makalah anti infeksi
DESCRIPTION
makalah anti infeksiTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……….............................................................................................. i
DAFTAR ISI …………....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……................................................................................1
B. Masalah……............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan….................................................................................3
D. Manfaat Penulisan…………................................................................... 4
E. Metode Penyusunan................................................................................ 4
F. Sistematika Penyusunan.........................................................................5
BAB II ISI
Tinjauan teoritis........................................................................................... 6
Macam-macam factor penyabab perkembangan infeksi nosokomial.... 6
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial.................................. 12
Cara mencegah infeksi I.............................................................................. 12
Cara mencegah infeksi I.............................................................................. 14
Tips untuk mencegah terkena infeksi........................................................ 15
Pengobatan infeksi dengan antibiotika...................................................... 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 19
B. Saran........................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang
tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu
dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang
masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan
bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi
yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun
luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah
ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau
auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme
yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan
ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan
perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga
merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari
pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di
lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun
non medis. Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan, antaralain:
· Lama hari perawatan bertambah
· Panjang penderitaan bertambah
· Biaya meningkat
Dari hasil studi deskriptif Suwarni, di semua rumah sakit di Yogyakarta tahun
1999 menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga
12,06%, dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan berkisar antara
4,3 – 11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari. Setelah diteliti lebih lanjut maka
didapatkan bahwa angka kuman lantai ruang perawatan mempunyai hubungan bermakna
dengan infeksi nosokomial.
Selama 10-20 tahun belakang ini telah banyak perkembangan yang telah dibuat untuk
mencari masalah utama terhadap meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial di banyak
negara, dan dibeberapa negara, kondisinya justru sangat memprihatinkan. Keadaan ini justru
memperlama waktu perawatan dan perubahan pengobatan dengan obat-obatan mahal, serta
penggunaan jasa di luar rumah sakit. Karena itulah, dinegara-negara miskin dan berkembang,
pencegahan infeksi nosokomial lebih diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas
pelayanan pasien dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
Di beberapa bagian, terutama di bagian penyakit dalam, terdapat banyak
prosedur dan tindakan yang dilakukan baik untuk membantu diagnosa maupun memonitor
perjalanan penyakit dan terapi yang dapat menyebabkan pasien cukup rentan terkena infeksi
nosokomial. Pasien dengan umur tua, berbaring lama, atau beberapa tindakan seperti
prosedur diagnostik invasif, infus yang lama dan kateter urin yang lama, atau pasien dengan
penyakit tertentu yaitu penyakit yang memerlukan kemoterapi, dengan penyakit yang sangat
parah, penyakit keganasan, diabetes, anemia, penyakit autoimun dan penggunaan imuno
supresan atau steroid didapatkan bahwa resiko terkena infeksi lebih besar.Sumber penularan
dan cara penularan terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan maupun personil
kesehatan lainnya, jarum injeksi, kateter iv, kateter urin, kasa pembalut atau perban, dan cara
yang keliru dalam menangani luka. Infeksi nosokomial ini pun tidak hanya mengenai pasien
saja, tetapi juga dapat mengenai seluruh personil rumah sakit yang berhubungan langsung
dengan pasien maupun penunggu dan para pengunjung pasien.
Epidemiologi
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak
di Negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi
masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang yang dilakukan oleh WHO
menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa,
Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial
dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0%..Walaupun ilmu pengetahuan dan penelitian tentang
mikrobiologi meningkat pesat pada dekade terakhir dan sedikit demi sedikit resiko infeksi
dapat dicegah, tetapi semakin meningkatnya pasien-pasien dengan penyakit
immunocompromised, bakteri yang resisten antibiotik, super infeksi virus dan jamur, dan
prosedur invasif, masih menyebabkan infeksi nosokomial menimbulkan kematian sebanyak
88.000 kasus setiap tahunnya walaupun. Selain itu, jika kita bandingkan kuman yang ada di
masyarakat, mikroorganisme yang berada di rumah sakit lebih berbahaya dan lebih resisten
terhadap obat, karena itu diperlukan antibiotik yang lebih poten atau suatu kombinasi
antibiotik. Semua kondisi ini dapat meningkatkan resiko infeksi kepada si pasien.
BAB II
ISI
Tinjauan Teoritis
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang
tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu
dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang
masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan
bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi
yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun
luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah
ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau
auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme
yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Macam-Macam Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial Yaitu :
A. Agen yang menginfeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia dirawat di rumah sakit.
Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan
gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada 3 yaitu:
§ Karakteristik mikroorganisme,
§ Resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
§ Tingkatvirulensi,dan banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan
infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari
orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri
(endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan
karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan
benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini
kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang
sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal.
Agen yang menginfeksi antara lain:
1) Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat.
Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri
patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut
mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli
paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih
berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik.Contohnya:
§ Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangren
§ Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat
menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta
seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
§ Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus, Klebsiella,
Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan air yang
menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini
bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
§ Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan
peritoneum.
2) Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus,
termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan
endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan
dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan
melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit
dan dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah
cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga
dapat ditularkan.3,11
3) Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang
dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat
antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans,
Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.
B. Respon dan toleransi tubuh pasien
Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam
hal ini adalah:
o Umur
o Status imunitas penderita
o Penyakit yang diderita
o Obesitas dan malnutrisi Orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid
o Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.
Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh terhadap
infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor,
anemia, leukemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan
meningkatkan toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat
opportunistik. Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti biopsi,
endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi.
Resiko infeksi TipepasienMinimal Tidak immunocompromised, tidak ditemukan terpapar
suatu penyakit. Sedang Pasien yang terinfeksi dan dengan beberapa factor resiko. Berat
pasien dengan immunocompromised berat, (5 µm. Contohnya bacterial meningitis, dan
diphtheria memerlukan hal sebagai berikut; Ruangan tersendiri untuk tiap pasiennya. Masker
untuk petugas kesehatan. Pembatasan area bagi pasien; pasien harus memakai masker jika
meninggalkan ruangan.
Infeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan
penyebab infeksi. Penularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit dan baju, seperti golongan
staphylococcus aureus. Dapat juga melalui cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik,
hepatitis dan HIV. Peralatan dan instrumen kedokteran. Makanan yang tidak steril, tidak
dimasak dan diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya cross infection.
C. Resistensi Antibiotika
Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara tahun 1950-1970,
banyak penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat diterapi dan disembuhkan. Bagaimana
pun juga, keberhasilan ini menyebabkan penggunaan berlebihan dan pengunsalahan dari
antibiotika. Banyak mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten. Meningkatnya
resistensi bakteri dapat meningkatkan angka mortalitas terutama terhadap pasien yang
immunocompromised. Resitensi dari bakteri di transmisikan antar pasien dan faktor
resistensinya di pindahkan antara bakteri. Penggunaan antibiotika yang terus-menerus ini
justru meningkatkan multipikasi dan penyebaran strain yang resistan. Penyebab utamanya
karena:
1. Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol
2. Dosis antibiotika yang tidak optimal
3. Terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat
4. Kesalahan diagnosa
Banyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan perubahan dari gen yang resisten
terhadap antibiotika, mengakibatkan timbulnya multiresistensi kuman terhadap obat obatan
tersebut. Penggunaan antibiotika secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis adalah
faktor utama terjadinya resistensi. Banyakstrainsdaripneumococci,staphylococci, enterococci,
dan tuberculosis telah resisten terhadap banyak antibiotikaa, begitu juga klebsiella dan
pseudomonas aeruginosa juga telah bersifat multiresisten. Keadaan ini sangat nyata terjadi
terutama di negara-negara berkembang dimana antibiotika lini kedua belum ada atau tidak
tersedia.Infeksi nosokomial sangat mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas di rumah
sakit, dan menjadi sangat penting karena:
a. Meningkatnya jumlah penderita yang dirawat
b. Seringnya imunitas tubuh melemah karena sakit, pengobatan atau umur
c. Mikororganisme yang baru (mutasi)
d. Meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotika
D. Faktor alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan infeksi dari kateter
urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan
septikemia. Pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Diruang penyakit
dalam, diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena
ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.
Komplikasi tersebut berupa:
Ø Ekstravasasi infiltrat : cairan infus masuk ke jaringan sekitar insersi
Ø kanulaPenyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa dapat dideteksi
adanyangangguan lain
Ø Flebitis : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena
Ø Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh vena yang menghambat aliran
infuse
Ø Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian kanula yang ada
dalam pembuluh darah
Ø Septikemia: Bila kuman menyebar hematogen dari kanul
Ø Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul
Beberapa faktor dibawah ini berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena
yaitu:
Ø jenis kateter,
Ø ukuran kateter,
Ø pemasangan melalui venaseksi,
Ø kateter yang terpasang lebih dari 72 jam,
Ø kateter yang dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan pronsip anti sepsis,
Ø cairan infus yang hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media pertumbuhan
mikroorganisme,
Ø peralatan tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat,
Ø manipulasi terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman pada ujung kateter merupakan awal
infeksi tempat infus dan bakteremia
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial :
Infeksi saluran kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80%
infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya,
tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Organisme
yang biaa menginfeksi biasanya E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau
Enterococcus. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme
endogen, sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena
mikroorganisme eksogen.
Penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
1. Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan
2. Pergunakan jarum steril
3. Penggunaan alat suntik yang disposabel.
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Begitupun
dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus menggunakan masker saat
keluar dari kamar penderita. Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh
darah, cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap
pasiennya. Setelah membalut luka atau terkena benda yang kotor, sarung tangan harus segera
diganti.Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita
melakukan suatu tindakan untuk mencegah penularan infeksi dari percikan darah, cairan
tubuh, urin dan feses.
Cara mencegah infeksi I
1. Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih
dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen
dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk
membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat
medis yang telah dipakai berkali-kali. Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak
fasilitas kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita
dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit
melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak menurunkan
resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu
fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan
terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang
terbatas dapat menggunakan panas matahari.Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama
pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antara pasien.
Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan. Disinfektan akan membunuh
kuman dan mencegah penularan antara pasien.Disinfeksi yang dipakai adalah:
a. Mempunyai kriteria membunuh kuman
b. Mempunyai efek sebagai detergen
c. Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein.
d. Tidak sulit digunakan
e. Tidak mudah menguap
f. Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas maupun pasien
g. Efektif
h. Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
2. Perbaiki ketahanan tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri
yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu
ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara
populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam
saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang
dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat
dipakai dalam mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat.
Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat
dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.
3. Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu
pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang
penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan
kontaminasi berat. Penularan yang melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya,
pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti leukimia dan pengguna obat
immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan
tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting. Ruang
isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu
pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan
penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama
mereka menderita penyakit yang sama.
Cara mencegah infeksi II
Setiap tahun, jutaan orang di seluruh dunia meninggal karena penyakit infeksi.
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit dan jamur. RS
Khusus Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso mencatat beberapa penyakit infeksi yang paling
berbahaya di Indonesia antara lain: antrax, demam berdarah, demam chikungunya, diare,
filiariasis, flu burung, flu singapura, hepatitis, leptospirosis, malaria, pneumonia, polio,
SARS, sapi gila, Steven-Johnson Syndrome (infeksi saluran nafas), dan tuberkulosis. Berbeda
dengan penyakit degeneratif seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, asam urat dan
lainnya, penyakit infeksi sebenarnya lebih mudah dicegah bila kita disiplin menerapkan
langkah-langkah pencegahan.
Berikut adalah beberapa tips untuk mencegah Anda terkena penyakit infeksi:
· Sering mencuci tangan
Mencuci tangan membantu menghilangkan kuman yang Anda dapatkan dari binatang,
tempat kotor, atau benda-benda terkontaminasi. Anda terutama sangat disarankan untuk
mencuci tangan sebelum, selama dan sesudah menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah
menggunakan kamar mandi, dan setelah memegang binatang.
· Rutin membersihkan dan mensterilkan lantai dan permukaan
Terutama di dapur dan kamar mandi. Sabun dan air biasanya cukup untuk
membersihkan kedua tempat itu, tetapi akan lebih aman bila juga menggunakan desinfektan.
· Jauhi penderita penyakit yang mudah menular melalui kontak
Misalnya flu, cacar air atau belekan. Bila Anda tidak dapat menghindarinya, berhati-
hatilah agar tidak menyentuh wajah Anda dengan tangan sebelum Anda mencucinya.
· Cegah perkembangbiakan nyamuk demam berdarah dan nyamuk lainnya
Dengan gerakan 4M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, Menyetrum Jentik dan
Menggunakan anti nyamuk). Pastikan tidak ada air yang menggenang di rumah Anda, kuras
kamar mandi secara teratur, tutup tempat-tempat yang berpotensi mengumpulkan air dan
kubur botol, pot, tempayan dan benda-benda penampung air lainnya.
· Masak dan sajikan makanan dengan aman
Ketahuilah makanan mana yang harus selalu disimpan di kulkas. Jangan biarkan
makanan yang mudah basi seperti susu segar, bakso, nuget ayam, dan lainnya di tempat
terbuka lebih dari dua jam. Tutuplah makanan dengan rapat agar tidak dihampiri lalat.
Cucilah buah-buahan dan sayuran mentah dengan bersih. Masaklah daging, ayam dan telur
sampai betul-betul matang. Pastikan Anda membelinya dari sumber yang terpercaya. Daging
yang bersumber tidak jelas dapat membawa penyakit antrax dan flu burung yang sangat
berbahaya.
· Dapatkan imunisasi
Pastikan bayi Anda mendapatkan semua imunisasi yang dibutuhkan sesuai jadwal.
Bila Anda bepergian ke daerah yang rawan, dapatkan imunisasi yang tepat sebelum Anda
berangkat ke sana. Jamaah haji wajib mendapatkan imunisasi meningitis sebelum berangkat.
· Gunakan antibiotik dengan bijak
Flu, demam berdarah, dan infeksi virus lainnya tidak dapat diobati dengan antibiotik.
Bakteri dapat menjadi resisten bila Anda mendapatkan antibiotik pada saat Anda tidak
memerlukannya.
· Jagalah kebersihan dan kesehatan hewan piaraan Anda
Berikan imunisasi yang memadai kepada mereka. Pisahkan dengan tegas barang-
barang yang dipakai hewan dengan yang dipakai anggota keluarga Anda. Bersihkan kotoran
dan kandang mereka dengan teratur menggunakan sabun dan desinfektan.
· Hindari kontak dengan binatang liar yang mungkin membawa penyakit berbahaya
Tikus dapat membawa penyakit pes dan leptospirosis. Burung dan ayam liar dapat
membawa virus flu burung. Kucing dan anjing liar dapat menularkan rabies.
· Makanlah makanan yang kaya antioksidan dan multivitamin A, C dan E
Tubuh Anda akan memiliki sistem imun yang lebih baik dengan mengkonsumsinya.
Bila sistem imun Anda lemah, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan pengobatan
yang dapat meningkatkannya.
Pengobatan Infeksi dengan Antibiotika
Terkadang antibiotika merupakan obat yang mujarab dan penting untuk mengatasi
infeksi. Antibiotika yang sering digunakan dan ditemui di pasaran adalah penicillin,
tetracycllin streptomycin, dan chloramphenicol. Masing-masing antibiotika bekerja dengan
cara berlainan terhadap suatu infeksi khusus.
Akan tetapi, antibiotika juga memiliki efek samping dan perlu digunakan secara
hati-hati. Dan perlu digunakan secara terbatas dengan memperhatikan hal-hal berikut:
I. Reaksi dan efek peracunan
Antibiotik tidak hanya membunuh bakteri, tetapi juga berbahaya bagi tubuh. Efek
peracunannya maupun karena kemungkinan terjadi alergi sangat besar. Banyak orang
meninggal dunia setiap tahunnya karena mereka menggunakan antibiotik yang sebetulnya
tidak diperlukan bagi dirinya.
II. Mengganggu keseimbangan alami
Tidak semua bakteri di dalam tubuh bersifat membahayakan. Sebgaian di antaranya
diperlukan oleh tubuh agar dapat berfungsi secar wajar. Antibiotik sering kali mematikan
bakteri yang bergunan bagi tubuh bersama-sama dengan bakteri yang berbahaya. Bayi yang
mendapat antibiotika kerapkali mengalami infeksi jamur pada mulutnya atau kulitnya.
Keadaan ini dikarenakan bakteri yang sedianya membantu mengendalikan pertubuhan ikut
terbunuh oleh antibiotika.
III. Kekebalan terhadap pengobatan
Dalam jangka panjang, alasan yang paling penting mengapa penggunaan antibiotika
harus dibatasi ialah khasiatnya berkurang jika antibiotika digunakan terlalu sering. Apabila
bakteri diserang berkali-kali dengan antibiotik yang sama, bakteri tersebut menjadi lebih kuat
dan menjadi imun.
Peringatan :
“Jangan menggunakan antibiotika untuk infeksi yang dapat diatasi oleh tubuh sendiri.
Simpanlah antibiotika tersebut untuk saat-saat yang sangat diperlukan”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Faktor- faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi nosokomial tergantung dari agen
yang menginfeksi, respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan, resistensi antibiotika, dan
faktor alat.
2. Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada: karakteristik
mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan banyaknya
materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh pasien dipengaruhi oleh: Umur, status imunitas
penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan obat-
obatan immunosupresan dan steroid, intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan
diagnosa dan terapi. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh padatnya kondisi rumah sakit,
banyaknya pasien yang keluar masuk, penggabungan kamar pasien yang terkena infeksi
dengan pengguna obat-obat immunosupresan, kontaminasi benda, alat, dan materi yang
sering digunakan tidak hanya pada satu orang pasien. Resistensi Antibiotika disebabkan
karena: Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol, dosis antibiotika yang
tidak optimal, terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat, dan
kesalahan diagnosa. Faktor alat, dipengaruhi oleh pemakaian infus dan kateter urin lama yang
tidak diganti-ganti.
3. Macam penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial, misalnya Infeksi saluran kemih.
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, dihubungkan dengan penggunaan kateter urin.
Nosokomial pneumonia, terutama karena pemakaian ventilator, tindakan trakeostomy,
intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Nosokomial bakteremi yang memiliki resiko
kematian yang sangat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Olmsted RN. APIC Infection Control and Applied Epidemiology: Principles and Practice.
St.LouisMosby:1996.
Pohan, HT. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine. Pusat Informasi dan
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta;2004.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001.
Wenzel. Infection control in the hospital,in International society for infectious diseases,
second ed, Boston; 2002
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/infeksi.htm
http://yudhim.blogspot.com/2008/01/infeksi.html
Surono,[email protected]