makalah terbaru studi al-hadis
TRANSCRIPT
Perbedaan Al-Qur’an, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi
“STUDY AL-HADITS”
Disusun Oleh :
Faizal Abdi B96213099
Nur Alfiyatur Rochmah B06213037
Nur Fitriyanti B06213038
Dosen Pengampu :
Dr. Mohammad Rofiq, S.Ag
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah, karena dengan
taufik-Nya lah kita bisa melakukan aktifitas-aktifitas sehari-hari demi memewujudkan cita-cita
yang luhur berguna bagi nusa dan bangsa.
Kedua kalinya sholawat serta salam yang senantiasa kita limpahkan kapada pimpinan
sejati kita yakni nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman yang penuh
kemiskinan motivasi hingga pada hari yang selalu memberikan kita jalan yang lurus yakni agama
islam.
Dengan ini kami berharap kepada seluruh teman-teman mahasiswa apabila dalam
pembuatan makalah ini kurang sempurna kami mohon untuk mengkritik makalah ini, karna kami
sadar kemempuan kami jauh dari sempurna maka dari itu untuk mengevaluasi apa yang telah
kami cetak, dengan tujuan supaya penulisan yang selanjutnya kami lebih baik,
Harapan penulisan makalah ini supaya teman-teman mahasiswa agar memahami tentang
Perbedaan dari Al-Qur’an, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi, semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi kami sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Surabaya, 20 September 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dan utama dalam ajaran agama Islam
tentunya menempati posisi yang signifikan. Mengingat posisinya yang signifikan itu
maka diperlukan adanya pemahaman yang komprehensif terkait dengan eksistensi Al-
Qur’an. Selain Al-Qur’an, setiap muslim juga mengenal adanya sumber hukum yang
kedua yakni Hadits atau Sunnah, baik Hadits Qudsi maupun Hadits Nabawi.
Keduanya menjadi sumber hukum Islam yang diyakini dan dipedomani oleh
seluruh umat muslim. Keduanya memiliki perbedaan-perbedaan, perbedaan di antara
keduanya harus diketahui oleh setiap muslim sebagai landasan awal dalam memahami
keduanya lebih lanjut. Pemahaman yang baik terhadap keduanya akan mempengaruhi
kualitas ibadah dari setiap muslim.
Al-Qur’an diturunkan bukan hanya untuk kaum muslim atau suatu kelompok suku
tertentu semata, tetapi kehadirannya juga menjadi rahmat bagi seluruh makhluk. Al-
Qur’an merupakan kitab yang sangat lengkap tentunya dia memiliki kelebihan-kelebihan.
Di antara kelebihan-kelebihan Al-Qur’an ini adalah adanya nama-nama dan sifat-sifat
yang telah dijelaskan oleh Allah SWT.
Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada umat
manusia melalui Nabi Muhammad SAW, untuk dijadikan sebagai pedoman hidup.
Petunjuk-petunjuk yang dibawanya pun dapat menyinari seluruh isi alam ini. Sebagai
kitab hidayah sepanjang zaman, Al-Qur’an memuat informasi-informasi dasar tentang
berbagai masalah, baik informasi tentang hukum, etika, kedokteran dan sebagainya.
Hal ini merupakan salah satu bukti tentang keluasan dari kandungan Al-Qur’an
tersebut. Informasi yang diberikan itu merupakan dasar-dasarnya saja, dan manusia lah
yang akan menganalisis dan merincinya, membuat keautentikan teks Al-Qur’an menjadi
lebih tampak bila berhadapan dengan konteks persoalan-persoalan kemanusiaan dan
kehidupan modern.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam kajian ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian Al-Qur’an ?
2. Apa pengertian Hadits Qudsi ?
3. Apa pengertian Hadits Nabawi ?
4. Apa perbedaan antara Hadits Qudsi, Hadits Nabawi dan Al-Qur’an ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui pengertian Hadits Qudsi
3. Untuk mengetahui pengertian Hadits Nabawi
4. Untuk mengetahui perbedaan antara Hadits Qudsi, Hadits Nabawi dan Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Adapun “ Al-Qur’an “ menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an
adalah “mashdar” yang diartikan dengan arti isim maf’ul, yaitu “maqru = yang dibaca”
Menurut istilah ahli agama (‘uruf Syara’), ialah “Nama bagi kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mashhaf” (1)
Al-Qur’an menurut pendapat ahli kalam, ialah : yang ditunjuk oleh yang dibaca itu,
yakni : “ kalam azali yang berdiri pada dzat Allah yang senantiasa, bergerak (tak pernah
diam) dan tak pernah ditimpa sesuatu bencana”.
Al-Qur’an menurut istilah adalah firman Allah SWT yang diturunkan oleh Allah
dengan perantaraan malaikat jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah
dengan lafal arab dan makna yang pasti sebagai bukti bagi Rasulullah bahwasannya dia
adalah utusan Allah SWT, sebagai undang-undang sekaligus petunjuk bagi manusia, dan
sebagai sarana pendekatan (seorang hamba kepada Tuhannya) sekaligus sebagai ibadah bila
dibaca. Al-Qur’an disusun diantara dua lembar, diawali surat Al-Fatihah dan diakhiri surat
An-Naas, yang sampai kepada kita secara teratur (tidak terputus) secara tulisan maupun lisan,
dari generasi ke generasi, terpelihara dari adanya perubahan dan penggantian yang
dibenarkan dengan firman Allah SWT :
(QS.Al-Hijr ayat 9)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya”
B. Pengertian Hadits Qudsi
Hadits menurut istilah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad
SAW yang berupa perkataan, perbuatan, pengakuan, dan juga sifat-sifatnya. Qudsi di dalam
Kamus al Munawwir artinya suci. Dinamakan qudsi karena ia bersumber dari Allah yang
maha suci. Kata Qudsi sekalipun diartikan suci hanya merupakan sifat bagi hadits. Jadi hadits
qudsi adalah segala ucapan Nabi yang disandarkan kepada Allah SWT. Dalam kata lain
menurut at-Tibi, hadits qudsi adalah sesuatu yang dikehendaki Allah untuk disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui ilham atau mimpi. Kemudian, Nabi menyampaikan
kepada umatnya menurut susunan bahasanya sendiri dengan menyandarkanya kepada Allah
SWT.
Didalam kamus Wikipedia bahasa Indonesia, Hadits Qudsi adalah perkataan Nabi
Muhammad , tentang Wahyu Tuhan yang diterimanya secara langsung , tanpa perantaraan
malaikat (Jibril).
Ciri-ciri Hadits Qudsi :
1. Makna daripada Allah dan lafadz daripada Nabi.
2. Tidak disyaratkan penetapannya melalui Mutawatir.
3. Disandarkan kepada Allah,tidak secara langsung.
4. Menggunakan lafadz-lafadz tertentu,antaranya:
· .قال النبي صلى هللا عليه وسلم قال هللا عز وجل
· .قال النبي صلى هللا عليه وسلم فيما يرويه عن ربه
رسول هللا صقال تعالى فيما رواه عنه
Beberapa contoh dari Hadits Qudsi :
"Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan persekutuan. Barangsiapa melakukan
suatu amalan kemudian dia mempersekutukan diri-Ku dengan yang lain, maka Aku akan
meninggalkannya dan meninggalkan sekutunya." Dalam riwayat yang lain disebutkan:
"Maka dia akan menjadi milik sekutunya dan Aku berlepas diri darinya."
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW yang meriwayatkan dari Allah Azza wa Jalla:
"Tangan Allah penuh, tidak dikurangi lantaran memberi nafkah, baik di waktu siang
maupun malam."
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW berkata: " Allah SWT berfirman: Aku
menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku. Bila
menyebut-Ku di dalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan bila
ia menyebut-Ku di kalangan orang banyak, maka Aku pun menyebutnya di dalam
kalangan orang banyak lebih dari itu”
Jumlah Hadits Qudsi bisa dibilang tidak banyak. Jumlahnya lebih sedikit dari 200
hadits. Karena Hadits Qudsi sebenarnya adalah untuk Muhammad sebagai pribadi Nabi ,
bukan sebagai Rasul , maka Nabi pun "pilih-pilih" dalam memberikan kepada sahabat -
sahabatnya . Hanya sahabat - sahabat terpilih yang mempunyai kecerdasan tinggi saja yang
menerimanya. Karena memang Hadits Qudsi bukan untuk konsumsi umum . Sampai
sekarang pun masih banyak kalangan umat Islam yang tak mampu menerima "kebenaran"
dari Hadits Qudsi. Tinggi kandungan "isi"-nya adalah penyebabnya . Hanya sahabat - sahabat
khusus saja yang menerima Hadits Qudsi dari Nabi Muhammad , semisal Sayyidina Ali bin
Abu Tholib dan sahabat Abu Hurairah.
C. Pengertian Hadits Nabawi
Sedangkan hadits nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi
Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.
Yang berupa perkataan seperti perkataan Nabi Muhammad SAW :
“Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang bergantung pada
niatnya.”
Sedangkan yang berupa perbuatan ialah seperti ajaranya pada sahabat mengenai
bagaimana caranya mengerjakan shalat, kemudian ia mengatakan:
Shalatlah seperti kamu melihat aku melakukan shalat.
Juga mengenai bagaimana ia melakukan ibadah haji, dalam hal ini Nabi SAW. Berkata:
Ambilah dari padaku manasik hajimu.
Sedang yang berupa persetujuan ialah seperti beliau menyetujui suatu perkara
yang dilakukan salah seorang sahabat, baik perkataan atau pun perbuatan, baik dilakukan di
hadapan beliau atau tidak, tetapi beritanya sampai kepadanya. Misalnya mengenai makanan
biawak yang dihidangkan kepadanya, di mana beliau dalam sebuah riwayat telah
mendiamkannya yang berarti menunjukkan bahwa daging biawak itu tidak haram dimakan.
D. Perbedaan Hadits Qudsi, Hadits Nabawi dan Al-Qur’an
Sebelum megemukakan tentang perbedaan antara Al-Qur’an dan Hadits Qudsi dan
Hadits Nabawi, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan secara sepintas tentang
definisi daripada hadits qudsi dan hadits nabawi.
Hadits Qudsi adalah perkataan-perkataan yang disabdakan Nabi SAW. dengan
mengatakan: “Allah berfirman…’ Nabi menyandarka perkataan itu kepada Allah beliau
meriwayatkan dari Allah SWT, Menurut Ath Thibi sebagimana dikutip M. Hasbi Ash
Shiddieqy bahwa hadits qudsi merupakan titah Tuhan yang disampaikan kepada Nabi
didalam mimpi atau dengan jalan ilham, lalu Nabi menerangkan apa yang dimimpikannya
itu, dengan susunan perkataan beliau sendiri serta menyandarkan kepada Allah. Hadits qudsi
disebut juga dengan hadits ilahi dan hadits rabbani.
Perbedaan Hadits Qudsi dengan Hadits Nabawi
Hadits Nabawi itu ada dua :
Tauqifi. yang bersifat tauqifi, yaitu yang kandungannya diterima oleh Rasulullah dari
wahyu, lalu ia menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya sendiri. Bagian ini,
meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah, tetapi dari segi pembicaran lebih banyak
dinisbahkan kepada Rasulullah SAW, sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang
mengatakannya, meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari pihak lain.
Taufiqi. yang bersifat taufiqi, yaitu yang disimpulkan oleh Rasulullah menurut
pemahamannya terhadap Al-Qur’an, karena ia mempunyai tugas menjelskan Al-Qur’an atau
menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulan yang bersifat ijtihad
ini diperkuat oleh wahyu bila benar. Dan bila terdapat kesalahan di dalamnya, maka turunlah
wahyu yang membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.
Dari sini jelas bahwa hadits nabawi dengan kedua bagiannya yang tauqifi dan taufiqi
dengan ijtihad yang dikui oleh wahyu itu bersumber dari wahyu. Dan inilah makna dari
firman Allah tentang Rasul kita Muhammad SAW.:
Artinya : “Dia (Muhammad) tidak berbicara menurut hawa nafsunya. Apa yang
diucapkannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diturunkan kepadaya.” (QS. An-Najm : 3-
4).
Hadits qudsi itu maknanya dari Allah, ia disampaikan kepada Rasulullah SAW.
melalui salah satu cara penurunan wahyu; sedang lafalnya dari Rasulullah SAW.. Inilah
pendapat yang kuat. Dinisbahkannya hadits qudsi kepada Allah Ta’ala adalah nisbah
mengenai isinya, bukan nisbah mengenai lafalnya. Sebab seandainya hadits qudsi itu lafalnya
juga dari Allah, maka tidak ada lagi perbedaan antara hadits qudsi dengan Al-Qur’an; dan
tentu pula gaya bahasanya menuntut untuk ditantang, serta membacanya pula dianggap
ibadah.Demikianlah beberapa perbedaan di antara keduanya.
Perbedaan antara Hadits Qudsi dan Al-Qur`an, diantaranya :
1. Bahwa lafadz dan makna al-Qur`an berasal dari Allah SWT, sedangkan Hadits Qudsi
tidak demikian, alias maknanya berasal dari Allah SWT namun lafadzhnya berasal dari
Nabi SAW.
2. Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadits Qudsi tidak demikian.
3. Syarat validitas al-Qur`an adalah at-Tawatur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadîts
Qudsi tidak demikian.
4. Secara sederhana dapat dikatakan, Hadits Qudsi adalah Wahyu Tuhan yang diterima
Nabi Muhammad secara langsung, TANPA perantaraan malaikat Jibril. Sehingga tidak
ada kata QUL (katakanlah) diawal kalimat dan Allah membahasakan diri-Nya dengan
sebutan AKU .
5. Sedangkan Al Qur'an adalah Wahyu Tuhan yang diterima Nabi Muhammad lewat
perantaraan Malaikat Jibril. Sehingga Jibril membacakan wahyu dengan permulaan kata
Qul dan Jibril membahasakan Tuhan dengan sebutan nama-Nya, Allah ( dan Asmaul
Husna lainnya ).
6. Hadits Qudsi memakai kalimat langsung ( orang pertama / Aku ) , sedang Al Qur'an
memakai kalimat orang ketiga .
7. Hadits Qudsi diturunkan secara "private" (khusus ) kepada Muhammad sebagai Nabi,
sehinggga tidak disebarluaskan untuk umum , karena bersifat pribadi. Hanya beberapa
sahabat terpercaya saja yang menerimanya .
8. Sedangkan Al Qur'an diturunkan kepada Muhammad sebagai Rosul , sehingga Nabi
Muhammad wajib menyebarluaskannya kepada umatnya dan seluruh umat manusia .
9. Demi kemurnian dan kesucian Al Qur'an, Hadits Qudsi dan Al Qur'an tidak disatukan
dalam satu Mushaf. Hadits Qudsi dibiarkan berdiri sendiri dan tidak pernah dibukukan
(kodifikasi) secara resmi .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan
firman Allah SWT yang diturunkan oleh Allah dengan perantaraan malaikat jibril ke dalam
hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan lafal arab dan makna yang pasti sebagai
bukti bagi Rasulullah bahwasannya dia adalah utusan Allah SWT, sebagai undang-undang
sekaligus petunjuk bagi manusia, dan sebagai sarana pendekatan (seorang hamba kepada
Tuhannya) sekaligus sebagai ibadah bila dibaca. Al-Qur’an disusun diantara dua lembar,
diawali surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Naas, yang sampai kepada kita secara teratur
(tidak terputus) secara tulisan maupun lisan, dari generasi ke generasi, terpelihara dari
adanya perubahan dan penggantian.
Sedangkan Hadits qudsi adalah sesuatu yang dikehendaki Allah untuk
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui ilham atau mimpi. Kemudian, Nabi
menyampaikan kepada umatnya menurut susunan bahasanya sendiri dengan
menyandarkanya kepada Allah SWT.
Hadits nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW,
baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.
Perbedaan dari Al-Qur’an, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi adalah kalau Al-
Qur’an perkataan dan maknanya dari Allah SWT secara langsung melalui wahyu dan hadits
qudsi itu lafadz pengucapan dari Rasulullah sedangkan maknanya dari Allah SWT dan
sebenarnya hadits ini bersifat khusus untuk diri Rasulullah sebagai nabi, hadits ini sedikit dan
hanya para sahabat yang dekat dengan Rasulullah dan sering bersama Rasulullah yang
mendapatkan hadits tersebut. Seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Abu Hurairrah,
Rasulullah memberikan hadits ini dengan menyeleksi terlebih dahulu mana yang cocok
dengan situasi umat-umatnya. Sedangkan hadist Nabawi ialah lafadz perkataan dan maknanya
itu dari Rasullullah sendiri.
Daftar Pustaka
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Cet. IX; Jakarta: Bulan
Bintang, 1989.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: CV.
Karya Utama, 2005
Hamzah, Muchotob. Studi Al-Qur’an Komprehensif. t.t. Gama Media, 2003.
al-Qattan, Khalil, Manna. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj. oleh Mudzakir. 1999.
Saleh, Subhi. Mabahis Fi Ulum Al-Qur’an. Muassasah Ar-Risalah: Mesir, 1404H.
http://al-atsariyyah.com/beda-al-quran-dengan-hadits-qudsy.html (diakses pada tanggal 14
September 2013 pukul 14.15 WIB)