makalah pbl blok 10
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Sistem urinal adalah suatu sistem saluran dalamtubuh manusia yang meliputi ginjal
dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersikan tubuh dari zat – zat yang
tidak diperlukan. Zat yang diolah oleh sistem ini selalu berupa sesuatu yang larut dalam
air.
Dalam makalah ini, akan dibahas struktur dari sistem urinaria yang meliputi
struktur anatomi maupun histologi, mekanisme pembentukan urine, pemeriksaan urine
serta faktor – faktor yang mendorong seseorang sering kencing pada malam hari.
1.2TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a) Agar dapat mengetahui sistem urinaria pada tubuh manusia baik struktur maupun
fungsinya
b) Agar dapat mengetahui mekanisme dari sistem pembentukan urine itu sendiri
c) Agar dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang sering kencing
pada malam hari
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STRUKTUR SALURAN KEMIH
a) Struktur Makroskopis
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak
fungsi untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan
pengatur kesetimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang
ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra
dan terletak retroperitoneal (di belakang peritoneum). Selain itu sepasang ginjal
tersebut dilengkapi juga dengan sepasang ureter, sebuah vesika urinaria (buli-
buli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke lingkungan luar tubuh.
1) Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)
dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah
kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub
atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal
kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)
sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-
batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri.
2
gambar : ginjal
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari
korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis
Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus
rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent)
Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah
korteks
Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf
atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal
Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul
dan calix minor
Calix minor, yaitu percabangan dari calix major
Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis
Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan
antara calix major dan ureter
3
Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi
(yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung
Henle, tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di
sekeliling tubulus ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang
membawa darah dari dan menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang
memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan letakya nefron dapat dibagi menjadi:
(1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks yang
relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang
terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus
renalisnya terletak di tepi medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke
dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut
sebagai vasa rekta.
Ginjal diperdarahi oleh a.v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta
abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah
memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris
yang akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen
superior, anterior-superior, anterior-inferior, inferior serta posterior.
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan
simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major,
n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan
aferen viseral. Sedangkan persarafan simpatis melalui n.vagus.
2) Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica
urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing
satu untuk setiap ginjal.
4
gambar : ureter
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas
major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan
secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-
medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah
aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di
mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura
marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini
sering terbentuk batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca
communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan
ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus,
serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.
3) Vesica Urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan
tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk
selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui
5
mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor),
bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus
halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Gambar : vesica urinaria
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri
atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga
permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi
(anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri
dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae
pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu
bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum
vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam
keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun
pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis
dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus
imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui
n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
6
4) Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ
seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita
panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu
m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan
m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan
pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung
kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan
aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m.
sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat.
Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus
kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding
bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter
(somatis).
Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang,
membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar
penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding
uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara
pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m.
7
spchinter urethra yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak
seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.
Gambar urethra pada pria dan wanita
b) Struktur Mikroskopis
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu
vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin
dikeluarkan dari vesika urinaria.
1) Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk
ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena
adanya lobus hepatis dexter yang besar.
Fungsi ginjal
Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
8
Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di
bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk
corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga
calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
2) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
Lapisan tengah lapisan otot polos
Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
3) Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
9
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika
urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
Lapisan sebelah luar (peritoneum)
Tunika muskularis (lapisan berotot)
Tunika submukosa
Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)
4) Urethra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :
Urethra pars Prostatica
Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
Urethra pars spongiosa
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar
urethra tetap tertutup.
Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
Lapisan mukosa
2.2 MEKANISME PEMBENTUKAN URIN
10
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian
proses, yaitu : penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.
a) Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di
kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan
permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan.
Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah,
keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut
di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,
bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer,
mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
b) Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap
kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal
terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino
meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis.
Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam
dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder,
zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi
zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
c) Augmentasi
11
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi
di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tubulus ginjal, urin akan menuju rongga
ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih
telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa
ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin yang
dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya
pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine adalah :
Hormon ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga
dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.
Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan
pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur
sirkulasi ginjal
Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air
yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium
Renin
12
Selain itu ginjal menghasilkan Renin, yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus
jukstaglomerularis pada :
o Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )
o Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )
o Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )
o Innervasi ginjal dihilangkan
o Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )
Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila
regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan
hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen
menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan
ini efeknya menaikkan tekanan darah.
o Zat - zat diuretic
Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak
mengkonsumsi zat diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi,
sehingga volume urin bertambah.
o Suhu internal atau eksternal
Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan
mengurangi volume urin.
o Konsentrasi Darah
Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah
rendah.Reabsorpsi air di ginjal mengingkat, volume urin menurun.
o Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin.
2.3 FAKTOR PENYEBAB
Buang air kecil atau kencing adalah cara tubuh membuang limbah. Limbah ini
dilepaskan dari metabolisme sel-sel, masuk ke dalam darah dan akhirnya disaring oleh
ginjal dari aliran darah untuk dibuang lewat urin. Jika seseorang tidak bisa buang air
13
kecil maka dia akan sakit karena keracunan tubuh. Buang air kecil sangat diperlukan
untuk menjaga kesehatan.
Setiap orang memiliki frekuensi buang uang air kecil yang berbeda- beda. Beberapa
orang hanya buang air kecil 2 sampai 3 kali per hari, sementara ada orang yang sampai
10 kali ke toilet untuk buang air setiap hari. Tidak ada patokan berapa sebenarnya
frekuensi yang normal.
Wanita lebih sering pergi ke toilet daripada pria. Hal ini berkaitan dengan volume
kandung kemih, yang lebih besar pada pria dibandingkan pada wanita. Pria memakan
waktu lebih lama untuk memenuhi kandung kemihnya sehingga mereka lebih jarang
buang air kecil. Banyak – sedikitnya minum, cuaca udara, dan faktor lain juga
berpengaruh pada frekuensi kencing.
Namun, bila buang air kecil jauh lebih sering dari biasanya maka hal itu dapat
menunjukkan adanya masalah atau gangguan dalam tubuh. Kemungkinan penyebabnya
antara lain:
Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK adalah penyebab utama peningkatan frekuensi
buang air kecil.
Diabetes. Sering buang air kecil sering merupakan gejala awal dari diabetes saat
tubuh mencoba untuk membersihkan diri dari glukosa yang tidak digunakan
melalui urin.
Prostatitis akut. Prostatitis akut adalah pembengkakan dan iritasi kelenjar prostat
yang berlangsung cepat. Prostatitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
pada kelenjar prostat yang menyebabkan dinding kandung kemih menjadi sensitif.
Kandung kemih mulai berkontraksi bahkan ketika masih memiliki sejumlah kecil
urin.
Menstruasi. Hormon dalam tubuh perempuan berubah terus sepanjang bulan. Tepat
sebelum menstruasi biasanya kelembaban wanita meningkat. Dalam beberapa hari
menstruasi, kelembaban ekstra itu meninggalkan tubuh sehingga meningkatkan
frekuensi buang air kecil.
Kehamilan. Pada minggu-minggu awal kehamilan rahim mengalami perkembangan
sehingga menekan kandung kemih, menyebabkan sering buang air kecil.
14
Sistitis interstisial. Radang dinding kandung kemih kronis yang tidak diketahui
penyebabnya ini ditandai dengan nyeri di daerah kandung kemih dan panggul.
Gejala utama sistitis adalah dorongan kuat untuk buang air kecil, setiap kalinya
hanya mengeluarkan sejumlah kecil urin (Jawa: anyang-anyangen).
Kafein. Kafein menghambat kerja hormon antidiuretik (ADH). Hormon itu
memastikan bahwa tidak terlalu banyak air dalam urin. Hambatan terhadap ADH
membuat produksi air urin meningkat. Disarankan bahwa untuk setiap cangkir kopi
harus diseimbangi dengan meminum segelas air putih untuk mengisi kekurangan
tersebut.
Obat-obatan. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi
dapat membuat seseorang lebih sering kencing untuk sementara dan kembali
normal setelah berhenti minum obat.
Stroke atau penyakit neurologis lainnya. Kerusakan saraf yang mengendalikan
kandung kemih dapat menyebabkan masalah fungsi kandung kemih, termasuk
dorongan untuk buang air kecil yang terlalu sering dan tiba-tiba.
Kandung kemih terlalu aktif. Beberapa orang sering buang air kecil terutama di
malam hari. Gejala ini disebut nokturia dan biasanya mempengaruhi orang berusia
lebih dari 50 tahun, ibu hamil, pria dengan kanker prostat dan gagal jantung.
Normalnya, produksi urin di malam hari berkurang sehingga dapat tidur dengan
baik. Dalam kasus nokturia, produksi urin tetap besar sehingga mengakibatkan
sering buang air kecil.
2.4 PEMERIKSAAN URINE
a) Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan Makroskopis
Yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH
urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan
kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan
15
kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin yang
dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan
gangguan faal ginjal. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin
seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan,
iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume
urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan
volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan
yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu
poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes
mellitus, diabetes insipi-dus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila
volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah-muntah, deman edema,
nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24
jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan
ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih
banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut
nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-
kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak
berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah,
coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan
urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan
oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna
normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh
beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila
didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal
ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat. Disamping
itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti
hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan
warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat
16
yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan
warna coklat kehitaman pada urin.
Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak
keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih.
Kekeruhan ringan disebut nubeculayangterdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit
yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat
amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah
keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen
seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri,
menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens pita. Berat jenis urin
sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin berhubungan
erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan
sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis
bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis
1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini
dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat
jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang
berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah
bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol,
pate, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau
amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada
urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari
semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih
umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena
dapat memberi kesan tentang keadaan da- lam badan. pH urin normal berkisar
antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat
17
memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escheri-chia coli biasanya
urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat
merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa.
Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam,
sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin
sebaiknya dipertahankan basa.
Pemeriksaan Mikroskopis
Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin
wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak
dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 --
5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. Adanya
eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh
perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi
saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya
leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai
pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada
penderita dengan fluor albus.
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal,
mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-
kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan
silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH
dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal. Dikenal bermacam-
macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal.
Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit
eritrosit, lekosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder
lekosit, silinder eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan
penyakit yang serius. Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada
glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada
penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.
18
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu didalam
saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf
merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai
arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal.
Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan,
kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Disamping itu mungkin didapatkan
kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal
tirosin, kristal leucin.
Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan
dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat,
seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik
didalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel
tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan
memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan
mikroskop polarisasi.
Pemeriksaan Kimia Urin
Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin
dibandingkan protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan
mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak
dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein tersebut didalam urin.
Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung ammonium kuartener
dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu
dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan
post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti
anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia
dan dapat timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti pada hipertensi
dan payah jantung. Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena
kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis
19
akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis
tubuler akut dan lain-lain.
Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens
pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri
menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada
urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa,
fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti
streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan
dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin
sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Cara
ini juga lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa,
fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin
didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C
melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl. Pada orang normal
tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan
kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk
mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma
Cushing, phaeochromo-cytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena
ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan
dan sindroma Fanconi.
Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan
asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang
diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat
mendeteksi asam asetoasetat lebih dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka
untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksibutirat. Hasil positif
palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit
levodopa dan pengawet hidroksi-quinoline yang berlebihan. Dalam keadaan
normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang
lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan
metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang
tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat.
20
Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam
diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru
atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-
toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan hasil positif dan keadaan
ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat
terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar
yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung
metabolit pyridium atau serenium.
Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam
keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara0,1 -- 1,0 Ehrlich unit per dl
urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan
hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan didalam tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam
urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang
sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150--450 ug
hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada
eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik
urin. Hasil negatif palsu bila urin mengairdung vitamin C lebih dari 10 mg/dl.
Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti
hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran
kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.
Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat
ditentukan dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam
urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari mikroorganisme per ml
urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa hendaklah urin yang telah
berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat
menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4
jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus. Hasil positif akan mencapai
80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang
negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil negative
21
mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung
reduktase, sehingga kuman tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin
yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak
terdapat nitrat dalam urin, basil tes akan negatif. Kepekaan tes ini berkurang
dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin
mengandung vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin
kurang dari 0,03 mg/dl.
22
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Struktur saluran kemih yaitu ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian
proses, yaitu : penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.
Buang air kecil sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan. Namun, bila buang air
kecil jauh lebih sering dari biasanya maka hal itu dapat menunjukkan adanya
masalah atau gangguan dalam tubuh.
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan
urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang
meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan
pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan
pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit
23
DAFTAR PUSTAKA
1) Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC ; 2008
2) Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC ;
2001
3) Guyton dan Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Penertbit buku
kedokteran EGC ; 2007
4) Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 5. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC ; 2006
5) Pearce, Efelin C. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama ; 2006
6) Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia ;
2005
24