lontar #9 lr
TRANSCRIPT
1LONTAR - #9 - 2014
B u l e t i n I n t e r n a l V E C O I n d o n e s i a #9Edisi Khusus
APM 2014
Foto: Anton Muhajir
BBeellaajjaarr ddaarriiKKeebbeerrhhaassii llaannPPeettaannii TTaannaahhPPaassuunnddaann
2 LONTAR - #9 - 2014
2 Dari Redaksi
3 Editorial
4 Kunjungan Lapangan
Mendapat Berkah Menjaga
Bumi
1 0 Galeri Foto
12 Agenda
16 Tradisi
1 8 Testimoni
1 9 Infografis
20 Poster
LONTAR (n) daun pohon lontar (Borassus
flabellifer) yang digunakan untuk menulis
cerita; (n) naskah kuno yang tertul is pada
daun lontar; (v) melempar. Maka LONTAR
bagi kami adalah kata kerja (v) sekaligus
kata benda (n). Lontar adalah media
informasi untuk menyampaikan informasi
tentang pertanian yang memperhatikan
ni lai-ni lai lokal, sesuatu yang terus VECO
Indonesia perjuangkan.
Tim Redaksi
Penanggung jawab : Rogier Eijkens
Redaksi : Anton Muhajir
Kontributor : Staf dan Mitra VECO
Indonesia
Layout : Syamsul "Isul" Arifin
Alamat Redaksi
VECO Indonesia
Jl Kerta Dalem No 7 Sidakarya Denpasar
Telp: 0361 - 7808264, 727378,
Fax: 0361 - 723217
Email: [email protected],
Website www.vecoindonesia.org
Twitter @vecoindonesia
Redaksi menerima berita kegiatan, pro-
fil, maupun tips terkait praktik pertanian
berkelanjutan terutama yang terkait de-
ngan mitra VECO Indonesia di berbagai
daerah. Tulisan bisa dikirim lewat email
ataupun pos ke alamat di atas.
2 LONTAR - #9 - 2014
Dari Redaksi Daftar Isi
Materi publikasi ini dicetak
menggunakan kertas daur
ulang 50 persen sebagai
komitmen VECO Indonesia
pada ekologi
Pembaca yang budiman. Tiap
tahun, VECO Indonesia melak-
sanakan pertemuan tahunan
mitra atau Annual PartnerMeeting
(APM). Kegiatan rutin ini di ikuti organisa-
si petani, lembaga swadaya masyarakat,
maupun jaringan VECO Indonesia.
Selain sebagai kegiatan untuk ajang
kumpul para mitra yang tersebar di se-
luruh Indonesia, pertemuan ini juga se-
bagai media belajar dan berbagi
pengalaman.
Tahun ini, pertemuan tersebut kami
adakan di Bandung akhir Agustus lalu.
Temanya Mengangkat Derajat Beras
Lokal Nusantara. Kami ingin agar beras
produk dalam negeri ini makin dikenal
oleh konsumen di negaranya sendiri .
Ada beberapa kegiatan serangkaian
APM 2014. Pertama, temu ahli (expert
meeting) terkait dengan perberasan
Nusantara. Kegiatan ini diadakan melalui
kerja sama dengan Center for Agrifood
Policy and Agribusiness Studies
(CAPAS) Universitas Padjadjaran,
Bandung. Kedua, Pameran Padi
Nusantara yang diadakan di salah satu
mal di Bandung, Paris van Java. Pame
ran tiga hari ini kami adakan bersama
Perkumpulan Indonesia Berseru (PIB).
Puncaknya tentu saja APM 2014 itu
sendiri . Tidak hanya diskusi di dalam
ruangan, selama dua hari, para peserta
melakukan kunjungan ke dua lokasi
yaitu petani produsen beras organik di
Tasikmalaya dan petani sayur organik
di Lembang, Bandung. Hasil kunjungan
kemudian kami refleksikan dalam
diskusi hangat di lokasi kunjungan
maupun di dalam ruang pertemuan.
Buletin yang Anda baca ini
merupakan oleholeh dari pertemuan
tahunan selama tiga hari tersebut. Biar
lebih lengkap, kami tambahkan satu
catatan perjalanan tentang tradisi
warga adat di Sunda untuk menjaga
padi di tanah mereka sebagai bagian
dari kedaulatan pangan sekaligus
menghormati bumi di mana mereka
berpijak saat ini.
Maka, tak usah khawatir j ika Anda
tak bisa hadir di APM 2014. Buletin ini
akan mengabarkannya untuk Anda
semua, tentang bagaimana keberhasi
lan petani (kecil) di Tanah Sunda.
Selamat menikmati. . [Redaksi]
Pelajaran dari Petani
Tanah Sunda
3LONTAR - #9 - 2014
Selama ini, pemerintah, korporasi, atau bahkan
akademisi, selalu gembar-gembor bahwa kebu-
tuhan pangan dunia hanya bisa dipenuhi perusa-
haan-perusahaan besar melalui Revolusi Hijau.
Akibatnya, kebijakan pertanian pada umumnya pun lebih
memihak korporasi dibandingkan petani keci l .
Tapi, pengalaman saya selama ini telah membantah
mitos tersebut. Apalagi ketika mengunjungi dua kelompok
petani di Jawa Barat akhir Agustus lalu. Kunjungan terse
but bagian dari pertemuan tahunan mitra VECO Indone
sia di Bandung.
Ada dua lokasi yang kami kunjungi yaitu di Ta
sikmalaya dan Lembang. Dua kelompok tani ini membuk
tikan mereka bisa memberi makan tak hanya untuk
mereka sendiri tapi juga dunia. Atau, setidaknya konsu
men mereka.
Pertama, Kelompok Tani Simpatik di Tasikmalaya.
Sekitar 1.500 anggota kelompok ini merupakan petani ke
ci l . Luas lahan mereka ratarata kurang dari 1 hektar.
Namun, mereka bisa mendapatkan ratarata 78 hektar
padi organik tiap musim panen.
Tak hanya untuk kebutuhan sendiri , para petani juga
mengekspor beras organik tersebut ke berbagai negara
seperti Amerika Serikat, Jerman, Singapura, dan lainlain.
Tiap kali ekspor, mereka bisa mengirim 2025 ton beras
organik ke negara tujuan.
Kedua, Kelompok Tani Mekar Jaya di Lembang,
Bandung Utara. Di daerah pegunungan berhawa sejuk
ini, petani menghasilkan produk hortikultura dengan
Membuktikan Kekuatan
Petani-petani keci l telah mematahkan mitos yang telanjur terbangun selama ini . Mereka
juga bisa mencukupi kebutuhan pangan dunia.
Editorial
standar mutu internasional. Tak sedikit dari kebun terse
but hanyalah halaman depan, belakang, ataupun
samping rumah mereka.
Namun dari lahanlahan sempit tersebut, mereka bisa
mengirim sayur ke berbagai kota dan negara, seperti
Bandung, Jakarta, Bali , bahkan Papua. Tiap minggu
mereka menjual 150 ton sayur dengan keuntungan Rp
3.000 per kg.
Menariknya, kedua kelompok tersebut bisa mem
produksi komoditas secara mandiri . Mereka tidak tergan
tung sepenuhnya pada korporasi. Petani padi di
Tasikmalaya membuat sendiri benih, pupuk, dan pestisida
organik. Petani di Lembang pun demikian meskipun bibit
masih membeli dari perusahaan.
Keduanya membuktikan mereka bisa mencukupi ke
butuhan sendiri , memberi makan dunia, dan tetap men
jaga keberlangsungan bumi.
Kata kuncinya adalah kolaborasi antara tiga pihak
yaitu petani, pemerintah, dan swasta. Mungkin klise, tapi
begitulah faktanya. Pemerintah mendukung dan memfa
sil itasi petani untuk beralih ke pertanian organik. Di sisi
lain, pihak swasta mendukung pemasaran padi maupun
sayur organik. Mereka menghubungkan petani produsen
dengan konsumen secara langsung, termasuk pasar in
ternasional.
Saya yakin keberhasilan petani Tasikmalaya dan
Lembang hanya puncak gunung es keberhasilan petani
kecil yang mempraktikkan pertanian organik di negeri ini .
Keberhasilan lain pasti lebih banyak lagi. [Anton Muhajir]
Petani Kecil
4 LONTAR - #9 - 2014
Fotofoto: Anton Muhajir
Ketika pemerintah
Indonesia mengimpor
beras, petani Tasikmalaya
justru mengekspor beras.
Bermula dari keinginan
bertani sambi l menjaga
alam, kini petani anggota
Gapoktan Simpatik justru
mendapatkan berkah bumi :
kemakmuran.
MMeennddaappaatt BBeerrkkaahh
MMeennjj aaggaa BBuummii
Gapoktan Simpatik
5LONTAR - #9 - 2014
Kunjungan Lapangan
dengan alam,” katanya. Alam juga
makhluk Tuhan. “Makhluk Tuhan itu
harusnya berkembang biak, bukan
berkembang beak (habis), ” tambahnya.
Karena itulah Hendra menyatakan
haram bila ia kembali menerapkan mo
del pertanian lama yang menggunakan
bahan kimia dan pestisida. Menurutnya,
tak sepantasnya ia membunuh sesama
makhluk Tuhan.
Sementara itu, penggunaan pupuk
organik justru meningkatkan produkti
vitas tanah. Bahanbahan organik juga
sangat banyak dan terhampar di depan
kita, seperti air bekas cucian atau
gedebok. “Kalau ada petani organik
yang mengatakan tidak ada air bekas
cucian beras, tidak ada gedebok, tidak
ada bekicot yang bisa diolah, maka ya
sudah, mati saja lah,” katanya.
Berbekal Kesadaran
Meski sudah memil iki keinginan ber
tani secara organik sejak 1997, toh
mereka baru bisa berkumpul dan mem
bentuk Gapoktan Simpatik pada 2002.
Terletak di Kecamatan Cisayong, Kabu
paten Tasikmalaya, Jawa Barat, Gapok
tan Simpatik menjadi wadah dari
Pada 2014 ini mereka memasuki
tahun kelima mengekspor beras.
Semakin waktu, pasar dan
volume mereka pun terus berkembang.
Tahun lalu saja mereka mengirim sekitar
240 ton beras ke negara-negara di Asia,
Eropa, dan Amerika.
Permintaan terus meningkat; padahal
pada 2009 mereka hanya mengirim 18
ton.
Beras yang mereka ekspor ke luar
negeri merupakan jenis beras khusus,
yaitu beras organik. Sebagaimana
namanya, para petani yang tergabung
dalam Gabungan Kelompok Tani Sistem
Pangan Organik Tasikmalaya (Gapoktan
Simpatik) ini menggunakan model per
tanian organik. Tak sedikit pun mereka
menggunakan bahanbahan kimia.
Selain menghalau hama, bahan
kimia dan pestisida juga membunuh
mikro organisme seperti cacing dan
menurunkan produktivitas tanah. “Pada
hal, mereka (mikro organisme) itu praju
rit para petani organik, ” kata Hendra
Affandi yang akrab disapa Kribo, salah
seorang petani.
“Kita itu, selain berhubungan dengan
manusia dan Tuhan, juga ada hubungan
beberapa kelompok petani organik di
l ingkungan Tasikmalaya.
Menurut Soni Prayatna, Kepala Bi
dang Produksi Padi dan Palawija Dinas
Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, Ga
poktan Simpatik itu terbentuk, bukan
dibentuk. Ketika pertama kali memberi
kan penyuluhan terhadap petani, ia
memberikan kesadaran tentang pen
tingnya menjaga alam. “Bahwa apa yang
dilakukan selama ini oleh petani dalam
menjalankan pertanian konvensional te
lah merusak alam. Jadi, mereka di
sadarkan terlebih dahulu, bukan mau
jualan beras,” katanya.
Adapun soal harga bagus di pasar,
kata Soni, itu bonus saja. Berkah.
Berkat kesadaran itulah para petani
memil iki tekad kuat dalam menjalankan
pertanian organik. Namun, jalan mereka
tak mudah. Pertama sekali adalah
mendapatkan kepercayaan dari sesama
petani. Pasalnya, bertani organik
memang membutuhkan kesabaran dan
ketelitian tingkat tinggi, terutama dalam
proses produksi. Beda antara organik
dan bukan terdapat dalam proses.
Prosesnya sangat ketat. Setidaknya,
ada empat langkah yang harus petani
Penggunaan pupuk organik berhasi l meningkatkan kesuburan tanah.
6 LONTAR - #9 - 2014
Reportase
organik jalankan yaitu menyiapkan benih
berkualitas, mengolah tanah secara ter
tib, menggunakan pupuk kompos dan
pupuk hijau, serta merawat sawah se
cara teratur. “Petani organik harus rajin.
Menyiangi empat kali , penaburan kom
pos dan pupuk pelengkap komposnya,”
kata Uu Syaeful Bahri, Ketua Gapoktan
Simpatik.
Pertanian organik mensyaratkan
adanya pengawas Internal Control Sys
tem (ICS). Demi menjaga kualitas beras,
pengawas ICS senantiasa memantau ke
sawah.
Bahkan, Uu Syaeful Bahri, Ketua
Gapoktan Simpatik, sempat dicemooh
temantemannya ketika menerapkan
model pertanian organik. Banyak
langkah baru yang terasa asing di mata
temantemannya. Misalnya, ketika
sawah lainnya digenangi air, sawah mi
l iknya justru tidak. Ia dianggap aneh.
Bahkan, ia menjadi tontonan ketika
menanam.
Namun, Uu dan petani Gapoktan
Simpatik tak lelah berjuang. Dari semula
empat orang, Gapoktan Simpatik kini
memil iki sekitar 1.700 anggota yang
tersebar di tujuh kecamatan di Ta
sikmalaya. Jika ditotal, sebenarnya ang
gota mereka pernah mencapai 2.500.
Namun mereka terpaksa menjatuhkan
sanksi kepada sekitar 800 anggota ka
rena tak mematuhi peraturan:
menyerahkan hasil panen mereka ku
rang dari 30 persen kepada Gapoktan
Simpatik.
Menurut Uu, hal ini merugikan orga
nisasi. Pasalnya, Gapoktan Simpatik su
dah mengeluarkan banyak modal untuk
membantu petani, seperti membayar
honor pengawas internal yang meman
tau semua proses pertanian organik.
Gapoktan Simpatik terpaksa men
jatuhkan sanksi sebagai cermin atas ko
mitmen mereka menjaga kepercayaan
konsumen dan agar anggota lainnya
mendapatkan kepastian perlakuan.
Setelah tiada lelah menjalankan proses
organik tanpa henti sejak 2002 , mereka
mendapatkan peluang besar sejak 2009.
Untuk pertama kalinya, pada Agustus 2009
mereka mengekspor beras organik ke
Amerika. Mereka bisa mengekspor berkat
kerja sama dengan Emily Sutanto dengan
PT Bloom Argonya.
Emily pertama kali bertemu para
petani di Gapoktan Simpatik sekitar
2008. Ia mendapatkan informasi dari
mantan Gubernur Jawa Barat, Solihin
GP, bahwa ada sekelompok petani or
ganik di daerah Tasikmalaya yang ingin
mengekspor beras. Solihin menawarkan,
bisakah Emily membantu mereka.
Emily semula ragu, benarkah ada
beras yang benarbenar organik di In
donesia? Berangkat dari keraguannya,
ia lalu mengunjungi Tasikmalaya dan
kagum dengan sikap mereka yang ber
tekad menjaga keharmonisan alam. Di
sisi lain, mereka juga masih terjebak
dalam arus kemiskinan.
Ia lalu bertekad membantu mereka.
Ia mendirikan PT Bloom Argo pada
2009. Ia melatih mereka dan mengusa
hakan mereka mendapatkan sertifikasi,
mulai dari nasional hingga internasional.
Pada tahun itu juga Gapoktan Simpatik
mendapatkan sertifikasi internasional
dari Institute of Marketology (IMO) dari
Swiss. Sertifikasi IMO dikenal sebagai
jaminan mutu produk ramah lingkungan
tingkat dunia.
Dengan mengantongi sertifikasi IMO
7LONTAR - #9 - 2014
Reportase
ini mereka bisa mengakses pasar tiga negara yang paling ketat men
erapkan standar pangan: Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang.
Selain itu, Gapoktan Simpatik juga telah mendapatkan sertifikat
Fair Trade. Berbekal sertifikatsertifikat itulah mereka makin meluaskan
jaringan dalam pasar internasional.
Di bawah merk dagang Sunria, mereka mengekspor beras merah,
cokelat, putih, dan campuran kelas premium. Menurut Uu, permintaan
pasar setiap tahun meningkat. Mereka belum bisa memenuhi per
mintaan pasar.
Pada 2009, mereka hanya bisa mengirim 18 ton, padahal per
mintaan pasar 90 ton. Pada 2013 kemarin, permintaan pasar men
ingkat menjadi sekitar 450 ton. Namun, mereka hanya bisa mengirim
240 ton. Mereka belum bisa memenuhi permintaan pasar karena ke
terbatasan yang mereka mil iki , di antaranya kurangnya mesin pas
caproduksi dan mahalnya biaya sertifikasi.
“Biaya sertifikasi itu ratusan juta. Petani dari mana (uangnya), ” kata
Bukhori, salah seorang petani.
Karena itu Bukhori menyarankan agar pemerintah mempermudah
akses bagi petani untuk mendapatkan sertifikasi. “Supaya ada hak
paten, supaya ada daya jual di negaranegara luar. Kalau tidak ada
hak paten, susah (pasarnya). Jangan sampai ada perusahaan Indone
sia, didirikan di Indonesia ternyata diakuaku orang luar, ” katanya.
Meski demikian, satu per satu para petani yang tergabung dalam
Gapoktan Simpatik mendapatkan berkah bumi: kemakmuran. Kribo,
misalnya, ia sudah memil iki rumah layak huni dan dua kendaraan.
Kini, ia juga tak memil iki tanggungan utang sepeser pun kepada
tengkulak. Pertanian organik telah mengubah dan memperbaiki hidup
petani Tasikmalaya. [Muhammad Husnil ]
Beras organik produksi Gapoktan
Simpatik siap diekspor.
8 LONTAR - #9 - 2014
Kunjungan Lapangan
Sadar bahwa kekuatannya akan
meningkat bi la bersama-sama
Doyo mengumpulkan empat
temannya sesama petani dan mendirikan
organisasi. Pada 1 0 Oktober 1 987
mereka sepakat mendirikan Kelompok
Tani Mekar Tani Jaya (MTJ). Dengan
MTJ ia menghimpun dan mengubah
pemikiran para petani di kampungnya,
Lembang, Bandung, Jawa Barat.
Jalan yang ia tempuh sangat terjal.
Mendapatkan tentangan dari sanasini.
Pertama sekali ia mendapatkan per
lawanan dari keluarga. Mereka me
ngeluhkan pil ihan Doyo menjadi petani
karena ia sarjana, saat sebagian besar
masyarakat sekitarnya masih tertatih
tatih menjejaki tangga pendidikan dasar
dan menengah.
Tapi, tekadnya telah membatu. Ia
meyakini bahwa menjadi petani adalah
pil ihan hidupnya. Karena pil ihannya
tersebut, ia kenyang makan cemoohan
dan hinaan. Ia menganggap semua
reaksi negatif itu sebagai pelecut se
mangat bahwa pil ihannya benar dan
mereka keliru.
Berjalan berdasarkan intuisi, ia kerap
tersesat. Sering gagal. Tapi, yang pasti,
semangatnya menjadi petani tak pernah
kendor.
Ia mampu mengatasi semua kendala
negeri. Bahkan MTJ adalah satusatun
ya dan pertama yang lulus dan memil iki
sertifikat sayuran organik di Indonesia.
Hasilnya?
“MTJ kini sudah merajai dunia sayur
Indonesia,” katanya. Produk pertanian
mereka sudah bisa ditemui di pasarpa
sar modern di kotakota besar, seperti
Jakarta dan Bali . Ia juga telah mengeks
por ke beberapa negara seperti Taiwan,
Jepang, dan Belanda. Meski melalui dis
tributor di Singapura, Doyo meng
upayakan agar kardus atau paket
Sayur Segar di Kaki GunungMekar Tani Jaya
Mengantongi i jazah sarjana teknik dari Sekolah Tinggi Teksi l , Bandung, Doyo Mulyo Iskandar justru
mengambi l jalan menjadi petani . Menggeluti kehidupan berkubang lumpur dan debu.
Tangkuban Parahu
yang datang karena pada dasarnya ia
seorang pembelajar sekaligus pengajar.
Ia tak pernah malu belajar kepada siapa
pun. Jalannya mulai terbuka saat salah
seorang temannya belajar mengenai
pertanian di Jepang. Sepulang dari Je
pang, Doyo mulai belajar dan merintis
kepada temannya bagaimana mengelola
pertanian secara modern.
Melalui bantuan Ausaid, satu lem
baga donor dari Australia, pada 2002 ia
belajar pengelolaan pertanian modern di
Australia selama setengah tahun. Tak
hanya di negeri guru, ia juga belajar per
tanian di beberapa negara, seperti Be
landa dan Cina. Semuanya berkat
bantuan lembaga swadaya
masyarakat internasional. Ia
mereguk semua pengetahu
an itu, lalu menyebarkan
nya ketika pulang
kampung.
Di MTJ ia menerapkan
pengetahuan dan pengala
mannya, bagaimana
menghasilkan sayur yang
menyehatkan dan memil iki
daya tawar tinggi. Mereka
mengusahakan
mendapatkan serti
fikasi dari pemerin
tah maupun luar
9LONTAR - #9 - 2014
Reportase
produknya mencantumkan keterangan,
“Produk Indonesia.”
“Alhamdulillah walaupun harga turun
sedikit, tul isan “Indonesia”nya nempel
(di kemasan). Begitu di Hongkong, l ihat
(kardus sayuran bertul iskan) fresh cab
bage product of Indonesia, saya se
nang,” katanya.
Mandiri
Sebagai organisasi petani, Doyo
mampu membuat MTJ mandiri . Karena
itu ia cenderung menolak setiap bantuan
pembangunan fisik yang datang dari pe
merintah, baik tingkat kabupaten sampai
pusat. Ia jengah dengan praktik korupsi
birokrat. “Kalau proses awalnya saja
banyak bohong, hasilnya pasti tidak
baik. Kalau awalnya sudah mengelabui
diri sendiri , hasilnya juga pasti dibohongi
Tuhan. Mending yang luruslurus saja
tapi berkah,” katanya.
Banyak sekali tawaran dari pemerin
tah untuk membantu mereka, kata Doyo,
seperti pembangunan pipa untuk peng
airan. Daripada mendatangkan lebih
banyak mudarat buat anggotanya lebih
baik ia menampiknya. “Nanti saya harus
menandatangani 600 pipa, tapi yang
datang 400. Sisanya mau pakai
bambu?” katanya. “Menyusahkan!”
tegasnya.
Ia hanya menerima bantuan dari pe
merintah jika berbentuk peningkatan
kualitas petani. Misalnya untuk pelatihan
atau workshop mengenai pertanian,
barulah MTJ akan mengirim utusan.
Tapi, tanpa bantuan pemerintah
dalam meningkatkan kualitas petani itu
pun hampir setiap dua tahun sekali MTJ
mengirimkan, setidaknya, satu orang un
tuk belajar pertanian di luar negeri.
Uangnya berasal dari iuran antara kelu
arga dan kelompok. Syaratnya, setelah
pulang anggota tersebut bekerja selama
dua tahun di kelompok yang mem
biayainya belajar di luar negeri. Begitu
kelar, ia memil iki pi l ihan apakah akan
mulai membangun pertanian sendiri atau
mengambil jalur perdagangan.
Ia menekankan sekali kualitas petani
ini . Menurutnya, petani yang berkualitas
selalu memil iki jalan untuk mengatasi
keterbatasan. Saat ini para petani di
Lembang kekurangan lahan. Tanah di
sekitar Lembang sudah diserbu orang
orang kota untuk membangun vila.
Mereka menyiasatinya dengan mem
buka pertanian di halaman atau tanah
tanah sempit yang ada di kampung
kampung mereka. Bahkan, di tanah se
luas tiga meter pun mereka tetap bisa
menanam. Tapi, Doyo mengakui bahwa
dalam hal tanah ini ia tak bisa berbuat
banyak kecuali mengubah pola pikir
orangorang di sekitarnya agar tak men
jual tanah mereka kepada orangorang
kota.
Demi mempertahankan pertanian di
Lembang ia merekrut anakanak muda
untuk tetap bertani. Bertani secara ter
hormat. “Jika saya tidak bangun, anak
muda keluar (daerah), ya tamat (pertani
an ini), ” katanya.
Sejauh ini ia berhasil . Kampungnya
yang saat ia kecil selalu mendapatkan
perhatian lebih dari pemerintah karena
saking miskin dan terbelakangnya kini
menjadi desa paling maju di Lembang
dan hampir semua anakanaknya bisa
mengenyam pendidikan tinggi.
Tapi, ia belum bangga. “Saya belum
bangga kalau petani masih dianggap
rendah oleh profesi lainnya. Saya akan
bangga bila para petani bisa berbuat le
bih untuk merah putih. Kalau bukan oleh
para petani sendiri , siapa yang akan
melakukannya?” kata Doyok retoris.
[Muhammad Husnil ]
10 LONTAR - #9 - 2014
Galeri Foto
26 Agustus. Pembukaan
21 Agustus 2014. Temu Pakar tentang Perberasan Nusantara
26 Agustus. Kunjungan ke Gapoktan Simpatik
28 Agustus. Penandatanganan kerja samaBank NTT dan VECO Indonesia
28 Agustus. Malam budaya penutupan APM 2014
11LONTAR - #9 - 2014
Galeri Foto
2224 Agustus 2014. Festival Padi Nusantara
25 Agustus. Perkenalan
27 Agustus. Kunjungan ke Mekar Tani Jaya
28 Agustus. Pameran produk mitra VECO Indonesia
12 LONTAR - #9 - 2014
Agenda
Pertemuan ini menjadi wadah
berbagai pakar untuk mengkaji
persoalan perberasan nasional.
Menurut Dr Ronnie S Natawidjaja dari
CAPAS Unpad, pertemuan ini menjadi
ajang untuk mendorong dan mem-
perkuat pertanian Indonesia. Hadir
kalangan pemerintah, pihak swasta,
akademis, petani, ataupun lembaga
swadaya masyarakat (LSM).
Isu keberlanjutan mengemuka dalam
diskusi pakar ini. Dr Ronnie menyatakan
bahwa produksi beras di Indonesia ter
golong masih rendah dibanding negara
negara Asia penghasil beras lainnya.
I ronisnya, konsumsi beras di Indonesia
justru paling tinggi di dunia.
Peningkatan produksi beras nasional
bukan tak dikerjakan oleh Pemerintah.
Sayangnya, upaya tersebut belum
mengarusutamakan keberlanjutan. Juga,
tidak ada upaya serius untuk mengu
rangi susut produksi. Ada 160.000an
penggil ingan di Indonesia. Namun, ha
nya ada 10 persen penggil ingan yang
memil iki teknologi maju. Akibatnya pe
nyusutan dari proses gabah menjadi be
ras cukup tinggi lantaran teknologi sudah
ketinggalan zaman.
Pemerintah perlu mendorong in
vestasi di bidang pascapanen. Investasi
pengadaan penggil ingan dengan tekno
logi maju dapat mengurangi tingkat
penyusutan secara signifikan. Hal ini
dapat memberikan sumbangan bagi
peningkatan produksi beras nasional.
Dalam diskusi muncul juga isu me
narik terkait perdagangan beras nasio
nal. Permintaan beras berkualitas
(aromatik, organik, dan lainlain)
di laporkan tumbuh secara signifikan di
pasar. Di ritel, misalnya, pertumbuhan
permintaan beras berkualitas mencapai
30 persen per tahun. Angka ini jauh
melampaui pertumbuhan permintaan be
ras kualitas medium, 10 persen per
tahun. Pusat pertumbuhan permintaan
produk berkualitas ada di Jakarta,
Bandung, Malang, dan Solo di mana
jumlah kelas menengah tumbuh dengan
cepat.
Namun, kue hasil dari pertumbuhan
ini tidak sertamerta dinikmati oleh
petani. Hendri Hendarta, Ketua Dewan
Perwakilan Daerah Aprindo Jawa Barat,
menyatakan ritel di Indonesia mengan
dalkan pasokan beras dari para peda
gang perantara.
Mereka menginginkan pasokan be
ras langsung dari tangan pertama, yaitu
petani produsen, untuk memotong rantai
pasokan. Ini tidak lepas, salah satunya,
Lebih Berkeadi lan
Perberasan nasional menjadi
tema besar dalam diskusi
para pakar (expert meeting)
yang diselenggarakan VECO
Indonesia bersama Center for
Agrifood and Agribusiness
Studies (CAPAS) Universitas
Padjadjaran (Unpad) ,
Bandung. Pertemuan pada 21
Agustus 201 4 ini membahas
dan mengkaj i mata rantai
beras di Indonesia. Temanya,
“Tantangan Perberasan
Nasional dalam Era
Global isasi : Keberlanjutan,
Akses Pasar dan
Kesejahteraan Petani .”
Menuju Tata Niaga BerasDiskusi Pakar
13LONTAR - #9 - 2014
karena marjin keuntungan yang dipe
roleh hanya sebesar 5 persen. Produk
beras berbeda dengan produk lain, mi
salnya pakaian, di mana mereka mem
peroleh marjin lebih dari 5 persen.
Kendati marj in yang diperoleh relatif
kecil , ritel tetap menyediakan tempat
khusus bagi penjualan beras dan produk
olahan dari bahan dasar beras. Betapa
tidak, beras masih menjadi konsumsi
utama bagi masyarakat Indonesia.
Sementara itu, Direktur Bulog Sutarto
Alimoesa menyatakan salah satu tanta
ngan yang dihadapi Indonesia adalah
tata niaga yang menyedihkan.
Tata niaga dikuasai oleh kartel pe
dagang besar. Tujuh pedagang yang
dikenal sebagai '7 Samurai' menguasai
perdagangan gula. Sedangkan empat
pedagang dengan julukan '4 Naga'
mengatur naikturunnya harga daging
sapi di pasar nasional. Akibatnya, petani
tebu dan peternak kecil tidak dapat
menikmati hasil jerih payah mereka se
cara adil .
Tata niaga yang buruk juga terjadi di
perdagangan beras. Sebagai i lustrasi,
ada selisih yang besar antara harga be
ras di tingkat petani produsen, yaitu se
besar Rp 7.000 dan di tingkat ritel, yaitu
sekitar Rp 13.000. Sayangnya, selisih
yang besar itu hanya dinikmati oleh pe
dagang besar.
Bulog sudah membuka kerja sama
dengan pengusaha kecil dan menengah
untuk pengadaan beras sebagai langkah
untuk membagi kue yang selama ini
dinikmati oleh pedagang besar.
Slamet Nur Hadi, Koordinator Pro
gram di API , mendesak agar Pemerin
tah segera merumuskan kebijakan
tepat untuk membangun sistem per
dagangan beras di Indonesia. Ia
meminta agar pemerintah mendorong
pertanian berbasis kewirausahaan.
[Wisma Putra dan Purnama Adil
Marata]
Potensi pasar beras dalam negeri lebih
besar dari segi volume dan nilai
ekonomi. Beras perlu diposisikan secara
lebih strategis dalam pemasaran dan
penciptaan target pasar.
Masih besarnya peluang peningkatan
nilai tambah pada rantai ni lai beras:
pascapanen, penggil ingan, pengemasan,
dan branding dengan memanfaatkan
Sertifikat Indikasi Geografis
Jangan hanya terfokus pada produk
beras. Perlu juga disosialisasikan dan
diprogramkan (membentuk pasar)
pemanfaatan seluruh produk sampingan
berdasarkan pohon industrinya: jerami,
kulit beras, dan lainlain.
Perlu ada kerja sama dengan Lembaga
Penelitian Pemuliaan Padi untuk
mengembangkan varietas khas lokal
berumur pendek dari berbagai pojok
nusantara.
Perlu secara strategis menjalankan
Program Beras Regional dengan mitra
internasional sebagai usaha untuk
menjadikan Beras Organik sebagai
High Value Commodity di ASEAN.
Mendorong untuk terbentuknya Standar
Beras Organik ASEAN yang diakui
secara internasional
Bekerja sama dengan Kelompok
Konsumen untuk membentuk Jaringan
Kios Pangan Sehat (berbasis
keanggotaan) tersebar secara nasional.
Model Bisnis dengan sistem franchise.
Peluang Bisnis Beras di Negeri Sendiri
1
2
3
4
5
67
Agenda
14 LONTAR - #9 - 2014
Agenda
Kali ini , pelataran mal Paris van
Java disulap menjadi sawah mini.
Lengkap dengan aneka pameran
beras organik, beragam jenis bibit padi
lokal hingga pameran foto. Selama tiga
hari , mal ini jadi tempat “Festival Padi
Nusantara” pada 22-24 Agustus lalu.
Festival yang diadakan VECO In
donesia dan Perkumpulan Indonesia
Berseru (PIB) ini berhasil menyedot per
hatian pengunjung. Tujuannya sebagai
ajang pendidikan bagi konsumen beras
di perkotaan sekaligus mengenalkan po
tensi beras lokal organik dan keunggu
lannya.
Karena lokasinya di mal, maka sa
saran utama pameran ini adalah konsu
men kelas menengah ke atas. Mereka
menjadi konsumen utama beras dan
pangan organik lain selama ini.
“Animo masyarakat Bandung cukup
besar untuk datang ke festival ini , ” kata
Rogier Eijkens, Perwakilan Regional
VECO Indonesia.
Selain itu pameran ini juga menjadi
ajang pertemuan bisnis. Ia berharap,
agar pengusaha lokal tertarik berin
vestasi dan mengambil potensi bisnis
produksi beras lokal organik. “VECO
mengajak para pengusaha untuk mem
perkuat bisnis perberasan sebagai anti
sipasi beras impor yang masuk ke
Indonesia,” ujarnya.
Para mitra VECO Indonesia seperti
Asosiasi Petani Padi Organik Boyolali
(APPOLI), Asosiasi Tani Organik Mbay
(ATOM) Flores, dan Gabungan Kelom
pok Tani (Gapoktan) Simpatik Ta
sikmalaya juga memamerkan
berasberas produksi mereka. Ada pula
aneka pupuk organik yang diproduksi
oleh petani.
“Beras organik baik bagi kesehatan
kita. Selain untuk menyehatkan, kita juga
Festival Padi Nusantara
Mendekatkan Beras
Mal tak hanya untuk
belanja atau sekadar
kongkow. Mal juga bisa
menjadi ajang pendidikan
tentang pertanian organik
bagi warga kota. Apalagi ,
setiap akhir pekan, mal di
Bandung selalu ramai oleh
pengunjung untuk mengisi
l iburannya.
pada Konsumen Berkual i tas
15LONTAR - #9 - 2014
Agenda
membantu pemerintah memperkecil
angka impor beras dan membantu untuk
menyejahterakan kehidupan petani In
donesia,” kata Martinus Siri lus Malo,
petani dari Flores.
Selama tiga hari kegiatan, festival
dipenuhi berbagai benda promosi ter
masuk beras dari daerah mitra VECO
Indonesia seperti Polewali Mandar (Su
lawesi Barat), Maumere (Nusa Tenggara
Timur), dan lainnya. Selain beras, ada
pula poster, banner, dan aneka materi
promosi lain untuk mengenalkan beras
lokal Nusantara.
Materimateri tentang padi Nusantara
tersebut memenuhi halaman, dinding,
dan selasar Paris van Java selama tiga
hari. Selama itu pula beberapa aksi
menarik dilaksanakan seperti musik,
diskusi, dan demo masak menggunakan
bahan baku beras. Tim relawan dari
Yayasan Pangan Sehat Indonesia
(YAPSI) dan Pusat Pendidikan Lingkun
gan Hidup (PPLH) Bali yang terl ibat
selama pameran juga memberikan kue
sioner kepada konsumen yang hadir.
Siti Nuraeni, salah satu pengunjung
pameran, mengatakan bahwa ajang ini
memberikan nilai positif bagi warga. Ia
bisa tahu manfaat dari beras organik
lokal. Termasuk keragaman berbagai
jenis padi di Indonesia. “Saya makin
tahu bahaya beras yang masih meng
gunakan pupuk kimia,” katanya.
Menurut Ida Pardosi dari PIB, festival
ini adalah upaya untuk mengenalkan
produk petani sekaligus mengingatkan
pada komunitas bahwa padi tak cuma
urusan petani. Selama pameran, konsu
men juga bisa berdiskusi langsung
dengan petani produsen. “Menariknya,
hal yang kita pikir sederhana ternyata
menarik bagi konsumen sehingga kita
harus mengenalkan kepada mereka dan
membangun diskusi, ” kata Ida.
Ida menambahkan selama pameran
tersebut, penyelenggara memberikan
visualisasi dan menciptakan pengala
man baru masyarakat (kota) melihat
kembali kekayaan padi lokal, potensinya,
cita rasa dan para petani yang me
nanamnya. “Pameran ini juga menjadi
ruang untuk mengajak masyarakat kota
mendukung petani padi lokal Indonesia
dan menangkap respon terhadap padi
lokal Indonesia,” tambahnya. [Wisma
Putra]
“Menariknya, hal yang kita pikirsederhana ternyata menarik bagikonsumen sehingga kita harus
mengenalkan kepada mereka danmembangun diskusi .”
16 LONTAR - #9 - 2014
Tradisi
Mereka tengah menghibur seluruh
warga desa yang sejak pagi su-
dah bergeliat. Mulai ibu-ibu yang
menghangatkan hiruk pikuk di dapur
hingga para lelaki yang hi l ir mudik
mengangkut panen padi. Sementara,
kokolot atau kalangan orang tua sibuk
mengikat setiap bulir padi yang mengu-
ning. Dan memasukannya ke dalam lum-
bung padi.
Kasepuhan Ciptagelar terletak di De
sa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat. Dari Jakarta, perjalanan
dapat ditempuh sekitar enam jam. Mele
wati perkebunan karet, pesisir
Pelabuhan Ratu dan menembus jalanan
bebatuan. Lokasi kasepuhan ini berada
di kawasan Taman Nasional Gunung
Gede – Salak.
Udara sejuk dan air dingin yang
mengalir dari dalam hutan, menjadi
penyegar perjalanan setiba di Ciptagelar.
Lumbung padi atau leuit menjadi
penanda khas di kawasan Ciptagelar.
Setiap pagi atau sore hari, terdengar be
bunyian ritmis dari para ibu yang sedang
menumbuk padi. Mereka berkelompok
menumbuk padi secara tradisional. Ter
kadang sambil bersenandung
menghangatkan suasana desa.
Bagi Kasepuhan Ciptagelar, leuit tak
hanya berfungsi sebagai penyimpanan
beras. Lebih dari itu; leuit adalah pu
saka. Masyarakat Sunda ini, sangat
menghormati keberadaan leuit. Lum
bung padi adalah benteng kehidupan.
Sekaligus penjaga kemurnian ragam
benih padi lokal mereka. Amanat wari
san leluhur kasepuhan.
Usia Kasepuhan Ciptagelar sudah
melewati enam abad lebih. Mereka
masih menjalankan aturan adat lelu
hurnya secara tertib. Pertanian menjadi
tulang punggung kehidupan warganya.
Mereka menanam benih padi secara
alami. Memanennya secara gotong ro
yong. Aturan adat leluhur Kasepuhan
Ciptagelar juga menghormati ke
beradaan tanah. Mereka hanya mengo
lah sawah selama sekali dalam setahun.
“Bagi kami, padi adalah ibu. Kami
menghormatinya,” kata Yoyo Yogas
mana.
Yoyo adalah seorang seniman per
tunjukan dari Bandung. Ia memil ih men
jadi petani dan menetap menjadi warga
kasepuhan. Di kasepuhan ini, ia belajar
menjadi petani dan melebur dengan ke
hidupan adat istiadat Ciptagelar. “Adat
juga melarang untuk menjual hasil pa
nen padi, ” tambahnya.
Ugi Sugriana Rakasiwi atau lebih
dikenal dengan Abah Ugi adalah pen
jaga Kasepuhan Ciptagelar. Ia adalah
pemimpin ke11 dari Kasepuhan Cipta
gelar. Abah Ugi menjadi motor untuk
menjaga keseimbangan dan harmo
nisasi alam di kasepuhan. Termasuk dari
perubahan dan perkembangan zaman.
Namun, Kasepuhan Ciptagelar justru tak
mengelak dari perkembangan ini.
Mereka memanfaatkan perkembangan
teknologi tepat guna. Mereka meman
faatkan keberadaan air yang mengalir
sepanjang tahun menjadi l istrik. Turbin
air ini menjadi jantung untuk mengalirkan
listrik ke setiap rumah warga. Termasuk
untuk menyalakan studio televisi dan ra
dio komunitasnya.
Kearifan Menjaga Lumbung
Alunan angklung buhun—nada pentatonik—mengalun dari balik Imah Gede. Para pria berbaju hitam
lengkap dengan ikat kepala, duduk bersila bersenandung puja pujian pada alam semesta.
dari Gunung
17LONTAR - #9 - 2014
Kabar Internasional
Hobi ngoprek elektronik menjadi
bekal bagi Abah Ugi untuk menerapkan
teknologi yang membawa manfaat bagi
kehidupan warganya. “Di sini juga dipa
sang wifi , ” kata Abah Ugi.
Kasepuhan Ciptagelar menjadi anti
tesis kemajuan zaman. Pertanian, kuat
nya budaya gotong royong dan aturan
adat menjadi pi jakan kehidupan warga
nya. Tanpa menyerah atau mesti
melawan perubahan zaman.
Keunikan ini menjadi magnet bagi
banyak orang. Termasuk peneliti untuk
berkunjung ke Ciptagelar. Seren taun
menjadi acara tahunan yang dikunjungi
ratusan orang dari berbagai daerah. Tak
jarang, wisatawan mancanegara juga
ikut hadir meramaikan acara ritual ini .
Warga melepaskan rasa lelah dan
bergembira dengan berbagai kegiatan.
Mulai menyaksikan pencak silat, ber
main angklung tradisional, menontong
wayang golek semalam suntuk hingga
beriringan keli l ing kampung membawa
hasil bumi.
Para peneliti pangan, budaya, antro
pologi, bahasa hingga arsitektur sering
berkunjung ke lokasi ini . Mereka men
catat setiap perubahan dan kearifan
yang mereka pertahankan ratusan
tahun. Institut Pertanian Bogor (IPB)
mengidentifikasi ada seitar 180 jenis
padi lokal yang tumbuh di wilayah
kasepuhan.
“Kami juga diundang untuk berbicara
mengenai perubahan ikl im. Sejauh ini,
kami tidak pernah gagal panen,
terserang hama apalagi sampai
kelaparan,” kata Yoyo Yogasmana.
Keberadaan Kasepuhan Ciptagelar
ibarat oase di tengah gempuran impor
beras saat ini. Vietnam, Thailand, India,
Pakistan hingga Myanmar menjadi ne
gara utama pemasok beras. Pada tahun
2013, Badan Pusat Statistik, mencatat
Vietnam mampu memasok hingga 472
ribu ton beras atau senilai US$ 246 juta.
Sementara Thailand sekitar 194 ribu ton
atau senilai US$ 6,7 juta. Lahan pertani
an produktif Indonesia juga terus me
nyusut hingga 188 ribu hektar per
tahunnya. Dan beralih fungsi menjadi
kawasan perumahan maupun pabrik.
Kasepuhan Ciptagelar menjadi cer
min bahwa pertanian yang alami dan
berkelanjutan bukanlah mustahil .
Mereka telah membuktikan selama
ratusan tahun dengan merawat dan
melindungi benih padi lokalnya dengan
benteng kebudayaan. [Ahmad Yunus]
“Bagi kami , padi adalah ibu. Kami
menghormatinya,” kata Yoyo
Yogasmana.
18 LONTAR - #9 - 2014
Kata Mereka“Apa yang kami dapat dari dua kunjungan
selama APM ini sangat berharga. Ternyata
petani kecil pun bisa berbisnis secara modern.
Semoga kami di Polman bisa membuktikan
bahwa kami juga bisa.”
Hassani Zainuddin ,Ketua Koptan Amanah Polewali
Mandar, Sulawesi Barat.
“Kami belajar banyak selama
APM ini terutama dari
kunjungan lapangan ke
kelompok tani. Salah satu
pelajaran penting dari
keduanya adalah perlunya
melibatkan anggota secara
aktif dalam kegiatan. Itu PR
kami di Bajawa.”Marselina Walu Wajamala,
Koordinator Divisi PemasaranPerhimpunan Petani Watu Ata
Bajawa, Flores.
“Saya sangat terkesan
dengan pameran (padi
nusantara) ini karena
konsumen bisa lebih tahu
tentang beras. Dengan harga
mahal, mereka mau membeli
beras kami karena mereka
lebih mementingkan
kesehatan.”Sidiq,Petani anggota Asosiasi
Petani Padi OrganikBoyolali (APPOLI).
“Hal menarik ketika sesama
mitra VECO Indonesia bisa
melihat langsung kondisi
lapangan mitra yang lain. Ini
karena mitra VECO
Indonesia beragam,
masing-masing punya ciri
khas dan gaya perjuangan
berbeda. Kami yang bekerja
di isu konsumen bisa
menambah wawasan dan
perpektif berbeda.. .”
“Hal paling berharga selama
APM adalah organisasi petani
mampu menjadi broker bagi
anggotanya melalui
pengelolaan informasi dan
pengetahuan yang baik.
Keberadaan OP benar-benar
bermanfaat bagi anggotanya.
Kemampuan itu semua mereka
dapat melalui perjuangan.
Semoga petani Kerinci juga
bisa seperti mereka.”
Herni Pili ,Pusat Pendidikan Lingkungan
Hidup (PPLH) Bali . Firman Supratman,Koordinator Lapangan VECO
Indonesia di Kerinci, Jambi.
19LONTAR - #9 - 2014
Infografik
Selama pelaksanaan Festival Beras Nusantara di Paris
van Java, Bandung, VECO Indonesia dan Perkumpulan
Indonesia Berseru (PIB) menyebarkan kuesioner. Para
relawan dari PIB, Yayasan Pangan Sehat Indonesia (Yapsi)
Solo, dan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali
memberikan beberapa pertanyaan kepada pengunjung.
Pertanyaan yang diajukan antara lain pengetahuan tentang
beras yang dikonsumsi seharihari, alasan mengonsumsi be
ras sehat, tingkat konsumsi, hingga tempat membeli beras
tersebut.
Ada empat hal yang menjadi catatan dari survei terhadap
150 konsumen yang jadi responden.
1. Ada peluang pasar yang besar, minat mengkonsumsi be
ras sehat baik dari lakilaki dan perempuan.
2. Peluang besarnya pasar tersebut belum dibarengi
dengan ketersediaan informasi mengenai beras sehat.
Konsumen belum tahu banyak informasi mengenai be
ras sehat, termasuk di mana dan bagaimana
mendapatkannya.
3. Alasan terbesar konsumen memil ih beras sehat adalah
kesehatan. Alasan ini perlu didukung pula oleh kemam
puan finansial.
4. Karena itulah konsumen beras sehat pada umumnya
adalah masyarakat kelas menengah. Sehingga go
longan ini merupakan sasaran promosi yang tepat.
Infografis berikut menjelaskan lebih lanjut proses dan
hasil survei tentang beras tersebut.
Beras Mahal? Tak Masalah. Asal. . .
Konsumsi BerasRatarata jumlah anggota keluarga responden 3 4orang. Konsumsi beras per bulan adalah 16,3 kg.
Pengetahuan tentang BerasBanyak masyarakat tidak mengetahui varietas beras yangdikonsumsinya, apalagi sehat atau tidaknya berastersebut.
Varietas yang dikonsumsi: pandan wangi, rajalele,menthik susu, setra, bongong, IR 64, Cianjur, Ciherang,C4, Merah.
Tidak mengetahuivarietas beras
57%
Mengetahuivarietas beras
43%
Belum tertarik,5%
Tertarik,95%
Apakah tertarik mengonsumsi beras sehat?
Kemasan,4%
Trend gaya hidup,3%
Alasan mengonsumsi beras sehat?Faktor lain,
5%
Rasa danaroma,29%
Kesehatan,59%
Tidak tahutempat membeli ,
40%
Belum cukup infotentang manfaat,
20%
Alasan belum mengonsumsi beras sehat?
Faktor lain,10%
Kemasan tidakmenarik,2%
Harga mahal,28%
Supermarket,54%
Komunitas pangan sehat,4%
Tempat membeli beras sehat
Organisasi petani,17%
Toko organik,8%
PasarTradisional,17%
Profil RespondenTotal 150 orangJenis kelamin : Perempuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65 persen,
Lakilaki . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35 persen.Umur : < 25 tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33 persen,
26 – 40 tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33 persen,> 40 tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34 persen
Profesi : PNS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 persen,Lainlain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 persen,Pelajar/mahasiswa . . . . . . . . . . . . . . 23 persen
Pendapatan : < Rp 3 juta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 persen,Rp 3 juta – Rp 5 juta. . . . . . . . . . . . 21 persen,Rp 5 juta – Rp 10 juta . . . . . . . . . 17 persen,> Rp 10 juta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 persen
Pendidikan : SMA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 persen,S1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 persen,S2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 persen
20 LONTAR - #9 - 2014
TThhee PPoowweerr ooff SSmmaall ll FFaarrmmeerrss