makalah kimor
TRANSCRIPT
II.1 Spektrofotometri UV/VIS
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV
dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah
menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu
photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling
populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik
untuk sample berwarna juga untuk sampel tak berwarna. Spektroskopi ini
melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat.
Ini berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan
(dekat ultraviolet (UV) dan dekat dengan inframerah (NIR))
kisaran.Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara langsung
mempengaruhiwarna bahan kimia yang terlibat. Di wilayah ini dari spektrum
elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik. Teknik ini
melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan transisi
dari ground state ke eksited state. Penyerapan sinar uv dan sinar
tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :
E = hv
Dimana , E = energy (joule/second)
h = tetapan plank
v = frekuensi foton
Penyerapan sinar uv-vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional/gugus
kromofor (gugus dengan ikatan tidak jenuh) yang mengandung electron
valensi dengan tingkat eksitasi yang rendah. Dengan melibatkan 3 jenis
electron yaitu : sigma, phi dan non bonding electron. Kromofor-kromofor
organik seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil mampu menyerap
sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimalnya dapat
berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus
fungsional yang mempunyai elekron bebas, seperti hidroksil, metoksi dan
amina. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor
akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang
yang lebih besar (bathokromik) yang disertai dengan peningkatan intensitas
(hyperkromik).
Prinsip Kerja Spektrofotometri UV/VIS
Pada prinsipnya spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya
sebagai tenaga yang mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga
menimbulkan cahaya.Cahaya yang digunakan merupakan foton yang
bergetar dan menjalar secara lurus dan merupakan tenaga listrik dan
magnet yang keduanya saling tagak lurus. Tenaga foton bila
mmepengaruhi senyawa kimia, maka akan menimbulkan tanggapan
(respon), sedangkan respon yang timbul untuk senyawa organik ini hanya
respon fisika atau Physical event. Tetapi bila sampai menguraikan
senyawa kimia maka dapat terjadi peruraian senyawa tersebut menjadi
molekul yang lebih kecil atau hanya menjadi radikal yang dinamakan
peristiwa kimia atau Chemical event.
Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk cairan berwarna. Sehingga
sampel yang akan diidentifikasi harus diubah dalam senyawa kompleks.
Analisis unsur berasal dari jaringan tanaman, hewan, manusia harus
diubah dalam bentuk larutan, misalnya destruksi campuran asam (H2SO4+
HNO3 + HClO4) pada suhu tinggi. Larutan sample diperoleh dilakukan
preparasi tahap berikutnya dengan pereaksi tertentu untuk memisahkan
unsur satu dengan lainya, misal analisis Pb dengan ekstraksi dithizon pada
pH tertentu. Sampel Pb direaksikan dengan amonium sitrat dan natriun
fosfit, pH disesuaikan dengan penambahan amonium hidroksida kemudian
ditambah KCN dan NH2OH.HCl dan ekstraksi dengan dithizon.
Cara Kerja alat Spektrofotometri UV/VIS
Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi
diteruskan menuju monokromator, Cahaya dari monokromator diarahkan
terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi, Detektor
menerima cahaya dari sampel secara bergantian secara berulang – ulang,
Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat
hasilnya, perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah terprogram.
II.2 Spektrofotometer jenis Fourier Infra Red (FTIR)
Spektrofotometer jenis ini mempunyai konfigurasi serta komponen-
komponen yang sangat berbeda dengan spektrofotometer infra merah
dispersive, yang tampak pada gambar berikut ini. FTIR menggunakan
interferometer sebagai komponen pemisah panjang gelombang (dalam alat
inframerah dispersive lazim yang digunakan grating monokromator).
Sedangkan detector yang digunakan terbuat dari bahan tertentu yang mampu
menerima sinyal yang sangat cepat, seperti detector pyroelectric litium
tantalat (LiTaO3) atau mercury cadmium telluric (MCT). Tidak dapat
digunakan detector seperti pada spektrofotometer dispersive yang mempunyai
tanggapan lambat.
FTIR mengenal dua macam konfigurasi optik, FTIR sinar tunggal (single
beam) dan FTIR sinar ganda (double beam).
Prinip Kerja dari FTIR
Energi yang dikeluarkan dari sumbernya (special coated heating
element) akan melewati bagian interferometer (Michelson type) sebelum
melewati bagian contoh dan dilanjutkan ke detector, computer serta bagian
pembacaan.
Sumber radiasi di dalam inferometer akan dibagi dua oleh beam
splitter menuju ke arah cermin diam dan cermin bergerak. Kedua cahaya
tersebut kemudian digabungkan kembali oleh beam splitter. Gelombang
dari cahaya-cahaya tersebut akan saling mempengaruhi satu dengan
lainnya sehingga memperlihatkan variasi-variasi intensitas sesuai dengan
pergerakan cermin.
Pada prinsipnya, bila radiasi infra merah dilewatkan melalui suatu
cuplikan, maka molekul-molekulnya dapat menyerap (mengabsorpsi) energi
sehingga terjadi transisi antara tingkat vibrasi dasar (ground state) dan tingkat vibrasi
tereksitasi (exited state). Pengabsorpsian energi pada berbagai frekuensi
dapat dideteksi oleh Spektrofotometer Infra Merah, yang memplot jumlah
radiasi infra merah yang diteruskan melalui suatu cuplikan sebagai fungsi
frekuensi atau panjang gelombang radiasi. Plot tersebut disebut spektrum infra
merah, yang akanmemberikan informasi penting tentang gugus fungsional
suatu molekul.Vibrasi molekul hanya akan terjadi bila suatu molekul terdiri dari dua
atom atau lebih. Untuk dapat menyerap radiasi infra merah (aktif inframerah),vibrasi
molekul harus menghasilkan perubahan momen dwikutub
II.3 GC/MS (Gas Chromatography/ Mass Spectrofotometer)
GC (Gas Chromatography)
Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan campuran yang
komponen-komponennya dapat menguap pada suhu percobaan (sampai
4000C) dengan menggunakan gas sebagai fase gerak. Sebagai fase diam
dapat berupa zat padat atau zat cair. Bila fase diam berupa zat padat
maka teknik ini disebut ‘Gas Solid Chromatography’ (GSC).
Teknik ini jauh lebih unggul dalam hal kecepatan, sensitive,
spesifik, (misalnya penggunaan Mass Spectrometer pada teknik GC-MS
sebagai detector), dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif terhadap micrisampel berupa gas, zat padat, atau zat cair dan
dalam hal tertentu resolusi atau pemisahan yang dihasilkan lebih
sempurna.
MS (Mass Spectrofotometer)
Prinsip Spektroskopi Massa merupakan suatu instrumen yang
menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion tersebut menjadi
spektum yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan
merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Umumnya hanya ion
positif yang dipelajari karena ion negatif yang dihasilkan dari sumber
tumbukan umumnya sedikit.
Cara kerja spektrometer massa adalah sebagai berikut. Sampel
dalam bentuk gas mula-mula ditembaki dengan berkas elektron berenergi
tinggi. Pelakuan ini menyebabkan atom atau molekul sampel mengalami
ionisasi (melepas elektron sehingga menjadi ion positif). Ion-ion positif
ini kemudian dipercepat oleh suatu beda potensial dan diarahkan ke
dalam suatu medan magnet melalui suatu celah sempit. Dalam medan
magnet, ion-ion tersebut akan mengalami pembelokan yang
bergantung pada:
1. Kuat medan listrik yang mempercepat aliran ion. Makin besar
potensial listrik yang digunakan, makin besar kecepatan ion dan
makin kecil pembelokan.
2. Kuat medan magnet. Makin kuat magnet, makin besar pembelokan.
3. Massa partikel (ion). Makin besar massa partikel, makin kecil
pembelokan.
4. Muatan partikel. Makin besar muatan, makin besar pembelokan.
II.4 Spektroskopi NMR (Nuclear Magnetic Resonance)
Prinsip Kerja dari metode spektroskopi jenis ini didasarkan pada
penyerapan energi oleh partikel yang sedang berputar di dalam medan magnet
yang kuat. Energi yang dipakai dalam pengukuran dengan metode ini berada
pada daerah gelombang radio 75-0,5 m atau pada frekuensi 4-600 MHz, yang
bergantung pada jenis inti yang diukur.
Inti yang dapat diukur dengan NMR yaitu :
a. Bentuk bulat
b. Berputar
c. Bilangan kuantum spin = ½
d. Jumlah proton dan netron ganjil, contoh : 1H, 19F, 31P, 11B, 13C
Di dalam medan magnet, inti aktif NMR (misalnya 1H atau 13C)
menyerap pada frekuensi karakteristik suatu isotop. Frekuensi resonansi,
energi absorpsi dan intensitas sinyal berbanding lurus dengan kekuatan
medan magnet. Sebagai contoh, pada medan magnet 21 tesla, proton
beresonansi pada 900 MHz. nilai magnet 21 T dianggap setara dengan
magnet 900 MHZ, meskipun inti yang berbeda beresonansi pada frekuensi
yang berbeda. Di Medan magnet bumi, inti yang sama beresonansi pada
frekuensi audio. Fenomena ini dimanfaatkan oleh spektrometer NMR medan
bumi, yang lebih murah dan mudah dibawa. Instrumen ini biasa digunakan
untuk keperluan kerja lapangan dan pengajaran.
Spektroskopi NMR didasarkan pada penyerapan panjang gelombang radio
oleh inti-inti tertentu dalam molekul organik, apabila molekul ini berada
dalam medan magnet yang kuat. Inti atom unsur-unsur dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni atom unsur yang mempunyai spin atau tidak mempunyai
spin. Spin inti akan menimbulkan medan magnet. Dari resonansi magnet
proton (RMP), akan diperoleh informasi jenis hidrogen, jumlah hidrogen dan
lingkungan hidrogen dalam suatu senyawa begitu juga dari resonansi magnet
karbon (RMC).
Bagan dari NMR
Pemancar Frekuensi
Penerima Frekuensi
Detektor
Amplifier
Recorder
Magnet
Generator
Magnet