manajemen agribisnis (tanaman jagung)

28
I. Prospek Agribisnis Jagung Salah satu komoditi tanaman pangan yang dapat mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian adalah komoditi jagung. Di Indonesia Jagung merupakan komoditas pangan kedua setelah padi dan sumber kalori atau makanan pengganti beras disamping itu juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak sehingga perlu upaya peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan sumber daya alam, ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi. Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak. Jagung memiliki potensi yang cukup besar untuk diusahakan secara agribisnis, hal ini karena tanaman ini memiliki prospek yang cerah untuk diusahakan baik dari aspek budidaya maupun dari aspek peluang pasar. Dari aspek

Upload: rhuslin-chaerul

Post on 05-Jul-2015

3.301 views

Category:

Documents


133 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

I. Prospek Agribisnis Jagung

Salah satu komoditi tanaman pangan yang dapat mengambil peran dalam

pembangunan sektor pertanian adalah komoditi jagung. Di Indonesia Jagung

merupakan komoditas pangan kedua setelah padi dan sumber kalori atau

makanan pengganti beras disamping itu juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan

jagung akan terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan peningkatan

taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak sehingga

perlu upaya peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan sumber

daya alam, ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi. Jagung

menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait

dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga

bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan

untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang

sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih

lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan

dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa

panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta

produktivitasnya lebih banyak.

Jagung memiliki potensi yang cukup besar untuk diusahakan secara

agribisnis, hal ini karena tanaman ini memiliki prospek yang cerah untuk

diusahakan baik dari aspek budidaya maupun dari aspek peluang pasar. Dari

aspek budidaya tanaman jagung tidak sulit untuk dibudidayakan. Tanaman

jagung dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah. Yang terpenting dan sangat

berhubungan erat dengan hasil jagung adalah tersedianya unsur hara NPK pada

tanah tersebut. Untuk pertumbuhan yang lebih baik lagi, tanaman jagung

memerlukan tanah yang subur, gembur dan kaya humus (Sudjana dkk., 1991).

Demikian juga benih jagung telah banyak varietas-varietas unggul yang dilepas.

Menurut Rahmanto (1997), perkembangan daya hasil dari varietas-varietas

unggul yang diadopsi petani telah terbukti memberikan sumbangan yang tidak

kecil terhadap peningkatan produksi dan produktivitas jagung nasional. Dari

aspek peluang pasar tanaman jagung mempunyai prospek yang cerah untuk

diusahakan, karena permintaan konsumen dalam negeri dan peluang ekspor

yang terus meningkat. Rukmana (1997) mengemukakan bahwa prospek

Page 2: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

usahatani tanaman jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan

komersial berpola agribisnis. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor

komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk

memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan. Disamping itu juga prospek

pasar produksi jagung semakin baik, karena didukung oleh adanya kesadaran

gizi dan diversifikasi bahan makanan pada masyarakat. Demikian juga untuk

keperluan bahan baku industri rumah tangga seperti emping jagung, wingko

jagung dan produk jagung olahan lainnya dan untuk keperluan bahan baku

pakan ternak, serta untuk ekspor memerlukan produk jagung dalam jumlah yang

besar. Keadaan ini merupakan peluang pasar yang potensial bagi petani dalam

mengusahakan tanaman jagung. Dengan demikian peningkatan produksi jagung

baik kualitas maupun kuantitas sangat penting.

II. Sistem Agribisnis Jagung

Secara konsepsional sistem agribisnis jagung merupakan keseluruhan

aktivitas yang saling berkaitan mulai dari pembuatan dan pengadaan sarana

produksi pertanian hingga pemasaran hasil jagung, baik hasil usahatani maupun

hasil olahannya. Menurut Sa’id dan Intan (2001) sistem agribisnis terdiri dari

subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem produksi

primer, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan lembaga penunjang.

Pada umumnya sistem agribisnis jagung yang dilakukan oleh petani antara lain

meliputi :

Subsistem pembuatan (subsistem hulu), pengadaan dan penyaluran sarana

produksi pertanian. Sarana produksi pertanian ini diperoleh petani dengan

sistem pembelian atau dengan bantuan dalam bentuk kemitraan.

Subsistem produksi dalam usahatani (on-farm). Kegiatan pada subsistem ini

meliputi pemilihan benih jagung, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan

tanaman dan panen.

Subsistem pengolahan hasil panen (subsistem hilir). Penanganan lepas

panen jagung pada tingkat petani pada umumnya baru sampai pada

pengeringan jagung tongkol dan pengupasan kulit jagung (klobot), hal ini

karena petani belum memiliki alat teknologi dan biaya yang cukup untuk

Page 3: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

melakukan pengolahan lanjutan. Untuk tingkat pengolahan lanjutan seperti

pemipilan dan pengolahan dilakukan pada tingkat pedagang atau

perusahaan, sehingga nilai tambah yang besar biasanya berada pada tingkat

ini.

Subsistem pemasaran hasil (subsistem hilir). Pola pemasaran jagung melalui

jalur pemasaran yang beragam, diantaranya bagi petani yang tidak

melakukan kemitraan usaha dengan perusahaan mitra biasanya pemasaran

jagung dilakukan melalui pedagang pengumpul baik yang memfungsikan

kelompok tani atau koperasi maupun yang tidak, ada pula yang langsung

menjual produknya ke pabrik pengolahan atau langsung ke konsumen jika

produk tersebut untuk langsung dikonsumsi. Bagi petani yang telah

melakukan kemitraan usaha dengan perusahaan mitra pemasaran produk

jagung dilakukan melalui kelompok tani atau koperasi, perusahaan mitra,

pabrik pengolahan dan konsumen.

Kelembagaan pendukung agribisnis jagung (subsistem hilir) pada umumnya

adalah lembaga di tingkat petani dan lembaga di luar petani. Lembaga

ditingkat petani terdiri dari kelompok tani dan koperasi, Lembaga di luar

petani seperti pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan dan lain-lain.

A. Subsistem Hulu

1) Lahan Pertanaman

Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil

pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil

produksi ke luar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling

penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah

dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995). Rukmana

(1997), Pengolahan tanah secara sempurna sangat diperlukan agar dapat

memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberantas gulma dan hama

dalam tanah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mendorong aktivitas

mikroorganisme tanah serta membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.

Penyiapan lahan untuk tanaman jagung dapat dilakukan dengan tiga cara

yaitu tanpa olah tanah (TOT) atau disebut zero tillage, pengolahan tanah

minimum (minimum tillage) dan pengolahan tanah maksimum (maximum

tillage) (Rukmana, 1997).

Page 4: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

Zulkifli (2005), mengemukakan bahwa jagung hibrida tidak

membutuhkan persyaratan tanah yang terlalu kompleks karena tanaman ini

dapat tumbuh disemua macam tanah asalkan tanah tersebut subur, gembur,

dan kaya akan bahan organik. Di tanah berat dengan kandungan liat tinggi,

jagung masih bisa ditanam dengan pertumbuhan yang normal asalkan tata

air (drainase) dan tata udara tanahnya baik. Pada kondisi seperti ini tanah

harus sering diolah dalam masa pertumbuhan dan saluran air dibuat

diantara barisan selalu diperbaiki. Air yang berlebihan dengan membentuk

genangan air akan mengakibatkan benih busuk, tanaman kekurangan udara

sehingga pertumbuhannya tidak normal.

2) Modal (sarana produksi)

Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan

menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut

disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi

seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam

kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai

biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam

sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang

relative pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi, 2003).

Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses

produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli

benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga

kerja. Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :

Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-

kecilnya modal yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula

modal yang dipakai.

Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian

juga menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.

Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani

(Soekartawi,2003).

Page 5: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

Rukmana (1997), mengemukakan bahwa benih yang bermutu tinggi

yang berasal dari varietas unggul merupakan salah satu faktor penentu

untuk memperoleh kepastian hasil usahatani jagung. Berbagai benih

varietas unggul jagung dapat dengan mudah diperoleh ditoko-toko sarana

produksi pertanian. Benih jagung tersebut sudah dikemas dalam kantong

plastik dan berlabel sertifikat sehingga petani tinggal menggunakannya.

Namun kadang benih jagung diproduksi sendiri oleh petani. Biji jagung yang

akan dijadikan benih diproses melalui tahap-tahap pengeringan, pemipilan,

pengeringan ulang dan pengemasan sesuai dengan kaidah tata laksana

pembenihan. Syarat benih jagung yang baik adalah: 1) daya tumbuh

minimum 80%. 2) tidak keropos dan berlubang. 3) bebas dari hama dan

penyakit 4) murni atau bebas dari campuran varietas lain. 5) berwarna

seragam sesuai dengan warna asli suatu varietas. 6) ukuran biji seragam

(Rukmana, 1997).

Menurut Marsono dan Sigit (2005), Pupuk sangat bermanfaat dalam

menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia ditanah

untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Manfaat utama dari pupuk yang

berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari

padat menjadi gembur. Pemberian pupuk organik, terutama dapat

memperbaiki struktur tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk

udara dan air. Selain menyediakan unsur hara, pemupukan juga membantu

mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang seperti N, P, K yang

mudah hilang oleh penguapan. Manfaat lain dari pupuk yaitu memperbaiki

kemasaman tanah. Tanah yang masam dapat ditingkatkan pHnya menjadi

pH optimum dengan pemberian kapur dan pupuk organik. Pupuk phonska

merupakan pupuk majemuk yang mengandung nitrogen, phosfor dan

kalium. Menurut Pinus (1994), pupuk phonska digunakan untuk

pertumbuhan akar tanaman muda, membantu asimilasi dan pernapasan

serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Dosis pupuk

phonska pada tanaman jagung yaitu 50-100 kilogram per hektar.

Page 6: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

3) Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting

dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup

bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan

macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah :

Tersedianya tenaga kerja. Setiap proses produksi diperlukan tenaga

kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu

disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga

jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang

masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja,

jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.

Kualitas tenaga kerja. Dalam proses produksi, apakah itu proses

produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan

spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan

sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu,

dan ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas. Bila masalah

kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan

dalam proses produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak

dioperasikan karena belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai

klasifikasi untuk mengoperasikan alat tersebut.

Jenis kelamin. Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin,

apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai

spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah,

dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.

Tenaga kerja musiman. Pertanian ditentukan oleh musim, maka

terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman dan pengangguran tenaga

kerja musiman. Bila terjadi pengangguran semacam ini, maka

konsekuensinya juga terjadi migrasi atau urbanisasi musiman

(Soekartawi, 2003).

Page 7: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga

petani sendiri. Tenaga kerja keluarga ini merupakan sumbangan keluarga

pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak perlu dinilai dengan

uang tetapi terkadang juga membutuhkan tenaga kerja tambahan misalnya

dalam penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun

tenaga kerja langsung sehingga besar kecilnya upah tenaga kerja

ditentukan oleh jenis kelamin. Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi

bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upah tenaga kerja

ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga kerja manusia

(Mubyarto, 1995).

Umur tenaga kerja di pedesaan juga sering menjadi penentu besar

kecilnya upah. Mereka yang tergolong dibawah usia dewasa akan

menerima upah yang juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga

kerja yang dewasa. Oleh karena itu penilaian terhadap upah perlu

distandarisasi menjadi hari kerja orang (HKO) atau hari kerja setara pria

(HKSP). Lama waktu bekerja juga menentukan besar kecilnya tenaga kerja

makin lama jam kerja, makin tinggi upah yang mereka terima dan begitu

pula sebaliknya. Tenaga kerja bukan manusia seperti mesin dan ternak

juga menentukan basar kecilnya upah tenaga kerja. Nilai tenaga kerja

traktor mini akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja

orang, karena kemampuan traktor tersebut dalam mengolah tanah yang

relatif lebih tinggi. Begitu pula halnya tenaga kerja ternak, nilainya lebih

tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja traktor karena

kemampuan yang lebih tinggi daripada tenaga kerja tersebut (Soekartawi,

2003).

4) Manajemen

Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan dan

melaksanakan serta mengevalusi suatu proses produksi. Karena proses

produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai

tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang-

Page 8: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses produksi

(Soekartawi, 2003). Faktor manajemen dipengaruhi oleh: 1) tingkat

pendidikan 2) Pengalaman berusahatani 3) skala usaha. 4) besar kecilnya

kredit dan 5) macam komoditas.

Menurut Entang dalam Tahir Marzuki (2005), perencanaan

usahatani akan menolong keluarga tani di pedesaan. Diantaranya pertama,

mendidik para petani agar mampu berpikir dalam menciptakan suatu

gagasan yang dapat menguntungkan usahataninya. Kedua, mendidik para

petani agar mampu mangambil sikap atau suatu keputusan yang tegas dan

tepat serta harus didasarkan pada pertimbangan yang ada. Ketiga,

membantu petani dalam memperincikan secara jelas kebutuhan sarana

produksi yang diperlukan seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan.

Keempat, membantu petani dalam mendapatkan kredit utang yang akan

dipinjamnya sekaligus juga dengan cara-cara pengembaliannya. Kelima,

membantu dalam meramalkan jumlah produksi dan pendapatan yang

diharapkan (Soekartawi, 2005).

Perencanaan input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan

mengidentifikasi input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari

segi jenis, jumlah dan mutu atau spesifikasinya. Setelah itu maka disusun

rencana dan sistem pengadaannya dua hal mendasar yang perlu menjadi

titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat sendiri

atau membeli.

Pengorganisasian mengenai sumberdaya berupa input-input dan

sarana produksi yang akan digunakan akan sangat berguna bagi

pencapaian efisiensi usaha dan waktu. Pengorganisasian tersebut

terutama menyangkut bagaimana mengalokasikan berbagai input dan

fasilitas yang akan digunakan dalam proses produksi sehingga proses

produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pencapaian efektivitas

dalam pengorganisasian menekankan pada penempatan fasilitas dan

input-input secara tepat dalam suatu rangkaian proses, baik dari segi

jumlah maupun mutu dan kapasitas. Dilain pihak, pencapaian efisiensi

dalam pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi lebih mengarah

kepada optimasi penggunaan berbagai sumberdaya tersebut sehingga

dapat dihasilkan output maksimum dengan biaya minimum. Dalam

Page 9: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

usahatani pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi menjadi

penentu dalam pencapaian optimalitas alokasi sumber-sumber produksi

(Soekartawi, 2005).

Pengawasan dalam usaha produksi pertanian meliputi pengawasan

anggaran, proses, masukan, jadwal kerja yang merupakan upaya untuk

memperoleh hasil maksimal dari usaha produksi. Sedangkan evaluasi

dilakukan secara berkala mulai saat perencanaan sampai akhir usaha

tersebut berlangsung, sehingga jika terjadi penyimpangan dari rencana

yang dianggap dapat merugikan maka segera dilakukan pengendalian

(Soekartawi, 2005).

Pengawasan pada suatu usahatani meliputi pengawasan terhadap

penggunaan faktor produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan

persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian. Dengan pengawasan

yang baik terhadap penggunaan faktor-faktor produksi dapat menentukan

efisien tidaknya suatu usahatani. Seringkali dijumpai makin luas lahan yang

dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisien lahan tersebut.

Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan

upaya untuk melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan

berkurang disebabkan lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor

produksi bibit, pupuk, obat-obatan dan terbatasnya persediaan modal untuk

pembiayaan usaha pertanian dalam skala tersebut. Sebaliknya pada luas

lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap faktor produksi semakin

baik, sebab diperlukan modal yang tidak terlalu besar sehingga usaha

pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu

kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula

(Soekartawi, 1999).

Selanjutnya dikemukakan bahwa Pengendalian dalam usaha

produksi pertanian berfungsi untuk menjamin agar proses produksi berjalan

pada rel yang telah direncanakan. Dalam usahatani misalnya pengendalian

dapat dilakukan pada masalah kelebihan penggunaan tenaga manusia,

penggunaan air, kelebihan biaya pada suatu tahap proses produksi dan

lain-lain.

Page 10: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

Faktor produksi tersebut berpengaruh pada biaya produksi

sedangkan keduanya akan mempengaruhi penerimaan usahatani.

Penerimaan usahatani akan terkait dengan jumlah produk yang dihasilkan

dengan harga komoditas. Salah satu yang menentukan komoditas adalah

jumlah permintaan dan penawaran harga produk dan faktor produksi yang

sering mengalami perubahan akan berpengaruh terhadap tingkat

keuntungan yang diterima. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

usahatani adalah luas usaha, tingkat produksi, pilihan kombinasi usaha dan

juga intensitas pengusahaan tanaman (Hernanto, 1991).

Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri

atas 4 (empat) sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi

yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem

pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana

produksi yang dihasilkan subsistem hulu; (c) subsitem agribisnis hilir yaitu

yang mengolah dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d) subsistem

penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain

permodalan, teknologi dan lain-lain.

B. Subsistem On-Farm

Di negara berkembang seperti Indonesia penggunaan jagung

benih unggul masih didominasi oleh varietas bersari bebas atau jagung

komposit. Beberapa alas- an penting kenapa jagung komposit ditanam di

beberapa lingkungan tumbuh, :  mudah dan sederhana dikembangkan,

benih dapat secara cepat diperbanyak oleh petani atau kelompok tani

sehingga memungkinkan menyebar, mengurangi ketergantungan petani

kepada pihak lain karena dapat menyimpan benih sendiri, biaya produksi

lebih murah.

Selain itu, ada beberapa alasan kenapa sebagian besar petani

masih menggunakan jagung komposit varietas unggul, antara lain : daya

adaptasi yang luas, dapat dikembangkan pada lahan marginal maupun

lahan subur, harga benih relatif murah, benih dapat digunakan beberapa

generasi tanpa mengalami degenerasi(kemunduran hasil), umur genjah

dan daya hasil cukup tinggi.

Page 11: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

TEKNIK BUDIDAYA

1.       Penyiapan lahan

Pengolahan tanah dilakukan sekali hingga 2 kali (tergantung kondisi

tanah), untuk tanah bekas sawah tidak perlu dilakukan pengolahan tanah.

Jika curah hujan masih cukup tinggi perlu dibuat saluran drainase setiap

3 m, sedalam 20-25 cm, sepanjang petakan.

2.       Penggunaan benih unggul

Varietas unggul jagung komposit antara lain : Bisma, Lamuru, Palakka,

Kresna, Sukmaraga, Srikandi putih, Srikandi kuning.

Benih bermutu merupakan syarat terpenting dalam budidaya tanaman

jagung . Benih sehat dan memiliki daya tumbuh minimal 90 %.

Kebutuhan benih antara 20-25 kg/ha, tergantung jarak tanam.

3.       Penanaman

Populasi tanaman jagung yang optimal antara 62.500-100.000

tanaman/ha. Jarak tanam yang optimal antara 80 cm x 40 cm; 75 cm x 50

cm; dan 80 cm x 25 cm, masing-masing dengan 2 (dua) tanaman per

lubang.

Campurkan benih jagung sebelum tanam dengan Redomil/Saromil dosis

100 gr/kg benih.

4.       Pemupukan

Pupuk kandang dengan dosis antara 5 – 15 ton/ha.

Saat tanam pupuk Urea 50-75 kg/ha + SP36 75-100 kg/ha+ KCl 50-75

kg/ha.

Umur 30-40 hari setelah tanam diberikan pupuk Urea 100-150 kg/ha.

Pemupukan diberikan secara ditugal pada setiap tanaman jarak 3-5 cm

dari tanaman kemudian ditutup dengan tanah.

5.       Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi kegiatan : penyiangan, pembumbunan dan

pengaturan drainase.

Penyiangan fase pertumbuhan awal sangat baik dilakukan agar tidak

terjadi persaingan dalam pemanfaatan unsur hara dengan tanaman

pengganggu (gulma).

Page 12: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

Penyiangan dilakukan satu atau dua kali selama periode tumbuh

tanaman tergantung pertumbuhan gulma. Penyiangan pertama  umur 10-

15 hari setelah tanam.

Pembumbunan tanaman jagung dilakukan pada saat tanaman umur 4 – 5

minggu.

Kegiatan pembumbunan tanaman dapat memperbaikan drainase pada

lahan pertanaman.

6.       Pengendalian hama

Serangan hama merupakan salah satu faktor yang memegang peranan

penting dalam peningkatan produksi jagung. Hama yang menyerang di

pertanaman antara lain :

Lalat bibit (Atherigona sp.) dan ulat tanah (Agrotis sp.), merusak tanaman

muda, terutama pada musim hujan dapat mengakibatkan tanaman mati.

Pengendalian dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman, tanam

serempak. Pengendalian dengan insektisida yang mengandung

khlorpirifos dan karbofuran.

Penggerek batang (Ostrinia Furnacalis), merusak daun, batang, bunga

jantan dan juga tongkol saat tanaman umur  1 bulan. Pengendalian

dengan menggunakan Furadan 3 G diberikan melalui pucuk sebelum

berbunga (40 hari) dan diikuti Decis 25 EC.

Penggerek tongkol (Helicoverpa sp.), menyerang bagian reproduksi

tanaman termasuk kuncup bunga dan buah, biasanya pada ujung tongkol

dan merusak sebagian biji jagung dalam tongkol. Pengendalian dilakukan

setelah terbentuk jambul jagung dengan Decis 25 EC setiap 1-2 hari

sekali sehingga biayanya mahal.

Pemanfaatan musuh alami dengan cara menghindari tindakan-tindakan

yang dapat merugikan perkembangan musuh alami.

Pengendalian fisik dan mekanik antara lain dilakukan dengan mengambil

kelompok telur dan membunuh larva hama atau imagonya atau

mengambil tanaman yang sakit.

7.     Pengendalian penyakit

Suatu penyakit merupakan hasil interaksi 3(tiga) komponen utama

yaitu: pathogen, inang dan lingkungan (PIL). Usaha-usaha pengendalian

Page 13: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

untuk mengatasi masalah penyakit pada dasarnya adalah cara-cara

memanfaatkan PIL tersebut untuk memperkecil akibat yang ditimbulkannya

sehingga mencapai suatu titik di bawah ambang ekonomi dengan kerugian

yang dapat diabaikan.

Bulai (Downy mildew), penyakit yang paling berbahaya dapat

menurunkan hasil sampai 100 %. Penyebaran penyakit melalui angin

yang membawa konidia dari sumber inokulum ke tanaman di sekitarnya.

Pengendalian tidak menggunakan benih dari tanaman sakit, tanam

serempak, penggunaan varietas tahan dan eradikasi.  Seedtreatment

pada benih sebelum ditanam dengan Ridomil/Saromil dengan dosis 100

gr/kg benih dapat menekan serangan bulai.

Hawar daun (Helminthosporium turcicum), timbul bercak-bercak pada

daun bawah tua kemudian menuju daun-daun muda, pada infeksi berat

tanaman mati. Kerugian dapat mencapai 70 %. Pengendalian gunakan

fungisida sistemik, terutama sejak bunga jantan muncul dengan interval

7-10 hari.

Virus Mosaik, saat ini ada 3 (tiga) macam, yaitu : Virus Mosaik Tebu,

Virus Mosaik Ketimun, dan Virus Mosaik Kerdil Jagung (VMKJ). Tanaman

jagung rentan VMKJ sampai umur 5 minggu dan semakin tua akan lebih

tahan. Dapat menular melalui biji dan tepung sari. Belum ada varietas

jagung yang tahan terhadap VMKJ. Pengendalian dilakukan dengan

penyiangan, sanitasi, dengan insektisida efektif seperti Monokrofos,

Tamaron atau Thiodan.

8.       Panen dan pasca panen

Panen dilakukan saat setelah benih mencapai masak fisiologis, karena

pada saat itu kadar air benih jagung masih cukup tinggi, yaitu sekitar 35-

40 % maka segera dilakukan penjemuran.

Penundaan waktu panen adalah sampai benih mencapai masak panen

asalkan keadaan lapang cukup menguntungkan (tidak ada hujan).

Penundaan dimaksud untuk menurunkan kadar air benih sampai 25-30

%, sehingga biaya pengeringan dan kerusakan mekanis yang terjadi saat

panen dapat ditekan.

Page 14: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

Tongkol jagung dipanen manual, segera kulit dikupas dan dijemur sampai

kadar air 10-14 %, kemudian dipipil, pemipilan pada saat kadar air masih

tinggi akan merusak kualitas biji jagung.

Jagung pipilan kemudian dijemur lagi hingga kadar air < 9 %  apabila

akan disimpan.

 

VARIETAS UNGGUL

KRESNA, Umur 90 hari; tinggi tanaman 185 cm; warna biji kuning; bentuk

biji mutiara; bobot 1.000 biji 270 gr; potensi hasil 7,0 t/ha; cukup tahan

terhadap  bulai.

BISMA, Umur 96 hari; tinggi tanaman 230 cm; warna biji kuning; bentuk

biji semi mutiara; bobot 1.000 biji 307 gr; potensi hasil 7,5 t/ha; tahan

karat dan bercak daun.

LAMURU, Umur 95 hari; tinggi tanaman 190 cm; warna biji kuning;

bentuk biji mutiara; bobot 1.000 biji 275 gr; potensi hasil 7-8 t/ha; cukup

tahan bulai dan karat.

PALAKKA, Umur 95-100 hari; tinggi tanaman 160-200 cm; warna biji

kuning; bentuk biji mutiara; bobot 1.000 biji 275 gr; potensi hasil 8,0 t/ha;

tahan penyakit bulai.

SUKMARAGA, Umur 105-110 hari; tinggi tanaman 180-220 cm; warna biji

kuning tua; bentuk biji semi mutiara; bobot 1.000 biji 240-280 gr; potensi

hasil 8,5 t/ha; tahan penyakit bulai dan karat daun.

C. Subsistem Hilir

Subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan

komoditas`pertanian, secara jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengolahan produk

Pengolahan produk dilakukan setelah kegiatan panen dalam

subsistem agribisnis atau biasa disebut denga kegiatan pasca panen.

Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan

agribisnis, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah sampai

pemasaran produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat

penting, karena merupakan salah satu sub-sistem agribisnis yang

Page 15: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah

produk agribisnis. Dibanding dengan produk segar, produk olahan

mampu memberikan nilai tambah yang sangat besar. Daya saing

komoditas Indonesia masih lemah, karena selama ini hanya

mengandalkan keunggulan komparatif dengan kelimpahan sumberdaya

alam dan tenaga kerja tak terdidik (factor–driven), sehingga produk yang

dihasilkan didominasi oleh produk primer atau bersifat natural recources-

based dan unskilled-labor intensive.

Pada komuditi Jagung, kegiatan pasca panen dilakukan dengan

pemanfaatan teknologi pengolahan jagung yang berpeluang

meningkatkan nilai komoditas jagung tidak hanya sebagai sumber pakan

tetapi dapat diolah menjadi berbagai produk pangan yang bernilai

ekonomi Pascapanen jagung selama ini masih dkerjakan secara

tradisional. Untuk pengembangan industri pati jagung, dibutuhkan

investasi mencapai Rp 80-160 miliar.

Beberapa produk olahan dari jagung telah umum dikenal oleh

masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang mengkonsumsi jagung

sebagai makanan pokok. Adapun berbagai produk olahan lain seperti

pada uraian berikut ini.

a. Dodol Jagung

Dodol jagung diolah dari tepung jagung yang diberi gula, garam

dan santan kelapa yang dimasak menjadi bubur kental, dicetak dan

dikemas.

b. Pati Jagung.

Pati jagung dalam perdagangan biasa disebut tepung maizena.

Pati jagung dapat dibuat menjadi berbagai macam produk olahan

pangan. Proses pembuatan pati jagung secara garis besar melalui

tahapan perendaman biji jagung, penggilingan, pemisahan lembaga

dari endosperm, pemisahan serat kasar dari pati dan gluten,

kemudian pemisahan antara pati dari glutennya, kemudian

pengeringan pati. Pati jagung potensial mensubstitusi terigu maupun

tapioka dari 20-100%. Jika pati jagung menggantikan 10% saja, maka

diperlukan 0,3-1,0 juta ton pati jagung per tahun.

Page 16: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

c. Tepung Jagung

Pembuatan tepung jagung lebih mudah daripada pembuatan pati

jagung. Tahapan pembuatan tepung jagung meliputi penggilingan

kasar hingga berbentuk butiran (beras jagung), pemisahan kulit dan

lembaga, penggilingan halus hingga berbentuk tepung dan

pengayakan. Guna mendukung upaya diversifikasi penggunaan

tepung jagung menjadi berbagai bentuk makanan, dilakukan

pembuatan tepung jagung komposit yang disebut sebagai bahan

makanan campuran (BMC), yaitu pencampuran tepung jagung

dengan tepung dari komoditas lain untuk selanjutnya digunakan

sebagai bahan baku produk olahan antara lain produk rerotian, dll.

d. Emping Jagung

Emping jagung adalah biji jagung yang dipres tipis seperti emping.

Di negara barat emping jagung ini disebut corn flake. Produk ini dapat

dimakan dengan menuangkan susudan biasanya digunakan untuk

sarapan. Cara seperti ini di Indonesia belum membudaya. Meskipun

demikian keberadaan emping jagung di Indonesia dewasa ini semakin

berkembang dan berdampak positif dalam usaha diversifikasi menu

makanan.

e. Keripik Jagung

Berbeda dengan emping jagung, keripik jagung dibuat dari biji

jagung utuh. Mula-mula dilakukan pemasakan biji jagung utuh di

dalam air kapur. Adonan tersebut kemudian digiling dan dicetak lalu

dilakukan pengeringan dan penggorengan (Munarso dan Mujisihono,

1993). Keripik jagung banyak dikonsumsi di Meksiko dan Amerika

Serikat disebut tortilla. Penyajiannya dapat ditambah sayur, daging,

keju atau susu, dikonsumsi untuk sarapan ataupun sebagai makanan

kecil (kudapan).

2. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana

individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka

dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai

satu sama lain. Definisi ini berdasarkan pada konsep inti, yaitu :

Page 17: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

Petani Pedagang tingkat desa

Pedagang besar kabupaten

ProsesorPedagang dalam negeri/Eksportir

kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk, nilai, biaya dan kepuasan;

pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar, pemasaran dan pemasar.

Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami

pelanggan sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan

dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan

pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana

membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari

analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang

strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir,

melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran.

Provinsi penghasil jagung di Indonesia : Jawa Timur : 5 jt ton;

Jawa Tengah : 3,3 jt ton; Lampung : 2 jt ton; Sulawesi Selatan: 1,3 jt ton;

Sumatera Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700 – 800 rb ton, sisa lainnya

(NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung

nasional 16 jt ton per tahun.

Produsen jagung terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (38,85% dari

total produksi dunia), diikuti China 20,97%; Brazil 6,45%; Mexico 3,16%;

India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%.

Sedangkan untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara-

negara lainnya 14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009

adalah sebesar 791,3 juta MT.

Berikut digambarkan pola pemasaran dari agribisnis jagung

sebagai berikut.

Pola 1.

Page 18: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

Petani KUD/Pasar lelang Prosesor

Pedagang dalam negeri/Eksportir

Petani KUD Prosesor Pedagang dalam negeri/Eksportir

Pola 2.

Pola 3.

Kebutuhan akan jagung di daerah ini cukup tinggi. Di samping

jagung bijian untuk pakan ternak, jagung muda pun banyak diminta,

karena pasarnya masih terbuka lebar. Petani pun belakangan tidak lagi

repot-repot memetik jagung di sawah, karena sudah banyak pembeli

yang langsung membeli di sawah. Harganya pun lumayan menjanjikan.

Satu are jagung tua, laku terjual rata-rata Rp 90.000. Untuk jagung yang

sudah dirontokan atau jagung bijian, laku terjual Rp 1.500 per kilogram,

sedangkan yang masih tongkolan hanya Rp 900, sedangkan kalau

borongan harganya bisa mencapai Rp 90.000 per arenya serta jagung

muda Rp 200 per tongkol. Jagung muda memang banyak diserap pasar,

baik di pasar tradisional maupun di objek-objek wisata di daerah ini.

Jagung rebus dan jagung bakar memang merupakan menu makanan

favorit di sejumlah objek wisata.

3. Manajemen

Manajemen adalah suatu proses untuk mencapai hasil-hasil yang

diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dengan

menjalankan fungsi-fungsi manajemen yaitu fungsi perencanaan,fungsi

pengorganisasian,fungsi pengarahan dan pengimplementasian serta

fungsi pengawasan dan pengendalian. Subsistem hilir agribisnis

manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut:

Fungsi perencanaan, dimana pada subsistem hilir perencanaan

misalnya dilakukan dengan mendiskusikan suatu perencanaan

tentang akan diolah seperti apa hasil produk yang telah diperoleh

pada on-farm apakah jagungnya nanti akan dijadikan dodol jagung,

Page 19: Manajemen Agribisnis (Tanaman Jagung)

pati jagung atau yang lainnya, merencanakan setelah produk jadi

akan di pasarkan dimana dan dengan harga berapa..

Fungsi pengorganisasian, dimana pada subsistem hilir

pengorganisasian dilakukan dengan mengelompokkan orang-orang

yang akan di tempatkan sebagai coordinator suatu kegiatan yang

dapat dikhususkan, sebagai contoh suatu perusahaan setelah

memeutuskan produksinya akan mereka kelola menjadi tepung

jagung kemudian di organisasikanlah karyawannya yang mana

pembagiannya ada yaSng mengurusi penyediaan bahan pelengkap

selain jagung, ada yang mengurusi distribusi, promosi sampai pasar.

Fungsi pengendalian dan fungsi pengarahan ini kebanyakan yang

berperan adalah manajer. Pada subsistem hilir manajer diharapakan

dapar secara intensif memberikan pengarahan agar tidak terjadi

kekeliruan dalam mencapai tujuan sebagimana direncanakan.

Fungsi pengevaluasian pada subsistem hilir dilakukan dengan melihat

sejauh mana kinerja yang ttelah dilakukan apakah telah mencapai

tujuan yang telah direncanakan ataukah perusahaan menghadapi

masalah dan sejauh mana masalah tersebut mempengaruhi

produktivitas.

CONTOH KASUS