makalah senyawa rutin

10
I. Judul Isolasi Rutin dari Daun Singkong (  Manihot esculenta Crantz ) II. Tujuan 1. Me nget ahui kandunga n se ny awa ruti n yang te rdapat pa da da un si ngkong (  Manihot esculenta Crantz ) 2. Mel akukan is ola si sen yawa ruti n pada daun sing kong (  Manihot esculenta Crantz ) sesuai prosedur itoki!ia III. "rinsip Mengisolasi dan !engidentiikasi senyawa rutin yang terdapat pada daun singkong (  Manihot esculenta Crantz ) dengan prosedur itoki!ia I#. Tinjauan "ustaka 1. Ti nj auan $ota ni a. %l as i ik as i Tan a!an Se&ara taksono!i singkong dapat d iklasiikasikan se'agai 'erikut %ingdo! "lantae Diisi Sper!atophyta Su'diisi *ngiosper!ae %elas Dy&otiledoneae +rdo ,uphor'iales

Upload: dede-mirtha-adipratama

Post on 16-Oct-2015

174 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

I. JudulIsolasi Rutin dari Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz)

II. Tujuan

1. Mengetahui kandungan senyawa rutin yang terdapat pada daun singkong (Manihot esculenta Crantz)

2. Melakukan isolasi senyawa rutin pada daun singkong (Manihot esculenta Crantz) sesuai prosedur fitokimia

III. Prinsip

Mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa rutin yang terdapat pada daun singkong (Manihot esculenta Crantz) dengan prosedur fitokimia

IV. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Botani

a. Klasifikasi Tanaman

Secara taksonomi singkong dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom

: Plantae Divisi

: Spermatophyta Subdivisi

: AngiospermaeKelas

: DycotiledoneaeOrdo

: Euphorbiales Famili

: Euphorbiaceae Genus

: Manihot Spesies

: Manihot esculenta Crantz.

(Prihandana et al., 2007)

b. Nama Daerah

Singkong diantaranya dikenal dengan nama cassava (Inggris), ketila, keutila, ubi kayee (Aceh), ubi parancih (Minagkabau), ubi singkung (Jakarta), batata kayu (Manado), bistungkel (Ambon), kasapen, sampeu, huwi dangdeur, huwi jendral, ubikayu (Sunda), bolet, kasawe, tela pohung, kaspa, kaspe, katela budin, katela jendral (Jawa), blandong, manggala menyok, puhung, pohong, sawe, sawi (Madura), kesawi, ketela kayu, sabrang sawi (Bali), kasubi (Gorongtalo, Baree, Padu), lame kayu (Makasar), lame aju (Bugis, Majene), kasibi (Ternate, Tidore). (Purwono dan Purnamawati, 2008). c. Morfologi

Singkong memiliki batang yang berkayu, beruas-ruas dengan ketinggian mencapai lebih dari 3 cm. Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna hijau dan setelah tua menjadi keputih-putihan, kelabu atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empulur berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti gabus (Suprapti 2005). Daun singkong terdiri dari helai daun dan tangkai daun. Susunan daunnya berurat menjari dengan cangap 5-9 helai. Daun singkong, terutama yang masih muda mengandung racun sianida namun dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasa pahit sayuran lain, misalnya daun pepaya dan kenikir (Suprapti 2005).

Singkong memiliki bunga berumah satu dengan penyerbukan silang sehingga

jarang berbuah. Umbi singkong yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi sebagai tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat memanjang, terdiri atas: kulit luar tipis berwarna kecoklatan, kulit dalam yang agak tebal berwarna keputihan, dan daging berwarna putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang mengandung sianida dengan kadar berbeda.

d. Budidaya Singkong

Singkong telah dikenal baik oleh para petani di Pulau Jawa, Sumatra, dan pulau- pulau lainnya di Indonesia sebagai tanaman yang pembudidayaannya mudah. Singkong dapat hidup di tanah yang relatif tidak subur, tidak memerlukan banyak pupuk ataupun pestisida, serta dapat menghasilkan minimal 7-9 ton per hektar (Djuwardi 2009). Mengenai penanamannya, sistem tanam daerah yang satu dengan daerah yang lainnya bisa saja berbeda karena faktor geografisnya, tetapi dalam hal pola tanam dan pola panen pada umumnya sama, yaitu berdasarkan iklim (Djuwardi 2009).

Berdasarkan daya adaptasinya, singkong mampu bertahan hidup secara meluas di daerah-daerah yang cukup ekstrim dan umumnya beriklim tropis seperti Indonesia. Singkong merupakan jenis tanaman yang fleksibel karena dapat tumbuh dan berproduksi di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, mulai dari ketinggian 10-1500 m di atas permukaan laut. Selain itu, singkong juga sangat cocok dikembangkan di lahan-lahan marginal, kurang subur, dan miskin air (Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran 2008). Menurut Kusdiarjo (2002), umur panen singkong dibagi menjadi dua kelompok yaitu genjah (6-8 bulan) dan dalam (8-12 bulan). Kriteria utama umur panen ubi kayu adalah kadar pati optimal, yakni pada saat tanaman berumur 7-9 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan daun mulai berkurang, warna daun mulai agak menguning, dan banyak daun yang rontok. 2. Manfaat dan Khasiat

Melihat begitu banyak manfaat dari daun singkong dan daun ini harganya cukup ekonomis sehingga daun singkong banyak dimanfaatkansebagai obat antara lain untuk anti kanker, mencegah konstipasi dan anemia, serta meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan vitamin dan mineralnya rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran daun lain. Vitamin A dan C pada daun singkong berperan sebagai antioksidan yang mencegah proses penuaan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Kandungan kalsium yang tinggi sangat baik untuk mencegah penyakit tulang seperti rematik dan asam urat (Anonim, 2011). Dari berbagai analisis disebutkan, daun singkong dapat membantu mengubah karbohidrat menjadi energi, membantu pemulihan kulit dan tulang, meningkatkan daya ingat, mood, kinerja otak dan metabolisme asam amino lain. Dalam setiap 100 gram daun singkong mengandung 3.300 RE vitamin A yang baik untuk kesehatan mata dan vitamin C sebanyak 275 mg yang baik untuk mencegah sariawan, dan meningkatkankekebalan tubuh, membantu menangkal radikal bebas, dan melindungi sel dari kerusakan oksidasi. Yang tidak kalah penting, kandungan serat pada daun singkong yang cukup tinggi sehingga dapat membantu melancarkan buang air besar (Anonim, 2010).

Khasiat dari daun singkong, antara lain untuk demam, sakit kepala, diare, dan mata sering kabur. Selain itu, daun singkong juga dapat menambah nafsu makan. Daun singkong yang dikonsumsi secara rutin juga dapat mencegah aterosklerosis (penimbunan lemak di dinding pembuluh darah) yang bisa berdampak pada serangan jantung (Anonim, 2011).

3. Kandungan KimiaAdapun kandungan kimia dalam daun singkong, antara lain:

a. Memiliki kadar protein yang cukup tinggi, sumber energi yang setara dengan karbohidrat, 4 kalori setiap gram protein.

b. Sumber vitamin A setiap 100 gram yaitu mencapai 3.300 RE sehingga baik untuk kesehatan mata.c. Kandungan serat yang tinggi yang dapat memperlancar buang air besar dan mencegah kanker usus dan penyakit jantung.d. Kandungan vitamin C per 100 gram daun singkong mencapai 275 mg, bisa terbebas dari sariawan dan kekebalan tubuh bisa lebih terjaga dengan asupan vitamin C. e. Kandungan protein daun singkong enam kali lebih banyak dari pada umbinya yaitu 6,2 persen. Demikian pula karoten hanya terdapat pada daunnya dan sama sekali tidak terdapat pada umbinya. f. Kandungan karoten pada daun singkong yaitu 7052 g/100 g. Sedangkan kandungan serat kasar dan abu ubi kayu per 100 g yaitu 2,4 g dan 1,2 g. g. Selain itu daun singkong juga mengandung air sebesar 84,4 g dan bagian yang dapat dimakan sebesar 67 g. Kandungan protein tertinggi pada daun singkong dijumpai pada daun yang masih muda, umur enam bulan. Makin tua daun ubi kayu makin berkuranng kandungan protein daun. Kandungan protein singkong ternyata sangat tinggi. Secara umum, dalam berat yang sama dengan berat telur, berat protein nabati yang dikandung daun singkong lebih kurang sama dengan yang dikandung telur.4. Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa yang tersusun dari 15 atom karbon dan terdiri dari 2 cincin benzen yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:a. Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen (turunan tanin).b. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini disebut flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang paling banyak memiliki aktivitas farmakologi.

c. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai pewarna alami.Kata flavonoid memiliki 2 arti yang berbeda, yaitu C6C5C6 dan benzopiron. Flavonoid biasanya dideteksi dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 340-370 nm dan senyawa ini akan berfuoresensi kuning oranye. Penomoran flavonoid akhiran genin menunjukkan nama sebuah aglikon. Misalnya, 5,7,4-trihidroksiflavon disebun apigenin. Jika apigenin terikat dengan gula dan menjadi glikosida, maka namanya berubah menjadi apiin. Baik apiin maupun apigenin terdapat pada Apium graveolens.5. Macam-macam flavonoida. Kuersetin pada Allium cepa. Nama kimianya adalah 5,7,3,4-tetrahidroksiflavonol. Digunakan sebagai vitamin P yang dapat menurunkan permeabilitas dan kerapuhan pembuluh darah.

b. Luteolin pada Sonchus arvensis. Nama kimianya adalah 5,7,3,4-tetrahidroksiflavon.c. Kaemferid pada Kaempferia galanga. Nama kimianya adalah 5,7-dihidroksi-4-metoksiflavonol.d. Sinersetin pada Ortosiphon stamineus. Nama kimianya adalah 5,6,7,3,4-pentametoksiflavon.e. Rutin. Nama kimianya adalah 5,7,3,4-tetrahidroksiflavonol-3-Oglukosilramnosida.f. Miresetin pada Anacardium occidentale. Nama kimianya adalah 5,7,3,4,5-pentahidroksiflavonol.6. Sifat Fisik/Kelarutan Flavonoida. Flavonoid polimetil atau polimetoksi larut dalam heksan, petroleum eter (PE), kloroform, eter, etil asetat, dan etanol. Contoh: sinersetin (nonpolar).b. Aglikon flavonoid polihidroksi tidak larut dalam heksan, PE dan kloroform; larut dalam eter, etil asetat dan etanol; dan sedikit larut dalam air. Contoh: kuersetin (semipolar).c. Glikosida flavonoid tidak larut dalam heksan, PE, kloroform, eter; sedikit larut dalam etil asetat dan etanol; serta sangat larut dalam air. Contoh: rutin.7. Keberadaan flavonoid dalam tumbuhanFlavonoid tersebar luas pada tumbuhan tapi jarang terdapat pada bakteri, jamur dan lumut. Dalam dunia tumbuhan, flavonoid tersebar luas dalam suku Rutaceae, Papilionaceae (kacang-kacangan), Labiatae (Ortosiphon), Compositae (contoh: Sonchus arvensis), Anacardiaceae, Apiaceae/Umbeliferae (seledri, pegagan, wortel), dan Euphorbiaceae (contoh: daun singkong). Pada tingkat organ, flavonoid tersebar pada seluruh bagian tanaman seperti biji, bunga, daun, dan batang. Pada tingkat jaringan, flavonoid banyak terdapat pada jaringan palisade. Pada tingkat seluler, flavonoid bisa terdapat pada dinding sel, kloroplas, atau terlarut dalam sitoplasma. Pada paku-pakuan, flavonoidnya berupa flavonoid polimetoksi sehingga hanya terdapat pada dinding sel dan tidak terdapat pada sitoplasma karena sitoplasma mengandung banyak air sehingga bersifat polar dan tidak dapat melarutkan flavonoid polimetoksi.8. Kestabilan FlavonoidSecara fisis, flavonoid bersifat stabil. Namun, secara kimiawi ada 2 jenis flavonoid yang kurang stabil, yaitu:a. Flavonoid O-glikosida, dimana glikon dan aglikon dihubungkan oleh ikatan eter (R-O-R). Flavonoid jenis ini mudah terhidrolisis.b. Flavonoid C-glikosida, dimana glikon dan aglikon dihubungkan oleh ikatan C-C. Flavonoid jenis ini sukar terhidrolisis, tapi mudah berubah menjadi isomernya. Misalnya viteksin, dimana gulanya mudah berpindah ke posisi 8. Perlu diketahui, kebanyakan gula terikat pada posisi 5 dan 8, jarang terikat pada cincin B atau C karena kedua cincin tersebut berasal dari jalur sintesis tersendiri, yaitu jalur sinamat.9. Rutin

a. Struktur Kimia

5,7,3,4-tetrahidroksiflavonol-3-OglukosilramnosidaRutin, juga disebut rutoside, quercetin-3-O-rutinoside dan sophorin, adalah glikosida antara flavonol quercetin dan disakarida rutinose (-L-rhamnopyranosyl-(1 6))--D-glukopiranosa). Rutin adalah salah satu senyawa fenolik yang ditemukan dalam spesies tanaman invasif Carpobrotus edulis dan berkontribusi terhadap antibakteri dan antioksidan. Namanya berasal dari nama Ruta graveolens , tanaman yang juga berisi rutin.

Rutin ditemukan dalam banyak tanaman, termasuk gandum , daun dan tangkai dari Rheum spesies, dan asparagus. Biji Tartary Soba mengandung rutin (berat kering sekitar 0,8-1,7%) dibandingkan biji gandum umum (0,01% berat kering). Rutin juga ditemukan dalam buah fava d'anta pohon (dari Brazil ), buah-buahan dan bunga-bunga dari pohon pagoda , buah dan kulit buah (terutama buah jeruk orange , jeruk , lemon , dan jeruk nipis ) dan apel, berries seperti murbei , pohon ash buah-buahan, aronia berry dan cranberry. Rutin adalah salah satu flavonol utama yang ditemukan dalam 'clingstone' buah persik. Rutin (quercetin rutinoside), seperti quercitrin , merupakan glikosida dari flavonoid quercetin. Dengan demikian, struktur kimia dari keduanya sangat mirip, dengan perbedaan yang ada di hidroksil kelompok fungsional. Quercetin dan rutin digunakan di banyak negara sebagai obat untuk perlindungan pembuluh darah, dan bahan baku multivitamin dan obat herbal.b. Sifat Fisika KimiaSenyawa Rutin memiliki rumus molekul C 27 H 30 O 16, dengan massa molar 610,52 g mol -1. Senyawa ini berbentuk padat / Kristal dengan titik lebur 242 C , 515 K, 468 F. Senyawa ini memiliki kelarutan dalam air 12,5 mg/100 ml (13 mg/100 ml), tidak , larut dalam heksan, PE, kloroform, eter, sedikit larut dalam etil asetat dan etanol, serta sangat larut dalam air.c. Nama Lain

Nama lain senyawa Ruitn adalah sebagai berikut : Rutoside, Phytomelin, Sophorin, Birutan, Eldrin, Birutan Forte, Trihidrat Rutin, Globularicitrin , Violaquercitrin