lapsus thypoid fever
TRANSCRIPT
Laporan Kasus
TYPHOID FEVER
Oleh:
Firdha Rosita, S.Ked
I1A010080
Pembimbing:
dr. Agus Yuwono, Sp.PD, KEMD, FINASM
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/BLUD RS ULIN
BANJARMASIN
MARET, 2014
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus
TYPHOID FEVER
Oleh
Firdha Rosita, S. Ked
Pembimbing
dr. Agus Yuwono, Sp.PD, KEMD, FINASM
Banjarmasin, Maret 2014
Telah setuju diajukan
.……………………….(dr. Agus Yuwono, Sp.PD, KEMD, FINASM)
Telah selesai dipresentasikan
.………………………(dr. Agus Yuwono, Sp.PD - KEMD)
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………….2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
DAFTAR TABEL....................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
A. Pengertian.......................................................................................................8
B. Etiologi...........................................................................................................9
C. Patofisiologi ..................................................................................................9
D. Penatalaksanaan Medis........................................................................................11
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................36
BAB V PENUTUP.................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
3
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil pemeriksaan widal slide test tanggal 26 Februari 2014..................17
Tabel 2. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 27 Februari 2014........................18
Tabel 3. Hasil pemeriksaan tanggal 28 Februari 2014...........................................20
Tabel 4. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 1 Maret 2014..............................21
Tabel 5. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 2 Maret 2014..............................23
Tabel 6. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 3 Maret 2014..............................24
Tabel 7. Hasil pemeriksaan tanggal 4 Maret 2014.................................................25
Tabel 8. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 5 Maret 2014..............................27
Tabel 9. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 6 Maret 2014..............................28
Tabel 10. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 7 Maret 2014............................30
Tabel 11. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 8 Maret 2014............................31
Tabel 12. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 9 Maret 2014............................33
4
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga
disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu
Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid
adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di
Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.1
Demam Tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemic di Asia,
Afrika latin, Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong
penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan
karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat
luas. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi
600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara berkembang, kasus demam tifoid
dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan
sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan
rawat inap di rumah sakit.
Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan
insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah
5
perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus
per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun
pada 91% kasus.
Beberapa faktor penyebab demam tifoid masih terus menjadi masalah
kesehatan penting di negara berkembang meliputi pula keterlambatan penegakan
diagnosis pasti.Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis
dan melalui pemeriksaan laboratorium. Diagnosis demam tifoid secara klinis
seringkali tidak tepat karena tidak ditemukannya gejala klinis spesifik atau
didapatkan gejala yang sama pada beberapa penyakit lain pada anak, terutama
pada minggu pertama sakit. Hal ini menunjukkan perlunya pemeriksaan
penunjang laboratorium untuk konfirmasi penegakan diagnosis demam tifoid.
Berbagai metode diagnostik masih terus dikembangkan untuk mencari
cara yang cepat, mudah dilakukan dan murah biayanya dengan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi. Hal ini penting untuk membantu usaha penatalaksanaan
penderita secara menyeluruh yang juga meliputi penegakan diagnosis sedini
mungkin dimana pemberian terapi yang sesuai secara dini akan dapat menurunkan
ketidaknyamanan penderita, insidensi terjadinya komplikasi yang berat dan
kematian serta memungkinkan usaha kontrol penyebaran penyakit melalui
identifikasi karier.
Demam tifoid dapat menimbulkan komplikasi yang dapat mengakibatkan
mortalitas (kematian), yaitu sekitar 25 % penderita demam tifoid mengalami
perdarahan, jika terlambat tertangani dapat terjadi mortalitas ( kematian ) sekitar
10 – 32 % bahkan ada yang melaporkan samapai 80 %, sedangkan mortalitas pada
6
miokarditis akibat demam tifoid sekitar 1-5 %, dan tifoid pun dapat
mengakibatkan tifoid toksin yang dapat menyebabkan kematian tetapi jarang
sekali komplikasi ini terjadi.
Dari data di atas nampak bahwa angka insiden penyakit demam tifoid
cukup tinggi dan merupakan penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi pada
organ pencernaan.Kardiovaskuler, pernapasan, tulang, ginjal dan hematolik serta
gangguan neuropsikiatrik samapi dengan menyebabkan kematian bila tidak
ditangani dengan seksama.
Berikut ini akan dilaporkan kasus seorang perempuan berusia 15 tahun
yang didiagnosis thypoid fever dengan trombositopenia refrakter. Pasien dirawat
selama 13 hari dari tanggal 26 Februari s/d 10 Maret 2014 di bangsal Penyakit
Dalam Wanita RSUD Ulin Banjarmasin.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Demam Tifoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
ditandai dengan demam insidius yang berlangsung lama, sakit kepala, badan
lemah, anoreksia, bradikardi relatif, serta splenomegali.2
Demam Tifoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi (S.typhi) atau Salmonella paratyphi (S.paratyphi) yang masuk ke
dalam tubuh manusia. Dan merupakan kelompok penyakit yang mudah menular
dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah.1
Demam tifoid, juga dikenal sebagai demam enterik, adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri yang disebut Salmonella enterica serotype Typhi
(Salmonella Typhi). Orang yang terinfeksi dapat berkembang demam yang
berkelanjutan hingga 104F (40C), kelemahan, sakit perut, dan sakit kepala. Ruam
(rose spots) dapat menyertai infeksi.3
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan demam Tifoid adalah
penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (S.typhi)
atau Salmonella paratyphi (S.paratyphi), yang masuk kedalam tubuh manusia
(saluran pencernaan) dengan ditandai oleh demam insidius yang lama, sakit
kepala, badan lemah, anoreksia, bradikardi relatif, serta splenomegali, dan juga
merupakan kelompok penyakit yang mudah menular serta menyerang banyak
orang sehingga dapat menimbulkan wabah.
8
B. Etiologi
Adapun penyebab dari penyakit demam Tifoid ini adalah Bakteri
Salmonella Typhi ( S. Typhi ) dan Salmonella Paratyphi.2
C. Patofisiologi
1. Proses perjalanan penyakit
Bakteri Salmonella typhi (S.typhi) dan Salmonella paratyphi (S.paratyphi)
masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Sebagian bakteri dimusnahkan di lambung
oleh asam lambung, sebagian lolos masuk kedalam usus halus dan selanjutnya
berkembang biak . Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus halus kurang
baik maka bakteri akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia.
Di lamina propia bakteri berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit
terutama oleh makrofag , kemudian bakteri yang hidup dan berkembang biak di
dalam makrofag di bawah ke plague peyeri ileum distal selanjutnya ke kelenjar
getah bening mesenterika. Kemudian melalui duktus torasikus bakteri yang di
dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatan bakteremia
pertama yang asimtomatik) dan menyebar keseluruh organ retikuloendotelial
tubuh terutama organ hati dan limpa. Di organ-organ ini bakteri meninggalkan
sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel dan selanjutnya masuk
ke dalam sirkulasi darah lagi sehingga mengakibatkan bakteremia yang kedua
kalinya dengan disertai tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik. Di dalam hati
kuman masuk kedalam kandung empedu, berkembang biak bersama cairan
9
empedu diekskresikan secara “ intermittent “ kedalam lumen usus. Sebagian
kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalam sirkulasi
setelah menembus usus, proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag
telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi
pelepasan beberapa mediator imflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan
gejala reaksi imflamasi sistemik seperti: demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
sakit perut, instabilitas vaskuler, gangguan mental dan koagulasi.1
2. Manifestasi klinik
Masa tunas demam Tifoid berlangsung antara 10 – 14 hari gejala-gejala
klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat.
a. Pada minggu I ditemukan gejala klinis dan keluhan demam tifoid seperti;
Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk, dan epistaksis. Pada
pemeriksaan fisik biasanya hanya ditemukan peningkatan suhu tubuh. Sifat
demam adalah meningkat perlahan-lahan, dan terutama pada sore hari hingga
malam hari.
b. Pada minggu ke II ditemukan gejala-gejala yang lebih jelas seperti : Demam,
bradikardi, lidah berselaput (kotor di bagian tengah tepi dan ujung merah),
hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa;
Somnolem, stuporkoma, delirium, atau psikosis.1
2. Komplikasi.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada demam Tifoid yaitu;
10
a. Komplikasi intestinal: Perdarahan usus, Perforasi usus, Ileus paralitik,
Pankreastitis
b. Komplikasi Ekstra-intestinal: Komplikasi kardiovakular (gagal sirkulasi perifer,
miokarditis, tromboflebitis), Komplikasi darah (anemia hemolitik,
trombositopenia, trombosis), Komplikasi paru (pneumonia, empiema,
pleuritis), Komplikasi hepatobilier (hepatitis, kolesistitis). Komplikasi ginjal
(glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis). Komplikasi tulang (ostemielitis,
peritonitis, spondilitis, arthritis). Komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik.1
D. Penatalaksanaan Medis
1. Istirahat dan perawatan
a. Tirah baring dengan perawatan penuh di tempat tidur seperti makan, minum,
mandi, buang air kecil dan besar akan membantu dan mempercepat masa
penyembuhan.
b. Perawatan dengan menjaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan
yang dipakai, posisi tidur pasien perlu diawasi mencegah terjadinya dekubitus
dan pneumonia serta komplikasi lainnya, hygiene perorangan tetap perlu dijaga
dan diperhatikan.
2. Diet
Diet dengan pemberian bubur saring kemudian bubur kasar selanjutnya
dengan nasi padat dini dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sayuran
yang berserat untuk sementara waktu), bertujuan untuk menghindari perdarahan
11
saluran cerna dan perforasi serta mengistirahatkan usus untuk sementara sampai
usus kembali dalam keadaan baik.
3. Terapi penunjang
Pemberian obat-obatan antimikroba yang sering digunakan untuk
pengobatan demam tifoid yaitu ;
a. Kloramfenikol.
Merupakan obat yang diberikan secara oral atau intravena dengan dosis 4x500
mg, obat ini diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas.
b. Tiamfenikol.
Dosis dan efektifitas tiamfenikol pada demam Tifoid hampir sama dengan
kloramfenikol, akan tetapi komplikasi hematologi seperti anemia aplastik lebih
rendah dibandingkan dengan kloramfenikol.
c. Kotrimoksazol.
Efektivitas obat ini hampir sama dengan kloramfenikol, dosis untuk orang
dewasa 2x2 tablet dan diberikan selama 2 minggu.
d. Ampisilin dan amoksisillin.
Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah dibandingkan
dengan kloramfenikol, dosis yang dianjurkan berkisar antara 50-150 mg/kg BB
dan digunakan selama 2 minggu.
e. Seftriakson.
12
Obat ini terbukti efektif untuk demam tifoid, dosis yang dianjurkan adalah 3-4
gram dalam dextrose 100 cc diberikan selama ½ jam per infus sekali sehari,
diberikan selama 3 hingga 5 hari.
f. Kombinasi obat antimikroba.
Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan hanya pada keadaan tertentu
saja antara lain toksik Tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik.
g. Pengobatan demam Tifoid pada wanita hamil.
Golongan obat yang dianjurkan pada wanita hamil adalah ampisilin,
amoksisilin, dan seftriakson.1
13
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas pasien
Nama : Nn. R
Umur : 15 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kuin Utara RT. 4 No. 23 Banjarmasin
MRS : 26 Februari 2014 pukul 12.46 WITA
RMK : 1-08-92-40
3.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 28 Februari 2014.
3.2.I KELUHAN UTAMA
Demam.
3.2,II RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam juga disertai menggigil muncul perlahan-lahan dan terus-
menerus. Demam terjadi naik turun, sering pada sore dan malam hari dan
menurun saat meminum obat paracetamol. Demam dirasakan di sekujur
14
tubuh. Pasien juga mengeluhkan BAB lebih dari 3 kali sehari, konsistensi
cair berampas. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah nyeri perut, dan
mual muntah.
3.2.III RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit Diebetes Melitus, Hipertensi
dan Asma.
3.2.IV RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien mengaku di keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
Diabetes Meilitus, Hipertensi, dan Asma.
3.3. Pemeriksaan fisik
28 Februari 2014
Deskripsi Umum
Kesan sakit : Sedang
Gizi : Baik
Berat Badan : 37 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Tanda vital
Kesadaran : Compos mentis GCS : 4-5-6
Tekanan darah : 100/60 mm Hg
Laju nadi : 120 kali/menit
Laju nafas : 22 kali/menit
Suhu tubuh (aksiler) : 36,6oC
15
Kepala dan leher
Kepala : Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), edema
periorbita (-/-), konj. palpebra hiperemis (-/-)
Leher : Peningkatan JVP (-), pembesaran KGB (-/-)
Toraks
Pulmo I : Tarikan nafas simetris
P : Fremitus raba simetris
P : Suara perkusi sonor (+/+)
A : Suara nafas vesikuler, rhonkii (-/-), wheezing (-/-)
Jantung I : Ictus cordis (+)
P : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula,
getaran/ thrill (-)
P : Suara perkusi pekak, batas kanan ICS III, IV, V
linea parasternalis dextra, batas kiri ICS V linea
midclavicula sinistra
A : S1 dan S2 tunggal, reguler, dan tidak terdengar
suara bising
Abdomen
Inspeksi : Cembung, distensi (-), venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi : Turgor cepat kembali, nyeri tekan epigastrik (+),
hepar, lien, massa tidak teraba
Perkusi : Timpani
16
Eksremitas
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), parese (-/-)
Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), parese (-/-)
3.4. Pemeriksaan penunjang
Tabel 1. Hasil pemeriksaan widal slide test tanggal 26 Februari 2014.
Antigen 1/40 1/80 1/160 1/320 1/640
Salmonella typhi O + + + + NegSalmonella typhi H + + + + NegSalmonella paratyphi A (O) + + + NegSalmonella paratyphi B (O) + + Neg
3.5. Daftar Masalah
1. Demam Menggigil
2. Diare
3. Nyeri perut
4. Mual muntah
3.6. Rencana awal
Demam menggigil, BAB cair berampas, nyeri perut, mual muntah:
a. Assessment : 1. Demam Tifoid
2. DHF
b. Planning : 1. Diagnostik : darah rutin, widal slide test,
imunoserologi DHF
2. Terapetik : resusitasi cairan, antibiotik, obat
simptomatis (demam, nyeri, anti emetik)
17
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
3.7. Evaluasi
Tanggal 27 Februari 2014
a. Subjective : Demam (+), Diare (+), Nyeri perut (+), Mual (-),
Muntah (-), Nafsu makan (-), Sakit kepala (<)
b. Objective :
TD = 80/40 mmHg RR = 20 kali/menit
N = 60 kali/menit T = 39,2oC
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (+), ptekie (-), epistaksis (-)
Tabel 2. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 27 Februari 2014.
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 8.8 11.00 – 16.00 g/dLLekosit 1.9 4.0 – 10.5 ribu/uLEritrosit 3.33 4.0 – 5.50 juta/uLHematokrit 23.4 32.00 – 44.00 vol%Trombosit 27 150 – 450 ribu/uLMCV 70.2 80.0 – 97.0 flMCH 26.4 27.0 – 32.0 pgMCHC 37.6 32.0 – 38.0 %
c. Assessment : 1. Demam tifoid
2. DHF
3. Susp. DSS dengan intra abdominal bleeding
18
d. Planning : 1. Diagnostik : darah rutin, imunoserologi DHF, SGOT/
SGPT, ureum/creatinin, urinalisis
2. Terapetik : IVFD RL 40 tpm + drip adona
IVFD D5 5 meq + dobutamin 1 amp
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
Inj. Invomit (k/p)
Inj. Asam traneksamat 3x1
Inj. Metil prednisolone 2x125mg
PO. Lansoprazole 1x1 tab
Imunos 1x1 tablet
Aviter 2x1 sachet
Transfusi PRC 2 kolf pre dexamethasone
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), meteorismus, asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
Tanggal 28 Februari 2014
a. Subjective : Demam (-), Diare (+), Nyeri perut (+), Mual (-),
Muntah (-), Nafsu makan (-), Sakit kepala (<)
b. Objective :
TD = 120/80 mmHg RR = 28 kali/menit
N = 68 kali/menit T = 36,1oC
19
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (+), ptekie (-), epistaksis (-)
Tabel 3. Hasil pemeriksaan tanggal 28 Februari 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
DARAHHemoglobin 7.9 11.00 – 14.00 g/dLLekosit 2.4 4.0 – 10.5 ribu/uLEritrosit 3.17 4.0 – 5.50 juta/uLHematokrit 24.4 32.00 – 44.00 vol%Trombosit 43 150 – 450 ribu/uLMCV 77.2 80.0 – 97.0 flMCH 24.9 27.0 – 32.0 pgMCHC 32.3 32.0 – 38.0 %SGOT 198 0 – 46 U/ISGPT 93 0 – 45 U/IUreum 22 10 – 50 mg/dLCreatinin 0.8 0.6 – 1.2 mg/dLIgG Anti Dengue Negative NegativeIgM Anti Dengue Negative NegativeURINALISISWarna-Kekeruhan Kuning-Jernih Kuning-JernihBJ 1.010 1.005 – 1.030Ph 6.0 5.0 – 6.5Keton Negative NegativeProtein-Albumin Negative NegativeGlukosa Negative NegativeBilirubin Negative NegativeDarah Samar Negative NegativeNitrit Negative NegativeUrobilinogen 0.1 0.1 – 1.0Leukosit Negative Negative
c. Assessment : Demam tifoid
d. Planning : 1. Diagnostik : darah rutin, USG abdomen
2. Terapetik : IVFD RL 20 tpm + drip adona
IVFD D5 12 meq + dobutamin 1 amp
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
Inf. PCT 3x1 flash (k/p)
Inj. Asam traneksamat 3x1
Inj. Metil prednisolone 2x125mg
20
PO. Imunos 1x1 tablet
Aviter 2x1 sachet
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
Tanggal 1 Maret 2014
a. Subjective : Demam (-), Diare (-), Nyeri perut (+), Mual (-), Muntah
(-), Nafsu makan (-), Sakit kepala (<)
b. Objective :
TD = 100/70 mmHg RR = 20 kali/menit
N = 72 kali/menit T = 36,0oC
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (-), ptekie (-), epistaksis (-)
Tabel 4. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 1 Maret 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 11.4 11.00 – 14.00 g/dLLekosit 5.0 4.0 – 10.5 ribu/uLEritrosit 4.47 4.0 – 5.50 juta/uLHematokrit 35.8 32.00 – 44.00 vol%Trombosit 66 150 – 450 ribu/uLMCV 80.2 80.0 – 97.0 FlMCH 25.5 27.0 – 32.0 PgMCHC 31.8 32.0 – 38.0 %
Hasil USG Abdomen
- Hepatosplenomegali (inflamasi)
- Koleksi cairan intra abdominal
21
- USG abdomen lainnya tidak terdapat kelainan
c. Assessment : Demam tifoid
d. Planning : 1. Diagnostik : darah rutin
2. Terapetik : IVFD RL 20 tpm + drip adona
IVFD D5 5 meq + dobutamin 1 amp
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
Inf. PCT 3x1 flash (k/p)
Inj. Asam traneksamat 3x1
Inj. Metil prednisolone 2x125mg
PO. Imunos 1x1 tablet
Aviter 2x1 sachet
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
Tanggal 2 Maret 2014
a. Subjective : Demam (-), Diare (-), Nyeri perut (+), Mual (-), Muntah
(-), Nafsu makan (+), Sakit kepala (<)
b. Objective :
TD = 80/70 mmHg RR = 20 kali/menit
N = 88 kali/menit T = 35,7oC
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (-), ptekie (-), epistaksis (-)
22
Tabel 5. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 2 Maret 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 10.6 11.00 – 14.00 g/dLLekosit 3.5 4.0 – 10.5 ribu/uLEritrosit 3.97 4.0 – 5.50 juta/uLHematokrit 32 32.00 – 44.00 vol%Trombosit 71 150 – 450 ribu/uLMCV 80.7 80.0 – 97.0 FlMCH 26.7 27.0 – 32.0 PgMCHC 33.1 32.0 – 38.0 %
Assessment : Demam tifoid
c. Planning : 1. Diagnostik : darah rutin
2. Terapetik : IVFD RL 20 tpm + drip adona
IVFD D5 5 meq + dobutamin 1 amp
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
Inf. PCT 3x1 flash (k/p)
Inj. Asam traneksamat 3x1
Inj. Metil prednisolone 2x125mg
PO. Imunos 1x1 tablet
Aviter 2x1 sachet
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
Tanggal 3 Maret 2014
a. Subjective:Demam (-), Diare (-), BAB (-), Nyeri perut (+), Mual (-),
Muntah (-), Nafsu makan (+), Sakit kepala (-)
23
b. Objective :
TD = 100/60 mmHg RR = 20 kali/menit
N = 88 kali/menit T = 37,2oC
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (-), ptekie (-), epistaksis (-)
Tabel 6. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 3 Maret 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 11.2 11.00 – 14.00 g/dLLekosit 6.9 4.0 – 10.5 ribu/uLEritrosit 4.13 4.0 – 5.50 juta/uLHematokrit 30.9 32.00 – 44.00 vol%Trombosit 23 150 – 450 ribu/uLMCV 74.8 80.0 – 97.0 FlMCH 27.1 27.0 – 32.0 PgMCHC 36.2 32.0 – 38.0 %
c. Assessment : Demam tifoid
d. Planning : 1. Diagnostik : darah rutin, rontgen thorax PA +
LAT, albumin
2. Terapetik : IVFD RL 20 tpm + drip adona
IVFD D5 5 meq + dobutamin 1 amp
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
Inf. PCT 3x1 flash (k/p)
Inj. Asam traneksamat 3x1
Inj. Metil prednisolone 2x125mg
PO. Imunos 1x1 tablet
Aviter 2x1 sachet
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
24
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
Tanggal 4 Maret 2014
a. Subjective:Demam (+), Diare (-), BAB (-), Nyeri perut (+), Mual (-),
Muntah (-), Nafsu makan (+), Sakit kepala (-)
b. Objective :
TD = 120/70 mmHg RR = 24 kali/menit
N = 110 kali/menit T = 37,6oC
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (-), ptekie (-), epistaksis (-)
Tabel 7. Hasil pemeriksaan tanggal 4 Maret 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 11.9 11.00 – 14.00 g/dLLekosit 11.3 4.0 – 10.5 ribu/uLEritrosit 4.39 4.0 – 5.50 juta/uLHematokrit 32.6 32.00 – 44.00 vol%Trombosit 11 150 – 450 ribu/uLMCV 74.3 80.0 – 97.0 FlMCH 27.1 27.0 – 32.0 PgMCHC 36.5 32.0 – 38.0 %Albumin 2.7 3.5 – 5.5 g/dL
Hasil Rontgen Thorax PA+LAT:
- Cardiomegaly, LVH
c. Assessment : Demam tifoid
Asites ec Hipoalbumin
d. Planning : 1. Diagnostik : darah rutin
2. Terapetik : IVFD RL 30 tpm
IVFD D5% + dopamin 5 meq/hari
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
25
Inf. Metronidazole 3x500mg
Inj. Asam traneksamat 3x1
PO. Imunos 1x1 tablet
Curcuma 3x1 tablet
Lansoprazole 1x1
Transfusi TC 6 kolf
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
Tanggal 5 Maret 2014
a. Subjective : Demam (+), Diare (-), Nyeri perut (+), Mual (-),
Muntah (-), Nafsu makan (+), Sakit kepala (-)
b. Objective :
TD = 110/70 mmHg RR = 24 kali/menit
N = 112 kali/menit T = 38,7oC
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (-), ptekie (-), epistaksis (-),
asites (+)
Tabel 8. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 5 Maret 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 10.9 11.00 – 14.00 g/dLLekosit 11.3 4.0 – 10.5 ribu/uLEritrosit 4.01 4.0 – 5.50 juta/uLHematokrit 29.8 32.00 – 44.00 vol%Trombosit 11 150 – 450 ribu/uLMCV 74.4 80.0 – 97.0 Fl
26
MCH 27.2 27.0 – 32.0 PgMCHC 36.6 32.0 – 38.0 %
c. Assessment : Demam tifoid
Asites ec Hipoalbumin
Syok septik
d. Planning : 1. Diagnostik : darah rutin
2. Terapetik : IVFD RL 30 tpm
IVFD D5% + dopamin 5 meq/hari
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
Inf. Metronidazole 3x500mg
Inf. Albumin 20% 100cc
Inj. Asam traneksamat 3x1
PO. Imunos 1x1 tablet
Curcuma 3x1 tablet
Lansoprazole 1x1
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
Tanggal 6 Maret 2014
a. Subjective: Demam (-), Diare (-), Nyeri perut (+), Mual (-), Muntah
(-), Nafsu makan (+), Sakit kepala (-)
b. Objective :
27
TD = 110/60 mmHg RR = 20 kali/menit
N = 70 kali/menit T = 36,3oC
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (-), ptekie (-), epistaksis (-),
asites (+)
Tabel 9. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 6 Maret 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 10.3 11.00 – 14.00 g/dLLekosit 7.8 4.0 – 10.5 ribu/uLEritrosit 3.77 4.0 – 5.50 juta/uLHematokrit 27.6 32.00 – 44.00 vol%Trombosit 14 150 – 450 ribu/uLMCV 73.1 80.0 – 97.0 FlMCH 27.3 27.0 – 32.0 PgMCHC 37.3 32.0 – 38.0 %
c. Assessment : Demam tifoid
Asites & edem paru ec Hipoalbumin
Syok septik
d. Planning : 1. Diagnostik : darah rutin, MDT, albumin
2. Terapetik : IVFD RL 30 tpm
IVFD D5% + dopamin 5 meq/hari
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
Inf. Metronidazole 3x500mg
Inf. Albumin 20% 100cc
Inj. Asam traneksamat 3x1
PO. Imunos 1x1 tablet
Curcuma 3x1 tablet
Lansoprazole 1x1
28
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
Tanggal 7 Maret 2014
a. Subjective : Demam (-), Diare (-), BAB hitam (+), Nyeri perut (+),
Mual (-), Muntah (-), Nafsu makan (+), Sakit kepala (-)
b. Objective :
TD = 120/90 mmHg RR = 20 kali/menit
N = 80 kali/menit T = 37,5oC
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (-), ptekie (-), epistaksis (-),
asites (+)
Tabel 10. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 7 Maret 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 11.3 11.00 – 14.00 g/dLLekosit 3.6 4.0 – 10.5 ribu/uLEritrosit 4.18 4.0 – 5.50 juta/uLHematokrit 31.4 32.00 – 44.00 vol%Trombosit 28 150 – 450 ribu/uLMCV 75.2 80.0 – 97.0 FlMCH 27.0 27.0 – 32.0 PgMCHC 36.0 32.0 – 38.0 %Albumin 3.1 3.5 – 5.5 g/dL
Hasil MDT : Leukopenia dan trombositopenia
DD. DHF
Demam Tifoid
c. Assessment : Demam tifoid
29
Asites & edem paru ec Hipoalbumin
Syok septik
d. Planning : 1. Diagnostik : darah rutin
2. Terapetik : IVFD RL 30 tpm
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
Inf. Metronidazole 3x500mg
Inj. Asam traneksamat 3x1
Inj. Farmadol (k/p)
Inj. Antrain (k/p)
PO. Imunos 1x1 tablet
Curcuma 3x1 tablet
Lansoprazole 1x1
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
Tanggal 8 Maret 2014
a. Subjective : Demam (-), Diare (-), BAB hitam (<), Nyeri perut (+),
Mual (-), Muntah (-), Nafsu makan (+), Sakit kepala (-), Pitting
edem ekstremitas inferior (+)
b. Objective :
TD = 110/70 mmHg RR = 20 kali/menit
30
N = 68 kali/menit T = 36,5oC
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (-), ptekie (-), epistaksis (-),
asites (<)
Tabel 11. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 8 Maret 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 10.7 11.00 – 14.00 g/dLLekosit 4.9 4.0 – 10.5 ribu/uLEritrosit 3.94 4.0 – 5.50 juta/uLHematokrit 29.7 32.00 – 44.00 vol%Trombosit 32 150 – 450 ribu/uLMCV 75.5 80.0 – 97.0 FlMCH 27.2 27.0 – 32.0 PgMCHC 36.0 32.0 – 38.0 %
c. Assessment : Demam tifoid
Asites & edem paru ec Hipoalbumin
Syok septik (membaik)
Trombositopenia refrakter
d. Planning : 1. Diagnostik : darah rutin
2. Terapetik : IVFD RL 20 tpm
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
Inf. Metronidazole 3x500mg
Inj. Asam traneksamat 3x1
Inj. Farmadol (k/p)
Inj. Antrain (k/p)
PO. Curcuma 3x1 tablet
Lansoprazole 1x1
Vip-albumin 3x2 caps
Gizi. Susu entramix 6x200 cc
31
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
Tanggal 9 Maret 2014
a. Subjective : Demam (-), Diare (-), Nyeri perut (-), Mual (-), Muntah
(-), Nafsu makan (+), Sakit kepala (-), Pitting edem
ekstremitas inferior (+)
b. Objective :
TD = 110/70 mmHg RR = 20 kali/menit
N = 60 kali/menit T = 37,5oC
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (-), ptekie (-), epistaksis (-),
asites (<)
Tabel 12. Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 9 Maret 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 11.0 11.00 – 14.00 g/dLLekosit 6.7 4.0 – 10.5 ribu/uLEritrosit 4.08 4.0 – 5.50 juta/uLHematokrit 32.8 32.00 – 44.00 vol%Trombosit 86 150 – 450 ribu/uLMCV 80.6 80.0 – 97.0 FlMCH 26.9 27.0 – 32.0 PgMCHC 33.5 32.0 – 38.0 %
c. Assessment : Demam tifoid
Asites & edem paru ec Hipoalbumin
Syok septik (membaik)
Trombositopenia refrakter
32
d. Planning : 1. Diagnostik : -
2. Terapetik : IVFD RL 20 tpm
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
Inf. Metronidazole 3x500mg
Inj. Asam traneksamat 3x1
Inj. Farmadol (k/p)
Inj. Antrain (k/p)
PO. Curcuma 3x1 tablet
Lansoprazole 1x1
Vip-albumin 3x2 caps
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
Tanggal 10 Maret 2014
a. Subjective : Demam (-), Diare (-), Nyeri perut (-), Mual (-), Muntah
(-), Nafsu makan (+), Sakit kepala (-)
b. Objective :
TD = 110/70 mmHg RR = 160 kali/menit
N = 72 kali/menit T = 36,5oC
Lidah tifoid (+), konjungtiva anemis (-), ptekie (-), epistaksis (-)
c. Assessment : Demam tifoid
33
Asites & edem paru ec Hipoalbumin
Syok septik (membaik)
Trombositopenia refrakter
d. Planning : 1. Diagnostik : -
2. Terapetik : IVFD RL 20 tpm
Inf. Levofloxacin 500mg 1 flash/hari
Inf. Metronidazole 3x500mg
Inj. Asam traneksamat 3x1
Inj. Farmadol (k/p)
Inj. Antrain (k/p)
PO. Curcuma 3x1 tablet
Lansoprazole 1x1
Vip-albumin 3x2 caps
3. Monitoring : tanda vital, perdarahan (epistaksis,
melena), asupan cairan
4. Edukasi : tirah baring, perbanyak asupan cairan,
makanan gizi seimbang, diet rendah
serat, teratur minum obat
BLPL
34
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Demam Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi (S.typhi) atau Salmonella paratyphi (S.paratyphi), yang
masuk kedalam tubuh manusia (saluran pencernaan) dengan ditandai oleh demam
insidius yang lama, sakit kepala, badan lemah, anoreksia, bradikardi relatif, serta
splenomegali. Meskipun kriteria definitif di atas banyak mengandalkan
pemeriksaan fisik dan laboratorik, pada kasus ini, pasien tetap dilakukan
anamnesis untuk menelusuri perjalanan penyakitnya. Dari anamnesis, informasi
yang didapatkan mengarah langsung ke demam tifoid. Informasi tersebut antara
lain demam menggigil, diare, nyeri perut, lemah, sakit kepala, penurunan nafsu
makan, mual, dan muntah. Secara teoritis, pasien dengan demam tifoid dapat
ditemukan adanya splenomegali. Namun pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
adanya splenomegali, tetapi dapat ditemukan adanya lidah tifoid dan bradikardi
relatif.
Pada tanggal 26 Februari 2014, dilakukan pemeriksaan widal slide test
didapatkan beberapa informasi tambahan yang memperkuat diagnosis ke arah
demam tifoid dimana titer antigen O di atas 1/160 (1/320) dan titer antigen H di
atas 1/80 (1/320) memberi indikasi kuat terhadap adanya demam tifoid.
Pada kasus ini, pasien diberikan terapi suportif berupa pemberian cairan
ringer laktat untuk mendukung metabolisme dalam melakukan perbaikan jaringan
selama proses pengobatan. Injeksi Antrain® berisi metamizol yang bersifat
36
antipiretika, analgetika dan antiinflamasi kuat untuk mengatasi nyeri dan demam
yang dirasakan pasien. Injeksi asam traneksamat diberikan pada pasien untuk
membantu mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan dimana
obat ini merupakan obat hemostatik yang merupakan penghambat bersaing dari
aktivator plasminogen dan penghambat plasmin.
Selain terapi suportif dan simptomatik di atas, pasien juga diberikan terapi
definitif sesuai diagnosis. Pada kasus ini, diberikan antibiotik levofloxacin dan
metronidazole sebagai terapi definitif. Levofloxacin merupakan isomer optik S-(-)
dari ofloxacin dengan spektrum antibakteri yang luas, aktif terhadap bakteri Gram
positif dan Gram negatif, termasuk bakteri anaerob. Mekanisme kerjanya dengan
cara menghambat replikasi dan transkripsi DNA bakteri. Sedangkan
metronidazole merupakan antibiotik bakterisidal diaktifkan oleh anaeroba dan
berefek menghambat sintesis DNA.
Adanya peningkatan SGOT/SGPT merupakan salah satu kemungkinan
adanya keterlibatan infeksi di liver atau akibat obat-obatan. Untuk melindungi
fungsi hati tersebut, maka pasien juga diberikan curcuma sebagai hepatoprotektor.
Selain itu curcuma berfungsi menambah nafsu makan.
Pada kasus ini juga ditemukan adanya hipoalbumin yang bermanifestasi
pada gejala edema (pembengkakan) pada kaki sehingga perlu diberikan albumin
tambahan yaitu vip-albumin.
Pasien juga diberikan lansoprazole dimana obat ini berfungsi untuk
menghambat sekresi asam lambung yang secara spesifik menghambat H+/K+-
37
ATPase (pompa proton) dari sel parietal mukosa lambung sehingga keluhan mual
dan muntah dapat dikurangi.
Pada tanggal 10 Maret 2014, pasien tidak lagi mengalami nyeri perut,
demam, maupun mual dan sakit kepala. Pasien juga sudah dapat makan dan
minum serta tidak lagi memerlukan pemberian cairan intravena. Dengan
demikian, pasien ini dapat menghentikan rawat inap dan menjalani rawat jalan
hingga gejala dan tanda demam tifoid dapat terkontrol.
38
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus seorang perempuan berusia 15 tahun yang
didiagnosis thypoid fever dengan trombositopenia refrakter. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pasien
telah ditatalaksana dengan terapi suportif, simptomatik dan definitif. Setelah
pasien dirawat selama 13 hari dari tanggal 26 Februari s/d 10 Maret 2014
akhirnya pasien dapat menghentikan rawat inap dan mendapat pengobatan
lanjutan secara rawat jalan.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. D Joko, Widodo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
2. James, Chin MD, MPH. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17. Jakarta: Infomedia.
3. Huan J. Chang, MD, MPH. Typhoid Fever. JAMA. 2009;302(8):914.
4. Anonim. (2008). MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 8. Jakarta. Penerbit PT. Info Master
5. Anonim. (2008). ISO Indonesia. Volume 43. Jakarta. Penerbit ISFI
6. Rani AA, Soegondo S, Nasir, dkk. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Speasialis PEnyakit Dalam Indonesia. Interna Publishing.
40