lp combustio

18
A. Pengertian Luka bakar adalah kelainan kulit yang disebabkan agen thermal, listrik, atau radioaktif (Brunner & Suddarth, 2002). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jarinan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber panas, api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Muttaqin, 2011). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Smeltzer, 2002). B. Etiologi Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia. Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit (Smeltzer, 2002). 1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns) Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan api ke tubuh (flash), kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas, dll.). 2. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns) Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri,

Upload: gun-adi-komara

Post on 01-Feb-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendahuluan

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Combustio

A. Pengertian

Luka bakar adalah kelainan kulit yang disebabkan agen thermal, listrik, atau radioaktif

(Brunner & Suddarth, 2002). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jarinan yang

disebabkan oleh kontak dengan sumber panas, api, air panas, bahan kimia, listrik dan

radiasi (Muttaqin, 2011). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan

radiasi (Smeltzer, 2002).

B. Etiologi

Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia. Ketika

kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi

kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit (Smeltzer, 2002).

1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)

Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan api ke tubuh

(flash), kobaran apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-

objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas, dll.).

2. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)

Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa

digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering

dipergunakan untuk keperluan rumah tangga.

3. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran

listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah;

dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika

intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan

berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground.

4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri

ini sering disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam

dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga

dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

Page 2: Lp Combustio

5. Forstbite

Frosbite (Pembekuan jaringan) karena terbentuknya kristal intraseluler dan oklusi

mikrovaskuler yang menyebabkan anoksia jaringan, setelah dilakukan pemanasan

tubuh dan terjadi reperfusi akan ada kerusakan jaringan. Ada 4 derajat kerusakan

Frosbite:

a. Derajat I : Hiperemia dan edema tanpa nekrosis

b. Derajat II : Vesikel/ bulla, edema dan sedikit nekrosis

c. Derajat III : Nekrosis seluruh tebal kulit, subkutis, disertai

pembentukan vesikel hemoragik

d. Derajat IV : Nekrosis seluruh tebal kulit dan ganggren otot dan

tulang.

C. Patofisiologi

Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolik, tetapi kulit

melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup di mana dapat terganggu

akibat suatu cedera luka bakar. Suatu luka bakar akan mengganggu fungsi kulit, seperti

berikut ini.

1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman

2. Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan

3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air

Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas. Jaringan

lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu di atas 460C. Luasnya kerusakan

bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh, pada kasus luka

bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas

dari shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidemis

dan dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga (full-thickness injury). Sebagai

manifestasi dari cedera luka bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif

yang menyebabkan pembentukan oksigen relatif yang menyebabkan peningkatan

Page 3: Lp Combustio

permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma

meningkat dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus.

Cedera luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik dimanifestasikan

dengan adanya demam, peningkatan laju metabolism, peningkatan ventilasi, peningkatan

curah jantung, peningkatan glukoneogenesis, serta meningkatkan katabolisme otot

visceral dan rangka. Pasien membutuhkan dukungan komprehensif, yang berlanjut

sampai penutupan luka selesai (Price, 2001)

D. Fase luka bakar

1. Fase akut

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami

ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan

circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau

beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran

pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi

adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering

terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang

berdampak sistemik.

2. Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau

kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi

menyebabkan:

a. Proses inflamasi dan infeksi.

b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak

berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ–organ fungsional.

c. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan

pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah

penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan

kontraktur.

Page 4: Lp Combustio

E. Klasifikasi

1. Dalamnya luka bakar

Kedalaman Penyebab Penampilan Warna PerasaanKetebalan partial superfisial (tingkat 1)

Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari)

Kering tidak ada gelembung.Qedem minimal atau tidak ada.Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.

Bertambah merah

Nyeri

Lebih dalam dari ketebalan partial (tingkat II)SuperfisialDalam

Kontak dengan bahan air atau bahan padat.Jilatan api kepada pakaian.Jilitan langsung kimiawi.Sinar ultra violet.

Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.Pucar bila ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.

Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.

Sangat nyeri

Ketebalan sepenuhnya (tingkat III)

Kontak dengan bahan cair atau padat.Nyala api.Kimia.Kontak dengan arus listrik.

Kering disertai kulit mengelupas.Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.Gelembung jarang dindingnya sangat tipis, tidak membesar.Tidak pucat bila ditekan

Putih, kering, hitam, coklat tua.HitamMerah

Tidak sakit, sedikit sakit.Rambut mudah lepas bila dicabut.

2. Luas luka bakar

Metode The Rule of Nines

Membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of

nine atau rule of wallace yaitu:

a. Kepala dan leher : 9%

b. Lengan masing-masing 9% : 18%

c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

d. Tungkai maisng-masing 18% : 36%

Page 5: Lp Combustio

e. Genetalia/perineum : 1%

(Mansjoer, 2000)

F. Penatalaksanaan

1. Perawatan di Tempat Kejadian

Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang korban luka

bakar adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan tidak turut mengalami luka

bakar (Carpenito, 2006).

a. Mematikan api

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api misalnya dengan menyelimuti

dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api

yang menyala. Korban dapat mengusahakan dengan cepat menjatuhkan diri dan

berguling dan mencegah meluasnya bagian pakaian yang terbakar. Kontak dengan

bahan yang panas juga harus cepat diakhiri missal dengan mencelupkan bagian

yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang

tersiram air panas. Jika sumber luka bakarnya adalah arus listrik, sumber listrik

harus dipadamkan.

Page 6: Lp Combustio

b. Mendinginkan luka bakar

Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung

terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat

dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu

dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar

selama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan

suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Dengan demikian

luka yang sebenarnya menuju derajat II dapat dihentikan pada derajat I atau luka

yang menjadi derajat III dihentikan pada tingkat I atau II. Pencelupan atau

penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin sekurang-kurangnya

15 menit

c. Melepaskan benda penghalang

Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat dibiarkan, pakaian lain

dan semua barang perhiasan harus segera dilepaskan untuk melakukan penilaian

serta mencegah terjadinya kontriksi sekunder akibat edema yang timbul dengan

cepat.

d. Menutup luka bakar

Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil kemungkinan

kontaminasi bakteri dan mengurangi nyeri dengan mencegah aliran udara agar

tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar.

e. Mengirigasi Luka bakar kimia

Luka bakar kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan air mengalir.

Jika mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih yang sejuk.

2. Penanganan luka bakar di rumah sakit

Menurut Guyton (1997) untuk penanganan luka bakar di rumah sakit adalah sebagai

berikut :

a. Melakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi,

yaitu :

1) Periksa jalan nafas.

2) Bila dijumpai obstruksi, jalan nafas dibuka dengan pembersihan, bila perlu

tracheostomy atau intubasi.

Page 7: Lp Combustio

3) Berikan oksigen 100%.

4) Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi

syok.

5) Pasang kateter buli-buli untuk memantau diuresis.

6) Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.

7) Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP) untuk pemantauan sirkulasi

darah.

b. Resusitasi cairan

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian

cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat

harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar.

Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan

edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah

diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya

sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran

kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan

mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan

terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum

edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian

cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang

pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular

adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar.

c. Perawatan Luka

Dikenal dua cara merawat luka :

1) Perawatan terbuka (exposure method)

Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka

yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit

berkembang. Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-

argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluargapun merasa kurang

enak karena melihat luka yang tampak kotor. Perawatan terbuka ini

memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif. Keadaan luka

Page 8: Lp Combustio

harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat luka

bakar yang dangkal. Untuk luka bakar derajat III dengan eksudasi dan

pembentukan pus harus dilakukan pembersihan luka berulang-ulang untuk

menjaga luka tetap kering. Penderita perlu dimandikan tiap hari, tubuh

sebagian yang luka dicuci dengan sabun atau antiseptik dan secara bertahap

dilakukan eksisi eskar atau debridement.

2) Perawatan tertutup (occlusive dressing method)

Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan

untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi. Keuntungannya adalah

luka tampak rapi, terlindung dan enak bagi penderita. Hanya diperlukan

tenaga dan biaya yang lebih karena dipakainya banyak pembalut dan

antiseptik. Untuk menghindari kemungkinan kuman untuk berkembang biak,

sedapat mungkin luka ditutup kasa penyerap (tulle) setelah dibubuhi dan

dikompres dengan antispetik. Balutan kompres diganti beberapa kali sehari.

Pada waktu penggantian balut, eskar yang terkelupas dari dasarnya akan

terangkat, sehingga dilakukan debridement. Tetapi untuk luka bakar luas

debridement harus lebih aktif dan dicuci yaitu dengan melakukan eksisi eskar.

d. Tindakan Bedah

Tindakan bedah selanjutnya pada penderita luka bakar yang dapat melewati fase

aktif adalah eksisi dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin

menghindarkan kematian oleh sepsis dan akibat-akibat hipermetabolisme yang

sulit diatasi. Eksisi eskar dilakukan secara tangensial. Seluruh jaringan nekrotik

dibuang, bila perlu sampai fascia atau lebih dalam.

Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini adalah :

1) Keadaan umum cepat membaik.

2) Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan.

3) Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan skin graft.

4) Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi.

5) Sensitivitas lebih baik.

Pencangkokan kulit digunakan dalam mengobati luka bakar ketebalan

parsial dan ketebalan penuh. Operasi pengangkatan Dini (eksisi atau debridemen)

Page 9: Lp Combustio

dari kulit yang terbakar diikuti oleh pencangkokan kulit dapat meningkatkan

fungsi dan penampilan area yang terbakar, terutama saat wajah, tangan, atau kaki

yang terlibat. Namun, jika hidup pasien dalam bahaya pencangkokan kulit

biasanya ditunda. Cangkokan kulit paling baik menggunakan kulit pasien itu

sendiri. Cangkokan (autografts) idealnya diambil dari lokasi yang tidak biasa

terlihat, seperti bokong atau paha atas, karena kulit donor tidak akan normal

penampilannya setelah mereka sembuh. Namun, ukuran cangkok yang dibutuhkan

dan lokasi luka bakar juga akan menentukan darimana cangkok diambil dari. Alat

yang disebut dermatom listrik diatur ke kedalaman kulit tertentu dan mengiris dari

lapisan kulit yang sehat untuk graft ke kulit yang terbakar. Ketebalan cangkok

kulit tergantung pada daerah yang memerlukan graft. Kulit donor untuk cangkok

tidak perlu pembedahan tertutup dan biasanya akan membentuk lapisan atas kulit

baru dalam 10 sampai 14 hari.

e. Terapi Suportif

Luka bakar menimbulkan hipermetabolisme dengan akibat nitrogen balans

negatif. Hiperpigmentasi dimulai hari ke 4 selama 7 – 10 hari dengan formula :

1) Tinggi protein : 2-3 g/kgBB/hari

2) Tinggi kalori : 50-75 kal/kgBB/hari

Dewasa : 25 kal/kgBB + 40 kal % LB

Anak-anak : 40 kal/kgBB + 40 kal % LB

Kalorinya terdiri dari : 20% protein, 50 – 60% KH, 30 – 30% lemak, vitamin

C 1.500 mg, B1 50 mg, Riboflavin 50 mg, Niacide 500 mg (anak-anak dosis

disesuaikan)

G. Pemeriksaan diagnostik

1. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi

sehubungan dengan perpindahan/kehilangan cairan.

2. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan

penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.

3. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan

interstitiil/ganguan pompa natrium.

Page 10: Lp Combustio

4. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan

dalam dan kehilangan protein.

5. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi

6. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi

7. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.

8. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

9. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.

10. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

11. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan.

12. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar

selanjutnya

H. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Nyeri b.d reaksi inflamasi

2. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan dengan jalan evaporasi

3. PK kontraktur b.d pergerakan sendi terbatas

4. Resiko infeksi b.d berkurangnya barier kulit

5. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur b.d koping individu inefektif

(Santosa,2005)

Page 11: Lp Combustio

Resiko infeksi Gangguan rasa nyamanKerusakan integritas kulit

Luka bakar

Faktor penyebab (kimia termis, listrik, radiasi)

Psikologis Biologis Gangguan citra tubuh Defisiensi pengetahuan Anxietas

Kerusakan kulitDiruang tertutup Pada wajah

Oedem laring

Kerusakan mukosa

Ketidakefektifan pola nafas

Gagal nafas

Obstruksi jalan nafas

Hipoxsia otak

HB tidak mampu mengikat O2

CO mengikat HB

Keracunan gas

Peningkatan pembuluh darah

Penguapan

Cairan intravaskular menurun

Tekanan onkotik menurun

Ekstravasasi cairan H2O2, elektrolit

Gangguan perfusi

Gangguan perfusi organ penting

Gangguan sirkulasi

Gangguan sirkulasi makroHpovolemia &

hemokonsentrasi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

glukogenolisis

Laju metabolisme meningkat

Kekurangan volume cairan

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

PATWAYS COMBUSTIO

Page 12: Lp Combustio

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba

Medika

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta : EGC

Carpenito,Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 3. Jakarta :

EGC

Guyton, A C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC

Mansjoer, A. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FK-UI : Jakarta

Price, A. S. 2001. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC

Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta : Prima Medika

Smeltzer, 2002 .Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3.ECG : Jakarta