makalah hortikultura
DESCRIPTION
Bagian dari tugas kuliah TPT Hortikultura 1, PS. AgroekoteknologiTRANSCRIPT
A
F a k u l t a s P e r t a n i a n U n i v e r s i t a s A n d a l a s
2014
Ralstonia solanacearum Daur hidup, gejala dan pengendalian pada tanaman cabai
Serta teknik pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus
Oleh : Rinta Rachmawati (1210212010)
Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura I PS. Agroekoteknologi
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 3
BAB II ISI ........................................................................................................................ 5
2.1 Deskripsi Ralstonia solanacearum ......................................................................... 5
2.2 Gejala Serangan Ralstonia solanacearum .............................................................. 5
2.3 Pengendalian Ralstonia solanacearum ................................................................... 6
2.4 Virus ....................................................................................................................... 6
2.5 Penularan Virus ...................................................................................................... 8
2.6 Pengendalian Penyakit Akibat Virus ...................................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Adapun
tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah Teknologi
Produksi Tanaman Pangan I.
Makalah ini membahas mengenai salah satu bakteri penyebab penyakit pada
tanaman cabai, yaitu Ralstonia solanacearum. Selain itu beberapa informasi mengenai
teknik pengendalian penyakit yang diakibatkan oleh virus juga turut penulis berikan
dalam makalah ini.
Penulis sadar masih terdapat kekurangan dalam malakah ini, karenanya penulis
senantiasa menerima kritik maupun saran demi perbaikan untuk kedepannya. Penulis
juga berharap makalah ini dapat berguna bagi orang banyak. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Padang, April 2014
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman cabai (Capsicum sp.) merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang banyak digemari masyarakat. Salah satu spesies cabai yang banyak dibudidayakan
adalah cabai merah. Selain dapat dikonsumsi segar, cabai dapat dikonsumsi sebagai
bumbu masakan dan sebagai bahan baku industry. Cabai juga digunakan dalam indsutri
pangan, pakan unggas dan farmasi. Cabai mengandung zat-zat gizi antara lain protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin (A, C, dan B1). Cabai merupakan
salah satu komoditas penting yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia selain itu
dapat menaikan pendapatan petani dan memiliki peluang ekspor sehingga dapat
membuka kesempatan kerja.
Klasifikasi tanaman cabai menurut Plantamor.com :
Kingdom : Plantae
Sub-kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesiec : Capsicum sp.
Cabai termasuk tanaman yang mudah terkena serangan hama dan patogen, akan
tetapi yang sulit untuk mengamati penyakit yang disebabkan oleh mikroba. Mikroba
berukuran sangat kecil dan penyebarannnya melalui berbagai macam vektor. Yang
termasuk mikroba penyebab penyakit tanaman cabai adalah bakteri, jamur,dan virus.
Gangguan penyakit pada tanaman cabai sangat kompleks, baik di musim panas
maupun penghujan dan jelas membawa kerugian yang seringkali tidak kecil. Layu
bakteri pada tanaman cabai merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada
tanaman cabai. Penyakit ini disebabkan oleh Ralstonia solanacearum (yang dulunya
bernama Psedomonas solanacearum). Penyakit ini sulit untuk dikendalikan. Kendala
4
tersebut disebabkan oleh kompleksitas R. solanacearum, baik banyaknya ragam
virulensi, tanaman inang, cara penyebaran, kemampuan bertahan hidup di dalam tanah
dan air, maupun terbatasnya gen ketahanan pada tanaman. Untuk itu diperlukan suatu
tindakan pengendalian yang sesuai dengan pengedalian hama terpadu namun sebelum
mengedalikan penyakit ini kita harus mengetahui siklus hidup pathogen R.
solanacearum agar kita dapat melakukan tindakan pengendalian yang tepat sasaran.
5
BAB II
ISI
2.1 Deskripsi Ralstonia solanacearum
Kingdom : Prokaryotae
Divisi : Gracilicutes
Subdivisi : Proteobacteria
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Ralstonia
Spesies : Ralstonia solanacearum
R. solanacearum berbentuk batang, bersifat gram negatif (Nasrun dan Nuryani,
2007), aerob, tidak berspora, bergerak dengan satu flagel di kutub (monotrik),
berukuran 0,5 – 0,7 x 1,5 – 2,0 µm. R. solanacearum dapat tumbuh pada tanah dengan
pH 4 – 8,5 dengan suhu 13 – 37oC (Schaad et al., 2001).
Bakteri ini mempunyai kisaran inang yang luas dan dapat dikelompokkan
menjadi 5 ras. Ras 1 menyerang tanaman tembakau, tomat dan famili solanaceae
lainnya, ras 2 menyerang tanaman pisang, ras 3 menyerang tanaman kentang, ras 4
menyerang tanaman jahe, dan ras 5 menyerang tanaman mulberry. Patogen dari R.
solanacearum dapat bertahan di air dan tanah sampai 2 tahun (Hayward, 1964)
Siklus hidup R. solanacearum dimulai dari terjadinya infeksi patogen ke dalam
akar, baik secara sendiri maupun melalui luka yang dibuat oleh nematoda, serangga atau
akibat alat-alat pertanian. Setelah berhasil masuk ke dalam jaringan akar R.
solanacearum akan berkembang biak di dalam pembuluh kayu (xylem), akar dan
pangkal batang. R. solanacearum kemudian menyebar ke seluruh bagian tanaman dan
mengakibatkan tersumbatnya pembuluh sehingga transportasi air maupun mineral dari
tanah terhambat dan tanaman menjadi layu lalu mati (Supriadi 1994).
2.2 Gejala Serangan Ralstonia solanacearum
Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum
ditandai dengan layunya tanaman seperti bekas tersiram air panas. Setelah beberapa hari
tanaman akan mati. Tanda lainnya adalah terdapatnya bercak-bercak cokelat pada
berkas pembuluh batang jika batang tanaman dipotong. Jika batang tanaman cabai ini
6
direndam dalam air jernih, setelah beberapa menit akan keluar semacam cairan
berwarna cokelat susu dari batang yang merupakan massa dari bakteri R. solanacearum.
2.3 Pengendalian Ralstonia solanacearum
Pengendalian R. solanacearum secara terpadu dapat dilakukan dengan cara
pencegahan masuknya patogen pada lahan yang sehat, pemusnahan (eradikasi),
modifikasi lingkungan, menggunakan tanaman resisten, dan pengendalian dengan agen
hayati. Namun apabila cara-cara tersebut sudah tidak efektif lagi, maka dapat dilakukan
tindakan berupa penyemprotan pestisida (tidak disarankan).
Upaya pencegahan patogen dapat dimulai dengan menggunakan benih yang
berasal dari tanaman sehat serta mencari tahu informasi penggunaan lahan sebelumnya.
Menanam tanaman sama atau sejenis pada lahan bekas terserang R. solanacearum
meningkatkan resiko terjadinya gagal panen. Selain itu keluar masuknya pekerja ke
dalam suatu kebun harus diperhatikan, seperti mengganti atau membersihkan alas kali
dan peralatan yang sebelumnya dipakai di kebun lain agar patogen dari kebun lain tidak
berpindah (Supriadi, 2011).
Eradikasi merupakan pemusnahan patogen dengan cara membuang bagian
tanaman yang terserang. Akan tetapi, eradikasi hanya efektif apabila sebaran patogen
masih terbatas. Salah satu cara dalam memodifikasi lingkungan adalah dengan
menerapkan sistem rotasi tanaman dan tumpang sari dengan tanaman bukan inang
(Supriadi, 2011).
Dari semua metode, cara paling efektif untuk mengendalikan R. solanacearum
adalah dengan menanam varietas resisten. Mikroba antagonis mempunyai potensi yang
sangat baik untuk mengendalikan R. solanacearum, karena di samping menghasilkan
toksin yang secara langsung membunuh patogen, juga dapat menghasilkan senyawa
penginduksi ketahanan dan pertumbuhan tanaman. Bakteri antagonis, seperti Bacillus
spp. dan Pseudomonas fluorescens menunjukkan aktivitas antibakteri yang cukup pada
skala laboratorium (Supriadi, 2011).
2.4 Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
7
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi
sendiri.Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariot (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariot
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel) (Musnadi, 2011).
Menurut Musnadil (2011), virus memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Rata-rata berukuran 0,02-0,3 µm
b. Struktur tubuh virus berupa DNA/RNAyang dikeliling kapsid (selaput yang tersusun
dari unit- unit protein disebut kapsomer.
c. Bentuk tubuh beranekaragam : bersegi banyak memanjang (flamen), bentuk batang
(silindris), bentuk bulat (coccus).
d. Virus mempunyai dua fase yaitu di dalam sel inang atau di luar sel inang . Sel inang
yaitu : sel makhluk hidup yang diinfeksi oleh parasit.
e. Menurut para ahli, virus memiliki dua sifat, yaitu : sebagai makhluk hidup, karena
virus dapat bereproduksi serta mempunyai DNA. Sebagai benda mati, karena virus
dapat dikristalkan sehingga menyerupai benda mati bersifat aseluler (bukan sel).
Virus dapat berkembang biak dengan dua cara yaitu :
1. Daur Lisis/Litik
2. Daur Lisogenik
8
2.5 Penularan Virus
Menurut Akhmad (2013), penularan virus pada tanaman dapat terjadi dalam
banyak cara, seperti :
1. Penularan melalui cantuman (sambung) terjadi karena virus bersifat sistemik.
Sehingga persatuan pembuluh antara batang bawah dan batang atas memberikan
kesempatan bagi virus untuk berpindah melalui aliran asimilat yang mengalir dalam
pembuluh.
2. Penularan dengan tali putri (Cuscuta sp.). Beberapa jenis tali putri kususnya C.
campestris dan C. subinclosa mampu menularkan virus. Cuscuta adalah tumbuhan
parasit yang tidak mimiliki klorofil dengan batang yang memiliki haustoria yang
masuk kedalam berkas pembuluh inang.
3. Penularan melalui alat perkembangbiakan vegetatif seperti umbi lapis, umbi sisik,
akar, tunas okulasi, dan kayu berkuncup. Hal ini juga didasari oleh sifat penyakit
oleh virus yang sistemik.
4. Penularan melalui biji dan serbuk sari. Awalnya biji anggap sebagai bagian yang
bebas dari virus walaupun tanaman tersebut sakit karena virus.
5. Penularan melalui serangga dan tungau. Penularan ini dipengaruhi oleh jenis mulut
serangga. Pencucuk penghisap lebih efektif dalam menularkan virus.
6. Penularan melalui organisme tanah seperti nematoda ekoparasit yang hidup bebas.
7. Penularan mekanik merupakan pemindahan virus dari cairan tumbuhan sakit ke
tumbuhan sehat.
2.6 Pengendalian Penyakit Akibat Virus
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengedalikan penyebaran penyakit
yang diakibatkan oleh virus, khususnya pada tanaman cabai adalah sebagai berikut :
a. Melakukan upaya preventif dengan penggunaan benih tahan virus.
b. Mengolah lahan dengan baik dan pemupukan yang berimbang.
c. Pembibitan dengan cara penyungkupan tempat semaian dengan kain kasa atau plastik
yang telah dilubangi. Dan membuat rak pembibitan setinggi lebih kurang 1 m.
d. Tempat persemaian yang terisolasi jauh dari lahan yang terserang penyakit.
e. Menanam varietas yang agak tahan atau toleran terhadap virus maupun serangga
penular.
9
f. Menggunakan bibit tanaman yang sehat (tidak mengandung virus) atau bukan berasal
dari daerah terserang.
g. Mengatur waktu tanam agar tidak bersamaan dengan tingginya populasi serangga
penular, jarak tanam yang tidak terlalu rapat, dan pergiliran tanaman dengan tanaman
yang bukan inang dari virus maupun.
h. Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan
dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan ke tanaman lain yang sehat.
i. Melakukan sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan tumbuhan pengganggu atau
gulma berdaun lebar dari jenis babadotan, gulma bunga kancing, dan ciplukan yang
dapat menjadi tanaman inang virus.
j. Penggunaan mulsa perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah dapat
mengurangi infestasi serangga pengisap daun.
k. Menanam pembatas atau barrier (titonia) terutama dipinggir pertanaman cabai.
l. Pengendalian dengan insektisida kimiawi secara bijaksana (5T)
m. Pelepasan musuh alami.
n. Pemantuan jumlah serangga vektor (misal : kutu kebul) dan pengendaliannya mulai
dari pembibitan sampai di pertanaman agar diketahui lebih dini timbulnya gejala
penyakit dan penyebarannya dapat dicegah.
10
BAB III
PENUTUP
Tanaman cabai yang terserang penyakit layu bakteri
Capsicum sp. Merupakan salah satu komoditas hortikultura yang digemari
masyarakat Indonesia karena kegunaannya sebagai penambah rasa. Untuk memenuhi
permintaan pasar akan cabai, budidaya harus ditingkatkan dari segala aspek. Salah satu
masalah yang dialamai para petani cabai ialah penyakit layu bakteri yang disebabkan
oleh Ralstonia solanacearum. Setiap masalah pasti memiliki solusi, untuk mengatasi
penyakit layu bakteri dapat dilakukan pencegahan masuknya patogen pada lahan yang
sehat, pemusnahan (eradikasi), modifikasi lingkungan yang dapat menekan
perkembangan patogen di dalam tanah, penanaman tanaman resisten, pengendalian
dengan agen hayati dan pestisida nabati.
Selain itu, cabai juga dapat terkena penyakit yang diakibatkan oleh virus. Untuk
itu, pengendalian dapat dilakukan mulai dari pengolahan tanah, penanaman, dan
pemeliharaan. Dengan pengendalian yang maksimal, diharapkan serangan virus dapat
diatasi, sehingga produktivitas tanaman cabai dapat maksimal.
11
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2012. Informasi Spesies : Cabai. Dikutip dari http://www.plantamor.com/ pada
tanggal 26 April 2014
Akhmad, Fadloli. 2013. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman – Penyakit Tanaman.
Dikutip dari http://www.slideshare.net/fadollyachmad/ pada tgl 27 April 2014
Hayward, A.C. 1964. Characteristics of Pseudomonas solanacearum. J. Appl. Bacterial
27(2): 265−277.
Musnadil. 2011. Penait Tanaman Oleh Virus. Dikutip dari
http://www.slideshare.net/musnadil/ pada tanggal 27 April 2014
Schaad, N.W. 2001. Initial Identification of Common Genera. In: Schaad, N. W.,
J. B. Jones. And W. Chun (Eds). Laboratory Guide for Identification of
Plant Pathogenic Bacteria. 3rd edition. APS Press. St. Paul. Minnesota
Supriadi. 2011. Penyakit layu bakteri (Ralstonia solanecearum): dampak, bioekologi,
dan peranan teknologi pengendaliannya. Dikutip dari
http://pustaka/litbang/deptan.go.id pada 26 April 2014