makalah spt 2
TRANSCRIPT
I. TINJAUAN PUSTAKA
I.2 SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) atau Integrated Corp Management (ICM)
adalah upaya untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan produksi pangan secara
berkelanjutan dengan memperhatikansumber daya yang tersedia serta kemauan dan
kemampuan petani (Irawan, 2008).
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan system budidaya tanaman dan
pengendalian hama penyakit yang terintegrasi untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas padiyang optimal serta terjaminnya keseimbangan agroekosistem yang
berkelanjutan. Sedangkan, pengelolaan ternak terpadu untuk peternakan dan/atau
sistem/pola pertanian terpadu dimana ada hubungan timbal-balik antara pertanian dan
peternakan (Iskandar, 2008).
Ciri utama integrasi tanaman ternak adalah adanya sinergisme atau keterkaitan
yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani memanfaatkan kotoran
ternak sebagai pupuk organik untuk tanamannya, kemudian memanfaatkan limbah
pertanian sebagai pakan ternak (Reijntjes et al., 1999 dalam Ismail dan Andi
Djayanegara, 2004).
Adnyana, et al. (2003) menunjukkan bahwa model CLS yang dikembangkan petani
di Jawa Tengah dan Jawa Timur mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik 25-35
persen dan meningkatkan produktivitas padi 20-29 persen.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi serta wawancara dengan Bapak Dulmanan, seorang
petani dan juga seorang peternak, yang bertempat tinggal di Petung Sewu RT.2, RW.1,
Malang. Bapak Dulmanan memiliki luas area pertanian sekitar 7000 m2, dan luas areal
peternakan sekitar 200m2. Dimana luas area pertaniannya terbagi menjadi 2000m2 dan
5000m2 untuk tanaman tebu. Seluruh tanah yang dimiliki oleh Bapak Dulmanan
merupakan warisan dari orang tuanya yang dulunya juga sebagai petani.
Komoditi pertanian yang diproduksi oleh bapak Dulmanan adalah rumput gajah
sebagai pakan ternak, jagung dan tebu untuk dijual serta tebon jagung atau pucuk tebu
dapat juga digunakan sebagai pakan ternak. Bapak Dulmanan juga memiliki 3 ekor sapi
potong, dimana kotoran dari sapi beliau gunakan untuk pupuk kandang.
Menurut Irawan (2008), pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) atau Integrated Corp
Management (ICM) adalah upaya untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan
produksi pangan secara berkelanjutan dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia
serta kemauan dan kemampuan petani.
Sedangkan menurut Iskandar (2008), Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
merupakan system budidaya tanaman dan pengendalian hama penyakit yang terintegrasi
untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padiyang optimal serta terjaminnya
keseimbangan agroekosistem yang berkelanjutan. Sedangkan, pengelolaan ternak terpadu
untuk peternakan dan/atau sistem/pola pertanian terpadu dimana ada hubungan timbal-
balik antara pertanian dan peternakan.
Sistem Integrasi Tanaman-Ternak (SITT) adalah intensifikasi sistem usahatani
melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara terpadu dengan komponen
ternak sebagai bagian kegiatan usaha. Tujuan pengembangan SITT adalah untuk
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat sebagai bagian untuk
mewujudkan suksesnya revitalisasi pembangunan pertanian. Limbah ternak (kotoran sapi)
diproses menjadi kompos & pupuk organik granuler serta biogas; limbah pertanian (jerami
padi, batang & daun jagung, pucuk tebu).
Ciri utama integrasi tanaman ternak adalah adanya sinergisme atau keterkaitan
yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Bapak Dulmanan telah
memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tanamannya, kemudian
memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak.
Pada model integrasi tanaman ternak, Bapak Dulmanan mengatasi permasalahan
ketersediaan pakan ternak dengan memanfaatkan limbah tanaman seperti jerami jagung
atau pucuk tebu. Kelebihan dari adanya pemanfaatan limbah adalah disamping mampu
meningkatkan “ketahanan pakan” khususnya pada musim kemarau, juga mampu
menghemat tenaga kerja dalam kegiatan mencari rumput, sehingga memberi peluang bagi
petani untuk meningkatkan jumlah skala pemeliharaan ternak.
Bapak Dulmanan juga memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk organik
disamping mampu menghemat penggunaan pupuk anorganik, juga sekaligus mampu
memperbaiki struktur dan ketersediaan unsur hara tanah. Dampak ini terlihat dengan
meningkatnya produktivitas lahan. Hasil kajian Adnyana, et al. (2003) menunjukkan bahwa
model CLS yang dikembangkan petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur mampu mengurangi
penggunaan pupuk anorganik 25-35 persen dan meningkatkan produktivitas padi 20-29
persen.
KESIMPULAN
Sistem produksi tanaman-ternak adalah dimana ada lebih dari satu
komoditi yang saling berinteraksi dan memberi keuntungan, baik antara
tanaman pangan, tanaman pakan dan ternak itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, et al. 2003. Pengkajian dan Sintesis Kebijakan Pengembangan
Peningkatan Produktivitas Padi dan Ternak (P3T) ke Depan. Laporan
Teknis Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Litbang
Pertanian. Bogor.
Iskandar, Rully. 2008. Pengembangan Teknologi Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
Model Zero Waste. http://porotani.wordpress.com. Diakses pada 28 April
2013.
Ismail I.G dan A. Djajanegara. 2004. Kerangka Dasar Pengembangan SUT Tanaman
Ternak (Draft). Proyek PPATP. Jakarta.
Irawan, Bambang. 2008. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis
yang Berwawasan Lingkungan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Bandung.
Sunaryo dan Laxman Joshi . 2003 . PERANAN PENGETAHUAN EKOLOGI LOKAL ALAM SISTEM AGROFORESTRI. World Agroforestry Centre (ICRAF): Bogor.