makalah kelompok mesin dan peralatan 2.docx
TRANSCRIPT
Makalah Kelompok Mesin dan Peralatan 2
ALAT DAN MESIN PERONTOK PADI
(THRESHER)
OLEH :
KELOMPOK 3
RIO JAUHARI (1005106010029)
AKBAR QAADRY RAMBE(1005106010030)
ISRAK RIDAYANSYAH (1005106010035)
BAYU SEPTI MINGGA (1005106010037)
FITRI HERAWATY (1005106010041)
MUHAMMAD FURQAN (1005106010043)
ALMUNA RAMADANI(1005106010045)
TARY MEUTIA (1005106010046)
MUHAMMAD ISKANDAR (1005106010047)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2013
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanganan pasca panen padi merupakan upaya sangat strategis
dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi. Konstribusi
penanganan pasca panen terhadap peningkatan produksi padi dapat
tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan ter-capainya mutu gabah/
beras sesuai persyaratan mutu.
Dalam penanganan pasca panen padi, salah satu permasalahan yang
sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani
terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan
masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah/beras. Untuk
mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan penanganan pasca panen
yang baik agar dapat menekan kehilangan hasil dan
mempertahankan mutu hasil gabah/ beras.
Dalam usaha tani padi, thresher merupakan alat untuk merontokkan
padi menjadi gabah. Alat ini merupakan alat bantu bagi tenaga kerja untuk
memisahkan gabah dengan jeraminya,sehingga penggunaan pedal thresher
menjadi satu kesatuan dengan tenaga kerja panen.terdapat dua jenis thresher
berdasar alat penggeraknya yaitu (1) secara manual denganmenggunakan
pedal (pedal thresher) dan (2) digerakkan dengan mesin (power
threser).penggunaan threser untuk merontok padi tidak dapat dipisahkan
dengan perkembangan varietas unggul baru berumur pendek dan mudah
rontok.mesin perontok padi dikenal juga dengan power thresher adalah jenis
mesin perontok yang telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai
jenis lahan persawahan diindonesia. Mesin perontok jenis ini telah banyak
digunakan oleh petani di seluruh nusantara karena keunggulannya yang
praktis dan mudah dipindahkan dari lahan satu lainnya.digerakkan dengan
mesin bertenaga diesel.
Proses perontokan padi adalah aktivitas kerja dari sebuah sistem
manusia-mesin. dilaksanakan secara manual. Disini kinerja proses akan
sangat tergantung sepenuhnya pada manusia, baik dalam hal penggunaan
tenaga maupun pengendalian kerja. Proses kerja dilakukan dengan
menggunakan bantuan fasilitas/peralatan kerja berupa mesin perontok padi
(thresher) yang pengoperasiannya sangat ditentukan oleh kinerja operator
yang umumnya bekerja dengan posisi berdiri. Secara umum, tujuan
perontokkan adalah untuk mengurangi kehilangan gabah saat perontokan
dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani
memperoleh nilai tambah dalam usahataninya.Proses perontokan dilakukan
apabila hasil panen diperoleh dalam bentuk malai (tangkai) seperti padi
ataupun kedelai. Proses perontokan yang tertua secara manual dilakukan
dengan cara memukul-mukulkan tanaman yang telah dipanen pada batang
kayu dengan dialasi tikar. Di beberapa daerah terutama di Jawa perontokan
dilakukan dengan cara menginjak-injak tanaman yang telah dipanen., baru
setelah itu kemudian dikenal suatu alat perontok lebih maju yang dapat
digerakkan secara manual dengan cara diengkol sehingga disebut pedal
tresher ataupun secara mekanis (power tresher).
Perontokan padi juga merupakan tahapan pasca panen padi setelah
pemotongan padi (pemanenan). Perontokan padi merupakan proses
terlepasnya butiran-butiran gabah dari malainya .Proses perontokan padi
dapat dilakukan dengan tiga metode,yaitu metode Rubbing Action, metode
Impact, dan metode Stripping. Metode Rubbing Action dilakukan jika padi
dirontokan dengan cara menginjak atau mengiles. Metode Impact dan
Stripping berdasarkan pada proses tumbukan (bentrokan) dan pengupasan.
Prinsip untuk melepaskan butir gabah dari malainya adalah dengan
memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai tersebut.
Berdasarkan alat perontok padi, cara perontokan dapat dikelompokkan
menjadi beberapa cara, antara lain iles/injak-injak, pukul/gedig,
banting/gebot, pedal thresher, dan mesin perontok. Perontokan padi dengan
cara dibanting dilakukan dengan cara membantingkan atau memukulkan
segenggam potongan padi ke benda keras, misalnya kayu, bambu atau batu
yang diletakkan pada alas penampung gabah. Kapasitas perontokan dengan
cara gebot sangat bervariasi, tergantung kepada kekuatan orang, yaitu
berkisar antara 41,8 kg/jam/orang sampai 89,79 kg/jam/orang.
B. Tujuan1. Mendeskripsikan bagaimana cara kerja dari alat dan mesin
peontok (Thresher)
2. Mendeskripsikan bagian-bagian dari alat dan mesin perontok padi
(Thresher)
3. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan dari alat dan mesin
perontok padi (Thresher)
PEMBAHASAN
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah
pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan padi. Pada tahap ini,
kehilangan akibat ketidak tepatan dalam melakukan perontokan dapat
mencapai lebih dari 5%. Perontokan dapat dilakukan dengan cara diiles/
diinjak, dibanting/ ditumbuk, atau menggunakan alat perontok gabah.
a. Perontokan dengan cara diiles : potongan batang padi ditaruh pada
alas yang digelar di atas tanah, kemudian di injak-injak atau diiles hingga
gabah lepas dari tangkainya.
b. Perontokan dengan cara dibanting (di gebot): alas (anyaman
bambu atau tikar) digelar di sekitar alas juga digelar plastik lainnya. Batang
padi dipukul-pukul atau dibanting sampai gabah rontok. Dengan adanya
plastik tersebut butir tidak akan tercecer atau terlempar ke luar dari alas
yang telah digelar. Selanjutnya gabah yang sudah dirontokkan dipisahkan
dan ditaruh pada wadah yang telah disiapkan. Alat yang digunakan sebagai
papan perontok ini adalah gebotan.
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisional dengan komponen
alat terdiri dari : (1) rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan
empat kaki dan
dapat berdiri diatas tanah; (2) meja rak perontok terbuat dari belahan
bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1-2 cm; (3)
dibelakang samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu,
plastik lembaran atau terpal, sedangkan bagian depan terbuka.
Pekerjaan menggebot ini merupakan cara sederhana yang populer
yang dilakukan oleh petani dan sangat kental dengan kandungan aspek
sosial budaya di tingkat petani di pedesaan dan merupakan salah satu
proses dalam sistem kelembagaan upah kerja di pedesaan. Kegiatan
dengan pengebotan dilakukan secara sederhana sehingga terjadi susut
yang tercecer lebih besar, mutu gabah kurang baik akibat busuk dari yang
tidak terontok dan membutuhkan tenaga cukup besar.
Kegiatan penggebotan ini merupakan kegiatan yang cukup
melelahkan bagi petani. Saat melakukan penggebotan badan harus
menunduk sambil membanting malai padi pada papan gebot. Kegiatan ini
dilakukan terus-menerus hingga semua hasil panen selesai dirontokkan.
Oleh karena itu alat gebot harus dirancang sebaik mungkin agar kelelahan
yang dialami petani saat melakukan kerja bukan akibat signifikan dari
kesalahan atau ketidak sesuaian desain alat.
Gambar 1. Petani merontokkan padi dengan alat gebot.
Gambar 2. Alat gebot yang digunakan oleh petani
Perontokan padi dengan cara gebot yaitu perontokan padi dengan
membantingkan segenggam batang padi pada alat gebot yang terbuat dari
kayu atau besi. Dalam proses perontokan dengan cara gebot tersebut perlu
diperhatikan mengenai penggunaan alas terpal untuk menghindari
banyaknya gabah yang tercecer akibat ayunan serta terpaan angina pada
saat perontokan. Untuk menghindari adanya kehilangan hasil yang
berlebihan, plastik yang berisi tumpukan padi yang masih dialasi plastik
atau karung untuk menghindari tercecernya gabah dibawa ke tempat
perontokan yang telah dialasi plastik terpal dengan ukuran 6x6 m yang
dilengkapi dengan tirai. Penggebotan dilakukan dengan cara membanting
atau memukulkan genggaman padi ke alat gebot sebanyak 6 sampai 8 kali.
Pembersihan sisa gabah yang masih menempel pada jerami dapat
dilakukan secara manual. Pemindahan gabah hasil panen dapat
menggunakan karung plastik yang bersih serta dijahit atau diikat agar tidak
tercecer.
Kapasitas perontokan dengan cara gebot sangat bervariasi,
tergantung kepada kekuatan orang, yaitu berkisar antara 41,8 kg/jam/orang
sampai 89,79 kg/jam/orang (Setyono, 2000 dalam Heny Herawati, 2008).
Kemampuan kerja pemanen di Kabupaten Bantul, Yogyakarta untuk
merontok padi dengan cara gebot berkisar antara 58,8 kg/jam/orang sampai
62,73 kg/jam/orang. Perontokan padi dengan cara gebot banyak gabah
yang tidak terontok berkisar antara 6,4 % sampai 8,9 % Perontokan dengan
cara dibanting atau gebot, jika alas penampung gabah tidak luas dan tanpa
tirai atau dinding maka banyak gabah yang terlempar keluar wadah
perontokan. Jika bantingan kurang kuat, banyak gabah yang tidak terontok
dan tertinggal dimalai. Proses perontokan secara manual dengan cara gebot
memiliki kelemahan diantaranya yaitu adanya keterlambatan dalam proses
perontokan atau padi tertumpuk di sawah serta sangat bergantung pada
kemampuan dan kemauan tenaga penggebot.
c. Perontokan dengan alat : alat ini ada yang sifatnya manual
(digerakkan dengan tenaga manusia/kaki : pedal thresher), dan ada yang
digerakkan dengan listrik. Pedal thresher paling banyak digunakan karena
harganya terjangkau oleh petani. Proses perontokan gabah dengan alat
perontok jauh lebih cepat dari pada cara diiles atau dibanting. Selain
menggunakan pedal thresher dapat juga menggunakan power thresher.
Power thresher merupakan mesin yang menggunakan sumber tenaga
penggerak engine.
1. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat
dibuat sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta
mudah dijinjing ketengah lapangan/sawah. Pada umumnya hanya dipakai
untuk merontok padi. Dengan menggunakan pedal tresher maka didapat
beberapa keuntugan, yaitu selain menunjukkan hasil lebih baik juga
menunjukkan efisiensi waktu dan tenaga lebih tinggi serta kehilangan bulir
yang lebih rendah.
Gambar 1 : Pedal Thresher
1.1 Spesifikasi Pedal Thresher :
a.Mampu menghemat tenaga dan waktu
b. Kebutuhan operatus 1 (satu) orang
c. Mudah dioperasikan dan akan mengurangi susut tercecer
d.Kapasitas kerja : 75 kg hingga 100 kg per jam
Gambar 2. Contoh ilustrasi alat perontok padi jenis pedal thresher.
Gambar 3. Perontokan padi dengan pedal thresher
1.2 Prinsip Kerja Pedal Thresher
Prinsip dasar alat perontok ini adalah merontokkan bulir dari malai
atau tangkai tanaman dengan menarik-nariknya dengan menggunakan
suatu silinder putar yang dilengkapi gigi-gigi. Silinder diputar dengan
menggunakan rantai yang dihubungkan dengan engkol (untuk perontok
manual) atau poros mesin yang berputar. Gabah yang telah dirontokkan
langsung ditampung dalam karung. Kapasitas perontok manual dapat
mencapai 67 kg per jam dengan kebersihan 80%, sedangkan alat perontok
mesin dapat mencapai 300 kg/jam dengan tingkat kebersihan 95%.
2. Power Thresher (Thesher Mekanis)
Mesin Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok
yang telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan
persawahan di Indonesia.
Gambar 4. Contoh ilustrasi alat perontok padi jenis power thresher
Alat dan Mesin Pertanian (mesin perontok padi) dapat memberi
kontribusi yang cukup berarti dalam rangka meningkatkan keuntungan
usahatani padi sawah. Unsur-unsur yang mendukung peningkatan
keuntungan adalah kecepatan proses perontokan dan pembersihan
sehingga menghemat waktu. Lebih penting lagi power thresher terbukti
dapat mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi
kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah
dalam usaha taninya.
Gambar 4. Contoh ilustrasi alat perontok padi jenis power thresher
2.1 Spesifikasi :
a. Tenaga penggerak : Mesin diesel atau bensin 5,5 HP s/d 6 HP
b. Berat keseluruhan : 110 kg
c. Panjang X Lebar X Tinggi : 1325 X 965 X 1213
d. Kapasitas kerja : 500 hingga 600 kg per jam Padi
350 hingga 450 kg per jam Kedelai
700 hingga 1000 kg per jam Jagung
e. Kecepatan putar silinder : untuk padi 600 rpm
untuk kedelai 600 – 650 rpm
untuk jagung 650 – 700 rpm
f. Kebutuhan tenaga : 3 sampai 4 orang
g. Kebutuhan bahan bakar : 0,9 liter per jam bensin
1,0 liter per jam solar
2.2 Bagian komponen power thresher terdiri dari:
a. Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm x 4 mm dan
plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan komponen
lainnya.
b. Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar
berkeliling membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 –
60 cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm.
Pada besi strip yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang
terbuat dari besi as baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan
mur. Jumlah gigi perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm,
pada kedua ujung poros diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk
pada kerangka utama.
c. Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok dan
pelat pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder
perontok, terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah
ke pintu pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok. Terbuat
dari plat lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di
sebelah bawah silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6
– 8 mm bersusun menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar
besi baja adalah 18 – 20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan
jaringan minimal 15 mm. Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder
perontok yang tak terpasang gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat
tebal 2 – 3 mm denngan ukuran 15 – 15 mm.
d. Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok, ukuran ayakan 45
mm x 390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri
dari 2 tingkat. Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13 mm x 13
mm dan bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik
turun melalui sitem as nocken.
e. Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7 buah.
f. Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor penggerak
silinder perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang
digunakan adalah tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi
adalah 500 – 600 RPM
2.3 Cara Kerja
a. Setelah semuanya siap, star/ hidupkan mesin, biarkan sebentar mesin tanpa
muatan. Periksalah posisi unit keseluruhan mesin, jangan sampai bergeser akibat
getaran atau berpindah tempat.
b. Masukkan sedikit bahan asupan untuk memeriksa kemampuan alat, tambah
kecepatan putar (rpm) drum perontok bila ternyata masih ada biji – bijian yang
belum terontok.
c. Setelah mesin siap dioperasikan, masukkan bahan asupan yang akan dirontok ke
pintu pemasukan secara teratur sebanyak mungkin tanpa menimbulkan overload,
Tumpuklah bahan di meja pemasukan seefektif mungkin dua sampai tiga orang
diperlukan untuk melayani mesin ini.
d. Kurangi pemasukan bahan bila terasa akan menjadi overloading, terutama untuk
bahan yang masih belum kering. Apabila mesin macet/ slip karena overloading,
matikan mesin, bukalah tutup mesin dan bersihkan bagian dalamnya.
e. Apabila dirasa posisi meja pengumpan terlalu tinggi, pergunakan alat bantu meja
atau kursi untuk tempat berdiri operator pengumpan atau rendahkan posisi
dudukan mesin perontok.
f. Cegahlah jangan sampai ada benda asing (batu, kayu, logam, mur, baut, kawat
dsb) yang masuk kedalam mesin.
g. Kotoran berbentuk jerami yang keluar dari pintu pelempar jerami atau kipas
penghembus harus segera dijauhkan dari mesin, agar tidak menyumbat saringan
atau tercampur dengan gabah bersih hasil perontokan, bila perlu gabah ditampung
langsung menggunakan karung di depan mulut pintu pengeluaran gabah.
h. Apabila proses perontokan telah selesai, mesin harus segera dibersihkan
(terutama bagian dalamnya) untuk disimpan ditempat yang bersih dan kering, bila
perlu diberi selimut agar tidak berkarat. Menyimpan mesin dalam keadaan kotor
akan menjadikannya mesin sebagai sarang hama dan penyakit.
Kelebihan dan Kekurangan Thresher
1. Kelebihan Thresher
_ Mobilitas tinggi (menggunakan roda transportasi).
_ Pengumpanan (Input) jerami fleksibel dengan menutup dan membuka
pintu input.
_ Metode potong pendek (Through In), pengumpanan langsung jerami ke
mesin
perontok.
_ Metode potong panjang (Hold On), pengumpanan jerami dipegang dengan
tangan.
_ Kecepatan putar kipas penghembus dapat diatur (rpm) dengan cara
mengganti diameter pully kipas penghembus.
2. Kekurangan Thresher
_ Biaya awal lebih mahal.
_ Biaya perawatan lebih mahal
KESIMPULAN
Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan
sumber tenaga penggerak engine. Kelebihan mesin perontok ini
dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih
besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.
:Ada 2 jenis mesin perontok (Thresher), yaitu :
1. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
2.Power Thresher (Thesher Mekanis)
Dalam usahatani padi, thresher merupakan alat untuk merontokkan
padi menjadi gabah. Alat ini merupakan alat bantu bagi tenaga kerja untuk
memisahkan gabah dengan jeraminya. Thresher jenis pedal mempunyai
konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup
dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing ketengah lapangan/
sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok padi.
Power Thresher dapat dipakai untuk merontok biji-bijian (padi, jagung
dan kedelai) dan dilengkapi dengan pengayak sehingga biji ± bijian yang
dihasilkan relatif bersih, serta mengurangi kehilangan gabah saat
perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah. Fungsi dari
Power Thresher / Mesin perontok padi / Mesin Perontok Serbaguna
digunakan sebagai alat mesin pertanian yang serbaguna. Mesin perontok
enis ini dapat digunakan sebagai mesin perontok padi, perontok kedelai dan
perontok jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Indiro Purwanto. Mesin Perontok Padi: Dasar Penggunaan dan Karakteristik
Thresher. Yogyakarta : Pnerbit Kanisius, 1992.fadli Rustam, di adopsi daris Modul tentang Mekanisasi Pertanian, Pemberdayaan
P3A-WISMP-IMRI Fakultas Pertanian. Universitas Jember ;Jember
.Irwanto, A.K., 1983, Alat dan Mesin Budidaya Pertanian , Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor; Bogor.
Purwadi, T., 1999, Mesin dan Peralatan, Fakultas Teknologi PertanianUniversitas Gadjah
Mada;
Jogjakarta.Sukirno. 1999, Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian .UniversitasGadjah Mada ;Jogjakarta