makalah audit manajemen lingkunagan
TRANSCRIPT
MANAJEMEN AUDIT LINGKUNGANDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
MANAJEMEN AUDIT
Disusun Oleh :
1 Muhammad Ramdan Fauji 11.322.016
2 Zuliaseh 11.322.069
3 Rinda Ariyani 11.322.071
4 Inas Pratiwi Anggreheni 12.322.070
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Audit Lingkungan
Dalam dunia yang modern ini banyak akan permasalahan yang dihadapi
setiap pribadi atau organisasi, salah satu dari permasalahan tersebut adalah
lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan hidup telah menjadi bagian dalam
kehidupan manusia, bahkan saat ini masalah lingkungan telah menjadi isu global
dan penting untuk dibicarakan karena menyangkut kepentingan seluruh umat
manusia.
Dulu hutan-hutan di Indonesia masih rindang. Air yang mengalir di kali
relatif jernih, bahkan banyak orang di sekeliling kali menggunakannya, bukan
hanya untuk memasak dan mencuci, tetapi juga untuk diminum. Kini hutan
rindang tak mudah ditemukan lagi, sekalipun di Kalimantan dan Papua. Berbagai
jenis tumbuh-tumbuhan kian hari kian merana. Hutan dibabat dan tanahnya digali,
karena di dalam tanah terdapat tambang minyak, emas dan batu bara.
Tambang-tambang itu dijadikan sebagai salah satu obyek untuk dikuras,
karena dapat dijadikan salah satu indikator kemajuan perekonomian dan
teknologi. Negara berkembang seperti Indonesia ikut terjebak dengan teori itu.
Tambang segera diambil, meskipun dengan mengorbankan hutan-hutan yang
rindang tersebut. Apa yang terjadi kemudian? Hutan yang dulu rindang kini
menjadi gundul. Kali yang dulu mengalir dengan air bersih, kini hampir tidak ada
lagi. Jika terdapat air mengalir, itupun sudah tercampur dengan berbagai limbah
yang mengandung kimia membahayakan untuk kesehatan manusia. Bahkan
tragisnya, di saat tambang sudah dikuras, perekonomian tak beranjak maju, tetapi
justru jumlah penduduk miskin bertambah.
Oleh karena itulah audit lingkungan merupakan alat untuk memverifikasi
secara obyektif upaya manajemen lingkungan dan dapat membantu mencari
langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan kinerja lingkungan, berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan. Audit lingkungan sebagai proses menentukan
apakah semua tingkat atau tingkat yang dipilih dari suatu organisasi menaati
persyaratan peraturan dan kebijakan serta standar internal yang merupakan suatu
komponen yang berkekuatan dari program manajemen lingkungan.
Audit lingkungan juga merupakan salah satu upaya proaktif perusahaan untuk
perlindungan lingkungan yang akan membantu meningkatkan kinerja operasional
perusahaan terhadap lingkungan, dan pada akhimya dapat meningkatkan citra
positif perusahaan. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan yang
melatar belakangi audit lingkungan sebagai dasar evaluasi. Yaitu evaluasi kinerja
perusahaan terhadap lingkungan disekitarnya, dengan demikian perusahaan akan
dinilai positif dari lembaga yang bersangkutan.
Latar belakang audit lingkungan menurut Kep. Men.LH 42/1994 :
a. Setiap bidang usaha wajib memelihara kelestarian lingkungan.
b. Audit lingkungan suatu perangkat pengelolaan lingkungan.
c. Audit lingkungan dapat membantu menemukan penyelesaian masalah
lingkungan hidup.
1.2 Rumusan Masalah Audit Lingkungan
Audit lingkungan hidup mempunyai cakupan yang luas dalam
pembahasannya. Oleh karena itu kelompok kami sudah membatasi masalah yang
akan dibahas dengan rumusan masalah yaitu, “Apa pengertian, manfaat, cara kerja
dalam manajemen serta pengaplikasian dari audit lingkungan?”
1.3 Tujuan Audit Lingkungan
Dalam buku “The Environmental Audit and Bussiness Strategy, a Total
Quality Approach” (1992, hal 72 & 73), Grand Ledgerwood mengemukakan
bahwa audit lingkungan mempunyai 3 tujuan yang luas, yaitu :
a. Ketaatan terhadap peraturan,
b. Bantuan dalam akuisisi dan penjualan aktiva,
c. Pengembangan korporat terhadap misi penghijauan.
BAB II
PEMBAHASAN
AUDIT LINGKUNGAN
2.1 Definisi dan Sifat Audit Lingkungan
2.1.1 Definisi Audit Lingkungan
Menurut Kep. Men.LH 42/1994, Audit lingkungan adalah suatu alat
manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik
dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi sistem manajemen dan
peralatan dengan tujuan menfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan
upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian pemanfaatan kebijakan
usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan
lingkungan.
Beberapa definisi yang diberikan mengenai audit lingkungan adalah sebagai
berikut:
Menurut The International Chamber of Commerce 1989
Audit lingkungan merupakan pengujian yang sistematis dari interaksi antara setiap
operasi usaha dengan keadaan sekitarnya.
Rob Gray, Jan Bebbington dan Diane Walters
Dalam buku “Accounting for the Enviroment” (1993, hal 104) Audit lingkungan
merupakan suatu penilaian yang sistematis, objektif dan didokumentasikan
mengenai dampak dan aktivitas usaha anda terhadap lingkungan.
2.1.2 Sifat Audit Lingkungan
Apapun nama yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu program audit
lingkungan
-“audit”, “review”, “surveillance”, “survey”, “assessment”, “evaluation”, atau
appraisal”- poin penting ialah program demikian mengaudit dan menelaah status
lingkungan dari fasilitas individual.
Salah satu perbedaan utama antara audit lingkungan dan tipe audit yang lain
adalah eksistensi dan ketiadaan standar. Terdapat sedikit standar untuk audit
lingkungan. Audit keuangan mempunyai standar yang disebarluaskan oleh badan
standar akuntansi yang berwenang. Perbedaan yang lain adalah jumlah sistem
yang ada. Sistem akuntansi keuangan yang rinci dan terkoordinasi yang berjalan
dapat menjadi sasaran audit keuangan. Namun, diluar hal-hal seperti data
pengendalian polusi, persetujuan dan MOU (Memorandum of Understanding),
sacara tipikal terdapat sedikit informasi lingkungan relative yang dapat diaudit.
2.2 Auditing sebagai Komponen dari Manajemen Lingkungan
Suatu sistem Manajemen Lingkungan merupakan metode untuk menuntun
suatu organisasi untuk mencapai dan mempertahankan kinerja sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai tanggapan terhadap peraturan yang
secara konstan berubah, sosial, keuangan, ekonomi dan tekanan kompetitif, dan
resiko lingkungan. Apabila beroperasi secara efektif, suatu sistem manajaemen
lingkungan korporat memberikan manajemen dan dewan direksi pengetahuan,
yaitu:
a. Perusahaan menaati hukum dan peraturan lingkungan.
b. Kebijakan dan prosedur secara jelas didefinisikan dan diumumkan ke
seluruh organisasi.
c. Resiko korporat yang berasal dari resiko lingkungan dinyatakan dan
berada dibawah pengendalian.
d. Perusahaan mempunyai sumberdaya dan staff yang tepat untuk pekerjaan
lingkungan, menggunakan sumber daya tersebut, dan dapat
mengendalikan masa depan sumber daya tersebut.
Sistem manajemen lingkungan terdiri dari beberapa fungsi, yaitu:
Perencanaan
Menetapkan tujuan, menentukan kebijakan, mendefinisi prosedur, dan
menetapkan anggaran program.
Mengorganisasi
Menetapkan struktur organisasi, melukiskan peranan dan tanggung jawab,
menciptakan deskripsi posisi, menetapkan kualifikasi posisi dan melatih staff.
Menuntun dan Mengarahkan
Mengkoordinasi, memotivasi, menetapkan prioritas, mengembangkan standar
kinerja, mendelegasi dan mengelola perubahan.
Mengkomunikasikan
Mengembangkan dan mengimplementasikan saluran komunikasi yang efektif
dalam korporat, dalam divisi, dan dengan kelompok eksternal, termasuk pengatur
apabila sesuai.
Mengendalikan dan Menelaah
Mengukur hasil, menyatakan kinerja, mendiagnosis masalah, mengambil tindakan
korektif dan secara sengaja mencari cara-cara untuk belajar dari kesalahan masa
lalu serta dengan demikian menciptakan perbaikan dalam sistem.
2.3 Falsafah Manajemen Lingkungan Dasar
Menurut J. Ladd. Greno dan kawan-kawan, falsafah manajemen lingkungan dasar
dibedakan menjadi 3 hal seperti berikut,
Pemecahan Masalah
Fokus utamanya pada pemecahan masalah lingkungan yang segera dan paling
dikenal dan menghindari biaya yang tidak perlu, yang diakibatkan oleh staff yang
meningkat atau pengeluaran modal. Disini, sistem manajemen lingkungan
cenderung tidak formal, dan tanggung jawab untuk manajemen lingkungan
sebagian besar terletak pada pengacara, insinyur dan spesialis lain yang cenderung
memfokuskan pada masalah dan perhatian pabrik. Mereka cenderung hanya
menekankan hukum dan peraturan “yang perlu” yaitu apa yang tidak mempunyai
peluang untuk interprestasi dan resiko yang paling signifikan.
Mengelola ketaatan
Suatu perusahaan membangun suatu sistem yang lebih formal untuk mengelola
tingkat yang diinginkan atau tingkat ketaatan. Pergeseran ini dapat berasal dari
keinginan manajemen untuk mengelola dengan lebih baik mengenai apa yang
ditentukan oleh hukum atau kebijakan dan prosedur perusahaan. Fokus utama dari
sistem manajemen lingkungan, kesehatan, dan keamanan adalah mencapai dan
memelihara tingkat ketaatan yang diinginkan dengan berbagai persyaratan
peraturan. Disini program audit lingkungan cenderung memasukkan tidak hanya
penilaian masalah (dan mungkin praktik yang sehat), akan tetapi juga penentuan
dan/ atau verifikasi ketaatan yang dicapai.
Mengelola Kepastian Lingkungan
Falsafah manajemen dasar adalah bahwa resiko lingkungan yang potensial
terhadap perusahaan dan terhadap lingkungan harus dikelola. Tidak hanya resiko
yang berhubungan dengan ketaatan penting bagi perusahaan, akan tetapi juga
resiko lain yang belum dicakup oleh persyaratan peraturan atau standar eksternal
yang ada adalah penting. Fokus utamanya pada membangun sistem manajemen
lingkungan yang menekankan, melindungi sumber daya internal dan lingkungan
eksternal dari kerugian dengan mencari dan mengantisipasi resiko dan juga
mengelola resiko yang disebabkannya. Perusahaan pada program audit
lingkungan sering menilai kesesuian dari sistem manajemen lingkungan dan
memverifikasi efektifitasnya, selain menilai masalah dan memverifikasi ketaatan.
2.4 Auditing dalam Konteks Resiko Lingkungan
Salah satu pendekatan untuk membedakan tipe dari resiko lingkungan adalah
mengidentifikasi penyebab dari kondisi industri yang berisiko, yaitu :
Orang yang tidak secara penuh memahami peraturan dan prosedur.
Fasilitas fisik yang tidak secara memadai didesain.
Sistem manajemen yang terbatas dalam ruang lingkup dan tidak
lentur/fleksibel.
Prosedur yang tidak memadai
Kekuatan Eksternal
Tekanan internal yang bersaing
2.5 Sebab dan Manfaat Audit Lingkungan
2.5.1 Sebab audit lingkungan
Keinginan dari dewan direksi untuk mendapatkan kepastian bahwa
perusahaan bertanggung jawab dan secara memadai menangani
lingkungannya.
Adanya inisiatif dari manajemen tingkat bawah atau menengah untuk
memperbaiki aktivitas pengelolaan lingkungan dan mengejar apa yang
perusahaan lain lakukan.
Dimotivasi oleh kejadian dari masalah atau kecelakaan lingkungan.
2.5.2 Manfaat audit lingkungan
a. Meningkatkan efektivitas manajemen lingkungan
Mengklarifikasi masalah yang mungkin sebaiknya diinterprestasikan
secara berkala pada fasilitas yang berbeda.
Mengembangkan suatu pendekatan yang lebih seragam untuk mengelola
aktivitas melalui pembagian informasi atau belajar dari fasilitas yang lain.
b. Perasaan dari kesenangan dan keamanan yang meningkat
Ada kepastian bahwa identifikasi dan pendokumentasian status ketaatan
dari fasilitas individual.
Ada kepastian bahwa sistem pengendalian berjalan dan beroperasi dengan
tanggung jawab dan etis terpenuhi.
c. Menjadi dasar pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan
d. Menghindari kerugian finansial (penutupan usaha, pembatasan usaha,
publikasi pencemaran nama)
e. Mencegah tekanan sanksi hokum
f. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam proses peradilan
g. Menyediakan informasi
2.5.3 Aktivitas setelah audit (post audit activities)
a. Proses audit tidak hanya berakhir pada simpulan dari audit ditempat.
Pemimpin tim audit menyiapkan suatu laporan sementara mengenai
temuan dan observasi dalam dua minggu dari audit ditempat. Laporan
sementara ini dapat ditelaah oleh manajemen fasilitas, dan lain-lain
sebelum suatu laporan akhir diterbitkan.
b. Ketika laporan akhir disiapkan, proses perencanaan tindakan biasanya
dimulai. Proses mencangkup menentukan lokasi yang potensial,
menyiapkan rekomendasi, memberikan tanggung jawab untuk tindakan
korektif dan menetapkan jadwal. Langkah terakhir dalam proses audit
secara keseluruhan dimulai dengan tindak lanjut terhadap rencana tindakan
untuk memastikan bahwa seluruh kekurangan dalam kenyataannya telah
diperbaiki.
2.6 Tipe Audit
Menurut Grant Ledgerwood dan kawan-kawan (1992) tipe audit termasuk :
a. Audit korporat (Corporate audits), yang mempertimbangkan pekerjaan
dari korporasi secara keseluruhan.
b. Audit aktivitas (Activity audits), yang mempertimbangkan satu aktivitas
dari korporasi.
c. Audit tempat (site audits), yang mempertimbangkan satu instalasi tunggal.
d. Audit ketaatan (compliance audits), yang menguji ketaatan industry
terhadap lingkungan yang relevan dan standar keamanan.
e. Audit resiko (risk audits), yang memepertimbangkan keamanan,
kesehatan, operasional, resiko terhadap karyawan dan public.
f. Audit produksi (production audits), yang menelusuri energy dan/atau
material dari masuknya material tersebut kedalam perusahaan sampai
keluar.
g. Audit akuisisi (acquisition atau divesture audits), yang menguji liabilitas
lingkungan yang dapat timbul dari aktivitas tersebut.
Namun secara luas, audit dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu:
a. Program pemeriksaan siklikal (cylical auditing programs), yaitu audit
yang terjadi dalam siklus kejadian yang dijadwalkan. Bentuk audit ini
merupakan produk sentral dari suatu unit lingkungan. Audit demikian
dapat dilakukan oleh spesialis dalam perusahaan atau kosultan luar.
b. Audit tunggal untuk maksud khusus (single audits for special purposes),
audit demikian lebih cocok dilakukan oleh konsultan luar.
2.7 Auditor Lingkungan
Audit laporan keuangan dilaksanakan oleh akutan yang berkualifikasi dan
disupervisi dengan memadai. Audit lingkungan biasanya diluar kompetensi
akuntan dan diharapakan bahwa audit lingkungan dilaksanakan oleh tim kecil
yang jumlahnya sekitar 3 atau 4 orang. Tim tersebut akan terdiri dari orang yang
secara teknis berkualifikasidari dalam atau luar perusahaan dengan seorang
pemimpin yang independen dari perusahaan. Orang berkualifikasi yang siap dan
dapat melaksanakan audit lingkungan adalah yang sudah berada dalam usaha dan
auditor lingkungan yang telah terdaftar dan terakreditasi.
Pasal 51 Ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa auditor lingkungan hidup wajib
memiliki sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup yang berlaku mulai
tanggal 3 Oktober 2010. Kriteria untuk memperoleh sertifikasi auditor lingkungan
hidup meliputi kemampuan:
a. Memahami prinsip, metodologi, dan tata laksana audit lingkungan hidup
b. Melakukan audit lingkungan hidup yang meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengambilan kesimpulan dan pelaporan;
c. Merumuskan rekomendasi langkah perbaikan sebagai tindak lanjut audit
lingkungan hidup.
2.8 Tahapan Pelaksanaan Audit Lingkungan
Tahapan pelaksanaan audit lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Pendahuluan
Penerapan audit lingkungan akan tergantung kepada jenis audit yang
dilaksanakan, jenis usaha atau kegiatan dan pelaksanaan oleh tim auditor.
b. Pra-audit
Kegiatan pra-audit merupakan bagian yang penting dalam prosedur audit
lingkungan. Perencanaan yang baik pada tahap ini akan menentukan
keberhasilan pelaksanaan audit dan tindak lanjut audit tersebut.
Informasi yang diperlukan pada tahap ini meliputi informasi rinci
mengenai aktifitas di lapangan, status hukum, struktur organisasi, dan
lingkup usaha atau kegiatan yang akan diaudit. Aktifitas pra-audit juga
meliputi pemilihan tata laksana audit, penentuan tim auditor, dan pendanaan
pelaksanaan kegiatan audit. Pada saat ini, tujuan dan ruang lingkup audit
harus telah disepakati.
c. Kegiatan Lapangan
Pertemuan pendahuluan
Tahap awal yang harus dilaksanakan oleh tim audit adalah mengadakan
pertemuan dengan pimpinan usaha atau kegiatan untuk mengkaji tujuan
audit, tata laksana, dan jadwal kegiatan audit.
Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan di lapangan dilaksanakan setelah pertemuan pendahuluan.
Tim audit akan mendapatkan gambaran tentang kegiatan usaha atau
kegiatan yang akan menjadi dasar penetapan areal kegiatan yang
memerlukan perhatian secara khusus. Dengan melaksanakan pemeriksaan
lapangan, tim auditor dapat menemukan hal-hal yang terkait erat dengan
kegiatan audit namun belum teridentifikasi dalam perencanaan.
Pengumpulan data
Data dan informasi yang dikumpullkan selama audit lingkungan
akan mencakup tata laksana audit, dokumentasi yang diberikan oleh
pemilik usaha atau kegiatan, catatan dan hasil pengamatan tim auditor,
hasil sampling den pemantauan, foto-foto, rencana, peta, diagram, kertas
kerja dan hal-hal lain yang berkaitan, Informasi tersebut harus
terdokumentasi dengan baik agar mudah ditelusuri kembali. Tujuan utama
pengumpulan data adalah untuk menunjang dan merupakan dasar bagi
pengujian hasil temuan audit lingkungan,
Pengujian
Prinsip utama audit lingkungan adalah bahwa informasi yang
disajikan oleh tim auditor telah diuji dan dikonfirmasikan. Dokumentasi
yang dihasilkan oleh tim auditor harus menunjang semua pernyataan, atau
telah teruji melalui pengamatan langsung oleh tim auditor. Dalam menguji
hasil temuan audit, tim auditor harus menjamin bahwa dokumen yang
dihasilkan merupakan dokumen yang asli dan sah. Oleh karena itu tata
laksana audit harus menentukan tingkat pengujian data yang dibutuhkan,
atau harus ditentukan oleh tim auditor.
Evaluasi hasil temuan
Hasil temuan audit harus dievaluasi sesuai dengan tujuan audit dan
tata laksana yang telah disetujui untuk menjamin bahwa semua
isu/masalah telah dikaji. Dokumentasi penunjang harus dikaji secara teliti
sehingga semua hasil temuan telah ditunjang oleh data dan diuji secara
tepat.
Pertemuan akhir
Setelah penelitian lapangan selesai, tim auditor harus memaparkan
hasil temuan pendahuluan dalam suatu pertemuan akhir secara resmi.
Pertemuan ini akan mendiskusikan berbagai hal yang belum terpecahkan
atau informasi yang belum tersedia. Tim auditor harus mengkaji hasil
temuannya secara garis besar dan menentukan waktu penyelesaian laporan
akhir. Seluruh dakumentasi selama penelitian harus dikembalikan kepada
penanggung jawab usaha atau kegiatan.
d. Pasca Audit
Tim auditor akan menyusun laporan tertulis secara lengkap sebagai hasil
pelaksanaan audit lingkungan. Laporan tersebut juga mencakup pemaparan
tentang rencana tindak lanjut terhadap isu-isu lingkungan yang telah
diidentifikasi.
2.9 Aktivitas Pra dan Setelah Audit
2.9.1 Aktivitas Pra Audit
Proses audit lingkungan dimulai dengan sejumlah aktivitas sebelum audit
ditempat aktual terjadi. Aktivitas-aktivitas tersebut yaitu pemilihan fasilitas yang
diaudit, jadwal dari fasilitas yang diaudit, pemilihan tim audit, pengembangan dari
suatu rencana audit, mendefinisikan ruang lingkup audit, pemilihan topik yang
prioritas untuk dimasukkan, memodivikasi program audit dan mengalokasi
sumber daya tim audit.
Audit ditempat aktual secara tipikal terdapat 5 langkah dasar, yaitu:
1. Memahami sistem dan prosedur manajemen internal
Pemahaman auditor biasanya dikumpulkan dari berbagai sumber, misalnya
diskusi staff, kesioner, kunjungan pabrik dan dalam kasus tertentu, suatu
pengujian verifikasi terbatas dilakukan untuk membantu mengkonfirmasikan
pemahaman awal auditor. Auditor biasanya mencatat pemahamannya dalam suatu
bagan arus, uraian naratif atau gabungan dari keduanya agar dapat mempunyai
suatu deskripsi yang tertulis. Tujuan dasar dalam langkah ini untuk memahami
berbagai cara memperhatikan lingkungan yang dikelola. Dalam kelanyakan
organisasi, banyak aspek dari sistem manajemen lingkungan internal tidak
didokumentasikan secara tertulis. Namun sistem manajemen yang terpilih dapat
didokumentasikan dalam detail yang cukup untuk memberikan suatu pemahaman
dan prosedur-prosedur dasar rencana.
2. Menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan
Auditor mencari indikator- indikator seperti tanggungjawab yang secara jelas
didefinisikan, suatu sistem otorisasi yang memadai, kesadaran dan kapabilitas
personil, dokumentasi dan pencatatan, serta verifikasi internal. Jika disain
manajemen lingkungan internal dinilai sehat (yaitu hasil yang diterima tercapai,
apabila sistem berfungsi seperti yang didisain), maka langkah audit berikutnya
dapat memfokuskan pada efektifitas yaitu disain diimplementasikan, dan
sejauhmana system dalam kenyataan telah dilaksanakan seperti yang dikehendaki.
Namun, apabila disain dari sistem intrenal tidak cukup sehat untuk memastikan
hasil yang dikehendaki, langkah audit berikutnya harus memfokuskan pada hasil
lingkungan daripada sistem manajemen internal.
3. Menyimpulkan bukti audit
Kelemahan-kelemahan yang dicurigai dalam sistem manajemen dikonfirmasi
dalam tahap ini, sistem yang tampak sehat diuji untuk membuktikan bahwa sistem
tersebut berfungsi sesuai dengan yang direncanakan dan digunakan secara
konsisten. Bukti audit dapat dikumpulkan melalui penyelidikan (seperti kuesioner
formal dan kuesioner tidak formal), pengamatan dan pengujian (seperti
menelusuri kembali data, memverifikasi jejal kertas). Tim audit harus
mengidentifikasi dan kemudian memverifikasi aktivitas tersebut dalam proses
manajemen lingkungan yang dapat memberikan pandangan secara mendalam
mengenai fungsi sistem secara keseluruhan. Bukti audit dapat berupa dalam
bentuk fisik, dokumen atau keadaan.
4. Menilai temuan audit
Pengamatan audit dan temuan dinilai, tujuannya dapat dimengerti dan
mengintegrasikan temuan-temuan dan observasi dari setiap anggota tim,
kemudian menentukan disposisi akhir temuan dan observasi akan dimasukkan ke
dalam laporan audit yang formal atau hanya membawa pada perhatian dari
manajemen fasilitas. Temuan audit dan observasi dapat diorganisasikan untuk
menentuka temuan yang umum, dapat mempunyai signifikasi yang lebih besar
daripada bila dipandang secara individual. Dalam menilai temuan audit, anggota
tim khususnya pemimpin tim, menentukan apakah bukti audit yang dimiliki cukup
untuk mendukung temuan audit.
5. Melaporkan temuan audit
Proses pelaporan audit lingkungan sering dimulai dengan diskusi yang tidak
formal antara auditor dan koordinator lingkungan fasilitas ketika penyimpanan
diketahui. Temuan lebih jauh akan diklarifikasi ketika audit sedang berlangsung
dan kemudian dilaporkan kepada manajemen fasilitas selama penyelesaian audit
atau konferensi penutupan. Selama pertemuan, tim audit mengkomunikasikan
semua temuan dan pengamatan yang diketahui selama audit dan menunjukkan
item-item mana yang akan muncul dalam laporan audit yang formal. Tujuan
pengunaan laporan audit mencakup memberikan informasi kepada manajemen,
memprakarsai tindakan korektif, dan menyediakan dokumentasi audit. Laporan
audit memberikan kaitan yang cukup untuk seluruh penelaahan yang dilakukan
sehinggam kerangka kerja manajemen yang ada dapat menentukan apa, apabila
ada, tindakan-tindakan yang diperlukan.
2.10 Audit lingkungan di Indonesia
Sesuai dengan GBHN 1993, sistem yang dianut dalam pelaksanaan
pembangunan nasional adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan.
“Pembangunan yang dilakukan untuk mengolah sumber daya alam, tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan.”
Jenis audit lingkungan berdasarkan Peraturan Nasional, yaitu :
Audit Lingkungan Wajib
Audit lingkungan adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan berdasarkan perintah Menteri
Lingkungan Hidup dan ketidakpatuhan penganggungjawab usaha dan atau
kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan
lingkungan hidup yang terkait dengan kegiatan tersebut.
(KEP-30/MENLH/2001).
Audit Lingkungan Sukarela
Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara
sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja
organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan menfasilitasi kontrol
manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan
pengkajian pentaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan
perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan hidup.
(KEP-42/MENLH/111994).
Dasar hukum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia adalah UU RI
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan KEPMEN LH
Nomor KEP-42 MENLH/11/1994 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit
Lingkungan
ISO 14001 adalah standar lingkungan terhadap organisasi yang dinilai. Ini
menentukan persyaratan untuk EMS, yang menyediakan kerangka kerja bagi
suatu organisasi untuk mengendalikan dampak lingkungan dari kegiatan, produk
dan jasa. Standar lain untuk isu-isu lingkungan hidup adalah ISO 1OOO.
Ketika melihat audit lingkungan, kadang terpikir ini adalah sebuah ruang
untuk menjaga tetap berkualitasnya kondisi lingkungan hidup. Dalam
pembelajaran, terlihat jelas bahwa audit lingkungan hanya merupakan sebuah
kesukarelaan. Bahkan yang dibelajarkan adalah audit lingkungan dalam ISO
14000, bukan pada audit lingkungan yang termaktub dalam perundang-undangan
negeri ini. Kementerian Lingkungan Hidup sendiri telah mengeluarkan turunan
UU mengenai audit lingkungan, yaitu KepMenLH No 30/2001 juga sebelumnya
pada KepMenLH No 42/1994. Gaung Audit Lingkungan mulai menggema ketika
WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) berpendapat bahwa sistem
AMDAL yang ada sepatutnya dilengkapi dengan audit lingkungan. Namun
kenyataannya masih sangat sulit melihat terjadinya proses audit lingkungan
terhadap pelaku usaha. Hal ini juga lebih dikarenakan tidak ada kewajiban pelaku
usaha untuk melakukan audit lingkungan, yang ada hanyalah kesukarelaan.
Dalam Standar Nasional Indonesia, pedoman audit lingkungan telah diabolisi
(tidak dipergunakan lagi). Diantaranya adalah SNI 19-14010-1997 tentang
Pedoman audit lingkungan – Prinsip umum, SNI 19-14011-1997 tentang Pedoman
untuk pengauditan lingkungan – Prosedur audit – Pengauditan sistem manajemen
lingkungan dan SNI 19-14012-1997 tentang Pedoman audit untuk lingkungan
Kriteria kualifikasi untuk auditor lingkungan. Melihat tidak pentingnya audit
lingkungan dalam tataran kebijakan, maka tidak salah bila telah terjadi
pengarahan negeri bencana ini ke arah ecosida, yang bisa jadi terjadi tidak lebih
dari 7 tahun lagi.
Audit lingkungan adalah proses jalan panjang yang harus dimulai dan
dikampayekan oleh semua pihak demi keselamatan umat manusia. Banyak
perusahaan di Indonesia yang telah melaksanakan aktivitas CSR (corporate social
responsibility/ pertanggungjawaban sosial perusahaan) di lapangan. Akan tetapi
belum banyak yang mengungkapkan aktivitas tersebut dalam sebuah laporan.
Hanya beberapa perusahaan yang telah mengungkapkan informasi lingkungan dan
tanggungjawab sosial di dalam laporan tahunan perusahaan. Beberapa di
antaranya membuat laporan CSR tersendiri, terpisah dari laporan tahunan.
Dibandingkan dengan negara lain, harus diakui bahwa perkembangan praktik
laporan keberlanjutan di Indonesia berjalan lambat. Jika penyusunan laporan
keuangan diwajibkan oleh Undang-undang Perseroan Terbatas, sedangkan untuk
laporan keberlanjutan belum ada ketentuan perundang-undangan yang
mewajibkan pembuatan laporan tersebut. Khusus untuk mewajibkan penyusunan
laporan keberlanjutan di Indonesia nampaknya masih perlu waktu, terutama
kesiapan dalam sistem pendukung seperti adanya standar pelaporan yang bisa
diterima secara umum dan ketersediaan tenaga yang berkompeten untuk
menyusun laporan tersebut, termasuk tenaga yang melakukan fungsi assurance.
STUDI KASUS
PT. Barito Pasific Timber Tbk, dan PT. Binajaya Roda Karya telah
memperoleh akreditasi ISO 14001, standar internasional untuk sistem manajemen
lingkungan (EMS). Akreditasi diberikan pada tanggal 20 maret 2000 dan berlaku
selama 3 tahun dari tanggal tersebut “sesuai dengan implementasi
berkesinambungan yang memuaskan dari sistem manajemen operator” (BVQIISO
14001 Sertifikat 66596). BVQI (Bureau Verlitas Quality Internasional)
melaksanakan audit sertifikasi dan akan terus melaksanakan audit-audit eksternal
EMS pada interval 6 bulanan. Audit berikut nya dijadwalkan pada bulan February
2001.
Sebagai bagian dari proses ISO 14001, perusahaan ini memperbaiki
penyelanggaraan lingkungan perusahaannya dan menyusun prosedur kerja untuk
mencapai tujuan ini. Juga sebagai bagian dari proses tersebut, perusahaan telah
melaksanakan dan akan terus melaksanakan audit internal untuk memastikan
EMS diimplementasikan secara efektif, untuk mengidentifikasi cara-cara yang
menjamin perbaikan yang berkesinambungan dari penyelenggaran lingkungan
perusahaan.
Meskipun tinjauan lingkungan awal (Initial Environmental Review) yang
dilaksanakan sebagai bagian dari proses ISO 14001, departemen lingkungan
perusahaan mengeluarkan laporan foto yang memperinci contoh-contoh dari
kegiatan manajemen tidak baik yang mendapat perhatian selama pemeriksaan.
Laporan ini didistribusikan kepada kepala-kepala departemen dengan instruksi
agar memperbaiki keadaan ini. Audit internal dilaksanakan bulan Juli 2000 yang
berlaku sebagai mekanisme untuk menjamin bahwa semua perbaikan telah
dilakukan dan mengidentifikasi perbaikan yang masih belum selesai atau baru.
Tujuannya adalah untuk membuat laporan foto lanjutan berdasarkan audit bulan
Juli. Tetapi sejauh ini belum tercapai. Selama audit juga banyak contoh
pelaksanaan manajemen tidak bagus yang didapat dari laporan foto, ternyata
masih dijumpai di lingkungan perusahaan.
BVQI melaksanakan audit eksternal EMS selama bulan Agustus 2000, dan
selama itu ada beberapa poin persoalan yang mendapat perhatian, yaitu:
• Kontrol debu yang tidak layak,
• Total Padatan Tersuspensi (TSS) di log pond masih terlalu tinggi. Rencana-
rencana kerja untuk mengurangi polusi log pond perlu diperbaiki,
• Mengurangi limbah kayu dan memperbaiki tingkat pemulihan kayu di areal
utama yang memerlukan perbaikan segera, dan
• Tidak adanya bukti pengawasan emisi cerobong asap, bau atau pengawasan
vibrasi.
Semenjak audit eksternal telah ada tinjauan internal dari persoalan-persoalan
ini, yang menghasilkan saran perbaikan dan mengidentifikasi orang-orang yang
bertanggung jawab melaksanakan perbaikan tersebut. Masih belum ada tindakan
sampai sekarang dan persoalan-persoalan ini masih terbuka.
Penerimaan ISO 14001 seharusnya dipandang sebagai langkah positif dalam
menjamin peningkatan penyelenggaraan lingkungan PT. Barito Pacific
TimberTbk. dan PT. Binajaya Roda karya. Namun demikian, yang harus
dilaksanakan untuk menjaga akreditasi adalah mengambil langkah untuk
meningkatkan kegiatan-kegiatan manajemen di lapangan secara
berkesinambungan,terutama di tempat- tempat dimana limbah kayu menjadi
perhatian.
Temuan Audit :
1. Limbah Kayu
Limbah kayu merupakan persoalan kritis di PT. Barito Pacific Timber Tbk.
dan PT. Binajaya Roda karya, dan diidentifikasi BVQI sebagai salah satu dari
persoalan-persoalan utama yang memerlukan perhatian melalui EMS ISO14001.
Selama tinjauan lapangan terdapat banyak buangan dari sumber alamiah, yaitu
kayu, selama proses produksi. Hal ini meliputi:
• Kayu yang dibuang selama proses penggergajian dalam jumlah banyak,
• Jumlah kayu gelondongan yang membusuk sebelum dipakai. Kebijakan
“pertama datang, pertama diolah” (first in first out) harusdiimplementasikan agar
kayu digunakan sebelum rusak,
• Kerusakan kayu gelondongan karena kulit kayu dibiarkan melekat, membiarkan
vetebrata merusak log-log yang menyebabkan tingkat pemulihan rendah,dan
• Sejumlah besar produk akhir, terutama kayu papan, ditumpuk di tempatterbuka
dalam jangka waktu yang lama dan kemungkinan tidak bisa dijual.
Kebanyakan kulit kayu dan beberapa limbah kayu lain saat ini dibuang
ketanah rawa untuk mereklamasi tanah tersebut. Areal ini kelihatannya
tidakmemiliki tumbuhan dan dari segi estetika tidaklah menarik. Selain itu, areal-
areal yang sebelumnya dipakai untuk pembuangan limbah kayu nampaknya tidak
ber-regenerasi dengan cepat, dan pembakaran secara bebas menimbulkan
persoalan kualitas udara.
2. Air
Fasilitas perusahaan PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Roda
karya letaknya berdekatan dengan sejumlah anak sungai. Di sebelah timur, pabrik
berbatasan dengan, dan menggunakan, sungai Barito. Di sebelah utara adalah
sungai Andjir Soebardjo. Handil Sungai Barito, anak sungai kecil dari sungai
Barito, mengalir ke arah timur laut dari pabrik. Areal pabrik dan daerah luar
kotadi sekelilingnya rendah letaknya dan mudah kebanjiran.
Kepada auditor menunjukkan keseimbangan air semua areal pengolahan
pabrik (kecuali penggergajian yang tidak menggunakan air dalam aktifitasnya).
Keseimbangan air menunjukkan bahwa sebagian air pengolahan dipompa dari
sungai Barito.
Staf lapangan menunjukkan bahwa mereka tidak menemukan adanya
kontaminasi air permukaan yang berhubungan dengan pabrik. Namun demikian,
selama tinjauan ke lokasi tercatat adanya kontaminasi hidrokarbon sungai Barito
di sekitar log pond dan areal penggergajian. Lapisan minyak dipermukaan air
berasal dari derek, rel conveyor dan chainsaw tarik. Terdapat sejumlah minyak
dan pelumas di bawah peralatan ini, yang tidak mempunyai tempat pengeringan
lain selain log pond dan sungai.
Sungai Barito juga dipakai para staf untuk mandi dan mencuci. Sabun dan
deterjen akan mengkontaminasi sungai. Selain itu, di sungai juga
ditemukansampah. Tidak jelas dari mana asalnya, bisa saja berasal dari lokasi-
lokasi lain.
3. Kualitas Udara
Debu merupakan persoalan diberbagai lokasi, tetapi yang terparah terdapat
diareal pembuatan particle board dan pabrik kayu lapis. Tidak ada pengawasan
debu yang dilaksanakan saat ini, walaupun debu membahayakan lingkungan dan
kesehatan serta keamanan. Selain itu, bahan kimia yang digunakan dalam proses
pembuatan lem dan penggunaan lem, baik di pabrik kayu lapis atau diareal
pembuatan particle board menimbulkan persoalan kualitas udara.
Sejumlah cerobong asap di lapangan berhubungan dengan ketel yang
menjalankan diesel, pembakaran limbah kayu dan debu gergajian, dan juga tempat
pembakaran buangan limbah. Cerobong-cerobong ini menghasilkan asap
pencemar dalam jumlah yang besar dan karenanya memerlukan pengawasan.
Program pengawasan cerobong asap telah tertinggal oleh program EMS saat
audit. Tetapi pada rapat selanjutnya dengan staf lapangan (tanggal 19
Oktober2000) program pengawasan cerobong asap direkomendasikan pada
tanggal 11Oktober 2000. Pengawasan dilakukan oleh BPPI tetapi hasilnya belum
tersedia.
Areal luas yang sebelumnya digunakan sebagai lahan penimbunan kulit kayu
dan limbah kayu, sebagai bagian dari upaya reklamasi sebagian tanah rawa
dilokasi, dibakar. Aktifitas ini menyebarkan banyak asap ke atmosfer.
BVQI mencatat tidak ada pengawasan vibrasi atau bau yang dilaksanakan
saat ini. Perusahaan mengalami kesulitan dalam mengorganisasi pengawasan
karena hanya dua organisasi di Indonesia yang dianggap mampu melakukan
monitoring jenis ini. Organisasi-organisai ini didekati dan diminta untuk
melaksanakan pengawasan tersebut pada tanggal 20 Oktober 2000. Tanggal itu
telah berlalu tetapi monitoring tersebut tidak pernah dilaksanakan.
Rekomendasi :
1. Limbah kayu
Manajemen seharusnya menanggapi persoalan limbah kayu sebagai sesuatu
yang bersifat mendesak karena hal ini merupakan persoalan yang berhubungan
langsung dengan kelangsungan akreditasi ISP 14001. Hal ini harus
menggabungkan tinjauan menyeluruh dari rata-rata pemerolehan kayu
berdasarkan semua proses dari saat kedatangan kayu sampai pada pengolahan
akhir, dan juga keefektifan mesin pengolahan yang digunakan. Hasil-hasil
tinjauan ini bisa dipakai untuk mengidentifikasikan areal-areal yang mempunyai
buangan terbesar dan bisa dipakai untuk meningkatkan rata-rata pemerolehan.
Distribusi kayu harus juga diperhatikan, karena sejumlah besar kayu olahan
di lapangan nampaknya ditimbun dalam jangka waktu lama, yang terbuka bagi
elemen-elemen tersebut. Akibatnya, tumpukan-tumpukan ini akan berkurang
nilainya.
2. Air
- Pengujian Kualitas Air di Saluran Air
Pengujian kualitas air di saluran air permukaan dekat areal-areal pemrosesan
menunjukkan tingkat polutan yang meninggi. Persoalan ini memerlukan perhatian
segera untuk mengembalikan tingkatan tersebut ke batas-batas yang
diperbolehkan. Sebagai alternatif, air limbah dari parit-parit penampungan ini
harus menjadi bagian dari sistem drainase yang tertutup dan dialihkan ke pusat
pengolahan limbah cair di lapangan untuk perlakuan.
- Pemeliharaan Saluran Air Permukaan
Saluran air permukaan di lokasi pabrik diketahui memiliki kotoran dan
lapisan berminyak di beberapa tempat. Saluran-saluran ini langsung berhubungan
ke sungai Barito dan mudah kebanjiran. Dimana saluran ini ditutup, penutup
betonnya harus diperbaiki, dan langkah-langkah lanjutan harus diambil untuk
menjamin bahwa saluran-saluran ini tidak tercemar. Jika terdapat polusi di
saluran-saluran ini, air limbah harus dipindah dan diolah di pusat pengolahan air
limbah.
3. Kualitas udara
- Debu
Debu dipandang sebagai masalah di lapangan, baik selama audit ini dan
selama audit BVQI. Direkomendasikan agar pengawasan debu dilaksanakan
dengan mengimplementasikan prosedur-prosedur pengurangan emisi debu di
udara
- Pengawasan Kualitas Udara
Pengawasan kualitas udara harus dilaksanakan dan hasilnya ditindaklanjuti
seperti yang ditentukan, dengan mengurangi jumlah bahan kimia yang dilepaskan
ke atmosfer, terutama formalin.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Secara ringkas Audit Lingkungan adalah sistim evaluasi yang dilakukan
secara sistematis dan obyektif terhadap pengelolaan dampak yang ada maupun
potensial dampak dari kegiatan suatu organisasi atas lingkungan yang juga
berpengaruh terhadap kinerja suatu organisasi. Apa yang dievaluasi biasanya
termasuk pengelolaan lingkungan dari organisasi itu, pentaatan terhadap peraturan
dalam pengelolaan lingkungan seperti emisi ke udara, pembuangan ke air,
pengelolaan limbahnya, sistim dokumentasi, pelaporan, indikator kinerja, sistim
tanggap darurat termasuk pula tanggung jawab manajemen, komunikasi dan
kursus-kursus yang diberikan kepada staffnya.
Manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan dari kegiatan audit lingkungan
adalah (BAPEDAL, 1994) :
1. Mengidentifikasi resiko lingkungan
2. Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan atau upaya
penyempurnaan rencana yang ada.
3. Menghindari kerugian finansial seperti penutupan/ pemberhentian suatu usaha
atau kegiatan atau pembatasan oleh pemerintah, atau publikasi yang
merugikan akibat pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang tidak baik.
4. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan atau
terhadap pimpinannya berdasarkan pada peraturan perundangundaangan yang
berlaku.
5. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan apabila dibutuhkan dalam
proses pengadilan.
6. Meningkatkan kepedulian pimpinan/ penanggung jawab dan staf suatu badan
usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap kebijakan dan
tanggung jawab lingkungan.
7. Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya konservasi
energi dan pengurangan, pemakaian ulang dan daur ulang limbah.
Saran
Agar audit lingkungan dapat berjalan dengan efektif, setidaknya ada lima
elemen penting yang harus diperhatikan. Pertama diperlukan komitmen dari
perusahaan itu agar mau terbuka dan jujur dalam memberikan data. Hal di atas
agak riskan mengingat pengusaha biasanya enggan untuk membuka 'jati dirinya'
karena persaingan bisnis misalnya. Kedua, adanya Auditor yang mandiri yang
tidak mempunyai kepentingan apapun akan fasilitas yang sedang diaudit. Ini
penting untuk menjaga keobyektifan penilaian, kemandirian auditor harus pula
dijaga agar tidak terpengaruh oleh situasi atau tekanan lainnya ketika mereka
melakukan kunjungan lapangan. Verifikasi prosedur dan pengukuran kinerja,
merupakan dua hal berikutnya dari elemen Audit Lingkungan. Hal ini penting
dilakukan agar ada kepastian bahwa informasi yang didapat memang benar-benar
akurat. Terakhir, harus ada mekanisme tindak lanjut dari rekomendasi yang
didapat selama Audit Lingkungan. Jika tidak, maka usaha Audit Lingkungan yang
telah dilakukan menjadi sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Widjaja Tunggal. 2007. Dasar-Dasar Audit Manajemen. Jakarta:
Harvarindo.
http://renalkrenz.blogspot.com/2010/03/audit-lingkungan.html
PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Rodakarya, REP016 Audit
Lingkungan Kegiatan PT. Barito P_Gareth_Jan 01, 2001
(http://www.dephut.go.id/HALAMAN/PDF/REP016%20Audit%20Lingkungan
%20Kegiatan%20PT.%20Barito%20P,Gareth,Jan%2001(.pdf )
http://novaoshiin.blogspot.com/2011/06/audit-lingkungan.html
http://industri10ikhwan.blog.mercubuana.ac.id/
http://grhoback.blogspot.com/2010/05/ audit - lingkungan .html
www.iaiglobal.or.id/data/referensi/ai_edisi_03.pdf