makalah acara 9

18
MAKALAH PEKARANGAN DAN BUDIDAYA TANAMAN BUAH ACARA IX SURVEY PEKARANGAN DI KULON PROGO Disusun oleh : 1. Kurniadi Nugroho (12001) 2. Cristina Dian Kurniawati (12049) 3. Wili Setiyoko (12408) 4. Yeni Fatmawati (12605) Gol/ Kel : C2/4 Asisten : Alfi Marifah Dewi Kurniyawati LABORATORIUM HORTIKULTURA

Upload: kurniadi-nugroho

Post on 24-Nov-2015

121 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah presentasi

TRANSCRIPT

MAKALAH PEKARANGAN DAN BUDIDAYA TANAMAN BUAH

ACARA IXSURVEY PEKARANGAN DI KULON PROGO

Disusun oleh : 1. Kurniadi Nugroho(12001)2. Cristina Dian Kurniawati (12049)3. Wili Setiyoko(12408)4. Yeni Fatmawati (12605)

Gol/ Kel : C2/4Asisten : Alfi Marifah Dewi Kurniyawati

LABORATORIUM HORTIKULTURAJURUSAN BUDIDAYA PERTANIANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA 2014ACARA IXSURVEY PEKARANGAN DI KULON PROGO

I. PENDAHULUANA. Latar belakangDitinjau dari potensi sumberdaya wilayah, sumberdaya alam wilayah Kulon Progo memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam dari satu wilayah ke wilayah lainnya, baik sebagai sumber karbohidrat maupun protein, vitamin dan mineral, yang berasal dari kelompok padi-padian, umbi- umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah serta biji berminyak. Untuk meningkatkan gizi terutama pada gizi mikro masyarakat pada umumnya dan keluarga pada khususnya, dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dilingkungannya. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat tersebut di atas adalah dengan pemanfaatan pekarangan yang dikelola oleh keluarga tani-nelayan sehingga mudah untuk pemeliharaan dan pemanenan hasilnya.Usaha di pekarangan rumah jika dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat bagi kehidupan keluarga seperti: tempat bermain, tempat rekreasi, sumber pangan dan juga sebagai sumber pendapatan. Pemanfaatan lahan pekarangan baik di daerah pedesaan maupun perkotaan bisa mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi pangan lokal yang dimiliki masing-masing daerah. Pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil penelitian, secara umum pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan keluarga antara 7% sampai dengan 45%.Pekarangan rumah jika dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat bagi kehidupan keluarga. Pemanfaatan lahan pekarangan baik di daerah pedesaan maupun perkotaan bisa mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi pangan lokal yang dimiliki masing-masing daerah. Oleh karena itu, pada praktikum ini dilakukan survey pekarangan di daerah Kulon Progo untuk mengetahui pekarangan yang ada di daerah tersebut.

B. Tujuan1. Mengetahui dan mengenal berbagai tanaman yang ditanam di pekarangan dengan deskripsi botani dan spesifikasinya.2. Mengetahui keadaan atau situasi pekarangan yang ada di daerah Kulon Progo.3. Mengetahui tanaman pekarangan yang menonjol beserta cara budidayanya,dan jenis fungsi yang mendasari pekarangan tersebut.

II. PEKARANGAN DI KULON PROGOA. TINJAUAN PUSTAKA PEKARANGANPekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal. Lahan ini jika dipelihara dengan baik akan memberikan lingkungan yang menarik nyaman dan sehat serta menyenangkan sehingga membuat kita betah tinggal di rumah. Pekarangan rumah kita dapat kita manfaatkan sesuai dengan selera dan keinginan kita. Misalnya dengan menanam tanaman produktif seperti tanaman hias, buah, sayuran, rempah-rempah dan obat-obatan. Dengan menanam tanaman produktif di pekarangan akan memberi keuntungan ganda, salah satunya adalah kepuasan jasmani dan rohani (Anonim, 2009).Menurut arti katanya, pekarangan berasal ari kata karang yang berarti halaman rumah. Sedang secara luas memberikan batasan pengertian bahwa Pekarangan adalah tanah di sekitar perumahan, kebanyakan berpagar keliling, dan biasanya ditanami padat dengan beraneka macam tanaman semusim maupun tanaman tahunan untuk keperluan sendiri sehari-hari dan untuk diperdangkan. Pekarangan kebanyakan slng berdekaan, dan besama-sama membentuk kampung, dukuh, atau desa (Terra, 1949).Soemarwoto (1975) yang melihatnya sebagai suatu ekosistem, berhasil memberikan definisi yang lebih lengkap dengan mengatakan bahwa Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika (Danoesastro, 1978).Pekarangan akan mempunyai fungsi dengan baik jika penghuninya mempunyai kemamapuan menata, mengolah, dan memnfaatkan lahan dengan baik. Selain itu, penghuni harus mengetahui tentang gizi agar kebutuhan dapat di peroleh ari pekarangan. Jika pekarangan di tata dengan baik, pemiliknya akan memperoleh fungsi ganda. Kedua fungsi tersebut adalah memenuhi kebutuhan jasmanai dan rohani. Pemenuhan kebutuhan jasmani dapat di lihat dari pemanfaatannya sebagai sumber pangan dan gizi. Pekarangan dapat memenuhi kebutuhan rohani karena pekarangan dapat dibuat menjadi taman yang memberikan suasana mengesankan (Putriani, 2011).Berdasarkan penelitian Novitasari, 2011 pekarangan dapat berfungsi sebagai sumber ketahanan pangan keluarga dilihat dari empat aspek yaitu (1) Ketersediaan pangan, yaitu petani menanam berbagai tanaman (diversifikasi tanaman) seperti tanaman pangan, tanaman rempah sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi ketersediaan pangan keluarga, (2) Aksesibilitas/keterjangkauan pangan yaitu pekarangan sebagai akses langsung pangan keluarga karena tanaman pangan, tanaman rempah sayuran dan buah-buahan ditanam pada komponen pekarangan seperti pawuhan, peceren dan kebonan, (3) Stabilitas ketersediaan pangan yaitu pangan selalu tersedia tanpa fluktuasi, tanaman pangan yang ditanam dipekarangan dipanen saat dibutuhkan sedangkan sayuran dan buah-buahan dapat dipanen sepanjang tahun dan, (4) Kualitas pangan yaitu pemenuhan gizi keluarga yang selalu tersedia dan memenuhi persyaratan penerimaan pangan sesuai dengan kebiasaan penduduk.

B. HASIL SURVEY PEKARANGAN DI KULON PROGOHasil wawancara pemilik pekarangan (survey) di daerah Kulon Progo:1. Pekarangan non paving blocka. Identitas PemilikNama : Bapak ParyonoUsia : 55 tahunPekerjaan : GuruAlamat : Ngipik rejo, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo.Gambar: Dokumentasi pribadi

b. PekaranganLuas pekarangan 900 m x 900 m = 1800 m2. Pekarangan tersebut dimanfaatkan untuk budidaya tanaman dan untuk ternak. Tanaman yang ada di pekarangan yaitu mangga arumanis, kelapa, kelengkeng, nangka, alpokat, pisang, pandan serta tanaman hias seperti eufhorbia dan puring. Sedangkan peternakannya yaitu ternak sapi dan ternak ayam. Pekarangan banyak ditanami dengan tanaman buah, karena selain untuk memanfaatkan lahan pekarangan juga dapat menambah penghasilan ekonomi. Sedangkan tanaman hias digunakan sebagai keindahan rumah maupun lahan pekarangan. Tanaman buah yang ada di pekarangan tetap dibubidayakan seperti pemeliharaan, pengairan, pemupukan dan pemanenan. Pemeliharaan tanaman sampai pemanenan dilakukan oleh ibu Paryono, yang pekerjaan sehari-harinya sebagai tukang masak di catering. Pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang hasil dari kotoran hewan ternak. Tanaman buah yang ada di lahan pekarangan yang telah mengalami pemanenan yaitu tanaman buah rambutan, kelengkeng dan pisang. Buah rambutan dalam satu pohon sekali panen dapat dihargai sebesar Rp 2.500.000. Untuk buah kelengkeng dengan harga Rp 1.000.000, sedangkan buah pisang per tandan bisa mencapai Rp. 105.000. Dengan pemanfaatan lahan pekarangan tersebut, dapat menambah penghasilan ekonomi dan menambah kegiatan atau aktifitas di kebun/lahan pekarangan.2. Pekarangan paving blocka. Identitas PemilikNama : BudihartoUsia : 50 tahunPekerjaan : SwastaAlamat : Ngipik rejo, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo.Gambar: Dokumentasi pribadi b. PekaranganLuas lahan yang ditempati oleh Bapak Budiharto yaitu 1024 m2, termasuk tempat tinggal/rumah dan pekarangan. Pekarangan yang dimiliki ada dua jenis pekarangan yakni pekarangan paving block dan pekarangan non paving block. Pekarangan paving block luasnya sekitar 12 m x 9 m, sedangkan luas pekarangan non paving block sekitar 24 m x 9 m. Lahan pekarangan paving block dimanfaatkan sebagai taman. Pekarangan tersebut tepat berada di depan rumah, selain dibuat taman juga terdapat kolam ikan. Hal ini dapat memperindah dan melengkapi sebuah taman. Tanaman hias yang ada yaitu tanaman hias puring, pucuk merah, lidah mertua dan eufhorbia. Taman juga dimanfaatkan untuk budidaya tanaman hias misalnya sambung pucuk tanaman hias, sehingga dapat dimanfaatkan untuk komersil. Selain taman ini berfungsi sebagai keindahan saja juga dapat memberikan profit yang tinggi. Bapak Budiarto ini telah banyak membudidayakan tanaman hias hingga memperoleh keuntungan yang besar, dengan ini dapat menambah penghasilan ekonomi keluarga. Pemasaran tanaman hias hasil budidaya ini sampai luar kota atau luar jawa seperti Bogor, Jakarta dan Kalimantan. Hobi membudidayakan tanaman hias dari seorang Budiarto dapat meraup jutaan rupiah, selain kerja keras juga pengalaman-pengalaman yang mendukung di bidang tersebut. Pada pekarangan non paving block dimanfaatkan untuk budidaya tanaman buah dan sayuran, untuk ternak ayam dan budidaya kolam ikan. Tanaman buah yang dibudidayakan yaitu sukun, durian, rambutan dan pisang, sedangkan tanaman sayuran yaitu meliputi sayuran kecipir, kacang panjang, pare, tomat dan cabai. Kolam ikan dibudidayakan yaitu ikan lele dan gurameh. Sedangkan ternak ayam jago yang biasanya digunakan untuk adu ayam. Hasil dari pekarangan seperti tanaman sayuran biasanya digunakan untuk konsumsi sendiri, sedangkan tanaman buah-buahan hasilnya ada yang dikonsumsi sendiri atau dibagi-bagikan kepada tetangga ada juga yang dijual. Yang biasanya dijual yaitu buah pisang raja, karena banyak dibutuhkan oleh pasar juga harganya yang lumayan tinggi. Hasil dari kolam ikan dapat dijual maupun dikonsumsi sendiri. Semua hasil dari lahan pekarangan tersebut dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pribadi maupun komersil.

C. PEMBAHASAN TENTANG PEKARANGANPekarangan adalah sebidang tanah yang berada disekitar rumah yang digunakan untuk tempat bermain anak-anak, untuk acara keluarga dan acara keakraban, serta ditanamai dengan berbagai jenis tumbuhan dan tanaman serta tempat pemeliharaan berbagai jenis ternak dan ikan. Salah satu tujuan dari pemanfaatan pekarangan adalah untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga, menumbuhkan kesadaran keluarga agar mengenali dan mengetahui sumber-sumber pangan yang ada disekitar kita, menumbuhkan kesadaran keluarga agar mau dan mampu memanfaatkan bahan pekarangan menjadi sumber pangan dan gizi keluarga.Kegiatan pemanfaatan pekarangan sudah sejak lama dilaksanakan, bukan saja sebagai penyedia bahan makanan yang beraneka ragam akan tetapi juga dapat berfungsi sebagai tambahan penghasilan keluarga atau tabungan keluarga. Dalam sejarah usaha pertanian, lahan pekarangan merupakan tempat kegiatan usaha tani yang mempunyai peranan besar terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Pekarangan pada dasarnya adalah sebidang tanah yang terletak disekitar rumah dan biasanya dikelilingi pagar atau pembatas.Lahan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, misalnya sebagai warung hidup dan apotik hidup, menambah pendapatan keluarga, menyediakan bahan-bahan bangunan, dan memberikan keindahan dilingkungan tempat tinggal. Penataan bentuk dan pola pekarangan berbeda-beda, tergantung banyak faktor. Misalnya faktor luas tanah, ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi), keadaan iklim, jenis tanaman, dan jauh dekatnya dari kota.Secara garis besar, pemanfaatan lahan pekarangan menurut lokasinya dikelompokkan menjadi tiga kategori :1. Di daerah pedalaman, pekarangan pada umumnya dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan gizi, obat-obatan, dan rempah-rempah, serta untuk pelestarian lingkungan.2. Di daerah pedesaan yang dekat dengan pusat konsumsi, pekarangan dimanfaatkan sebagai penghasil buah-buahan, sumber penghasilan, dan pelestaran lingkungan.3. Di daerah perkotaan, pekarangan dimanfaatkan sebagai sumber pangan untuk perbaikan gizi, memberikan kenyamanan dan keindahan, serta melestarikan lingkungan.Lahan pekarangan dapat dijadikan asset berharga bagi pengembangan usaha tani skala rumah tangga. Oleh karena itu pemanfaatan lahan pekarangan dapat dijadikan basis usaha pertanian tanaman sayuran dalam rangka memberdayakan sumberdaya keluarga serta meningkatkan ketahanan pangan dan kecukupan gizi. Bagi rumah tangga yang mempunyai pekarangan luas khususnya dipedesaan pekarangan akan lebih mudah dikembangkan dan dimanfaatkan seperti untuk bercocok tanam, beternak, dan membuat kolam ikan. Namun lain halnya bagi masyarakat perkotaan yang lahan pekarangan sempit bahkan tidak ada sama sekali umumnya sisa tanah yang dapat dijadikan pekarangan, dialih fungsikan menjadi garasi atau ditutup dengan paving blok. Bercocok tanam di pekarangan secara langsung akan meningkatkan populasi tumbuhan. Dengan meningkatnya populasi tumbuhan maka pemanasan global dapat dicegah. Karena tubuhan yang ditanami akan secara langsung menyerap CO2 terkandung di atmosfer. CO2 yang diserap dari atmosfer akan digunakan sebagai bahan baku fotosintesis tumbuhan. Sehingga kandungan CO2 di atmosfir akan semakin berkurang. Jika CO2 diatmosfer berkurang maka panas bumi akan dengan mudah menembus lapisan atmosfir. Dengan demikian panas yang dipancarkan bumi tidak dipantulkan lagi ke permukaan bumi. Sehingga suhu permukaan bumi akan semakin stabil dan ancaman pemanasan global terhadap lingkungan hidup dapat ditekan.Tanaman yang di tanam dipekarangan akan menghasilkan O2 sebagai hasi fotosintesis. O2 hasil fotosintesis oleh tanaman akan dilepaskan kembali keatmosfir. Semakin banyak populasi tumbuhan maka O2 yang dihasilkan akan semakin banyak, dan O2 yang dilepaskan ke atmosfer akan semakin banyak. Dengan demikian kandungan O2 di atmosfir akan semakin meningkat. Jika kandungan O2 di atmosfir meningkat maka kebutuhan O2 akan terpenuhi. Selain itu, keberadaan O2 yang bersuhu dingin akan memberikan kesejukan tersendiri bagi lingkungan hidup.Salah satu usaha untuk mengatasi berbagai masalah kekurangan gizi adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan. Pekarangan sangat potensial untuk dijadikan lahan usaha tani sayuran sebagai warung hidup. Disebut warung hidup karena hasil sayuran dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sayuran sehari-hari tanpa harus membeli dipasar. Kekurangan vitamin dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Sering terjadi didalam masyarakat kita adalah kekurangan vitamin A dan C. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan buta senja dan xerophtholmia. Akibat yang sangat serius adalah kebutaan dan tidak dapat disembuhkan lagi. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan gusi berdarah. Jika kekurangan vitamin C pada masa kanak-kanak, pertumbuhan gigi geligi akan terganggu. Pada tingkat yang ringan memberikan gejala pada jaringan gusi, bisa dijumpai pada anak-anak pra sekolah.Teori beum mengatakan bahwa faktor perilaku sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan derajat kesehatan. Salah satu unsur yang penting dalam 4 sehat 5 sempurna adalah sayuran. Penganekaragaman (diversifikasi) makanan pada dasarnya menekankan pada konsumsi makanan yang bervariasi. Membiasakan berfikir dan bertindak dalam memilih bahan makanan atas dasar pedoman 4 sehat 5 sempurna, termasuk didalamnya sayuran penting dilakukan. Oleh karena itu penanaman pekarangan dengan aneka jenis sayuran akan merupakan sumber penganekaragaman makanan.Selain beberapa hal diatas, letak dan isi pekarangan sebaiknya direncanakan sebelum dibuat. Pemilihan tempat berkaitan terutama dengan tinggi rendahnya intensitas cahaya matahari dan dengan bayangan yang diterima tanaman nantinya. Tanaman sayur daun seperti bayam, caisim, kangkung, dan seledri memerlukan cahaya matahari dengan intensitas sedang. Faktor lain adalah curah hujan, kontur tanah, dan sifat tanah apakah termasuk tanah liat, gembur atau berpasir. Tanah dikatakan subur bila memiliki kandungan humus yang tinggi, misalnya dengan mencampurkan tanah dengan campuran kompos. Tanah yang cocok untuk berkebun adalah yang berstruktur remah, yakni yang gumpalan kecil dan memiliki por-pori hingga mampu membentuk sirkulasi udara dan resapan air dengan baik.Dalam tata ruang dikenal adanya factor-faktor keseimbangan(balance), keselarasan (harmoni), kesinambungan (continuitas) dan kesatuan (unity). Mendesain pekarangan untuk menanam sayuran perlu memperhatikan kaidah-kaidah pertamanan. Misalnya pembuatan bedengan-bedengan yang biasanya berbentuk lurus dan memberi kesan kaku, diubah menjadi berbelok-belok sehingga memberi kesan luwes. Selain itu jenis tanaman sayuran yang berbeda-beda ditata dengan memperhatikan tinggi rendahnya tanaman, kasar dan halusnya tekstur daun, serta komposisi warna daun, buah, maupun bunganya. Penataan tanaman dipekarangan dapat pula berupa tanaman sayuran dalam pot atau wadah lain yang mudah dipindah-pindahkan, sesuai dengan keinginan dan keserasian lingkungan. Diperkotaan dapat diterapkan teknik budidaya tanaman sayuran secara verikultur, baik pot sayuran yang ditata diatas rak-rak maupun digantung pada bangunan.

III. PENUTUPA. Kesimpulan1. Pekarangan dimanfaatkan oleh pemilik rumah untuk menanam tanaman buah, tanaman hias, ternak, dan budidaya ikan. 2. Keadaan pekarangan di dareah Kulon Progo termasuk baik dalam pemanfaatanya karena sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi, gizi keluarga, dan nilai keindahan.3. Tanaman yang menonjol ditanam di daerah Kulon Progo yaitu tanaman buah seperti pisang dan rambutan. 4. Cara budidaya yang dilakukan yaitu mulai dari penanaman bibit-pemeliharaan-panen dan pasca panen. Fungsi pekarangan sangat baik untuk menambah ekonomi keluarga, peningkatan gizi, dan sebagai nilai estetika.

B. SaranPekarangan yang ada sebagian masih kurang dimaksimalkan dalam pemanfaatannya. Sebaiknya pekarangan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin baik sebagai fungsi estetika maupun pemenuhan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Pekarangan. . Diakses pada tanggal 11 Mei 2014.

Danoesastro, Haryono. 1978. Tanaman Pekarangan dalam Usaha Meningkatkan Ketahanan Rakat Pedesaan. Agro Ekonomi.

Novitasari, 2011. Ekologi Desa: Lingkungan Hidup dan Kualitas Hidup. Prisma, No. 8.

Putriani, Intan. 2011. Pemanfaatan Pekarangan Rumah. Dompu.

Soemarwotto, 1975. Pegaruh Lingkungan Proyek Pembangunan. Prisma, No. 3.

Terra, G.J.A. 1949. Tuinbouw : Van Hall en C. Van de. Koppel : De Landbouw in de indische archpel. No IIA.

LAMPIRANSurvey 1

Survey 2