,
kayu, dan
pewarnaannya.
Minimalisasi
kecelakaan kerja;
Optimalisasi
proses produksi
dan peningkatan
efektifitas kerja
Penghindaran
tubuh dari
terpapar zat-zat
kimia berbahaya.
19
4. Manajemen
berbantuan
komputer.
Penerapan manajemen
modern berbantuan
komputer berbasiskan
kearifan manajemen
keluarga yang telah
diterapkan.
Pelatihan dan
pendampingan
manajemen produksi
dan pemasaran
berbantuan
computer.
Diterapkannya
manajemen
produksi dan
pemasaran
modern
Peningkatan
kapasitas
produksi dan
omzet penjualan. 5. Komunikasi
dengan
buyer/rekanan
berbahasa
Inggris dan
hukum dagang
internasional
Peningkatan
kemampuan berbahasa
Inggris untuk bisnis dan
pemahaman hukum
perdagangan
internasional untuk
ekspor.
Pelatihan dan
pendampingan
berbahasa Inggris
untuk bisnis.
Penyuluhan hukum
dagang
internasional.
Pelatihan tentnag
MoU, SPK, dan
Kontrak Kerja
Terjaminnya
tidak mis-
interpretasi
terhadap kontrak-
kontrak kerja
(vendor-exportir-
buyer) yang
berbahasa
Inggris.
Terhindar dari
penipuan atau
kesalah-pahaman
yang merugikan
bisnis. 6. Promosi dan
pemasaran
online.
Peningkatan kapasitas
website sebagai media
promosi interaktif dan
pemasaran online.
Pendampingan
update website.
Pelatihan pemasaran
online.
Website di-update
secara regular.
Terjadi interaksi
antara pengusaha
dengan customer
melalui website. 7. Komunitas
usaha dan
koperasi.
Pendirian Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha Kerajinan
Logam Buleleng dan
pendirian Koperasi
Pengerajin Aluminium.
Penyuluhan dan
pendampingan
pendirian Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha Kerajinan
Logam Buleleng.
Penyuluhan dan
pendampingan
pendirian Koperasi
Pengerajin
Aluminium.
Terbentuknya
Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha
Kerajinan Logam
Buleleng
berbadan hukum.
Terbentuknya
Koperasi
Pengerajin
Aluminium yang
berbadan hukum. Tahun Ketiga (2016) 1. Dikenalnya
batik logam
secara luas
(nasional dan
internasional)
Branding batik logam. Promosi dan
publikasi batik
logam dengan
mengikuti
pameran/expo
produk kerajinan di
tingkat nasional/ internasional.
Dikenalnya batik
logam secara luas.
Meningkatnya
penggunaan HaKI
batik logam untuk
meningkatkan
pendapatan/ royalti.
2. Perlunya
pengembangan
Perluasan desain
produk. Pendampingan
explorasi dan
Penciptaan pangsa
pasar ekspor yang
20
keunggulan
melalui
peningkatan
kualitas dan
kuantitas
desain produk.
inovasi desain
produk dengan
pangsa pasar yang
lebih luas.
lebih luas dengan
inovasi desain
produk.
3. Tuntutan pasar
agar menjamin
kuantitas,
kualitas, dan
kontinuitas
produksi.
Peningkatan kapasitas
produksi melalui
pembinaan plasma
produksi.
Pendampingan
peer-mentoring
keterampilan
mengerjakan
kerajinan desain tak
lazim/sulit pada
plasma produksi.
Meminimalisasi
perbedaan hasil
pengerjaan desain
rumit/sulit saat
mengerjakan order
paket besar secara
bersama-sama dalam
waktu terbatas.
Terjaminnya
kapasitas produksi
sesuai waktu
kontrak.
Terjaminnya kualitas
dan kontinuitas
produksi. 4. Berfungsi
efektif dan
keberlanjutan
Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha
Kerajinan
Logam
Buleleng dan
Koperasi
Pengerajin
Aluminium.
Penguatan kapasitas
kelembagaan Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha Kerajinan
Logam Buleleng dan
Koperasi Pengerajin
Aluminium.
Pelatihan
penguatan
kelembagaan dan
pembinaan SDM
Asosiasi dan
Koperasi.
Pelatihan dan
Pendampingan
Penyusunan,
Pelaksanaan, dan
Evaluasi Program
Kerja Asosiasi dan
Koperasi.
Berfungsi efektifnya
koperasi pengerajin
sebagai lembaga
keuangan mikro
untuk dari, oleh, dan
untuk pengerajin.
Terjalinnya
silaturahmi antar
pengerain dan
pengusaha kerajinan.
5. Pengadministr
asian dan
pembukuan
koleksi desain
produk dan
keunggulan
proses
produksi serta
penyusunan
dokumen
usulan
perlindungan
HaKI
terhadapnya
HaKI dan penulisan
buku Kerajinan
Alumnium Menyali
Pelatihan dan
pendampingan
penyusunan draft
dokumen HaKI
terhadap desain,
proses dan produk
kerajinan
aluminium.
Workshop menulis
buku bersama (tim
pelaksana dan
mitra).
Terlindunginya
secara hukum
kekayaan intelektual
yang terkandung
dalam desain, proses
dan produk
kerajinan
aluminium.
Perlindungan HaKI
secara mandiri oleh
pengusaha kerajinan.
Diterbitkannya
sebuah buku tentang
kerajinan aluminium
Desa Menyali.
21
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Kinerja yang baik telah ditunukkan oleh Lembaga Pengabdian Kepada
Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan Ganesha kurun waktu 3 tahun terakhir sejak
dimotivasi dan dibimbing oleh para Reviewer Ditlitabmas DIKTI. Jumlah kegiatan P2M
dosen UNDIKSHA dalam kurun waktu 3 tahun terakhir meliputi 230 judul yang didanai
oleh PT sendiri, 15 dari Kemendiknas/Kementrian terkait, dan 8 judul dibiayai institusi
dalam negeri di luar Kemendiknas. Jumlah dosen yang terlibat PKM dalam kurun waktu
3 tahun terakhir 700 orang dari PT sendiri, 49 dari Kemendiknas, dan 24 dari institusi
dalam negeri di luar Kemendiknas. Selama kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir,
berdasarkan data base LPM tahun 2011, terdapat 57 kegiatan pengabdian pada
masyarakat yang telah berhasil dilaksanakan baik dengan pendanaan dari DIPA
lembaga maupun dari DP2M Dikti dengan besaran dana Rp.5.000.000,- sampai dengan
Rp. 100.000.000,-.
Para pengusul kegiatan ini sangat relevan dengan bidang keilmuan masing-
masing yaitu: (1) Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, S.Pd., M.Sc. memiliki bidang keahlian
kimia anorganik khususnya kimia material padatan dan memiliki pengalaman terlibat
dalam pengabdian kepada masyarakat (penerapan Iptek dan pengembangan usaha). Di
samping itu, ketua pengusul juga punya pengalaman perkoperasian menjadi pengurus
Koperasi Kredit (Credit Union Eka Karya Shanti, Kedewatan Ubud (sekretaris, 1986-
1990; dewan audit, 1991-1995); (2) I Wayan Sudiarta, S.Pd., M.Si memiliki bidang
keahlian di bidang pendidikan seni rupa dan kajian budaya, telah memiliki pengalaman
dalam membina masyarakat pengerajin khususnya dalam pengembangan desain, serta
perpengalaman dalam pameran seni rupa di dalam dan luar negeri; dan (3) Ni Nyoman
Karina Wedhanti. memiliki keahlian di bidang bahasa Inggris dan pendidikannya,
memiliki pengalaman membuat profil hotel dan pemasarannya, serta pernah membuat
profil untuk promosi dan website UNDIKSHA (English version). Dalam program IbPE
ini juga melibatkan kepakaran di bidang hukum (Ratna Artha Windari, SH. M.H.) untuk
membantu memberikan wawasan hukum dagang internasional khususnya pemahaman
dokumen kontrak kerja vendor – distributor (exporter) – buyer serta memberikan
wawasan perlidungan HaKI produk kerajinan (saat ini sedang sebagai ketua pelaksana
IbM berkaitan dengan HaKI kerajinan khas Buleleng. Di samping itu, tim pengusul juga
akan melibatkan tenaga lapangan (seorang laboran kimia dan 4 orang mahasiswa tugas
22
akhir/skripsi terkait electroplating, spinelisasi, resist blocking, dan pengolahan limbah
industry kerajinan logam) untuk mendampingi mitra agar melek kimia yang berkaitan
dengan kerajinan logam dan pewarnaannya.
Fasilitas pendukung yang ada di UNDIKSHA khususnya di Laboratorium Kimia
adalah seperangkat alat Atomic Absorption Spektroskopi (AAS) untuk mendukung
analisis pelekatan dan buangan logam-logam yang digunakan dalam electroplating
seperti logam emas (Au), tembaga (Cu), kromium (Cr) dan kobal (Co). Teori dan
praktek tentang elektroplating sederhana sudah sering dilakukan dan merupakan muatan
mata kuliah kimia fisika (West, 1994) demikian juga pembuatan spinel (Aldinger &
Weberruss, 2010) dalam praktikum kimia anorganik (Karyasa, 2011). Program ini
diyakini oleh pengusul dan para mitra dapat berjalan dengan baik.
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI
5.1 Pewarnaan Logam Aluminium
Penerapan teknologi anodising pada pewarnaan logam aluminium khususnya
untuk kerajinan aluminium seperti yang dikerjakan oleh para pengerajin di Desa
Menyali adalah suatu inovasi baru untuk meningkatkan kualitas hasil kerajinan mereka.
Teknologi pewarnaan logam alumnium yang diterapkan ini selanjutnya akan dibranding
dengan nama “Batik Logam” pada kerajinan aluminium khas Desa Menyali (Buleleng).
Teknik ini adalah hasil pengembangan yang dilakukan oleh pelaksana dengan
menindaklanjuti hasil ujicoba yang dilakukan oleh seorang mahasiswa (Ketua Pelaksana
selaku pembimbing utama) dalam penyusunan skripsi di Jurusan Pendidikan Kimia,
FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha.
Deskripsi ringkas dari teknologi “Batik Logam” ini adalah sebagai berikut: (1)
tahap pengolahan awal permukaan logam aluminium dengan larutan alkalin dan
mengkilapkan dengan asam nitrat; (2) tahap anodising dengan teknik elektrolisis
menggunakan katoda inert, elektrolit asam sulfat dan arus listrik DC 25 Volt untuk
menghasilkan lapisan tipis oksida aluminium dan pori-pori pada permukaaan; dan (3)
tahap pewarnaan secara elektrolitik yaitu teknik anodising secara bertingkat
menggunakan logam lain yang memiliki citra estetik tinggi yaitu emas, perak, dan
tembaga. Pada tahap ketiga ini, setiap tingkat pewarnaan menggunakan pelindung
(resist) berupa cat minyak untuk melindungi bagian logam aluminium yang tidak
diwarnai pada tingkat pewarnaan ini. Setelah diwarnai satu tingkat, dilakukan
23
perendaman dengan air panas agar terjadi sealing atau penutupan pori-pori yang tidak
terwarnai pada bagian yang diwarnai. Kemudian, bagian permukaan yang dilindungi
dengan cat minyak digosok dengan minyak dan dicuci dengan detergen agar pelindung
benar-benar terlepas dan tidak mengganggu proses pewarnaan selanjutnya. Pada
pewarnaan tingkat selanjutnya, permukaan logam selain bagian yang diwarnai pada
tingkat kedua ini ditutup dengan cat minyak. Proses pewarnaan tingkat kedua seperti
pada tingat pertama namun dengan logam pemberi warna yang berbeda. Demikian
seterusnya hingga batik logam selesai dibuat sesuai desainnya.
Hasil sementara yang telah diperoleh dan dibandingkan dengan pewarnaan
aluminium yang telah dilakukan mitra sebelumnya dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sebelumnya (pewarnaan konvensional) Setelahnya (pewarnaan anodising)
Batik logam alumnium
Gambar 5.1 Perbandingan Hasil Pewarnaan Aluminium
24
Tanggapan mitra industri terhadap hasil penerapan inovasi teknologi pewarnaan
ini adalah (1) hasil pewarnaan jauh lebih baik dan lebih kuat serta lebih artistik, (2)
namun biaya produksi lebih mahal karena menggunakan larutan emas, (3) hanya cocok
untuk desain-desain barang kerajinan yang luxurary atau pangsa pasar yang khusus, dan
(4) variasi warna terbatas, dan (5) oleh karena itu perlu dipadukan dengan teknik
pewarnaan sprying and heating yang menggunakan warna cat khusus logam yang
harganya lebih murah dengan warna yang lebih bervariasi. Bedasarkan masukan
tersebut, disepakati untuk terus mengujiterap berbagai teknik pewarnaan sehingga
menghasilkan pewarnaan logam aluminium yang lebih bervariasi dan lebih murah biaya
produksinya namun tetap berorientasi pada pangsa pasar.
Hasl uji terap penyempurnaan batik logam dengan menggunakan teknik
anodizing yang dilanjutkan dengan pewarnaan dengan menggunakan teknik celup dan
teknik spry-drying adalah produk kerajinan yang mendapatkan respon pasar (tanggpan
customer) yang sangat baik. Hal ini terbukti dari adanya permintaan kerjasama dengan
pihak Hotel Harris Sunset Road Kuta untuk membuat aneka dekorasi untuk ballroom
sebanyak 2 lantai. Penjelasan lebih lanjut pada sub 5.3 karena terkait dengan perluasan
desain produk.
5.2 Penyediaan Alat Produksi yang Lebih Modern
Kesepakatan awal antara mitra dengan tim pelaksana (sesuai usulan proposal)
adalah menyediakan mesin bubut yang akan digunakan untuk membuat perkakas yang
diperlukan dalam pembuatan kerajinan aluminium, namun seiring dengan permintaan
pasar untuk membuat pernik-pernik kerajinan aluminium dengan motif-motif ketukan
kecil-kecil dan lurus-lurus dengan jumlah yang banyak serta waktu pengerjaan yang
sempit sementara pengerjaannya manual menggunakan perkakas sederhana, maka mitra
dan tim pelaksana menyepakati berdasarkan diskusi yang panjang untuk memodifikasi
mesin jahit (bordir) berdinamo untuk mengganti cara pengerjaannya agar lebih cepat
(sampai 10 kali lipat) dan hasilnya ketukannya jarak dan besarnya homogen.
Gambar 5.2 berikut menunjukkan salah satu desain sederhana yang harus dibuat
dalam jumlah besar namun dalam waktu yang singkat. Penggantian perkakas dan cara
pengerjaan menggunakan mesin bordir yang termodifikasi menjadi solusinya.
25
Desain produk yang harus dibuat banyak dan perkakas konvensional yang digunakan
Cara pengerjaan konvensional (sebelumnya) Mesin jahit yang dimodifikasi (setelahnya)
Gambar 5.2 Modernisasi Peralatan Produksi
Untuk tahapan selanjutnya, mitra memerlukan modenisasi peralatan lainnya seperti alat
pemotong (alat plong hidraulik) menggantikan gunting logam dan alat gijig untuk
memotong kayu (untuk kerajian aluminium yang terintegrasi dengan kayu oleh mitra
kedua).
5.3 Perluasan Desain Produk
Untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen maka hal yang sangat penting
dilakukan oleh pengerajin aluminium adalah perluasan desain produk. Melalui
pendampingan yang intensif dengan pendekatan diskusi antar personal yang panjang
dan melalui problem solving terhadap persoalan-persoalan desain produk terkait order
barang kerajinan oleh pihak konsumen atau pihak eksportir, mitra industri mulai
meyadari dan mengalami perubahan mind set dari semula hanya mengerjakan barang-
barang kerajinan dengan desain pesanan berubah menjadi membuat desain sendiri,
menjual atau bernegosiasi dengan para pemesan produk kerajinan untuk dapat
digunaannya desain sendiri disamping tetap melayani order dengan desain mereka.
26
Beberapa desain produk yang telah laku di pasaran seperti terlihat pada Gambar
1.1 diubah sedikit ukuran, motif dan ragam hias, dan kegunaannya seperti pada Gambar
5.3 di bawah ini.
Gambar 5.3 Perluasan Desain Produk
Sebagai salah satu contoh keberhasilan perluasan desain produk adalah adanya
kontrak kerja dengan penyedia layanan dekorasi Hotel Harris Sunset Road yang telah
dikerjakan dalam bulan Maret 2014 lalu dengan kontrak sebesar Rp. 76.187.500,00 dan
dilanjutkan dnegan kontrak kedua sebesar Rp. 119.000.000 di bualan Oktober 2014.
Desain dekorasi lampu untuk lobi hotel dikerjakan sendiri desain dan pemasangannya
yang hasilnya membuat pemberi kontrak dan juga kesan tamu hotel sangat puas.
Gambar 5.4 Kontrak Kerja dan Dekorasi Hotel Harris Sunset Road Kuta
27
5.4 Pembuatan Website Pemasaran dan Peningkatan Manajemen Usaha
Pembuatan website Wahyu Artha Handycraft and Partners dimaksudkan untuk
menjadi wahana promosi dan nantinya dikembangkan menjadi sarana pemasaran
produk kerajinan aluminium yang dihasilkan oleh kedua mitra dan kolega pengerajin
lainnya yang ada di Desa Menyali. Website telah dirancang dengan tampilan perdana
seperti pada Gambar 5.5. Website ini berbahasa Inggris dan juga akan dikembangkan
dalam bahasa Indonesia dan bahasa lainnya. Fitur layanan website ini masih sederhana
dan akan terus dikembangkan berdasarkan respon pengguna dan kesiapan mitra untuk
menggunakan, merawat, mengadministrasi dan mengembangkannya. Demikian juga
untuk sementara website ini menempati hosting gratis di wahyualuminium.esy.es yang
selanjutkan telah didaftarkan untuk menempati hosting di
www.wahyuarthaaluminium.com.
Gambar 5.5 Tampilan Perdana Website Pemasaran
Administrasi dan manajemen usaha yang dikelola oleh mitra saat ini masih bersifat
manual telah mengalami perubahan yang cukup berarti dengan semakin disadarinya
betapa pentingnya administrasi dan dokumentasi digital dan tersimpan dalam komputer.
Salah satu contoh adalah catatan order hanya ditulis di papan tulis ditempel di tembok
workshop. Hal ini perlu didokumentasi dalam bentuk catatan lainnya atau dalam file
28
yang tersimpan di komputer, yang dilengkapi target waktu penyelesaiannya dan
pencatatan aspek keuangannya. Oleh karena itu, mitra pertama untuk tahun ini membuat
kantor di sebuah kamar kosong di samping gudang penyimpanan produk jadi yang
dilengkapi dengan seperangkat komputer (beserta printer dan modem untuk akses
internet).
Kondisi sebelumnya Setelahnya
Gambar 5.6 Administrasi dan Dokumentasi
5.6 Ketercapaian Target Kinerja Kegiatan
Ketercapaian target kinerja difokuskan pada perbandingan perkembangan omzet
bulanan pada tahun 2013 (tahun sebelum kegiatan) dan tahun pertama (2014) kegiatan
yang dicatat hingga akhir bulan Oktober 2014 untuk Wahyu Artha Handycraft (Gambar
5.7) dan Siapa Sangka Handycraft (Gambar 5.8).
Gambar 5.7 Perkembangan Omzet Wahyu Artha Handycraft
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Om
ze
t (J
uta
ru
pia
h)
Bulan
Omzet Wahyu Artha Handycraft
2013-2014
2013 2014
29
Gambar 5.8 Perkembangan Omzet Wahyu Artha Handycraft
Wahyu Artha Handycraft pada tahun 2013 memiliki omzet total (12 bulan) Rp.
471.900.000,00 dengan rerata per bulan Rp. 39.325.000,00 dan puncak pencapaian
omzet Rp. 48.700.000,00 pada bulan Oktober 2013. Pada tahun 2014 terhitung dari
Januari hingga Oktober (10 bulan) total omzet mencapai Rp. 527.400.000,00 dengan
rerata per bulan Rp. 52.740.000,00 dan puncak pencapaian omzet Rp. Rp.
119.000.000,00. Dengan demikian, pada tahun 2014 telah terjadi peningkatan omzet per
bulan sebesar 34,10% dibandingkan dengan tahun 2013. Sedangkan, Siapa Sangka
Handycraft pada tahun 2013 memiliki omzet total (12 bulan) Rp. 323.300.000,00
dengan rerata per bulan Rp. 26.941.670,00 dan puncak pencapaian omzet Rp.
31.200.000,00 pada bulan Oktober 2013. Pada tahun 2014 (10 bulan) total omzet
mencapai Rp. 329.700.000,00 dengan rerata per bulan Rp. 32.970.000,00 dan puncak
pencapaian omzet Rp. 37.400.000,00 pada bulan Oktober. Dibandingkan dengan tahun
2013, pada tahun 2014 telah terjadi peningkatan omzet per bulan sebesar 22,38%.
Faktor-faktor utama yang menentukan peningkatan omzet ini adalah peningkatan
kapasitas produksi dan pemasaran. Peningkatan kapasitas produksi dihitung dari
perbedaan rerata per bulan jumlah total barang kerajinan yang diproduksi tahun 2013
dan rerata per bulan jumlah total barang kerajinan yang diproduksi tahun 2014.
Peningkatan kapasitas produksi dari Wahyu Artha Handycraft dalam kurun waktu
tersebut adalah 24,7% sedangkan Siapa Sangka Handycraft sebesar 20,3%. Karena tidak
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Om
ze
t (J
uta
Ru
pia
h)
Bulan
Omzet Siapa Sangka Handycraft
2013-2014
2013 2014
30
ada penambahan tenaga kerja (pengerajin) di kedua industri kerajinan tersebut,
peningkatan kapasitas produksi ini sebagai akibat dari revitalisasi dan modernisasi
peralatan produksi dan peningkatan kemampuan pengerajin.
Rangkuman jenis luaran yang dijanjikan, target tahunan dan pencapaian target
tahun pertama (hingga 10 Nopember 2014) disajikan dalam Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Rangkuman Luaran, Target Tahunan dan Pencapaian Tahun 2014
Di samping itu, telah dilakukan promosi produk dengan mengikuti pameran
dalam rangka Buleleng Festival yang diselenggarakan pada tanggal 6 – 10 Agustus
2014 di Kota Singaraja. Respon masyarakat terhadap produk-produk kerajinan
aluminium yang dipamerkan sangat baik termasuk beberapa prototipe batik aluminium
mendapatkan apresiasi yang baik.
Keberlanjutan program telah dirancang bersama antar Tim Pelaksana Kegiatan
dengan kedua mitra dalam bentuk Nota Kesepahaman atau MoU dan Surat Perjanjian
Kerjasama. Dalam Surat Perjanjian Kerjasama, pengelolaan hak atas kekayaan
intelektual yang dihasilkan dari kegiatan ini juga dicantumkan.
31
BAB 6. RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA
Rencana tahun ke-2 (2015) adalah (1) peningkatan kualitas batik logam, (2)
pendampingan desain produk, (3) peelatihan dan pendampingan keselamatan dan
kesehatan kerja, (4) pendampingan manajemen berbasis IT, (5) pelatihan dan
pendampingan hukum dagang internasional dan bahasa inggris untuk usaha kerajinan,
(6) peningkatan promosi dan pemasaran melaui website dan pemasaran online, dan (6)
pengembangan komunitas usaha dan pendirian koperasi usaha kerajinan logam. Target
dan luaran yang dicanangkan pada tahun ke-2 adalah peningkatan kapasitas produksi
35% dari baseline (2013), peningkatan omzet 40% dari tahun 2013, tambahan sebuah
publikasi tingkat nasional, dan draft paten sederhana telah terdaftar di Dirjen HKI,
Kemementerian Hukum dan HAM RI dan satu draft usulan hak cipta terhadap desain
produk, berdirianya Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng
(APPKL Buleleng) dan berdirinnya Koperasi Usaha Kerajinan Logam di Desa Menyali.
Dana yang diusulkan adalah Rp. 100.000.000 (dari DIKTI) dan Rp. 25.000.000
(kontribusi mitra).
Rencana tahun ke-3 (2016) adalah (1) branding batik logam, (2) perluasan
desain, (3) peningkatan kapasitas produksi, (4) penguatan kelembagaan Asosiasi
pengerajian logam Buleleng dan koperasi pengerajin, dan (5) pengusulan HaKI dan
penulisan buku kerajinan alumnium Menyali. Target dan luaran yang dicanangkan pada
tahun ke-3 adalah peningkatan kapasitas produksi 50% dari baseline (2013),
peningkatan omzet 60% dari baseline tahun 2013, tambahan sebuah publikasi tingkat
nasional, dan tambahan hak cipta yang telah terdaftar di Dirjen HKI, Kemementerian
Hukum dan HAM RI, dan satu draft usulan hak cipta terhadap desain produk, buku
Aneka Kerajinan Alumnium Menyali yang ber-ISBN, dan adanya penguatan
kelembagaan Asosiasi Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan Logam Buleleng (APPKL
Buleleng) dan Koperasi Usaha Kerajinan Logam di Desa Menyali. Dana yang diusulkan
adalah Rp. 100.000.000 (dari DIKTI) dan Rp. 25.000.000 (kontribusi mitra).
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
Secara umum program IbPE pada tahapan ini telah berjalan dengan baik,
kerjasama baik mitra dengan tim pelaksana sangat menunjang segala kegiatan yang
telah dilaksanakan. Luaran yang telah dicapai adalah (1) teknologi pewarnaan logam
aluminium secara anodising bertingkat yang dibranding dengan istilah Batik Logam; (2)
32
sebuah peralatan produksi berupa mesin jahit/bordir berdinamo yang dimodifikasi
sehingga lebih efisien dan efektif untuk desain dengan motif lurus, ketukan kecil-kecil
dengan produk yang ordernya banyak dalam waktu singkat; (3) desain lampu dan
dekorasi fungsional untuk hotel dan restoran; dan (4) sebuah website pemasaran.
Dampak nyata dari program ini adalah adanya peningkatan omzet mitra usaha sekitar
20% (dari 50-60 juta/bulan menjadi 70-80 juta/bulan).
Pelibatan aktif stakeholder lainnya seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dan pihak-pihak penyedia jasa keuangan untuk meningkatkan daya saing kerajinan
aluminium khas Buleleng ini sangat disarankan.
DAFTAR PUSTAKA
Aldinger, F. & Weberruss, V.A. 2010. Advanced Ceramics and Future Materials.
Weinheim: Wiley-VCH.
Karyasa. I W., 2011. Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan. Singaraja:
UNDIKSHA Press.
West. A. R. 1989. Solid State Chemistry and Its Application. Singapore: John Wiley &
Sons.
33
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto-foto Kegiatan
Pelatihan dan Pendampingan Batik Logam
Pendampingan Proses Produksi, Modernisasi Peralatan Produksi, dan Manajemen
36
Lampiran 2. Draft Paten Sederhana
Deskripsi Paten Sederhana
BATIK LOGAM DENGAN TEKNIK ANODISASI ALUMINIUM DAN
PEWARNAAN BERTINGKAT
I Wayan Karyasa, I Wayan Sudiarta, Ni Nyoman Karina Wedhanti,
A.A. Ketut Wisnu Arisudana Kusuma, I Nyoman Suardana
Universitas Pendidikan Ganesha
Judul Invensi:
Batik Logam dengan Teknik Anodisasi Aluminium dan Pewarnaan Bertingkat
Bidang Teknik Invensi:
Invensi ini berhubungan dengan teknik anodisasi logam aluminium dengan jenis
anodisasi asam sulfat dan pewarnaan bertingkat dengan menggunakan perintang cat
minyak.
Latar Belakang:
Teknik anodisasi aluminium berkaitan erat dengan pembentukan pori oksida aluminium
melalui proses elektrolisis. Pewarnaan logam aluminium pada dasarnya menggunakan
teknik anodisasi sebagai langkah awal untuk menciptakan pori oksida sebagai tempat
terserapnya pewarna kebagian dalam lapisan aluminium. Terserapnya pewarna ke dalam
lapisan aluminium akan menyebabkan pewarna menjadi lebih sulit hilang atau lebih
awet. Invensi-invensi terdahulu lebih banyak pada pewarnaan logam aluminium dengan
menggunakan pewarna baik berupa pewarna anorganik maupun organik secara satu
lapis/warna. Pewarnaan dengan menggunakan pewarna anorganik maupun organik
memiliki kelemahan yaitu mudah pudarnya zat warna seiring dengan terkikisnya lapisan
penutup yang menyegel zat warna dari lingkungan luar. Disamping itu secara estetika
atau dekoratif pewarnaan dengan satu lapis warna kurang terlihat dekoratif. Dewasa ini
permintaan pasar terhadap produk pewarnaan logam aluminium tidak hanya terbatas
pada warna tetapi juga ketahanan warna tersebut dan juga pola-pola gambar tertentu.
Pewarnaan dengan menggunakan logam lain yang bernilai estetika tinggi seperti
tembaga dan emas memiliki keunggulan yaitu; hasil warna yang dihasilkan melalui
proses pewarnaan lebih awet dan tahan lama dibandingkan dengan menggunakan zat
warna anorganik ataupun organik. Hal ini disebabkan pelapisan dengan menggunakan
logam lain menyebabkan logam tersebut masuk ke dalam pori dan berikatan dengan
logam aluminium serta aluminium oksida yang terdapat pada pori. Pembentukan pola
gambar pada proses pewarnaan dapat dilakukan dengan sistem perlindungan
menggunakan pelindung berjenis cat minyak. Cat minyak berfungsi melindungi bagian
warna yang dikehendaki untuk dibuat pola gambar dan bagian warna yang tidak
dihilangkan sehingga pada permukaan logam terbentuk pola sesuai keinginan.
Ringkasan Invensi :
Batik logam dalam invensi ini adalah pewarnaan logam aluminium dengan motif-motif
stilisasi tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun bentuk-bentuk benda. Invensi ini berupa
proses pembuatan batik logam aluminium yang menerapkan metode anodising dan
pewarnaan bertingkat. Anodising aluminium melalui tahap pembersihan permukaan
logam, penanganan awal dengan larutan soda kaustik encer, anodisasi dengan
menggunakan larutan asam sulfat encer dan arus listrik. Pewarnaan bertingkat dilakukan
37
dengan perintangan sesuai motif dengan cat minyak, pewarnaan, pembersihan perintang
awal, perintangan lanjutan sesuai motif, pewarnaan lanjutan, dan pembersihan perintang
dan diualngi sesuai jumlah warna yang diinginkan oleh desain batik.
Uraian Lengkap Invensi :
Secara terperinci, invensi yang dilakukan terdapat pada proses pewarnaan logam
aluminium secara bertingkat. Bertingkat yang dimaksudkan adalah pewarnaan
dilakukan secara berulangkali menggunakan lebih dari satu jenis pewarna yang
ditujukan untuk membuat pola pada lapisan permukaan logam aluminium dengan warna
yang berbeda-beda. Disamping menciptakan pola tertentu, teknik ini dilakukan agar
warna yang dihasilkan dapat melekat kuat secara kimiawi pada lapisan pori oksida
logam aluminium. Teknik pewarnaan logam aluminium dengan menggunakan logam
lain secara terperinci dapat dilihat pada diagram alur pewarnaan logam aluminium di
atas.
Gambar 1. Tahapan proses batik logam aluminium dengan pewarna tembaga dan emas
Logam Aluminium
Tahap pre-treatment : direndam dalam larutan NaOH 1 M selama 2 menit, kemudian dicuci dengan aquadest
Tahap pembersihan : dibersihkan dengan menggunakan alkohol, sabun dan aquadest
Tahap anodisasi: menggunakan asam sulfat 15% dengan beda potensial 25 V selama 60 menit
pada suhu 25±5oC dengan jarak elektroda 20 cm
Tahap pembersihan : dibersihkan dengan aquadest
Tahap pewarnaan bertingkat: Sejumlah bagian logam yang dibentuk pola dilindungi
menggunakan cat minyak
Tahap Sealing: direndam dalam air panas 90±5oC
Tahap Cleansing : cat minyak dibersihkan dengan aseton
Tahap perlindungan II : bagian yang telah berwarna dilindungi cat minyak
Tahap pewarnaan bertingkat II : logam yang telah dilindungi cat minyak dicelupkan kedalam pewarna
emas sambil terus diaduk
Tahap Cleansing dan Sealing diulang
Tahap pewarnaan bertingkat I : Dielektrolisis dalam larutan CuSO4 20 mg/mL pada suhu 25±5oC
selama 20 menit dengan beda potensial 25 V
Tahap pembersihan : dibersihkan dengan aquadest
38
Klaim :
1. Proses yang diklaim berupa proses batik logam alumnium yaitu proses anodisasi
permukaan logam aluminium dan proses pewarnaan permukaan logam alumnium
secara bertingkat.
2. Proses anodisasi logam aluminium yang dilakukan dengan tahapan pencucian logam
aluminium dengan air, sabun, aquades dan alkohol; penanganan awal dengan
pencucian permukaan logam aluminium dengan larutan natrium hidroksida 1 M
yang selanjutnya dibilas berulang kali dengan aquades, anodisasi: menggunakan
asam sulfat 15% dengan beda potensial 25 V selama 60 menit pada suhu 25±5oC
dengan jarak elektroda 20 cm, dan tahap pembilasan dengan aqudes.
3. Proses pewarnaan bertingkat dilakukan dengan tahapan mencakup perintangan
bagian pola yang dilindungi dari proses pewarnaan pertama dengan cat minyak,
pewarnaan pertama dengan metode elektrolisis pada suhu menggunakan larutan
pewarna pertama suhu 25±5oC dengan beda potensial 25 V selama 20 – 30 menit,
sealing hasil elektrolisis dengan perendaman dalam air panas pada suhu 90C
selama 10-20 menit, penghilangan perintang yaitu cat minyak yang digunakan
menutupi bagian pola yyang dilindungi dengan cara penggosokan dnegan aseton,
perintangan kedua seperti pola yang diinginkan dengan cat minyak, elektrolisis
dengan larutan pewarna kedua dengan kondisi yang sama dengan elektrolisis
pewarnaan pertama, sealing hasil pewarnaan kedua, dan penghilangan perintang
kedua, dan begitu seterusnya untuk pewarnaan ketiga dan seterusnya.
Abstrak
Pewarnaan bertingkat logam aluminium menggunakan tembaga secara elektroplating
dan pewarna emas secara pencelupan dengan teknik dasar anodisasi ini dilakukan
dengan maksud meningkatkan kualitas daya rekat secara kimiawi pewarna yang berupa
tembaga dan emas pada lapisan pori oksida aluminium. Pewarnaan bertingkat juga
dimaksudkan untuk menciptakan produk industri kerajinan logam aluminium yang lebih
dekoratif melalui pewarnaan logam dalam bentuk pola sesuai dengan keinginan.
Rangkain teknik yang dilakukan untuk melakukan proses pewarnaan bertingkat yaitu; a.
Sejumlah bagian logam yang dibentuk pola dilindungi menggunakan cat minyak; b.
Logam aluminium dielektrolisis dalam larutan CuSO4 20 mg/mL pada suhu 25±5oC
selama 20 menit dengan beda potensial 25 V; c. Lapisan pori ditutup dengan cara
direndam dalam air panas 90±5oC; d. pelindung pola yang digunakan yaitu cat minyak
dibersihkan dengan aseton; e. bagian yang telah berwarna dilindungi cat minyak; f.
logam yang telah dilindungi cat minyak dicelupkan kedalam pewarna emas sambil terus
diaduk; g. Tahap Cleansing dan Sealing diulang. Melalui teknik ini kelemahan
pewarnaan logam aluminium dengan menggunakan pewarna organik dan anorganik
dapat teratasi.
39
Lampiran 3. Artikel
Artikel 1 yang akan dipublikasikan pada Jurnal Aplikasi Ipteks Ngayah.
PENERAPAN IPTEKS UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS EKSPOR
ANEKA KERAJINAN ALUMINIUM DI DESA MENYALI,
KABUPATEN BULELENG, BALI
I Wayan Karyasa
1, I Wayan Sudiarta
2, Ni Nyoman Karina Wedhanti
3
1Jurusan P. Kimia, FMIPA, Universitas Pendidikan Ganesha
2Jurusan P. Seni Rupa, FBS, Universitas Pendidikan Ganesha
3Jurusan P. Bahasa Inggris, FBS, Universitas Pendidikan Ganesha
Jalan Udayana Singaraja 81116 Bali
Ringkasan Eksekutif
Kerajinan aluminium merupakan kerajinan unik yang sentra produksinya hanya
ada di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Keunggulan sifat logam
aluminium yang ringan, kuat, inert, dan memiliki kilap logam yang sangat baik yang
disertai dengan motif-motif ragam hias yang khas Buleleng menjadikan produk
kerajinan banyak diminati tidak saja oleh masyarakat lokal tetapi juga turis asing yang
berkunjung ke Bali. Untuk menjadikan produk kerajinan ini berkualitas ekspor dan
mampu menyejahterakan para pengerajinnya, beberapa permasalahan strategis dan
utama perlu dipecahkan dengan pendampingan Ipteks dan manajemen modern.
Permasalahan utama yang disepakati untuk dipecahkan dalam tiga tahun program
pendampingan ini adalah: tahun pertama, masalah pewarnaan logam aluminium,
penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk untuk memenuhi
beragam kebutuhan konsumen dan website pemasaran; tahun kedua, manajemen
produksi dan pemasaran, komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris, dan lay-
out produksi yang memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan kerja, dan jaminan
mutu produk; dan tahun ketiga difokuskan pada pembinaan kelompok plasma, pendirian
koperasi pengerajin, pengembangan desain produk dan HaKI.
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada periode implementasi program Maret-
Agustus 2014 adalah modernisasi alat produksi tradisional dengan memodifikasi mesin
jahit berdinamo menjadi alat penyelesaian motif-motif rumit dengan ketukan aluminium
yang kecil-kecil tetapi harus konsinten homogen, uji terap pewarnaan logam dengan
prinsip anodising bertingkat (batik logam), perluasan desain yang berakibat perluasan
pasar, dan pembuatan website pemasaran dan perbaikan administrasi logistik dan
keuangan. Luaran yang telah dicapai adalah adanya peningkatan omzet sekitar 10%
dalam kurun waktu 3 bulan, dan peningkatan kapasitas produksi sekitar 20%, dan
sebuah draft usualan HaKI.
Kata-kata kunci: kerajinan, aluminium, ekspor.
A. PENDAHULUAN
Aneka kerajinan berbahan baku logam aluminium telah cukup lama (lebih dari
dua dasa warsa) berkembang di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng.
Di desa pertanian yang berlokasi sekitar 15 km dari Kampun Universitas Pendidikan
Ganesha, saat ini ada sekitar 120 orang pengerajin aluminium yang telah menghasilkan
aneka produk kerajinan berbahan baku aluminium. Di Bali khususnya di Buleleng,
40
kerajinan aluminium ini hanya berkembang di desa ini sehingga Desa Menyali dikenal
sebagai sentra kerajinan aluminium. Pada awalnya, kerajinan ini untuk memenuhi
kebutuhan sarana upacara seperti bokor (sejenis baskom), dulang (alat untuk
menyajikan makanan tradisional Bali), saab (alat penutup atau tudung saji), dan aneka
pernik ornamen untuk perlengkapan upakara. Karena keunggulan logam aluminium
yang ringan, kuat, mudah dibentuk, penampakan yang putih berkilau, dan inert (tahan
terhadap asam dan basa, dan korosi), kerajinan aluminium dapat bertahan sampai saat
ini dan telah berkembang menghasilkan beraneka ragam jenis peruntukan dan variasi
motif, tidak saja untuk perlengkapan upacara keagamaan seperti yang telah disebutkan
di atas, tetapi juga untuk peralatan rumah tangga sehari-hari seperti bingkai foto,
bingkai cermin, kotak tissue, kotak sepatu dan sebagainya, serta untuk penunjang
pariwisata (hotel dan restoran) seperti tray rectangle set, aneka bucket, file holder, CD
box, wine box, dan sebagainya. Dua kelompok pengerajin yang digolongkan sebagai
UMK dan sedang berkembang baik dan dikenal masyarakat sekitar adalah Wahyu Artha
Handycraft yang dikelola oleh Bapak I Gede Ardana, dan Siapa Sangka Handycraft
yang dikelola oleh Bapak I Made Arnawa. Paparan dan analisis berikut akan lebih fokus
pada kedua profil usaha kerajinan aluminium ini yang selanjutnya sebagai mitra dari
usulan program ini.
I Gede Ardana (42 tahun) mendirikan Wahyu Artha Handycraft pada tahun 2005
sebagai kelanjutan dari usaha kerajinan keluarga yang dimulainya sejak kecil
sebagaimana teman-teman sebayanya di Desa Menyali. Setelah menyelesaikan sekolah
menengah atas di SMAN 3 Singaraja, beliau pernah merantau ke Mengwi Badung untuk
bekerja membuat kerajinan payung Bali (1992). Pengalaman sebagai pekerja kerajinan
ini sangat berharga bagi beliau. Belaiu akhirnya balik lagi ke Desa Menyali dan kembali
ke habitat kerajinan aluminium. Krisis ekonomi global pada tahun 1998, kerajinan
aluminium mengalami surut dan beliau sekeluarga beralih ke kerajinan dupa, namun
usaha inipun tidak bertahan lama. Akhirnya di tahun-tahun berikutnya beliau kembali
lagi menekuni kerajinan aluminium. Pada tahun 2005 akhirnya beliau menghimpun
beberapa teman pengerajin untuk bergabung di rumah keluarga beliau dan mendirikan
Wahyu Artha Handycraft.
Wahyu Artha Handycraft mendapatkan suplai bahan baku berupa lembaran-
lembaran aluminium dari beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Kebutuhan bahan
baku aluminium setiap hari untuk mendukung keseluruhan aktifitas kerajinan
aluminium di Desa Menyali kurang lebih 600 lembar/hari (lembarannya seukuran
dengan triplek) dan untuk kebutuhan Wahyu Artha sendiri sekitar 25 – 50 lembar/hari
tergantung ukuran dan motif kerajinan yang dikerjakan. Ada tiga jenis ketebalan
lembaran aluminium yang digunakan untuk kerajinan yaitu dengan kode 022 (tipis), 033
(sedang) dan 04 (agak tebal), namun yang paling banyak diminati pasar adalah
kerajinan aluminium dengan lembaran bahan 022. Selain lembaran aluminium, bahan
penunjang lainnya adalah kawat aluminium. Mutu bahan baku dan bahan penunjang
tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, namun sangat tergantung dari
penyedia yaitu toko-toko bangunan. Bapak Gede Ardana pernah mencoba memesan
langsung dari Surabaya namun kualitasnya sama dan dari segi ekonomi tidak
menguntungkan karena ongkos kirim yang besar.
Selain keunggulan aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, inert dan
penampakan kilap yang baik, produksi kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh
Wahyu Artha Handycraft juga sangat unik. Peralatan yang digunakan sangat sederhana
seperti palu, gunting, bantalan kayu dan ban bekas. Peralatan tersebut memiliki ukuran
dan bentuk yang unik sesuai keunikan bentuk dan motif kerajinan yang dibuat.
41
Peralatan ini diproduksi oleh pande (tukang perkakas kerajinan) yang khusus pula, dan
saat ini hanya tinggal ada seorang di desa ini dan sudah agak renta (umurnya di atas 60-
an). Para pengerajin di UKM ini juga menyampaikan keprihatinan mereka tentang
keberlangsungan penyediaan perkakas produksi kerajinan aluminium ini, apalagi
perkembangan tuntuan pasar tentang desain yang semakin beraneka ragam. Mereka
juga menyampaikan ada minat untuk berlatih membuat perkakas tersebut. Kapasitas
produksi sangat tergantung dari motif atau pola yang dibuat, misalnya untuk pola kotak
tissue 10 perajin dapat menghasilkan 150 buah/hari Biasanya, menurut pemilik Wahyu
Artha Handycraft ini, barang yang dapat dibuat perhari oleh 12 orang pekerjanya
(termasuk beliau dan istri) senilai Rp. 1.500.000,00/hari dan dengan ongkos kerja
karyawan minimal Rp. 50.000,00 di luar makan (dua kali makan dan dua kali snak).
Lembur untuk menyelesaikan order mendesak beliau hargai Rp. 5.000/orang untuk jam
pertama, jam kedua Rp. 7.500/orang, jam ketiga Rp.10.000/orang dan begitu seterusnya.
Selama pengerjaan, kualitas pekerjaan dikontrol langsung oleh beliau dan istri dan
kontrolnya berupa kesesuaian dengan pola, ukuran, dan motifnya. Perbedaan lebih dari
10% biasanya di-reject. Modal usaha termasuk investasi lahan, bangunan, peralatan, dan
SDM diperkirakan ada di kisaran Rp. 800.000.000,00 hingga Rp. 1.000.000.000,00
termasuk gedung showroom yang sedang dibangun.
Proses produksi aneka kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu Artha
Handycraft meliputi desain, pembuatan pola, pengerjaan sesuai pola, kontrol mutu,
pengepakan, dan pengiriman. Desain umumnya sesuai order (permintaan) dari pembeli
(dari dalam negeri seperti dari Gianyar, Denpasar dan Jakarta, dan dari luar negeri
seperti dari Amerika Serikat (Las Vegas), Eropa (Belanda, Italia), dan Amerika Latin
(Columbia, Chili, Peru) dalam paket besar yang terdiri dari beberapa hingga puluhan
desain. Desain kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk pola oleh Bapak Ardana
sendiri lalu dilanjutkan pengerjaannya sesuai pola oleh anggota pengerajin beliau. Jika
pesanan banyak dan waktu pengerjaan singkat, beberapa pola yang lebih sederhana
diberikan kepada kelompok pengerajin lain tetapi kualitasnya tetap beliau yang kontrol.
Proses pengerjaannya meliputi pemotongan lembaran aluminium sesuai pola dengan
gunting, penekukan untuk membentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan dengan
menggunakan palu, membuat ornamen ukiran sesuai pola dengan pemukulan dengan
palu, penyambungan antara bentuk satu dengan bentuk lainnya jika diperlukan sesuai
desain bentuk, dan pewarnaan dengan cat jika diperlukan. Jaminan mutu produk
dilakukan langsung oleh Bapak Ardana secara manual, memeriksa satu persatu
kesesuaian hasil pengerjaan dengan pola yang telah dibuat dengan presisi 99% untuk
bentuk dan ukuran, walaupun ciri hand made memungkinkan adanya variasi motif tapi
toleransi variasi motif tidak lebih dari 10%.
Jenis produk dibedakan atas fungsinya yaitu ada tiga: perlengkapan upacara
keagamaan, produk fungsional untuk rumah tangga, hotel, dan restoran, dan produk
ornamen (berbagai ragam hias). Motif yang telah dikembangkan lebih dari 100 dengan
paduan bentuk, ukuran dan motif hingga ratusan item produk. Setiap itemnya dibuat
sesuai pesanan yang biasanya berkisar dari 100 hingga 1000 buah.
Pengelolaan usaha kerajinan aluminium Wahyu Artha Handycraft masih
menerapkan manajemen keluarga, dimana administrasi dan keuangan ditangani oleh Ibu
Ardana sedangkan pengelolaan produksi dan pemasaran ditangani oleh Bapak Ardana.
Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan pesanan dengan penambahan stok barang
tidak lebih dari 10% dari jumlah yang dipesan. Walaupun beliau telah pernah mengikuti
pelatihan manajemen usaha dan komputer, namun beliau belum mampu menerapkannya
secara sederhana. Beliau sangat mengharapkan bantuan pendampingan manajemen
42
usaha (produksi dan pemasaran) dengan sentuhan teknologi informasi, utamanya
website dan pemasaran on-line. Pembukuan keuangan yang beliau miliki adalah
pencatatan order, pencatatan pembayaran dari pemesan dan tunggakannya, dan
lembaran-lembaran kontrak kerja dan arsip-arsip tanda bukti pengiriman barang. Beliau
menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari usaha kerajinan dipatok 30% untuk
setiap item barang. Sehingga dengan omzet penjualan rata-rata perbulan Rp.
45.000.000,00 – Rp.60.000.0000,00 tergantung dari musim pasang-surut orderan beliau
mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 13.500.000,00 – Rp. 18.000.000,00 per bulan.
Sebagian keuntungan beliau investasikan untuk pengembangan usaha dan sebagain lagi
untuk biaya hidup keluarga. Pola usaha tradisional masih beliau anut, sehingga maslaha
auditing dan perpajakan beliau menyerahkan langsung kepada pemesan sehingga beliau
hanya menerima bersih. Dalam hal ini beliau menyatakan sangat memerlukan
pendampingan, demikian juga halnya terhadap perlindungan hak atas kekayaan
intelektual dan inventori yang telah hasilkan, beliau masih sangat awam dan masih
percaya bahwa keunikan dari kerajinan aluminium dan pengerjaannya sulit ditiru orang
lain.
Pemasaran produk kerajinan aluminium dari Wahyu Artha Handycraft saat ini
lebih banyak berorientasi luar negeri (ekspor) yaitu sekitar 90% dan sisanya 10% untuk
pasar lokal. Teknik pemasaran yang bapak Ardana tempuh adalah masih off-line
melalui promosi pameran produk kerajinan diantaranya adalah pameran SMESCO di
JCC Jakarta (2009), di Yogyakarta (2010), dan di Surabaya (2011). Dari pameran-
pameran tersebut beliau mendapatkan rekanan untuk memasarkan produk kerajinan ini
ke luar negeri. Selain itu, pemasaran juga dilakukan secara langsung terhadap turis yang
datang ke Desa Menyali karena semenjak diperkenalkan oleh Pemkab Buleleng dan
Dinas Perindustrian Bali sebagai sentra kerajinan aluminium ada beberapa turis asing
yang tertarik berbisnis kerajinan ini di negaranya. Beberapa diantaranya adalah dari Las
Vegas (USA), Amerika Latin (Columbia, Peru, Chili), dan Eropa (Belanda, Italia).
Harga jual produk kerajinan sangat bergantung dari jenis, bentuk, ukuran, dan motifnya
dengan kisaran harga Rp. 500,00 hingga Rp. 200.000,00/buah.
Sumberdaya manusia yang dimiliki Wahyu Artha Handycraft saat ini adalah
sebanyak 12 orang, dengan rincian 4 orang berkualifikasi pendidikan SMA/SMK dan 8
orang SMP. Wahyu Artha Handycraft juga telah membina 20 kelompok pengerajin
yang anggotanya masing-masing 3-4 orang dan menjadikannya mitra kerja, khususnya
dalam menyelesaikan order-order besar. Beberapa pelatihan telah diikuti oleh Wahyu
Artha Handycraft yang diselenggarakan oleh pemerintah/instansi terkait diantaranya
adalah pelatihan pembukuan (Baturiti, 2010), pelatihan komputer (Denpasar, 2010),
seminar pemodalan bersama BI (Hotel Bali Villa Pemuteran, 2011), dan pelatihan
industri kreatif (Denpasar, 2013).
Fasilitas pendukung usaha kerajinan dari Wahyu Artha Handycraft adalah
berupa 1 ruang produksi (4 x 5 m) dan 1 ruang penyimpanan (4 x 4 m) di rumah
keluarga yang berjarak 20 meter dari jalan desa, dan kompleks bangunan di tepi jalan
desa yang dilengkapi 1 ruang administrasi dan 1 ruang show room (5 x 5 m) dan sedang
dipersiapkan beberapa ruang produksi, penyimpanan hasil produski dan pengepakan
serta penyimpanan bahan baku. Fasilitas tersebut terjangkau listrik, air dan sarana
telekomunikasi (telepon dan internet).
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, modal usaha yang telah terakumulasi
sejak berdirinya Wahyu Artha handycraft tahun 2005 diperkirakan berkisar antara Rp.
800.000.000,00 – Rp. 1.000.000.000,00. Omzet bulanan berkisar antara Rp.
45.000.000,00 – Rp. 60.000.000,00 dengan keuntungan per bulan berkisar antara Rp.
43
13.500.000,00 hingga Rp. 18.000.000,00. Produk kerajinan yang diproduksi perhari
dengan harga Rp. 1.500.000,00 – Rp. 2.000.000.00 dengan biaya produksi (termasuk
bahan baku, bahan tambahan, peralatan dan pengerjaan, pengepakan, pengiriman dan
biaya lainnya) perhari berkisar antara Rp. 1.050.000 – Rp. 1.400.000,00. Potensi bisnis
dari usaha kerajinan ini memiliki prospek yang sangat baik, namun oleh karena
pembukuan yang belum teratur dan masih menerapkan manajemen tradisional atau
manajemen keluarga dalam hal tertib administrasi keuangan maka, menurut Bapak
Ardana selaku pemilik usaha ini, perencanaan bisnis usaha dan implementasinya belum
optimal.
Selanjutnya, profil singkat usaha kerajinan dari mitra UKM kedua yaitu Siapa
Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa dapat dipaparkan sebagai
berikut. Sejak 19 tahun yang lalu ((1993) Bapak I Made Arnawa merantau dari Desa
Menyali (Buleleng) ke Tegallalang (Gianyar) untuk memulai usaha kerajinan kayu.
Tahun 2009, beliau pulang kampung dan kembali menggeluti kerajinan aluminium dan
bergabung menjadi sub-kelompok dengan Wahyu Artha. Ide mengkombinasikan
kerajinan kayu dengan kerajinan aluminium mendorong beliau untuk mendirikan Siapa
Sangka Handycraft di tahun yang sama. Sekarang di Desa Menyali beliau
memperkerjakan 3 orang pengerajin sementara di Tegallalang dimana showroom beliau
masih juga memperkerjakan 3 orang. Para pengerajin di bawah asuhan beliau semuanya
berkualifikasi pendidikan sekolah menengah. Peningkatan kompetensi SDM dilakukan
secara otodidak dan belum mendapatkan bantuan pelatihan atau pendampingan
teknologi maupun manajemen dari pemerintah atau pihak-pihak terkait. Fasilitas usaha
yang beliau miliki di Desa Menyali hanyalah tempat produksi dan penyimpanan produk
dan bahan baku, sementara di Tegallalang ada sebuah show room dan workshop room
yang dipadukan. Peralatan yang dipakai masih sederhana (konvensional). Baik lokasi
kerja di Desa Menyali maupun di Tegallalang memiliki akses jalan, listrik,
telekomunikasi dan air yang memadai. Bahan baku kayu lokal beliau beli dari Desa
Menyali dan sekitarnya, sementara kayu semisintetik MDF atau Arbot beliau beli pada
rekanan di Tegallalang. Sedangkan bahan baku lembaran dan kawat aluminium beliau
beli di toko-toko bangunan di Kota Singaraja. Modal awal beliau adalah Rp.
50.000.000,00 dan saat ini diperkirakan hingga Rp. 400.000.000,00 dengan omzet
penjualan bulanan di kisaran Rp. 25.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00 dengan
keuntungan usaha sekitar Rp. 7.500.000,00 – Rp. 9.000.000,00 per bulan. Pemasaran
produk beliau masih banyak (60%) untuk keperluan fasilitas pendukung pariwisata Bali
dan 40% untuk ekspor ke manca negara (Belanda, Italia, Amerika). Manajemen usaha
dan administrasi kegiatan usaha kerajinan yang berpola pada manajemen keluarga serta
masih menggunakan pembukuan manual yang sederhana menyebabkan kegiatan usaha
kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft cukup sulit mengukur perkembangan kemajuan
usahanya. Demikian juga pemasaran dari Siapa Sangka Handycraft masih tergantung
dari datangnya orderan langsung dan mengerjakan order yang dimiliki orang lain
(ngesub) khususnya dari Wahyu Artha Handycraft. Adanya kerjasama untuk pemasaran
ekspor bersama dengan Wahyu Artha Handycraft, mulai tahun 2012 ini Siapa Sangka
Handycraft lebih memusatkan usaha kerajinannya di Desa Menyali. Beberapa produk
kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa
adalah sebagai berikut.
Pola hubungan kerja antara Wahyu Artha Handycraft dengan Siapa Sangka
Handycraft dapat diuraikan sebagai berikut. Siapa Sangka Handycraft adalah binaan dan
sub-pengerjaan order dari Wahyu Artha Handycraft khususnya pada desain produk yang
memadukan aluminium dan kayu. Pemilik usaha Wahyu Artha Handycraft yaitu Bapak
44
I Gede Ardana adalah teman sebaya dan sekampung dari Bapak Made Arnawa pemilik
usaha Siapa Sangka Handycraft. Mereka sering tukar pengalaman dalam hal
mengembangkan kerajinan khas Desa Menyali. Perpaduan yang selaras antara kerajinan
kayu dan kerajinan aluminium memiliki prospek bisnis yang baik.
B. SUMBER INSPIRASI
Mengacu pada paparan kondisi kedua UKM kerajinan di atas terungkap
beberapa permasalahan yang dihadapi. Pertama, bahan baku utama kerajinan ini yaitu
logam aluminium (lembaran dan kawat) ketersediaannya cukup memadai dengan
jaminan mutu yang baik. Namun penyediaanya masih tergantung kepada beberapa toko
bangunan di Kota Singaraja. Mengingat kebutuhan bahan baku yang banyak (untuk
pengerajin di Desa Menyali sekitar 600 lembar/hari) dan sering kebutuhannya melonjak
seketika sesuai jumlah pemesanan produk kerajinan oleh buyer diperlukan suplaier yang
khusus menangani. Kedua, peralatan atau perkakas kerja yaitu gunting dan palu yang
unik untuk tiap-tiap lekukan dan tonjolan dalam penggarapan untuk memenuhi desain
bentuk, ukuran dan motif ketersediaannya sangat bergantung kepada satu orang pande
(tukang pembuat perkakas) yang sudah berumur tua dan bahkan sampai saat ini belum
ada regenerasi. Suatu hal yang sangat memprihatinkan dan perlu segera ditangani.
Demikian juga alat-alat yang manual ini masih memungkinkan untuk ”dimesinisasi”
seperti misalnya alat potong cetak menggantikan gunting sehingga kapasitas produksi
dapat ditingkatkan untuk mengejar target penyelesaian order. Ketiga, lay out proses
produksi belum memperhatikan standar kenyamanan dan kesehatan kerja, karena
pekerjaan ini lebih banyak duduk dan konsentrasi tinggi. Demikian juga dalam hal
jaminan produk masih bergantung pada cara-cara manual dan mengandalkan pada
pemilik usaha. Seperti penuturan Bapak Ardana, pernah pengiriman satu kontainer
produk ke luar negeri di-reject. Penyebabnya adalah lemahnya kontrol mutu yaitu
kerajinan aluminium vass bunga bocor karena sambungan dan pengerjaan motif ragam
hiasnya terlalu keras (berlubang atau retak yang tidak kasat mata). Demikian juga
jaminan mutu bebas logam berat (terutama nikel) dan eco-label perlu diperhatikan.
Keempat, desain produk masih tergantung pada pesanan (order) dan HaKI dari desain
belum jelas kepemilikannya. Beberapa desain yang dirancang sendiri menggunakan
pendekatan manual dan coba-coba sehingga banyak menghabiskan bahan dan waktu.
Perlu pendekatan komputerisasi untuk perancangan desain produk, namun
pengerajin/pemilik usaha belum mampu melakukannya sendiri. Kelima, sampai saat ini
buyer atau konsumen mengeluhkan warna cat yang digunakan untuk mewarnai
kerajinan aluminium sesuai dengan desain yang mereka tentukan. Warna cat cepat
mengelupas, walaupun teknik pengecatannya dengan cara semprot. Keenam,
administrasi dan dokumentasi jenis-jenis, desain, dan motif produk-produk kerajinan
yang telah dihasilkan. Dokumentasi dengan foto sangat terbatas, baik kualitas dan daya
tahannya. Oleh karena itu perekaman degital dan komputerisasi untuk dokumentasi dan
administrasi sangat diperlukan. Ketujuh, manajemen usaha (produksi dan pemasaran)
masih bersifat tradisional dan kekeluargaan, belum menggunakan manajemen modern
berdasarkan bussiness plan dan pembukuan keuangan yang baik. Kedelapan,
manajemen pemasaran yang menggunakan sistem off-line cendrung masih pasif,
menunggu orderan datang langsung dari buyer atau dari eksportir. Oleh karena itu,
kedua UKM kerajinan ini menyampaikan kebutuhan adanya website yang mampu
menjadi sarana promosi sekaligus pemasaran secara on-line. Kesembilan, tantangan ke
depan yang dihadapi untuk keberlanjutan dan perluasan pemasaran serta mengurangi
ketergantungan kepada guide atau konsultan bahasa Inggris dan pemahaman terhadap
45
hukum perdangangan internasional (termasuk kontrak kerja antara vendor – distributor
– buyer), kedua UKM ini memerlukan pelatihan bahasa Inggris untuk bisnis (ekspor).
Di samping itu juga mereka memerlukan pendampingan pengurusan ijin usaha dan
perpajakan. Kesepuluh, persoalan dan tantangan bersama para kelompok pengerajin
adalah terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penjunjang serta peningkatan modal
usaha, sehingga mereka membutuhkan sebuah koperasi pengerajin yang menyediakan
jasa keuangan mikro (simpan-pinjam) dan jasa penyediaan bahan baku aluminium dan
bahan-bahan penunjang lainnya.
UKM Wahyu Artha Handycraft dan Siapa Sangka Handycraft berada di Desa
Menyali sekitar 15 km dari kampus Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA).
Lokasi Desa Menyali berada di sebelah timur Kota Singaraja, tepatnya di Kecamatan
Sawan. Jalan menuju Desa Menyali dapat digambarkan sebagai berikut. Berangkat dari
kampus UNDIKSHA Jalan Udayana menuju ke timur searah jalan propinsi Buleleng –
Karangasem, Setelah 12 km perjalanan akan ketemu pertigaan yang menuju Desa
Jagaraga, belok kanan lalu lurus melewati Desa Jagaraga dan sampai di Desa Menyali
(sekitar 3 km). Setelah ketemu pertigaan dengan tanda SMK Sawan, belok kanan
menuju ke pemukiman penduduk Desa Menyali lokasi dari kedua UKM mitra.
Walaupun sampai saat ini belum ada program IbPE yang dilaksanakan oleh
LPM UNDIKSHA. Namun demikian, kegiatan pembinaan kewirausahaan masyarakat
(UKM) dan pendampingan Ipteks untuk UKM telah banyak dilakukan diantaranya
melalui program-program IbW, IbM, IbIKK, Hi-Link. Tahun 2012 saja UNDIKSHA
telah melaksanakan 4 program IbW, 3 program IbIKK, 1 program IbK, 12 program
IbM, dan 1 program Hi-Link.
Berdasarkan hasil diskusi antara Bapak Ardana (Wahyu Artha Handycraft),
Bapak Arnawa (Siapa Sangka Handycraft), Pembina UMKM dari Dinas Koperasi,
Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng) dan tim pengusul disepakati
perioritas permasalahan yang akan ditangani dalam tiga tahun (2014 – 2016) sebagai
berikut. Pada tahun pertama (2014), permasalahan prioritas adalah pewarnaan logam
aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk untuk
memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan pembuatan website pemasaran. Pada
tahun kedua (2015), permasalahan yang akan dipecahkan adalah manajemen produksi
dan pemasaran, komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris, lay-out produksi
yang memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan kerja, dan jaminan mutu produk.
Sedangkan tahun ketiga (2016) difokuskan pada pembinaan kelompok plasma,
pendirian koperasi pengerajin, pengembangan desain produk untuk perluasan pasar, dan
perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HaKI).
C. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Mengacu pada hasil pemetaan masalah yang dihadapi oleh kedua mitra UKM
kerajinan aluminium dapat dijabarkan pertahun tentang pemilihan solusi (IPTEKS)
untuk mengatasi persoalan prioritas yang dihadapi pada tahun pertama (2014).
Tabel 3.1 Masalah Prioritas, Solusi IPTEKS, Pendekatan/Metode dan Tujuan/Sasaran No. Masalah
Prioritas Solusi IPTEKS Pendekatan/
Metode Tujuan/Sasaran/
1. Pewarnaan
logam
aluminium
Pewarnaan non-cat
yaitu dengan teknik
elektroplating sistem
blok bertahap.
Ujiterap dan
pelatihan
electroplating
Pendampingan
Terpecahkannya
masalah kesulitan
pewarnaan logam
aluminium agar
46
penggunaan bahan-
bahan kimia dalam
proses maupun
penanggulangan
limbahnya.
tidak mengelupas.
Batik logam
aluminium yang
mudah
diaplikasikan
sesuai desain. 2. Penyediaan
alat produksi
yang lebih
modern
Penyediaan mesin bubut
dan penggunaannya
untuk pembuatan
perkakas khusus untuk
kerajinan aluminium.
Alih pengetahuan
dan keterampilan
pembuatan perkakas
khusus tradisional;
Rancang bangun dan
ujiterap mesin bubut
untuk modernisasi
pembuatan perkakas
kerajinan;
Pelatihan dan
pendampingan
penggunaan dan
pemeliharaan mesin
bubut.
Adanya
regenerasi SDM
dalam membuat
perkakas khusus
untuk kerajinan
aluminium.
Peningkatan
kapasitas
produksi perkakas
untuk pemenuhan
kebutuhan
perkakas dan
keberlanjutan
kerajinan
aluminium. 3. Perluasan
desain produk
untuk
memenuhi
beragam
kebutuhan
konsumen
Peningkatan
keterampilan pembuatan
desain produk kerajinan
yang lebih responsif
dengan kebutuhan
pasar.
Pelatihan dan
pendampingan
pembuatan desain
produk yang
didahului dengan
penambahan
wawasan tentang
perkembangan
desain produk
kerajinan di dunia
saat ini dan
trendnya.
Dimilikinya
kompetensi
memadai
pembuatan desain
produk
menggunakan
piranti komputer
untuk mengurangi
ketergantungan
desain produk
dari buyer seperti
selama ini terjadi.
Perluasan desain
produk ditinjau
dari bentuk,
ukuran, ragam
hias, motif dan
penggunaannya. 4. Pembuatan
website
pemasaran.
Pembuatan dan
pemeliharaan website
untuk promosi dan
pemasaran on-line.
Pelatihan desain
grafis
Pelatihan pembuatan
website
Pelatihan pemasaran
on-line
Pendampingan
pemeliharaan
website dan
pemasaran online
Dimiliki dan
dipergunakannya
secara optimal
website promosi
dan pemasaran
on-line oleh dua
UKM mitra.
Penambahan
pangsa pasar.
Peningkatan
omzet.
47
D. KARYA UTAMA
Karya utama dari kegiatan ini adalah teknologi batik logam untuk memecahkan
permasalahan pewarnaan logam aluminium, modernisasi dan modifikasi peralatan
produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas serta kontinyuitas produksi,
perluasan desain produk untuk memperluas jangkauan pasar ekspor, pengembangan
website dan promosi, dan peningkatan kapasitas manajemen dan administrasi usaha.
E. ULASAN KARYA UTAMA
Pewarnaan Logam Aluminium
Penerapan teknologi anodising pada pewarnaan logam aluminium khususnya
untuk kerajinan aluminium seperti yang dikerjakan oleh para pengerajin di Desa
Menyali adalah suatu inovasi baru untuk meningkatkan kualitas hasil kerajinan mereka.
Teknologi pewarnaan logam alumnium yang diterapkan ini selanjutnya akan dibranding
dengan nama “Batik Logam” pada kerajinan aluminium khas Desa Menyali (Buleleng).
Teknik ini adalah hasil pengembangan yang dilakukan oleh pelaksana dengan
menindaklanjuti hasil ujicoba yang dilakukan oleh seorang mahasiswa (Ketua Pelaksana
selaku pembimbing utama) dalam penyusunan skripsi di Jurusan Pendidikan Kimia,
FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha.
Deskripsi ringkas dari teknologi “Batik Logam” ini adalah sebagai berikut: (1)
tahap pengolahan awal permukaan logam aluminium dengan larutan alkalin dan
mengkilapkan dengan asam nitrat; (2) tahap anodising dengan teknik elektrolisis
menggunakan katoda inert, elektrolit asam sulfat dan arus listrik DC 25 Volt untuk
menghasilkan lapisan tipis oksida aluminium dan pori-pori pada permukaaan; dan (3)
tahap pewarnaan secara elektrolitik yaitu teknik anodising secara bertingkat
menggunakan logam lain yang memiliki citra estetik tinggi yaitu emas, perak, dan
tembaga. Pada tahap ketiga ini, setiap tingkat pewarnaan menggunakan pelindung
(resist) berupa cat minyak untuk melindungi bagian logam aluminium yang tidak
diwarnai pada tingkat pewarnaan ini. Setelah diwarnai satu tingkat, dilakukan
perendaman dengan air panas agar terjadi sealing atau penutupan pori-pori yang tidak
terwarnai pada bagian yang diwarnai. Kemudian, bagian permukaan yang dilindungi
dengan cat minyak digosok dengan minyak dan dicuci dengan detergen agar pelindung
benar-benar terlepas dan tidak mengganggu proses pewarnaan selanjutnya. Pada
pewarnaan tingkat selanjutnya, permukaan logam selain bagian yang diwarnai pada
tingkat kedua ini ditutup dengan cat minyak. Proses pewarnaan tingkat kedua seperti
pada tingat pertama namun dengan logam pemberi warna yang berbeda. Demikian
seterusnya hingga batik logam selesai dibuat sesuai desainnya.
Hasil sementara yang telah diperoleh dan dibandingkan dengan pewarnaan
aluminium yang telah dilakukan mitra sebelumnya dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sebelumnya (pewarnaan konvensional) Setelahnya (pewarnaan anodising)
48
Gambar 1 Perbandingan Hasil Pewarnaan Aluminium
Tanggapan mitra industri terhadap hasil penerapan inovasi teknologi pewarnaan
ini adalah (1) hasil pewarnaan jauh lebih baik dan lebih kuat serta lebih artistik, (2)
namun biaya produksi lebih mahal karena menggunakan larutan emas, (3) hanya cocok
untuk desain-desain barang kerajinan yang luxurary atau pangsa pasar yang khusus, dan
(4) variasi warna terbatas, dan (5) oleh karena itu perlu dipadukan dengan teknik
pewarnaan sprying and heating yang menggunakan warna cat khusus logam yang
harganya lebih murah dengan warna yang lebih bervariasi. Bedasarkan masukan
tersebut, disepakati untuk terus mengujiterap berbagai teknik pewarnaan sehingga
menghasilkan pewarnaan logam aluminium yang lebih bervariasi dan lebih murah biaya
produksinya namun tetap berorientasi pada pangsa pasar.
Modernisasi Peralatan Produksi
Kesepakatan awal antara mitra dengan tim pelaksana (sesuai usulan proposal)
adalah menyediakan mesin bubut yang akan digunakan untuk membuat perkakas yang
diperlukan dalam pembuatan kerajinan aluminium, namun seiring dengan permintaan
pasar untuk membuat pernik-pernik kerajinan aluminium dengan motif-motif ketukan
kecil-kecil dan lurus-lurus dengan jumlah yang banyak serta waktu pengerjaan yang
sempit sementara pengerjaannya manual menggunakan perkakas sederhana, maka mitra
dan tim pelaksana menyepakati berdasarkan diskusi yang panjang untuk memodifikasi
mesin jahit (bordir) berdinamo untuk mengganti cara pengerjaannya agar lebih cepat
(sampai 10 kali lipat) dan hasilnya ketukannya jarak dan besarnya homogen.
Gambar 5.2 berikut menunjukkan salah satu desain sederhana yang harus dibuat
dalam jumlah besar namun dalam waktu yang singkat. Penggantian perkakas dan cara
pengerjaan menggunakan mesin bordir yang termodifikasi menjadi solusinya.
Desain produk yang harus dibuat banyak dan perkakas konvensional yang digunakan
Cara pengerjaan konvensional (sebelumnya) Mesin jahit yang dimodifikasi (setelahnya)
Gambar 2 Modernisasi Peralatan Produksi
49
Untuk tahapan selanjutnya, mitra memerlukan modenisasi peralatan lainnya seperti alat
pemotong (alat plong hidraulik) menggantikan gunting logam dan alat gijig untuk
memotong kayu (untuk kerajian aluminium yang terintegrasi dengan kayu oleh mitra
kedua).
Perluasan Desain Produk Untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen maka hal yang sangat penting
dilakukan oleh pengerajin aluminium adalah perluasan desain produk. Melalui
pendampingan yang intensif dengan pendekatan diskusi antar personal yang panjang
dan melalui problem solving terhadap persoalan-persoalan desain produk terkait order
barang kerajinan oleh pihak konsumen atau pihak eksportir, mitra industri mulai
meyadari dan mengalami perubahan mind set dari semula hanya mengerjakan barang-
barang kerajinan dengan desain pesanan berubah menjadi membuat desain sendiri,
menjual atau bernegosiasi dengan para pemesan produk kerajinan untuk dapat
digunaannya desain sendiri disamping tetap melayani order dengan desain mereka.
Gambar 3 Perluasan Desain Produk
Sebagai salah satu contoh keberhasilan perluasan desain produk adalah adanya
kontrak kerja dengan penyedia layanan dekorasi Hotel Harris Sunset Road yang telah
dikerjakan dalam bulan Maret 2014 lalu dengan kontrak sebesar Rp. 76.187.500,00.
Desain dekorasi lampu untuk lobi hotel dikerjakan sendiri desain dan pemasangannya
yang hasilnya membuat pemberi kontrak dan juga kesan tamu hotel sangat puas.
Gambar 4 Kontrak Kerja dan Hasil Pengerjaan Dekorasi Hotel Harris Sunset
Road Kuta
50
Pembuatan Website Pemasaran dan Peningkatan Manajemen Usaha Pembuatan website Wahyu Artha Handycraft and Partners dimaksudkan untuk
menjadi wahana promosi dan nantinya dikembangkan menjadi sarana pemasaran
produk kerajinan aluminium yang dihasilkan oleh kedua mitra dan kolega pengerajin
lainnya yang ada di Desa Menyali. Website telah dirancang dengan tampilan perdana
seperti pada situs http://wahyualuminium.esy.es. Website ini berbahasa Inggris dengan
fitur layanan website ini masih sederhana dan akan terus dikembangkan berdasarkan
respon pengguna dan kesiapan mitra untuk menggunakan, merawat, mengadministrasi
dan mengembangkannya. Setelah melalui berbagai proses penyempurnaan telah
dilaunching situs baru dengan host berbayar yaitu http://wahyuarthaaluminium.com.
Administrasi dan Manajemen Usaha
Administrasi dan manajemen usaha yang dikelola oleh mitra saat ini masih bersifat
manual telah mengalami perubahan yang cukup berarti dengan semakin disadarinya
betapa pentingnya administrasi dan dokumentasi digital dan tersimpan dalam komputer.
Salah satu contoh adalah catatan order hanya ditulis di papan tulis ditempel di tembok
workshop. Hal ini perlu didokumentasi dalam bentuk catatan lainnya atau dalam file
yang tersimpan di komputer, yang dilengkapi target waktu penyelesaiannya dan
pencatatan aspek keuangannya. Oleh karena itu, mitra pertama untuk tahun ini membuat
kantor di sebuah kamar kosong di samping gudang penyimpanan produk jadi yang
dilengkapi dengan seperangkat komputer (beserta printer dan modem untuk akses
internet).
Kondisi sebelumnya Setelahnya
Gambar 5.Administrasi dan Dokumentasi
F.KESIMPULAN
Secara umum program IbPE pada tahapan ini telah berjalan dengan baik,
kerjasama baik mitra dengan tim pelaksana sangat menunjang segala kegiatan yang
telah dilaksanakan. Luaran yang telah dicapai adalah (1) teknologi pewarnaan logam
aluminium secara anodising bertingkat yang dibranding dengan istilah Batik Logam; (2)
sebuah peralatan produksi berupa mesin jahit/bordir berdinamo yang dimodifikasi
sehingga lebih efisien dan efektif untuk desain dengan motif lurus, ketukan kecil-kecil
dengan produk yang ordernya banyak dalam waktu singkat; (3) desain lampu dan
dekorasi fungsional untuk hotel dan restoran; dan (4) sebuah website pemasaran.
G. MANFAAT DAN DAMPAK KEGIATAN
Manfaat nyata yang dirasakan oleh mitra adalah adanya peningkatan omzet
mitra usaha sekitar 20% (dari 50-60 juta/bulan menjadi 70-80 juta/bulan), hal ini
didukung oleh peningkatan kapasitas produksi sekitar 20%. Disamping itu, pangsa pasar
inetrnasional dan kepercayaan pasar terhadap produk-produk kerajinan aluminium yang
dihasilkan mitra juga bertambah.
51
Dampak dari kegiatan ini adalah adanya peningkatan kebanggaan warga Desa
Menyali, walaupun jauh dari hiruk pikuk pariwisata Bali selatan, ternyata
masyarakatnya dapat menghandalkan produk-produk kerajinan meraka sebagai sumber
penghidupan di samping pertanian yang digelutinya. Dampak lainnya yang dirasakan
oleh penduduk desa adalah mereka dapat membentuk jatri diri warga Menyali yang
rajin, ulet dan kreatif serta berwawasan global.
H. PERSANTUNAN
Penghargaan yang tinggi ditujukan kepada DITLITABMAS DIKTI,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas hibah dana program PPM skema IbPE
sehingga kegiatan ini berjalan baik. Ucapan terima kasih disampaikan kepada mitra
industri yaitu Wahyu Artha Handycraft dan Siapa Sangka Handycraft atas kerjasama
baik yang telah terbina.
I. DAFTAR PUSTAKA
Aldinger, F. & Weberruss, V.A. 2010. Advanced Ceramics and Future Materials.
Weinheim: Wiley-VCH.
Karyasa. I W., 2011. Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan. Singaraja:
UNDIKSHA Press.
West. A. R. 1989. Solid State Chemistry and Its Application. Singapore: John Wiley &
Sons.
52
Artikel 2 dipublikasi dalam Jurnal Kimia Visvitalis Vol 1. Tahun 2014. Online.
Anodising Alumnium dengan Variasi Beda Potensial
A.A. Ketut Wisnu Arisudana Kusuma, I Wayan Karyasa*, I Nyoman Suardana
Jurusan Pendidikan Kimia
UniversitasPendidikan Ganesha, Singaraja, Bali
Abstrak Penelitian ini bertujuan menentukan karakteristik permukaan logam aluminium melalui proses anodizing. Variabel bebas yang digunakan adalah besar beda potensial yang diberikan pada proses anodizing. Kualitas karakteristik permukaan logam aluminium ditentukan dengan analisis data yang berupa ketebalan dan lebar pori yang terbentuk selama proses anodizingyang diperoleh dari uji Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray. Pada penelitian ini digunakan logam aluminium dengan kemurnian 99% dengan ketebalan 3 mm berukuran 6 cm x 1,5 cm yang sudah dibersihkan menggunakan aquades, sabun, dan alkohol, selanjutnya direndam dalam larutan NaOH 1M selama 2 menit, kemudian dilanjutkan dengan proses anodizing dengan variasi beda potensial yang diberikan yaitu 15 V, 20 V, dan 25 V. Tahap selanjutnya dilakukan ujiScanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray terhadap sampel sehingga didapatkan data Ketebalan dan lebar pori yang terbentuk selama proses anodizing pada permukaan logam aluminium serta data komposisi penyusun logam aluminium hasil anodizing. Hasil analisisdata ketebalan dan lebar pori yang diperoleh dari uji Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray menunjukkan beda potensial 25 V memberikan hasil yang paling baik. Kata kunci: aluminium, beda potensial, anodizing
Abstract The aim of this study was to determine the characterization of aluminium surfaces that have been anodized. Independent variable of this experiment is voltage variations in anodizing processes. Quality of the aluminium surfaces is determined by analyzing data of the aluminium oxide pores thickness and width that occurred fromScanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray instrument test. In this study is used an aluminium metals with 99% purity with thickness approximately 3 mm and 6 cm x 1,5 cm dimension and have been cleaned by aquadest, soap, and alcohol. After that, it degreased with NaOH 1 M solution in 2 minutes and then continuing with anodizing processes with voltage variation (15 V, 20 V, and 25 V). The next step is it tested by Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray instrument. In these processes, the data of aluminium oxidepores thickness and width is occurred. Data of the composition of aluminium after anodized is occurred from Energy Dispersive X-ray test. The results show that the best condition of aluminium surfaces is occurred at 25 V. Keywords :aluminium, voltage, anodizing
*Correspondence Author: [email protected], Jurusan P. Kimia FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha
53
PENDAHULUAN Paradigma pendidikan sains pada dasarnya menekankan pada dua hal yaitu;
sains sebagai produk dan sains sebagai proses. Sains sebagai produk menekankan hasil capaian kompetensi siswa yang diukur berdasarkan produk dari proses pembelajaran. Sains sebagai proses menekankan penilaian hasil capaian kompetensi siswa yang diukur berdasarkan proses yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran. Hal ini menuntut siswa untuk menguasai materi tidak hanya pada pengetahuan teoritis namun juga harus mampu memiliki kemampuan praktis.
Pemahaman terhadap pengetahuan teoritis dan kemampuan praktis yang baik akan membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya sehari-hari berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Salah satu contohnya adalah materi elektrolisis.Elektrolisis dikehidupan sehari-hari lebih dikenal oleh masyarakat dalam bentuk elektroplating (penyepuhan). Masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat terkait proses elektroplating adalah tidak semua logam dapat disepuh dengan cara yang sama. Salah satu logam yang memerlukan perlakuan khusus untuk disepuh adalah logam aluminium.
Logam aluminium merupakan salah satu logam yang sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Logam ini sering dimanfaatkan sebagai perlengkapan dapur, industri otomotif, hingga bahan pembuatan pesawat terbang.Aluminium sering dipergunakan karena memiliki sifat-sifat yang unggul seperti kuat, ringan mudah ditempa dan lain-lain (Istiyono, Sari, &Adi, 2008).
Kebutuhan pasar dunia terhadap logam aluminium tidak hanya sebatas pada keistimewaan sifat fisis yang dimiliki oleh logam aluminium melainkan juga berhubungan dengan segi estetika.Banyak industri seperti industri handphone, otomotif dan peralatan dapur yang sudah menggunakan teknik pewarnaan logam aluminium untuk meningkatkan nilai estetika logam tersebut. Kebanyakan teknik pewarnaan logam aluminium yang digunakan adalah dengan teknik pelapisan logam aluminium dengan menggunakan pewarna (dye) ataupun dengan chrome (Cr) (TCEQ, 2007)
Penggunaan teknik pelapisan dengan menggunakan pewarna ataupun chrome memiliki kelemahan utama yaitu mudah pudar/terkelupasnya pewarna ataupun chrome yang digunakan untuk melapisi logam aluminium. Hal ini tentunya akan mempengaruhi daya beli pasar terhadap peralatan yang berbahan dasar aluminium. Untuk meningkatkan nilai estetika yang dimiliki logam aluminium sebagai bahan dasar berbagai peralatan rumah tangga salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan memadankan antara logam aluminium dengan logam lain yang memiliki nilai estetika seperti emas atau tembaga.Teknik yang paling cocok digunakan untuk logam aluminium yaitu teknik anodizing.
Anodizing merupakan suatu proses elektrolisis dengan prinsip dasar pembentukan lapisan oksida aluminium secara terkontrol melalui prosesaerasi sehingga terbentuk lapisan oksida yang berpori (Presto&Fainstein, 2003).Secara umum teknik anodizing dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, regular anodizingdan hard anodizing.Teknik regular anodizing digunakan untuk keperluan yang bersifat dekoratif, sedangkan teknik hard anodizing lebih bertujuan meningkatkan kekuatan fisik dari logam aluminium.Teknik anodizing merupakan teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan logam aluminium terhadap korosi serta meningkatkan ketahanan fisik serta keausan logam aluminium.
Proses anodizing dilakukan dengan cara elektrolisis. Logam aluminium yang telah dipreparasi dihubungkan dengan kutub positif power supply sedangkan kutub negatifnya akan dihubungkan dengan logam inert seperti platina, timbal dan lain-lain. Anoda dan katoda dari power supply ini kemudian dicelupkan kedalam larutan elektrolit.
Teknik yang paling umum digunakan dalam anodizing berdasarkan jenis elektrolit yang digunakan adalah jenis sulfuric acid anodizing.Hal ini disebabkan teknik ini yang paling bernilai ekonomis.Konsentrasi asam sulfat yang paling optimum digunakan
54
untuk teknik anodizing adalah 15%.Pada konsentrasi 15%, karakteristik permukaan logam aluminium hasil anodizing memberikan tingkat kekerasan dan keausan yang paling optimal (Sidharta, Soekrisno, dan Iswanto, 2012).Hal lain yang mempengaruhi kualitas aluminium hasil anodizing adalah besar beda potensial yang diberikan. Perbedaan besar beda potensial yang diberikan akan mempengaruhi lebar dan ketebalan pori oksida aluminium yang terbentuk (Araoyinbo, Noor, Sreekantan, dan Azis, 2010).
Teknik anodizing adalah suatu proses penyepuhan logam yang didasarkan atas pembentukanlapisan oksida aluminium melalui oksidasi yang terkontrol sehingga terbentuk pori yang akan dilapisi/diisi oleh lapisan logam lain (Presto, 2003).
Secara umum teknik anodizing dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu Regular dan hardanodizing. Teknik ini dibedakan atas dasar kuat atau lemahnya proses pembentukan oksida logam melalui pengontrolan. Regular anodizing biasanya digunakan untuk melapisi aluminium sehingga hasil yang diperoleh menjadi lebih dekoratif.Teknik hard anodizing biasanya digunakan untuk membuat lapisan oksida yang lebih tebal sehingga aluminium memiliki ketahanan terhadap korosi yang lebih kuat. Pemilihan teknik anodizingakan sangat bergantung pada keperluan. Jika yang diperlukan hanya sebatas membuat aluminium yang dekoratif yaitu memiliki nilai estetika maka cukup digunakan anodizing jenis regular anodizing.
Teknik anodizing pada dasarnya menggunakan prinsip elktrolisis.Pada sel elektrolisis, anoda dihubungkan dengan logam aluminium yang akan di-anodizing dan di bagian katoda dihubungkan dengan logam aluminium lain. Kemudian pada sel ini dialirkan beda potensial. Beda potensial ini akan memicu pertumbuhan lapisan oksida pada permukaan logam aluminium.Pembentukan lapisan oksida pada permukaan aluminium sangat dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang terdapat ada larutan elektrolit. Pengaliran udara (aerasi) pada proses ini akan menyuplai sejumlah oksigen pada sel elektrolisis sehingga larutan elektrolit tidak mengalami defisit oksigen. Disamping itu fungsi penambahan aliran udara pada proses ini adalah menciptakan rongga pori pada oksida aluminium yang dibentuk. Terbentuknya pori pada oksida menandakan proses anodizing berhasil dilakukan.
Kualitas produk hasil anodizing ditentukan oleh ketebalan pori yang terbentuk serta jarak antar pori. Jarak antar pori yang terbentuk haruslah saling berdekatan untuk menghindari pewarnaan yang kurang merata. Berdasarkan data SNI No.07-0734-1989 tentang kualitas lapisan anodisasi aluminium, ketebalan pori oksida yang terbaik adalah pada kisaran ± 18 µm untuk keperluan dekoratif. Untuk keperluan khusus seperti peningkatan kekuatan fisik logam SNI mempersyaratkan ketebalan pori rata-rata diatas 20 µm.Keperluan khusus lebih cenderung pada kebutuhan konsumen terhadap kekuatan fisik dan keausan logam aluminium hasil anodizing. Berikut disajikan data kualitas logam aluminium hasil anodizing berdasarkan SNI.
Tabel 1. Data Kualitas Permukaan Logam Aluminium Hasil
AnodizingBerdasarkan Data SNI No. 07-0734-1989
Kelas Ketebalan Rata-rata Minimum µm
1 18 2 10 3 5
Khusus ≥ 20 METODE Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah; aquadest, sabun cair, alkohol 70%, pelat aluminium dengan kemurnian 99% tebal 0,3 mm ukuran 1,5 x
55
6 cm sebanyak 8 buah, 10 gram padatan NaOH yang digunakan untuk membuat larutan NaOH 1 M sebanyak 250 mL dan asam sulfat 96% sebanyak 78,11 mL yang akan diencerkan menjadi 15% sebanyak 500 mL. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah;set alat elektrolisis yang terdiri dari bak kaca ukuran 25 cm x 10 cm x 10 cm, adaptor 15V – 25V, Penjepit, dan kompresor udara kecil yang digunakan untuk pengalir udara dalam proses anodizing, bak kaca ukuran 10 cm x 10 cm x 6 cm untuk proses degreasing, bak untuk proses cleansing,SEM-EDX (Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray)Type FEI Inspect S50 untuk memperoleh data ketebalan dan lebar porilapisan aluminium oksida hasil anodizing serta data komposisi unsur-unsur yang terdapat dalam logam aluminium hasil anodizing. Cara Kerja Preparasi Logam Aluminium
Pelat logam aluminium dengan kemurnian 99% tebal 0,3 mm dipotong dengan ukuran 6 x 1,5 cm kemudian dibersihkan secara fisik dari kotoran yang menempel dengan menggunakan alkohol, sabun dan aquadest. Tahap pembersihan dilanjutkan dengan tahap pre-treatment secara kimiawi dengan cara logam aluminium direndam dalam larutan NaOH 1 M dalam suhu ruangan selama 2 menit untuk menghilangkan kotoran yang lolos dari pembersihan secara fisik. Setelah melalui proses degreasing, pelat aluminium kembali dibersihkan dengan menggunakan aquadest. Tahap Anodizing Logam Aluminium
Logam aluminium yang telah dibersihkan kemudian di-anodizingdalam larutan asam sulfat 15%. Logam aluminium yang akan di-anodizing dihubungkaan dengan kutub positif power supply sehingga aluminium akan bertindak sebagai anoda. Selanjutnya kutub negatif power supplyakan dihubungkan pada logam aluminium lainnya. Kedua elektroda ini kemudian dicelupkan kedalam larutan asam sulfat dengan konsentrasi 15% yang kemudian dialirkan listrik dengan variasi beda potensial yang diberikan yaitu 15 V, 20 V, dan 25 V sehingga nantinya diperoleh sebanyak 3 sampel. Anodizing dilakukan selama 3 menit pada suhu 25±5oC dengan bantuan kompresor kecil untuk memberikan suplai udara pada proses anodizing.Jarak antar elektroda diatur sejauh 20 cm.
Uji Karakteristik Logam Aluminium Hasil Anodizing dengan SEM-EDX Logam aluminium hasil anodizing dengan asam sulfat pada konsentrasi 15%
dengan variasi beda potensial 15 V, 20 V, dan 25 V diuji karakteristik permukaannya dengan menggunakan instrumentasi SEM (Scanning Electron Microscope) dan EDX (Energy Dispersive X-Ray) dengan tipe FEI Inspect S50 yang dilaksanakan di laboratorium sentral Universitas Negeri Malang untuk mengetahui karakter permukan yang terbentuk selama proses anodizing dan komposisi penyusun logam tersebut setelah di-anodizing.Sebelum dilakukan uji SEM-EDX terlebih dahulu sampel dipreparasi dengan menggunakan uv-bath serta diukur konduktivitas listriknya untuk mempermudah pengoperasian serta pembacaan data SEM-EDX yang dihasilkan. Uji SEM-EDX akan memberikan hasil berupa ketebalan dan lebar pori rata-rata pada permukaan lapisan oksida aluminium serta hasil berupa gambaran sebaran pori yang terbentuk selama proses anodizing berlangsung. Data ini kemudian dianalisis dengan membandingkan data yang diperoleh dengan data kualitas anodizing SNI. Hasil analisis karakteristik permukaan logam aluminium kemudian digunakan untuk menentukan beda potensial yang paling baik untuk digunakan dalam proses anodizing sehingga menghasilkan karakteristik permukaan yang paling baik.
56
HASIL DAN PEMBAHASAN Data karakteristik permukaan logam aluminium hasil anodizingyang berupa
ketebalan dan lebar pori aluminium oksida diperoleh berdasarkan hasil uji instrumen SEM (Scanning Electron Microscope).Uji SEM akan memberikan hasil berupa gambar proyeksi dari permukaan logam aluminium yang telah di-anodizing dengan variasi beda potensial yang diberikan pada 15 V, 20 V, dan 25 V.
Kualitas hasil anodizinglogam aluminium ditentukan dari kerapatan, lebar serta tebal pori yang terbentuk. Penentuan kualitas hasil anodizing dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dengan standar kualitas SNI.Hasil proyeksi 2 dimensi yang diperoleh dari analisis SEM dengan pembesaran 50.000 kali ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1.Proyeksi tampilan 2 dimensi hasil analisis SEM terhadap logam aluminium yang telah dianodizingpada variasi beda potensial. A) kontrol, B) 15V, C) 20 V, D) 25V.
Data yang ditunjukkan oleh Gambar 1 menggambarkan karakter permukaan
logam aluminium sebelum dan sesudah anodizing pada variasi beda potensial 15 V, 20 V dan 25 V. Pada aluminium tanpa perlakuan terlihat bahwa karakter permukaannya datar tanpa adanya pori. Hal ini menunjukkan logam masih dalam keadaan murni dan masih belum terbentuk lapisan aluminium oksida. Perlakuan terhadap logam melalui anodizing dengan variasi beda potensial yang diberikan memberikan perubahan pada karakter permukaan logam aluminium. Pada beda potensial 15 V selama 3 menit waktu kontak, terlihat bahwa pori oksida sudah mulai terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan aluminium sudah terbentuk selama proses anodizing. Karakter yang terjadi masih kurang baik, hal ini disebabkan ketebalan yang terbentuk serta jarak antar pori masih terlalu pendek dan kurang rapat.
Pada perlakuan beda potensial 20 V karakter pori yang terbentuk meningkat. Ketebalan pori yang terbentuk serta jarak antar pori sudah lebih dalam dan semakin rapat. Pada perlakuan beda potensial 25 V karakter pori yang terbentuk semakin baik dimana kerapatan antar pori yang terbentuk semakin rapat dan ketebalan pori yang terbentuk semakin baik.
Data analisis SEM yang ditunjukkan oleh Gambar 1 menunjukkan bahwa pada beda potensial 25 V dihasilkan pori yang tersebar merata. Selain proyeksi 2 dimensi dari permukaan logam aluminium, melalui analisis SEM juga diperoleh data ketebalan pori yang terbentuk pada permukaan aluminium hasil anodizing. Ketebalan pori yang terbentuk akan menentukan kualitas dari hasil anodizing yang dilakukan. Berikut disajikan data ketebalan dan lebar pori rata-rata yang diperoleh dari uji SEM.
A B
C D
57
Tabel 2. Data ketebalan dan lebar pori rata-rata logam aluminium hasil anodizing berdasarkan analisis SEM
Beda Potensial
Ketebalan Pori Rata-rata
Lebar Pori Rata-rata
15 V 8,07 µm 8,05 µm 20 V 12,51 µm 12,45 µm 25 V 18,33 µm 19,52 µm
Data Tabel 2 menunjukkan bahwa peningkatan beda potensial yang diberikan
pada waktu kontak yang sama menyebabkan pembentukan oksida aluminium meningkat. Hal ini disebabkan oleh proses oksidasi yang terjadi pada anoda dan reduksi pada katoda meningkat seiring dengan peningkatan beda potensial yang diberikan. Perlakuan anodizing pada beda potensial 15 V memberikan hasil ketebalan rata-rata pori yaitu 8,07 µm dengan lebar pori rata-rata yang terbentuk yaitu 8,05 µm. Perlakuan pada 20 V memberikan kenaikan rata-rata besar nilai ketebalan dan lebar pori yang terbentuk. Ketebalan rata-rata yang terjadi yaitu 12,51 µm dengan lebar rata-rata 12,45 µm. Peningkatan beda potensial ke 25 V memberikan peningkatan ketebalan rata-rata pori yang terbentuk serta lebar rata-ratanya. Ketebalan rata-rata yang terjadi yaitu 18,33 µm dengan lebar rata-rata 19,52 µm.
Ketika pada elektroda diberikan beda potensial, terjadi peristiwa migrasi muatan pada elektrolit. Ion hidrogen dari asam sulfat bergerak menuju katoda dan mengalami reduksi membentuk gas hidrogen.Ion negatif yang terdapat pada larutan seperti ion sulfat bergerak menuju anoda.Pada anoda logam aluminium terjadi peristiwa oksidasi yang menyebabkan logam aluminium teroksidasi menjadi ionAl3+.Ketika ion Al3+ mulai terbentuk di permukaan anoda, ion ini bereaksi dengan ion sulfat yang bergerak menuju anoda sehingga terbentuk lapisan aluminium oksida.
Peningkatan jumlah aluminium oksida terjadi akibat peningkatan beda potensial yang diberikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Araoyinbo dkk, (2010) mengenai “Voltage Effect on Electrochemical Anodization of Aluminum At Ambient Temperature” menunjukkan bahwa semakin besar beda potensial yang diberikan maka pembentukan aluminium oksida pada permukaan anoda akan semakin cepat dan banyak.Menurut Araoyinbo dkk, (2010) Hal ini disebabkan oleh kecepatan transfer muatan yang semakin cepat dengan intensitas yang semakin besar dari katoda menuju anoda. Hal tersebut tentunya akan memicu semakin cepatnya pergerakan ion negatif oksida dan hidroksida menuju anoda. Di sisi lain pada anoda, dengan beda potensial yang besar maka laju oksidasi pada anoda akan semakin cepat sehingga pembentukan ion Al3+ pun akan semakin cepat.
Dari data Tabel 2, terlihat peningkatan ketebalan dan lebar pori yang terbentuk berbanding lurus dengan peningkatan beda potensial yang diberikan. Jika data ketebalan beda potensial yang diperoleh dari eksperimen dibandingkan dengan data kualitas hasil anodizing SNI pada Tabel 1, maka didapatkan bahwa pada beda potensial 15 V diperoleh ketebalan pori yang masuk dalam kelas 3, pada 20 V masuk dalam kategori kelas 2, dan pada 25 V masuk dalam kategori kelas 1. Data tersebut menunjukkan bahwa, untuk keperluan dekoratif, beda potensial 25 V sudah cukup untuk digunakan dalam proses anodizing aluminium.
Hasil anodizing dikonfirmasi dengan menggunakan instrument EDX untuk menunjukkan perbandingan unsur-unsur yang terdapat pada logam aluminium yang diuji.Perbandingan ini menunjukkan apakah anodizing yang dilakukan memang benar membentuk lapisan oksida baru atau tidak.Berikut disajikan data spektrum hasil uji anodizing.
58
A B
C D
Gambar 2. Spektrum Analisis Logam Aluminium hasil Anodizing dengan variasi beda potensial, A) kontrol, B) 15 V, C) 20 V, D) 25 V
Data diatas menunjukkan bahwa peningkatan kadar oksigen dan penurunan kadar aluminium terjadi seiring dengan peningkatan beda potensial yang diberikan. Spektrum A memperlihatkan komposisi penyusun logam aluminium kontrol yang merupakan logam aluminium murni dengan kemurnian 99% tanpa diberi perlakuan apapun. Pada spektrumA terlihat bahwa komposisi Al hampir mendekati 100%, hal ini menandakan bahwa pada A belum terjadi pembentukan oksida aluminium.
Gambar B memperlihatkan komposisi penyusun logam aluminium yang telah dianodizing dalam beda potensial 15 V. Pada spektrum B, terlihat bahwa sejumlah oksigen yaitu 28,35% sudah terbentuk melalui proses anodizing yang menyebabkan penurunan kadar aluminium menjadi 71,65%.
Peningkatan beda potensial yang diberikan menjadi 20 V, menyebabkan peningkatan kadar oksigen yang terlihat pada spektrum C. pada spektrum C terlihat bahwa kadar oksigen meningkat menjadi 43,36% dan kadar aluminium menurun menjadi 56,64%
Spektrum D menunjukkan bahwa pada beda potensial 25 V dengan waktu anodizing yang sama diperoleh komposisi oksigen sebesar 47,53% dan aluminium sebesar 52,47%.
Menurut Padwal, Kulkarini, dan Patil (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Comparative and Morphological Study of Anodized Aluminium Oxide Thin Films Formed at Different Current Densities” peningkatan pembentukan lapisan oksida pada permukaan aluminium dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu, waktu kontak dan besar beda potensial yang diberikan. Peningkatan kadar oksigen dari sampel yang diperlakukan dengan beda potensial berturut-turut 15 V, 20 V, dan 25 V pada waktu kontak yang sama yaitu 3 menit menunjukkan terjadinya pembentukan lapisan oksida yang semakin cepat pada permukaan anoda.
Hasil penelitian yang diperoleh Araoyinbo dkk, (2010) menunjukkan pada pemberian beda potensial 20 V dalam waktu kontak 2 menit diperoleh komposisi oksigen dalam sampel sebesar 41,08% dan aluminium sebesar 55,60%.
Komposisi perbandingan massa yang diperoleh dari uji EDX dapat digunakan untuk menghitung persen komposisi lapisan aluminium oksida yang terbentuk serta persen aluminium murni yang masih terdapat pada sampel. Perbandingan massa aluminium dengan oksida pada senyawa aluminium oksida adalah 54 : 48. Perhitungan persen komposisi aluminium oksida dilakukan dengan menggunakan perbandingan massa aluminium dengan oksigen pada aluminium oksida dengan pembatas berupa persen massa oksigen yang diperoleh dari uji EDX. Perhitungan komposisi lapisan aluminium oksida yang terbentuk disajikan dalam data berikut.
Element Wt%
O 01,63
Al 98,37
Element Wt%
O 28,35
Al 71,65
Element Wt%
O 43,36
Al 56,64
Element Wt%
O 47,53
Al 52,47
59
A. Aluminium Kontrol Persen massa aluminium yang terdapat dalam bentuk Al2O3 :
Persen massa Al2O3 yang terdapat dalam sampel :
Persen massa oksigen + persen massa aluminium = 1,63 % + 1,83% = 3,46%
Persen massa aluminium murni yang terdapat dalam sampel :
Persen massa aluminium total – persen massa aluminium dalam Al2O3 = 98,37% - 1,83% = 96,54% B. Aluminium yang Telah di-Anodizing dengan Beda Potensial 15 V Persen massa aluminium yang terdapat dalam bentuk Al2O3 :
Persen massa Al2O3 yang terdapat dalam sampel :
Persen massa oksigen + persen massa aluminium = 28,35% + 31,89% = 60,24%
Persen massa aluminium murni yang terdapat dalam sampel :
Persen massa aluminium total – persen massa aluminium dalam Al2O3 = 71,65% - 31,89% = 39,76% C. Aluminium yang Telah di-Anodizing dengan Beda Potensial 20 V Persen massa aluminium yang terdapat dalam bentuk Al2O3 :
Persen massa Al2O3 yang terdapat dalam sampel :
Persen massa oksigen + persen massa aluminium = 43,36% + 48,78% = 92,14%
Persen massa aluminium murni yang terdapat dalam sampel :
Persen massa aluminium total – persen massa aluminium dalam Al2O3 = 56,64% - 48,78% = 7,86% D. Aluminium yang Telah di-Anodizing dengan Beda Potensial 25 V Persen massa aluminium yang terdapat dalam bentuk Al2O3 :
Persen massa Al2O3 yang terdapat dalam sampel :
Persen massa oksigen + persen massa aluminium = 47,53% + 53,47% = 101%
60
Persen massa aluminium murni yang terdapat dalam sampel :
Persen massa aluminium total – persen massa aluminium dalam Al2O3 = 52,47% - 53,47% = -1%
Pada perhitungan persen massa aluminium murni diperoleh hasil -1% hal ini disebabkan adanya kemungkinan terperangkapnya oksigen dalam bentuk bebas di dalam sampel yang terperangkap secara interstisi. Hal ini menyebabkan kadar oksigen yang muncul pada instrument EDX tidak hanya menunjukkan oksigen yang berikatan dengan aluminium membentuk aluminium oksida namun juga oksigen yang terperangkap sehingga besar persen massa yang muncul tidak hanya menggambarkan komposisi Al2O3.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa karakteristik permukaan logam aluminium hasil anodizing yang terbaik terbentuk pada proses anodizing dengan beda potensial sebesar 25 V dengan ketebalan rata-rata pori yang dihasilkan yaitu 18,33 µm. PENGHARGAAN Ucapan terima kasih dan penghargaan ditujukan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Msayarakat (Ditlitabmas) DIKTI Kemdikbud RI melalui Program Hibah PPM skema Iptek bagi Produk Ekspor dengan judul IbPE Aneka Kerajinan Aluminium tahun 2014 yang memayungi kegiatan penelitian ini dan Wahyu Artha Handycraft di Desa Menyali atas ijin penggunaan fasilitas pendukung penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Araoyinbo A.O., NoorA.F.M., Sreekantan S.dan AzizA.2010. Voltage Effect On
Electrochemical Anodization Of Aluminum At Ambient Temperature. International Journal of Mechanical and Materials Engineering (IJMME), Vol. 5 (2010), No. 1, 53-58.
Cobden R., Alcan, dan Banburry. 1994. Aluminium: Physical Properties, Characteristics and Alloys. European Aluminium Association; Washington D.C.
Helen H.L., dan Yinlun H. 2006. Electroplating.Encyclopedia of Chemical Processing DOI: 10.1081/E-ECHP-120007747
Istiyono E., Sari R.Y.A. dan Adi B.S. 2008. Pengelolaan Limbah Industri Penyepuhan Logam Perak (Elektroplating) Di Lingkungan Pengrajin Perak Kecamatan Kotagede.Artikel Program Penerapan IPTEKS.023/SP2H/PPM/DP2M/II/2008
Presto C. dan Fainstein L. 2003.Anodizing. The University of Manitoba; England Sidharta B.W., SoekrisnoR. dan Iswanto P.T. 2012. Pengaruh Konsentrasi Elektrolit
Dan Waktu Anodisasi Terhadap Ketahanan Aus Dan Kekerasan Pada Lapisan Oksida Paduan Aluminium ADCL2.Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
TCEQ. 2007. Calculations Guidance Package: Chromium Plating & Anodizing Operation Using Chromic Acid. Air Permits Division Texas Commission on Environmental Quality; Texas
Padwal P., Kulkarini S. Dan Patil A. 2013. Comparative and Morphological Study of Anodized Aluminium Oxide Thin Films Formed at Different Current Densities.International Journal of Physics and Mathematical Sciences ISSN: 2277-2111 volume 3.
61
Lampiran 4. Poster
Poster yang dipasang saat Pameran Bulfest 2014 di Singaraja
Poster yang dipasang saat kunjungan Pemda Bali dan Instansi Terkait di Menyali