makalah teori belajar kurt lewin

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bila kalangan Behavioris cenderung melihat otak sebagai penerima pasif terhadap stimulus yang pada gilirannya akan menghasilkan respon maka penganut Gestaltis memberi peran yang lebih aktif kepada otak. Menurut mereka otak bukanlah penerima pasif dan gudang penyimpan informasi dari lingkungan semata, melainkan juga bereaksi terhadap informasi sensoris yang masuk kemudian melakukan penataan yang membuat informasi menjadi lebih bermakna. Fungsi otak dalam menata dan memberi makna pada informasi sensoris ini merupakan sifat alami dan bukan fungsi yang dipelajari. Oleh sebab itu, kaum Gestaltis cenderung dianggap Nativistik yang berpandangan bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, dimana kemampuan otak mengorganisasikan pengalaman belajar tidak berasal dari pengalaman melainkan lebih pada satu ciri sistem fisik yaitu kognisi. Berkaitan dengan teori belajar dan metode pembelajaran, psikologi gestalt atau disebut juga kaum kognitivisme dapat dianggap sebagai usaha untuk mengaplikasikan field theory (teori medan) dari fisika ke problem psikologi. 1 Gestaltian berpendapat bahwa otak adalah semacam medan penghubung yang kompleks. Medan penghubung 1 B.R. Hergenhahn, Theories of Learning, Terjemahan: Tri Wibowo B.S., (Jakarta: Prenada Media), 2008, h. 284. 5

Upload: bundafildzah

Post on 25-Jun-2015

7.992 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bila kalangan Behavioris cenderung melihat otak sebagai penerima pasif terhadap

stimulus yang pada gilirannya akan menghasilkan respon maka penganut Gestaltis

memberi peran yang lebih aktif kepada otak. Menurut mereka otak bukanlah penerima

pasif dan gudang penyimpan informasi dari lingkungan semata, melainkan juga bereaksi

terhadap informasi sensoris yang masuk kemudian melakukan penataan yang membuat

informasi menjadi lebih bermakna. Fungsi otak dalam menata dan memberi makna pada

informasi sensoris ini merupakan sifat alami dan bukan fungsi yang dipelajari. Oleh

sebab itu, kaum Gestaltis cenderung dianggap Nativistik yang berpandangan bahwa

perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak

lahir, dimana kemampuan otak mengorganisasikan pengalaman belajar tidak berasal dari

pengalaman melainkan lebih pada satu ciri sistem fisik yaitu kognisi.

Berkaitan dengan teori belajar dan metode pembelajaran, psikologi gestalt atau

disebut juga kaum kognitivisme dapat dianggap sebagai usaha untuk mengaplikasikan

field theory (teori medan) dari fisika ke problem psikologi.1 Gestaltian berpendapat

bahwa otak adalah semacam medan penghubung yang kompleks. Medan penghubung

tersebut berupa sistem dalam kognisi yang terkait secara dinamis yang mempengaruhi

seluruh sistem tingkah laku seseorang. Tersebutlah nama Kurt Lewin (1890-1947) salah

seorang tokoh aliran psikologi gestalt yang memfokuskan diri pada bidang psikologi

sosial. Salah satu teorinya yang berjasa dalam dunia pendidikan baik di lapangan maupun

dalam pembelajaran di kelas adalah Teori Medan Kognisi. Menurut Edgar H. Schein,

Profesor of Management Emeritus MIT Sloan School of Management: "There is Nothing

So Practical as a Good Theory:" Lewin's Change Model Elaborated.”2

Makalah ini mencoba membahas secara ringkas Teori Medan Kognisi yang dicatat

sejarah sebagai sumbangan terbaik Kurt Lewin. Teori ini bersama-sama dengan teori-

teori belajar psikologi Gestalt lainnya telah menurunkan model-model pembelajaran 1 B.R. Hergenhahn, Theories of Learning, Terjemahan: Tri Wibowo B.S., (Jakarta: Prenada Media), 2008, h. 284.2 http://www.a2zpsychology.com/articles/kurt_lewin's_change_theory.php, diakses pada 27 Oktober 2010.

5

Page 2: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

terbaru dalam Model Pembelajaran Interaksi Sosial. Secara spesifik bahkan teori ini telah

dikembangkan dalam Model Pembelajaran Kontekstual (CTL) dimana materi ajar yang

disampaikan disesuaikan dengan situasi lingkungan dimana siswa berada.

B. Rumusan Masalah

Makalah ini membahas tentang teori belajar medan kognitif yang digagas leh Kurt

Lewin. Pembahasan dalam makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Siapa sebenarnya Kurt Lewin dan bagaimana sejarah hidupnya?

2. Aliran Psikologi apa yang menjadi konstruksi dasar bagi Teori Medan Kognisi?

3. Apa yang dimaksud dengan medan kognisi dan bagaimana teorinya?

4. Bagaimana menggunakan teori ini dalam tingkah laku belajar individu?

C. Tujuan Pembahasan

Secara terperinci tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui siapa Kurt Lewin dan sejarah ringkas kehidupannya.

2. Untuk mengetahui dasar aliran psikologi yang melingkupi Teori Medan Kognisi

Kurt Lewin.

3. Untuk mengetahui seluk-beluk teori belajar medan kognitif Kurt Lewin.

4. Untuk mengetahui penggunaan teori ini dalam melihat tingkah laku belajar

individu.

D. Manfaat Pembahasan

Pembahasan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Bahan diskusi pada matakuliah Teori Pembelajaran.

2. Bahan informasi dan telaah yang berguna bagi pengembangan pengetahuan dan

wawasan tentang teori belajar medan kognitif .

3. Bahan informasi dan bacaan bagi mahasiswa, guru ataupun calon guru dalam

pengembangan strategi belajar di kelas.

5

Page 3: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

BAB II

TEORI BELAJAR MEDAN KOGNITIF KURT LEWIN

A. Biografi Kurt Lewin

Kurt Lewin (1890-1947) di sebut-sebut sebagai Bapak Psikologi Sosial karena

buah karya dan pemikiran-pemikirannya yang memiliki dampak yang mendalam

terhadap psikologi sosial terutama dalam masalah dinamika kelompok dan penelitian

tindakan. Namun demikian, buah karya dan pemikirannya tersebut juga sangat relevan

bagi para pendidik dalam dunia pendidikan.

Kurt Lewin lahir pada tanggal 9 September 1890 di desa Mogilno di Prusia

(sekarang bagian dari Polandia). Dia adalah anak ke-dua dari empat bersaudara. Dia

dibesarkan dalam keluarga Yahudi kelas menengah. Ayahnya memiliki sebuah toko

kelontong kecil dan pertanian. Mereka pindah ke Berlin ketika ia berusia 15 dan dia

terdaftar di Gymnasium. Pada tahun 1909 Kurt Lewin memasuki Universitas Frieberg

untuk belajar kedokteran. Dia kemudian dipindahkan ke Universitas Munich untuk

belajar biologi. Saat menjadi mahasiswa, ia mulai banyak terlibat dalam pergerakan kaum

sosialis. Perhatiannya pada masalah-masalah pergerakan sosial muncul dan

mendorongnya untuk berperan serta dalam memerangi anti-Semitisme, menuntut

demokratisasi bagi institusi Jerman, dan perbaikan bagi hak-hak kaum perempuan.

Bersama dengan rekan-rekan mahasiswanya, ia mengorganisasikan diri untuk memberi

pengajaran pada program pendidikan orang dewasa yaitu kelas para pekerja perempuan

dan laki-laki.

Gelar doktornya diambilnya di Universitas Berlin di mana ia mengembangkan

minat dalam bidang filsafat ilmu dan psikologi Gestalt. Gelar Ph.D. nya diberikan pada

1916, tapi pada saat itu ia sedang mengabdi pada militer Jerman. Dia bahkan terluka

dalam pertempuran. Pada tahun 1921 Kurt Lewin bergabung dalam Institusi psikologi

pada Universitas Berlin. Disana ia mengajar dan mengadakan seminar-seminar dalam

bidang filsafat dan psikologi. Dia merupakan dosen yang antusias yang menarik minat

para mahasiswa. Namanya mulai dikenal baik dalam dunia akademisi maupun publisistik.

Karyanya menjadi dikenal di Amerika dan dia diundang selama satu semester sebagai

profesor tamu di Stanford pada tahun 1930.

5

Page 4: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

Pada tahun 1933 karena pertimbangan politik yang semakin memburuk di

Jerman ia dan istrinya juga anak perempuan mereka menetap di Amerika Serikat dan

menjadi warga negara Amerika pada tahun 1940. Pada 1933 Kurt Lewin untuk pertama

kali bekerja di Sekolah Ekonomi Cornell Home dan pada tahun 1935 ia mengajar di

University of Iowa. Pada tahun yang sama, koleksi paper pertamanya dalam Bahasa

Inggris yaitu A Dynamic Theory of Personality diterbitkan. Di Iowa ia terus

mengembangkan minatnya dalam bidang sosial dan melakukan penelitian di daerah itu.

University Iowa tetap menyimpan data base Kurt Lewin sampai tahun 1944.

Sejak tahun 1940, Kurt Lewin terlibat secara signifikan dalam berbagai

inisiatif penelitian terapan terkait dengan masalah perang. Hal ini termasuk menjelajahi

moral pasukan tempur, perang psikologis, dan reorientasi ketiadaan konsumsi makanan

saat pasokan makanan sedikit. Komitmen sosialnya senantiasa kuat dan ia banyak

diminta menjadi pembicara masalah-masalah minoritas dan hubungan antar-kelompok

tersebut. Dia ingin sekali mendirikan sebuah pusat penelitian bagi dinamika-dinamika

kelompok dan pada tahun 1944 mimpi ini terwujud dengan didirikannya Pusat Penelitian

Dinamika Kelompok di Massachussetts Institut of Technology (MIT). Pada saat yang

sama, Kurt Lewin juga terlibat dalam sebuah proyek untuk Kongres Yahudi Amerika di

New York yakni Komisi antar-hubungan Masyarakat. Hal itu membuat penelitian

tindakan (penelitian yang diarahkan pada penyelesaian masalah sosial) model Lewin

digunakan dalam sejumlah studi yang signifikan terkait prasangka agama dan ras.

Alhasil, pada tahun 1946, penanganan proyek ini telah membuahkan karya bersama para

tokoh dan pemimpin masyarakat juga para fasilitator kelompok. Dia dan rekan-rekannya

bisa mendapatkan dana dari kantor Naval Research untuk mendirikan Laboratorium

Pelatihan Nasional pada tahun 1947 di Bethel, Maine. Namun, Lewin meninggal karena

serangan jantung di Newtonville, Massachussetts dalam usia 56 tahun pada tanggal 11

Februari, 1947 sebelum Laboratorium didirikan.

B. Konstruksi Dasar Teori Medan Kognitif

Teori Medan atau Field Theory, merupakan salah satu teori yang termasuk

rumpun Cognitive-Gestalt-Field. Teori ini sama dengan Gestalt menekankan keseluruhan

dan kesatupaduan.3 Sebagai langkah awal, penting sekali mengenali pondasi yang

3 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2005, h. 172.

5

Page 5: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

mengkonstruksi teori ini. Menurut psikologi gestalt, keseluruhan itu berbeda dari

penjumlahan bagian-bagiannya atau membagi-bagi berarti mendistorsi.4 Kita tidak akan

dapat memahami atau menikmati pengalaman mendengarkan simfoni musik orchestra

dengan menganalisa konstribusi musisi-musisi yang bermain di dalamnya secara terpisah.

Atau kita juga tidak mungkin dapat menikmati keindahan sebuah lukisan bila melihat

bagian-bagiannya secara terpisah. Pada pokoknya, psikologi gestalt selalu memberi

penekanan pada totalitas atau keseluruhan, bukan pada bagian-bagian.5

Berbeda dengan kaum behavioral yang berpendapat bahwa belajar adalah

pengalaman empiris, maka menurut Gestaltis belajar adalah fenomena konitif.6 Kognisi

sendiri dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan

tidak dapat diamati secara langsung. Kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun

melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Oleh sebab itu belajar merupakan

proses mental dan aspek-aspek belajar adalah unik bagi spesies manusia.7

Ahli-ahli gestalt juga beranggapan bahwa benda-benda hidup berbeda dengan

mesin, selalu hidup dan saling mempengaruhi dengan lingkungannya.8 Interaksi antara

individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field (medan persepsi). Setiap medan

persepsi memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure

and ground. Oleh karena itu, Psikologi gestalt menekankan adanya pengorganisasian

proses-proses dalam persepsi, belajar dan problem solving dan juga mempercayai bahwa

setiap individu diarahkan untuk mengorganisasikan serpihan informasi yang bersumber

dari beragam cara atau proses.9 Pengorganisasian inilah yang kemudian mempengaruhi

makna yang dibentuk.

Gestaltian juga menganut pandangan yang berbeda dalam memandang problem

tubuh-pikiran. Mereka mengasumsikan adanya Isomorphism yakni adanya hubungan

antara aktivitas otak dengan kesadaran, antara pengalaman psikologis dengan proses yang

ada di dalam otak.10 Psikolog Gestalt berkali-kali menyatakan pendapatnya bahwa dunia

fenomenal (kesadaran) adalah ekspresi yang akurat dari situasi.11 Kesadaran pula yang

menjadikan semua informasi sensoris menjadi bermakna.

4 B.R. Hergenhahn, op.cit, h. 282.5 B.R. Hergenhahn, Ibid, h. 284.6 B.R. Hergenhahn, ibid, h. 2917 Jeane Ellies, Human Learning, (New jersey: Pearson Prentice Hall), 2009, h. 192.8 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres), 2010, h. 242.9 Jeane Ellies, op.cit, h. 153.10 B.R. Hergenhahn, loc.cit, h. 287.11 B.R. Hergenhahn, ibid, h. 287.

5

Page 6: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

Dalam kaitannya dengan pokok-pokok teori belajar menurut aliran Gestalt,

disamping hukum-hukum pengamatan yang menentukan proses belajar, menurut aliran

ini insight adalah inti dari belajar. Insight dapat diartikan pemahaman atau pencerahan

sehingga seorang pelajar dapat menyelesaikan problem maupun tugas belajar. Maka

menurut aliran ini, remedial atau pengulang-ulangan materi bukan hal penting walaupun

belajar dengan insight dapat juga diulangi. Contoh: pengulang-ulangan dalam melakukan

latihan soal-soal UN membuat siswa mungkin dapat menjawab soal saat ujian

berlangsung namun belum tentu dia memahami subtansi soal sehinga bila soal berbeda

dengan rumus yang sama belum tentu dia dapat menyelesaikannya. Belajar dengan

insight membuat siswa memahami subtansi masalah hingga bila soal diulang dalam

format berbeda ia masih dapat menyelesaikannya.12

C. Teori Medan Kognitif

Menurut Kurt Lewin perilaku ditentukan oleh totalitas situasi yang

melingkupi seseorang. Dalam teori medannya, 'lapangan' didefinisikan sebagai the

totality of coexisting facts which are conceived of as mutually interdependent13 (totalitas

fakta-fakta yang mengiringi dan dipahami saling tergantung atau terkait satu dengan yang

lainnya). Setiap individu berperilaku berbeda sesuai dengan persepsi diri dan

lingkungannya bekerja. Medan psikologis atau lifespace, di mana orang berperilaku harus

ditinjau, dalam rangka memahami perilaku itu sendiri. Penilaian seseorang berdasar

persepsi diri dan aspek lingkungan yang mendukungnya ini disebabkan karena otak

adalah sistem fisik, otak menciptakan medan yang memengaruhi informasi yang masuk

ke dalamnya, seperti medan magnet memengaruhi partikel logam. Medan kekuatan inilah

yang mengatur pengalaman sadar.14

Kurt Lewin (1892-1947) menaruh perhatian pada kepribadian dan psikologi

sosial. Lewin memandang bahwa masing-masing individu berada di dalam suatu medan

kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu bereaksi

disebut sebagai ”Life Space”. Life Space mencakup perwujudan lingkungan dimana

12 Lihat Sumadi Suryabrata, loc.cit, h. 277-279.

13 Kurt Lewin, Field theory in social science; selected theoretical papers. D. Cartwright (ed.). (New York: Harper & Row), 1951, h. 240.

14 B.R. Hergenhanh, op.cit, h. 285.

5

Page 7: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

individu bereaksi, misalnya: orang-orang yang ia jumpai, objek material yang ia hadapi,

serta fungsi-fungsi kejiwaan yang ia miliki. Lewin berpendapat bahwa tingkah laku

merupakan hasil tindakan antar kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam diri individu

seperti; tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan maupun dari luar diri individu, seperti;

tantangan dan permasalahan.15

Dalam medan hidup ini ada sesuatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk

mencapainya selalu ada barier atau hambatan. Individu memiliki satu atau sejumlah

dorongan dan berusaha mengatasi hambatan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila

individu telah berhasil mencapai tujuan, maka ia masuk ke dalam medan atau lapangan

psikologis baru yang di dalamnya berisi tujuan baru dengan hambatan-hambatan yang

baru pula. Demikian seterusnya individu keluar dari suatu medan dan masuk ke medan

psikologis berikutnya.16

Hall dan Lindzey merangkum poin utama Teori Medan Kognitif Lewin sebagai

berikut:17

1. Perilaku adalah fungsi dari medan yang ada pada saat perilaku tersebut terjadi.

2. Analisa tingkah laku dimulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari komponen-

komponen tingkah laku yang terpisah dan berbeda.

3. Individu yang konkret dalam sebuah situasi nyata (konkret) dapat digambarkan

secara matematis.

Dalam teori ini, individu dan kelompok dapat dilihat dalam kacamata topologi

(menggunakan peta sebagai representasi). Individu berpartisipasi dalam serangkaian

ruang hidup seperti, keluarga, sekolah, kerja, masjid dan ini dibangun di bawah pengaruh

berbagai vektor. Tingkah laku atau gerak seseorang akan terjadi kalau ada kekuatan yang

cukup yang mendorongnya. Meminjam dari matematika dan fisika, Lewin menyebut

kekuatan itu dengan nama Vektor. Vektor digambar dalam bentuk panah, merupakan

15 Erlina A, Chatarina dkk, Psikologi Belajar (Semarang, Unnes Pers), 2006, h. 97.

16 Erlina A., ibid, h. 172.

17 Hall, C.S. and Lindzey, G. Theories of  Personality 3e, (New York: John Wiley and Sons), 1978, h. 386.

5

Page 8: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

kekuatan psikologis yang mengenai seseorang, cenderung membuatnya bergerak ke arah

tertentu. Arah dan kekuatan vektor adalah fungsi dari valensi positif dan negatif dari satu

atau lebih region dalam lingkungan psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai valensi

positif misalnya berisi makanan yang diinginkan, vektor yang mengarahkan ke region itu

mengenai lingkaran pribadi. Kalau region yang kedua valensinya negatif misal berisi

anjing yang menakutkan, vektor lain yang mengenai lingkaran pribadi mendorong

menjauhi region anjing. Jika beberapa vektor positif mengenai dia, misalnya, jika

seseorang dalam kondisi sulit dan lapar sementara makanan harus disiapkan, atau orang

harus hadir dalam pertemuan penting sedang ia tidak punya waktu untuk makan siang,

hasil gerakannya (tingkah lakunya) merupakan jumlah dari semua vektor.

Kurt Lewin melihat needs (kebutuhan) sebagai kekuatan yang mendasar yang

menentukan perilaku fisiologis dan inilah yang disebut deskripsi fisik dari medan. Dalam

teori ini kita juga bisa melihat bagaimana Kurt Lewin berpertautkan pemahaman dari

topologi (lifespace misalnya), psikologi (kebutuhan, aspirasi), dan sosiologi (misalnya

medan gaya-motif yang jelas tergantung pada tekanan kelompok). Ketiganya saling

berhubungan dalam sebuah tingkah laku. Intinya, teori medan merupakan sekumpulan

konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis.

Konsep-konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala

psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolesen,

keterbelakangan mental, masalah-masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan

karakter nasional dan dinamika kelompok.

D. Penggunaan Teori Medan dalam Belajar

1. Belajar sebagai perubahan sistem kognitif

Teori Medan (Field Theory) Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi

belajar berada dalam satu medan atau lapangan psikologis.18 Dalam situasi belajar siswa

menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu

mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hanbatan itu yaitu

dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya

18 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta), 2006, h. 47.

5

Page 9: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk ke dalam medan baru dan tujuan baru,

demikian seterusnya.19

Menurut teori ini belajar berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk

mencapai tujuan. Kurikulum sekolah dengan segala macam tuntutannya, berupa kegiatan

belajar di dalam kelas, laboratorium, di workshop, di luar sekolah, penyelesaian tugas-

tugas, ujian-ulangan dan lain-lain, pada dasarnya merupakan hambatan yang harus

diatasi.20

Menurut Lewin belajar terjadi akibat adanya perubahan struktur kognitif.

Perubahan kognitif adalah hasil dari dua macam kekuatan yaitu struktur medan kognitif

dan motivasi internal individu.21 Apabila seseorang belajar, maka dia akan tambah

pengetahuannya. Artinya tahu lebih banyak dari pada sebelum ia belajar. Ini berarti

ruang hidupnya lebih terdiferensiasi, lebih banyak subregion yang dimilikinya, yang

dihubungkan dengan jalur-jalur tertentu. Dengan kata lain orang tahu lebih banyak

tentang fakta-fakta dan saling berhubungan antara fakta-fakta itu.22

Perubahan struktur pengetahuan (struktur kognitif) dapat terjadi karena ulangan;

situasi mungkin perlu diulang-ulang sebelum strukturnya berubah. Akan tetapi yang

penting bukanlah bahwa ulangan itu terjadi, melainkan bahwa struktur kognitif itu

berubah. Dengan pengaturan masalah (problem) yang lebih baik, struktur mungkin dapat

berubah dengan ulangan yang sangat sedikit. Hal ini telah terbukti dalam ekserimen

mengenai insight. Terlalu banyak ulangan tidak menambah belajar; sebaliknya ulangan

itu mungkin menyebabkan kejenuhan psikologis (pychological satiation) yang dapat

membawa disorganisasi (kekacauan) dan dediferensiasi (kekaburan ) dalam sistem

kognitif.23

Perubahan dalam struktur kognitif ini untuk sebagian berlangsung dengan prinsif

pemolaan (patterning) dalam pengamatan, jadi disinilah lagi terbukti betapa pentingnya

pengamatan itu dalam belajar. Perubahan itu disebabkan oleh kekuatan yang telah

intrinsik ada dalam struktur kognitif. Tetapi struktur kognitif itu juga berubah-ubah

sesuai dengan kebutuhan yang ada pada individu. Disinilah terjadi belajar dengan

motivasi.24

19 Dimyati dan Mudjiono, ibid, h. 48.20 Nana Syaodih Sukmadinata, loc.cit, h. 173.21 Sugandi, Akhmad dkk, Teori Pembelajaran, (Semarang: Unnes Pers), 2006, h. 31.

22 Sumadi Suryabrata, loc.cit, h. 282.23 Sumadi Suryabrata, ibid, h. 282-283.24 Sumadi Suryabrata, ibid, h. 283.

5

Page 10: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

2. Hadiah dan Hukuman menurut Kurt Lewin

Bila kaum Behavioral memandang hadiah dan hukuman sebagai The Law of

Effect and The Law of Reinforcement, maka Kurt Lewin menggambarkan situasi yang

mengandung hadiah atau hukuman sebagai situasi yang mengandung konflik. Hal ini

digambarkannya dalam topologi berikut:

a. Situasi yang mengandung hukuman

B

B

Di dalam situasi yang digambarkan di atas, ribadi (P) harus melakukan pekerjaan

atau tugas yang tidak menyenangkan (Tg), karenanya ada kebutuhan untuk meninggalkan

tugas yang tidak menyenangkan itu. Supaya ia tetap mengerjakan tugas itu, ada ancaman

hukuman bila ia tidak menyelesaikan tugas tersebut (Hk). Sehingga dalam situasi seperti

ini lalu timbul konflik, yaitu si pribadi harus memilih diantara dua kemungkinan yang

tidak menyenangkan tersebut. Dalam situasi ini, malah ada kecenderungan pribadi

menghindarkan diri dari kedua kondisi yang tidak menyenangkan dirinya. Supaya pribadi

tidak meninggalkan medan itu maka harus dibuat barier (B); barier dalam kehidupan

nyata adalah kekuasaan atau pengawasan.

b. Situasi yang mengandung hadiah

B

Dalam situasi yang mengandung hadiah, pribadi tidak perlu dimasukkan dalam

tembok pengawasan seperti yang digambarkan pada topologi yang mengandung

hukuman, karena sifat menariknya hadiah akan menahan pribadi untuk tetap berada

dalam medan. Akan tetapi barier (B) tetap diperlukan untuk mencegah supaya pribadi

jangan sampai memperoleh hadiah secara langsung tanpa mengerjakan tugas yang

5

Hk

(-)

fHk Ftg

Tg

(-)P

B

P

fHd FTg

Tg

(-)

Hd

(+)

Page 11: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

seharusnya dikerjakan. Pengawasan dalam situasi ini masih diperlukan karena hadiah

(Hd) berhubungan dengan aktivitas menjalankan tugas (Tg) secara eksternal, maka selalu

ada kecenderungan untuk mencari jalan lebih singkat bahkan bila mungkin mendapatkan

hadiah tanpa mengerjakan tugasnya.

3. Masalah berhasil dan gagal

Kurt Lewin lebih setuju penggunaan istilah sukses dan gagal dari pada istilah

hadiah dan hukuman. Sebab apabila tujuan-tujuan yang akan kita capai itu adalah

intrinsik, maka kita lebih tepat menggunakan istilah berhasil atau gagal daripada

terminologi hadiah dan hukuman. Istilah hadiah dan hukuman lebih dekat pada

pendekatan nonpsikologis sedang istilah sukses dan gagal merupakan kajian dalam

pendekatan psikologis. Secara psikologis yang penting memang adalah bagaimana yang

dialami individu dalam menghadapi suatu problem. Suatu pengalaman sukses haruslah

dimengerti sesuai dengan apa yang telah dikerjakan atau dicapai oleh seseorang (pelajar).

Misalnya seorang pelajar yang merasa sukses karena naik kelas dengan nilai terbaik.

Namun ada pula yang tetap merasa sukses karena ia naik kelas walau tidak dengan nilai

terbaik.

4. Sukses memberi mobilisasi energi cadangan

Kurt Lewin beranggapan bahwa dinamika kepribadian itu dikarenakan oleh

adanya energi dalam diri seseorang yang disebut energi psikis. Energi psikis inilah yang

dipergunakan untuk berbagai aktivitas seperti mengamati, mengingat, berpikir dan

sebagainya. Dalam keadaan sehari-hari, hanya sedikit saja energi psikis yang

dipergunakan dan sisanya tersimpan sebagai energy cadangan. Apabila orang mendapat

pengalaman sukses, maka akan terjadi mobilisasi energi cadangan sehingga kemampuan

individu untuk menyelesaikan problem bertambah. Oleh sebab itu secara praktis sangat

dianjurkan untuk sebanyak mungkin memberikan kesempatan kepada para peserta didik

kita supaya mereka mendapatkan pengalaman sukses.

E. Evaluasi konsep Medan kognitif

Kritik terhadap teori Lewin dapat dikelompokkan dalam 5 topik yaitu :

5

Page 12: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

1. Lewin tidak mengelaborasi pengaruh lingkungan luar atau lingkungan obyektif,

memang dikemukakan sifat bondaris antara lingkungan psikologis dengan

lingkungan obyektif yang permenable, namun hal ini tidak diikuti oleh penjelasan

dinamika bagaimana lingkungan luar itu mempengaruhi region-region atau

menjadi region baru.

2. Lewin kurang memperhatikan sejarah individu pada masa lalu sebagai penentu

tingkah laku. Ini merupakan resiko teori yang mementingkan masa kini dan masa

yang akan datang. Teori ini juga terlalu bersibuk diri dengan aspek-aspek yang

mendalam dari kepribadian sehingga mengabaikan tingkah laku motoris yang

nampak dari luar.

3. Lewin menyalahgunakan konsep ilmu alam dan konsep matematika. Memang

tidak mudah memahami jiwa dengan memakai rumus-rumus matematika. Bahkan

Lewin berani mengambil resiko dengan memakai istilah-istilah dalam matematika

dan fisika untuk dipakai dalam psikologi dengan makna yang sangat berbeda

dengan makna aslinya.

4. Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya.

Penggambaran topologis dan vaktorial dari Lewin tidak mengungkapkan sesuatu

yang baru tentang tingkah laku.

5. Banyak konsep dan konstruk yang tidak didefinisikan secara jelas sehingga

memberikan arti yang kabur.

BAB III

PENUTUP

5

Page 13: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

A. Simpulan

Kurt Lewin (1890-1947) di sebut-sebut sebagai Bapak Psikologi Sosial

karena buah karya dan pemikiran-pemikirannya yang memiliki dampak yang mendalam

terhadap psikologi sosial terutama dalam masalah dinamika kelompok dan penelitian

tindakan. Namun demikian, buah karya dan pemikirannya tersebut juga sangat relevan

bagi para pendidik dalam dunia pendidikan. Salah satu buah pemikirannya yang masih

dapat dijadikan referensi guna merujuk perkembangan metode pembelajaran yang makin

beragam adalah Teori Medan kognitif yang lebih dikenal dengan Teori Medan.

Teori Medan dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam

psikologi Gestalt. Konstribusi penting dari psikologi ini adalah kritiknya terhadap

pendekatan molekular yang tidak menyeluruh dari behaviorisme S-R. Ahli-ahli gestalt

juga beranggapan bahwa benda-benda hidup berbeda dengan mesin, selalu hidup dan

saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Diantara prinsip penting dalam belajar ala

psikologi Gestal adalah adanya insight atau pemahaman dan pencerahan. Kemudian

Lewin menambah unsur baru dari teori belajar gestalt yang disebut sebagai Teori Medan

Kognitif. Menurut Lewin, individu berada dalam suatu medan kekuatan psikologis.

Individu bereaksi dengan life space (Ruang Hidup) yang mencakup perwujudan

lingkungan di mana siswa bereaksi dengan orang-orang yang ditemui, obyek material

yang dihadapi serta fungsi-fungsi kejiwaan yang dimiliki. Selain faktor-faktor yang

sifatnya personal, perilaku individu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat

sosial lingkungan. Lewin berpendapat bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu faktor yang bersifat pribadi dan faktor yang bersifat sosial

Inti dari teori ini adalah adanya Life space (LS) yang merupakan konstelasi

dari faktor-faktor yang menentukan baik individual maupun lingkungan. Perilaku

seseorang (B) dapat digambarkan sebagai fungsi dari Life space (LS) dimana LS terdiri

dari faktor personal (P) dan lingkungan (E). Jadi dalam bentuk persamaan maka

B= f(P,E). Life space terbentuk dari motif-motif, sikap dan hal lain yang merupakan

keunikan dari kepribadian seseorang ditambah dengan tekanan-tekanan sosial seperti

norma, hukum dan sebagainya. Life space ini terbagi atas area atau daerah-daerah yang

berbeda dimana lifespace ini merupakan semua kemungkinan yang dapat mempengaruhi

perilaku seseorang. Perilaku dikatakan sebagai pergerakan dalam life space yang

5

Page 14: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

merupakan resultan dari kekuatan-kekuatan. Kombinasi kekuatan positif dan negatif akan

menentukan perilaku dari seseorang.

Belajar merupakan fenomena kognisi yang penekanannya lebih tertuju pada

proses mental dan bukan melulu pengalaman empiris. Disinilah letak perbedaan

mendasar antara kaum kognitivisme dengan behavioralisme. Menurut teori ini belajar

berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Kurikulum sekolah

dengan segala macam tuntutannya, berupa kegiatan belajar di dalam kelas, laboratorium,

di workshop, di luar sekolah, penyelesaian tugas-tugas, ujian, ulangan dan lain-lain, pada

dasarnya merupakan hambatan yang harus diatasi. Tantangan yang dihadapi dalam bahan

belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang

banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk

mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan

konsep-konsep, prnsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha

mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut.

Bahan belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga tinggal menelan saja

kurang menarik bagi siswa. Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga

memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh.

B. Implikasi

1. Bila teori-teori Behavioral menurunkan strategi belajar yang inovatif, dengan

pengkondisian dan rekayasa lingkungan, maka kaum gestaltian dan kognitivisme

mendekatkan kita pada strategi belajar inquiri (penemuan).

2. Belajar adalah proses mental karena itu menurut gagasan ini, belajar adalah

memuaskan secara personal dan tidak perlu didorong-dorong oleh penguatan

eksternal. Kelas yang berorientasi gestalt akan dicirikan oleh hubungan memberi

dan menerima antara murid dengan guru.

3. Bila dalam teori Thorndike belajar dan memahami terjadi secara bertahap atau

incremental, dalam teori ini belajar harus melalui insight.

C. Saran

1. Karena perilaku belajar dalam pandangan ini harus dilihat secara menyeluruh

bagian interaksi diri dengan lingkungannya, maka hendaknya guru memilih tema-

5

Page 15: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

tema menarik, mengundang pertanyaan, yang sesuai dengan konteks kekinian

siswa seperti lewat metode pembelajaran kontekstual.

2. Dalam kelas yang berorientasi Gestalt, atensi (pengamatan) merupakan hal pokok

untuk belajar, karena itu langkah pertama guru dalam pembelajaran hendaknya

mencari upaya agar perhatian siswa tertuju padanya antara lain dengan cara:

menampilkan topik-topik menarik, guru sering-sering mengajukan pertanyaan

penyela ditengah-tengah pembahasan, menyegerakan waktu istirahat, memanej

tempat duduk siswa yang mengalami kesulitan dalam atensi belajar dengan

memberi tempat duduk mereka dekat dari guru.

3. Hendaknya para guru berupaya mencari jalan tengah diantara konsep belajar

behavioral dengan kognitivisme, dimana prinsip-prinsip inovatif dan rekayasa

lingkungan belajar, reward dan reinforcemen tetap dapat dikombinasikan dengan

prinsip dan Teori Medan dalam gestalt.

DAFTAR PUSTAKA

5

Page 16: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

B.R. Hergenhahn, Theories of Learning, Terjemahan: Tri Wibowo B.S., (Jakarta:

Prenada Media), 2008.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta),

2006.

Erlina A, Chatarina dkk, Psikologi Belajar (Semarang, Unnes Pers), 2006.

Hall, C.S. and Lindzey, G. Theories of  Personality 3e, (New York: John Wiley and

Sons), 1978.

Jeane Ellies, Human Learning, (New jersey: Pearson Prentice Hall), 2009.

Kurt Lewin, Field theory in social science; selected theoretical papers. D.

Cartwright (ed.). (New York: Harper & Row), 1951.

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya), 2005.

Sugandi, Akhmad dkk, Teori Pembelajaran, (Semarang: Unnes Pers), 2006.

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres), 2010.

Sumber internet:

http://www.a2zpsychology.com/articles/kurt_lewin's_change_theory.php, diakses

pada 27 Oktober 2010.

www.psychologymania.co.cc/.../kurt-lewin-teori-medan-field-theory.html, diakses pada 27 Oktober 2010.

Smith, M. K. (2001) 'Kurt Lewin, groups, experiential learning and action research', the encyclopedia of informal education, dalam http://www.infed.org/thinkers/et-lewin.htm, di akses pada 27 Oktober 2010

TEORI BELAJAR MEDAN KOGNITIF

KURT LEWIN

5

Page 17: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Pembelajaran

O

L

E

H

Ina Zainah Nasution (09 PEDI 1512)

Masruroh (09 PEDI 1500)

Muhammad Rahim (09 PEDI 1503)

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd

PASCASARJANA

IAIN SUMATERA UTARA

2010TEORI BELAJAR MEDAN KOGNITIF

KURT LEWIN

5

Page 18: Makalah Teori Belajar Kurt Lewin

DAFTAR ISI ............................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1

B. Rumusan Masalah......................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan ..................................................................... 2

D. Manfaat Pembahasan.................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3

A. Biografi Kurt Lewin...................................................................... 3

B. Konstruksi Dasar Teori Medan Kognitif....................................... 4

C. Teori Medan Kognitif.................................................................... 6

D. Penggunaan Teori Medan dalam Belajar...................................... 8

E. Evaluasi Teori Medan Kognitif..................................................... 12

BAB III PENUTUP...................................................................................... 13

A. Simpulan....................................................................................... 13

B. Implikasi........................................................................................ 14

C. Saran.............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

5