makalah askep efusi pleura.docx

59
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA Oleh : Kelompok V Devi Susyuliani Gita Kurnisa Indah Sari Nelfice Dosen Pembimbing: Siti Rahmalia Hairaini Damanik, MNS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU 1

Upload: nelfice

Post on 11-Aug-2015

1.762 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Efusi pleura

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA

Oleh :

Kelompok V

Devi Susyuliani

Gita Kurnisa Indah Sari

Nelfice

Dosen Pembimbing:

Siti Rahmalia Hairaini Damanik, MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2012

1

Page 2: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,

Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam

bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat Ibu Siti Rahmalia Hairani

Damanik,SKp.MNS yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun

pedoman bagi mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya

pada pasien efusi pleura.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami

miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk

memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Oktober 2012

Kelompok V

2

Page 3: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I............................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS...........................................................................6

A. Definisi Efusi Pleura.......................................................................3

B. Etiologi Efusi pleura.......................................................................4

C. Manifestasi Klinik.........................................................................14

D. Evaluasi Diagnostik....................................................................................................14

E. Patofisiologis...............................................................................................................16

F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan..........................................25

BAB III KASUS............................................................................................28

A. Uraian Kasus................................................................................................................28

B. Pengkajian.....................................................................................................................28

C. Analisa data..................................................................................................................28

D. WOC Efusi Pleura......................................................................................................29

E. Asuhan keperawatan.............................................................................................30

F. Penatalaksanaan Farmakologi dan Nonfarmakologi....................33

G. Health Education........................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................36

LAMPIRAN..................................................................................................37

3

Page 4: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pleura adalah membrane tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura

parietalis. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi dengan

cabang utama bronkus, arteri dan vena bonkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara

histologist kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler

dan pembuluh getah bening (Harrison, 2000).

Pleura seringkali mengalami pathogenesis seperti terjadinya efusi cairan, misalnya

hidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi, hemotoraks bila rongga pleura berisi

darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks atau empiema thoracis bila berisi nanah,

pneumotoraks bila berisi udara (Somantri, 2009).

Penyebab dari kelainan patologi pada rongga pleura bermacam-macam, terutama

karena infeksi tuberculosis atau non tuberculosis, keganasan, trauma dan lain-lain. Efusi

pleura merupakan salah satu kelainan yang menganggu system pernapasan. Efusi pleura

bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya merupakan gejala atau komplikasi

dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan

dirongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya (Muttaqin,

2008).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus efusi pleura di seluruh

dunia cukup tinggi menduduki urutan ketiga setelah kanker paru, sekitar 10-15 juta dengan

100-250 ribu kematian tiap tahunnya. Efusi pleura suatu disase entity dan merupakan suatu

gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan pada

efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat

penekanan paru .Efusi pleura menempati urutan ke empat distribus 10 penyakit terbanyik

setelah kanker paru yaitu dengan jumlah 76 dari 808 orang dengan prevalensi 9,14%

( Alsagaf, 2010)

Berdasarkan data yang dilaporkan Depatemen Kesehatan tahun 2006 menyebutkan di

Indonesia kasus efusi pleura 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas dengan Case Fatality

Rate (CFR) 1, Sedangkan Sulawesi Selatan dilaporkan kejadian efusi pleura 16 % dari

penderita infeksi saluran napas.Tingginya kasus efusi pleura disebabkan keterlambatan

penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini sehingga menghambat aktifitas sehari-

4

Page 5: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

hari dan kematian akibat efusi pleura masih sering ditemukan.4,5. (Irwadi, Sulina,

Hardjoeno , 2009)

Oleh karena ada peningkatan jumlah penderita maka menjadi masalah kusus untuk

kita semua, terutama bagi dunia keperawatan karena efusi pleura masih menjadi masalah

kesehatan yang tinggi, sehingga masalah kesehatan ini harus segera ditangani dengan serius.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit efusi pleura?

C. Tujuan

1. Mengetahui cara pengkajian pada klien dengan efusi pleura

2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan efusi pleura.

3. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan efusi pleura.

4. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit efusi pleura.

5

Page 6: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Efusi Pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan (terjadi

penumpukan cairan dalam rongga pleura) (Somantri, 2009). Menurut Smeltzer dan Bare efusi

pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak diantara permukaan

viseral dan parietal, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya

merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Definisi lain dari efusi pleura

merupakan suatu kelainan yang mengganggu system pernapasan. Efusi pleura bukanlah

diagnosis daris suatu penyakit, melainkan hanya merupakan gejalan atau komplikasi dari

suatu penyakit (Muttaqin,2008).

Jadi efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak

diantara permukaan visceral, perietal, adalah proses penyakit primer yang yang jarang terjadi

tetapi biasanya menurunkan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.

Fisiologi pleura

Pleura merupakan membran tipis yang terdiri atas dua lapisan yang berbeda yaitu

pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus paru.

Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini, yaitu sebagai berikut

(somantri, 2009):

1. Pleura viseralis

Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis

(tebalnya tidak lebih dari 30µm), diantara celah-celah sel ini terdapat beberapa sel

limfosit. Terdapat endopleura yang berisi fibrosit histiosit dibawah sel mesotelial.

Struktur lapisan tengah memiliki jaringan kolagen dan serat-serat elestik, sedangkan

lapisan terbawah terdapat jaringan intertisial subpleura yang sangat banyak

mengandung pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis dan brakialis serta kelenjer

getah bening. Keseluruhan jaringan pleura viseralis ini menempel dengan kuat pada

jaringan parenkim paru.

2. Pleura parietalis

Lapisan pleura parietalis merupakan jaringan yang paling tebal dan terdiri atas

sel-sel mesotelial serta jaringan ikat (jaringan kolagen den serat-serat elastik). Dalam

jaringan ikat terdapat pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan mamaria interna,

6

Page 7: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

kelenjer getah bening, banyak reseptor saraf sensorik yang peka terhadap nyeri.

Ditempat ini juga terdapat perbedaan temperatur. Sistem persarafan berasal dari nervus

interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada.

Cairan pleura diproduksi oleh pleura parietalis dan diabsorbsi oleh pleura

viseralis. Cairan terbentuk dari filtrasi plasma melalui endotel kapiler dan direabsobsi

oleh pembuluh limfe dan pleura venule pleura.

Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga yang kosong antara kedua

pleura tersebut, karena biasanya di tempat ini hanya terdapat sedikit (10-20 cc) cairan

yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak secara teratur. Cairan yang

sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura tersebut bergeser satu sama lain.

Dalam keadaan patologis rongga antara kedua pleura ini dapat terisi dengan beberapa

liter cairan atau udara.

Diketahui bahwa cairan masuk kedalam rongga melalui parietalis dan

selanjutnya keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura viseralis

melalui sistem limfatik dan vaskular. Pergerakan dari pleura parietal dengan pleura

viseralis dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan

osmotik koloid plasma. Cairan terbanyak direabsorbsi oleh sistem limfatik dan hanya

sebagian kecil direabsorbsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan

penyerapan cairan pada pleura viseralis adalah terdapatnya banyak mikrofili disekitar

sel-sel mesotelial.

B. Etiologi Efusi Pleura : (Mansjoer, 1999)

Transudat

Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah transudat.

Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara tekanan kapiler hidrostatik dan

7

Page 8: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

koloid osmotic, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura melebihi reabsorbsinya

oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada:

1. Meningkatnya tekanan kapiler sistemik

2. Meningkatnya tekanan kapiler pulmer

3. Menurunnya tekanan koloid osmotic dalam pleura

4. Menurunnya tekanan intra pleura

Eksudat

Eksudat merupakan cairan yang berbentuk melalui membrane kapiler yang

permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein

transudat. Bila terjadi proses peradangan maka permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura

meningkat sehingga selmesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi

pengeluaran cairan kedalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering

adalah mikrobakterium tuberculosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa.

Protein yang terdapat dalam cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening ini

(misalnya pada pleuritis tuberculosis) akan menyebabkan peningkatan konsentrasi

proteincairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,

eksudat dan hemoragi (Muttaqin, 2008):

1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung

kiri) sindoroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindroma vena

kava sperior, tumor dan sindroma Meigs.

2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi,

dan penyakit kolagen.

3) Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,

tuberkulosis dan kanker paru.

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan

bilateral. Efusi unilateral tidak mempunya kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya

akan tetapi efusi bilateral ditemukan pada penyakit kegagalan jantung kongestif, sindrom

nefrotik, asites, infark paru, lupus aritematosus sistemis, tumor dan TB.

Penyakit –penyakit yang dapat menyebabkan efusi pleura (perhimpunan dokter spesialis

penyakit dalam, 2009):

1. Pleuritis karena Virus dan Mikoplasma

8

Page 9: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang.bila terjadinya jumlahnya tidak

banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis-jenis virusnya adalah echo virus,

Coxsackie group, Chlamidia, rickettsia dan mikoplasma. Cairan efusi biasanya eksudat dan

berisi leukosit antara 100-6.000 per cc. Gejala penyakit dapat dengan sakit kepala, demam

malaise, mialgia, sakit dada, sakit perut. Kadang-kadang ditemukan juga gejala perikarditis.

Diagnosis ditegakan dengan menemukan virus dalam cairan efusi dan mendeteksi antibodi

terhdap virus dalam cairan efusi.

2. Pleuritis karena Bakteri Piogenik

Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim

paru dan menjalar secara hematogen dan jarang melalui penetrasi diafragma, dinding dada,

atau esofagus.

Aerob: streptokokus pneumonia, streptokokus mileri, stafilokokus aureus, hemofilus

spp, eschericia koli, klebsiella, pseudomonas spp.

Anaerob: bakteroides spp, peptosstreptokokus, fusobakterium. Pemberian kemoterapi

dengan ampisilin 4x1 gram dan metronidazol 3x500 mg hendaknya sudah dimulai sebelum

kultur dan sensitivitas bakteri didapat.terapi lain yang lebih penting adalah mengalirkan

cairan efusi yang terinfeksi tersebut keluar dari rongga pleura yang efektif.

3. Pleuritis Tuberkulosa

Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang serosantrokom dan bersifat eksudat.

Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberklorosis paru melalui fokus

subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya

perkijauan ke arah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau kolumna

vertebralis. Dapat juga secara hematogen yang menimbulkan efusi pleura bilateral. Cairan

efusi yang biasanya serous, kadang bisa juga hemoragik. Jumlah leukosit antara 500-2.000

per cc. Mula-mula yang dominan adalah sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit.

Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman Tuberkulosis, tapi adalah karena reaksi

hipersentivitas terhadap tuberkuloprotein. Pada dinding pleura dapat ditemukan adanya

granuloma.

Diagnosis utama berdasarkan adanya kuman tuberculosis dalam cairan efusi (biakan)

atau dengan biopsi jaringan pleura. Pada daerah-daerah dimana frekuensi tuberculosis paru

tinggi dan terutama pada pasien usia muda, sebagian besar efusi pleura adalah karena

pleuritis tuberkulosa walaupun tidak ditemukan adanya granuloma pada biopsy jaringan

pleura.

9

Page 10: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

Pengobatan dengan obat-obatan anti tuberculosis ( rifampisin, INH,

Pirazinamid/etambutol,/streptomisin ) memakan waktu 6-12 bulan. Pengobatan ini

menyebabkan cairan efusi dapat diserap kembali, tapi untuk menghilangkannya eksudat ini

dengan cepat dapat dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan diresolusi dengan sempurna

tapi kadang-kadang dapat diberikan kortikosteroid secara sistematik. ( prednisone 1 mg/kg

BB selama 2 minggu kemudian dosis diturunkan secara perlahan ).

1) Pleuritis Fungi

Biasanya terjadi karena penjalaran infesi fungi dari jaringan paru. Jenis fungi

penyebab pleuritis adalah: Aktinomikosis, Koksidiomikosis, Aspergilus, Kriptokokus,

dll. Patogenesis timbulnya efusi pleura adalah karena reaksi hipersentivitas lambat

terhadap organisme fungi. Penyebaran fungi ke organ tubuh lain alamat jarang.

Pengobatan dengan amfoterisin B memberikan respons yang baik. Prognosis penyakit

ini relatif baik.

2) Pleuritis Parasit

Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura adalah amoeba. Bentuk

tropozoitnya datang dari parenkim hati menembus diafragma terus ke parenkim paru

dan rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi akibat peradangan. Disamping

ini dapat juga terjadi emphiema kerana amoeba yang cairanya warna khas merah coklat.

Disini parasit masuk kerongga pleura secara migrasi dari parenkim hati. Bisa juga

karena robekan dinding abses amoeba pada hati kearah rongga pleura. Efusi

parapneumonia karena amuba dari abses hati sering terjadi daripada empiema amuba.

3) Efusi pleura karena kelainan intra abdominal.

Efusi pleura dapat terjadi karena steril karena reaksi infeksi dan peradangan yang

terdapat dibawah diafragma seperti pankreas atau eksaserbasi akut prankreatitiskronik,

abses ginjal, abses hati dan abses limpa.

Biasanya efusi terjadi karena pada pleura kiri tapi dapat juga bilateral.

Mekanismenya adalah karena perpindahan cairan yang mengandung enzim pankreas ke

rongga pleura melalui saluran getah bening. Efusi ini bersifat eksudat serosa, dan

hemoragik. Kadar amilase dalam efusi lebih tinggi daripada serum.

Efusi pleura juga sering 48-72 jam pasca operasi abdomen sperti spelenektomi,

operasi terhadap obstruksi intestinal atau pacsa atelektasis. Biasanya terjadi unilateral

dan jumlah efusi tidak banyak. Cairan biasanya bersifat eksudat dan mengumpul pada

sisi operasi biasanya bersifat maligna dan kebanyakan akan sembuh secara spontan.

10

Page 11: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

4) Sirosis hati

Efusi pleura dapat terjadi kareana pasien dengan sirosis hati. Kebanyakan efusi

pleura timbul bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan antara cairan

pleura dan asites, karena terdapat hubungan fungsional antara rongga pleura dan rongga

abdomen melalui saluran getah bening atau jaringan otot difragma. Kebanyakan efusi

menempel pleura kanan ( 70% ) dan bisa juga terjadi bilateral.

Torakosentesis kadang-kadang diperlukan untuk mengurangi sesak nafas tapi bila

asitesnya padat sekali cairan pleura akan timbul lagi dengan cepat. Dalam hal ini perlu

dilakukan terapi peritoneosintesis disamping terapi dengan diuretic dan terapi terhadap

penyakit asalnya.

5) Sindrom Meigh

Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium disertai

asites dan efusi pleura. Patogenesis ini masih belum diketahui betul. Bila tumor

ovarium tersebut dioperasi, efusi pleura dan asitesnya pun segera hilang. Adanya massa

di rongga pelvis disertai asites dan eksudat cairan pleura sering dikirakan sebagai

neoplasma dan metatasisnya.

6) Dialisis peritoneal

Efusi leura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialisis peritonial. Efusi

terjadi pada salah satu paru maupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari ringga

pleura terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya koposisi antara

cairan pleura dengan cairan dialisat.

4. Efusi pleura karena kolagen

a) Lupus eritematosus

Pleuritis adalah salah satu gejala yang timbul belakangan pada penyakit lupus

eritematosus sistemik (SLE). Dengan terjadinya efusi pleura yang kadang-kadang

mendahului gejala sistemik lainnya, diagnosis SLE ini menjadi lebih jelas. Hampir55%

dari SLE disertai pleuritis dan 25% daripada juga dengan efusi pleura.

b) Aritis reumatid (RA).

Efusi pleura terdapat pada 5% RA selama masa sakit. Cairan efusi bersifat eksudat

serosa yang banyak mengandung limfosit. Faktor reumatoid mungkin terdapat dalam

cairan efusi tapi tidak patognomik untuk RA, karena juga terdapat pada karsinoma,

tuberkulosis dan pneumaonia. Kadar glukosa biasanya sangat rendah ( kurang dari

20%) malah tidak terdeteksi sama sekali ( demikian juga pada tuberculosis dan

11

Page 12: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

karsinoma ). kadar kolestrol dalam cairan efusi juga sering meningkat. Biopsi pada

jaringan pleura bisa mendapat granuloma yang seolah-olah seperti nodul reumatik

perifer. Umumnya efusi pleura pada RA sembuh sendiri tanpa diobati tapi kadang-

kadang diperlukan juga terapi kortikosteroid.

Demam reumatik akut sering juga ditemukan efusi pleura dengan sifat eksudat.

Jumlah cairan biasanya sedikit dan segera menghilang bila demam reumatiknya

berkurang.

c) Skeloderma

Efusi pleura juga didapatkan pada penyakit skoloderma. Jumlah cairan efusinya

tidak banyak, tapi yang menonjol disini adalah penebalan pleura atau adhesi yang

terdapat pada 75% pasien skeleroderma.

5. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi

a) Gangguan kariovaskuler

Payah jantung adalah sebab terbanyak timbulnya efusi plura. Penyebab lain:

perikarditis kontritiva dan sindrom vena kava superior. Patogenesisnya adalah akibat

terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler pulmonal akan

menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh darah subpleura dan aliran getah bening

juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan ke pleura dan paru-paru

meningkat.

Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada dapat juga

menyebabkan efusi pleura yang bilateral tapi yang agak sulit menerangkan adalah

kenapa efusi pleuranya lebih sering terjadi pada sisi kanan.

Terapi ditujukan pada payah jantungnya. Bila kelainan jantungnya teratasi dengan

istirahat, digitalis, diuretic, dll. Dan efusi pleura juga segera menghilang. Kadang-

kadang torakosentesis diperlukan juga bila pasien amat sesak.

b) Emboli pulmonal

Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli pulmonal. Keadaan ini

dapat disertai dengan infark paru ataupun tanpa infark. Emboli dapat menyebabkan

menurunnya aliran darah arteri pulmonalis, sehingga terjadi iskemia maupun kerusakan

parenkim paru dan memberikan peradangan dengan efusi yang berdarah ( warna

merah).

Pada bagian paru yang iskemik terdapat juga kerusakan pleura viseralis, keadaan ini

kadang-kadang disertai pleuritik yang berarti pleura parietalis juga ikut terkena.

Disamping itu permeabilitas antara satu ataupun kedua bagian pleura meningkat,

12

Page 13: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

sehingga cairan efusi mudah terbentuk. Adanya nyeri pleuritik dan efusi pleura pa da

emboli pulmonal tidak berarti infark

Paru juga harus terjadi. Cairan efusi biasanya bersifat eksudat, jumlahnya tidak

banyak dan biasanya sembuh secara spontan. Efusi pleura dengan infark paru jumlah

cairan efusinya lebih banyak dan waktu penyembuhan juga lebih lama.

Pengobatan ditujukan terhadap embolinya yakni dengan memberikan obat

antikoagulan dan mengontrol keadaan trombositnya.

c) Hipoalbuminemia

Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuminemia seperti sindrom nefrotik,

malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites serta edema anasarka. Efusi ini terjadi

karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura dibandingkan dengan tekanan

osmotik darah. Efusi ini terjadi kebanyakan bilateral dan cairannya bersifat transudat.

Pengobatan adalah dengan memberikan diuretic dan restriksi pemberian garam.

Pengobatan yang terbaik adalah dengan memberikan infus albumin.

6. Efusi pleura neoplasma

Neoplasma primer atau sekunder ( metastasis ) dapat menyerang pleura dan umumnya

menyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah sesak nafas dan

nyeri dada. Gejala lain adalah akumulasi cairannya kembali dengan cepat walaupun

dilakukan torakosentesis berkali-kali.

Efusi bersifat eksudat tapi sebagin kecil ( 10% ) bisa sebagai transudat. Warna efusi

bisa serosantokrom ataupun hemoragik ( terdapat lebih dari 100.000 sel eritrosit per cc ).

Didalam cairan ditemukan sel-sel limfosit ( yang dominan 0 dan banyak sel mesotelial.

Pemeriksaan sitologi terhadap jenis-jenis neoplasma.

Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleurabpada neoplasma yakni:

Menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap

air dan protein.

Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena

dan getah bening sehingga rongga pleura gagal dalam memindahkan cairan dan

protein.

Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul

hipoproteinema

Efusi pleura karena neoplasma biasanya unilateral tetapi bisa juga bilateral karena

obstruksi saluran getah bening, adanya metastasis dapat mengakibatkan pengaliran cairan

dari rongga pleura via diafragma. Keadaan efusi pleura dapat bersifat maligna. Keadaan ini

13

Page 14: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

ditemukan 10-20% karsinoma bronkus, 8% dari limfoma maligna dan leukemia. jenis-jenis

neoplasma yang menyebabkan efusi pleura:

a. Mesotelioma

Mesotelioma adalah tumor primer yang berasal dari pleura. Tumor ini jarang

ditemukan bila tumor masih terlokalisasi biasanya tidak menimbulkan efusi pleura

sehingga dapat digolongkan sebagai tumor jinak. Sebaliknya bila ia tersebar

( difus )digolongkan sebagai tumor ganas karena dapat menimbulkan efusi pleura yang

maligna.

b. Karsinoma bronkus

Jenis karsinoma ini adalah yang terbanyak menimbulkan efusi pleura. Tumor bisa

ditemukan dalam permukaan pleura karena penjalaran langsung dari paru-paru melalyui

pembuluh getah bening. Efusi dapat juga terjadi tanpa adanya pleura yang terganggu

yakni dengan cara obstruksi pneumonitis atau menurunnya aliran getah bening. Terapi

operasi terhadap tumornya masih dapat dipertimbangkan tetapi bila pada pemeriksaan

sitologi sudah ditemukan cairan pleura pasien tidak dapat dioperasi lagi. Untuk

mengurangi keluhan sesak nafasnya dapat dilakukan torakosentesis secara berulang-

ulang. Tapi sering timbul lagi dengan cepat sebaiknya dipasang pipa torakotomi pada

dinding dada ( risikonya timbul empiema ).tindakan lain untuk mengurangi timbulnya

lagi cairan adalah dengan pleurodesis memakai zat-zat seperti tetrasiklin, talk,

sitistatika, kuinakrin.

c. Neoplasma metastatic

Jenis-jenis neoplasma yang sering bermetastasis kepleura dan menimbulkan efusinya

adalah karsinoma payudara (terbanyak , ovarium, lambung, ginjal, pancreas, dab

bagian-bagian organ lain dalam abdomen.

Efusi dari pleura yang terjadi dapat bilateral. Ganbaran foto mungkin tidak terlihat

bayangan metastasis dijaringan baru karena implantasi dapat mengenai pleura viseralis

saja. Pengobatan terhadap neoplasma metastatic ini sama dengan karsinoma bronkus

yakni dengan kemoterapi dan penanggulangan terhadap efusi pleuranya.

d. Limfoma maligna

Kasus-kasus limfoma maligna ( non Hodgkin dan Hodgkin ) ternyata 30%

bermetastasis kepleura dan juga menimbulkan efusi pleura. Didalam caiaran efusi tidak

selalu terdapat sel-sel ganas seperti pada neoplasma lainnya. Biasanya ditemukan sel-

sel limfosit karena sel ini ikut dalam aliran darah dan aliran getah bening melintasi

14

Page 15: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

rongga pleura. Diantara sel-sel lain yang bermigrasi inilah kadang-kadang ditemukan

sel-sel yang ganas limfoma malignum.

Terdapat beberapa jenis efusi berdasarkan penyebabnya yakni:

Bila efusi terjadi dari implantasi sel-sel limfoma pada permukaan pleura,

cairannya adalah eksudat berisi sel limfosit yang banyak dan sering

hemoragik.

Bila efusi terjadi karena obstruksi saluran getah bening, cairannya bisa

transudat atau eksudat dan ada limfosit.

Bila efusi terjadi karena obstruksi duktus torasikus, cairannya akan

berbentukkilus.

Bila efusi terjadi karena infeksi pleura pada pasien limfoma maligna karena

menurunnya resistensi terhadap infeksi, efusi akan berbentuk empiema akut

atau kronik.

Seperti pada neoplasma lainnya, efusi pleura yang berulang (efusi maligna ) pada

limfoma maligna kebanyakan tidak responsif terhdap tindakan torakostomi dan instilasi

dengan beberapa zat kimia. Keadaan dengan efusi maligna ini mempunyai prognosis yang

buruk.

7. Efusi pleura karena sebab lain-lain

1) Trauma

Efusi pleura dapat terjadi akibat trauma yakni trauma tumpul, laserasi,

luka tusuk pada dada, rupture esophagus karena muntah hebat atau karena

pemakaian alat waktu tindakan esofagoskopi. Jenis cairan dapat berupa serosa

( eksudat/transudat ), hemotoraks, kilotoraks, dan empiema.

Analisis cairan ufusi dapat menentukan lokalisasi trauma, misal pada

ruptura esophagus kadar pH nya rendah ( lebih kurang 6,5 ) karena

terkontaminasi dengan asam lambung, kadar amylase dalam cairan pleura

meningkat karena adanya air ludah ( saliva ) yang tertelan dan masuk kedalam

riongga pleura.

2) Uremia

Salah satu gejala penyakit uremia lanjut adalah poliserositis yang terdiri

dari efusi pleura, efusi perikard, dan efusi peritoneal (asites). Mekanisme

penumpukan cairan ini belum diketahui betul tapin diketahui dengan

timbulnya eksudat terdapat peningkatan permeabilitas jaringan pleura,

perikard atau peritoneum. Yang agak unik adalah cairan masih juga terjadi

15

Page 16: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

walaupun pasien menjalani hemodialisis kronik ( uremianya berkurang ).

Disini cairan malah dapat berubah dari serosa menjadi hemoragik dan

seterusnya terjadi kontriktif pleura/pericardium. Asal darah tidak jelas betul

tapi diperkirakan karena efek antikoagulan/heparin pada pleura/pericardium.

Bila sudah terjadi kontriktif pleura/pericardium penatalaksanaannya adalah

dengan dekortikasi.

Sebagian besar efusi pleura karena uremia tidak memberikan gejala yang

jelas seperti sesak nafas, sakit dada atau batuk. Jumlah efusi bisa sedikit atau

banyak, unilateral atau bilateral.. kadang-kadang dengan dialysis yang teratur

efusi dapat terserap perlahan-lahan. Torakosentesis sewaktu-waktu masih

diperlukan.

3) Miksedema

Efusi pleura dan efusi perikard dapat terjadi sebagi bagian dari penyakit

miksedema. Efusi dapat terjadi tersendiri maupun secara bersama-sama.

Cairan bersifat eksudat dan mengandung protein dengan konsentrasi tinggi.

Limfedema secara kronik dapat terjadi pada tungkai, muka, tangan dan

efusi pleura yang berulang pada satu atau kedua paru. Beberapa pasien dapat

juga kuku jari yang berwarna kekuning-kuningan. Pathogenesis efusi pleura

vbersifat eksudat ini belum diketahui betul, tapi diperkirakan karena adanya

kegagalan aliran getah bening. Didaerah timur tengah terutam pada bangsa

yahudi penyakit diturunkan sebagai secara autosomal resesif dari orang tua ke

anaknya.

Gejala penyakit berupa serangan demam yang berulang, rasa sakit

abdominal dan pleuritis. Pleuritis disini dapat memberikan rasa nyeri pleuritik

dan efusi pleura. Pengobatan bersifat suportif saja dan operasi sebaiknya

dihindarkan.

4) Reaksi hipertensif terhadap obat

Pengobatan dengan nitrofuratoin,metilsergid, praktolol kadang-kadang

memberikan reaksi/perubahan terhadap paru-paru dan pleura berupa radang

dan kemudian juga akan menimbulkan efusi pleura. Bila proses menjadi

kronik bisa terjadi fibrosis paru atau pleura.

Pengobatan dengan hidrazin, prokainamid dan kadang-kadang derngan

definilhidatoin dan isoniazid sering juga menimbulkan pleuritis dan

16

Page 17: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

perikarditid. Radang dan efusi yang timbul dapat menghilang bila pemberian

obat-obatan tersebut dihentikan.

C. Manifestasi Klinik (Brunner & Suddarth, 2000)

Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang

terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat

tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang

beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

a) batuk kadang berdarah

b) demam, menggigil

c) pernafasan yang cepat

d) Lemas progresif disertai penurunan BB

e) Asites

f) Dipsnea

D. Evaluasi Diagnostik (Muttaqin, 2008)

Pada flouroskopi maupun foto thoraks PA cairan yang kurang dari 300cc tidak

bisa terlihat, mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan

kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura lebih

dari 300cc, frenicocostalis tampak tumpul dan diafragma kelihatan meninggi.

Untuk memastikannya, perlu dilakukan dengan foto thoraks lateral dari sisi

yang sakit (lateral dekubitus).

a. Pemeriksaan Radiologi

b. Biopsi pleura

Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura melalui biopsi

jalur perkutaneus. Biopsy ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel- sel

17

Page 18: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

ganas atau kuman- kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan

tumor pleura).

c. Pengukuran fungsi paru (spirometri)

Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara resudial ke kapasitas total

paru, dan penyakit pleural pada tuberculosis kronis tahap lanjut.

Kapasitas total paru adalah volume maksimal pengembangan paru- paru

dengan usaha inspirasi yang sebesar- besarnya kira- kira 5800 ml. (Syaifuddin,

2009)

d. Pemeriksaan laboratorium

Memeriksa cairan pleura agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisa

cairan pleura dapat dinilai untuk mendeteksi kemungkinan penyebab dari efusi

pleura. Pemeriksaan cairan pleura hasil thorakosentesis secara makroskopis

biasanya dapat berupa cairan hemoragi, eksudat, dan transudat.

Haemorragic pleural effusion, biasanya terjadi pada klien dengan

adanya keganasan paru atau akibat infark paru terutama disebabkan

tuberculosis.

Yellow exudates pleural effusion, terutama terjadi pada keadaan gagal

jantung kongestif, sindrom nefrotik, hipoalbuminemia, dan perikarditis

konstriktif.

Clear transudate pleural effusion, sering terjadi pada klien dengan

keganasan ekstrapulmoner.

e. Pemeriksaan darah

Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang

sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih

dibwah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai

sembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih tinggi.

Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan

anemia ringan dengan gambaran normokron dan normositer, gama globulin

meningkat dan kadar natrium darah menurun.

f. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya

kuman BA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA

18

Page 19: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada

satu sediaan.

E. Patofisiologi dan Web of Causion (WOC) secara teoritis

Patofisiologi terjadinya efusi pleura bergantung pada keseimbangan antara

cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura

dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini

terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstisial

submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk kedalam rongga pleura. Selain

itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.

Pada umumnya efusi karena penyakit pleura hamper mirip plasma (eskudat),

sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat).

Efusi yang berhubungan dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas

pleura parietalis sekunder (akibat samping )terhadap peradangan atau adanya

neoplasma.

Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh

peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah,

sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar

pleura dapat menyebabkan hemotoraks.

Proses terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli dekat pleura

perietalis sehingga udara akan masuk kedalam rongga pleura. Proses ini sering

disebabkan oleh trauma dada atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastis

lagi seperti pada pasien emfisema paru.

Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan

primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialysis

peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan, perikarditis konstriktiva,

keganasan , atelektasis paru dan pneumotoraks .

Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan

permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial

berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan kedalam rongga

pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena

mikobakterium tuberculosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa.

Sebab lain seperti parapneumonia, parasit(amuba, paragonimiosis, ekinokokus),

jamur, pneumonia atipik(virus, mikoplasma, fever, legionella), keganasan paru, proses

19

Page 20: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

imunologik seperti leuritis lupus, pleuritis rematoid, sarkoidosis, radang sebab lain

seperti pancreatitis, asbestosis, pleuritis uremia dan akibat radiasi.

Klien dengan pleura normal pun dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi

payah/gagal jantung kongestif. Saat jantung tidak dapat memompakan darahnya

secara maksimal keseluruh tubuh maka akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik

pada kapiler yang selanjutnya timbul hipertensi kapiler sistemik dan cairan yang

berada dalam pleura, ditambah dengan adanya penurunan reabsorbsi cairan tadi oleh

kelenjar limfe dipleura mengakibatkan pengumpulan cairan yang

abnormal/berlebihan. Hipoalbuminemia (misal pada klien nefrotik sindrom,

malabsorbsi natau keadaan lain dengan asites dan edema anasarka) akan

mengakibatkan terjadinya peningkatan pembentukan cairan pleura dan reabsorsi yang

berkurang. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan pada tekanan onkotik

intravaskular yang mengakibatkan cairan akan lebih mudah masuk kedalam rongga

pleura.

Luas efusi yang mengancam volume paru, sebagian akan bergantung pada

kekakuan relative paru dan dinding dada. Pada volume dalam batas pernafasan normal

dinding dada cenderung recoil keluar sementara paru-paru cenderung untuk recoil

kedalam.

Web of causion (Muttaqin, 2008)

20

Karsinoma

Mediastinum

Karsinoma paru

Gagal jantung kiri

Gagal ginjal

Gagal fungsi hati

TB paru

Pneumonia

Ateleksis

Inflamasi Peningkatan permeabilitas kapiler

Peningkatan tekanan hidrostatik dipembuluh

darah

Ketidakseimbangan jumlah produksi cairan dengan

absorbsi yang bisa dilakukan pleura viseralis

Tekanan osmotic koloid menurun

Tekanan negative intrapleura

Peningkatan permeabilitas kapiler Akumulasi/penimbunan

cairan di kavum pleura

Page 21: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura

Tujuan: dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intevensi pola nafas klien dapat

normal.

Kriteria evaluasi:

Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada dalam batas normal, pada

pemeriksaan rontgen thoraks tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, dan bunyi

napas terdengar jelas.

Rencana Intervensi Rasioanl

Identifikasi factor penyebab Dengan mengidentifikasi penyebab, kita

21

Gangguan ventilasi (pengembangan paru tidak optimal), ganguan difusi, distribusi, dan transportasi oksigen

System saraf pusat

System pernapasan

Pa O2 menurun

PCO2 meningkat

Sesak nafas

Peningkatan produksi secret

Pola nafas tidak efektif

Jalan nafas tidak efektif

Pertukaran gas tidak efektif

Penurunan suplai oksigen ke otak

Hipioksia serebral

Resiko gangguan pefusi serebral

System pencernaan

Metabolisme Meningkat

Kebutuhan energi meningkat

Gangguan pemenuhan nutrisi

System

Muskilokeletall

Penurunan suplai oksigen

ke jaringan

peningkatan metabolism

anaerob

Peningkatan produksi asam

laktat

Kelemahan fisik umum

Intoleransi aktivitas

Respon

Psikososial

Sesak nafas

Tindakan invasif

Koping tidak efektif

Kecemasan Sesak nafas

Page 22: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

dapat menentukan jenis efusi pleura

sehingga dapat mengambil tindakan yang

tepat

Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman

pernapasan, serta melaporkan setiap

perubahan yang terjadi

Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan

kedalaman pernapsan kita dapat

mengetahui sejauh mana perubahan

kondisi klien.

Baringkan klien dengan kondisi yang

nyaman, dalam posisi duduk, dengan

kepala tempat tidur ditinggikan 60-90o

atau miringkan kearah sisi yang sakit

Penurunan diafragma dapat memperluas

daerah dada sehingga ekspansi paru bisa

maksimal.

Miring kearah sisi yang sakit dapat

menghindari efek penekanan gravitasi

cairan sehingga ekspansi dapat maksimal

Observasi tanda- tanda vital ( nadi dan

pernapasan)

Peningkatan frekuensi napas dan

takikardi merupakan indikasi adanya

penurunan fungsi paru.

Lakukan auskultasi suara napas tiap 2-4

jam .

Auskultasi dapat menentukan kelainan

suara napas pada bagian paru

Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan

napas dalam yang efektif

Menekan daerah yang nyeri ketika batuk

atau napas dalam. Penekanan otot- otot

dada serta abdomen membuat batuk

lebih efektif.

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk

pemberian O2 dan obat-obatan serta foto

thoraks

Pemberian O2 dapat menurunkan beban

pernapasan dan mencegah terjadinya

sianosis akibat hipoksia.

Dengan foto thoraks, dapat di monitor

kemajuan dari berkurangnya cairan dan

kembalinya daya kembang paru

Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis Tindakan thorakosentesis atau fungsi

pleura bertujuan untuk menghilangkan

sesak napas yang disebabkan oleh

akumulasi cairan dalam rongga pleuraa.

22

Page 23: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungang dengan sekresi mucus yang

kental, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema tracheal/faringeal.

23

Page 24: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi, bersihan jalan nafas

kembali efektif.

Kriteria evaluasi :

Klien mampu melakukan batuk efektif

Pernafasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu

nafas. Bunyi nafas normal, Rh-/- dan pergerakan pernafasan normal.

Rencana intervensi Rasional

Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas,

kecepatan, irama, kedalaman, dan

penggunaan otot bantu nafas.

Penurunan bunyi nafas menunjukkan

atelektasis,ronkhi menunjukkan

akumulasi secret dan ketidakefektifan

pengeluaran sekresi yang selanjutnya

dapat menimbulkan penggunaan otot

bantu nafas dan peningkatan kerja

pernafasan.

Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi,

catat karakter dan volume sputum

Pengeluaran akan sulit bila sekret sangat

kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak

adekuat).

Berikan posisi semifowler/fowler tinggi

dan bantu klien latihan nafas dalam dan

batuk efektif.

Posisi fowler memaksimalkan ekspansi

paru dan menurunkan upaya bernafas.

Ventilasi maksimal membuka area

atelektasis dan meningkatkan gerakan

sekret kedalam jalan nafas besar untuk

dikeluarkan.

Pertahankan intake cairan sedikitnya

2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan.

Hidrasi yang adekuat membantu

mengencerkan sekret dan mengefektifkan

pembersihan jalan nafas.

Bersihkan sekret dari mulut dan trachea

bila perlu lakukan pengisapan ( suction ).

Mencegah obstruksi dan aspirasi.

Pengisapan diperlukan bila klien tidak

mampu mengeluarkan sekret. Eliminasi

lendir dengan suction sebaiknya

dilakukan dalam jangka waktu kurang

dari 10 menit dengan pengawasan efek

samping suction.

Kolaborasi pemberian obat sesuai Pengobatan antibiotik yang ideal adalah

24

Page 25: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

indikasi: obat antibiotic dengan adanya dasar dari tes uji resistensi

kuman terhadap jenis antibiotik sehingga

lebih mudah mengobati pneumonia.

Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan

dan perlengketan sekret paru untuk

memudahkan pembersihan.

Bronkodilator: jenis aminofilin via

intravena

Bronkodilator meningkatkan diameter

lumen percabangan trakheobronkhial

sehingga menurunkan tahanan terhadap

aliran udara.

Kortikosteroid Kortikosteroid berguna pada hipoksemia

dengan keterlibatan luas dan bila reaksi

inflamasi mengancam kehidupan.

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan

diagnostik dan rencana pengobatan

Tujuan : Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan

Kriteria Hasil :

- Klien mengetahui tentang proses penyakit, program pengobatan penyakitnya.

- Kecemasan klien menurun

Rencana Intervensi Rasional

Jelaskan hal – hal mengenai penyakit

pada pasien dan pengobatan

Mengorientasi program pengobatan.

Membantu menyadarkan klien untuk

memperoleh kontrol.

Ajarkan tindakan yang dapat

mengontrol dispnea

Pengontrolan dispnea melalui pengontrolan

seimbang, istirahat cukup dan aktivitas dapat

ditoleransi

Kaji patologi masalah individu Informasi menurunkan takut karena

ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan

25

Page 26: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

dasar untuk pemahaman kondisi dinamik.

Kaji ulang tanda / gejala yang

memerlukan evaluasi medik

cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba,

dispnea, distres pernapasan lanjut

Berulangnya efusi pleura memerlukan

intervensi medik untuk mencegah /

menurunkan potensial komplikasi.

Kaji ulang praktik kesehatan yang

baik, istirahat

Mempertahanan kesehatan umum

meningkatkan penyembuhan dan dapat

mencegah kekambuhan.

Identifikasi kemungkinan kambuh /

komplikasi jangka panjang

Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat

dan keganasan dapat meningkatkan insiden

kambuh.

Perubahan nurtisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kelemahan, dispneu, anorexia.

Tujuan : memuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai kebutuhan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh teratasi dengan kriteria:

- BB meningkat

- Melakukan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat

Rencana Intervensi Rasionalisasi

Catat status nutrisi pasien Berguna dalam mendefenisikan derajat /

luasnya masalah dan pilihan intervensi yang

berguna.

Awasi masukan / pengeluaran dan BB

secara periodic

Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi

dan dukungan cairan.

Selidiki anoreksia, mual, muntah, dan

catat kemungkinan hubungan dengan

obat. Awasi frekuensi, volume dan

konsistensi feses.

Dapat mempengaruhi pilihan diet dan

mengidentifikasi area pemecahan masalah

untuk meningkatkan pemasukan /

penggunaan nutrient.

26

Page 27: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

Berikan perawatan mulut sebelum dan

sesudah tindakan pernapasan.

Menurunkan rasa tak enak karena sisa

sputum atau obat untuk pengobatan respirasi

yang merangsang pusat muntah.

Anjurkan makan sedikit dan sering

dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat.

Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa

kelemahan yang tak perlu / kebutuhan energi

dari makanan banyak dan menurunkan iritasi

gaster.

Rujuk ke ahli gizi untuk komposisi

diet.

Untuk mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

individu untuk meningkatkan penyembuhan.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi

pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum

Tujuan : Dapat beraktivitas sebagaimana biasanya

Kriteria Evaluasi :

Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengan daya tahan tubuh,

penghematan energi,dan perawatan diri

Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat dicapai atai dipertahankan secara

realistis

-Menampilkan aktivitas sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya eliminasi

dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi

-Mengurangi dispnea

Rencana Intervensi Rasionalisasi

Jelaskan aktivitas dan faktor yang

dapat meningkatkan kebutuhan

Merokok, suhu ekstrim dan stre

menyebabkan vasokonstruksi pembuluh

27

Page 28: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

oksigen. garah dan peningkatan beban jantung.

Anjurkan program hemat energy, buat

jadwal aktifitas harian, tingkatkan

secara bertahap

Mencegah penggunaan energi berlebihan

Ajarkan teknik napas efektif Mempertahankan pernapasan lambat dengan

tetap mempertahankan latihan fisik yang

memungkinkan peningkatan kemampuan otot

bantu pernapasan

Pertahankan terapi oksigen tambahan Meningkatkan oksigenasi tanpa

mengorbankan banyak energi

Beri waktu istirahat yang cukup Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah

keletihan

Rangguan perfusi cerebral berhubungan dengan inadekuat sirkulasi oksigen ke otak

Tujuan : pemenuhan kebutuhan oksigen ke otak dapat terpenuhi

Kriteria hasil :

- status mental baik

- Fungsi sensorik dan motorik baik

- Tingkat kesadaran klien baik

Rencana intervensi Rasionalisasi

Kaij tingkat kesadaran dengan klien

dengan GCS (Glasgow coma scale)

hipoksia yang parah dapat menyebabkan

perubahan tingkat kesadaran, koma dan

dapat fatal.

Pantau tanda- tanda vital secara teratur peningkatan RR dan takikardi merupakan

adanya indikasi penurunan fungsi paru.

peningkatan TD terjadi karena

peningkatan TIK, jika diikuti oleh

penurunan kesadaran. Demam dapat

28

Page 29: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

mencerminkan kerusakan hipotalamus

Periksa respon dan ukuran pupil terhadap

rangsangan cahaya

Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial

okulomotor (III) dan berguna untuk

menentukan batang otak tersebut semakin

baik. Ukuran dan kesamaan pupil

ditentukan oleh keseimbangan antara

persarafan simpatis dan parasimpatis

yang mempersarafi.

Pertahankan posisi kepala dalam keadaan

netral dengan bantalan kecil (posisi

elevasi)

Menurunkan tekanan arteri dengan

meningkatkan drainase dan meningkatkan

sirkulasi atau perfusi serebral.

Cegah pasien untuk mengedan, batuk

keras, berikan periode istirahat cukup,

lingkungan nyaman

Batuk dan mengejan dapat meningkatkan

tekanan intracranial dan potensi terjadi

pendarahan

F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan (Brunner & Suddarth, 2000)

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyabab yang mendasari untuk

mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman

serta dispnea. Pengobatan spesifik diarahkan pada penyebab yang mendasari.

1) Torasentesis, ditujukan untuk pengobatan penyakit dasar dan pengosongan

cairan. Indikasi untuk melakukan torakosentesis adalah: (1) menghilangkan

sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleura, (2)

bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal, (3) bila

terjadi reakumulasi cairan.

29

Page 30: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

2) Selang dada dan drainase water –seal mungkin diperlukan untuk

pneumotoraks (kadang merupakan akibat torasentesis berulang).

Water Seal Drainase

WSD (Water Seal Drainase) adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk

mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada.

Indikasi :

- Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus.

- Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah thorak

- Efusi pleura

- Empiema Karen penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

Tujuan pemasangan WSD:

Untuk mengeluarkan udara, caiaran atau darah rongga pleura.

Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura.

Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian.

Untuk mencegah reflex drainase kembali kedalam rongga dada.

Tempat pemasangan WSD:

a. Apical

Letak selang pada interkosta III mid klavikula

Dimasukkan secara antero lateral

Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

b. Basal

Letak selang pada interkostal V-V1 atau interkostal VIII-IX mid aksiller

Fungsi: untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

30

Page 31: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

Jenis WSD:

1. Sistem 1 botol .sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan

pada pasien dengan simple pneumotoraks

2. System dua botol pada system ini btol pertama mengumpulkan

cairan/drainase dan botol kedua adalah botol waterseal

3. System tiga botol , botol penghisap control ditambahkan kesistem dua

botol.sistem tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah

penghisapan.

Komplikasi pemasangan WSD:

1. Komplikasi primer: perdarahan, edema paru, tension pneumotoraks, atrial

aritmia

2. Komplikasi sekunder: infeksi, emfiema

3) Obat dimasukkan kedalam ruang pleural untuk mengobliterasi ruang pl;eura

dan mencegah penumpukan cairan lebih lanjut.

4) Modalitas pengobatan lainnya: Radiasi dinding dada, operasi pleurektomi dan

terapi diuretic.

Intervensi Keperawatan

1.Terapkan regimen obat-obatan

a. Siapkan dan posisikan pasien untuk torasentesis.

b. Berikan dukungan sepanjang prosedur.

2. Bantu pasien dalam peredaan nyerinya

a. Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya.

b. Berikan obat nyeri sesuai yang diharuskan dan kebutuhan.

3. Pantau drainase selang dada dan system water-seal ,catat jumlah drainase pada

interval yang diharuskan.

4. Lakukan auhan keperawatan yang berhubungan dengan penyebab yang

mendasari efusi pleural.

Kata – Kata Sulit (Tahap Seven Jump I )

31

Page 32: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

1) efusi: keluarnya cairan menuju suatu bagian atau jaringan sebagai edukasi atau

transudasi.

2) Pleura: membrane serosa yang membungkus paru dan melapisi rongga toraks

sepenuhnya membungkus rongga potensial yang dikenal sebagai rongga pleura.

3) Thoraks: bentuk gabung yang menunjukkan hubungan dengan dada.

4) Serous: menghasilkan atau mengandung serum seperti kelenjar dan kista serosa.

5) Granuloma: kumpulan makrofag modifikasi yang menyerupai sel epitel biasanya

dikelilingi oleh lingkaran sel limfosit.

6) Atelectasis: pembesaran paru atau sebagian paru yang tidak lengkap ini mungkin

terjadi secara congenital (primer), sekunder atau sebagai keadaan yang didapat.

7) Pneumotorak: pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura.

8) Legionella: penyakit yang menyerupai pneumonia.

9) Abestosi: bentuk pneumoconiosis (silikatosis) disebabkan oleh penghirupan serat-

serat asbes yang ditandai dengan fibrosis interstisial paru yang bervariasi luasnya dari

terkenanya daerah basal kecil sampai pembentukan jaringan parut yang luas ini

dikaitkan dengan mesotelioma pleura.

10) Pneumonia: radang paru dengan konsolidasi.

11) Dekompresi: mengurangi tekanan.

12) Sarkoidosis: retikulosis granulomatosa sistemik yang kronik progresif tanpa sebab

yang jelas ditandai denga tuberkel keras ,hampir semua organ/jaringan termasuk kulit,

paru, kelenjar, getah bening, hati, limfa, mata dan tulang-tulang kecil tangan dan kaki.

Merumuskan pertanyaan (Tahap Seven Jump II)

1) Mengapa klien dengan efusi Pleura sulit untuk tarik nafas dalam atau bahkan sesak

nafas?

2) Penyakit apa saja yang anda ketahui yang bisa menyebabkan efusi pleura?

3) Kenapa efusi pleura itu bisa terjadi?

32

Page 33: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

BAB III

KASUS

A. Bapak L mengeluh susah untuk tarik nafas dalam. Dada kelihatan seperti tong. Saat

dilakukan perkusi dada bagian kanan suara redup dan dilakukan auskultasi tidak ada

terdengar udara saat inspirasi dan ekspirasi. Diding dada sebelah kanan selalu

tertinggal saat tarik nafas.

B. Pengkajian

Data Subjektif : Bapak L mengeluh susah saat tarik nafas dalam.

Data Objektif :

Inspeksi : dada kelihatan seperti tong, dinding dada sebelah kanan selalu

tertinggal saat bernafas.

Auskultasi : Tidak ada terdengar udara saat inspirasi dan ekspirasi

Perkusi : dada bagian kanan suara redup.

C. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 DS: - Tn.L mengeluh susah

tarik nafas dalam.

DO:

- Tidak ada terdengar suara

saat inspirasi dan ekspirasi

- Dada bagian kanan suara

redup

- dada seperti tong

Penumpukan cairan di

rongga pleura

Tekanan intrapleural

Efusi Pleura

Ekspansi paru menurun dan

asimetris gerakan paru

Pertukaran O2 di alveoli

menurun

Dypnea

Pola nafas tidak efektif

pola nafas tidak

efektif

2 DS: - Tn.L mengeluh susah Nyeri

33

Page 34: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

tarik nafas dalam.

DO:

- Tidak ada terdengar suara

saat inspirasi dan ekspirasi

- Dada bagian kanan suara

redup

-dinding dada sebelah kanan

selalu tertinggal saat

bernafas.

Penumpukan cairan di

rongga pleura

Tekanan intrapleural

Efusi Pleura

Penurunan ekspansi paru

Pengeluaran zat-zat

vasoaktif(bradikinin,

serofinin)

Merangsang ujung-ujung

saraf bebas

nyeri

D. Web Of Caution (WOC)

Peningkatan cairan pleural

penumpukan cairan dirongga pleura

Tekanan intrapleura

Efusi Pleura

Ekspansi Paru Menurun

34

Page 35: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

pertukaran gas di alveos pengeluaran zat vasoaktif ( bradikinin/ serofinin)

Dyspnea

Merangsang ujung-ujung saraf bebas

E. Asuhan Keperawatan

Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura

Tujuan: dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intevensi pola nafas klien dapat

normal

Kriteria evaluasi:

Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada dalam batas normal, pada

pemeriksaan rontgen thoraks tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, dan bunyi

napas terdengar jelas.

Rencana Intervensi Rasioanl

Identifikasi factor penyebab Dengan mengidentifikasi penyebab, kita

dapat menentukan jenis efusi pleura

sehingga dapat mengambil tindakan yang

tepat

Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman

pernapasan, serta melaporkan setiap

perubahan yang terjadi

Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan

kedalaman pernapsan kita dapat

mengetahui sejauh mana perubahan

kondisi klien.

Baringkan klien dengan kondisi yang

nyaman, dalam posisi duduk, dengan

kepala tempat tidur ditinggikan 60-90o

Penurunan diafragma dapat memperluas

daerah dada sehingga ekspansi paru bisa

35

Pola nafas tidak efektif nyeri

Page 36: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

atau miringkan kearah sisi yang sakit maksimal.

Miring kearah sisi yang sakit dapat

menghindari efek penekanan gravitasi

cairan sehingga ekspansi dapat maksimal

Observasi tanda- tanda vital ( nadi dan

pernapasan)

Peningkatan frekuensi napas dan

takikardi merupakan indikasi adanya

penurunan fungsi paru.

Lakukan auskultasi suara napas tiap 2-4

jam .

Auskultasi dapat menentukan kelainan

suara napas pada bagian paru

Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan

napas dalam yang efektif

Menekan daerah yang nyeri ketika batuk

atau napas dalam. Penekanan otot- otot

dada serta abdomen membuat batuk

lebih efektif.

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk

pemberian O2 dan obat-obatan serta foto

thoraks

Pemberian O2 dapat menurunkan beban

pernapasan dan mencegah terjadinya

sianosis akibat hipoksia.

Dengan foto thoraks, dapat di monitor

kemajuan dari berkurangnya cairan dan

kembalinya daya kembang paru

Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis Tindakan thorakosentesis atau fungsi

pleura bertujuan untuk menghilangkan

sesak napas yang disebabkan oleh

akumulasi cairan dalam rongga pleuraa.

Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d. terangsangnya saraf intratoraks sekunder

terhadap iritasi pleura

Tujuan : nyeri yang di rasakan dapat teratasi/ berkurang.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharap nyeri berkurang/hilang dengan kriteria:

- Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol

- Klien tampak rileks dan tidur / istirahat dengan baik

- Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/dibutuhkan

Rencana Intervensi Rasionalisasi

Tanyakan pasien tentang nyeri. Membantu dalam evaluasi gejala nyeri

36

Page 37: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

Tentukan karakteristik nyeri, mis,

terus menerus, sakit, menusuk,

terbakar. Buat rentang intensitas pada

skala 0-10

karena peregangan pleura yang melibatkan

saraf. Penggunaan skala rentang membantu

klien dalam mengkaji tingkat nyeri dan

memberikan alat untuk evaluasi keefektifan

analgesic, meningkatkan kontrol nyeri

Kaji pernyataan verbal dan nonverbal

nyeri pasien.

Ketidaksesuaian antara petunjuk verbal/non-

verbal dapat memberikan petunjuk derajat

nyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi.

Evaluasi keefektifan pemberian obat.

Dorong pemakaian obat dengan benar

untuk mengontrol nyeri; ganti obat

atau waktu sesuai ketepatan.

Persepsi nyeri dan hilangnya nyeri adalah

subjektif dan pengontrolan nyeri yang terbaik

merupakan keleluasan pasien. Bila pasien

tidak mampu memberikan masukan, perawat

harus mengobservasi tanda psikologis dan

fisiologis nyeri dan memberikan obat

berdasarkan aturan.

Dorong menyatakan perasaan tentang

nyeri.

Takut/masalah dapat meningkatkan tegangan

otot dan menurunkan ambang nyeri.

Berikan tindakan kenyamanan, mis.,

sering ubah posisi, pijatan punggung,

sokongan bantal. Dorong penggunaan

teknik relaksasi, mis., visualisasi,

bimbingan imajinasi, dan aktivitas

hiburan yang tepat.

Meningkatkan relaksasi dan pengalihan

perhatian. Menghilangkan ketidaknyamanan

dan meingkatkan efek terapeutik analgesic.

Jadwalkan periode istirahat. Berikan

lingkungan yang tenang.

Penurunan kelemahan dan menghemat

energy, meningkatkan kemampuan koping.

37

Page 38: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

Bantu aktivitas perawatan diri,

pernapasan/latihan tangan, dan

ambulasi.

Mencegah kelemahan yang tak perlu dan

regangan. Mendorong dan membantu fisik,

mungkin diperlukan untuk beberapa waktu

sebelum pasien mampu / cukup percaya

untuk melakukan aktivitas ini karena

nyeri/takut nyeri.

F. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi

Pengelolaan secara farmakologi efusi pleura tergantung pada etiologi kondisinya.

Sebagai contoh penatalaksanaan nitrat (Nitrogliceryn) dan diuretic (Furosemide) untuk gagal

jantung kongerstif dan edema paru, anti biotic untuk efusi parapneumonia dan empiema dan

anti koagulan untuk (heparin) untuk emboli paru.

Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap

penyebabnya. Jika jumlah cairannya banyak sehingga menyebabkan penekanan maupun

sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).

Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebiah jarum (atau selang)

dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakan

diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika

jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dikeluarkan lebih banyak, maka

dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.

Adapun penatalaksanaan pada pasien efusi pleura salah satunya bisa tirah baring,

tujuannya untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan aktifitas akan

meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dyspnea akan semakin meningkat pula. Selain itu

juga dapat melakukan distraksi. Distraksi adalah teknik mengalihkan perhatian klien ke hal

lain terutama hal yang menyenangkan dengan tujuan untuk menurunkan kewaspadaan

terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

G. Health Education

1) Penkes mengenai apa itu efusi pleura.

2) Penkes mengenai factor- factor yang menyebabkan efusi pleura

38

Page 39: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

3) Penkes gejala efusi pleura.

4) Penkes mengenai pengobatan efusi pleura.

H. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari ini, maka diharapkan seluruh mahasiswa keperawatan mampu

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan efusi pleura.

39

Page 40: MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, MC dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta : EGC

Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Jakarta : Salemba Medika

Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta: Interna Publishing

Price, SA & Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit.

Jakarta: EGC

Somantri, I. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan edisi 2. Jakarta :

Salemba Medika

40