majalah online kopi sastra edisi 2

70
Edisi 2/Thn. I/Agustus 2012 Online Hamsad Rangkuti Susy Ayu HAMKA Sutardji Colzum Bachri Wildan Fauzi Mubarock Janwar Askar Marlindo A. Mustofa Bisri Sastra Reboan #51 MP Diksatrasia Ngobrol Secangkir Kopi Bersama Kopi Sastra Bumi Sandiwara

Upload: kopi-sastra

Post on 22-Mar-2016

268 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2/Tahun I/Agustus 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

E d i s i 2 / T h n . I / A g u s t u s 2 0 1 2

Online

Hamsad Rangkuti

Susy AyuHAMKA

Sutardji Colzum Bachri

Wildan Fauzi Mubarock

JanwarAskar Marlindo

A. Mustofa Bisri

Sastra Reboan #51MP Diksatrasia

Ngobrol Secangkir Kopi Bersama Kopi Sastra

Bumi Sandiwara

Page 2: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Ilustrasi sampul depan: Sucikan Indonesia karya Wahyudimalamhari

Online

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

Hamsad Rangkuti, 3

Redaksi Majalah Online terbuka dalam segala bentuk komunikasi berupa tegur sapa, kiriman karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke [email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra

WANGI

ULAS

TOKOH

LEGIT

LIMUN

TUNAS

Pemimpin Redaksi-Penanggung Jawab: Presiden Kopi Sastra Wakil Pemimpin Redaksi: Celoteh Jincurichi Pengumpul Naskah: Celoteh Jincurichi, Helmy Fahruroji, Nugraha A. Baesuni Editor: Indri Guli, Sanghitam, Peliput Berita: Doni Dartafian A., Indra Nugraha, Rahmat Halomoan, Agus Arifin Pemotret: Hady Alvino. Sekretaris: Restu Restiani. Perancang Grafis dan Tata Letak: SangHitam. Ilustrasi Gambar: Wahyudimalamhari, Distribusi: Celoteh Jincurichi, Miftahul Falah,

. Iklan dan Keuangan: Nugraha A. Baesuni, Presiden Kopi Sastra, Qustan Sabar. Surel Redaksi: [email protected]

Nugraha A. Baesuni.

Havid Yazid Al Gifari

KOPI Sastra

@kopisastra

Sutardji Colzum Bachri, 14

HAMKA, 20

Ngobrol Secangkir Kopi Bersama Kopi Sastra, 57

MP Diksatrasia, 39

2

Susy Ayu, 34

Ujung Senja

Askar Marlindo, 36Wildan Fauzi Mubarock, 58

Sastra Reboan #51, 30

Janwar, 48

Ngabubutit Bareng Bumi Sandiwaradan teater Cermin, 58

A. Mustofa Bisri, 67

Malam Takbir

Hamsad Rangkuti

WANGI

Page 3: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Ilustrasi sampul depan: Sucikan Indonesia karya Wahyudimalamhari

Online

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

Hamsad Rangkuti, 3

Redaksi Majalah Online terbuka dalam segala bentuk komunikasi berupa tegur sapa, kiriman karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke [email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra

WANGI

ULAS

TOKOH

LEGIT

LIMUN

TUNAS

Pemimpin Redaksi-Penanggung Jawab: Presiden Kopi Sastra Wakil Pemimpin Redaksi: Celoteh Jincurichi Pengumpul Naskah: Celoteh Jincurichi, Helmy Fahruroji, Nugraha A. Baesuni Editor: Indri Guli, Sanghitam, Peliput Berita: Doni Dartafian A., Indra Nugraha, Rahmat Halomoan, Agus Arifin Pemotret: Hady Alvino. Sekretaris: Restu Restiani. Perancang Grafis dan Tata Letak: SangHitam. Ilustrasi Gambar: Wahyudimalamhari, Distribusi: Celoteh Jincurichi, Miftahul Falah,

. Iklan dan Keuangan: Nugraha A. Baesuni, Presiden Kopi Sastra, Qustan Sabar. Surel Redaksi: [email protected]

Nugraha A. Baesuni.

Havid Yazid Al Gifari

KOPI Sastra

@kopisastra

Sutardji Colzum Bachri, 14

HAMKA, 20

Ngobrol Secangkir Kopi Bersama Kopi Sastra, 57

MP Diksatrasia, 39

2

Susy Ayu, 34

Ujung Senja

Askar Marlindo, 36Wildan Fauzi Mubarock, 58

Sastra Reboan #51, 30

Janwar, 48

Ngabubutit Bareng Bumi Sandiwaradan teater Cermin, 58

A. Mustofa Bisri, 67

Malam Takbir

Hamsad Rangkuti

WANGI

Page 4: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

4Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Pada malam terakhir bulan Ramadhan aku duduk di warung

murah tepi jalan menunggu saat berbuka puasa. Warung itu terletak

jauh dari kesibukan kota besar. Di depanku duduk seorang lelaki yang

tampak tidak begitu muda dan tidak pula terlalu tua. Aku memesan air

teh panas, sedangkan dia memesan air teh biasa. Radio pemilik

warung sedang mengumandangkan ayat suci pengantar waktu

berbuka. Di tempat seperti itu bagiku adalah saat yang indah di bulan

Ramadhan. Saat seperti itu adalah puncak kenikmatan memerangi

hawa nafsu.

Dikeluarkannya kantung plastik dari dalam saku bajunya.

Diambilnya beberapa biji kurma dari dalam kantung plastik itu. Aku

cepat mengalihkan pandang, tapi masih sempat kulihat kalau dia

memendang ke arahku. Mungkin ia hendak menawarkan sebiji kurma.

Dia tampak seperti orang lelah. Wajahnya memancarkan

suasana kemiskinan. Pucat dan kurang gizi. Pakaiannya tua dan lusuh.

Dia mengenakan kaca mata. Rambutnya tidak disisir rapi. Barangkali

dia baru berjalan jauh.

Memandangnya aku jadi teringat akan tukang kebun keliling

yang sebulan sekali datang ke rumah kami untuk membersihkan

pekarangan. Wajah mereka selalu menipu umur mereka. Kurasa usia

orang ini tidak jauh terpaut dari usia tukang kebun langganan kami.

Dua hari yang lalu tukang kebun itu datang menawarkan jasa.

Padahal bila dicocokan dengan jadwal kedatangan setiap bulan,

seharusnya dia datang pertengahan bulan depan. Tetapi karena aku

tahu mungkin dia ingin bersiap-siap menghadapi lebaran, semak-

semak yang belum begitu meninggi kubiarkan dipangkasnya.

Untunglah kami masih menyenangi pagar tumbuhan perdu. Kalau

tidak tentu telah berkurang satu lowongan kerja untuk tukang kebun

keliling seperti dia.

Dua hari yang lalu itu kukemas pakaian-pakaian bekas anak-

anak yang sudah tidak muat lagi mereka kenakan. Aku juga

menyisihkan pakaian-pakaian tua milikku, begitu pula milik istriku.

Pakaian-pakaian itu kuberikan kepadanya di samping upah yang dia

terima.

Kami sebenarnya bukan orang yang mampu. Tapi kebiasaan

seperti itu telah ditularkan orang tuaku sejak aku masih kecil. Di saat

menjelang lebaran selalu aku bertanya kepada ayah mengapa pakaian-

pakaian yang masih bisa kupakai selalu saja diberikan kepada tukang

kebun yang datang membersihkan pekarangan rumah kami. Ayah

selalu berkata bahwa mereka membutuhkan sedangkan kita telah

membeli yang baru. Kebiasaan yang kulihat sejak aku masih kecil itu

tertular kepadaku setelah aku berdiri sendiri membina keluarga. Insya

Allah dengan demikian aku telah membina keluarga menjadi keluarga

yang pemberi.

“Apakah di sekitar sini ada mesjid?” kudengar orang yang

duduk di depanku itu berkata keada pemilik warung.

“Mesjid terlalu jauh dari sini. Tetapi mushala ada,” kata

pemilik warung. “Di ujung jalan ini. Sebentar lagi kalau tiba waktu

berbuka, azan akan terdengar berkumandang dari sana.”

“Aku sudah terbiasa shalat magrib dulu sebelum makan.”

“Silakan. Silakan shalat magrib dulu. Kalau mau makan

setelah shalat, silakan datang kembali. Tapi kalau untuk sekadar

makan kecil untuk berbuka puasa, di mushala itu disediakan warga.”

“Biarkan aku berbuka di sini dengan sebiji kurma.”

Dipandangnya aku. Aku tidak sempat mengelak. Kubalas

dengan senyum.

“Mau sebiji kurma?”

“Terima kasih. Saya telah terbiasa berbuka dengan segelas air

Online

5 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Page 5: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

4Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Pada malam terakhir bulan Ramadhan aku duduk di warung

murah tepi jalan menunggu saat berbuka puasa. Warung itu terletak

jauh dari kesibukan kota besar. Di depanku duduk seorang lelaki yang

tampak tidak begitu muda dan tidak pula terlalu tua. Aku memesan air

teh panas, sedangkan dia memesan air teh biasa. Radio pemilik

warung sedang mengumandangkan ayat suci pengantar waktu

berbuka. Di tempat seperti itu bagiku adalah saat yang indah di bulan

Ramadhan. Saat seperti itu adalah puncak kenikmatan memerangi

hawa nafsu.

Dikeluarkannya kantung plastik dari dalam saku bajunya.

Diambilnya beberapa biji kurma dari dalam kantung plastik itu. Aku

cepat mengalihkan pandang, tapi masih sempat kulihat kalau dia

memendang ke arahku. Mungkin ia hendak menawarkan sebiji kurma.

Dia tampak seperti orang lelah. Wajahnya memancarkan

suasana kemiskinan. Pucat dan kurang gizi. Pakaiannya tua dan lusuh.

Dia mengenakan kaca mata. Rambutnya tidak disisir rapi. Barangkali

dia baru berjalan jauh.

Memandangnya aku jadi teringat akan tukang kebun keliling

yang sebulan sekali datang ke rumah kami untuk membersihkan

pekarangan. Wajah mereka selalu menipu umur mereka. Kurasa usia

orang ini tidak jauh terpaut dari usia tukang kebun langganan kami.

Dua hari yang lalu tukang kebun itu datang menawarkan jasa.

Padahal bila dicocokan dengan jadwal kedatangan setiap bulan,

seharusnya dia datang pertengahan bulan depan. Tetapi karena aku

tahu mungkin dia ingin bersiap-siap menghadapi lebaran, semak-

semak yang belum begitu meninggi kubiarkan dipangkasnya.

Untunglah kami masih menyenangi pagar tumbuhan perdu. Kalau

tidak tentu telah berkurang satu lowongan kerja untuk tukang kebun

keliling seperti dia.

Dua hari yang lalu itu kukemas pakaian-pakaian bekas anak-

anak yang sudah tidak muat lagi mereka kenakan. Aku juga

menyisihkan pakaian-pakaian tua milikku, begitu pula milik istriku.

Pakaian-pakaian itu kuberikan kepadanya di samping upah yang dia

terima.

Kami sebenarnya bukan orang yang mampu. Tapi kebiasaan

seperti itu telah ditularkan orang tuaku sejak aku masih kecil. Di saat

menjelang lebaran selalu aku bertanya kepada ayah mengapa pakaian-

pakaian yang masih bisa kupakai selalu saja diberikan kepada tukang

kebun yang datang membersihkan pekarangan rumah kami. Ayah

selalu berkata bahwa mereka membutuhkan sedangkan kita telah

membeli yang baru. Kebiasaan yang kulihat sejak aku masih kecil itu

tertular kepadaku setelah aku berdiri sendiri membina keluarga. Insya

Allah dengan demikian aku telah membina keluarga menjadi keluarga

yang pemberi.

“Apakah di sekitar sini ada mesjid?” kudengar orang yang

duduk di depanku itu berkata keada pemilik warung.

“Mesjid terlalu jauh dari sini. Tetapi mushala ada,” kata

pemilik warung. “Di ujung jalan ini. Sebentar lagi kalau tiba waktu

berbuka, azan akan terdengar berkumandang dari sana.”

“Aku sudah terbiasa shalat magrib dulu sebelum makan.”

“Silakan. Silakan shalat magrib dulu. Kalau mau makan

setelah shalat, silakan datang kembali. Tapi kalau untuk sekadar

makan kecil untuk berbuka puasa, di mushala itu disediakan warga.”

“Biarkan aku berbuka di sini dengan sebiji kurma.”

Dipandangnya aku. Aku tidak sempat mengelak. Kubalas

dengan senyum.

“Mau sebiji kurma?”

“Terima kasih. Saya telah terbiasa berbuka dengan segelas air

Online

5 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Page 6: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

6Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

teh panas. Perut untuk orang seusia saya harus dijaga. Jangan sampai

diberi di luar kebiasaan di saat berbuka.”

“O begitu. Apakah dengan kurma aku telah membiasakan

perutku di bulan Ramadhan ini?”

“Lakukalah kalau itu telah menjadi kebiasaanmu. Saat

berbuka adalah saat yang rawan bagi perut seusia kita. Dari kosong

menjadi berisi. Kata dokter, dulukan yang hangat dan yang lunak-

lunak.”

Orang itu mengangguk seperti mengiakan ucapanku. Kami

pun kemudian sama-sama diam. Masih terus menunggu bedug.

“Hari ini adalah bedug terakhir yang kita tunggu. Mudah-

mudahan Allah memberi umur kepada kita agar bisa menunggu beduk

di tahun yang akan datang.”

“Insya Allah,” kataku sambil berpikir, aku heran, entah apa

yang membawaku sampai ke warung yang wilayahnya cukup jauh

dari tempat tinggalku. Tapi kemudian aku berpikir Allah telah

mengatur pertemuan kami.

Warung itu adalah warung di pinggir jalan yang sepi. Tidak

ada tampak kendaraan roda empat yang melintas sejak aku singgah di

situ. Mungkin jalan ini buntu. Atau barangkali jalan ini hanya dilewati

mobil-mobil para penghuni sepanjang jalan ini. Jalan itu dipenuhi

anak-anak bermain. Mungkin mereka adalah anak-anak yang

bertempat tinggal di sepanjang jalan ini. Tapi kalau dilihat dari rumah-

rumah yang ada di sepanjang jalan itu para penghuninya adalah orang-

orang yang mampu. Tapi barangkali karena rumah di kota besar

umumnya tidak memiliki pekarangan yang luas untuk tempat

bermain, maka anak-anak usia bermain memanfaatkan jalan raya

Saat yang kami tungu pun tiba. Bedug berbuka terdengar.

Adzan magrib mengumandang baik di radio maupun di pengeras

suara dari mushala yang dikatakan si pemilik warung. Kubaca doa

berbuka puasa di dalam hati dan kuteguk teh manis panas. Dan orang

yang duduk di depanku berkomat kamit bibirnya, menengguk teh dan

memakan sebutir kurma.

“Alhamdulilah.” Katanya. Dipandangnya aku. Kulihat dia

berdiri. “Saya ingin shalat dulu,” katanya seperti meminta diri. Atau

barangkali dia ingin mengajakku. Pemilik warung melihat kepadaku

dijulurkannya tutup gelas.

“Silakan kalau ingin shalat dulu. Waktu magrib sangat

singkat. Mari bersama-sama ke mushala.”

Aku menerima tutup gelas. Aku merasa tidak bisa mengelak.

***

Aku kembali ke tempat semula. Orang itu pun kembali duduk

di tempatnya semula. Pemilik warung kembali berada di antara

pembantunya.

Aku memesan sepiring nasi dengan lauk daging rendang

berkuah dan terong goreng dengan sambal kesukaanku. Orang itu

memesan nasi dengan lauk gulai telur.

Di depan warung dua anak perempuan asik bermain

badminton kelihatannya mereka sudah terbiasa bermain di bawah

lampu jalan yang terang benderang itu. Mereka saling memukul bola

bulu ayam tanpa net pembatas.

Tiba-tiba secara tak terduga bola bulu ayam itu jatuh kedalam

piring laki-laki yang duduk di depanku. Bola bulu ayam itu bertengger

di atas tumpukan nasi.

Aku bersikap seolah tidak melihat peristiwa itu. Di belakang

laki-laki itu muncul seorang anak perempuan. Dia mematung melihat

bola bulu ayamnya. Orang itu bereaksi menoleh ke belakang.

Tampaklah olehnya anak perempuan itu. Dia berpaling ke piringnya.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

7

Page 7: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

6Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

teh panas. Perut untuk orang seusia saya harus dijaga. Jangan sampai

diberi di luar kebiasaan di saat berbuka.”

“O begitu. Apakah dengan kurma aku telah membiasakan

perutku di bulan Ramadhan ini?”

“Lakukalah kalau itu telah menjadi kebiasaanmu. Saat

berbuka adalah saat yang rawan bagi perut seusia kita. Dari kosong

menjadi berisi. Kata dokter, dulukan yang hangat dan yang lunak-

lunak.”

Orang itu mengangguk seperti mengiakan ucapanku. Kami

pun kemudian sama-sama diam. Masih terus menunggu bedug.

“Hari ini adalah bedug terakhir yang kita tunggu. Mudah-

mudahan Allah memberi umur kepada kita agar bisa menunggu beduk

di tahun yang akan datang.”

“Insya Allah,” kataku sambil berpikir, aku heran, entah apa

yang membawaku sampai ke warung yang wilayahnya cukup jauh

dari tempat tinggalku. Tapi kemudian aku berpikir Allah telah

mengatur pertemuan kami.

Warung itu adalah warung di pinggir jalan yang sepi. Tidak

ada tampak kendaraan roda empat yang melintas sejak aku singgah di

situ. Mungkin jalan ini buntu. Atau barangkali jalan ini hanya dilewati

mobil-mobil para penghuni sepanjang jalan ini. Jalan itu dipenuhi

anak-anak bermain. Mungkin mereka adalah anak-anak yang

bertempat tinggal di sepanjang jalan ini. Tapi kalau dilihat dari rumah-

rumah yang ada di sepanjang jalan itu para penghuninya adalah orang-

orang yang mampu. Tapi barangkali karena rumah di kota besar

umumnya tidak memiliki pekarangan yang luas untuk tempat

bermain, maka anak-anak usia bermain memanfaatkan jalan raya

Saat yang kami tungu pun tiba. Bedug berbuka terdengar.

Adzan magrib mengumandang baik di radio maupun di pengeras

suara dari mushala yang dikatakan si pemilik warung. Kubaca doa

berbuka puasa di dalam hati dan kuteguk teh manis panas. Dan orang

yang duduk di depanku berkomat kamit bibirnya, menengguk teh dan

memakan sebutir kurma.

“Alhamdulilah.” Katanya. Dipandangnya aku. Kulihat dia

berdiri. “Saya ingin shalat dulu,” katanya seperti meminta diri. Atau

barangkali dia ingin mengajakku. Pemilik warung melihat kepadaku

dijulurkannya tutup gelas.

“Silakan kalau ingin shalat dulu. Waktu magrib sangat

singkat. Mari bersama-sama ke mushala.”

Aku menerima tutup gelas. Aku merasa tidak bisa mengelak.

***

Aku kembali ke tempat semula. Orang itu pun kembali duduk

di tempatnya semula. Pemilik warung kembali berada di antara

pembantunya.

Aku memesan sepiring nasi dengan lauk daging rendang

berkuah dan terong goreng dengan sambal kesukaanku. Orang itu

memesan nasi dengan lauk gulai telur.

Di depan warung dua anak perempuan asik bermain

badminton kelihatannya mereka sudah terbiasa bermain di bawah

lampu jalan yang terang benderang itu. Mereka saling memukul bola

bulu ayam tanpa net pembatas.

Tiba-tiba secara tak terduga bola bulu ayam itu jatuh kedalam

piring laki-laki yang duduk di depanku. Bola bulu ayam itu bertengger

di atas tumpukan nasi.

Aku bersikap seolah tidak melihat peristiwa itu. Di belakang

laki-laki itu muncul seorang anak perempuan. Dia mematung melihat

bola bulu ayamnya. Orang itu bereaksi menoleh ke belakang.

Tampaklah olehnya anak perempuan itu. Dia berpaling ke piringnya.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

7

Page 8: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

8Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Dipandangnya bola bulu ayam itu. Diambilnya dan diberikan kepada

anak perempuan itu.

Dia melanjutkan makannya tanpa sedikit pun membuang nasi

yang tercemar oleh bola bulu ayam itu. Dia menyuap nasinya seperti

tidak terjadi apa-apa. Anak perempuan itu tercengan melihat kejadian

itu. Dia tampak seperti terpukau. Dia tampak tidak yakin dengan apa

yang dia lihat. Tiba-tiba dia tersentak dan lari meninggalkan kami.

Aku terus saja makan dan melupakan peristiwa itu. Kukira

orang lain pun tidak akan menghiraukan kejadian itu. Bahkan si

pemilik warung.

Sejurus kemudian terjadilah hal yang tidak kuduga sama

sekali. Anak perempuan itu muncul bersama seorang wanita. Dia

menunjuk ke arah laki-laki itu.

Wanita yang datang bersamanya mendekat ke arah laki-laki

itu. Dan menyentuh tangan orang itu.

“Maafkan anak saya, Pak. Dia tidak sengaja.”

“Apa-apaan ini?” tanya laki-laki itu menoleh.

“Bola ayam itu kata anak saya jatuh ke dalam piring bapak.

Mengotori nasi bapak. Anak saya menangis menceritakan kejadian itu

di rumah. Dia melihat Bapak memankan nasi bekas bola bulu ayam

itu. Ia takut sekali kalau Bapak akan sakit. Ia sangat khawatir. Ia

menangis menceritakannya. Katanya bola itu jatuh ke dalam got.

Dipungutnya. Dipukulnya dan jatuh ke piring Bapak. Dia khawatir

bapak akan sakit. Kami semua khawatir Bapak akan sakit. Saya tidak

ingin Bapak sakit karena kecerobohan anak saya. Maafkan anak saya

ya, Pak.”

“Tidak usah dipikirkan. Saya malah tidak menghiraukan

kejadian itu.”

“Tetapi kejadian itu menjadi beban pikiran anak saya. Juga

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

9

Sejurus kemudian

terjadilah hal yang tidak

k u d u g a s a m a

sekali. Anak perempuan

i tu muncul bersama

seorang wanita. Dia

menunjuk ke arah laki-

laki itu.

““

Page 9: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

8Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Dipandangnya bola bulu ayam itu. Diambilnya dan diberikan kepada

anak perempuan itu.

Dia melanjutkan makannya tanpa sedikit pun membuang nasi

yang tercemar oleh bola bulu ayam itu. Dia menyuap nasinya seperti

tidak terjadi apa-apa. Anak perempuan itu tercengan melihat kejadian

itu. Dia tampak seperti terpukau. Dia tampak tidak yakin dengan apa

yang dia lihat. Tiba-tiba dia tersentak dan lari meninggalkan kami.

Aku terus saja makan dan melupakan peristiwa itu. Kukira

orang lain pun tidak akan menghiraukan kejadian itu. Bahkan si

pemilik warung.

Sejurus kemudian terjadilah hal yang tidak kuduga sama

sekali. Anak perempuan itu muncul bersama seorang wanita. Dia

menunjuk ke arah laki-laki itu.

Wanita yang datang bersamanya mendekat ke arah laki-laki

itu. Dan menyentuh tangan orang itu.

“Maafkan anak saya, Pak. Dia tidak sengaja.”

“Apa-apaan ini?” tanya laki-laki itu menoleh.

“Bola ayam itu kata anak saya jatuh ke dalam piring bapak.

Mengotori nasi bapak. Anak saya menangis menceritakan kejadian itu

di rumah. Dia melihat Bapak memankan nasi bekas bola bulu ayam

itu. Ia takut sekali kalau Bapak akan sakit. Ia sangat khawatir. Ia

menangis menceritakannya. Katanya bola itu jatuh ke dalam got.

Dipungutnya. Dipukulnya dan jatuh ke piring Bapak. Dia khawatir

bapak akan sakit. Kami semua khawatir Bapak akan sakit. Saya tidak

ingin Bapak sakit karena kecerobohan anak saya. Maafkan anak saya

ya, Pak.”

“Tidak usah dipikirkan. Saya malah tidak menghiraukan

kejadian itu.”

“Tetapi kejadian itu menjadi beban pikiran anak saya. Juga

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

9

Sejurus kemudian

terjadilah hal yang tidak

k u d u g a s a m a

sekali. Anak perempuan

i tu muncul bersama

seorang wanita. Dia

menunjuk ke arah laki-

laki itu.

““

Page 10: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

menjadi beban pikiran saya.”

Wanita itu menarik tangan anaknya. Dia suruh anak itu

mengulurkan tangan untuk meminta maaf. Anak perenpuan itu

menangis sambil menjulurkan tangannya.

“Saya minta Mama menemui Bapak. Saya takut Bapak sakit.

Saya lihat di dalam got, dekat bola itu ada bangkai tikus. Saya takut

Bapak akan sakit. Saya meminta Mama memberi Bapak uang. Kalau

Bapak sakit, Bapak bisa menggunakannya ke dokter.”

Wanita itu mengeluarkan sesuatu di dalam saku bajunya. Dia

mengeluarkan amplop.

“Terimalah ini, Pak. Mungkin besok Bapak memerlukannya.

Kalau Bapak sakit, Bapak harus ke dokter ya.”

“Aduh mengapa sampai begitu? Aku tidak apa-apa. Jangan

terlalu dipikirkan.”

“Terimalah, Pak. Agar tentram hati kami.”

Lelaki itu tersenyum sambil menolak amplop itu. “Jangan

terlalu dibesar-besarkan.”

“Anak saya melihat Bapak menyuap nasi di bekas bola itu.

Dia takut sekali. Dia menangis menceritakan itu. Ambillah supaya

hatinya tenteram. Kalau Bapak sakit bisa gunakan ke dokter.”

“Jangan, Bu. Saya tidak mau menerima sesuatu karena rasa

bersalah orang lain.”

“Kami ingin batin kami dalam keadaan tenteram menyambut

takbir dan sembahyang Ied besok pagi. Biarkan kami tidak dibebani

pikiran yang bukan-bukan. Terimalah, Pak.”

Aku terkejut melihat lelaki itu menangis. Air matanya

meleleh menuruni pipinya. Melihat itu aku tiba-tiba berucap,

“Biarkan saya yang memberikannya nanti, Bu. Sekarang pulanglah.

S a y a b e r j a n j i , p e m b e r i a n I b u i n i a k a n s a y a

Online

10Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

11

sampaikan.”

Kuulurkan tanganku ke arahnya.

“Tolonglah Bapak berikan biar tenteram hati kami.”

Diserahkannya amplop itu kepadaku

“Terima kasih ya, Pak,” katanya setelah amplop itu berada di

tanganku. “Maafkan anak saya ya, Pak,” katanya kepada lelaki itu.

Lelaki itu mengangguk sambil tersedu-sedu.

Sebelum berpisah kuyakinkan agar dia mensyukuri nikmat

Allah. Kuulurkan amplop itu ke dalam genggamannya. Dia tiba-tiba

menangis.

“Berhari-hari aku mendatangi rumah-rumah orang yang bisa

kubersihkan pekarangan mereka. Tiap tahun aku mengecat rumah

mereka menjelang Idul Fitri. Aku memangkas pagar hidup

pekarangan mereka. Tetapi lebaran ini semua tidak kudapatkan.

Mereka telah mengubah pagar mereka menjadi tembok dan besi.

Rumah mereka juga sudah dicat oleh orang lain yang bernasib sama

dengan aku. Tak ada apa pun yang tersedia untuk anak-anak

menyambut lebaran.”

“Kalau begitu bersyukurlah. Ternyata Allah maha pengasih.

Masih ada rezeki keluargamu untuk lebaran besok pagi.”

“Wanita itu mengeluarkan

sesuatu di dalam saku bajunya.

Dia mengeluarkan amplop.”

Page 11: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

menjadi beban pikiran saya.”

Wanita itu menarik tangan anaknya. Dia suruh anak itu

mengulurkan tangan untuk meminta maaf. Anak perenpuan itu

menangis sambil menjulurkan tangannya.

“Saya minta Mama menemui Bapak. Saya takut Bapak sakit.

Saya lihat di dalam got, dekat bola itu ada bangkai tikus. Saya takut

Bapak akan sakit. Saya meminta Mama memberi Bapak uang. Kalau

Bapak sakit, Bapak bisa menggunakannya ke dokter.”

Wanita itu mengeluarkan sesuatu di dalam saku bajunya. Dia

mengeluarkan amplop.

“Terimalah ini, Pak. Mungkin besok Bapak memerlukannya.

Kalau Bapak sakit, Bapak harus ke dokter ya.”

“Aduh mengapa sampai begitu? Aku tidak apa-apa. Jangan

terlalu dipikirkan.”

“Terimalah, Pak. Agar tentram hati kami.”

Lelaki itu tersenyum sambil menolak amplop itu. “Jangan

terlalu dibesar-besarkan.”

“Anak saya melihat Bapak menyuap nasi di bekas bola itu.

Dia takut sekali. Dia menangis menceritakan itu. Ambillah supaya

hatinya tenteram. Kalau Bapak sakit bisa gunakan ke dokter.”

“Jangan, Bu. Saya tidak mau menerima sesuatu karena rasa

bersalah orang lain.”

“Kami ingin batin kami dalam keadaan tenteram menyambut

takbir dan sembahyang Ied besok pagi. Biarkan kami tidak dibebani

pikiran yang bukan-bukan. Terimalah, Pak.”

Aku terkejut melihat lelaki itu menangis. Air matanya

meleleh menuruni pipinya. Melihat itu aku tiba-tiba berucap,

“Biarkan saya yang memberikannya nanti, Bu. Sekarang pulanglah.

S a y a b e r j a n j i , p e m b e r i a n I b u i n i a k a n s a y a

Online

10Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

11

sampaikan.”

Kuulurkan tanganku ke arahnya.

“Tolonglah Bapak berikan biar tenteram hati kami.”

Diserahkannya amplop itu kepadaku

“Terima kasih ya, Pak,” katanya setelah amplop itu berada di

tanganku. “Maafkan anak saya ya, Pak,” katanya kepada lelaki itu.

Lelaki itu mengangguk sambil tersedu-sedu.

Sebelum berpisah kuyakinkan agar dia mensyukuri nikmat

Allah. Kuulurkan amplop itu ke dalam genggamannya. Dia tiba-tiba

menangis.

“Berhari-hari aku mendatangi rumah-rumah orang yang bisa

kubersihkan pekarangan mereka. Tiap tahun aku mengecat rumah

mereka menjelang Idul Fitri. Aku memangkas pagar hidup

pekarangan mereka. Tetapi lebaran ini semua tidak kudapatkan.

Mereka telah mengubah pagar mereka menjadi tembok dan besi.

Rumah mereka juga sudah dicat oleh orang lain yang bernasib sama

dengan aku. Tak ada apa pun yang tersedia untuk anak-anak

menyambut lebaran.”

“Kalau begitu bersyukurlah. Ternyata Allah maha pengasih.

Masih ada rezeki keluargamu untuk lebaran besok pagi.”

“Wanita itu mengeluarkan

sesuatu di dalam saku bajunya.

Dia mengeluarkan amplop.”

Page 12: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

12Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

“Aku takut istriku takabur. Dalam shalat subuhnya dia

memanjatkan doa meminta rezeki kepada Allah. Seselai shalat ia

berkata kepadaku ada rezeki untuk kita hari ini. Tadi pagi dia

menyuruhku untuk pergii mengais rezeki. Ia yakin hari ini kami akan

mendapatkan rezeki.”

“Kalau begitu kau harus mensyukuri nikmat Allah. Terimalah

rezeki keluargamu ini. Cepatlah pulang. Masih ada waktu untuk

memanfaatkannya. Kau dengar takbir itu? Sambutlah idul Fitri

dengan mensyukurinikmat Allah.”

Masih mendengar dia bergumam, “Aku takut istriku

takabur.”

Kutinggalkan dia dengan amplop dan gumamannya.

Gema takbir menyuruhku pulang.

Balai Budaya, 1443 H/1993

Hamsad Rangkuti, lahir di Medan, Sumatera Utara, 7 Mei 1943, adalah seorang sastrawan Indonesia. Ia sangat dikenal luas masyarakat melalui cerita pendek (cerpen). Gaya penulisan Hamsad yang khas: realistis, deskriptif, fan kaya detail, seakan-akan membawa pembacanya masuk pusaran kisah-kisah yang apik, menarik, sekaligus menggelitik. Cerpen-cerpennya dimuat dalam berbagai harian dan majalah, terbitan dalam dan luar negeri. Bahkan beberapa di antaranya telah

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman, antara lain dimuat dalam New Voice in Southeast Asia Solidarity (1991), Manoa, Pasific Journal of International Writing, University of Hawaii Presss (1991, Beyond The Horison, Short Stories from Contemporary Indonesia, Monash Asia Institute, Jurnal Rima, Review of Indonesia and Malaysia Affairs, University Sydney. Vol. 25,1991. Cerpen-cerpennya juga termuat dalam beberapa antologi cerita pendek mutakhir, antara lain Cerpen-cerpen indonesia Mutakhir, editor Suratman Markasam, 1991.

Sumber foto: Google Images

Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1433 H

Mohon Maaf Lahir dan Batin

Page 13: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

12Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

“Aku takut istriku takabur. Dalam shalat subuhnya dia

memanjatkan doa meminta rezeki kepada Allah. Seselai shalat ia

berkata kepadaku ada rezeki untuk kita hari ini. Tadi pagi dia

menyuruhku untuk pergii mengais rezeki. Ia yakin hari ini kami akan

mendapatkan rezeki.”

“Kalau begitu kau harus mensyukuri nikmat Allah. Terimalah

rezeki keluargamu ini. Cepatlah pulang. Masih ada waktu untuk

memanfaatkannya. Kau dengar takbir itu? Sambutlah idul Fitri

dengan mensyukurinikmat Allah.”

Masih mendengar dia bergumam, “Aku takut istriku

takabur.”

Kutinggalkan dia dengan amplop dan gumamannya.

Gema takbir menyuruhku pulang.

Balai Budaya, 1443 H/1993

Hamsad Rangkuti, lahir di Medan, Sumatera Utara, 7 Mei 1943, adalah seorang sastrawan Indonesia. Ia sangat dikenal luas masyarakat melalui cerita pendek (cerpen). Gaya penulisan Hamsad yang khas: realistis, deskriptif, fan kaya detail, seakan-akan membawa pembacanya masuk pusaran kisah-kisah yang apik, menarik, sekaligus menggelitik. Cerpen-cerpennya dimuat dalam berbagai harian dan majalah, terbitan dalam dan luar negeri. Bahkan beberapa di antaranya telah

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman, antara lain dimuat dalam New Voice in Southeast Asia Solidarity (1991), Manoa, Pasific Journal of International Writing, University of Hawaii Presss (1991, Beyond The Horison, Short Stories from Contemporary Indonesia, Monash Asia Institute, Jurnal Rima, Review of Indonesia and Malaysia Affairs, University Sydney. Vol. 25,1991. Cerpen-cerpennya juga termuat dalam beberapa antologi cerita pendek mutakhir, antara lain Cerpen-cerpen indonesia Mutakhir, editor Suratman Markasam, 1991.

Sumber foto: Google Images

Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1433 H

Mohon Maaf Lahir dan Batin

Page 14: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

14Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

oleh Yusuf Nugraha

ULAS Presiden Penyair Tak Sehebat Tuhan

Sutardji Colzum Bachri adalah salah satu pelopor angkatan 70-an dalam genre puisi--dijuluki sebagai 'Presiden Penyair”.

Sumber foto : Google Images

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

15

Puisi-puisi karya penyair kelahiran Rengat (Riau) 24 Juli 1941 ini lebih

mengedepankan gaya estetika pembebasan kata dengan mengedepankan

akar tradisi. Puisi-puisinya bagaikan sebuah mantra hingga harus

mengerutkan dahi saat menguyahnya. Karyanya terkumpul dalam O (1873),

Amuk (1977), dan Kapak (1979). Ketiga kumpulan puisinya itu kemudian

dijadikan satu antologi yaitu O Amuk Kapak (1981). Berikut ini akan dikaji

salah satu puisinya yang berjudul Walau.

WALAU

Sutardji Colzum Bachri

walau penyair besar takkan sebatas Allah

dulu pernah kuminta Tuhandalam dirisekarang tak

kalau matimungkin matiku bagai batu tamatbagai pasir tamatjiwa membumbung dalam baris sajak

tujuh puncak membilang-bilangnyeri hari mengucap-ngucapdi butir pasir kutulis rindu rindu

walau huruf habislah sudahalif bataku belum sebatas Allah

(O,Amuk, Kapak, 1981:131)

Page 15: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

14Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

oleh Yusuf Nugraha

ULAS Presiden Penyair Tak Sehebat Tuhan

Sutardji Colzum Bachri adalah salah satu pelopor angkatan 70-an dalam genre puisi--dijuluki sebagai 'Presiden Penyair”.

Sumber foto : Google Images

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

15

Puisi-puisi karya penyair kelahiran Rengat (Riau) 24 Juli 1941 ini lebih

mengedepankan gaya estetika pembebasan kata dengan mengedepankan

akar tradisi. Puisi-puisinya bagaikan sebuah mantra hingga harus

mengerutkan dahi saat menguyahnya. Karyanya terkumpul dalam O (1873),

Amuk (1977), dan Kapak (1979). Ketiga kumpulan puisinya itu kemudian

dijadikan satu antologi yaitu O Amuk Kapak (1981). Berikut ini akan dikaji

salah satu puisinya yang berjudul Walau.

WALAU

Sutardji Colzum Bachri

walau penyair besar takkan sebatas Allah

dulu pernah kuminta Tuhandalam dirisekarang tak

kalau matimungkin matiku bagai batu tamatbagai pasir tamatjiwa membumbung dalam baris sajak

tujuh puncak membilang-bilangnyeri hari mengucap-ngucapdi butir pasir kutulis rindu rindu

walau huruf habislah sudahalif bataku belum sebatas Allah

(O,Amuk, Kapak, 1981:131)

Page 16: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

16Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

P u i s i i n i

mengingatkan pada sejarah

saat Nabi Muhammad ketika

mener ima wahyu (A l -

Quran). Sebelum Al-Quran

diturunkan, masyarakat Arab

mendapat julukan 'jahiliah'.

Kejahilan mereka bukan

karena tidak bisa membaca

atau menulis, melainkan

sikap dan perbuatannya

yang jauh sekali dari ahlak

mulia. Kota Mekah saat itu

s u d a h m e n j a d i p u s a t

kebudayaan. Di sana sering

diadakan lomba membaca

syair. Banyak penyair yang

datang dari berbagai daerah

u n t u k m e n u n j u k a n

kehebatannya. Setiap syair

yang paling bagus akan

dipajang di Kabah.

Saat itulah Al-Quran di wahyukan kepada nabi muhamad

untuk mencounter para jahiliah—salah satu asfek saja. Al-Quran

menjadi syair yang tak tertandingi. Selain kehaluasan bahasanya,

juga ketinggian maknanya. Waktu itu pun ada beberapa penyair

terkemuka mencoba untuk membuat tandingan Al-Quran, tetapi

tidak ada satu pun yang mampu menyamai syair Tuhan. Kejadian

tersebut diabadikan dalam surat Al Baqarah ayat 23-24.

MERDEKAKAN KEMBALI INDONESIA

DI HARI YANG SUCI!

HUT NKRI Ke-67

Page 17: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

16Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

P u i s i i n i

mengingatkan pada sejarah

saat Nabi Muhammad ketika

mener ima wahyu (A l -

Quran). Sebelum Al-Quran

diturunkan, masyarakat Arab

mendapat julukan 'jahiliah'.

Kejahilan mereka bukan

karena tidak bisa membaca

atau menulis, melainkan

sikap dan perbuatannya

yang jauh sekali dari ahlak

mulia. Kota Mekah saat itu

s u d a h m e n j a d i p u s a t

kebudayaan. Di sana sering

diadakan lomba membaca

syair. Banyak penyair yang

datang dari berbagai daerah

u n t u k m e n u n j u k a n

kehebatannya. Setiap syair

yang paling bagus akan

dipajang di Kabah.

Saat itulah Al-Quran di wahyukan kepada nabi muhamad

untuk mencounter para jahiliah—salah satu asfek saja. Al-Quran

menjadi syair yang tak tertandingi. Selain kehaluasan bahasanya,

juga ketinggian maknanya. Waktu itu pun ada beberapa penyair

terkemuka mencoba untuk membuat tandingan Al-Quran, tetapi

tidak ada satu pun yang mampu menyamai syair Tuhan. Kejadian

tersebut diabadikan dalam surat Al Baqarah ayat 23-24.

MERDEKAKAN KEMBALI INDONESIA

DI HARI YANG SUCI!

HUT NKRI Ke-67

Page 18: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

18Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Inti makna Puisi “Walau” karya Sutardji ini hampir

sama dengan ayat Al-Quran tersebut yang menggambarkan

tentang penyair besar yang tak mungkin mampu untuk

menandingi dan menyamai Tuhan. Mungkin selain

gambaran seperti yang dikemukakan di atas, puisi ini juga

merupakan ungkapan perasaan penyairnya sendiri bahwa

sehebat apa pun dia, walaupun banyak temannya menjuluki

'presiden penyair, tetapi dia sadar, ia tidak mungkin mampu

menandingi kehebatan Tuhan. Ia tetaplah manusia yang

terbatas kemampuannya seperti yang diungkapkan pada

dua baris pertama, walau penyair besar// takkan sebatas

allah. Dan juga ditegaskan kembali pada dua baris terakhir,

walau huruf habislah sudah// alif bataku belum sebatas allah.

Dalam puisi ini tersirat salah satu amanat yang

begitu berharga untuk manusia bahwa sehebat apa pun

manusia, tidak mungkin mampu menandingi Sang Pencipta

(Tuhan).

Yusuf Nugraha, laki-laki kelahiran Bogor, Babakan

Madang, 5 Mei 1981 ini kegiatan sehari-harinya

adalah mengajar. Selain itu, sarjana lulusan S1

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di

Universitas Pakuan ini aktif di kelompok musikalisasi

puisi Saung Pangulinan. Dalam kesendiriannya pun

dia selalu menyempatkan diri untuk menulis. Karya

yang pernah ditulisnya adalah Sastra Sufistik, Kajian

terhadap Antologi Puisi Tarian Mabuk Allah karya

Kuswaidi Syafiie, Perjalanan Adalah Proses (Panduan

Musikalisasi Puisi dan CD Musikalisasi Puisi, 2008)

bersama Saung Pangulinan. Saat ini, laki-laki berbintang

taurus ini sedang merintis membentuk komunitas budaya

di BabakanMadang, Kab. Bogor

Selamat Iedul Fitri

Mohon Maaf Lahri dan Batin

Mengucapkan

Keluarga Besar POC

Phoeghoers Organization Center

WADAH KREATIVITAS PEMUDA

Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia

Page 19: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

18Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Inti makna Puisi “Walau” karya Sutardji ini hampir

sama dengan ayat Al-Quran tersebut yang menggambarkan

tentang penyair besar yang tak mungkin mampu untuk

menandingi dan menyamai Tuhan. Mungkin selain

gambaran seperti yang dikemukakan di atas, puisi ini juga

merupakan ungkapan perasaan penyairnya sendiri bahwa

sehebat apa pun dia, walaupun banyak temannya menjuluki

'presiden penyair, tetapi dia sadar, ia tidak mungkin mampu

menandingi kehebatan Tuhan. Ia tetaplah manusia yang

terbatas kemampuannya seperti yang diungkapkan pada

dua baris pertama, walau penyair besar// takkan sebatas

allah. Dan juga ditegaskan kembali pada dua baris terakhir,

walau huruf habislah sudah// alif bataku belum sebatas allah.

Dalam puisi ini tersirat salah satu amanat yang

begitu berharga untuk manusia bahwa sehebat apa pun

manusia, tidak mungkin mampu menandingi Sang Pencipta

(Tuhan).

Yusuf Nugraha, laki-laki kelahiran Bogor, Babakan

Madang, 5 Mei 1981 ini kegiatan sehari-harinya

adalah mengajar. Selain itu, sarjana lulusan S1

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di

Universitas Pakuan ini aktif di kelompok musikalisasi

puisi Saung Pangulinan. Dalam kesendiriannya pun

dia selalu menyempatkan diri untuk menulis. Karya

yang pernah ditulisnya adalah Sastra Sufistik, Kajian

terhadap Antologi Puisi Tarian Mabuk Allah karya

Kuswaidi Syafiie, Perjalanan Adalah Proses (Panduan

Musikalisasi Puisi dan CD Musikalisasi Puisi, 2008)

bersama Saung Pangulinan. Saat ini, laki-laki berbintang

taurus ini sedang merintis membentuk komunitas budaya

di BabakanMadang, Kab. Bogor

Selamat Iedul Fitri

Mohon Maaf Lahri dan Batin

Mengucapkan

Keluarga Besar POC

Phoeghoers Organization Center

WADAH KREATIVITAS PEMUDA

Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia

Page 20: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

20Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Berbicara mengenai kemerdekaan, haram bila melupakan para pahlawan. Merekalah yang berjuang mendapatkan kemerdekaan dari para penjajah. Jasa mereka untuk kemerdekaan sangat luar biasa.

TOKOHHAMKA Pahlawan yang Juga Sastrawan

Sumber foto: Google Images

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

21

Jangan lupa juga, ada salah satu pahlawan nasional

Indonesia yang juga seorang sastrawan. Ya, Beliau adalah Prof. Dr.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan

julukan Hamka, yakni singkatan namanya. Seorang pahlawan

Indonesia sekaligus sastrawan, ulama, ahli filsafat, dan aktivis

politik. Hamka baru dinyatakan sebagai pahlawan nasional

Indonesia setelah dikeluarkannya Keppres No. 113/TK/Tahun 2011

pada tanggal 9 November 2011.

Meski bukan pahlawan perang, Hamka adalah salah satu

pahlawan Indonesia saat kemerdekaan direbut dari penjajah.

Perannya dalam meramu bangsa memang sangat diakui oleh

negara. Sehingga pada tahun 2011 Hamka dinyatakan sebagai salah

satu pahlawan nasional.

Hamka merupakan salah satu orang Indonesia yang paling

banyak menulis dan menerbitkan buku. Karena itu Hamka dijuluki

sebagai

, yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari

kata abi atau abuya dalam bahasa Arab yang berartiayahku atau

seseorang yang dihormati.

Hamka juga merupakan seorang wartawan, penulis,

editor, dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi

wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan

Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun

1928, Hamka menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada

tahun1932, Hamka menjadi editor dan menerbitkan majalah al-

Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah

Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam.

Hamzah Fansuri di era modern. Hamka diberikan sebutan

Buya

Page 21: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

20Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Berbicara mengenai kemerdekaan, haram bila melupakan para pahlawan. Merekalah yang berjuang mendapatkan kemerdekaan dari para penjajah. Jasa mereka untuk kemerdekaan sangat luar biasa.

TOKOHHAMKA Pahlawan yang Juga Sastrawan

Sumber foto: Google Images

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

21

Jangan lupa juga, ada salah satu pahlawan nasional

Indonesia yang juga seorang sastrawan. Ya, Beliau adalah Prof. Dr.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan

julukan Hamka, yakni singkatan namanya. Seorang pahlawan

Indonesia sekaligus sastrawan, ulama, ahli filsafat, dan aktivis

politik. Hamka baru dinyatakan sebagai pahlawan nasional

Indonesia setelah dikeluarkannya Keppres No. 113/TK/Tahun 2011

pada tanggal 9 November 2011.

Meski bukan pahlawan perang, Hamka adalah salah satu

pahlawan Indonesia saat kemerdekaan direbut dari penjajah.

Perannya dalam meramu bangsa memang sangat diakui oleh

negara. Sehingga pada tahun 2011 Hamka dinyatakan sebagai salah

satu pahlawan nasional.

Hamka merupakan salah satu orang Indonesia yang paling

banyak menulis dan menerbitkan buku. Karena itu Hamka dijuluki

sebagai

, yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari

kata abi atau abuya dalam bahasa Arab yang berartiayahku atau

seseorang yang dihormati.

Hamka juga merupakan seorang wartawan, penulis,

editor, dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi

wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan

Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun

1928, Hamka menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada

tahun1932, Hamka menjadi editor dan menerbitkan majalah al-

Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah

Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam.

Hamzah Fansuri di era modern. Hamka diberikan sebutan

Buya

Page 22: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

22Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Beliau juga seorang otodidak dalam

berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti

filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik,

baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran

bahasa Arabnya yang tinggi, Hamka dapat

menyelidiki karya ulama dan pujangga besar

di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji

Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-

Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui

bahasa Arab juga, Hamka meneliti karya

sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti

Albert Camus, William James, Sigmund

Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre,

Karl Marx, dan Pierre Loti.

Di awal karir, Hamka bekerja

sebagai guru agama di Padang Panjang pada

tahun 1927. Kemudian Hamka mendirikan

cabang Muhammadiyah di Padang Panjang

dan mengetuai cabang Muhammadiyah

tersebut pada tahun 1928. Pada tahun 1931,

Hamka diundang ke Bengkalis untuk

k e m b a l i m e n d i r i k a n c a b a n g

Muhammadiyah. Dari sana Hamka

melanjutkan perjalanan ke Bagansiapiapi,

Labuhan Bilik, Medan, dan Tebing Tinggi,

sebagai mubaligh Muhammadiyah. Pada

tahun 1932 Hamka dipercayai oleh pimpinan

Muhammadiyah sebagai mubalig ke

Makassar, Sulawesi Selatan.

Sumber foto : Google Images

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

23

Ketika di Makassar, sambil

melaksanakan tugasnya sebagai seorang

m u b a l i g M u h a m m a d i y a h , H a m k a

memanfaatkan masa baktinya dengan

s e b a i k - b a i k n y a , t e r u t a m a d a l a m

mengembangkan lebih jauh minat

sejarahnya. Hamka mencoba melacak

beberapa manuskrip sejarawan muslim lokal.

Bahkan Hamka menjadi peneliti pribumi

pertama yang mengungkap secara luas

riwayat ulama besar Sulawesi Selatan,

Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari.

Bukan itu saja, Hamka juga mencoba

menerbitkan pengetahuan Islam

yang terbit sekali sebulan. Majalah tersebut

diberi nama "Al-Mahdi".

P a d a t a h u n 1 9 3 4 , H a m k a

meninggalkan Makassar dan kembali ke

Padang Panjang, dan kemudian berangkat ke

Medan. Di Medan—bersama M. Yunan

Nasution—Hamka mendapat tawaran dari

Haji Asbiran Ya'kub, dan Mohammad

Rasami (mantan sekretaris Muhammadiyah

Bengkalis) untuk memimpin majalah

mingguan Pedoman Masyarakat. Pada

majalah ini untuk pertama kali Hamka

memperkenalkan nama pena Hamka, melalui

rubrik Tasawuf Modern, tulisannya telah

mengikat hati para pembacanya, baik

majalah

masyarakat awam maupun

kaum intelektual, untuk

senantiasa menantikan dan

membaca setiap terbitan

P e d o m a n M a s y a r a k a t .

Pemikiran cerdas yang

dituangkannya di Pedoman

Masyarakat merupakan alat

yang sangat banyak menjadi

tali penghubung antara

d i r i n y a d e n g a n k a u m

intelektual lainnya, seperti

Natsir, Hatta, Agus Salim,

dan Muhammad Isa Anshary.

Page 23: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

22Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Beliau juga seorang otodidak dalam

berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti

filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik,

baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran

bahasa Arabnya yang tinggi, Hamka dapat

menyelidiki karya ulama dan pujangga besar

di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji

Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-

Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui

bahasa Arab juga, Hamka meneliti karya

sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti

Albert Camus, William James, Sigmund

Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre,

Karl Marx, dan Pierre Loti.

Di awal karir, Hamka bekerja

sebagai guru agama di Padang Panjang pada

tahun 1927. Kemudian Hamka mendirikan

cabang Muhammadiyah di Padang Panjang

dan mengetuai cabang Muhammadiyah

tersebut pada tahun 1928. Pada tahun 1931,

Hamka diundang ke Bengkalis untuk

k e m b a l i m e n d i r i k a n c a b a n g

Muhammadiyah. Dari sana Hamka

melanjutkan perjalanan ke Bagansiapiapi,

Labuhan Bilik, Medan, dan Tebing Tinggi,

sebagai mubaligh Muhammadiyah. Pada

tahun 1932 Hamka dipercayai oleh pimpinan

Muhammadiyah sebagai mubalig ke

Makassar, Sulawesi Selatan.

Sumber foto : Google Images

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

23

Ketika di Makassar, sambil

melaksanakan tugasnya sebagai seorang

m u b a l i g M u h a m m a d i y a h , H a m k a

memanfaatkan masa baktinya dengan

s e b a i k - b a i k n y a , t e r u t a m a d a l a m

mengembangkan lebih jauh minat

sejarahnya. Hamka mencoba melacak

beberapa manuskrip sejarawan muslim lokal.

Bahkan Hamka menjadi peneliti pribumi

pertama yang mengungkap secara luas

riwayat ulama besar Sulawesi Selatan,

Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari.

Bukan itu saja, Hamka juga mencoba

menerbitkan pengetahuan Islam

yang terbit sekali sebulan. Majalah tersebut

diberi nama "Al-Mahdi".

P a d a t a h u n 1 9 3 4 , H a m k a

meninggalkan Makassar dan kembali ke

Padang Panjang, dan kemudian berangkat ke

Medan. Di Medan—bersama M. Yunan

Nasution—Hamka mendapat tawaran dari

Haji Asbiran Ya'kub, dan Mohammad

Rasami (mantan sekretaris Muhammadiyah

Bengkalis) untuk memimpin majalah

mingguan Pedoman Masyarakat. Pada

majalah ini untuk pertama kali Hamka

memperkenalkan nama pena Hamka, melalui

rubrik Tasawuf Modern, tulisannya telah

mengikat hati para pembacanya, baik

majalah

masyarakat awam maupun

kaum intelektual, untuk

senantiasa menantikan dan

membaca setiap terbitan

P e d o m a n M a s y a r a k a t .

Pemikiran cerdas yang

dituangkannya di Pedoman

Masyarakat merupakan alat

yang sangat banyak menjadi

tali penghubung antara

d i r i n y a d e n g a n k a u m

intelektual lainnya, seperti

Natsir, Hatta, Agus Salim,

dan Muhammad Isa Anshary.

Page 24: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

24Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Pada tahun 1945 Hamka kembali ke

Padang Panjang. Sesampainya di Padang

Panjang, Hamka dipercayakan untuk

memimpin Kulliyatul Muballighin dan

menyalurkan kemampuan jurnalistiknya

dengan menghasilkan beberapa karya tulis. Di

antaranya: Negara Islam, Islam dan Demokrasi,

Revolusi Pikiran, Revolusi Agama, Adat

Minangkabau Menghadapi Revolusi, dan Dari

Lembah Cita-Cita.

Pada tahun 1949, Hamka memutuskan

untuk meninggalkan Padang Panjang menuju

Jakarta. Di Jakarta, Hamka menekuni dunia

jurnalistik dengan menjadi koresponden

majalah Pemandangan dan Harian Merdeka.

Tahun1950, setalah menunaikan

ibadah haji untuk kedua kalinya, Hamka

melakukan kunjungan ke beberapa negara

Arab. Di sana, Hamka dapat bertemu langsung

dengan Thaha Husein dan Fikri Abadah.

Sepulangnya dari kunjungan tersebut, Hamka

mengarang beberapa buku roman. Di antaranya

Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah

Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Hamka

kemudian mengarang karya otobiografinya,

Kenang-Kenangan Hidup pada tahun 1951, dan

pada tahun 1952 Hamka mengunjungi Amerika

Serikat atas undangan pemerintah setempat.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

25

Hamka juga banyak menghasilkan

karya ilmiah Islam dan karya lain seperti novel

dan cerpen. Pada tahun 1928, Hamka menulis

buku romannya yang pertama dalam bahasa

Minang dengan judul Si Sabariah. Kemudian,

Hamka juga menulis buku-buku lain, baik yang

berbentuk roman, sejarah, biografi dan

otobiografi, sosial kemasyarakatan, pemikiran

dan pendidikan, teologi, tasawuf, tafsir, dan

fiqih. Karya ilmiah terbesarnya adalah Tafsir

Al-Azhar. Di antara novel-novelnya seperti

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah

Lindungan Ka'bah, dan Merantau ke Deli juga

menjadi perhatian umum dan menjadi buku teks

sastra di Malaysia dan Singapura. Beberapa

penghargaan dan anugerah juga ia terima, baik

peringkat nasional maupun internasional.

Tahun 1959, Hamka mendapat

anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari

Universitas Al-Azhar, Kairo atas jasa-jasanya

dalam penyiaran agama Islam dengan

menggunakan bahasa Melayu. Kemudian pada

6 Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar

kehormatan tersebut dari Universitas Nasional

Malaysia pada bidang kesusasteraan, serta gelar

Profesor dari Universitas Prof. Dr. Moestopo.

Page 25: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

24Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Pada tahun 1945 Hamka kembali ke

Padang Panjang. Sesampainya di Padang

Panjang, Hamka dipercayakan untuk

memimpin Kulliyatul Muballighin dan

menyalurkan kemampuan jurnalistiknya

dengan menghasilkan beberapa karya tulis. Di

antaranya: Negara Islam, Islam dan Demokrasi,

Revolusi Pikiran, Revolusi Agama, Adat

Minangkabau Menghadapi Revolusi, dan Dari

Lembah Cita-Cita.

Pada tahun 1949, Hamka memutuskan

untuk meninggalkan Padang Panjang menuju

Jakarta. Di Jakarta, Hamka menekuni dunia

jurnalistik dengan menjadi koresponden

majalah Pemandangan dan Harian Merdeka.

Tahun1950, setalah menunaikan

ibadah haji untuk kedua kalinya, Hamka

melakukan kunjungan ke beberapa negara

Arab. Di sana, Hamka dapat bertemu langsung

dengan Thaha Husein dan Fikri Abadah.

Sepulangnya dari kunjungan tersebut, Hamka

mengarang beberapa buku roman. Di antaranya

Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah

Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Hamka

kemudian mengarang karya otobiografinya,

Kenang-Kenangan Hidup pada tahun 1951, dan

pada tahun 1952 Hamka mengunjungi Amerika

Serikat atas undangan pemerintah setempat.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

25

Hamka juga banyak menghasilkan

karya ilmiah Islam dan karya lain seperti novel

dan cerpen. Pada tahun 1928, Hamka menulis

buku romannya yang pertama dalam bahasa

Minang dengan judul Si Sabariah. Kemudian,

Hamka juga menulis buku-buku lain, baik yang

berbentuk roman, sejarah, biografi dan

otobiografi, sosial kemasyarakatan, pemikiran

dan pendidikan, teologi, tasawuf, tafsir, dan

fiqih. Karya ilmiah terbesarnya adalah Tafsir

Al-Azhar. Di antara novel-novelnya seperti

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah

Lindungan Ka'bah, dan Merantau ke Deli juga

menjadi perhatian umum dan menjadi buku teks

sastra di Malaysia dan Singapura. Beberapa

penghargaan dan anugerah juga ia terima, baik

peringkat nasional maupun internasional.

Tahun 1959, Hamka mendapat

anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari

Universitas Al-Azhar, Kairo atas jasa-jasanya

dalam penyiaran agama Islam dengan

menggunakan bahasa Melayu. Kemudian pada

6 Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar

kehormatan tersebut dari Universitas Nasional

Malaysia pada bidang kesusasteraan, serta gelar

Profesor dari Universitas Prof. Dr. Moestopo.

Page 26: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

26Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Hamka juga aktif di kancah politik melalui

Masyumi. Pada Pemilu 1955, Hamka terpilih menjadi

anggota konstituante mewakili Jawa Tengah. Akan

tetapi pengangkatan tersebut ditolak karena merasa

tempat tersebut tidak sesuai baginya. Atas desakan

kakak iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur, akhirnya

Hamka menerima untuk diangkat menjadi anggota

konstituante. Sikapnya yang konsisten terhadap

agama, menyebabkannya sering kali berhadapan

dengan berbagai rintangan, terutama terhadap

beberapa kebijakan pemerintah. Keteguhan sikapnya

ini membuatnya dipenjarakan oleh Soekarno dari

tahun 1964 hingga 1966. Pada awalnya, Hamka

diasingkan ke Sukabumi, kemudian ke Puncak,

Megamendung, dan terakhir dirawat di rumah sakit

Persahabatan Rawamangun, sebagai tawanan. Di

dalam penjara, Hamka mulai menulis Tafsir Al-Azhar

yang merupakan karya ilmiah terbesarnya.

Sumber fot : Google Images

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

27

Pada tahun 1977, Hamka dipilih sebagai ketua

umum Majelis Ulama Indonesia yang pertama. Semasa

jabatannya, Hamka mengeluarkan fatwa yang bersisi

penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang akan

memberlakukan RUU Perkawinan tahun 1973, dan

mengecam kebijakan diperbolehkannya merayakan Natal

bersama umat Nasrani. Meskipun pemerintah

mendesaknya untuk menarik kembali fatwanya tersebut

dengan diiringi berbagai ancaman, Hamka tetap teguh dengan pendiriannya. Akan tetapi, pada tanggal 24 Juli

1981, Hamka memutuskan untuk melepaskan jabatannya

sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia, karena

fatwanya yang tidak kunjung dipedulikan oleh pemerintah

Indonesia.

Hamka meninggal dunia pada 24 Juli 1981 dalam

usia 73 tahun dan dikebumikan di Tanah Kusir, Jakarta

Selatan. Jasanya tidak hanya diterima sebagai seorang

tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya,

bahkan di negara-negara berpenduduk muslim di Asia

Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Thailand Selatan,

Brunei, Filipina Selatan, dan beberapa negara Arab.

(WHY dari berbagai sumber)

Page 27: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

26Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Hamka juga aktif di kancah politik melalui

Masyumi. Pada Pemilu 1955, Hamka terpilih menjadi

anggota konstituante mewakili Jawa Tengah. Akan

tetapi pengangkatan tersebut ditolak karena merasa

tempat tersebut tidak sesuai baginya. Atas desakan

kakak iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur, akhirnya

Hamka menerima untuk diangkat menjadi anggota

konstituante. Sikapnya yang konsisten terhadap

agama, menyebabkannya sering kali berhadapan

dengan berbagai rintangan, terutama terhadap

beberapa kebijakan pemerintah. Keteguhan sikapnya

ini membuatnya dipenjarakan oleh Soekarno dari

tahun 1964 hingga 1966. Pada awalnya, Hamka

diasingkan ke Sukabumi, kemudian ke Puncak,

Megamendung, dan terakhir dirawat di rumah sakit

Persahabatan Rawamangun, sebagai tawanan. Di

dalam penjara, Hamka mulai menulis Tafsir Al-Azhar

yang merupakan karya ilmiah terbesarnya.

Sumber fot : Google Images

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

27

Pada tahun 1977, Hamka dipilih sebagai ketua

umum Majelis Ulama Indonesia yang pertama. Semasa

jabatannya, Hamka mengeluarkan fatwa yang bersisi

penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang akan

memberlakukan RUU Perkawinan tahun 1973, dan

mengecam kebijakan diperbolehkannya merayakan Natal

bersama umat Nasrani. Meskipun pemerintah

mendesaknya untuk menarik kembali fatwanya tersebut

dengan diiringi berbagai ancaman, Hamka tetap teguh dengan pendiriannya. Akan tetapi, pada tanggal 24 Juli

1981, Hamka memutuskan untuk melepaskan jabatannya

sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia, karena

fatwanya yang tidak kunjung dipedulikan oleh pemerintah

Indonesia.

Hamka meninggal dunia pada 24 Juli 1981 dalam

usia 73 tahun dan dikebumikan di Tanah Kusir, Jakarta

Selatan. Jasanya tidak hanya diterima sebagai seorang

tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya,

bahkan di negara-negara berpenduduk muslim di Asia

Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Thailand Selatan,

Brunei, Filipina Selatan, dan beberapa negara Arab.

(WHY dari berbagai sumber)

Page 28: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini

hanya Rp. 75.000,- untuk edisi September 2012

silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)

Indonesia

Page 29: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini

hanya Rp. 75.000,- untuk edisi September 2012

silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)

Indonesia

Page 30: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

30Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

LEGIT Sastra Reboan Edisi #51

Sumber foto: Sastra Reboan

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

31

“'Pengantin Surga' meski hasil terjemahan dari Inggris, tidak

langsung dari Persia, cukup mampu menghadirkan pesona dari sebuah

kisah cinta klasik kelas dunia dan telah menjadi standar bagi semua

bentuk penulisan cerita-cerita serupa dalam berbagai genre sastra.

Kitab ini layak dimiliki dan dibaca baik oleh orang yang berkehendak

mencari makna cinta yang hakiki maupun oleh orang-orang yang

gemar dengan cerita-cerita berbau 'Love melulu.'

Pekatnya nuansa spiritualisme dalam “Pengantin Surga,”

sebagaimana secara meyakinkan dapat terbaca pada perlambang dan

peribahasa yang secara konstan ada di dalamnya, menjadikan kitab ini

layak dibaca sebagai sebua novel sufistik yang ciamik.

Kekhasan dari novel sufistik menurut saya pengarangnya

sedang berbagi pengalaman paling personal yang pernah dimiliki,

pengembaraan spiritualnya, atau sekurang-kurangnya gambaran ideal

pengarang tentang sebuah hubungan antara mahluk dengan khalik;

Hubungan yang biasanya diperantarai oleh laku pengingatan (dzikir).

Dengan kata lain proses penulisa kitab bagi seorang sufi setara dengan

zikir kepada Yang Ilahi.”

Page 31: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

30Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

LEGIT Sastra Reboan Edisi #51

Sumber foto: Sastra Reboan

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

31

“'Pengantin Surga' meski hasil terjemahan dari Inggris, tidak

langsung dari Persia, cukup mampu menghadirkan pesona dari sebuah

kisah cinta klasik kelas dunia dan telah menjadi standar bagi semua

bentuk penulisan cerita-cerita serupa dalam berbagai genre sastra.

Kitab ini layak dimiliki dan dibaca baik oleh orang yang berkehendak

mencari makna cinta yang hakiki maupun oleh orang-orang yang

gemar dengan cerita-cerita berbau 'Love melulu.'

Pekatnya nuansa spiritualisme dalam “Pengantin Surga,”

sebagaimana secara meyakinkan dapat terbaca pada perlambang dan

peribahasa yang secara konstan ada di dalamnya, menjadikan kitab ini

layak dibaca sebagai sebua novel sufistik yang ciamik.

Kekhasan dari novel sufistik menurut saya pengarangnya

sedang berbagi pengalaman paling personal yang pernah dimiliki,

pengembaraan spiritualnya, atau sekurang-kurangnya gambaran ideal

pengarang tentang sebuah hubungan antara mahluk dengan khalik;

Hubungan yang biasanya diperantarai oleh laku pengingatan (dzikir).

Dengan kata lain proses penulisa kitab bagi seorang sufi setara dengan

zikir kepada Yang Ilahi.”

Page 32: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

32Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Itulah sedikit kutipan yang

d i tu l i s Khudor i Husnan

mengenai Novel terjemahan

berjudul Pengantin Surga.

Novel ini adalah novel kisah

cinta klasih yang berasal dari

pers ia . Judul as l i novel

terjemahan ini adalah The Story

Of Layla and Majnun karya

Nizami Ganjavi. Novel ini

diulas pada Sastra Reboan Edisi

#51, 25 Juli 2012.

S e l a i n n o v e l i n d a h

tersebut, Sastra Reboan edisi

#51 yang berjudul tadarus sastra

"Cinta dan Wanita dalam

Sastra" di Wapres Bulungan

Jakarta ini juga mengulas buku

kumpulan cerpen karya Khrisna

Pabichara yang berjudul Gadis

Pakarena. Kumpulan cerpen ini

seperti halnya tarian Pakarena,

mengungkapkan hubungan

manusia dengan Tuhan dan

b e r c e r i t a t e n t a n g r i t m e

kehidupan.

Sumber foto: Sastra Reboan

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

33

Geliat sastra di Bulungan

yang rutin diadakan setiap Rabu

malam di akhir bulan ini memang

selalu menghadirkan panggung baru

bagi para sastrawan yang memang

tak memiliki ruang untuk tampil. Ya,

memang lahirnya Sastra Reboan

adalah bentuk kepedulian atas

terbatasannya panggung sastra bagi

para pemula, terutama mereka yang

karena berada di luar “arena” tidak

mendapatkan kesempatan utk bisa

tampil. Karena di Indonesia,

dominasi sastra hanya berkutat di

TIM dan Utan Kayu. Setidaknya itu

yang dikatakan oleh Zabidi Zay

Lawanglangit selaku penggagas dan

ketua Sastra Reboan saat ini. (WHY)

Sumber foto: Sastra Reboan

Page 33: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

32Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Itulah sedikit kutipan yang

d i tu l i s Khudor i Husnan

mengenai Novel terjemahan

berjudul Pengantin Surga.

Novel ini adalah novel kisah

cinta klasih yang berasal dari

pers ia . Judul as l i novel

terjemahan ini adalah The Story

Of Layla and Majnun karya

Nizami Ganjavi. Novel ini

diulas pada Sastra Reboan Edisi

#51, 25 Juli 2012.

S e l a i n n o v e l i n d a h

tersebut, Sastra Reboan edisi

#51 yang berjudul tadarus sastra

"Cinta dan Wanita dalam

Sastra" di Wapres Bulungan

Jakarta ini juga mengulas buku

kumpulan cerpen karya Khrisna

Pabichara yang berjudul Gadis

Pakarena. Kumpulan cerpen ini

seperti halnya tarian Pakarena,

mengungkapkan hubungan

manusia dengan Tuhan dan

b e r c e r i t a t e n t a n g r i t m e

kehidupan.

Sumber foto: Sastra Reboan

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

33

Geliat sastra di Bulungan

yang rutin diadakan setiap Rabu

malam di akhir bulan ini memang

selalu menghadirkan panggung baru

bagi para sastrawan yang memang

tak memiliki ruang untuk tampil. Ya,

memang lahirnya Sastra Reboan

adalah bentuk kepedulian atas

terbatasannya panggung sastra bagi

para pemula, terutama mereka yang

karena berada di luar “arena” tidak

mendapatkan kesempatan utk bisa

tampil. Karena di Indonesia,

dominasi sastra hanya berkutat di

TIM dan Utan Kayu. Setidaknya itu

yang dikatakan oleh Zabidi Zay

Lawanglangit selaku penggagas dan

ketua Sastra Reboan saat ini. (WHY)

Sumber foto: Sastra Reboan

Page 34: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Susy Ayu

Suay Ayu

Tak Sanggup

PARTNER

Setelah Tujuh TahunSusy Ayu

Online

34Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

“Untuk kasus ini, gantikan aku dengan ahli yang lain.” Tangisnya tumpah sambil menutup kain ke wajah suaminya.” “Kau Paling tahu tempat yang

tersembunyi, kubur ia di situ!” Aku segera mengeluarkan kantong besar dan berat dari bagasi mobilnya.

“Aku berhasil, Yah. Uang kita kembali!” ia mengusap nisan ayahnya.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Hari Bebas Kritik

Depresi

Susy Ayu

Susy Ayu

Online

35

Seorang ibu dan anak-anaknya Merdeka sekali dalam setahun. Sang ayah menutup mulutnya dengan sapu tangan.

“Jaga adikmu ya, Nak! Dia suka pipis di celana.” ia mengecup dua buah hatinya sebelum dia kubur diam-diam di makam sang istri

Susy Ayu Lahir di Purwakarta 14 Juni 1972. Sering menulis puisi dan cerpen yang beberapa dimuat di Aneka Cemerlang, Kartini, Story dan lain-lain. Karyanya juga dimuat dalam antologi puisi Merah yang Meremah (2009), Perempuan dalam Sajak (2010), Beranda Senja (2010) dan masih banyak yang lain. Tahun 2012 bersama Kurniawan Junaedhie mengagas buku kumpulan Fiksimini yang berasal dari grup Fiksimini di Facebook

Page 35: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Susy Ayu

Suay Ayu

Tak Sanggup

PARTNER

Setelah Tujuh TahunSusy Ayu

Online

34Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

“Untuk kasus ini, gantikan aku dengan ahli yang lain.” Tangisnya tumpah sambil menutup kain ke wajah suaminya.” “Kau Paling tahu tempat yang

tersembunyi, kubur ia di situ!” Aku segera mengeluarkan kantong besar dan berat dari bagasi mobilnya.

“Aku berhasil, Yah. Uang kita kembali!” ia mengusap nisan ayahnya.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Hari Bebas Kritik

Depresi

Susy Ayu

Susy Ayu

Online

35

Seorang ibu dan anak-anaknya Merdeka sekali dalam setahun. Sang ayah menutup mulutnya dengan sapu tangan.

“Jaga adikmu ya, Nak! Dia suka pipis di celana.” ia mengecup dua buah hatinya sebelum dia kubur diam-diam di makam sang istri

Susy Ayu Lahir di Purwakarta 14 Juni 1972. Sering menulis puisi dan cerpen yang beberapa dimuat di Aneka Cemerlang, Kartini, Story dan lain-lain. Karyanya juga dimuat dalam antologi puisi Merah yang Meremah (2009), Perempuan dalam Sajak (2010), Beranda Senja (2010) dan masih banyak yang lain. Tahun 2012 bersama Kurniawan Junaedhie mengagas buku kumpulan Fiksimini yang berasal dari grup Fiksimini di Facebook

Page 36: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

hujan deras sore iniseperti luruh rinduyang kuhimpun dari terik harisatupersatusejak semula mata kita meneruskanjarak tanpa arahtanpa kau-aku mengenal "sudah" kemudian tak lagi kuhitung apa yangtak perlu diperhitungkanseperti halnya wajahmuyang menjadi langit tak terukurdi jantungku

Depok, 21 Oktober 2011

36Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Senja ini mengantarkuKembali pada sosok penantian yang teduh

Surga yang paling teduhSetelah ibu

Penghantar bahtera ke segara alamAgar aku bisa menyelami

Rahasia keindahanmuIndahnya rasa rinduku kepadamu

BegitulahTelah kita lalui

Jejak- jejak yang indahdi setiap hari-harikuMenjadi suatu cerita

Tentang kebaikanDan nafsu amarah yang menggoda

Yang menggoda Betapa kita tak lelah

Membasuh segala kebaikanMembawa maknaDijalanan sunyi

Lalu atas nama jiwaKita tuliskan tanda-tanda kebesaraan Ilahi

Dan masa depanAda bayang muka

Yang takkan sirna oleh kalbuAda bayang cintamu

Yang tak pernah pergiMenyuguhkan gemericik air teduh

Indahnya Indonesiaku Ya Allah

Askar Marlindo

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

37

Air surgawi Yang mengkristalkan kata

Menjadi mantera penawar galau Ada yang menyerah Dan kalah bersaing

Pada awal kehidupanMaka nafsunya menjadi tempatnya bermain

Ada yang menyerahPada pertengahan kehidupan

Lalu setan dan iblisMenjadi semacam keranda

Rasul sebagai cendekia pewaris ilmuKubiarkan cahaya indah yang ada padamu

Mendiami taman asadi antara kuntum mawar peradaban

Yang merekah indahdi antara mulia cinta

Duhai INDONESIAKUHadirmu dijalan yang berbunga

Rinduku padamuYang hilir berhembus

Duniamu peribahasa hidupYang tak pernah akan lekang

Engkau bagai awan indahTerbang rendah

Melimpahiku hujanPada musim gersang

Menyegarkan benih ilmuBerbuah hikmah

Menjelma menjadi tangis embunPada tanah yang berbunga

Page 37: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

hujan deras sore iniseperti luruh rinduyang kuhimpun dari terik harisatupersatusejak semula mata kita meneruskanjarak tanpa arahtanpa kau-aku mengenal "sudah" kemudian tak lagi kuhitung apa yangtak perlu diperhitungkanseperti halnya wajahmuyang menjadi langit tak terukurdi jantungku

Depok, 21 Oktober 2011

36Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Senja ini mengantarkuKembali pada sosok penantian yang teduh

Surga yang paling teduhSetelah ibu

Penghantar bahtera ke segara alamAgar aku bisa menyelami

Rahasia keindahanmuIndahnya rasa rinduku kepadamu

BegitulahTelah kita lalui

Jejak- jejak yang indahdi setiap hari-harikuMenjadi suatu cerita

Tentang kebaikanDan nafsu amarah yang menggoda

Yang menggoda Betapa kita tak lelah

Membasuh segala kebaikanMembawa maknaDijalanan sunyi

Lalu atas nama jiwaKita tuliskan tanda-tanda kebesaraan Ilahi

Dan masa depanAda bayang muka

Yang takkan sirna oleh kalbuAda bayang cintamu

Yang tak pernah pergiMenyuguhkan gemericik air teduh

Indahnya Indonesiaku Ya Allah

Askar Marlindo

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

37

Air surgawi Yang mengkristalkan kata

Menjadi mantera penawar galau Ada yang menyerah Dan kalah bersaing

Pada awal kehidupanMaka nafsunya menjadi tempatnya bermain

Ada yang menyerahPada pertengahan kehidupan

Lalu setan dan iblisMenjadi semacam keranda

Rasul sebagai cendekia pewaris ilmuKubiarkan cahaya indah yang ada padamu

Mendiami taman asadi antara kuntum mawar peradaban

Yang merekah indahdi antara mulia cinta

Duhai INDONESIAKUHadirmu dijalan yang berbunga

Rinduku padamuYang hilir berhembus

Duniamu peribahasa hidupYang tak pernah akan lekang

Engkau bagai awan indahTerbang rendah

Melimpahiku hujanPada musim gersang

Menyegarkan benih ilmuBerbuah hikmah

Menjelma menjadi tangis embunPada tanah yang berbunga

Page 38: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

38Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Duhai INDONESIAKUTeruslah mendekap dirikuMenyusuri lembah Ilahi

Engkaulah penegak kebenaranMelayani jiwa yang fana

Penjunjung cikal buah negeriCermin introspeksi diri yang takwa

Aku banggaKarena setiap untaian rasa rindu yang engkau beri

Adalah sekumpulan deret bait surgawi

Askar Marlindo, alumni Fakultas Pertanian USU MEDAN. Saat ini berdomisili di Jl. Kapten Muslim Gg Bersama No. 112 Kel. Helvetia Timur, Kec. Medan Helvetia Kode Pos 20124. Bias dihubungi melalui [email protected], akun Facebook ASKAR MARLINDO, atau nomor ponsel 085262794686. Aktif meenulis, serta mengajar Bahasa Inggris dan Mandarin Dasar.

LIMUN

Page 39: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

38Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Duhai INDONESIAKUTeruslah mendekap dirikuMenyusuri lembah Ilahi

Engkaulah penegak kebenaranMelayani jiwa yang fana

Penjunjung cikal buah negeriCermin introspeksi diri yang takwa

Aku banggaKarena setiap untaian rasa rindu yang engkau beri

Adalah sekumpulan deret bait surgawi

Askar Marlindo, alumni Fakultas Pertanian USU MEDAN. Saat ini berdomisili di Jl. Kapten Muslim Gg Bersama No. 112 Kel. Helvetia Timur, Kec. Medan Helvetia Kode Pos 20124. Bias dihubungi melalui [email protected], akun Facebook ASKAR MARLINDO, atau nomor ponsel 085262794686. Aktif meenulis, serta mengajar Bahasa Inggris dan Mandarin Dasar.

LIMUN

Page 40: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

40Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Musikalisasi Puisi Diksatrasia

Pada edisi perdana telah kita resapi tulisan kiriman Pohon Kopi mengenai musikalisasi puisi. Kali ini, kita akan berkenalan dengan salah satu grup musikalisasi puisi. Mereka adalah Diksatrasia. Sebuah grup musikalisasi puisi asal Bogor.

Sumber foto: Diksatrasia

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

41

Diksatrasia beranggotakan 11 mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan. Nama Diksatrasia ini pun merupakan akronim dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Nama itu memang sama dengan nama kelembagaan mahasiswa program studi tersebut. Nama Diksatrasia dipilih karena semua anggota memang berasal dari pendidikan sama meski angkatan mereka berbeda.

Diksatrasia memang belum begitu lama menggeluti bidang ini, baru sekitar empat tahun, namun apa yang telah mereka lakukan cukup beraroma kental, bahwa mereka serius di musikalisasi puisi. Ini ditandai dengan keaktifan Diksatrasia dalam menampilkan musikalisasi pada berbagai acara musik dan sastra.

Ya, Diksatrasia selalu menampilkan musikalisasi pada berbagai acara musik dan sastra. Mereka telah beberapa kali menjadi kontributor dalam acara teater, festival musik, parade puisi, workshop puisi, launching buku beberapa sastrawan, serta seminar tentang puisi.

Mengenai pandangan Diksatrasia terhadap musikalisasi puisi, menurut mereka adalah menyuguhkan puisi serta maknanya dalam kemasan yang berbeda. Bagi orang-orang yang sangat menyukai musik, musikalisasi puisi ini tentu menjadi penting, terutama sekali dalam penyampaian nilai dalam puisi, di samping memberikan estetika auditori itu sendiri.

Meski begitu, apa yang telah dilalui ini mereka anggap proyek moral, karena proyek ini didasari atas hobi dan kecintaan mereka terhadap sastra dan musik. Meski awalnya hanya karena iseng-iseng memetik gitar dan membaca puisi di halaman kampus, dengan dasar pemikiran yang kuat terhadap sastra dan musik, tentu sebuah aransemen musikalisasi menjadi karya yang tak terbantahkan.

Page 41: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

40Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Musikalisasi Puisi Diksatrasia

Pada edisi perdana telah kita resapi tulisan kiriman Pohon Kopi mengenai musikalisasi puisi. Kali ini, kita akan berkenalan dengan salah satu grup musikalisasi puisi. Mereka adalah Diksatrasia. Sebuah grup musikalisasi puisi asal Bogor.

Sumber foto: Diksatrasia

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

41

Diksatrasia beranggotakan 11 mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan. Nama Diksatrasia ini pun merupakan akronim dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Nama itu memang sama dengan nama kelembagaan mahasiswa program studi tersebut. Nama Diksatrasia dipilih karena semua anggota memang berasal dari pendidikan sama meski angkatan mereka berbeda.

Diksatrasia memang belum begitu lama menggeluti bidang ini, baru sekitar empat tahun, namun apa yang telah mereka lakukan cukup beraroma kental, bahwa mereka serius di musikalisasi puisi. Ini ditandai dengan keaktifan Diksatrasia dalam menampilkan musikalisasi pada berbagai acara musik dan sastra.

Ya, Diksatrasia selalu menampilkan musikalisasi pada berbagai acara musik dan sastra. Mereka telah beberapa kali menjadi kontributor dalam acara teater, festival musik, parade puisi, workshop puisi, launching buku beberapa sastrawan, serta seminar tentang puisi.

Mengenai pandangan Diksatrasia terhadap musikalisasi puisi, menurut mereka adalah menyuguhkan puisi serta maknanya dalam kemasan yang berbeda. Bagi orang-orang yang sangat menyukai musik, musikalisasi puisi ini tentu menjadi penting, terutama sekali dalam penyampaian nilai dalam puisi, di samping memberikan estetika auditori itu sendiri.

Meski begitu, apa yang telah dilalui ini mereka anggap proyek moral, karena proyek ini didasari atas hobi dan kecintaan mereka terhadap sastra dan musik. Meski awalnya hanya karena iseng-iseng memetik gitar dan membaca puisi di halaman kampus, dengan dasar pemikiran yang kuat terhadap sastra dan musik, tentu sebuah aransemen musikalisasi menjadi karya yang tak terbantahkan.

Page 42: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

42Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Sementara ini, dalam langkah lanjutan proyeknya, Diksatrasia tengah menyibukkan diri dengan tur-tur ke sekolah, terutama SMA. Mengapa sekolah? Karena musikalisasi puisi memang bagian dari materi apresiasi puisi mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Karena itulah, Diksatrasia memperkenalkan lebih musikalisasi puisi dengan tegas kepada adik-adik siswa.Salah satu bentuk realisasi proyek mereka, Diksatrasia telah mengeluarkan album perdana. Album tersebut diluncurkan pada tanggal 10 Juli 2012 di aula FKIP Universitas Pakuan. Pada hari itu aula dipenuhi oleh penikmat sastra, penikmat musik, penggiat sastra, dan media lokal Bogor. Di antara mereka, penyair Gemi Mohawk pun hadir. Gemi sengaja datang untuk menyaksikan geliat muda-mudi sastra kampus. Ketika Kopi Sastra bertanya pada para anggota Diksatrasia, “sampai kapan mau bikin kayak gini?” Mereka menjawab “Sampai mati! Hahaha” tawa mereka terdengar sangat muda.“Kalau tak ada pemasukan untuk kalian? Kalau ternyata album kalian tak laku di pasaran? Kalau ternyata kesibukan kalian ini tidak mencukupi perut kalian?”“Ini soal karya, bukan soal menjadi kaya raya,” jawab Doni, ketua grup musikalisasi puisi Diksatrasia. -Dalam beberapa detik, kalimat Doni meluruhkan tawa muda tadi. Sejenak mereka lurus menatap ke depan, depan yang masih jauh.-

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

43

Profil Grup Musikalisasi Puisi DiksatrasiaNama : DiksatrasiaJumlah Anggota : 11 OrangPersonil : Doni Dartafian

Nurhadi Munfarid Moch. Iqbal Ryza Satriana Irfan Agustin C. Anwar Hakim Salman Deden Fahmi. Ridho S

Produser : Wildan F.M.Menajer : Hima DiksatrasiaKontak dan pesan album : 085716204818 / 085717004364

Sumber foto: Diksatrasia Sumber foto: Diksatrasia

Page 43: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

42Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Sementara ini, dalam langkah lanjutan proyeknya, Diksatrasia tengah menyibukkan diri dengan tur-tur ke sekolah, terutama SMA. Mengapa sekolah? Karena musikalisasi puisi memang bagian dari materi apresiasi puisi mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Karena itulah, Diksatrasia memperkenalkan lebih musikalisasi puisi dengan tegas kepada adik-adik siswa.Salah satu bentuk realisasi proyek mereka, Diksatrasia telah mengeluarkan album perdana. Album tersebut diluncurkan pada tanggal 10 Juli 2012 di aula FKIP Universitas Pakuan. Pada hari itu aula dipenuhi oleh penikmat sastra, penikmat musik, penggiat sastra, dan media lokal Bogor. Di antara mereka, penyair Gemi Mohawk pun hadir. Gemi sengaja datang untuk menyaksikan geliat muda-mudi sastra kampus. Ketika Kopi Sastra bertanya pada para anggota Diksatrasia, “sampai kapan mau bikin kayak gini?” Mereka menjawab “Sampai mati! Hahaha” tawa mereka terdengar sangat muda.“Kalau tak ada pemasukan untuk kalian? Kalau ternyata album kalian tak laku di pasaran? Kalau ternyata kesibukan kalian ini tidak mencukupi perut kalian?”“Ini soal karya, bukan soal menjadi kaya raya,” jawab Doni, ketua grup musikalisasi puisi Diksatrasia. -Dalam beberapa detik, kalimat Doni meluruhkan tawa muda tadi. Sejenak mereka lurus menatap ke depan, depan yang masih jauh.-

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

43

Profil Grup Musikalisasi Puisi DiksatrasiaNama : DiksatrasiaJumlah Anggota : 11 OrangPersonil : Doni Dartafian

Nurhadi Munfarid Moch. Iqbal Ryza Satriana Irfan Agustin C. Anwar Hakim Salman Deden Fahmi. Ridho S

Produser : Wildan F.M.Menajer : Hima DiksatrasiaKontak dan pesan album : 085716204818 / 085717004364

Sumber foto: Diksatrasia Sumber foto: Diksatrasia

Page 44: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

REKOMENDASI

44Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Judul: Diksatrasia Musikalisasi PuisiGrup: Musikalisasi Puisi Diksatrasia

Penerbit : Hima Diksatrasia, PBSI Unpak, dan Dapur Seni FKIP UNpakTerbit : 2012 Harga : Rp. 30.000,-

CD berisikan apresiasi sastra berupa musikalisasi puisi karya mahasiswa PBSI Universitas Pakuan Bogor.

Judul: Gadis PakarenaPenulis: Khrisna PabicharaPenerbit : DolphinTerbit : Juli 2012

“Gadis Pakarena” adalah karya fiksi pertama Khrisna Pabichara yang menjadi penanda bahwa ia adalah salah satu penulis roman terbaik di Indonesia saat ini. “Gadis Pakarena” membabar makna dan hakikat cinta, kesetiaan, kerinduan, kebencian, juga angkara murka. Sebuah senarai kisah yang digali dari khazanah tradisi, diramu dalam narasi-narasi tak terperi, seakan hendak menyadarkan kita betapa dekatnya cinta dan benci, tak henti-henti bertarung di ruang yang sangat sempit bernama hati.

MERDEKAKAN KEMBALI INDONESIA

DI HARI YANG SUCI!

DIRGAHAYUKEMERDEKAAN

INDONESIA

Page 45: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

REKOMENDASI

44Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Judul: Diksatrasia Musikalisasi PuisiGrup: Musikalisasi Puisi Diksatrasia

Penerbit : Hima Diksatrasia, PBSI Unpak, dan Dapur Seni FKIP UNpakTerbit : 2012 Harga : Rp. 30.000,-

CD berisikan apresiasi sastra berupa musikalisasi puisi karya mahasiswa PBSI Universitas Pakuan Bogor.

Judul: Gadis PakarenaPenulis: Khrisna PabicharaPenerbit : DolphinTerbit : Juli 2012

“Gadis Pakarena” adalah karya fiksi pertama Khrisna Pabichara yang menjadi penanda bahwa ia adalah salah satu penulis roman terbaik di Indonesia saat ini. “Gadis Pakarena” membabar makna dan hakikat cinta, kesetiaan, kerinduan, kebencian, juga angkara murka. Sebuah senarai kisah yang digali dari khazanah tradisi, diramu dalam narasi-narasi tak terperi, seakan hendak menyadarkan kita betapa dekatnya cinta dan benci, tak henti-henti bertarung di ruang yang sangat sempit bernama hati.

MERDEKAKAN KEMBALI INDONESIA

DI HARI YANG SUCI!

DIRGAHAYUKEMERDEKAAN

INDONESIA

Page 46: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini

hanya Rp. 75.000,- untuk edisi September 2012

silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

47

Online

Ujung Senja

Ulasan

Sedikit ulasan untuk pembelajaran di sekolah

Sintaksis

Page 47: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini

hanya Rp. 75.000,- untuk edisi September 2012

silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

47

Online

Ujung Senja

Ulasan

Sedikit ulasan untuk pembelajaran di sekolah

Sintaksis

Page 48: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

48Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Ulasan

Sintaksisoleh Janwar

Pada hakikatnya masyarakat belum mengenal secara jelas tentang sintaksis. Pembahasan kali ini akaan mengulas mengenai Sintaksis yang m e r u p a k a n b a g i a n d a r i pembentukan tata bahasa setelah morfologi atau pembentukan kata. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas m e n g e n a i s i n t a k s i s b a h a s a Indonesia.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

49

Apa itu Sintaksis?

Linguistik (ilmu bahasa) memiliki dua tataran, yaitu tataran

fonologi dan tataran gramatika atau tataran grmatika atau

bahasa. Dalam tataran bahasa terdapat subbahasan morfologi

dan sintaksis. Morfologi adalah bagian tata bahasa yang

membicarakan hubungan internal sebuah kata atau

membicarakan perihal hubungan antar morfem dalam sebuah

kata. Sintaksis membicarakan hubungan antar kata dalam

tuturan.

Sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan

hubungan antar kata dalam tuturan (Junaiyah dkk, 2008:1).

Unsur bahasa yang termasuk didalam ingkup sintaksis adalah

frasa, klausa, dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau

lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya rumah mewah. Pada

contoh tersebut baik rumah maupun mewah sama-sama tidak

mempunyai fungsi sebagai predikat.

Klausa adalah satuan gramatikal yang kelompok kata yang

sekurng-kurangnya memiliki sebuah predikat yang

kemungkinan akan membentuk sebuah kalimat utuh (Junaiyah

dkk, 2008:2). Kalimat adalah satuan bahasa yang relatif berdiri

sendiri, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah objek dan

predikat, mempunyai intonasi final (kalimat lisan), dan secara

aktual ataupun potensi terdiri atas klausa (Junaiyah dkk,

2008:2).

Page 49: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

48Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Ulasan

Sintaksisoleh Janwar

Pada hakikatnya masyarakat belum mengenal secara jelas tentang sintaksis. Pembahasan kali ini akaan mengulas mengenai Sintaksis yang m e r u p a k a n b a g i a n d a r i pembentukan tata bahasa setelah morfologi atau pembentukan kata. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas m e n g e n a i s i n t a k s i s b a h a s a Indonesia.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

49

Apa itu Sintaksis?

Linguistik (ilmu bahasa) memiliki dua tataran, yaitu tataran

fonologi dan tataran gramatika atau tataran grmatika atau

bahasa. Dalam tataran bahasa terdapat subbahasan morfologi

dan sintaksis. Morfologi adalah bagian tata bahasa yang

membicarakan hubungan internal sebuah kata atau

membicarakan perihal hubungan antar morfem dalam sebuah

kata. Sintaksis membicarakan hubungan antar kata dalam

tuturan.

Sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan

hubungan antar kata dalam tuturan (Junaiyah dkk, 2008:1).

Unsur bahasa yang termasuk didalam ingkup sintaksis adalah

frasa, klausa, dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau

lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya rumah mewah. Pada

contoh tersebut baik rumah maupun mewah sama-sama tidak

mempunyai fungsi sebagai predikat.

Klausa adalah satuan gramatikal yang kelompok kata yang

sekurng-kurangnya memiliki sebuah predikat yang

kemungkinan akan membentuk sebuah kalimat utuh (Junaiyah

dkk, 2008:2). Kalimat adalah satuan bahasa yang relatif berdiri

sendiri, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah objek dan

predikat, mempunyai intonasi final (kalimat lisan), dan secara

aktual ataupun potensi terdiri atas klausa (Junaiyah dkk,

2008:2).

Page 50: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

50Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Aspek-aspek Sintaksis

1 Kata

Kata dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, kata dilihat dari

pemakai bahasa. menurut pemakai bahasa, kata adalah satuan gramatikal

yang diujarkan, beersifat berulang-ulang, dan secara potensia ujaran itu

dapat berdiri sendiri. Kedua, kata dilihat dari segi bahasa. Secara linguistis

bahasa dapat dibedakan atas satuan fonologis, satuan gramatikal, dan satuan

ortografis.

Kata sebagai satuan fonologis mempunyai ciri fonologis yang sesuai

dengan ciri fonologis yang bersangkutan. Ciri fonologis kata bahasa

Indonesia yaitu:

1. mempunyai pola fonotatik suku kata;

2. bukan bahasa vokalik;

3. tidak ada gugus konsonan pada posisi akhir;

4. batas kata tidak ditentukan oleh fonem supragmental.

Kata sebagai satuan gramatikal, masih banyak ahli yang belum sepakat

mengenai batasan kata sebagai satuan gramatikal. Namun, menurut Lyons

dan Dik (dalam buku sintaksis karangan junaiyah dkk, 2008:3), secara

gramatikal, kata bebas bergerak, dapat dipindah-pindahkankan letaknya,

tetapi identitasnya tetap.kata memiliki keutuhan internal yang kuat sehingga

tidak bisa disisipi kata atau bentuk apa pun lainnya.

Kata sebagai satuan ortografis. Secara ortografis, kata di tentukan oleh

sistem aksara yang berlaku dalam bahasa itu. Bahasa Indonesia misalnya,

menggunakan aksara latin. Jadi, sebuah kata dituliskan dari kata lainnya.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

51

2 Frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang

bersifat nonpredikatif (Rusyana dan Syamsuri,1976) atau satu kontruksi

ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih. Menurut Ramlan

(1987) frasa adalah satuan gramatika yang terdiri dari dua kata atau lebih

yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Macam-macam frasa

yaitu frasa eksosentrik, frasa endosentris yang masing-masing mempunyai

bagian-bagian tersendiri.

a. Frasa Eksosentrik

Frasa eksosentrik adalah frasa yang sebagian atau seluruhnya tidak

memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan semua komponennya baik

dengan sumbu maupun dengan preposisi. Frasa eksosentirk terbagi lagi

menjadi dua bagian yaitu:

· frasa eksosentrik direktif (frasa preposisional)

contoh frasa preposisional adalah dengan baik, sejak kemarin, demi

waktu, bagai pinang dibelah dua, di samping, ke tengah-tengah,

menjelang malam dan lain-lain. Frasa preposisional pada umumnya

berfungsi sebagai keterangan.

· Frasa eksosentrik nondirektif

Frasa eksosentrik nondirektif dapat dibedakan menjadi dua yaitu

frasa sebagian dan frasa yang seluruhnya. Contoh frasa sebagian

yaitu si kancil, si terdakwa, sang kancil, sang kekasih, dan

sebagainya.

Contoh frasa eksosentrik seluruhnya yaitu, aku bertanya kepada si

terdakwa dan ia tampak gusar saat menunggu sang kekasi. Kedua

contoh ini menduduki fungsi sebagai subjek. Sang terdakwa

menembak rekannya yang justru ingin menolongnya dan si kancil

berlari mengikuti mangsanya. Kedua contoh ini memiliki fungsi

yang sama sebagai subjek.

Page 51: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

50Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Aspek-aspek Sintaksis

1 Kata

Kata dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, kata dilihat dari

pemakai bahasa. menurut pemakai bahasa, kata adalah satuan gramatikal

yang diujarkan, beersifat berulang-ulang, dan secara potensia ujaran itu

dapat berdiri sendiri. Kedua, kata dilihat dari segi bahasa. Secara linguistis

bahasa dapat dibedakan atas satuan fonologis, satuan gramatikal, dan satuan

ortografis.

Kata sebagai satuan fonologis mempunyai ciri fonologis yang sesuai

dengan ciri fonologis yang bersangkutan. Ciri fonologis kata bahasa

Indonesia yaitu:

1. mempunyai pola fonotatik suku kata;

2. bukan bahasa vokalik;

3. tidak ada gugus konsonan pada posisi akhir;

4. batas kata tidak ditentukan oleh fonem supragmental.

Kata sebagai satuan gramatikal, masih banyak ahli yang belum sepakat

mengenai batasan kata sebagai satuan gramatikal. Namun, menurut Lyons

dan Dik (dalam buku sintaksis karangan junaiyah dkk, 2008:3), secara

gramatikal, kata bebas bergerak, dapat dipindah-pindahkankan letaknya,

tetapi identitasnya tetap.kata memiliki keutuhan internal yang kuat sehingga

tidak bisa disisipi kata atau bentuk apa pun lainnya.

Kata sebagai satuan ortografis. Secara ortografis, kata di tentukan oleh

sistem aksara yang berlaku dalam bahasa itu. Bahasa Indonesia misalnya,

menggunakan aksara latin. Jadi, sebuah kata dituliskan dari kata lainnya.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

51

2 Frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang

bersifat nonpredikatif (Rusyana dan Syamsuri,1976) atau satu kontruksi

ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih. Menurut Ramlan

(1987) frasa adalah satuan gramatika yang terdiri dari dua kata atau lebih

yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Macam-macam frasa

yaitu frasa eksosentrik, frasa endosentris yang masing-masing mempunyai

bagian-bagian tersendiri.

a. Frasa Eksosentrik

Frasa eksosentrik adalah frasa yang sebagian atau seluruhnya tidak

memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan semua komponennya baik

dengan sumbu maupun dengan preposisi. Frasa eksosentirk terbagi lagi

menjadi dua bagian yaitu:

· frasa eksosentrik direktif (frasa preposisional)

contoh frasa preposisional adalah dengan baik, sejak kemarin, demi

waktu, bagai pinang dibelah dua, di samping, ke tengah-tengah,

menjelang malam dan lain-lain. Frasa preposisional pada umumnya

berfungsi sebagai keterangan.

· Frasa eksosentrik nondirektif

Frasa eksosentrik nondirektif dapat dibedakan menjadi dua yaitu

frasa sebagian dan frasa yang seluruhnya. Contoh frasa sebagian

yaitu si kancil, si terdakwa, sang kancil, sang kekasih, dan

sebagainya.

Contoh frasa eksosentrik seluruhnya yaitu, aku bertanya kepada si

terdakwa dan ia tampak gusar saat menunggu sang kekasi. Kedua

contoh ini menduduki fungsi sebagai subjek. Sang terdakwa

menembak rekannya yang justru ingin menolongnya dan si kancil

berlari mengikuti mangsanya. Kedua contoh ini memiliki fungsi

yang sama sebagai subjek.

Page 52: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

52Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

b. Frasa Endosentris

Frasa endosentris adalah frasa yang seluruhnya memiliki perilaku

sintaksis yang sama dengan periaku yang satu dengan komponennya.

Frasa endosentris dapat dibedakan menjadi frasa endosentris berinduk

tunggal dan frasa endosentris berinduk jamak.

· Frasa endosentrik berinduk tunggal

Frasa endosentrik berinduk tunggal terdiri atas induk yang

menjadi penanda kategorinya dan modifikator yang jadi

pemerinya. Kategori induk yang sama dengan kategori frasa.

Frasa endosentrik brinduk tungga dapat dibagi lagi yaitu:

1. frasa nominal

yaitu frasa yang terdiri atas nomina (sebagai pusat) dan

unsur lain yang berupa adjektiva, verbal, numeralia,

demonstrativa dan yang lainnya. Contoh meja batu,

tukang sepatu, dokter mata, kedai kopi, dan yang

lainnya

2. frasa pronominal

yaitu frasa yang terdiri atas gabungan pronomina

dengan pronomina atau gabungan pronomina dengan

adverbial, adjektiva, numeralia, demonstrativa dan

yang lainnya. Contoh, kami berdua, mereka itu, bukan

Cuma dia, kamu dan dia, dan yang lainnya

3. frasa verbal

frasa verbal adalah frasa yang terdiri atas gabungan

frasa verba dengan frasa verba atau frasa verba dengan

adjektiva, adverbia dan yang lainnya. Contoh, pergi

kerja, pulang pergi, berlari cepat, masuk desa, dan

sebagainya.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

53

4. frasa adjektival

frasa yang terdiri atas gabungan frasa adjektiva

dengan frasa lainnya. Contoh, sedikit masam,

cantik benar, gagah berani, panas terik, hitam

kelam, dan sebagainya

5. frasa numeral

frasa yang terdiri atas numeralia sebagai induk dan

perluasan lain yang meempunyai hubungan

subordinatif dengan nomina penggolongan

bilangan, dan nomina ukuran. Contoh, sembilan

belas, dua lusin, dua atau tiga, cetakan pertama,

beribu-ribu lalat dan sebagainya.

· Frasa endosentris berinduk jamak atau banyak

1. frasa koordinatif

yaitu frasa endosentris berinduk banyak, yang

potensial komponennya dapat dihubungkan dengan

partikel, seperti ke, atau, tetapi, ataupun konjungsi

korelatif, seperti baik. Kategori frasa koordinatif

sesuai dengan kategori komponennya. Contoh,

kaya atau miskin, dari, untuk, dan oleh rakyat, baik

merah maupun biru, entah suka entah tidak, dan

yang lainnya.

2. frasa apositif

yaitu frasa yang secara luar bahasa komponennya

menunjuk pada wujud yang sama. Contoh, ria, anak

kakakku yang tinggal dilampung, megawati

soekarno puteri, salah satu presiden RI dan

sebagainya.

Page 53: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

52Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

b. Frasa Endosentris

Frasa endosentris adalah frasa yang seluruhnya memiliki perilaku

sintaksis yang sama dengan periaku yang satu dengan komponennya.

Frasa endosentris dapat dibedakan menjadi frasa endosentris berinduk

tunggal dan frasa endosentris berinduk jamak.

· Frasa endosentrik berinduk tunggal

Frasa endosentrik berinduk tunggal terdiri atas induk yang

menjadi penanda kategorinya dan modifikator yang jadi

pemerinya. Kategori induk yang sama dengan kategori frasa.

Frasa endosentrik brinduk tungga dapat dibagi lagi yaitu:

1. frasa nominal

yaitu frasa yang terdiri atas nomina (sebagai pusat) dan

unsur lain yang berupa adjektiva, verbal, numeralia,

demonstrativa dan yang lainnya. Contoh meja batu,

tukang sepatu, dokter mata, kedai kopi, dan yang

lainnya

2. frasa pronominal

yaitu frasa yang terdiri atas gabungan pronomina

dengan pronomina atau gabungan pronomina dengan

adverbial, adjektiva, numeralia, demonstrativa dan

yang lainnya. Contoh, kami berdua, mereka itu, bukan

Cuma dia, kamu dan dia, dan yang lainnya

3. frasa verbal

frasa verbal adalah frasa yang terdiri atas gabungan

frasa verba dengan frasa verba atau frasa verba dengan

adjektiva, adverbia dan yang lainnya. Contoh, pergi

kerja, pulang pergi, berlari cepat, masuk desa, dan

sebagainya.

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

53

4. frasa adjektival

frasa yang terdiri atas gabungan frasa adjektiva

dengan frasa lainnya. Contoh, sedikit masam,

cantik benar, gagah berani, panas terik, hitam

kelam, dan sebagainya

5. frasa numeral

frasa yang terdiri atas numeralia sebagai induk dan

perluasan lain yang meempunyai hubungan

subordinatif dengan nomina penggolongan

bilangan, dan nomina ukuran. Contoh, sembilan

belas, dua lusin, dua atau tiga, cetakan pertama,

beribu-ribu lalat dan sebagainya.

· Frasa endosentris berinduk jamak atau banyak

1. frasa koordinatif

yaitu frasa endosentris berinduk banyak, yang

potensial komponennya dapat dihubungkan dengan

partikel, seperti ke, atau, tetapi, ataupun konjungsi

korelatif, seperti baik. Kategori frasa koordinatif

sesuai dengan kategori komponennya. Contoh,

kaya atau miskin, dari, untuk, dan oleh rakyat, baik

merah maupun biru, entah suka entah tidak, dan

yang lainnya.

2. frasa apositif

yaitu frasa yang secara luar bahasa komponennya

menunjuk pada wujud yang sama. Contoh, ria, anak

kakakku yang tinggal dilampung, megawati

soekarno puteri, salah satu presiden RI dan

sebagainya.

Page 54: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

Mengucapkan

Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1433 HMohon Maaf Lahir dan Batin

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

55

2.1 Klausa

Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang

sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat (Junaiyah dan

Arifin,2008:34). Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat.

Sedangkan menurut Ramlan (1987) klausa adalah satuan gramatik yang terdiri

dari S P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak.

· Klausa berdasarkan distribusi satuan

Berdasarkan potensinya untuk dibentuk menjadi kalimat, klausa dapat

dibagi menjadi klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang

berpotensi menjadi kalimat lengkap. Klausa terikat adalah klausa yang tidak

berpotensi menjadi kalimat lengkap, tetapi hanya berpotensi menjadi kalimat

minor.

· Klausa berdasarkan fungsi

Berdasarkan fungsinya, klausa ternyata dapat menduduki fungsi subjek,

objek, keterangan dan pelengkap. Contoh klausa subjek, berlibur kami

sekeluarga, contoh klausa objek, bibi sedang menanak nasi, klausa keterangan

dibagi lagi menjadi klausa keterangan akibat, sebab, jumlah, alat, cara, dan

sebagainya. Contohnya keterangan sebab, karena sakit, ia tidak jadi ikut. Contoh

klausa pelengkap, abangku menjadi pilot.

· Klausa berdasarkan struktur

Berdasarkan strukturnya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa verbal

dan klausa nonverbal. Klausa verbal contoh, saya makan. Contoh klausa

nonverbal, adik ke bandung.

Janwar Lahir di Bogor 25 Januari 1987. Saat ini menjadi pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Mandala Leuwiliang Bogor.

Page 55: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

Mengucapkan

Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1433 HMohon Maaf Lahir dan Batin

Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

55

2.1 Klausa

Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang

sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat (Junaiyah dan

Arifin,2008:34). Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat.

Sedangkan menurut Ramlan (1987) klausa adalah satuan gramatik yang terdiri

dari S P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak.

· Klausa berdasarkan distribusi satuan

Berdasarkan potensinya untuk dibentuk menjadi kalimat, klausa dapat

dibagi menjadi klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang

berpotensi menjadi kalimat lengkap. Klausa terikat adalah klausa yang tidak

berpotensi menjadi kalimat lengkap, tetapi hanya berpotensi menjadi kalimat

minor.

· Klausa berdasarkan fungsi

Berdasarkan fungsinya, klausa ternyata dapat menduduki fungsi subjek,

objek, keterangan dan pelengkap. Contoh klausa subjek, berlibur kami

sekeluarga, contoh klausa objek, bibi sedang menanak nasi, klausa keterangan

dibagi lagi menjadi klausa keterangan akibat, sebab, jumlah, alat, cara, dan

sebagainya. Contohnya keterangan sebab, karena sakit, ia tidak jadi ikut. Contoh

klausa pelengkap, abangku menjadi pilot.

· Klausa berdasarkan struktur

Berdasarkan strukturnya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa verbal

dan klausa nonverbal. Klausa verbal contoh, saya makan. Contoh klausa

nonverbal, adik ke bandung.

Janwar Lahir di Bogor 25 Januari 1987. Saat ini menjadi pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Mandala Leuwiliang Bogor.

Page 56: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

56Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Ngobrol Secangkir Kopi Bersama Kopi Sastra

Jumat sore 3 Agustus 2012, Kedai Kopi Ijo (Kedai Kojo) diserbu segenap menteri Kopi Sastra yang akan membuka magrib hari itu dengan kopi racikan kedai KoJo. Ya, para mentri Kopi Sastra yang muslim berencana berbuka puasa dan yang non muslim menemani buka puasa. Tapi, itu bukan tujuan utamanya, karena acara sebelum berbuka-lah yang menjadi agenda, yakni ngobrol tentang menulis bersama keluarga besar Kedai KoJo serta penulis buku Secangkir Kopi, Fariz dan Anna.

Fariz dan Anna adalah dua anak muda yang telah yakin untuk membukukan tulisannya ke dalam sebuah judul Secangkir Kopi. Saat acara ngobrol dilaksanakan, buku ini memang belum terbit dan masih dalam proses percetakan, tapi ya… namanya juga ngobrol. Boleh kan!Acara sore itu berlangsung cukup renyah. Diawali dengan penampilan Fariz dan Anna membaca puisi, Kopi Sastra bersama Kedai KoJo serta Fariz dan Anna saling berbagi kisah dan trik seputar menulis, termasuk di dalamnya berbagai permasalahan menulis.Ketika obrolan tepat di puncak detik seru, adzan magrib berkumandang. Muslimin dalam obrolan kala itu tak ragu untuk membatalkan puasa mereka dan kawan nonmuslim pun tak ragu menyesap hidangan yang sedia. Dan pada akhirnya, magrib kali itu memanglah saat yang baik untuk sesama pecinta kopi mengobrol, serta awal yang baik bagi pecinta sastra berkomplot.(NAB)

Sumber foto: Kopi Sastra

Online

57 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Ngabuburit Bareng Bumi Sandiwara dan Teater Cermin

Bumi Sandiwara sebuah kelompok penggiat seni peran di Sukabumi mengadakan acara untuk mengisi waktu menunggu berbuka puasa. Selain menunggu waktu berbuka, acara yang berjudul Ngabuburit Bareng Bumi Sandiwara dan Teater Cermin ini bertujuan untuk ajang silaturahmi antara para penggiat dan penonton.

Acara yang rutin diadakan setiap Ramadhan ini diisi oleh para penggiat seni dan sastra di Sukabumi dan sekitarnya. Pada edisi Ramadhan 1433 H ini, acara diadakan pada 10 - 12 Agustus 2012, dan mengadirkan beragam pementasan seni dan sastra dengan genre yang berbeda. Mulai dari seni tari, pencak silat, komedi, hingga musikalisasi puisi.

Para pengisi acaranya berasal dari Sukabumi, Bogor, dan Bandung. Diksat Musikalisasi Puisi, Sula Cicurug Magician Comunity, Standup Komedi Sukabumi, Musikalisasi Senandung Bumi Universitas Muhammadiah Sukabumi, sarjana tari UPI bandung, dan siswa SMAN 1 Cicirug dengan eksul karawtan, marawis, tari, paduan suar, gitar.

Sumber foto: Aray

Page 57: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

56Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Ngobrol Secangkir Kopi Bersama Kopi Sastra

Jumat sore 3 Agustus 2012, Kedai Kopi Ijo (Kedai Kojo) diserbu segenap menteri Kopi Sastra yang akan membuka magrib hari itu dengan kopi racikan kedai KoJo. Ya, para mentri Kopi Sastra yang muslim berencana berbuka puasa dan yang non muslim menemani buka puasa. Tapi, itu bukan tujuan utamanya, karena acara sebelum berbuka-lah yang menjadi agenda, yakni ngobrol tentang menulis bersama keluarga besar Kedai KoJo serta penulis buku Secangkir Kopi, Fariz dan Anna.

Fariz dan Anna adalah dua anak muda yang telah yakin untuk membukukan tulisannya ke dalam sebuah judul Secangkir Kopi. Saat acara ngobrol dilaksanakan, buku ini memang belum terbit dan masih dalam proses percetakan, tapi ya… namanya juga ngobrol. Boleh kan!Acara sore itu berlangsung cukup renyah. Diawali dengan penampilan Fariz dan Anna membaca puisi, Kopi Sastra bersama Kedai KoJo serta Fariz dan Anna saling berbagi kisah dan trik seputar menulis, termasuk di dalamnya berbagai permasalahan menulis.Ketika obrolan tepat di puncak detik seru, adzan magrib berkumandang. Muslimin dalam obrolan kala itu tak ragu untuk membatalkan puasa mereka dan kawan nonmuslim pun tak ragu menyesap hidangan yang sedia. Dan pada akhirnya, magrib kali itu memanglah saat yang baik untuk sesama pecinta kopi mengobrol, serta awal yang baik bagi pecinta sastra berkomplot.(NAB)

Sumber foto: Kopi Sastra

Online

57 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Ngabuburit Bareng Bumi Sandiwara dan Teater Cermin

Bumi Sandiwara sebuah kelompok penggiat seni peran di Sukabumi mengadakan acara untuk mengisi waktu menunggu berbuka puasa. Selain menunggu waktu berbuka, acara yang berjudul Ngabuburit Bareng Bumi Sandiwara dan Teater Cermin ini bertujuan untuk ajang silaturahmi antara para penggiat dan penonton.

Acara yang rutin diadakan setiap Ramadhan ini diisi oleh para penggiat seni dan sastra di Sukabumi dan sekitarnya. Pada edisi Ramadhan 1433 H ini, acara diadakan pada 10 - 12 Agustus 2012, dan mengadirkan beragam pementasan seni dan sastra dengan genre yang berbeda. Mulai dari seni tari, pencak silat, komedi, hingga musikalisasi puisi.

Para pengisi acaranya berasal dari Sukabumi, Bogor, dan Bandung. Diksat Musikalisasi Puisi, Sula Cicurug Magician Comunity, Standup Komedi Sukabumi, Musikalisasi Senandung Bumi Universitas Muhammadiah Sukabumi, sarjana tari UPI bandung, dan siswa SMAN 1 Cicirug dengan eksul karawtan, marawis, tari, paduan suar, gitar.

Sumber foto: Aray

Page 58: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Coretan Kata yang Terbuang

Cerpen

oleh Wildan Fauzi Mubarock

Online

59 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Februari 2012

Aku masih duduk di sofa ruang tamu, berteman secangkir kopi pahit

racikan istriku beserta buah hati kami, Daaris Goswatul Ilmi Mubarock yang

sesekali tersenyum kearahku. Seyumannya seolah mewakili kesejukkan embun

yang nampaknya absen pagi ini. Sementara Bapak mertuaku yang sebagian

rambutnya telah memutih itu masih terlihat gagah berdiri disamping Corrola

1976, bersiap untuk mengantarkanku menuju terminal Baranangsiang. Setelah

terlebih dahulu berpamitan kepada istri dan mencium kening putraku, aku pun

bergegas meninggalkan rumah sederhana yang masih menyisakan

pembangunannya. Yah, setengah pekerjaan yang terhenti, karena Tuhan lebih

menginginkanku menyimpan uang untuk biaya kuliah lagi, bukan

mempercantik istanaku.

Mobil antik yang kuyakini

akan beranak pinak itu pun melaju

m e n i n g g a l k a n t e m p a t

persinggahannya. Namun, kali ini

laju si Biru begitulah aku menamai

m o b i l t u a k u , t a m p a k t a k

bersemangat. Mungkin si Biru takut

jika aku menjualnya untuk biaya

kuliah, sebuah ketakutan yang tak

beralasan, karena tentu saja aku tak

akan pernah menjual si Biru yang

telah menemaniku sekian lama dan

m e l e w a t k a n s u k a d u k a k u

bersamanya. Kurasakan lajunya

semakin membaik sesaat setelah

meyakini hatiku bahwa aku tak akan

pernah menjualnya.

Sepuluh menit pun berlalu, tak terasa aku telah sampai di terminal Baranangsiang. Dengan segera aku pun meninggalkan Bapak mertuaku dan si Biru untuk menghampiri seorang teman yang dengan setia menunggu kedatanganku. Rosid, begitulah aku akrab menyapa temanku yang bernama lengkap Abdul Rosyid ini. Dia merupakan rekan kerja yang baru beberapa bulan aku kenal, namun ia telah menjadi teman seperjuanganku yang kelak akan kuceritakan pada Daaris ketika ia dewasa nanti. Pasalnya kami mempunyai banyak kesamaan, status di kampus yang b e l u m k o n t r a k , s e r t a k e p u t u s a n u n t u k meninggalkan sekolah Negeri demi menggapai sebuah mimpi yang kami

Page 59: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Coretan Kata yang Terbuang

Cerpen

oleh Wildan Fauzi Mubarock

Online

59 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Februari 2012

Aku masih duduk di sofa ruang tamu, berteman secangkir kopi pahit

racikan istriku beserta buah hati kami, Daaris Goswatul Ilmi Mubarock yang

sesekali tersenyum kearahku. Seyumannya seolah mewakili kesejukkan embun

yang nampaknya absen pagi ini. Sementara Bapak mertuaku yang sebagian

rambutnya telah memutih itu masih terlihat gagah berdiri disamping Corrola

1976, bersiap untuk mengantarkanku menuju terminal Baranangsiang. Setelah

terlebih dahulu berpamitan kepada istri dan mencium kening putraku, aku pun

bergegas meninggalkan rumah sederhana yang masih menyisakan

pembangunannya. Yah, setengah pekerjaan yang terhenti, karena Tuhan lebih

menginginkanku menyimpan uang untuk biaya kuliah lagi, bukan

mempercantik istanaku.

Mobil antik yang kuyakini

akan beranak pinak itu pun melaju

m e n i n g g a l k a n t e m p a t

persinggahannya. Namun, kali ini

laju si Biru begitulah aku menamai

m o b i l t u a k u , t a m p a k t a k

bersemangat. Mungkin si Biru takut

jika aku menjualnya untuk biaya

kuliah, sebuah ketakutan yang tak

beralasan, karena tentu saja aku tak

akan pernah menjual si Biru yang

telah menemaniku sekian lama dan

m e l e w a t k a n s u k a d u k a k u

bersamanya. Kurasakan lajunya

semakin membaik sesaat setelah

meyakini hatiku bahwa aku tak akan

pernah menjualnya.

Sepuluh menit pun berlalu, tak terasa aku telah sampai di terminal Baranangsiang. Dengan segera aku pun meninggalkan Bapak mertuaku dan si Biru untuk menghampiri seorang teman yang dengan setia menunggu kedatanganku. Rosid, begitulah aku akrab menyapa temanku yang bernama lengkap Abdul Rosyid ini. Dia merupakan rekan kerja yang baru beberapa bulan aku kenal, namun ia telah menjadi teman seperjuanganku yang kelak akan kuceritakan pada Daaris ketika ia dewasa nanti. Pasalnya kami mempunyai banyak kesamaan, status di kampus yang b e l u m k o n t r a k , s e r t a k e p u t u s a n u n t u k meninggalkan sekolah Negeri demi menggapai sebuah mimpi yang kami

Page 60: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

60Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

sendiri tidak yakin apakah bisa kami wu judkan .Mesk ipun d iawa l keputusan kami meninggalkan sekolah Negeri, kami terus dihatui perasaan yang tak tentu. Bagaimana tidak, secara logika, penghasilan kami akan berkurang, sementara biaya kuliah tidaklah sedikit. Namun, satu yang kami pahami bahwa Tuhan Maha kaya raya. Dia-lah yang telah membimbing kami untuk kuliah, maka kami yakin pasti ada jalan yang telah Ia persiapkan untuk segala kebutuhan kuliah kami. Sebuah keyakinan yang murni bertumpu pada keimanan, bukan logika semata. Berbekal keyakinan itulah, kami mantap keluar dari sekolah Negeri. Bissmillah..UHAMKA, sebuah keputusan yang berani kuambil disaat sebagian rekan kerjaku lebih memilih untuk masuk ke Universitas Negeri. N a m u n , T u h a n - l a h y a n g menuntunku untuk memil ih universitas tersebut, Ia-lah yang mempertemukanku dengan Bu Cic ih Sukars ih , guru yang m e m b a w a k a n b r o s u r d a n m e n d a f t a r k a n k u . S e r t a B u Lungguh, yang menyerahkan formulirnya saat aku tak punya

waktu untuk mengurus semuanya . Semua i tu mempermudah jalanku untuk masuk ke universitas

tersebut, sebuah universitas berlatarkan organisasi Islam, sehingga aku tak perlu repot bolak-balik Bogor-Jakarta. Tentu saja dengan segala pertimbangan baik dan buruknya

Antrean di Bank Mandiri

Ada rasa bersalah pada

keluarga kecilku. Sebuah perasaan

wajar tentunya, karena penghasilan

yang seharusnya kupakai untuk

segala kebutuhan keluargaku, malah

aku gunakan untuk membayar biaya

kuliah. Adalah istriku yang dengan

senyum ikhlasnya merelakan jatah

belanjanya mengalir ke rekening

Mandiri kampusku. Yah, ia adalah

wanita tercantik dimataku. Ia selalu

menguatkan, mendukung serta

mengingatkanku agar selalu berada

di jalan yang benar.

Empat juta empat ribu

r u p i a h u n t u k c i c i l a n S K S

pertamaku, sementara BPP yang

seharusnya kubayar tiga juta, kucicil

lima ratus lima ribu rupiah. Sebuah

k e k o n y o l a n p e r t a m a y a n g

kulakukan dalam mengawali

perkuliahanku. Aku melakukannya

Online

61 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

bukan karena aku malas untuk

membayarnya kontan, tapi tentu

saja karena kondisi yang tak

m e m u n g k i n k a n k u u n t u k

melunasinya. Hikmahnya adalah

biaya terasa kecil j ika aku

mencicilnya, setidaknya aku bisa

bernafas untuk sebulan pertama.

Minimal pihak Bank dan Yayasan

tidak akan mengingatku tentang

kekurangan pembayarannya,

m e l a i n k a n m e n g i n g a t

kekonyolanku. Hebat bukan?

Sebuah pengalihan isu yang

s p e k t a k u l e r p i k i r k u .

Suaranya serak merdu dan

semangatnya bergelora bagai

wanita muda yang baru dilamar

kekasihnya. Perawakannya kecil,

namun pengalamannya seluas

gunung pasir. Ibu yang lebih pantas

disebut nenek bergelar professor itu

adalah Ketua jurusanku. Lantunan

lagu Satu Nusa Satu Bangsa

mengawali perjumpaan kami,

dibawanya aku dalam lirik penuh

makna. Semangatku kalah telak bila

dibandingkan dengan Beliau.

Padahal aku selalu berteriak lantang

pada siswa dan mahasiswaku

'Keberhasilan itu bukan semangat

sesaat, melainkan semangat yang

terus menerus!'. Mengenal Beliau,

seperti menemukan semangat api

yang terpenjara dalam tubuhku,

seolah jiwa mudaku membrontak

ingin keluar dari persembunyiannya

selama ini.

Tuhan telah membimbingku

dengan cara-Nya hingga aku lulus

seleksi masuk dan kembali bertatus

mahasiswa. Dua tahun saja, aku

pasti BISA!

Maret 2012

Secangk i r kop i pah i t

kembali mengawali pagiku. Setelah

shalat Subuh, aku pun bergegas

berpamitan pada istri dan putra

pertamaku yang masih tertidur pulas

bak Malaikat kecil. Aku berpacu

melawan waktu dengan kendaraan

roda duaku ditemani langit gelap

dan bintang venus yang

berkelap-kelip genit di

ufuk barat. Kurasakan

Page 61: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

60Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

sendiri tidak yakin apakah bisa kami wu judkan .Mesk ipun d iawa l keputusan kami meninggalkan sekolah Negeri, kami terus dihatui perasaan yang tak tentu. Bagaimana tidak, secara logika, penghasilan kami akan berkurang, sementara biaya kuliah tidaklah sedikit. Namun, satu yang kami pahami bahwa Tuhan Maha kaya raya. Dia-lah yang telah membimbing kami untuk kuliah, maka kami yakin pasti ada jalan yang telah Ia persiapkan untuk segala kebutuhan kuliah kami. Sebuah keyakinan yang murni bertumpu pada keimanan, bukan logika semata. Berbekal keyakinan itulah, kami mantap keluar dari sekolah Negeri. Bissmillah..UHAMKA, sebuah keputusan yang berani kuambil disaat sebagian rekan kerjaku lebih memilih untuk masuk ke Universitas Negeri. N a m u n , T u h a n - l a h y a n g menuntunku untuk memil ih universitas tersebut, Ia-lah yang mempertemukanku dengan Bu Cic ih Sukars ih , guru yang m e m b a w a k a n b r o s u r d a n m e n d a f t a r k a n k u . S e r t a B u Lungguh, yang menyerahkan formulirnya saat aku tak punya

waktu untuk mengurus semuanya . Semua i tu mempermudah jalanku untuk masuk ke universitas

tersebut, sebuah universitas berlatarkan organisasi Islam, sehingga aku tak perlu repot bolak-balik Bogor-Jakarta. Tentu saja dengan segala pertimbangan baik dan buruknya

Antrean di Bank Mandiri

Ada rasa bersalah pada

keluarga kecilku. Sebuah perasaan

wajar tentunya, karena penghasilan

yang seharusnya kupakai untuk

segala kebutuhan keluargaku, malah

aku gunakan untuk membayar biaya

kuliah. Adalah istriku yang dengan

senyum ikhlasnya merelakan jatah

belanjanya mengalir ke rekening

Mandiri kampusku. Yah, ia adalah

wanita tercantik dimataku. Ia selalu

menguatkan, mendukung serta

mengingatkanku agar selalu berada

di jalan yang benar.

Empat juta empat ribu

r u p i a h u n t u k c i c i l a n S K S

pertamaku, sementara BPP yang

seharusnya kubayar tiga juta, kucicil

lima ratus lima ribu rupiah. Sebuah

k e k o n y o l a n p e r t a m a y a n g

kulakukan dalam mengawali

perkuliahanku. Aku melakukannya

Online

61 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

bukan karena aku malas untuk

membayarnya kontan, tapi tentu

saja karena kondisi yang tak

m e m u n g k i n k a n k u u n t u k

melunasinya. Hikmahnya adalah

biaya terasa kecil j ika aku

mencicilnya, setidaknya aku bisa

bernafas untuk sebulan pertama.

Minimal pihak Bank dan Yayasan

tidak akan mengingatku tentang

kekurangan pembayarannya,

m e l a i n k a n m e n g i n g a t

kekonyolanku. Hebat bukan?

Sebuah pengalihan isu yang

s p e k t a k u l e r p i k i r k u .

Suaranya serak merdu dan

semangatnya bergelora bagai

wanita muda yang baru dilamar

kekasihnya. Perawakannya kecil,

namun pengalamannya seluas

gunung pasir. Ibu yang lebih pantas

disebut nenek bergelar professor itu

adalah Ketua jurusanku. Lantunan

lagu Satu Nusa Satu Bangsa

mengawali perjumpaan kami,

dibawanya aku dalam lirik penuh

makna. Semangatku kalah telak bila

dibandingkan dengan Beliau.

Padahal aku selalu berteriak lantang

pada siswa dan mahasiswaku

'Keberhasilan itu bukan semangat

sesaat, melainkan semangat yang

terus menerus!'. Mengenal Beliau,

seperti menemukan semangat api

yang terpenjara dalam tubuhku,

seolah jiwa mudaku membrontak

ingin keluar dari persembunyiannya

selama ini.

Tuhan telah membimbingku

dengan cara-Nya hingga aku lulus

seleksi masuk dan kembali bertatus

mahasiswa. Dua tahun saja, aku

pasti BISA!

Maret 2012

Secangk i r kop i pah i t

kembali mengawali pagiku. Setelah

shalat Subuh, aku pun bergegas

berpamitan pada istri dan putra

pertamaku yang masih tertidur pulas

bak Malaikat kecil. Aku berpacu

melawan waktu dengan kendaraan

roda duaku ditemani langit gelap

dan bintang venus yang

berkelap-kelip genit di

ufuk barat. Kurasakan

Page 62: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

62Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

dingin menjalari sekujur tubuhku,

angin seolah menjadi belati tajam

yang menembus paru-paruku.

Namun, semangatku mengalahkan

itu semua. 'Semangat!' kata itulah

yang selalu tertanam dibenakku. 'I

will be happy today' begitu bisik

h a t i k u s e t e l a h B i s m i l l a h

mengawalinya.

Baranangsiang, kali ini

giliranku yang menunggu Rosid.

Bukan sebuah kesengajaan, tapi

memang aku datang lebih awal pagi

itu. Bus pun telah berjejer rapi

m e n u n g g u g i l i r a n u n t u k

diberangkatkan. Pandanganku pun

berfokus pada bus urutan terdepan.

Bus hampir penuh, namun Rosid

belum juga muncul. Kuputuskan

untuk segera menempati bangku

yang tersisa. Sengaja ku simpan tas

disamping kiriku, berharap Rosid

menempatinya ketika datang nanti.

Namun, sebelum ia tiba, bus melaju

meninggalkan terminal. Bagaimana

dengan Rosid? Pikirku.

Semoga ia memahami.

Langit mulai gelap, matahari

s e m a k i n d e k a t d e n g a n

persinggahannya. Tepat pukul 17.00

WIB aku sampai di terminal Lebak

Bulus. Kali ini aku tak harus

menunggu lama, karena bus jurusan

Bogor-Lebak Bulus telah melaju

dihadapanku dan kuputuskan untuk

segera menaikinya dengan memilih

jajaran kursi paling belakang

sebagai tempat dudukku.

A k u t e r l e l a p , k u l i a h

memang melelahkan, membuat

mata sayuku perlahan menutup.

Irama bus semakin membawaku ke

alam bawah sadarku. Sesekali

mataku terjaga dikarenakan suara

seorang anak bertopi hitam yang

membuat kegaduhan didepanku.

S e o r a n g i b u b e r u s a h a

menenagkannya. Menganggu

memang, tapi inilah resiko menjadi

penumpang angkutan umum. Baru

saja aku akan berpetualang ke alam

mimpi, suara adzan terdengar

s a y u p - s a y u p d i t e l i n g a k u ,

membuatku mengurungkan niat

untuk bersilaturahmi dengan

Online

63 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

mimpiku. Kulihat waktu di

ponselku yang telah menunjukkan

pukul 18.30 WIB. Pertanda bahwa

adzan yang kudengar adalah adzan

Maghrib. Sebuah kegelisahan

d a l a m h a t i p u n m u n c u l ,

ketidakyakinan bahwa bus bisa

sampai di terminal sebelum waktu

Maghrib berakhir. Maghrib begitu

sempit, karena Isya sudah menanti,

begitulah yang aku pahami tentang

Maghrib dari Ayahku.

Ditengah pergumulan batinku,

aku teringat akan sebuah kosakata

lama, yaitu 'Tayamum'. Dengan

sekejap otak merangsang tanganku

untuk bertayamum, tapi aku lupa

caranya. Yang aku tahu, tayamum

adalah alternatif bersuci bila tak ada

air, seperti saat kita berada dalam

pesawat atau bus. Namun, aku

benar-benar lupa bagaimana

caranya bertayamum, karena aku

s e n d i r i b e l u m p e r n a h

melakukannya.

Satu-satunya hal yang bisa

kulakukan adalah memutar waktu,

ya… Memutar waktu ke masa silam.

Aku pun mulai memejamkan mata

agar lebih terfokus pada bayangan

masa lampau. Kini mulai terlihat

jelas gambaran pengajianku waktu

kecil dulu. Aku, Eko, Uloh dan Eli

membuat lingkaran kecil di ruang

tamu yang telah disulap Ayah

menjadi ruang pengajian bila malam

tiba. Bayangan ayahku pun mulai

terlihat jelas, aku perhatikan

bagaimana ia bertayamum sambil

setengah bercanda dengan teman

pengajianku. Diusapnya tangan

Ayah pada tembok yang berdebu,

lalu tanpa sadar tanganku pun

bergerak menyentuh jok didepanku.

Imajinasiku pun berlanjut, kembali

ke tangan ayah yang mulai

mengusap perlahan lengannya, aku

pun mengikutinya. Sampai selesai

aku melakukan tayamum, aku pun

segera melaksanakan ibadah shalat

Maghrib di dalam bus untuk

pertama kalinya. Semoga tuhan

m e n e r i m a s h a l a t k u d a n

membukakan pintu surga

untuk ayahku yang telah

m e n g a j a r k a n k u

bertayamum.

Page 63: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

62Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

dingin menjalari sekujur tubuhku,

angin seolah menjadi belati tajam

yang menembus paru-paruku.

Namun, semangatku mengalahkan

itu semua. 'Semangat!' kata itulah

yang selalu tertanam dibenakku. 'I

will be happy today' begitu bisik

h a t i k u s e t e l a h B i s m i l l a h

mengawalinya.

Baranangsiang, kali ini

giliranku yang menunggu Rosid.

Bukan sebuah kesengajaan, tapi

memang aku datang lebih awal pagi

itu. Bus pun telah berjejer rapi

m e n u n g g u g i l i r a n u n t u k

diberangkatkan. Pandanganku pun

berfokus pada bus urutan terdepan.

Bus hampir penuh, namun Rosid

belum juga muncul. Kuputuskan

untuk segera menempati bangku

yang tersisa. Sengaja ku simpan tas

disamping kiriku, berharap Rosid

menempatinya ketika datang nanti.

Namun, sebelum ia tiba, bus melaju

meninggalkan terminal. Bagaimana

dengan Rosid? Pikirku.

Semoga ia memahami.

Langit mulai gelap, matahari

s e m a k i n d e k a t d e n g a n

persinggahannya. Tepat pukul 17.00

WIB aku sampai di terminal Lebak

Bulus. Kali ini aku tak harus

menunggu lama, karena bus jurusan

Bogor-Lebak Bulus telah melaju

dihadapanku dan kuputuskan untuk

segera menaikinya dengan memilih

jajaran kursi paling belakang

sebagai tempat dudukku.

A k u t e r l e l a p , k u l i a h

memang melelahkan, membuat

mata sayuku perlahan menutup.

Irama bus semakin membawaku ke

alam bawah sadarku. Sesekali

mataku terjaga dikarenakan suara

seorang anak bertopi hitam yang

membuat kegaduhan didepanku.

S e o r a n g i b u b e r u s a h a

menenagkannya. Menganggu

memang, tapi inilah resiko menjadi

penumpang angkutan umum. Baru

saja aku akan berpetualang ke alam

mimpi, suara adzan terdengar

s a y u p - s a y u p d i t e l i n g a k u ,

membuatku mengurungkan niat

untuk bersilaturahmi dengan

Online

63 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

mimpiku. Kulihat waktu di

ponselku yang telah menunjukkan

pukul 18.30 WIB. Pertanda bahwa

adzan yang kudengar adalah adzan

Maghrib. Sebuah kegelisahan

d a l a m h a t i p u n m u n c u l ,

ketidakyakinan bahwa bus bisa

sampai di terminal sebelum waktu

Maghrib berakhir. Maghrib begitu

sempit, karena Isya sudah menanti,

begitulah yang aku pahami tentang

Maghrib dari Ayahku.

Ditengah pergumulan batinku,

aku teringat akan sebuah kosakata

lama, yaitu 'Tayamum'. Dengan

sekejap otak merangsang tanganku

untuk bertayamum, tapi aku lupa

caranya. Yang aku tahu, tayamum

adalah alternatif bersuci bila tak ada

air, seperti saat kita berada dalam

pesawat atau bus. Namun, aku

benar-benar lupa bagaimana

caranya bertayamum, karena aku

s e n d i r i b e l u m p e r n a h

melakukannya.

Satu-satunya hal yang bisa

kulakukan adalah memutar waktu,

ya… Memutar waktu ke masa silam.

Aku pun mulai memejamkan mata

agar lebih terfokus pada bayangan

masa lampau. Kini mulai terlihat

jelas gambaran pengajianku waktu

kecil dulu. Aku, Eko, Uloh dan Eli

membuat lingkaran kecil di ruang

tamu yang telah disulap Ayah

menjadi ruang pengajian bila malam

tiba. Bayangan ayahku pun mulai

terlihat jelas, aku perhatikan

bagaimana ia bertayamum sambil

setengah bercanda dengan teman

pengajianku. Diusapnya tangan

Ayah pada tembok yang berdebu,

lalu tanpa sadar tanganku pun

bergerak menyentuh jok didepanku.

Imajinasiku pun berlanjut, kembali

ke tangan ayah yang mulai

mengusap perlahan lengannya, aku

pun mengikutinya. Sampai selesai

aku melakukan tayamum, aku pun

segera melaksanakan ibadah shalat

Maghrib di dalam bus untuk

pertama kalinya. Semoga tuhan

m e n e r i m a s h a l a t k u d a n

membukakan pintu surga

untuk ayahku yang telah

m e n g a j a r k a n k u

bertayamum.

Page 64: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

64Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

Malam yang sama, Pukul 19.30

I s t r i k u t e l a h b e r d i r i

diambang pintu, menyambut

k e p u l a n g a n k u d e n g a n

senyumannya. Secangkir kopi pahit

pesananku telah siap sedia dalam

cangkir tak bercorak. Bunyi

pemantik gas sedikit mengejutkan

putraku, untung saja ia tidak sampai

terjaga. Sepuluh menit berlalu, air

dingin pun bergejolak memanas.

Lalu dengan cekatan, istriku

menuangkannya persis ke cangkir

yang telah ia letakkan dihadapanku

sebelumnya. Jadilah secangkir kopi

pahit dengan aroma khas yang

menenangkanku. Rasa syukur tak

hentinya kupanjatkan pada Ilahi,

karena masih bisa menikmati

kesempurnaan kopi yang tersaji

dihadapanku. Terimakasih pula

pada mereka yang berperan dalam

secangkir kopi pahitku. Istriku yang

telah menyajikannya, pohon kopi,

buruh-buruh perkebunan yang

m e r a w a t d a n

memproduksi biji-biji

kopi tersebut hingga

menyulapnya menjadi bubuk-bubuk

beraroma, juga kepada para supir

yang mengantarkannya ke toko-

toko, abang penjual kopi eceran

serta kepada manusia pertama yang

menemukan ide menumbuk biji

kopi dan mencampurkannya dengan

gula, hingga tersajilah minuman

halal beraroma di meja kerjaku.

S e m o g a T u h a n m e l i h a t

kebahagiaanku dalam meneguk

secangkir kopi, lalu menempatkan

mereka di surga atas ini semua.

Penghujung Maret 2007

Empat puluh ribu rupiah,

begitulah jumlah nominal yang

tertera dalam amplop honorku

bulan ini. Bahkan amplopnya

terlihat lebih gagah dari isinya.

Empat puluh ribu rupiah dalam

sebulan, sebuah apresiasi luar biasa

untukku. Ya, tentu saja luar biasa,

yang bermakna tidak biasa.

Walaupun sebenarnya te lah

kukorbankan segala aktivitasku

demi bisa berkonsentrasi di tempat

yang kucintai namun sepertinya tak

mencintaiku itu.

65 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

Empat puluh ribu tak cukup untuk

600 gram susu termurah sekalipun,

tak juga memenuhi pembayaran

listrikku selama sebulan, bahkan tak

mencukupi ongkos kuliahku dalam

sehari. Empat puluh ribu perbulan,

yang be ra r t i i s t r i ku ha rus

mengeluarkan 1 .333 rupiah

perharinya. Sebuah angka luar biasa

untuk seseorang sepertiku.

Tuhan, jika memang aku

belum pantas kau tempatkan

ditempat yang layak, aku terima

segalanya sebagai sebuah ujian atau

bahkan teguran sekalipun. Namun,

apabila seharusnya dengan segala

kerja kerasku, aku pantas mendapat

lebih dan ada dari mereka yang

memperlambat, mempersulit serta

menimbang-nimbang perhitungan

f i n a n s i a l s e m a t a , m a k a

tampatkanlah mereka di nerakaMu

sebagai temanku disana. Kemudian,

sergahlah aku menjamah surgaMu

jauh sebelum mereka mencium

wanginya. Tempatkanlah mereka

ditempat terpanas yang Kau

janjikan dalam kitab-kitab Mu. Buat

mereka merasakan betapa aku

menahan haus karena sebotol air

mineral seharga lima ribu rupiah,

buat pula mereka lapar karena

semangkuk bakso berlabel sepuluh

ribu rupiah. Buatlah mereka

merasakan apa yang kurasakan,

Tuhan. Kutahan dahaga dan laparku

demi keutuhan empat puluh ribu

rupiah. Namun, jika memang aku

belum pantas mendapat penghasilan

yang lebih dan keputusan mereka

adalah adil untukku, maka izinkan

aku singgah di surgaku untuk

sekedar bersilaturahmi barang

setengah jam waktu surge. Lalu, saat

kopi-kopi surga itu dipenghujung

gelas, kembalikan mereka ketempat

yang telah Engkau janjikan.

Empat puluh ribu rupiah siang itu,

akan mengantarkanku menuju

kebahagiaan dan menjadi pelita

dalam kuburku kelak. Karena

Tuhan, mengutus seorang janda tua

berkain lusuh berkunjung kerumah

sederhanaku. Bercerita

panjang lebar tentang

kehidupannya yang

tampak tak hidup, ia

Page 65: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

64Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

Malam yang sama, Pukul 19.30

I s t r i k u t e l a h b e r d i r i

diambang pintu, menyambut

k e p u l a n g a n k u d e n g a n

senyumannya. Secangkir kopi pahit

pesananku telah siap sedia dalam

cangkir tak bercorak. Bunyi

pemantik gas sedikit mengejutkan

putraku, untung saja ia tidak sampai

terjaga. Sepuluh menit berlalu, air

dingin pun bergejolak memanas.

Lalu dengan cekatan, istriku

menuangkannya persis ke cangkir

yang telah ia letakkan dihadapanku

sebelumnya. Jadilah secangkir kopi

pahit dengan aroma khas yang

menenangkanku. Rasa syukur tak

hentinya kupanjatkan pada Ilahi,

karena masih bisa menikmati

kesempurnaan kopi yang tersaji

dihadapanku. Terimakasih pula

pada mereka yang berperan dalam

secangkir kopi pahitku. Istriku yang

telah menyajikannya, pohon kopi,

buruh-buruh perkebunan yang

m e r a w a t d a n

memproduksi biji-biji

kopi tersebut hingga

menyulapnya menjadi bubuk-bubuk

beraroma, juga kepada para supir

yang mengantarkannya ke toko-

toko, abang penjual kopi eceran

serta kepada manusia pertama yang

menemukan ide menumbuk biji

kopi dan mencampurkannya dengan

gula, hingga tersajilah minuman

halal beraroma di meja kerjaku.

S e m o g a T u h a n m e l i h a t

kebahagiaanku dalam meneguk

secangkir kopi, lalu menempatkan

mereka di surga atas ini semua.

Penghujung Maret 2007

Empat puluh ribu rupiah,

begitulah jumlah nominal yang

tertera dalam amplop honorku

bulan ini. Bahkan amplopnya

terlihat lebih gagah dari isinya.

Empat puluh ribu rupiah dalam

sebulan, sebuah apresiasi luar biasa

untukku. Ya, tentu saja luar biasa,

yang bermakna tidak biasa.

Walaupun sebenarnya te lah

kukorbankan segala aktivitasku

demi bisa berkonsentrasi di tempat

yang kucintai namun sepertinya tak

mencintaiku itu.

65 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

Empat puluh ribu tak cukup untuk

600 gram susu termurah sekalipun,

tak juga memenuhi pembayaran

listrikku selama sebulan, bahkan tak

mencukupi ongkos kuliahku dalam

sehari. Empat puluh ribu perbulan,

yang be ra r t i i s t r i ku ha rus

mengeluarkan 1 .333 rupiah

perharinya. Sebuah angka luar biasa

untuk seseorang sepertiku.

Tuhan, jika memang aku

belum pantas kau tempatkan

ditempat yang layak, aku terima

segalanya sebagai sebuah ujian atau

bahkan teguran sekalipun. Namun,

apabila seharusnya dengan segala

kerja kerasku, aku pantas mendapat

lebih dan ada dari mereka yang

memperlambat, mempersulit serta

menimbang-nimbang perhitungan

f i n a n s i a l s e m a t a , m a k a

tampatkanlah mereka di nerakaMu

sebagai temanku disana. Kemudian,

sergahlah aku menjamah surgaMu

jauh sebelum mereka mencium

wanginya. Tempatkanlah mereka

ditempat terpanas yang Kau

janjikan dalam kitab-kitab Mu. Buat

mereka merasakan betapa aku

menahan haus karena sebotol air

mineral seharga lima ribu rupiah,

buat pula mereka lapar karena

semangkuk bakso berlabel sepuluh

ribu rupiah. Buatlah mereka

merasakan apa yang kurasakan,

Tuhan. Kutahan dahaga dan laparku

demi keutuhan empat puluh ribu

rupiah. Namun, jika memang aku

belum pantas mendapat penghasilan

yang lebih dan keputusan mereka

adalah adil untukku, maka izinkan

aku singgah di surgaku untuk

sekedar bersilaturahmi barang

setengah jam waktu surge. Lalu, saat

kopi-kopi surga itu dipenghujung

gelas, kembalikan mereka ketempat

yang telah Engkau janjikan.

Empat puluh ribu rupiah siang itu,

akan mengantarkanku menuju

kebahagiaan dan menjadi pelita

dalam kuburku kelak. Karena

Tuhan, mengutus seorang janda tua

berkain lusuh berkunjung kerumah

sederhanaku. Bercerita

panjang lebar tentang

kehidupannya yang

tampak tak hidup, ia

Page 66: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

66Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

bertutur bahwa cucunya tidak dapat mengikuti ujian sekolah

karena tak ada biaya. Air matanya menemani keluh kesahnya di

sore yang sudah tampak gelap karena awan mendung telah hadir

menaungi langit.

Sore itu, hujan semakin deras. Empat puluh ribu yang

kupunya pun berpindah ketangannya. Yah, telapak tangan seorang

janda tua yang lusuh dan kotor. Matanya memancarkan

kekosongan semata, ada luka tersirat disana, luka akan kerasnya

hidup yang telah ia lewati. Namun, lewat empat puluh ribu rupiah,

kekosongan itu seolah terisi, bibir keriputnya tertarik keatas

hingga membentuk sebuah senyuman terimakasih. Yah, hari ini

telah kutitipkan kebahagiaanku padanya. Empat puluh ribu

memang tak cukup untukku dan keluargaku menjalani hidup

dalam tiga hari, tapi cukup mampu membuat keluarga kecilku

tersenyum bahagia.

Wildan Fauzi Mubarock Lahir di Bogor 7 Desember 1994. Aktivitas saat ini adalah sebagai dosen di Universitas Pakuan Bogor.

Online

67 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Selamat idul fitri, bumiMaafkan kami

Selama iniTidak semesa-mena

Kami memperkosamu

Selamat idul fitri, langitMaafkanlah kami

Selama iniTidak henti-hentinya

Kami mengelabukanmu

Selamat idul fitri, mentariMaafkanlah kami

Selama iniTidak bosan-bosan

Kami mengaburkanmu

Selamat idul fitri, lautMaafkanlah kami

Selama iniKami mengeruhkanmu

Selamat Idul Fitri

A. Mustofa Bisri

Page 67: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Online

66Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

bertutur bahwa cucunya tidak dapat mengikuti ujian sekolah

karena tak ada biaya. Air matanya menemani keluh kesahnya di

sore yang sudah tampak gelap karena awan mendung telah hadir

menaungi langit.

Sore itu, hujan semakin deras. Empat puluh ribu yang

kupunya pun berpindah ketangannya. Yah, telapak tangan seorang

janda tua yang lusuh dan kotor. Matanya memancarkan

kekosongan semata, ada luka tersirat disana, luka akan kerasnya

hidup yang telah ia lewati. Namun, lewat empat puluh ribu rupiah,

kekosongan itu seolah terisi, bibir keriputnya tertarik keatas

hingga membentuk sebuah senyuman terimakasih. Yah, hari ini

telah kutitipkan kebahagiaanku padanya. Empat puluh ribu

memang tak cukup untukku dan keluargaku menjalani hidup

dalam tiga hari, tapi cukup mampu membuat keluarga kecilku

tersenyum bahagia.

Wildan Fauzi Mubarock Lahir di Bogor 7 Desember 1994. Aktivitas saat ini adalah sebagai dosen di Universitas Pakuan Bogor.

Online

67 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Selamat idul fitri, bumiMaafkan kami

Selama iniTidak semesa-mena

Kami memperkosamu

Selamat idul fitri, langitMaafkanlah kami

Selama iniTidak henti-hentinya

Kami mengelabukanmu

Selamat idul fitri, mentariMaafkanlah kami

Selama iniTidak bosan-bosan

Kami mengaburkanmu

Selamat idul fitri, lautMaafkanlah kami

Selama iniKami mengeruhkanmu

Selamat Idul Fitri

A. Mustofa Bisri

Page 68: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Selamat idul fitri, burung-burungMaafkanlah kami

Selama iniMemberangusmu

Selamat idul fitri, tetumbuhanMaafkanlah kami

Selama iniTidak puas-puas

Kami menebasmu

Selamat idul fitri, para pemimpinMaafkanlah kami

Selama iniTidak habis-habis

Kami membiarkanmu

Selamat idul fitri, rakyatMaafkanlah kami

Selama iniTidak sudah-sudah

Kami mempergunakanmu.

(1410/1990)

Online

68Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

Kami juga mengundang semua pembaca untuk mengirimkan karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya

(regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke

[email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra

Kami mengundang semua pembaca

Online

untuk memberi kritik dan saran

agar kami bisa lebih baik

Sebagai upaya melestarikan Majalah Online Kopi Sastra, kami pun mengundang para pembaca untuk turut serta membantu kami dengan

berdonasi kepada Majalah Online Kopi Sastra.

D o n a s iKlik!

69 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Page 69: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2

Selamat idul fitri, burung-burungMaafkanlah kami

Selama iniMemberangusmu

Selamat idul fitri, tetumbuhanMaafkanlah kami

Selama iniTidak puas-puas

Kami menebasmu

Selamat idul fitri, para pemimpinMaafkanlah kami

Selama iniTidak habis-habis

Kami membiarkanmu

Selamat idul fitri, rakyatMaafkanlah kami

Selama iniTidak sudah-sudah

Kami mempergunakanmu.

(1410/1990)

Online

68Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012Online

Kami juga mengundang semua pembaca untuk mengirimkan karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya

(regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke

[email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra

Kami mengundang semua pembaca

Online

untuk memberi kritik dan saran

agar kami bisa lebih baik

Sebagai upaya melestarikan Majalah Online Kopi Sastra, kami pun mengundang para pembaca untuk turut serta membantu kami dengan

berdonasi kepada Majalah Online Kopi Sastra.

D o n a s iKlik!

69 Edisi 2 / Thn. I / Agustus 2012

Page 70: Majalah Online Kopi Sastra Edisi 2