manajemen pengelolaan aset tetap pada dinas …
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
KABUPATEN SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Administrasi Publik
Oleh:
Dimas Prayoga
NIM : 6661141497
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, APRIL 2019
ii
ABSTRAK
Dimas Prayoga, NIM. 6661141497. Skripsi. Manajemen Pengelolaan Aset
Tetap Pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang.
Pembimbing I: Maulana Yusuf, M.Si dan Pembimbing II: Titi Stiawati, M.Si
Aset merupakan komponen yang nilainya paling besar dan kekayaan yang vital
bagi berjalannya sebuah organisasi baik itu di sebuah pemerintahan maupun di
perusahaan swasta. Peneliti akan memfokuskan penelitian ini di Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang bagaimana manajemen pengelolaan
aset tetap berjalan. apakah pelaksanaan dalam pengelolaan aset sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan. Selama ini pengelolaan barang inventaris daerah
dilaksanakan atas dasar ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7
Tahun 1997 sebagai peraturan pokok terhadap aturan barang inventaris
pemerintah daerah. Tujuan penelitian ini bagaimana manajemen pengelolaan aset
tetap di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang berjalan. Peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menekankan pada teori Doli D.
Siregar dengan indikator aset yaitu: inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset,
optimalisasi aset dan pengawasan dan pengendalian aset. Dalam pemilihan
informan peneliti menggunakan purposive. Adapun teknik yang digunakan
peneliti dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa manajemen
pengelolaan aset tetap di Dinas Tenaga Kerja dan transmigrasi belum berjalan
dengan baik. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya sumber daya manusia
bidang pengelolaan aset yang salah satu tugasnya menginventarisir aset dan
banyaknya aset membuat pengelola aset kewalahan.
Kata Kunci: Aset, Manajemen Aset, Pengelolaan Aset, Doli D. Siregar
iii
ABSTRACT
Dimas Prayoga, NIM. 6661141497. Skripsi. Fixed Asset Management at the
Serang District Manpower and Transmigration Office. Advicer I: Maulana
Yusuf, M.Si and Advicer II: Titi Stiawati, M.Si
Assets whose value is a component greater riches and vital of an organization at
both a government and private companies. Researchers will focus this research in
the manpower and transmigration district serang how remained. Whether the
implementation of the in the management of assets in accordance with the
regulations. Management inventaris so far on the basis of the regions is the
ministerial regulation number 7 years 1997 a judgment to the basic goods
inventaris local government. The purpose of this research is how the management
of fixed assets in the Serang District Manpower and Transmigration Office is
running. The researcher used qualitative research methods by emphasizing Doli
D. Siregar's theory with asset indicators, namely: asset inventory, legal audit,
asset valuation, asset optimization and asset control and control. In the selection
of informants the researcher used purposive. The techniques used by researchers
in collecting data are interviews, observation and documentation studies. The
conclusions from the results of this study indicate that the management of fixed
assets in the Manpower and Transmigration Office has not gone well. This is
because there is still a lack of human resources in the field of asset management,
which is one of the tasks of inventorying assets and the large amount of assets that
overwhelms asset managers.
Keywords: Management, Asset Management, Serang District Manpower and
Transmigration Office
iv
v
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Dimas Prayoga
NIM : 6661141497
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Agustus 1996
Program Studi : Administrasi Publik
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul MANAJEMEN PENGELOLAAN
ASET TETAP PADA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
KABUPATEN SERANG adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber
yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila
dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat maka gelar sarjana
saya bisa dicabut.
Serang,…………….… 2019
Dimas Prayoga
NIM. 6661141497
vi
vii
MOTTO HIDUP
&
PERSEMBAHAN
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
QS. Ibrahim: 7
Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang tuaku, yang telah
memberikan segalanya dan juga do’a tiada hentinya
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Peneliti ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala karena
dengan Rahmat, Karunia dan Taufik serta Hidayah-Nya Peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan Skripsi ini yang diajukan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana (S-1) dengan judul “Manajemen Pengelolaan Aset
Tetap Pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Serang”. Shalawat
serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallalahu
Alaihi Wassalam, kepada keluarga, sahabat, serta kepada kita yang senantiasa
istiqomah dan ikhlas untuk menjadi umatnya.
Dalam proses pengerjaan Skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan,
dukungan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu, dalam
kesempatan ini penulis dengan senang hati mengucapkan terima kasih kepada:
1 Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2 Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3 Rahmawati, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4 Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ix
5 Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6 Listyaningsih, S.Sos., M.Si Ketua Program Studi Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7 Dr, Abdul Apip , M.Si. Selaku dosen pembimbing akademik saya
8 Maulana Yusuf, M. Si selaku dosen pembimbing I skripsi yang senantiasa
memberikan arahan dan waktunya selama penyusunan penelitian ini.
9 Titi Stiawati, M.Si selaku dosen pembimbing II skripsi yang senantiasa
memberikan arahan dan waktunya selama penyusunan penelitian ini.
10 Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas ilmu
selama perkuliahan dan proses keperluan administratif.
Semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan keberkahan bagi
semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan
senantiasa penulis terima dengan lapang hati. Semoga penulisan ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Serang, 2019
Peneliti,
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iv
PERNYATAAN ORSINALITAS ........................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................... 11
1.3 Pembatasan Masalah ........................................................................................ 12
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................ 12
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 13
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 13
1.7 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
ASUMSI DASAR
2.1 Landasan Teori ................................................................................................. 18
2.1.1 Konsep Manajemen ........................................................................... 19
2.2 Aset .................................................................................................................. 23
2.2.1 Definisi Aset ..................................................................................... 23
2.2.2 Jenis Aset .......................................................................................... 27
xi
2.2.3 Klasifikasi Aset ................................................................................. 27
2.3 Manajemen Aset............................................................................................... 29
2..3.1 Definisi Manajemen Aset ................................................................. 29
2.4 Manajemen atau Pengelolaan Aset .................................................................. 34
2.4.1 Siklus Pengelolaan Aset ................................................................... 34
2.4.2 Siklus Hidup Aset ............................................................................ 49
2.5 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 49
2.7 Kerangka Berfikir............................................................................................. 53
2.8 Asumsi Dasar .................................................................................................. 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .................................................................. 58
3.2 Instrumen Penelitian......................................................................................... 58
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 59
3.4 Informan Penelitian .......................................................................................... 61
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 62
3.6 Uji Keabsahan Data.......................................................................................... 64
3.7 Definisi Konseptual .......................................................................................... 66
3.8 Definisi Operasional......................................................................................... 67
3.9 Pedoman Wawancara ...................................................................................... 67
3.10 Penyimpulan Akhir ........................................................................................ 69
3.11 Lokasi Penelitian ............................................................................................ 69
xii
3.12 Jadwal Penelitian ............................................................................................ 69
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ........................................................................... 71
4.2 Deskripsi Data .................................................................................................. 73
4.2.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ........................................................ 73
4.2.2 Deskripsi Informan............................................................................ 76
4.2.3 Temuan Lapangan ............................................................................. 78
4.3 Pembahasan .................................................................................................... 113
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 120
5.2 Saran .............................................................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Aset Tetap Kendaraan Dinas Roda Empat ............................................... 5
Tabel 1.2 Aset Tetap Kendaraan Dinas Roda Dua .................................................. 6
Tabel 1.3 Aset Tetap Gedung dan Bangunan........................................................... 6
Tabel 1.4 Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan ..................................................... 7
Tabel 1.5 Aset Tetap Lainnya .................................................................................. 7
Tabel 1.6 Aset Tetap Tanah ..................................................................................... 8
Tabel 2.1 Perkembangan Manajemen Aset .............................................................. 8
Tabel 3.1 Informan Penelitian ................................................................................ 62
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ............................................................................. 67
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian.................................................................................... 67
Tabel 4.1 Daftar Informan...................................................................................... 77
Tabel 4.2 Data Kartu Inventaris Barang ................................................................ 82
Tabel 4.3 Hasil Temuan Lapangan ...................................................................... 119
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori Manajemen Menurut Stoner .................................................... 22
Gambar 2.2 Kalsifikasi Aset atau Properti Berdasarkan Jenisnya ......................... 28
Gambar 2.3 Siklus Hidup Aset............................................................................... 49
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir ............................................................................... 56
Gambar 4.1 Alur Tahan Proses Inventarisasi ........................................................ 83
Gambar 4.2 Proses Penilaian Aset Tetap .............................................................. 98
Gambar 4.3 Tempat Tersimpannya Aset ............................................................ 106
Gambar 4.4 Aplikasi Teknologi Siklus Barang Daerah ...................................... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintahan sebagai sekumpulan orang-orang yang mengelola
berbagai kewenangan dalam mengelola negara/pemerintah memerlukan
adanya kesiapan diberbagai aspek dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan yang dilakukan, terutama kesiapan dalam ketersediaan
berbagai penunjang dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang
sedang dilakukan maupun yang akan dilakukan.
Dalam kerangka otonomi daerah, seiring dengan perkembangan
sebuah organisasi, lembaga atau instansi yang ada pada saat ini, maka
semakin bertambah pula jumlah aset yang dibutuhkan oleh organisasi,
lembaga atau instansi tersebut. Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
tugas atau produktivitas kerja pegawai tidak semata-mata ditentukan oleh
kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh pegawai yang
bersangkutan, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor lain seperti sarana
perlengkapan kerja yang memadai.
Penyediaan sarana kerja yang diperlukan dalam menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas pegawai harus memperhatikan aspek
manfaat dengan tetap berpedoman pada tugas pokok dan fungsi serta
anggaran yang tersedia. Oleh karena itu, sarana kerja harus dapat dikelola
2
dengan benar agar mampu menunjang pelaksanaan tugas para pegawai
secara maksimal.
Terkait dengan hal tersebut maka pemerintah daerah perlu
menyiapkan instrumen yang tepat untuk melakukan pengelolaan atau
manajemen aset daerah secara profesional, transparan, akuntabel, efisien
dan efektif mulai dari tahap perencanaan, pendistribusian dan
pemanfaatan serta pengawasannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 17 Tahun 2007 manajemen aset digunakan di lingkungan
pemerintah daerah maupun perguruan tinggi. Sistem informasi aset
berfungsi untuk melakukan pencatatan mengenai pengadaan, pengesahan,
penggunaan, perawatan, status, serta kondisi aset tersebut.
Aset dapat meliputi inventarisasi tanah, gedung, alat angkutan,
senjata api, jaringan, peralatan seperti alat tulis kantor dan alat
laboratorium, ruang/gudang dan barang-barang yang terdapat di dalamnya,
lokasi lainnya dan barang-barang yang terdapat di dalamnya. Namun,
pengelolaan aset daerah selama ini belum terlaksana sebagaimana yang
diharapkan untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal,
sehingga diperlukan peraturan-peraturan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pengelolaan aset daerah. Selama ini pengelolaan barang
inventaris daerah dilaksanakan atas dasar ketentuan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1997 sebagai peraturan pokok terhadap
aturan barang inventaris pemerintah daerah.
3
Aset daerah adalah semua harta kekayaan milik daerah baik barang
berwujud maupun barang tak berwujud (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002
Bab I pasal 1). Barang Daerah adalah semua barang berwujud milik daerah
yang berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau
sebagian dari APBD dan atau berasal dari perolehan lainnya yang sah
(Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab I pasal 1). Barang berwujud atau
disebut dengan aktiva tetap adalah barang yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk penyelenggaraan
kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Aktiva tetap antara lain terdiri
dari tanah, jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi dan jaringan,
gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, meubeleur dan perlengkapan
serta buku-buku perpustakaan. Peranan pengelolaan yang baik dan benar
sangat diperlukan terutama di dalam manajemen aset. Karena kebutuhan
informasi mengenai data dan informasi suatu aset sangatlah penting guna
untuk memperbaiki kinerja atau efisiensi di dalam suatu instansi atau
lembaga.
Aset merupakan komponen yang nilainya paling besar dan kekayaan
yang vital bagi berjalannya sebuah organisasi baik itu di sebuah
pemerintahan maupun di perusahaan swasta. Aset tetap adalah investasi
yang dilakukan oleh sebuah organisasi jangka panjang dan bukan untuk
dijual kembali, sehingga dibutuhkan manajemen aset yang tepat.
Manajemen aset yang tepat dapat membantu instansi dalam
mengidentifikasi daftar kekayaan, tidak hanya untuk melihat aset mana
4
saja yang telah dibeli, berapa biayanya, aset mana saja yang sedang
digunakan dan bagaimana pemanfaatannya, tetapi juga dapat mencegah
hilangnya atau pencurian aset dan yang paling penting memudahkan
proses pertanggungjawabannya, terutama oleh instansi-instansi yang
bertanggungjawab kepada daerah.
Unit pengelolaan aset daerah sangat berperan dalam pengadaan serta
pengelolaan sarana prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi organisasi, karena faktor-faktor lain seperti sumber daya
manusia dan sistem kerja yang tidak dapat dioptimalkan penggunaannya
tanpa dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena itu,
sistem pengelolaan aset daerah senantiasa dilaksanakan secara efektif dan
efisien dengan prinsip pada transparansi dan perlakuan yang adil bagi
semua pihak, agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan dari segi fisik,
keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintahan dan
pelayanan masyarakat.
Masalah utama pemerintah daerah dalam pengelolaan aset daerah
(municipal asset management) adalah ketidaktertiban administrasi dalam
pengendalian inventarisasi aset seperti tidak dipasangnya tanda
kepemilikan yang sesuai, tidak termonitornya pemindahtanganan aset,
batas akhir penguasaan aset, status penguasaan aset yang lemah, pendataan
yang masih kurang cermat serta system yang kurang bagus untuk
pendataan data (ATISISBADA) (sumber: pengelola aset). Padahal,
inventarisasi aset merupakan jantung di dalam siklus pengelolaan aset.
5
Kondisi ini jelas menyebabkan pemerintah daerah mengalami kesulitan
untuk mengetahui secara pasti seberapa besar aset yang dimiliki, aset-aset
mana saja yang telah dikuasai atau bahkan yang sebenarnya memiliki
potensi dan memiliki peluang investasi tinggi.
Pengelolaan aset yang tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-
Undangan akan menimbulkan kerugian bagi daerah karena aset yang
digunakan tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini terjadi
pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang.
Dibawah ini adalah aset-aset tetap yang ada di dinas tenaga kerja dan
trasmigrasi kabupaten Serang dengan kondisi-kondisi yang telah
dicantumkan peneliti sebagai berikut:
Tabel 1.1 berisikan aset tetap kendaraan roda empat dengan kondisi
baik dan kurang baik pengelola aset belum bisa memeriksa aset yang
kurang baik karna kekurangan personil dilapangan ditambah kurang
kordinasi dengan pengguna barang.
Tabel 1.1
Aset Tetap Kendaraan Dinas Roda Empat
Berdasarkan Kondisi Tahun 2015-2017
No Jenis Kondisi
Baik Kurang Baik Rusak Berat
1 Jeep 2
2 Mini Bus 19
3 Pick Up 26 6
Jumlah 45 8
Sumber: Pengelola Aset Tahun 2017
6
Tabel 1.2 berisikan aset tetap kendaraan roda dengan kondisi baik
dan kurang baik pengelola aset belum bisa memeriksa aset yang kurang
baik karna kekurangan personil dilapangan ditambah kurang kordinasi
dengan pengguna barang.
Tabel 1.2
Aset Tetap Kendaraan Dinas Roda Dua
Berdasarkan Kondisi Tahun 2015-2017
No Jenis Kondisi
Baik Kurang Baik Rusak Berat
1 Honda 5 16
2 Suzuki 1 1
3 Yamaha 1
Jumlah 7 17
Tabel 1.3 berisikan aset tetap gedung dan bangunan dengan kondisi
kurang baik pengelola aset belum bisa mengajukan perbaikan karna belum
ada perencanaan tentang perbaikan gedung dan bangunan, baik karna
kekurangan personil dilapangan.
Tabel 1.3
Aset Tetap Gedung dan Bangunan
Berdasarkan Kondisi Tahun 2015-2017
No Jenis
Kondisi
Baik Kurang
Baik
Rusak
Berat
1 Bangunan Gedung Kantor
Permanen 1
2 Bangunan Gedung Kantor
Permanen 1
3 Gedung Garasi/Pool Darurat 1
4 Lain-lain 1
5 Bangunan Gedung Kantor
Permanen 1
Jumlah 5
7
Tabel 1.4 berisikan aset tetap jalan, irigasi dan jaringan terlihat baik
Tabel 1.4
Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan
Berdasarkan Kondisi Tahun 2015-2017
No Jenis
Kondisi
Baik Kurang
Baik
Rusak
Berat
1 Instalasi Air Bersih Lain-lain 1
2 Jalan Khusus 1
3 Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel Lain-lain 10
4 Jaringan Telepon Di atas Tanah
Kapasitas Kecil 1
5 Jaringan Distribusi Tegangan Di
bawah 1KVA 1
Jumlah 14
Tabel 1.5 berisikan aset tetap lainnya dengan kondisi baik dan
kurang baik pengelola aset belum bisa memeriksa aset yang kurang baik
karna kekurangan personil dilapangan ditambah kurang kordinasi dengan
pengguna barang.
Tabel 1.5
Aset Tetap Lainnya
Berdasarkan Kondisi Tahun 2015-2017
No Jenis
Kondisi
Baik Kurang
Baik
Rusak
Berat
1 Buku Umum Lain-lain 3
2 Agama Islam 14
3 Ilmu politik 32
4 Ilmu Hukum 15
5 Umum 1
6 Administrasi, Pertahanan dan
Keamanan 1
8
7 Buku Peta (Atlas) 1
8 Tanda Penghargaan Lain-lain 1
9 Alat Kesenian Lain-lain 4
Jumlah 6 66
Tabel 1.6 berisikan aset tetap tanah dengan kondisi baik. Karena
dikelola dengan baik oleh pengelola aset
Tabel 1.6
Aset Tetap Tanah
Berdasarkan Kondisi Tahun 2017
No Jenis
Kondisi
Baik Kurang
Baik
Rusak
Berat
1 Tanah bangunan tempat latihan
kerja 1
2 Tanah bangunan kantor
pemerintahan 1
3 Tanah bangunan kantor
pemerintahan 1
Jumlah 3
Pada observasi awal peneliti menemukan beberapa masalah yang
muncul di dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten Serang yaitu
sebagai berikut:
Pertama, Kurangnya sumber daya manusia yang belum kompeten
dan kekurangan tenaga kerja. Pengelola aset harus memiliki persyaratan
antara lain: memiliki pengalaman dan pengetahuan dibidang manajemen
pengelolaan barang milik daerah. Sumber daya manusia yang rendah
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan aset
daerah. Sumber daya manusia merupakan hal pertama yang dirasakan
9
sebagai faktor kendala. Sumber daya manusia yang kurang dalam hal ini
adalah pengetahuan tentang pengelolaan aset. Pengetahuan tersebut bisa
berupa pemahaman tentang prosedur pengelolaan aset dan juga tata cara
penatausahaan. Selain itu kekurangan tenaga kerja dalam bidang aset
sangat berpengaruh dalam pelaksanaan sehar-hari. Bagaimana tidak dalam
suatu dinas hanya ada satu orang saja untuk menangani kegiatan aset
ditempat tersebut dengan tugas menginventarisasi aset tetap dengan segala
banyak masalah yang ada, harus menginput berdasarkan kartu
inventarisasi dan hanya satu orang saja. Dengan kekurangan pengetahuan
dan kurangnya orang dibidang pengelola aset sangat krusial karena
kegiatan aset tidak sedikit. Disetiap aset harus dipertanggungjawabkan dan
harus di inventarisasi dengan banyaknya aset di dinas tersebut sedangkan
pengelola aset kekurangan orang dibagiannya.
Kedua, Ketidaktertiban administrasi di dalam pengendalian
inventarisasi seperti pendataan yang masih kurang baik serta sistem yang
kurang baik dalam hal pendataan setiap aset barang, yang masuk ataupun
keluar maka pendataan data tidak tertib menyebabkan proses pencatatan
dan inventaris aset tetap di disnakertrans tidak semua diketahui oleh
pengelola aset (sumber: pengelola aset). Sehingga ini membuat pengelola
aset dalam pengerjaannya tidak maksimal dikarenakan ATISISBADA
yang kurang baik dalam segala kegiatan tentang aset di dinas tenaga kerja
dan transmigrasi kabupaten Serang.
10
Ketiga, Kekurang ruangan untuk menyimpan segala aset tetap,
dalam peraturan menteri dalam negeri No. 19 tahun 2016 secara
keseluruhan menjelaskan bahwa “pengelola aset di serahi tugas menerima,
menyimpan, mengeluarkan, menatausahakan barang milik daerah pada
pengguna barang” dan juga mengatur pelaksanaan penggunaan,
pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan barang milik daerah. Hanya
saja di dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten Serang tidak
memiliki ruangan aset tetap untuk menyimpan aset tetap yang tidak
dimaksudkan untuk dijual yang bertujuan adanya kegiatan normal
perusahaan dan memiliki masa manfaat yang lebih dari satu tahun. Seperti
alat-alat kantor yang persis digunakan didalam kantor dinas tersebut yang
tidak dapat dipungkiri bahwa ruangan aset sangatlah penting untuk aset
(prasurvey, 25 April 2018) baik untuk penyimpanan secara tersusun,
pemeliharaan barang, dan lain-lainya. Dengan kata lain dinas tenaga kerja
dan transmigrasi kabupaten serang dalam pengelolaanya tidak tertib sesuai
aturan dan tidak sesuai prosedur.
Keempat, Kurang optimalnya dalam mengelola aset tetap tentang
menyampaikan laporan barang yang hilang, pinjam dan rusak kepada
pengelola aset. Laporan yang harusnya dibuat oleh setiap bidang tidak
selalu dibuat untuk pengelola aset dan sebagai pengelola aset tidak punya
data yang harus dicatat dalam laporan pembukuan aset tetap. Disamping
itu tidak adanya kordinasi yang dimaksudkan adalah seperti apa laporan
yang harus dibuat oleh setiap bidang baik dibuat oleh setiap bidang
11
ataupun oleh pengelola aset dalam pengelolaan aset tetap di SKPD.
Karena hal ini membuat laporan antara semua bagian-bagian yang ada
tidak sesuai artinya data semua bagian-bagian dengan pengelola aset
berbeda-beda dan juga tidak ada pengecekan satu sama lain.
Masalah yang sudah di paparkan peneliti diatas bahwasannya di
dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten serang memiliki masalah
pengelola aset yang kekurangan sumber daya manusia baik dari segi
manusianya atau pun pengetahuannya. Sistem ATISISBADA pun tidak
sesuai dengan keinginan pengelola aset yaitu pendataan aset yang belum
maksimal sehingga banyaknya aset/barang yang tidak termonitor baik
pengendalian atau pengawasan dan tidak adanya ruangan aset tidaklah
sesuai dengan aturan dan prosedur yang ada sampai tidak ada kordinasi
antar bagian-bagian dengan pengelola aset.
Dari permasalahan yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka dari
itu peneliti memilih untuk mengambil judul “Manajemen Pengelolaan
Aset Tetap pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Serang”.
1.2 Indentifikasi Masalah
Pada pelaksanaan manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang peneliti dapat
mengidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu:
1. Pengelola aset kekurangan sumber daya manusia pada Dinas Tenaga
12
Kerja dan Transmigrasi kabupaten Serang (Disnakertrans)
2. Kurang maksimalnya proses pencatatan dan inventarisasi aset tetap
di dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten serang.
3. Kurangnya ruangan untuk menyimpan segala aset tetap yang
dibutuhkan di Dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten serang
(Disnakertrans)
4. Kurang optimalnya laporan dari setiap bidang di dinas tenaga kerja
dan trasmigrasi kabupaten serang tentang penambahan atau rusaknya
aset tetap.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka di dalam
penelitian ini peneliti hanya membatasi pada manajemen pengelolaan aset
tetap pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan pada masalah tersebut, untuk mengetahui
manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang, maka peneliti mengarahkan untuk
mendapatkan jawaban dari perumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Serang?
13
1.5 Tujuan Penelitian
Dari identifikasi masalah yang telah dibatasi dan dirumuskan
tersebut, maka penelitian bertujuan untuk mengetahui manajemen
pengelolaan aset tetap pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Secara Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan
dan pengetahuan karena akan menambah khasanah ilmu yang
berkaitan dengan manajemen publik.
2. Karena penelitian ini tentang studi manajemen publik maka penelitian
ini bermanfaat untuk pengembangan studi manajemen publik
khususnya mengenai manajemen aset.
3. Penelitian ini sebagai bahan perbandingan dari penelitian sejenis yang
pernah dibuat sebelumnya sehingga diharapkan memberikan kontribusi
sebagai sumber ilmiah.
4. Penelitian ini merupakan implementasi teori yang didapat semasa
perkuliahan.
Secara Praktis
1. Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti
dalam hal mempelajari tentang manajemen aset khususnya dan
14
khasanah ilmu pengetahuan yang lain selama mengikuti Program
Studi Ilmu Administrasi Negara. Hal ini juga sebagai salah satu
syarat utama pada Ujian Strata-1 untuk Program Studi Ilmu
Administrasi dan penelitian ini digunakan untuk menambah
pengalaman dalam melakukan penelitian ini.
Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun
mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih
mendalam mengenai bidang ilmu sosial tertuma mengenai
manajemen aset.
2. Penelitian ini diharapkan adanya perbaikan pelaksanaan
manajemen pengelolaan aset di seluruh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD). Bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Serang, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi serta dapat memperbaiki manajemen pengelolaan aset
tetap pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Serang.
1.7 Sistematika Penulisan
Pada bagian ini menjelaskan sistematika penulisan skripsi yang
berjudul Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang terdiri dari:
15
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisikan mengenai latar belakang masalah yang
menjadi dasar penelitian, identifikasi masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun
secara praktis, serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
Bab ini terdiri dari tiga poin, yaitu deskripsi teori, penelitian terlebih dahulu,
kerangka pemikiran peneliti, dan asumsi dasar. Dalam deskripsi teori akan
dijelaskan tentang beberapa pendapat ahli mengenai teori-teori yang relevan
terhadap masalah. Setelah memaparkan teori, lalu peneliti mengkaji
penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang diambil
dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi atau jurnal
penelitian. membuat kerangka berpikir yang menggambarkan alur
pemikiran peneliti sebagai kelanjutan dari deskripsi teori. Asumsi dasar
merupakan jawaban sementara permasalahan yang diteliti, dan akan diuji
kebenarannya.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan pendekatan dan metode yang digunakan di dalam
penelitian, ruang lingkup/fokus penelitian, instrumen penelitian di dalam
instrumen menjelaskan tentang bagaimana proses penyusunan dan jenis alat
pengumpul data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik
16
penentuan kualitas instrumen. Dalam penelitian kualitatif, instrumennya
adalah peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan
oleh peneliti sesuai dengan sifat data yang diteliti. Pengumpulan data
kualitatif, melalui pengamatan, wawancara mendalam, dokumen dan
pustaka. Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (2007:15), yaitu
selama proses pengumpulan data dilakukan empat kegiatan penting
diantaranya pengumpulan data (data collecting), reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi (verification).
Informan penelitian dalam penelitian kualitatif dipilih secara langsung untuk
pengumpulan data-data penelitian. Lokasi dan jadwal penelitian
menjelaskan lokasi dan alasan memilih lokasi penelitian, terkait tempat dan
jadwal penelitian tersebut dilaksanakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan deskripsi objek penelitian yang meliputi lokasi
penelitian secara jelas, struktur organisasi dan hal lain yang berhubungan
dengan objek penelitian. Lalu deskripsi data menjelaskan hasil penelitian
yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis
data yang relevan, baik data kualitatif maupun kuantitatif. Terakhir
melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Pada akhir
pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang
mungkin terdapat dalam pelaksaaan penelitiannya.
17
BAB V PENUTUP
Bab terakhir ini berisi kesimpulan dimana bab ini menyimpulkan hasil
penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah dipahami.
Selain itu kesimpulan penelitian juga harus sejalan dan sesuai dengan
permasalahan. Selanjutnya saran berisi tindak lanjut dari sumbangan
penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi
LAMPIRAN
Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian.
18
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI DASAR
2.1 Landasan Teori
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang
berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi
hubungan antara variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena (Neumen dalam Sugiyono (2009:80).
Setiap peneliti selalu menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh
Kerlinger (2000:14), mengungkapkan bahwa teori adalah seperangkat konsep,
batasan, dan proporsi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang
fenomena dengan mencari hubungan-hubungan antar variable, dengan tujuan
menjelaskan dan memprediksi gejala itu. Dengan demikian sebuah teori
merupakan kumpulan gagasan yang terstruktur secara sistematis dan diakui
kebenarannya sebagai landasan awal dalam menghubungkan variable-
variable pengetahuan lainnya. Sehingga variable tersebut memiliki tolak ukur
dan dapat diprediksi kebenarannya. Selain itu deskripsi teori sebagai suatu
konsep gagasan atas suatu fenomena atau realitas tertentu dapat berisi satu
atau beberapa gagasan yang mempunyai tujuan tertentu. Konsep gagasan
yang di maksud bias terdiri dari serangkaian penjelasan terhadap pertanyaan
“Bagaimana membuat ini, bagaimana melakukan ini dan bagaimana
melakukan itu”.
19
Setiap penelitian memerlukan landasan teori dalam setiap penelitiannya,
karena teori sangat berguna untuk membantu peneliti menemukan cara yang
tepat dalam mengelola sumber daya serta waktu dalam menyelesaikan
penelitian.
Pada landasan teori berikut, peneliti akan menjelaskan beberapa teori
yang digunakan sebagai acuan dalam mengkaji penelitian. Dalam Bab II ini
akan dijelaskan secara berurutan beberapa teori dan bahan pustakan
bedasarkan pengertian para ahli terkait dengan “Manajemen Pengelolaan Aset
Tetap Pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Serang”.
Teori merupakan hal yang sangat penting dalam suatu peneltian karena
sebagai landasan untuk mendapatkan data dalam penelitian, baik teori inti
maupun teori pendukung.
2.1.1 Konsep Manajemen
Secara etimologi, management (di Indonesia diterjemahkan sebagai
“manajemen”) berasal dari kata manus (tangan) dan agere (melakukan),
yang setelah digabung menjadi kata manage (bahasa inggris) bearti
mengurus atau Managiere (bahasa latin) yang berarti melatih.
Berbagai definisi mengenai manajemen menurut Gibson, Donelly dan
Ivancevich dalam Ratminto dan Atik (2005:1)
“Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu atau lebih
individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai
hasil-hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu individu itu bertindak
sendiri. Manajemen juga bisa didefinisikan sebagai suatu kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya orang tersebut dapat
termotivasi menggunakan keahliannya untuk mencapai tujuan yang telah
20
ditetapkan. Juga suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran. Dapat diartikan juga sebagai suatu rangkaian
tindakan dengan maksud untuk mencapai hubungan kerjasama yang
rasional dalam suatu sistem administrasi.”
Manajemen menurut Terry dalam Syafiie (2006:49):
“management is a distint procces consisting of planing, organizing,
actuacting and controllingperformed to determine accomplishstated
objective by the use of uman being and other resources.”
Maksudnya, manajemen adalah suatu proses khusus yang terdiri dari
perencaaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta pencapaian sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya.
Manejemen menurut W. Taylor dalam (Syafiie, 2006:48): the art of
management,is defined as knowing exactly what you want to do, and then
seeing that they do it in the best and cheapest way. Maksudnya, ilmu
manajemen itu dapat diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan yang
mandiri yang sebenernya akan anda kerjakan, selanjutnya mengkaji
apakah sesuatu itu dikerjakan dengan cara terbaik serta termudah atau
tidak.
Definisi lain mengenasi manajemen merupakan sekelompk keputusan dan
tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang organisasi.
Sedangkan manajemen menurut (Hasibuan, 2001:2) adalah sebagai ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
21
Menurut Hasibuan (2001:3) pada dasarnya manajemen itu penting karena
disebabkan:
a. Pekerjaan itu berat dan sulit untuk di kerjakan sendiri, sehingga di
perlukan pembagian kerja, tugas dan tannggungjawab dalam
penyelesaiannya.
b. Perusahaan atau organisasi akan dapat berhasil dengan baik, jika
manajemen diterapkan dengan baik.
c. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna
semua potensi yang dimiliki.
d. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan.
e. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan
memanfaatkan 6M (men, money, methods, material, machines, and
market).
f. Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.
g. Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur.
h. Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan.
i. Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama kelompok
orang.
Secara sederhana manajemen berasal dari kata manage (bahasa latinnya
manus) yang berarti memimpin, menangani, mengatur, atau membimbing
(Rusadi, 1998:8)
Adapun menurut George R. Terry (1972) dikutip dalam Rusadi (1998:1)
menyatakan bahwa manajemen merupakan:
“....................... sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan
seperti perencanaan, pengorganissasian, pengaktifan, dan pengawasan
yang dilakukan untuk menetukan serta mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya.”
Secara sederhana pengertian manajemen menurut George R. Terry (1972)
meliputi:
22
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Penggerakan (Actuating)
d. Pengawasan (Controlling)
Sedangkan menurut Mary Parker Foller dalam Handoko (2003:8)
manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain.
Sementara itu menurut Stoner dalam Handoko (2003:8) manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahanan, dan pengawasan
usaha-usaha para anggota lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Manajemen dapat diklasifikasikan berikut:
Gambar 2.1
Teori manajemen menurut Stoner:
Namun pengertian manajemen menurut Luther Gulick dikutip dalam
Handoko (2003:1) sebagai:
“Suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis
untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk
mencapai tujuan dan membuat sistem kerja sama ini lebih bermanfaat bagi
kemanusiaan.”
Manajemen Perencanaan;
Pengorganisasian;
Penyusunan
Personalia;
Pengarahan;
Pengawasan.
Anggota
organisasi
(bawahan)
Tujuan
Organisasi
23
Secara sederhana manajemen menurut Luther Gulick meliputi:
a. Perencanaan (Planning)
b. Mengorganisir (Organizing)
c. Melengkapkan tenaga kerja (Staffing)
d. Mengarahkan (Directing)
e. Menyelaras/Mengkoordinir (Coordinating)
f. Melaporkan (Reporting)
g. Menyusun Anggaran (Budgeting)
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas
maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu dan
seni mengelola tindakan-tindakan pekerjaan dengan rangkaian-rangkaian
kegiatan yang dilakukan denga cara bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama.
Kesimpulan peneliti bahwa manajemen merupakan proses dimana
seluruh anggota organisasi mampu melakukan penggerakan dimulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengearahan, bahkan pengawasan kearah
yang lebih baik dengan penggunaan sumber-sumber daya di dalam
organisasi itu sendiri agar mencapai tujuan organisasi. Sehingga tindakan
dari sebuah manajemen yang dikelola dengan baik dan benar dapat
menentukan sebuah kesuksesan pencapaian kinerja yang benar benar
matang sehinga tujuan dari organiasi tersebut tepat sasaran dan efisien.
2.2 Aset
2.2.1 Definisi Aset
Definisi Asset atau Aset (dengan satu s) yang telah di Indonesiakan
secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang
mempunyai:
24
1. Nilai ekonomi (economic value)
2. Nilai komersial (commercial value)
3. Nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh instansi,
organisasi, badan usaha ataupun individu (perorangan).
Asset (Aset) adalah barang yang dalam pengertian hukum disebut
benda, yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik
yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible), yang
tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi,
organisasi, badan usaha atau individu perorangan.(Muchtar Hidayat,
2012:4)
Secara umum aset merupakan harta/atau kekayaan. Menurut (Doli D.
Siregar, 2004:178), aset merupakan:
“Barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai
ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai
tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau
individu (perorangan).”
Adapun menurut (Sherraden, 2006:134) aset merupakan hak atau klaim
yang berhubungan dengan properti, baik konkret maupun abstrak
kemudian hak dan klaim ini dilindungi oleh adat, konvensi atau hukum.
Sedangkan menurut Standar Akutansi Pemerintahan dikutip dalam
(Mursyidi, 2009:52) aset merupakan:
“Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki baik oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat
ekonomi dan/atau sosial dimasa depan, serta dapat diukur dalam satuan
uang termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk
25
penyediaan jasa, bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah atau budaya”.
Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 2004 yang dimaksud
dengan Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Pengertian mengenai Barang Milik Daerah berdasarkan pasal 2
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, adalah sebagai berikut:
1. Barang milik daerah meliputi:
a) Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD
b) Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
2. Barang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a) Barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau yang
sejenis;
b) Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian atau
kontra
c) Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang
atau
d) Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Sedangkan menurut Doli D. Siregar (2004:180) dalam bukunya
Manajemen Aset menjelaskan pengertian tentang Aset berdasarkan
perspektif pembangunan berkelanjutan, yakni berdasarkan tiga aspek
pokoknya: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan infrastruktur
seperti berikut ini:
1) Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang dapat
digunakan dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2) Sumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada
manusia seperti akal pikiran, seni, keterampilan, dan sebagainya yang
26
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri
maupun orang lain atau masyarakat pada umumnya.
3) Infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat digunakan
sebagai sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk
dapat memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia
dengan SIMA, baik untuk saat ini maupun keberlanjutannya dimasa
yang akan datang.
Adapun pengertian Aset yang ditemui dalam Keputusan Menteri
Dalam Negeri dan Keputusan Menteri Keuangan mempunyai pengertian
yang sama yaitu semua barang yang dibeli atau yang diperoleh atas beban
APBN/APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Oleh sebab
itu untuk menyamakan persepsi pada uraian selanjutnya maka Aset yang
dimaksud disini adalah:
1) Semua barang inventaris yang dimiliki pemerintah daerah
2) Semua barang hasil kegiatan proyek APBD/APBN/LOAN yang telah
diserahkan pada pemerintah daerah melalui Dinas/Instansi terkait
3) Semua barang yang secara hukum dikuasai oleh pemerintah daerah
seperti: cagar alam, cagar budaya, objek wisata, bahan
tambang/galian C dan sebagainya, yang dapat menjadi sumber
pendapatan asli daerah yang berkelanjutan dan yang memerlukan
pengaturan pemerintah daerah dalam pemanfaatannya serta
pemeliharaannya.
Kesimpulan peneliti bahwa aset merupakan barang inventaris yang
27
diserahkan pemerintah daerah melalui dinas/instansi terkait yang
digunakan untuk kepentingan dinas/instansi terkait sehingga dapat
memperlancar jalannya suatu organisasi serta menjadi sumber pendapatan
bagi dinas/instansi terkait. Dimana penggunaannya haruslah sesuai
dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan tidak boleh
disalahgunakan di dalam penggunaannya.
2.2.2 Jenis Aset
Adapun jenis aset dalam Mursyidi (2009:52-53) dibedakan menjadi
3 (tiga) yaitu sebagai berikut:
1. Aset Lancar yaitu aset yang tidak dimaksudkan untuk dipakai terus
menerus dalam kegiatan suatu daerah seperti kas, piutang usaha,
persediaan dan aktiva lain yang mudah dipertukarkan menjadi tunai.
2. investasi yaitu menekankan pada penempatan uang atau dana.
3. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Adapun klasifikasi aset
tetap yaitu tanah, peralatan dan mesin, kendaraan, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan
konstruksi dalam pengerjaan.
2.2.3 Klasifikasi Aset atau Properti Berdasarkan Jenisnya
Adapun klasifikasi aset atau properti menurut Siregar adalah sebagai
berikut:
28
Gambar 2.2
Kalsifikasi Aset atau Properti Berdasarkan Jenisnya
(Sumber: Siregar, 2004:46-48)
Keterangan:
Real Property, secara umum merupakan penugasan secara hukum
atas tanah mencakup semua hak, semua kepentingan dan keuntungan yang
berkaitan dengan kepemilikan real estate. Real Property biasanya
dibuktikan dengan bukti kepemilikan yang terpisah dari penguasaan
atas real estate. Real estate lebih merupakan segala sesuatu yang
berbentuk fisik meliputi tanah bersama-sama segala sesuatu yang didirikan
atau yang ada di atas maupun di bawah tanah.
Personal Property, merujuk pada hal kepemilikan atas suatu benda
bergerak di dalam bagian-bagian benda selain dari real estate (tanah,
bangunan secara fisik). Benda-benda selain tersebut dapat berwujud
Real Property Tanah Bangunan Sarana Lengkap
Personal
Property -Mesin dan Peralatan -Fixture dan Furniture -Jewel dan Antique -Kendaraan Bermotor -Surat Berharga
Property
Business “kegiatan di bidang komersial, industri, jasa, atau investasi (aktivitas ekonomi)”
Instrumen investasi yang dijamin aset-aset real estate
Financial
Interest
29
(tangible), misalnya harta bergerak atau tidak berwujud (intangible),
misalnya utang-piutang, goodwill dan hak paten.
Kegiatan usaha (Business) adalah setiap kegiatan dibidang
komersial, industri, jasa atau investasi yang menjalankan aktivitas
ekonomi. Hak Kepemilikan Secara Financial (Financial Interest), di dalam
properti berasal dari pembagian hukum atas hak kepemilikan saham dalam
kegiatan bisnis dan hak atas penguasaan tanah dan bangunan. Dari
perjanjian pemberian atas suatu hak dan bangunan, saham, atau instrumen-
instrumen finansial lainnya dengan harga yang disebutkan di dalam jangka
waktu yang telah ditentukan atau dari penciptaan instrumen investasi yang
dijamin oleh sekelompok aset-aset real estate.
2.3 Manajemen Aset
2.3.1 Definisi Manajemen Aset
Jika berbicara tentang manajemen aset secara umum, definisi
manajemen adapun manajemen atau pengelolaan aset merupakan:
Sedangkan menurut Lemer dikutip dalam (Muchtar Hidayat, 2012:7)
menyatakan bahwa:
“Manajemen aset merupakan proses menjaga atau memelihara dan
memanfaatkan modal publik, hal ini dilakukan dalam rangka
melaksanakan tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah
sehingga terciptanya manajemen pemerintahan yang dapat bekerja secara
efisien, efektif dan ekonomis.”
Adapun menurut (Doli. D Siregar, 2004:561) manajemen aset
merupakan:
“Sebagai kumpulan disiplin, metode, prosedur dan perangkat untuk
mengoptimalisasikan dampak bisnis keseluruhan atas biaya-biaya, kinerja
30
dan resiko yang timbul (terkait dengan ketersediaan, efisiensi, umur pakai
dan regulasi keselamatan atau kepatuhan pada aturan lingkungan hidup)
dari aset fisik perusahaan.”
Saat ini di dalam ilmu properti berkembang suatu teori baru yang
dikenal dengan teori manajemen asset (asset management). Menurut
Britton, Connellan, Crofts (1989) mengatakan “define good asset
management in terms of measuring the value of properties (asset) in
monetary terms and employing the minimum amount of expenditure on its
management” (Doli D. Siregar, 2004:517).
Di dalam pengertian tersebut dijelaskan bahwa manajemen aset
yang baik di dalam bagian-bagian pengukuran nilai dari aset di dalam
bagian moneter dan pemakaian jumlah pengeluaran pada manajemen itu
sendiri. Manajemen aset itu sendiri telah berkembang cukup pesat.
Bermula dengan orientasi yang statis, kemudian berkembang menjadi
dinamis, inisiatif, dan strategis. (Doli D. Siregar, 2004:517).
Tabel 2.1
Perkembangan Manajemen Aset
Post war – Static
Management Dynamic Management Strategic Management
kontrol biaya
kontrol properti yang tak
digunakan
proactive management
akuntabilitas pengelolaan
aset
-land audit
-property review / survey
aplikasi IT dalam
pengelolaan
optimalisasi pemanfaatan
aset
economic, efficient dan
effective management
monitoring operasionalisasi
aset
-monitoring kerja
operasional dan investasi
-corporation or privatization
Sumber : (Doli D. Siregar, 2004:517)
31
Manajemen aset itu sendiri dapat dibagi dalam lima tahapan kerja,
yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset dan
perkembangan sistem informasi manajemen aset. (Doli D. Siregar,
2004:518). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Inventarisasi aset terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik, dan
yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi,
volume/jumlah, jenis alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis
adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah
pendataan, kodifikasi/labeling, pengelompokkan dan pembukuan
/administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.
2. Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang
berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur
penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas
permasalahan legal, strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal, strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan ataupun
pengalihan aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain
status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain,
pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain.
3. Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian
aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian
yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan
32
untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan
harga bagi aset yang ingin dijual.
4. Optimalisasi aset merupakan satu proses kerja dalam manajemen aset
yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai,
jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam
tahapan ini, aset-aset yang dikuasai pemda diidentifikasi dan
dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki
potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan
berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam
strategi pengembangan ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang. Tentunya kriteria untuk
menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan. Sedangkan aset
yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya.
Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi, yang rendah
maupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah
rekomendasi yang berupa sasaran, strategi, dan program untuk
mengoptimasikan aset yang dikuasai.
5. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan pengalihan aset
merupakan satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada
Pemerintah Daerah saat ini. Satu sarana yang efektif untuk
meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan sistem
informasi manajemen aset (SIMA). Melalui sistem informasi
manajemen aset (SIMA). Transparansi kerja dalam pengelolaan aset
33
sangatlah terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan
dan pengendalian yang lemah. Dalam sistem informasi manajemen
aset (SIMA) ini keempat aspek itu diakomodasi dalam sistem dengan
menambahkan aspek pengawasan dan pengendalian. Sehingga setiap
penanganan terhadap satu aset, termonitor jelas, mulai dari lingkup
penanganan hingga siapa yang bertanggungjawab menanganinya. Hal
ini yang diharapkan tidak akan menimbulkan korupsi, kolusi,
nepotisme (KKN) di dalam tubuh Pemda. Pengawasan dan
pengendalian merupakan tindakan pengamanan terhadap aset daerah
agar terhindar dari ketidakjelasan pengelolaan aset yang
mengakibatkan tidak berjalannya manajemen aset dengan baik.
Dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah
Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2001 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Daerah pasal 1 ayat 24, pengamanan adalah
kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan barang daerah
dalam bentuk fisik, administratif, dan tindakan upaya hukum. Lebih
lanjut dalam pasal 38 telah dijelaskan bahwa upaya pengurusan
barang daerah agar dalam pemanfaatannya terhindar dari
penyerobotan, pengambil-alihan atau klaim dari pihak lain dilakukan
dengan cara. Pengamanan administrasi, yaitu dengan melengkapi
sertifikat dan kelengkapan bukti-bukti kepemilikan. Pengamanan fisik,
yaitu dengan pemagaran dan pemasangan tanda kepemilikan barang.
Tindakan hukum, yaitu dengan cara melakukan upaya hukum apabila
34
terjadi pelanggaran hak atau tindak pidana. (Doli D. Siregar, 2004:
518- 520)
Kesimpulan peneliti tentang manajemen aset adalah cara untuk
menggerakkan sebuah organisasi agar tercapainya suatu tujuan organisasi
baik dalam jangka pendek atau jangka panjang dengan cara yang efisien
dan tepat sasaran di dalam penggunaan barang inventaris, pemanfaatan
dan pemeliharaan barang inventaris milik pemerintah daerah sehingga
lebih berdaya guna dan berhasil guna sehingga dapat menambah
pendapatan dinas atau instansi terkait. Manajemen yang baik dan tepat
akan memberikan dampak yang baik bagi kinerja sebuah dinas/instansi
terkait apabila semua itu dilakukan dengan prosedur yang benar sesuai
peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Sehingga apabila
dilakukan dengan prosedur yang benar dan sesuai peraturan perundang-
undangan hal ini sangat diharapkan agar tidak menimbulkan korupsi,
kolusi, nepotisme (KKN) di sebuah dinas/instansi terkait.
2.4 Manajemen atau Pengelolaan Aset
2.4.1 Siklus Pengelolaan Aset
Pengelolaan aset daerah dikutip dalam (Yusuf, 2010:31-36) yang
juga diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah pada pasal 4
dijelaskan bahwa pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan
berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan
35
keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Adapun
pengelolaan barang milik daerah meliputi:
1. Perencanaan (Planning) meliputi penentuan kebutuhan (requirement)
dan penganggarannya (budgetting).
2. Pengadaan (Procurement) meliputi cara pelaksanaannya, standard
barang dan harga atau penyusunan spesifikasi dan sebagainya.
3. Penyimpanan dan penyaluran (Storage and distribution).
4. Pengendalian (Controlling).
5. Pemeliharaan (Maintainance).
6. Pengamanan (Safety).
7. Pemanfaatan penggunaan (Utilities).
8. Penghapusan (Disposal).
9. Inventarisasi (Inventarization).
Pengelolaan barang milik daerah dalam keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 49/2001 dinyatakan sebagai rangkaian kegiatan dan
tindakan terhadap barang daerah yang meliputi perencanaan, penentuan
kebutuhan, penganggaran, standarisasi barang dan harga, pengadaan,
penyimpanan, penyaluran, inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan,
pengamanan, pemanfaatan, perubahan status hukum serta
penatausahaanya.(Doli D. Siregar, 2004:561).
Britton, W.C dan Crofts, M. (1989) mengatakan ”Define good asset
management in terms of measuring the value of properties (asset) in
monetary terms and employing the minimum amount of expenditure on its
management”. (Doli D. Siregar, 2004:517). Perkembangan yang terbaru,
manajemen aset bertambah ruang lingkupnya hingga mampu memantau
kinerja operasionalisasi aset dan juga strategi investasi untuk optimalisasi
aset.
36
Dengan persebaran aset secara geografis serta penanganan masing-
masing aset yang spesifik (misalnya diakibatkan oleh perbedaan dalam hal
pemanfaatan, peruntukan yang beragam, serta pola/model pengguna
usahaan aset kepada pihak ke tiga yang beragam pula), maka pengelolaan
aset mesti dilakukan dalam suatu program uang yang dapat
dipertanggungjawabkan. Program ini mesti menggambarkan komitmen
pemerintah daerah untuk melaksanakan apa yang ada dalam wacana
demokrasi saat ini disebut sebagai good corporate governance, dengan
mengacu pada asas-asas keterbukaan (transparancy), serta tidak
mengorbankan kepentingan publik (public server). Ini semua akan
mendorong pemerintah daerah untuk benar-benar mengembangkan strategi
pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki. (Doli D. Siregar,
2004:561)
Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi pengelolaan
inventaris barang menurut adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
Pelaksanaan perencanaan kebutuhan dan penganggaran perlu
terkoordinasi dengan baik dengan memperhatikan standarisasi yang
telah ditetapkan sesuai kondisi daerah masing-masing.
Mengenai perencanaan kebutuhan dan penganggaran bukanlah
merupakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan
kegiatan yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan barang milik
daerah.
37
Dalam perencanaan kebutuhan dan penganggaran barang daerah perlu
adanya pemahaman dari seluruh satuan kerja perangkat daerah
terhadap tahapan kegiatan pengelolaan barang milik daerah, sehingga
koordinasi dan sinkronisasi dalam kegiatan tersebut dapat dilakukan
dengan baik.
b) Pengadaan
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2006 tentang Perubahan Keempat Atas Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun 2003 Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, menjelaskan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah
adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan
APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh
penyedia barang/jasa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah, menjelaskan bahwa pengadaan adalah kegiatan untuk
melakukan pemenuhan kebutuhan barang daerah dan jasa. Pengadaan
barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien,
efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan
akuntabel.
(Mardiasmo, 2004:238) menjelaskan pengadaan barang atau kekayaan
daerah harus dilakukan berdasarkan sistem tender (compulsory
competitive tenderingcontract). Hal tersebut dilakukan supaya
pemerintah daerah dan masyarakat tidak dirugikan.
38
c) Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran
Penerimaan barang milik daerah sebagai tindak lanjut dari hasil
pengadaan dan/ atau dari pihak ketiga harus dilengkapi dengan
dokumen pengadaan dan berita acara.Penyimpanan dan penyaluran
barang milik daerah sebagai tindak lanjut dari penerimaan barang
milik daerah baik melalui pengadaan maupun
sumbangan/bantuan/hibah merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
rangka tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah.
Dalam pelaksanaan penyimpanan dan penyaluran barang milik daerah
diperlukan ketelitian sehingga kegiatan penyimpanan disesuaikan
dengan sifat dan jenis barang untuk penempatan pada gudang
penyimpanan, sedangkan dalam pelaksanaan penyaluran dapat
dilakukan sesuai rencana penggunaan untuk memenuhi kebutuhan
dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi.
d) Penggunaan
Penggunaan merupakan penegasan pemakaian barang milik daerah
yang ditetapkan oleh Kepala Dinas kepada pengguna / kuasa
pengguna barang sesuai tugas pokok dan fungsi yang bersangkutan.
Penetapan status penggunaan barang milik daerah pada satuan kerja
perangkat daerah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. jumlah pegawai satuan kerja perangkat daerah;
2. standar kebutuhan untuk mejalankan tugas pokok dan fungsi;
3. beban tugas dan tanggungjawab;
39
4. jumlah, jenis, luas, dirinci dengan lengkap termasuk nilainya.
e) Penatausahaan
a. Dalam penatausahaan barang milik daerah dilakukan 3 (tiga)
kegiatan yang meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi dan
pelaporan
b. Pengguna/kuasa pengguna barang daerah harus melakukan
pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah ke dalam daftar
barang pengguna dan daftar kuasa pengguna sesuai dengan
penggolongan dan kodefikasi inventaris barang milik daerah
c. Dokumen kepemilikan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan disimpan oleh pengelola
d. Dokumen kepemilikan selain tanah dan/atau bangunan disimpan
oleh pengguna.
f) Pemanfaatan
Barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah
dan/ataubangunan yang telah diserahkan oleh pengguna kepada
pengelola dapat didayagunakan secara optimal sehingga tidak
membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, khususnya
biaya pemeliharaan dan kemungkinan adanya penyerobotan dari pihak
lain yang tidak bertanggung jawab.
Pemanfaatan barang milik daerah yang optimal akan membuka
lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan
menambah/meningkatkan pendapatan daerah.
40
Pemanfaatan merupakan pendayagunaan barang milik daerah yang
tidak dipergunakan sesuai tugas pokok dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah dalam bentuk pinjam pakai, sewa, kerjasama
pemanfaatan, bangun guna serah, bangun serah guna dengan tidak
merubah status kepemilikan.
Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan
dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan Kepala
Daerah, selain tanah dan/atau bangunan dilaksanakan oleh pengguna
setelah mendapat persetujuan pengelola.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pemanfaatan
adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan
sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama
pemanfaatan, bangun guna serah dengan tidak mengubah status
kepemilikian.
Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik daerah berupa :
1. Sewa yaitu pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang
tunai.
41
2. Pinjam Pakai yaitu penyerahan penggunaan barang antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan antar
Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima
imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan
kembali kepada pengelola.
3. Kerjasama Pemanfaatan yaitu pendayagunaan barang milik
daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam
rangka peningkatan penerimaan daerah bukan pajak/pendapatan
daerah dan sumber pembiayaan lainnya.
4. Bangun Guna Serah yaitu pemanfaatan barang milik daerah
berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan
dan atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan
oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta
bangunan dan atau sarana berikut fasilitasnya setelah
berakhirnya jangka waktu.
5. Bangun Serah Guna yaitu pemanfaatan barang milik daerah
berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan
dan atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak
lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
(Doli D. Siregar, 2004:520) menyatakan studi optimalisasi aset
pemerintah daerah dapat dilakukan dengan 1. Identifikasi aset-aset
42
pemerintah daerah yang ada 2. Pengembangan data base aset
pemerintah daerah 3. Studi untuk menentukan pemanfaatan aset
dengan nilai terbaik (highest and best use) atas aset- aset pemerintah
daerah dan memberikan hasil dan laporan kegiatan baik dalam
bentuk data-data terkini maupun dalam bentuk rekomendasi, dan
4. Pengembangan strategi optimalisasi aset-aset milik pemerintah
daerah. Optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah daerah dapat
dilakukan dengan adanya perantara investasi guna memasarkan aset-
aset pemerintah daerah yang potensial dan kerjasama dengan
investor, membuat dan memadukan dalam MOI (Memorandum Of
Invesment) antar pemerintah daerah dan investor, dan memberikan
jasa konsultasi kepada pemerintah daerah berkenaan dengan
kerjasama dengan investor.
g) Pengamanan dan pemeliharaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan
bahwa pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan
agar semua barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap
untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam
pengurusan barang milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan
tindakan upaya hukum. (Doli D. Siregar, 2004:518) mengatakan
legal audit, merupakan suatu ruang lingkup untuk mengidentifikasi
43
dan mencari solusi atas permasalahan legal mengenai prosedur
penguasaan atau pengalihan aset seperti status hak penguasaan yang
lemah, aset yang dikuasai pihak lain, pemidahan aset yang tidak
termonitor dan lain-lain.
(Mardiasmo, 2004:241) menyatakan bahwa pengamanan aset daerah
merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai daerah
dalam kebijakan pengelolaan aset daerah.
h) Penilaian
a. Penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka pengamanan
dan penyusunan neraca daerah
b. Penilaian barang milik daerah berpedoman pada Standar Akutansi
Pemerintah Daerah
c. Kegiatan penilaian barang milik daerah harus didukung dengan
data yang akurat atas seluruh kepemilikan barang milik daerah
yang tercatat dalam daftar inventarisasi barang milik daerah
d. Penilaian barang milik daerah selain dipergunakan untuk
penyusunan neraca daerah, juga dapat dipergunakan dalam rangka
pencatatan, inventarisasi, pemanfaatan, pemindah-tanganan dan
inventarisasi.
i) Penghapusan
Penghapusan barang milik daerah adalah tindakan penghapusan
barang pengguna/kuasa pengguna dan penghapusan dari Daftar
Inventaris Barang Milik Daerah.Penghapusan tersebut di atas, dengan
44
menerbitkan Keputusan Kepala Daerah tentang Penghapusan Barang
Milik Daerah.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah,
penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari
daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang
berwenang untuk membebaskan pengguna dan atau kuasa pengguna
dan atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas
barang yang berada dalam penguasaannya.
(Mardiasmo, 2004:241) menyatakan bahwa penghapusan aset daerah
merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai daerah
dalam kebijakan pengelolaan aset daerah guna mewujudkan ketertiban
administrasi mengenai kekayaan daerah.
j) Pemindahtanganan
Pemindahtanganan barang milik daerah adalah pengalihan
kepemilikan sebagai tindak lanjut dari penghapusan. Dan digunakan
oleh pengguna selanjutnya untuk berpindah status penggunaannya
barang milik daerah.
k) Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian
Untuk dapat menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan
barang milik daerah secara berdayaguna dan berhasil guna, maka
45
fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian sangat penting
untuk menjamin tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah.
1. Pembinaan merupakan usaha atau kegiatan melalui pemberian
pedoman, bimbingan, pelatihan, dan supervisi.
2. Pengendalian merupakan usaha atau kegiatan untuk menjamin
dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
3. Pengawasan merupakan usaha atau kegiatan untuk mengetahui
dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan
tugas dan/atau kegiatan, apakah dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan.
Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan barang
milik daerah secara berdaya guna dan berhasil guna, maka fungsi
pembinaan, pengawasan dan pengendalian sangat penting untuk
menjamin tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan
bahwa pengendalian merupakan usaha atau kegiatan untuk menjamin
dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sedangkan pengawasan
merupakan usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan atau
kegiatan, apakah dilakukan sesuai dengan Peraturan Perundang-
46
Undangan.
(Mardiasmo, 2004:240-241) menjelaskan bahwa pengawasan yang
ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan hingga penghapusan
aset. Dalam hal ini peran masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah serta auditor internal sangat penting. Pengawasan diperlukan
untuk menghindari penyimpangan dalam perencanaan maupun
pengelolaan aset yang dimiliki daerah.
l) Tuntutan ganti rugi
Dalam rangka pengamanan dan penyelamatan terhadap barang milik
daerah, perlu dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan yang mengatur
tentang sanksi terhadap pengelola, pembantu pengelola,
pengguna/kuasa pengguna, dan penyimpan dan/atau pengurus barang
berupa Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang karena perbuatannya
merugikan daerah.
Penerapan konsep manajemen aset dalam rangka pemberdayaan
ekonomi daerah memiliki ruang lingkup yang lebih luas. Ruang
lingkup tersebut terangkum dalam enam langkah- manajemen aset
daerah berikut ini (Doli D. Siregar, 2004:520-524)
1. Identifikasi potensi ekonomi daerah
2. Optimalisasi pendapatan asli daerah (PAD)
3. Optimalisasi aset pemda
4. Peningkatan kemampuan manajemen pengelolaan kota/
kabupaten
47
5. Penilaian harta kekayaan negara/daerah
6. Pengembangan strategi pemasaran kota
Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini
adalah sistem informasi manajemen aset (SIMA), transparansi kerja
dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran
akan pengawasan dan pengendalian yang lemah (Doli D. Siregar,
2004:520).
Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan azas:
1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah di bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan
oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan
Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-
masing.
2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan.
3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik
daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh
informasi yang benar.
4. Azas efisiensi,yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar
barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar
kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.
48
5. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik
daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah
serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.
Kesimpulan peneliti tentang pengelolaan barang milik daerah yaitu
suatu rangkaian kegiatan dan tindakan di dalam mengelola barang milik
daerah yang diserahkan kepada dinas atau instansi terkait dimana
pertanggungjawaban diberikan penuh kepada dinas atau instansi terkait di
dalam mengelola barang milik daerah sehingga apabila terjadi kerusakan
maupun kehilangan barang milik daerah harus dapat
dipertanggungjawabkan oleh dinas/instansi terkait. Di dalam mengelola
barang milik daerah diperlukan pemantauan yang ekstra karena di dalam
mengelola barang milik daerah sangat rentan dari penyalahgunaan
penggunaan wewenang dan tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku. Dimana di dalam mengelola barang milik daerah
haruslah dilaksanakan berdasarkan hukum dan Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan kerugian daerah itu
sendiri akibat dari penyalahgunaan barang milik daerah.
49
2.4.2 Siklus hidup aset
Menurut manajemen aset merupakan salah satu profesi atau
keahlian yang belum sepenuhnya berkembang dan populer di lingkungan
pemerintahan maupun di satuan kerja atau instansi. Manajemen aset itu
sendiri sebenarnya hanya terdiri dari 5 (lima) tahapan kerja yang satu
sama lainnya saling terkait yaitu:
Gambar 2.3 Siklus Hidup Aset
(Sumber: Doli D. Siregar, 2004:517)
1. Inventarisasi Aset
Inventarisasi fisik mencakup: lokasi dan alamat, jenis dan bentuk aset,
luas dan/atau jumlah aset, batas dan petunjuk khusus. Inventarisasi
dan sudut legal: status legal penguasaan atau kepemilikan aset,
batasan dan waktu penguasaan aset, ada atau tidaknya permasalahan
legal.
→ → →
Pendataan Labelisasi Pengelompokkan Pencatatan
Sistem
informasi
manajemen
Inventarisasi Aset
Legal Audit
Penilaian Aset
Optimalisasi
Pemanfaatan Aset
Pengawasan dan
Pengendalian
50
2. Legal audit
Legal audit merupakan pendalaman lanjut terhadap status
penguasaan asset sistem dan prosedur penguasaan/ atau pengalihan
aset, permasalahan yang timbul dari penguasaan/ atau pengalihan aset,
pengkajian lanjut aspek legal dimasa datang.
3. Penilaian aset
→ →
Penetapan nilai aset sesuai hasil administrasi pencatatan dan
pengelompokkan aset yang ada. Catatan terhadap aset yang tidak
dapat dinilai, sesuai dengan hasil inventarisasi dan legal audit.
4. Optimalisasi aset
Mengoptimalisasikan aset sesuai potensi yang ada dan strategi
pengembangan ekonomi rasional maupun satuan daerah, memberikan
rekomendasi dan langkah lanjut aset yang dapat dioptimalisasikan
bentuk strategi dan programnya, aset yang tidak dapat
dioptimalisasikan dikaji dan dicarikan solusi pemecahannya.
5. Pengawasan dan pengendalian
Tujuan utama untuk transportasi dan akuntabilitas
pengelolaannya, baik dilakukan secara manual maupun modern
dengan sistem informasi manajemen aset (SIMA).
51
2.5 Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui
hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan
dapat disajikan sebagai data pendukung. Penelitian ini bermanfaat dalam
mengelola atau memecahkan masalah yang timbul dalam penelitian Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang
Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian
tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan
yang sedang dibahas dalam penelitian ini, walaupun fokus dan masalahnya
tidak sama persis tapi sangat membantu peneliti menemukan sumber-
sumber pemecahan masalah peneliti ini. Berikut ini hasil penelitian yang
peneliti baca.
Pertama, yaitu Skripsi oleh Monika Sutri Kolinug dari Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi
Manado tahun 2015 dengan judul penelitian Analisis Pengelolaan Aset
Tetap Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kota Tomohon. Tujuan dari penelitian ini adalah mengusahakan tertibnya
administrasi pengelolaan aset tetap serta bertindak sebagai Pembantu
Pengelola. Permendagri No. 17 Tahun 2007 menyatakan ada 13 siklus
yang harus diilalui dalam pengelolaan aset, namun hanya 6 siklus
pengelolaan aset tetap yang melibatkan DPPKAD sebagai pembantu
pengelola. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yusuf (2011)
dalam bukunya 8 Langkah Pengelolaan Aset Daerah.
52
Sedangkan Persamaan dalam penelitian ini ialah peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Fokus dalam
penelitian ini yaitu pada unit kerja yang membantu pengelola (Sekretaris
Daerah) untuk meneliti, menghimpun laporan bahkan menjadi
penyelenggara dalam pelaksanaan tahapan pengelolaan barang milik
daerah. Sementara yang menjadi lokus dalam penelitian ini adalah Kota
Tomohon.
Hasil dari penelitian ini DPPKAD Kota Tomohon melakukan
koordinasi yang lebih baik lagi dengan semua SKPD selaku
pengguna/pihak yang bertanggungjawab dalam pembuatan Daftar
Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD) dan Daftar
Hasil Pemeliharaan Barang sebagai bentuk kepatuhan terhadap peraturan
yang berlaku.
Persamaan dari peneliti dengan peneliti mengenai manajemen aset
tetap pada dinas tenaga kerja dan trasnmigrasi Kabupaten Serang sama
sama meneliti tentang aset, dengan inventarisasi cara berjalan dengan baik
seperti apa, kordinasi antar bagian yang membuat tugas pokok dan fungsi
setiap SKPD tercatat asetnya baik yangkeluar ataupun yang masuk.
Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan peneliti
mengenai manajemen pengelolaan aset tetap pada dinas tenaga kerja dan
transmigrasi kabupaten serang dalam tugas pokok dan fungsi, sementara
yang menjadi teori penelitian peneliti menggunakan teori dari Yusuf
53
(2011) dalam bukunya 8 Langkah Pengelolaan Aset Daerah sedangkan
peneliti Manajemen Aset Doli D. Siregar
2.6 Kerangka Berfikir
Dalam manajemen pengelolaan aset tetap pada Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Serang terdapat beberapa masalah,
diantaranya yaitu: pengelola aset yang kekurangan sumber daya manusia
baik dari segi manusianya atau pun pengetahuannya. Sistem
ATISISBADA pun tidak sesuai dengan keinginan pengelola aset yaitu
pendataan aset yang belum maksimal. Dan banyaknya aset/barang yang
tidak termonitor baik pengendalian atau pengawasan.
Masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari Doli
D. Siregar, adapun penilaiannya dengan mengacu kepada indikator sebagai
berikut:
1. Inventarisasi aset terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik, dan
yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi,
volume/jumlah, jenis alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis
adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah
pendataan, kodifikasi/labeling, pengelompokkan dan pembukuan
/administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.
2. Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa
inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan
atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan
54
legal, strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal, strategi
untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan
penguasaan ataupun pengalihan aset. Permasalahan legal yang sering
ditemui antara lain status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai
pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain.
3. Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian
aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian
yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan
untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan
harga bagi aset yang ingin dijual.
4. Optimalisasi aset merupakan satu proses kerja dalam manajemen aset
yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai,
jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam
tahapan ini, aset-aset yang dikuasai pemda diidentifikasi dan
dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki
potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan berdasarkan
sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi
pengembangan ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang. Tentunya kriteria untuk
menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan. Sedangkan aset
yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya.
Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi, yang rendah
maupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah
55
rekomendasi yang berupa sasaran, strategi, dan program untuk
mengoptimasikan aset yang dikuasai.
5. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan pengalihan aset
merupakan satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada
Pemerintah Daerah saat ini. Satu sarana yang efektif untuk
meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan sistem informasi
manajemen aset (SIMA).
Sehingga peneliti membuat alur berpikir untuk mempermudah dan
memahami alur berpikir, peneliti menggambarkan kerangka berpikir
sebagai berikut:
56
Gambar 2.4
Kerangka Berpikir
MANAJEMEN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA DINAS
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SERANG
Input:
1. Pengelola aset kekurangan sumber daya manusia pada Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi kabupaten Serang (Disnakertrans)
2. Kurang maksimalnya proses pencatatan dan inventarisasi aset tetap di dinas
tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten serang.
3. Kurangnya ruangan untuk menyimpan segala aset tetap yang dibutuhkan di
Dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten serang (Disnakertrans)
4. Kurang optimalnya laporan dari setiap bidang di dinas tenaga kerja dan
trasmigrasi kabupaten serang tentang penambahan atau rusaknya aset tetap.
Proses:
Doli. D. Siregar (2004:518-520) menjelaskan sebagai berikut :
a. Inventarisasi Aset
b. Legal Audit
c. Penilaian Aset
d. Optimalisasi Aset
e. Pengawasan dan Pengendalian
Output:
Tercapaianya Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Serang yang efisien dan efektif dalam penggunaan
aset.
57
2.7 Asumsi Dasar
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, peneliti berasumsi bahwa
Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang yaitu pengelola aset yang kekurangan
sumber daya manusia baik dari segi manusianya atau pun
pengetahuannya. Sistem ATISISBADA pun tidak sesuai dengan
keinginan pengelola aset yaitu pendataan aset yang belum maksimal
sehingga banyaknya aset/barang yang tidak termonitor baik pengendalian
atau pengawasan dan tidak adanya ruangan aset tidaklah sesuai dengan
aturan dan prosedur yang ada sampai tidak ada kordinasi antar bagian-
bagian dengan pengelola aset. Sehingga peneliti berasumsi bahwa belum
tercapainya penggunaan aset yang efektif dan efisien. Perlu dilakukan
penelitian lebih dalam terkait masalah yang ditemukan di lapangan.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data guna mencapai tujuan
yang diharapkan perlu adanya suatu metode penelitian yang sesuai dan tepat.
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena
secara mendalam melalui pengumpulan data. Metode ini merupakan suatu
metode atau cara yang dimaksudkan untuk menjelaskan, manajemen
pengelolaan aset Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang
dengan lebih banyak dituangkan kedalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan
dan data dokumentasi.
Kecenderungan untuk menggunakan metode penelitian ini, didasarkan
pada pertimbangan bahwa metode ini dianggap sangat relevan dengan materi
penulisan skripsi yang peneliti buat, karena penelitian yang dilakukan hanya
bersifat deskriptif yaitu menggambarkan apa adanya dari kejadian yang
diteliti.
3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.
Sebagai peneliti kualitatif, tugas anda adalah menembus pengertian akal
sehat tentang kebenaran dan kenyataan. Apa yang kelihatannya keliru atau
tidak konsisten menurut perspektif dan logika anda, mungkin menurut
59
subyek anda tidak demikian. Dan, kendati anda tidak harus sependapat
dengan pandangan subyek terhadap dunia ini, anda harus dapat mengetahui,
menerima dan menyajikan pandangan mereka itu sebagaimana mestinya.
Dijelaskan diatas bahwa instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri.
Dalam penelitian ini tidak bersifat subjektif. Sehingga posisi peneliti adalah
sangat penting sebagai instrumen penelitian ini. Konsep instrumen
penelitian adalah peneliti itu sendiri dipahami sebagai alat yang dapat
mengungkap fakta-fakta lapangan dan tidak ada alat yang paling elastis dan
tepat untuk mengungkapkan data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri.
Peneliti dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan
keseluruhan alat indera yang dimiliki untuk memahami sesuatu.
Sehingga peneliti dalam penelitian kualitatif dituntut untuk memahami
metode penelitian kualitatif, wawancara terhadap bidang yang diteliti serta
kesiapan untuk memasuki lapangan penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian kualitatif terdapat beberapa teknik pengumpulan data,
yaitu sebagai berikut :
a. Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara baik
mendalam maupun bertahap guna mendapatkan informasi yang lebih
banyak, valid, dan mendalam secara langsung dari pihak yang terkait
dengan penelitian. Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan
terlebih dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan oleh informan,
kriteria-kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun rapih dan
60
terlebih dahulu dipahami oleh peneliti. Wawancara dalam penelitian
kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara
holistik dan jelas dari informan.
b. Pengamatan/Observasi
Adapun proses pelaksana obsevasi yang dilakukan dalam penelitian
ada observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang mereka katakan
dan berpartisipasi dalam kegiatan mereka. Namun dalam pengambilan
data observasi ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif pasif
dimana peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati namun tidak
terlibat dalam kegiatan tersebut. Sehingga peneliti tidak terlibat langsung
di lapangan penelitian dan hanya menjadi pengamat yang indipenden.
Observasi dilakukan untuk pembuktian terhadap informasi yang
diberikan dengan fakta di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan
metode ilmiah dan bukan melakukan pengamatan biasa. Pengamatan
tersebut mempunyai kriteria sebagai berikut: pengamatan digunakan untuk
penelitian dan telah direncanakan secara sistematis, pengamatan berkaitan
dengan tujuan yang telah direncanakan. Pengamatan tersebut dicatat secara
sistematis dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan
sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
c. Studi Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi dokumentasi
berupa foto, rekaman dan laporan-laporan dari pihak resmi terkait. Studi
dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan menggunakan dokumen
61
resmi melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga
yang menjadi objek penelitian, baik berupa prosedur, peraturan-peraturan,
gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen
elektronik (rekaman).
Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena
dalam hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.
3.4 Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, informan merupakan sumber data penelitian
tersebut. Dalam penelitian kualitatif, penentuan informan yang terpenting
adalah bagaimana menentukan key informan (informan kunci) atau situasi
sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan focus penelitian.
Penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Aset Tetap Pada Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini, penentuan informannya bersifat
purposive. Ditentukan dengan menyesuaikan pada tujuan penelitian atau
tujuan tertentu. Jadi, penentuan informan dalam penelitian kualitatif
dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian
peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data
yang diperlukan.
Dalam penelitian kualitatif, penentuan informan yang terpenting adalah
bagaimana menentukan key informan (informan kunci) atau situasi sosial
tertentu yang sarat informasi sesuai dengan focus penelitian. Informan
penelitian sebagai sumber data bagi peneliti. Adapun yang menjadi informan
penelitian dalam penelitian, sebagai berikut :
62
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Katagori Informan Status Informan Keterangan Jenis
Kelamin Usia
Kode
Informan
1 Agus Sutiadi, S.Kom.
Pengelola Aset Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Key
Informan L 46 𝐈𝟏
2 Drs. H. Agus Rusli,
M.Pd.
Kepala Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan L 53 𝐈𝟐
3 Hj. Yayah Sunariyah,
S.Pd, M.Si.
Sekretaris Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan P 43 𝐈𝟑
4 Yoppi Rudiawan
Sidik, ST, M.Si
Kepala Sub. Bagian
Umum dan
Kepegawaian Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan L 45 𝐈𝟒
5 Irma Herlina, S.Sos.
Pengguna Aset Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan P 43 𝐈𝟓
6 Iwan Setiawan, SE,
MM
Pengguna Aset Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan L 39 𝐈𝟔
7 Ugun Gurmilang, SP,
ST, M.Si
Pengguna Aset Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan L 38 𝐈𝟕
8 Drs. Yusrachmaidi,
MM
Pengguna Aset Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan L 39 𝐈𝟖
Sumber: Peneliti 2019
63
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, kegitan analisis data dimulai sejak peneliti
melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya penelitian.
Analisis data dilakukan secara terus menerus tanpa henti sampai data tersebut
bersifat jenuh.
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisa data yang digunakan diarahkan
untuk menjawab rumusan masalah. Analisa data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai di
lapangan. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-
menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya
jenuh. Selama dalam prosesnya, pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan
penting, diantaranya: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
1) Reduksi data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul di lapangan.
2) Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Namun dalam
penelitian ini penyajian data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini
adalah bentuk teks narasi.
64
3) Verifikasi
Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari
hubungan-hubungan, mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik
kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan
dimuka masih bersifat sementara, dan akan terus berubah selama proses
pengumpulan data masih terus berlangsung.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji kredibilitas atau yang biasa disebut uji keabsahan dan reabilitas
data memiliki keterikatan antara deskripsi dan eksplanasi. Uji kredibilitas
data memiliki dua fungsi, yaitu melaksanakan pemeriksaan sedemikian
rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan kita dapat dicapai dan
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan kita dengan
jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti. Untuk
menguji kredibilitas data, dapat dilakukan dengan tujuh teknik, yaitu
dengan cara perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negative, member check dan menggunakan bahan referensi. Pada
penelitian ini, menggunakan uji kredibilitas dengan teknik triangulasi dan
member check.
1) Triangulasi
Dalam penelitian ini, pengujian terhadap keabsahan datanya
dilakukan dengan cara triangulasi. Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Terdapat tiga jenis triangulasi,
65
yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Dalam
penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, trangulasi teknik, dan
triangulasi waktu.
Membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan cara :
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
Maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data, yang mengecek kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber.
Triangulasi yang bisa dilakukan adalah triangulasi teknik, berarti
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dari sumber yang sama.
Peneliti menggunakan observasi nonpartisipatif, wawancara mendalam,
dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Kemudian triangulasi sumber, berarti untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Pada penelitian ini peneliti melakukan triangulasi dalam
memperoleh data untuk mengetahui data yang diperoleh tersebut konsisten
66
atau tidak. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi akan
lebih meningkatkan kekuatan data, dibandingkan hanya dengan
menggunakan satu pendekatan.
2) Membercheck
Selain itu peneliti pun melakukan membercheck, proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
membercheck adalah mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Selain itu, membercheck
yang diperoleh akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa
yang dimaksud sumber data atau informan. Setelah membercheck
dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik
bahwa peneliti telah melakukan membercheck.
3.7 Definisi Konseptual
Definisi konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-konsep yang
jelas, yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran antara
penulis dan pembaca. Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Adapun menurut George R. Terry (1972) dikutip dalam Rusadi (1998:1)
menyatakan bahwa manajemen merupakan:
“....................... sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan
seperti perencanaan, pengorganissasian, pengaktifan, dan pengawasan
yang dilakukan untuk menetukan serta mencapai sasaran-sasaran yang
67
telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya.”
2. Menurut (Doli D. Siregar, 2004:178), aset merupakan:
“Barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai
ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai
tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau
individu (perorangan).”
3. Adapun menurut (Doli. D Siregar, 2004:561) manajemen aset
merupakan:
“Sebagai kumpulan disiplin, metode, prosedur dan perangkat untuk
mengoptimalisasikan dampak bisnis keseluruhan atas biaya-biaya, kinerja
dan resiko yang timbul (terkait dengan ketersediaan, efisiensi, umur pakai
dan regulasi keselamatan atau kepatuhan pada aturan lingkungan hidup)
dari aset fisik perusahaan.”
3.8 Definisi Operasional
Doli. D. Siregar (2004:518-520) menjelaskan sebagai berikut :
1. Inventarisasi Aset
2. Legal Audit
3. Penilaian Aset
4. Optimalisasi Aset
5. Pengawasan dan Pengendalian
68
3.9 Pedoman Wawancara
Tabel 3.2
Pedoman wawancara
No. DIMENSI INFORMAN
1. Inventarisasi fisik dan yuridis/
legal, meliputi:
- Melakukan pengecekan fisik
- labelisasi
- pencatatan
- status penguasaan
- masalah legal yang dimiliki
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang Pengelola Barang Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Serang
Kepala Sub.Bagian Umum dan
Kepegawaian Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Penggunaan aset tetap
2. Legal Audit (inventarisasi
status penguasaan aset, sistem
dan prosedur atas permasalah
legal), meliputi:
- Status penguasaan aset
- Prosedur kepemilikan aset
- Pemindahtanganan aset yang
tidak termonitor
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Pengelola Barang Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Serang
Kepala Sub.Bagian Umum dan
Kepegawaian Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Pengguna aset tetap
3. Penilaian Aset, meliputi:
- Penilaian atas aset yang
dikuasai.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Pengelola Barang Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Serang
Kepala Sub.Bagian Umum dan
Kepegawaian Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Pengguna aset tetap
4. Optimalisasi Aset
(mengoptimalkan potensi fisik,
lokasi, nilai, jumlah/volume,
legal dan ekonomi yang
dimiliki aset tersebut),
meliputi:
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Pengelola Barang Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Serang
69
-Optimalisasi Pemanfaatan
Aset
-Aset yang memiliki potensi.
-Aset yang tidak memiliki
potensi.
-Sistem dan Prosedur
Pemanfaatan Aset tetap
Kepala Sub.Bagian Umum dan
Kepegawaian Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Pengguna aset tetap
5. Pengawasan dan Pengendalian
atas pemanfaatan dan
pengalihan aset, meliputi:
-ATISISBADA
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Pengelola Barang Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Serang
Kepala Sub.Bagian Umum dan
Kepegawaian Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang
Pengguna aset tetap
3.10 Penyimpulan Akhir
Kesimpulan (conclusion) adalah suatu pernyataan umum dan logis
yang ditarik dari beberapa kasus, dan menunjukan pola yang
menggambarkan ciri-ciri kasus tersebut. Kesimpulan akhir dalam
penelitian dilakukan adalah ketika peneliti merasa bahwa data sudah jenuh
(saturated) dan setiap penambahan data baru hanya berarti
ketumpangtindihan (redudant).
3.11 Lokasi Penelitian
Penelitian Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang dilakukan di Kantor Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang.
70
3.12 Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
Kegiatan
2018 2019
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 01 02 03 04 05
Pengajuan Judul
Perizinan dan Observasi
Awal
Penyusunan Proposal
Bimbingan dan
Perbaikan Proposal
Seminar Proposal
Revisi Proposal
ACC Lapangan
Proses Pengumpulan
Data di Lapangan
Analisis dan Reduksi
Data
Penyajian Data dan
Penyusunan Laporan
Sidang Skripsi
71
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
Deskripsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang
Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Serang sebagai
lembaga teknis Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serang
Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan Perangkat Daerah Kabupaten Serang
dan Peraturan Bupati Serang Nomor 82 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok dan
Fungsi Tenaga kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Serang.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang berada di Kota Serang
tepatnya di Jalan KH. Abdul Fatah Hasan No. 25 Ciceri - Kota Serang.
VISI
“Terwujudnya produktifitas tenaga kerja dan kualitas hidup masyarakat”
MISI
1. Mengembangkan akses tenaga kerja
2. Memperkuat mekanisme penanganan dan pemecahan masalah
ketenagakerjaan oleh masyarakat bersama sama pemerintah
kabupaten/kota
3. Meningkatkan pemahaman, tanggung jawab dan peran aktif masyarakat
dan dunia usaha bersama sama pemerintah kabupaten/kota dalam
pembangunan kesejahteraan dan ketenagakerjaan
72
4. Mendorong perluasan lapangan kerja, penempatan tenaga kerja dan
pemasaran tenaga kerja dalam dan luar negeri yang didukung oleh sistem
perlindungan dan jaminan kepastian hukum serta pengawasan tenaga kerja
professional.
5. Meningkatkan kepastian manajemen pelayanan kesejahteraan melalui
peningkatan kapasitas unit pelaksana teknis, peningkatan kompetensi
tenaga kerja secara terpadu dan berkesinambungan.
Tujuan dan Sasaran
1. Terwujudnya tenaga kerja yang memiliki kompetensi untuk mengisi
kesempatan kerja Dalam dan Luar Negeri;
2. Terwujudnya perluasan jejaring informasi lowongan kerja di berbagai
media;
3. Terwujudnya penempatan tenaga kerja di Dalam dan ke Luar Negeri ;
4. Terwujudnya pengembangan kesempatan kerja usaha mandiri dan padat
karya produktif;
5. Terwujudnya hubungan industrial yang harmonis dan perbaikan syarat
kerja;
6. Terwujudnya peningkatan perlindungan hak-hak dasar pekerja/buruh dan
khususnya bagi pekerja perempuan dan anak;
7. Terwujudnya peningkatan kerjasama fungsional dalam penyediaan
informasi dan perencanaan tenaga kerja di Daerah;
73
8. Terwujudnya pengembangan kemampuan Aparatur Ketenagakerjaan di
Propinsi dan Kab / Kota;
9. Terwujudnya peningkatan sarana dan prasarana pelayanan
ketenagakerjaan pada UPT BLKI;
10. Terwujudnya kemandirian dan integrasi transmigran dan masyarakat
sekitarnya melalui tahap penyesuaian, pemantapan dan pengembangan di
permukiman transmigrasi yang layak huni, layak usaha, layak berkembang
dan layak lingkungan.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai “data yang
telah didapatkan” selama proses penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini
mengenai Manajemen pengelolaan aset tetap pada dinas tenaga kerja dan
transmigrasi Kabupaten Serang menggunakan jenis dan analisis data
menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif maka data
yang diperoleh berbentuk kata dan kalimat berdasarkan hasil wawancara
dengan informan penelitian, observasi lapangan serta studi dokumentasi yang
relavan dengan fokus penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan
sejumlah informan penelitian yang memiliki informasi terkait permasalahan
74
yang sedang diteliti. Selain wawancara pengumpulan data juga dilakukan
melalui observasi langsung ke lokasi penelitian serta dokumentasi. Data
tersebut merupakan data-data yang berkaitan dengan hal yang diteliti. Hasil
pengumpulan data-data tersebut kemudian dianalisis menggunakan teknik
analisis data kualitatif sehingga data-data tersebut dapat menghasilkan suatu
pemahaman untuk mendeskripsikan hasil penelitian.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi dilakukan pengkodingan data untuk
mendapatkan tema dan pola serta diberi kode-kode pada aspek tertentu
berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan
permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun
jawaban penelitian, untuk mempermudah peneliti dalam melakukan
pengkodingan, peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu:
a. Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan.
b. Kode 𝐐𝟏, 𝐐𝟐, 𝐐𝟑, 𝐐𝟒, dan seterusnya menunjukkan daftar urutan
pertanyaan.
c. Kode I menunjukkan informan.
d. Kode 𝐈𝟏, 𝐈𝟐, 𝐈𝟑 dan seterusnya menunjukkan daftar informan yang
menjadi narasumber yang terlibat dalam Bidang Perlindungan
Perempuan dan Anak
75
e. Kode P menunjukkan Peneliti.
Setelah pembuatan koding pada tahap pengkodingan data, langkah
selanjutnya adalah membaca keseluruhan data, dimaksudkan untuk
menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali
dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer adalah
dengan menerapkan pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis.
Selanjutnya menginterpretasi atau memaknai data, mengajukan pertanyaan
seperti “bagaimana pelayanan publik yang ada di Kabupaten Serang” akan
membantu peneliti mengungkap esensi dari suatu gagasan. Interpretasi juga
bisa berupa makna yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian
dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti
menegaskan apakah hasil penelitiannya membenarkan atau justru menyengkal
informasi sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga bisa berupa
pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab selanjutnya, pertanyaan-
pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan buka dari hasil ramalan
peneliti.
Selanjutnya dengan triangulasi yaitu proses check dan recheck antara
sumber data dengan sumber data lainnya. Setelah semua proses analisis data
telah dilakukan peneliti dapat melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan
akhir dapat diambil ketika peneliti telah merasa bahwa data penelitian sudah
jenuh atau redundant, yakni ketika informasi yang disampaikan oleh
76
narasumber satu dan lainnya hanya menambah jumlah informasi dan tidak
menghasilkan informasi yang berbeda
4.2.2 Deskripsi Informan
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive
(bertujuan). Informan yang telah ditentukan peneliti adalah semua pihak yang
terlibat dalam Manajemen Pengelolaan Aset Tetap di Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang. Dengan adanya klarifikasi key informan
dan secondary informan yang peneliti lakukan bisa mempermudah dalam
mencari data yang dibutuhkan peneliti sesuai dengan latar belakang jabatan
dari informan tersebut.
Adapun informan-informan yang dibutuhkan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
77
Tabel 4.1
Daftar Informan
No Kategori Informan Status Informan Keterangan Jenis
Kelamin Usia
Kode
Informan
1 Agus Sutiadi, S.Kom.
Pengelola Aset Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Key
Informan L 46 𝐈𝟏
2 Drs. H. Agus Rusli,
M.Pd.
Kepala Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan L 53 𝐈𝟐
3 Hj. Yayah Sunariyah,
S.Pd, M.Si.
Sekretaris Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan P 49 𝐈𝟑
4 Yoppi Rudiawan
Sidik, ST, M.Si
Kepala Sub. Bagian
Umum dan
Kepegawaian Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan L 45 𝐈𝟒
5 Irma Herlina, S.Sos.
Pengguna Aset Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan P 43 𝐈𝟓
6 Iwan Setiawan, SE,
MM
Pengguna Aset Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan L 39 𝐈𝟔
7 Ugun Gurmilang, SP,
ST, M.Si
Pengguna Aset Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan L 38 𝐈𝟕
8 Drs. Yusrachmaidi,
MM
Pengguna Aset Dinas
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kabupaten Serang
Secondary
Informan L 39 𝐈𝟖
Sumber peneliti 2019
78
4.2.3 Temuan Lapangan
Temuan lapangan ini merupakan penjelasan dari data hasil
penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan
teknik analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
teori dari Doli D. Siregar (2004:518-520). Teori tersebut menjelaskan
bahwa ada lima point penting di dalam melakukan manajemen
pengelolaan aset, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset,
optimalisasi aset, pengawasan dan pengendalian.
1. Inventarisasi Aset
Pengelolaan barang milik daerah yang dikelola dengan baik
tentunya akan mempermudah penatausahaan barang milik daerah dan
merupakan sumber daya penting bagi pemerintah daerah. Dalam hal
pengelolaan aset, pemerintah daerah harus menggunakan pertimbangan
aspek perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan
atau penggunaan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah dapat
memberikan kontribusi optimal bagi pemerintah daerah yang
bersangkutan.
79
Inventariasi merupakan jantung bagi sebuah instansi pemerintahan
didalam pengelolaan aset. Inventariasi merupakan kegiatan untuk
melakukan pengecekan antara data administratif barang milik daerah
dengan kondisi fisik barang milik daerah yang bersangkutan.
Inventarisasi dimaksudkan untuk mengetahui jumlah dan nilai serta
kondisi aset daerah yang sebenarnya, yang dikuasai oleh pengguna
barang maupun kuasa pengguna barang atas suatu objek barang.
Inventarisasi aset yang memadai merupakan bagian integral manajamen
aset yang efektif. Daftar inventarisasi aset merupakan dasar dari sistem
informasi manajemen aset daerah dan harus berisi data-data yang relevan
yang dibutuhkan untuk pelaporan keuangan. Salah satunya penggunaan
kendaraan dinas operasional merupakan aset yang perlu dilakukan upaya
inventarisasi agar dapat mendapatkan tingkat keyakinan yang memadai
atas keberadaan aset tersebut dan juga kelengkapannya dari sisi legal
aspek yang mencakup status penguasaan, masalah legal yang dimiliki,
hingga batas akhir penguasaan.
Apabila inventarisasi tidak dilakukan maka pengelola aset tidak
dapat mengetahui jumlah dan nilai yang sebenarnya. Inventarisasi aset
terdiri dari dua aspek fisik terdiri dari atas bentuk, luas, lokasi, volume/
jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status
penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses
kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/labelling,
80
pengelompokkan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan
manajemen aset (Doli D. Siregar, 2004:518-520).
Jadi, dalam penelitian ini kegiatan inventarisasi aset dideskripsikan
sebagai Pencatatan Aset Tetap di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Serang, Kodefikasi/Labelling Aset Tetap di Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang, Pencatatan Aset Tetap di
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang, Pendataan
Legalitas Aset Tetap di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Serang, Pendataan Kepemilikan Aset Tetap di Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang.
Dalam indikator pertama, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal proses inventarisasi aset tetap (Q1) akan
dideskripsikan sebagai berikut;
“Prosesnya yaitu barang masuk, belanja untuk barang bukan dari
proses pengadaan, selanjutnya barang tersebut diserahkan kepada saya
sebagai pengelola aset, barang tersebut harus dilengkapi dengan berita
acara ya. Lalu saya melaporkan kepada pimpinan dan masing-masing
OPD diberikan Surat Perintah Penyaluran Barang” (06 Agustus 2018, di
Disnakertrans Kab Serang)
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kadis
disnakertrans Kab Serang yang mengetahui proses invetarisasi aset,
sebagai berikut;
81
“Pencatatan saja dan yang pasti dilakukan pengecekan fisiknya
dan koordinasi antara BPKAD kabupaten Serang, agar data yang
dimiliki benar dan sesuai dengan apa yang ada di lapangan sehingga
laporan yang kita bikin dapat dipertanggung jawabkan. Inventarisasi
dilakukan dengan cara pencatatan semua aset yang dimiliki oleh Pemkot
Serang, setiap aset yang kita lakukan pengadaan maka dilakukan
pencatatan pula terhadap aset tersebut.” (07 Agustus 2018, di
Disnakertrans Kab Serang)
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“Inventarisasi dilakukan dengan cara pencatatan semua aset yang
dimiliki oleh dinas ini, setiap aset yang kita lakukan pengadaan maka
dilakukan pencatatan pula terhadap aset tersebut” (06 Agustus 2018, di
Disnakertrans Kab Serang)
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“Mulai dari proses pengadaan kemudian adanya rekonsiliasi,
setelah itu survey lokasi dan dicatat dalam ATISISBADA” (06 Agustus
2018, di Disnakertrans Kab Serang)
82
Tabel 4.2
Data Kartu Inventaris Barang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kab Serang
No Kartu Inventaris Jumlah
1 KIB A Tanah 4.614.227.022
2 KIB B Peralatan dan Mesin 8.384.818,00
3 KIB C Gedung dan Bangunan 331503576
4 KIB D Jalan, Irigasi dan Jaringan 336.983.464,00
5 KIB E Aset Tetap Lainnya 30.997.300,00
6 KIB G Aset Tak Berwujud 46.264.500,00
83
Gambar 4.1
Alur Tahan Proses Inventarisasi di Pemerintah Daerah Kab Serang
(Sumber: BPKAD Kab Serang, yang diolah Peneliti, 2018)
Keputusan
Kepala Daerah
tentang
Pelaksanaan
Sensus
Hasil sensus
Buku
Inventarisasi
Buku Induk
Inventarisasi
Sensus BMD
Hasil sensus
Keputusan
Kepala Daerah
tentang
Pelaksanaan
Sensus
Kepala Daerah Pengelola Barang Pembantu Pengelola Pengguna Barang
Inventarisasi
Sensus BMD Menghimpun
hasil sensus
Sensus BMD
84
Dalam indikator pertama, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal proses pengelompokkan aset tetap (Q2) akan
dideskripsikan sebagai berikut;
“Dalam pencatatan aset yang kita miliki, kita melakukan
pencatatan mulai dari luas tanah, kemudian untuk gedung, bangunan, aset
lain seperti barang juga yg terdapat didalam kantor kita catat dan untuk
apa, semuanya dicatat untuk mempermudah monitoring dan proses
pencatatan ini dimulai dari masing-masing OPD kemudian koordinasi dan
dicocokan sama data yang ada di BPKAD selaku pengelola barang milik
daerah.” (06 Agustus 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala dinas
disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada proses
pengelompokkan aset tetap, sebagai berikut;
“Semua aset yang kita punya dikelompokkan sesuai dengan
jenisnya, kalo aset tanah itu kita catat di KIB A, aset perlatan dan mesin
di KIB B, gedung dan bangunan kita catat di KIB C, jalan irigasi dan
jaringan kita catat di KIB D, KIB E itu untuk aset tetap lainnya.” (07
Agustus 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“KIB A: Tanah, KIB B: Peralatan dan Mesin, KIB C: Gedung dan
Bangunan, KIB D: Jalan, Irigasi dan Jaringan, KIB E: Aset Tetap
Lainnya, KIB F: Konstruksi dalam Pengerjaan.” (07 Agustus 2018, di
Disnakertrans Kab Serang)
85
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19
Tahun 2016 ya, semuanya sudah dikelompokkan dengan jelas di dalam
peraturan tersebut.” (07 Agustus 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Dalam indikator pertama, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal proses pencatatan terhadap fisik aset tetap
(Q3) akan dideskripsikan sebagai berikut;
“Untuk aset tetapnya seperti barang yangg terdapat didalam
kantor itu ya itu diberikan identitas ya misalnya adanya penempellan
kertas, guna nya untuk apa agar gampang kita mencarinya dan kita
catat dalam Kartu Inventaris Barang.” (07 Agustus 2018, di
Disnakertrans Kab Serang)
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala
dinas disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada pencatatan
terhadap fisik aset tetap, sebagai berikut;
“Kalo untuk melakukan pengecekan fisik asetnya minimal
kegiatan pengecekan ini dilakukan dua minggu sekali, untuk proses
pengecekan dalam pengerjaan kalo biasanya sih bangunan ya, dilihat
sudah berapa persen pekerjaan yang sedang dikerjakan misalnya sudah
25% dan hal apa saja yang sudah dikerjakan lalu muncul nilai pekerjaan
sebesar 25% gitu.” (07 Agustus 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
86
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“Pengukuran fisik untuk aset tetap, lalu kita melakukan sensus
dengan cara melakukan dokumenntasi satu per satu kita datangin aset
tetap yang ada,, lalu kita bikin laporan hasil sensus yang telah
disediakan, evaluasi dan validasi, perbaikan pencatatan ke dalam
aplikasi ATISISBADA.” (06 Agustus 2018, di Disnakertrans Kab
Serang)
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“Yang paling penting dalam proses setelah pengadaan langsung
tercatat dalam KIB langsung diteruskan dalam sistem ATISISBADA
sehingga kita punya data aset tersebut” (06 Agustus 2018, di
Disnakertrans Kab Serang)
Dalam indikator pertama, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal proses pendataan legalitas (Q4) akan
dideskripsikan sebagai berikut;
“Proses kepemilikan atas asset tetap tersebut beragam bisa dari
hasil pengadaan, dan paling banyak itu berasal dari yang sudah dulu-dulu
sebelum saya menjadi pengelola aset, dan dokumennya itu tidak lengkap
untuk aset pada tahun yang sangat lampau, dalam hal pengadaan aset
tetap yang kita miliki itu belum maksimal untuk data yang ada” (06
Agustus 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
87
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala dinas
disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada proses pendataan
legalitas, sebagai berikut;
“sulit untuk menjelaskan, intinya dalam prosesnya bahqasannya
kami sering mendapati kesulitan, karena tidak termonitornya aset dan
laporan setiap bidang mandet, akhirnya untuk pendataan legalitasnya
sedikit sulit.” (07 Agustus 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“Proses kepemilikan atas aset tetap tersebut beragam bisa dari
hasil pengadaan, dan paling banyak itu berasal dari yang sudah dulu-dulu
sebelum saya menjadi pengelola aset, dan dokumennya itu tidak lengkap
untuk aset pada tahun yang sangat lampau, dalam hal pengadaan aset
tetap yang kita miliki itu belum maksimal untuk data yang ada.” (06
Agustus 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Merujuk kepada hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pada dimensi Inventarisasi aset. Proses kegiatan Inventarisasi Aset
di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang dicatat dalam
dua kegiatan yaitu pertama dicatat ke dalam Kartu Inventarisasi Barang
dan kedua dicatat ke dalam ATISISBADA (Aplikasi Teknologi Informasi
Siklus Barang Milik Daerah) dan untuk pencatatan aset tanah dilakukan
dan berkoordinasi mulai dari pengguna aset hingga pengelola asset. Untuk
proses pengadaan didasarkan pada permohonan dan pengajuan dari tiap-
tiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang kemudian tercermin melalui
88
Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana
Kegiatan Anggaran (RKA), dan dalam kegiatan pengadaan semua barang
milik daerah menggunakan aplikasi E-Purchasing.
Kodefikasi aset daerah memiliki peran penting dalam
mempermudah dan menyederhanakan proses inventarsasi aset. Semakin
banyak jenis dan jumlah aset yang dimilkiki, maka semakin penting
daerah terrsebut melakukan kategorisasi dengan membuat lebih rinci
terhadap aset aset yang dimiliki tersebut. Kodefikasi/ lebeling merupakan
kegiatan untuk menetapkan secara sistematik ke dalam golongan, bidang,
kelompok, sub kelompok, dan sub-sub kelompok lainnya.
Kodefikasi/lebeling ini dibuat untuk mempermudah pembukan, pendataan,
dan juga sekaligus dapat mempermudah pengamanan terhadap aset yang
dimiliki. Kodefikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Serang
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
sebagai berikut :
1. Kartu Inventaris Barang (KIB) A untuk Tanah
2. Kartu Inventaris Barang (KIB) B untuk Peralatan dan Mesin
3. Kartu Inventaris Barang (KIB) C untuk Gedung dan Bangunan,
4. Kartu Inventaris Barang (KIB) D untuk Jalan, Irigasi dan
Jaringan,
5. Kartu Inventaris Barang (KIB) E untuk Aset Tetap Lainnya,
6. Kartu Inventaris Barang (KIB) F untuk Konstruksi dalam
Pengerjaan,
7. Kartu Inventaris Ruangan (KIR).
89
Pencatatan aset yang baik adalah pencatatan yang mampu
memberikan data valid mengenai aspek aset tersebut. Pencatatan aspek
fisik aset meliputi lokasi aset, kondisi aset dan sebagainya. Proses
pencatatan aspek fisik aset sangatlah penting, karena dapat menunjang
proses pengelolaan aset yang baik dan dapat mempermudah tahapan
inventarisasi aset yang membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk
mendapatkan hasil yang valid, sehingga bisa dipertanggung jawabkan
kepada masyarakat.
2. Legal Audit
Masalah yang sering dihadapi dalam legalisasi audit aset daerah
status penguasaan aset yang lemah. Pentingnya pengelolan aset daerah
secara tepat dan berdayaguna dengan menggunakan prinsip pengelolaan
yang efisiensi dan efektif diharapkan akan memberi kekuatan terhadap
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan
daerahnya. Tahapan penting di dalam suatu sistem pengelolaan aset
daerah adalah inventarisasi aset dan legalisasi untuk menunjang
didapatkannya data aset yang benar, akurat dan up to dateserta sesuai
dengan peraturan hukum yang berlaku.
Legal audit sebagai lingkup kerja manajemen aset yang berupa
inventariasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau
pengalihan aset. Selanjutnya, identifikasi dan mencari solusi atas
90
permasalahan legal dan strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan dan pengalihan aset.
Masalah yang sering dihadapi dalam legal audit, menyangkut status
penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, dan lain-lain. Jadi,
dalam penelitian ini siklus legal audit dideskripsikan mengenai hal-hal
seperti landasan hukum dalam pengelolaan aset tanah, sistem dan
prosedur mengenai mengenai legalitas aset yang dimiliki, identifikasi
permasalahan status penguasaan aset.
Dalam indikator kedua, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal proses pendataan kepemilikan (Q5) akan
dideskripsikan sebagai berikut;
“Biasanya dilakukan survey dan dilakukan sensus selama 5 (lima)
tahun sekali.” (10 Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala
dinas disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada proses
proses pendataan kepemilikan, sebagai berikut;
“Melakukan survey yang berkoordinasi antara pihak BPKAD,
dan dilakukan selama tri semester, 6 bulan dan setahun.” (11 Desember
2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
91
“Biasanya dilakukan survey dan dilakukan sensus selama 5 (lima)
tahun sekali.” (10 Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“Biasanya ada pencatatan terus ada juga survey kalo tidak salah
setiap 5 tahun.” (10 Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Dalam indikator kedua, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal landasan hukum dalam manajemen aset tetap
(Q6) akan dideskripsikan sebagai berikut;
“Landasan hukum dalam pengelolaan barang milik daerah kita
menggunakan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
jadi didalamnya dijelaskan masing-masing tugas, wewenang, dan
pengelolaannya jadi kita tinggal ngikutin untuk mengelolaanya. Agar
dalam kegiatan mengelola barang milik daerah itu terarah, tidak terjadi
tumpang tindih pekerjaan, dan pengelolaan baik serta dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.” (10 Desember 2018, di
Disnakertrans Kab Serang)
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala dinas
disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada proses
inventarisasi aset, sebagai berikut;
“Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.” (11 Desember 2018,
di Disnakertrans Kab Serang)
92
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“Landasan hukum yangkita gunankan yaitu peraturan yang
berlaku saat ini untuk Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) kita
pakai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016.” (12
Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“Semua kegiatan yang kita lakuin itu semuanya berdasarkan
peraturan yang berlaku ya kalo dalam pengelolaan barang milik daerah
kita menggunakan dan berpacu dengan peraturan yang berlaku juga
mengenai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016,
walaupun ada peraturan lainnya yang menyangkut tapi peraturan yang
utamanya ini yang kita pakai.” (12 Desember 2018, di Disnakertrans
Kab Serang)
Dalam indikator kedua, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal prosedur tentang memperoleh legalitas
kepemilikan aset tetap (Q7) akan dideskripsikan sebagai berikut;
“dalam prosedurnya pengelola aset, data pengadaan, data
kepemilikan harus ada terlebiih dahulu karena untuk melanjutkan proses
kepemilikan legalitas jika tidak punya data pendukung seperti yang
disebutkan tadi akan sulit ketika prosesnya” (13 Desember 2018, di
Disnakertrans Kab Serang)
93
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala dinas
disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada legalitas
kepemilikan aset tetap, sebagai berikut;
“Sulit untuk menjelaskan, intinya dalam prosesnya bahqasannya
kami sering mendapati kesulitan, karena tidak termonitornya aset dan
laporan setiap bidang mandet, akhirnya untuk pendataan legalitasnya
sedikit sulit” (13 Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“Untuk kepemilikan rasanya tidak ada masalah ya disini, mungkin
untuk prosesnya tidak ada sengketa ataupun apa jadi sangat mudah” (13
Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“Rasanya setiap aset tetap yang ada disini sudah legal ya tidak
ada kesulitan sama sekali mungkin untuk pelaksaannya saja dilapangan
mungkin yang kekurangan orang ketika membuat sertifikat sertikat
tertentu.” (13 Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Dalam indikator kedua, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal masalah dalam proses legal audit (Q8) akan
dideskripsikan sebagai berikut;
94
“Setelah adanya pengadaaan ketika akan di inventarisasi kan
kedalam kib dan ATISISBADA para pengguna aset kadang tidak
memberika laporan tentang pengadaan yg telah mereka laporkan jadi
ketika di legal audit saya selaku pengelola aset merasa kesulitan ditambah
kekurangan orang disini.” (13 Desember 2018, di Disnakertrans Kab
Serang)
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala dinas
disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada masalah dalam
proses legal audit, sebagai berikut;
“Tidak tercatat dalam buku Inventaris Barang, dan tidak dapat
menunjukkan bukti-bukti perolehan, fisik tidak dikuasai.” (13 Desember
2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“Rasanya sulit juga ya bagi setiap bidang yang tidak melaporkan
aset tetapnya kepada pengelola aset sehingga membuat proses legal audit
sedikit kesulitan.” (13 Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“Tidak ada masalah sepertinya hanya ya itu tadi kekurangan
orang mungkin jika akan melalukan kegiatan yg berkaitan dengan aset.”
(13 Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
95
Berbagai pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan pada dimensi
Legal audit peneliti berkesimpulan, landasan hukum dalam manajemen
aset tetap di Disnakertrans Kab Serang merupakan aspek yang
menjelaskan mengenai peraturan apa saja yang dijadikan sebagai
pedoman dalam pengelolaannnya, serta ketentuan-ketentuan apa yang
dijalankan dalam pengelolaan asset tetap. kita gunakan peraturan dari
Pemerintah Pusat yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19
Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah,
dalam peraturan tersebut dijelaskan mengenai pejabat pengelola barang
milik daerah, pejabat penatausahaan barang milik daerah, pengguna/
kuasa pengguna barang, pengurus barang pengelola,pengurus barang
pengguna, pengurus barang pembantu, mulai dari ruang lingkup
perencanaan kebutuhan dan penganggaran sampai ke ganti rugi dan
sanksi, siklus dalam mengelola barang milik daerah.
Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan mengenai siapa saja
yang berhak dan memiliki wewenang dalam mengelola aset tetap di
Disnakertrans Kab Serang, dan ada siklusnya dalam mengelola aset tetap.
Agar pengelolaan aset tetap menjadi lebih transparan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Sistem dan prosedur mengenai legalitas kepemilikan terhadap
aset-aset daerah yang dimiliki merupakan suatu langkah awal untuk
96
mendapatkan pengakuan kepemilikan terhadap aset daerah yang dimiliki.
Pada status kepemilikan sebuah aset tidak akan luput dari yang namanya
identifikasi permasalahan, karena akan ada banyak permasalahan yang
timbul untuk status kepemilikan aset tanah tersebut, terlebih lagi banyak
aset yang memiliki banyak ragam status penguasaan yang berbeda-beda
dan memiliki kepentingan yang berbeda pula. Ditambah kekurangan
orang dibagian pengelola aset menjadi masalahnya yaitu dalam
pelaksanaan legalitas aset tetap menjadi alasan kenapa tidak berjalan
dengan baik pada pelaksanaannya.
3. Penilaian Aset
Penilaian merupakan terjemahan dari istilah appraisal dan
valuation. Istilah appraisal lebih banyak digunakan di Amerika Serikat.
Sedangkan valuation atau valuers biasa di pakai di Inggris dan negara
anggota persemakmuran, jadi penilaian pada dasarnya merupakan
estimasi atau opini, walaupun didukung oleh alasan atau analisis rasional.
Penilaian pada prinsipnya merupakan suatu proses indikasi melalui suatu
pengetahuan atau metode tertentu terhadap suatu objek suatu kepentingan
atau tujuan tertentu. Penilaian barang milik daerah perlu dibedakan
dengan penilaian pada umumnya. Penilaian barang milik daerah
merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan seorang penilai untuk
mendapatkan estimasi nilai suatu barang milik daerah tertentu.
97
Dalam indikator Ketiga, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal proses penilaian terhadap aset tetap (Q9)
akan dideskripsikan sebagai berikut;
“Untuk penilaian aset itu yang melakukan Kantor Jasa Penilai
Publik (KJJP) dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL). Mereka yang melakukan penilaian karena memang
dibidangnya jadi penilaian yang sudah ditetapkan valid, jadi bukan
wewenang dan tugas kita untuk melakukan penilaian aset.” (13 Desember
2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala
dinas disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada proses
penilaian terhadap aset tetap, sebagai berikut;
“Penilaian bukan dilakukan oleh pihak BPKAD, namun dilakukan
oleh pihak KKJP dan KPKNL mereka yang punya wewenang dan juga
kita tidak ada campur tangan” (13 Desember 2018, di Disnakertrans Kab
Serang)
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“Ada Jasa Penilai Publik (KJJP) dan Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL) gunanya mereka yang melakukan penilaian
terhadap aset yang kami punya, dan kita tidak ada wewenang untuk
melakukan penilaian” (13 Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
98
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“dimana pihak yang ada disini akan bekerja sama dengan
BPKAD” (13 Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Gambar 4.2
Proses Penilaian Aset Tetap Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kab Serang
(Sumber: BPKAD Kab Serang, yang diolah Peneliti tahun 2018)
Tim Inventarisasi
Aset Disnakertrans
kab serang
menyiapkan data
aset tetap dan
dokumen perolehan.
Diserahkan kepada
Tim Inventarisasi
BPKAD kab Serang
Tim Inventarisasi BPKAD
mengecek kelengkapan
dokumen perolehan dan
melakukan penilaian atas
aset tetap tersebut.
Apabila dokumen perolehan tidak
lengkap, maka Tim Inventarisasi BPKAD
kab serang mencari NJOP atas aset tetap
pada tahun perolehan.
Apabila dokuemen perolehan sudah
lengkap, maka Tim Inventarisasi BPKAD
Kab serang akan menilai aset tetap
dengan biaya perolehan.
Apabila NJOP tidak ada, maka
Tim Inventarisasi BPKAD Kab
Serang menggunakan NJOP aset
tetap yang lokasinya
berdekatan dengan aset tetap
tersebut, pada tahun
perolehan.
99
Berbagai pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan pada dimensi
Penilaian Aset peneliti berkesimpulan, penilaian Barang Milik Daerah
dilaksanakan dalam rangka mendapatkan nilai wajar. Penilaian Barang
Milik Daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah
daerah, Pemanfaatan dan Pemindahtangan Barang Milik Daerah dalam
kondisi tertentu, barang milik daerah yang telah ditetapkan nilainya
dalam Neraca Pemerintah Daerah dapat dilakukan penilaian kembali.
Penilaian pada dasarnya merupakan estimasi atau opini, dengan didukung
oleh alasan atau analisis rasional. Penilaian pada prinsipnya merupakan
suatu proses indikasi melalui suatu pengetahuan atau metode tertentu
terhadap suatu objek suatu kepentingan atau tujuan tertentu. Penilaian
barang milik daerah perlu dibedakan menjadi dengan penilaian pada
umumnya. Penilaian barang milik daerah merupakan suatu proses ilmiah
yang dilakukan oleh seorang penilai untuk mendapatkan estimasi nilai
suatu barang milik daerah tertentu.
Melakukan penilaian yaitu pihak KPKNL (Kantor Pelayanan
Keuangan Negara dan Lelang) Kabupaten Serang dan DJKN (Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara) Wilayah Banten. Pihak BPKAD
berkoordinasi dengan pihak KPKNL dan DJKN dalam melakukan
penilaian aset, karena mereka yang memiliki hak dan wewenang.
100
Pengelola Aset berkoordinasi dengan pihak KPKNL Kabupaten
Serang dan DJKN Wilayah Banten dalam hal penilaian aset daerah,
dilakukan setiap triwulan dalam setahun. Dengan tujuan agar
memperoleh informasi nilai aset secara akurat dan dapat diketahui berapa
nilai ekonomis aset tersebut, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar
dalam penyusunan neraca daerah dan dapat dipertanggung jawabkan.
Penilaian barang milik daerah merupakan suatu proses ilmiah
yang dilakukan oleh seorang penilai untuk mendapatkan estimasi nilai
suatu barang milik Pemerintah Daerah Kabupaetn Serang untuk aset,
maka penilaian dilakukan dengan cara penilaian oleh tim penilai dengan
melihat berbagai hal seperti lokasi, jenis, merk, tipe, jumlah, ukuran
kondisi dan kelengkapan data lainnya, untuk mendukung nilai suatu aset.
4. Optimalisasi Aset
Aset atau barang daerah merupakan potensi ekonomi yang
dimiliki daerah. Potensi ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan
ekonomi yang bisa diperoleh pada masa yang akan datang, yang bisa
menunjang peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi
pelayanan publik kepada masyarakat. Pada umumnya pemerintah daerah
banyak memiliki aset yang bernilai tinggi namun sebagian besar dari aset
tersebut belum mampu berdayaguna dan berhasil guna serta
menghasilkan pendapatan yang tinggi, sehingga biaya operasional dan
101
pemeliharaannya masih menjadi beban Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah. Terkait permasalahan penggunaan kendaraan dinas perlu
dilakukan optimalisasi pengelolaan aset sehingga penggunaan dana
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah terlaksana dengan efektif dan
efisien.
Optimalisasi Aset merupakan mengoptimalkan potensi fisik,
lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset
tersebut, meliputi: aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi.
Dalam indikator Keempat, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal proses optimalisasi aset tetap (Q10) akan
dideskripsikan sebagai berikut;
“Untuk proses penyewaan itu pertama pengajuan pengusulan
penyewaan, setelah itu pihak BPKAD melakukan proses pengecekan fisik
langsung, menunggu persetujuan dari Walikota dan setelah disetujui
maka akan dikeluarkan surat keterangan pemanfaatan sifatnya mengikat,
jangka waiktunya itu maksimal 5 (lima) tahun.” (13 Desember 2018, di
Disnakertrans Kab Serang)
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala
dinas disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada
optimalisasi aset tetap, sebagai berikut;
“Cukup melakukan pengecekan saja dan ada tim nya yang
ditentukan oleh Kepala BPKAD dan ada surat tugasnya.. Dalam
pengawasan dan pengendalian kita melakukan berbagai tahapan ya,
yaitu pengawasan reguler, pemeriksaan kasus, pemeriksaan dengan
102
tujuan tertentu, setelah itu ada bagian tindak lanjut sebagai
implementasi dari hasil pengawasan, jadi kalau dibilang optimal setiap
bagian pasti ada yang harus diperbaiki dan kita disini Inspektorat
bukanlah Aparat Penegak Hukum, Kepolisian, Jaksa, jadi kita hanya
sebagai internal untuk pendukung.” (13 Desember 2018, di
Disnakertrans Kab Serang)
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“Untuk pengoptimalisasinya, kami melalukan pengecekan
memberikan plat-plat, atau barcode, atau sebuah nama untuk
ditempelkan di aset tersebut, sehingga kami tau ada dimana aset tersebut
dipergunakan baik atau tidaknya juga.” (13 Desember 2018, di
Disnakertrans Kab Serang)
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“dimana pihak yang ada disini akan bekerja sama dengan
BPKAD” (13 Desember 2018, di Disnakertrans Kab Serang)
Dalam indikator Keempat, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal aset tidak termonitor antar bidang di
disnakertrans (Q11) akan dideskripsikan sebagai berikut;
“Karena ketika saya sudah mengumumkan diakhir tahun kepada
setiap kepala bidang untuk memberikan laporan aset kepada saya
ternyata mereka-merka tidak memberikan laporannya dan tidak memakai
alasan, jadi untuk memonitor aset yang berada didalam kantor atau pun
diluar kantor rasanya sangat sulit kalau tidak memakai laporan dari
kepala bidang.” (9 Januari 2019, di Disnakertrans Kab Serang)
103
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala
dinas disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada aset tidak
termonitor antar bidang di disnakertrans, sebagai berikut;
“karena kurangnya rasa kesadaran atau mungkin karena
masalah aset dan segala pelaporannya dianggap enteng oleh para
bidang disini sehingga seenaknya menggunakan aset dan tidak
memberikan laporan tentang aset yang sudah digunakan atau juga tidak
ada tanggung jawab karenanya tidak termonitor aset di dinas ini.”
(9 Januari 2019, di Disnakertrans Kab Serang
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“..... ketika pengelola aset meminta laporan aset tetap per
kuartal, setiap bidang selalu tidak memberikan hasil laporan itu, ada
yang berleha-leha atau apalah, akhirnya pengelola aset sendiri yang
harusmengecek dan membuat laporan itu sendiri, memakan waktu dan
kekurangan tenaga kerja juga.” (9 Januari 2019, di Disnakertrans Kab
Serang
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“betul sekali sangat tidak termonitor disini, yang seharusnya
mempunyai laporan sndri di setiap bidang yang diserahkan kepada
pengelola aset, hanya saja pengelola aset sendiri yang harus memonitor
aset-aset yang ada disetiap bidang dan menulis laporannya sendiri
tentang aset aset yag ada di setiap bidang.” (9 Januari 2019, di
Disnakertrans Kab Serang
104
Adapun I5 yang menjabat sebagai kepala bidang di disnakertrans
terkait menyampaikan hal yang mempunyai jawaban atas pernyataan dari
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya sebagai berikut;
“ya kadang saya males ya membuat laporan tentang aset yg
digunakan oleh saya dan bawahan saya jadi ya mau gimana lagi paling
juga saya kasih hasilnya saja apa yg saya udah pake sisanya saya
kasihke pengelola aset yg mengerjakan laporan tersebut. tapi bukan
berati saya tidak pernah membuat laporan, bukan.” (9 Januari 2019, di
Disnakertrans Kab Serang
Hal yang sama juga disampaikan oleh I6 sebagai kepala bidang
di disnakertrans, yaitu sebagai berikut;
“saya membuat laporan tapi mungkin ada khilafnya juga ketika
harus diserahkan laporannya kepada pihak yang mengurusnya.....”
(9 Januari 2019, di Disnakertrans Kab Serang
Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh I7 yang merupakan
kepala bidang di disnakertrans yakni sebagai berikut;
“mungkin kurang komunikasi atau gimana dari atasannya dan
pngelola disini kemungkinan yang membuat laporan terbebankan
pada pengelola aset......” (9 Januari 2019, di Disnakertrans Kab
Serang
Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh I8 yang merupakan
kepala bidang di disnakertrans yakni sebagai berikut;
“tidak ada pemberitahuan mungkin ada dari saya pribadi yang
kelupaan jadi hal tersebut (laporan aset) tidak dibuat dan tidak
memberikan hasilnya kepada pengelola aset” (9 Januari 2019, di
Disnakertrans Kab Serang
105
Dalam indikator Keempat, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal tidak memiliki ruangan aset tetap (Q12) akan
dideskripsikan sebagai berikut;
“bagaimana ya karena disini kami menyimpan aset atau barang
yang hanya punya jangka waktu selama setahun, sehingga untuk
menyimpan segala aset tersimpan didalam kantor dan sama sekalii tidak
memiliki ruangan untuk menyimpan segala aset tetap. tapi itu juga
menghambat pengoptimalisasi aset yg ada disini dikarenakan banyak
barang hilang tidak tahu menahu dan kemana. sehigga sangat tidak
optimal juga untuk aset diisini.” (9 Januari 2019, di Disnakertrans Kab
Serang
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala
dinas disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada tidak
memiliki ruangan aset tetap, sebagai berikut;
“karena menurut kami cukuplah barang tersebut berada
ditengah-tengah dalam kantor tidak perlu memiliki ruangan untuk aset-
aset yang berada disini, sehingga tidak jadi masalah atas aset yg
tergeletak didalam kantor.” (9 Januari 2019, di Disnakertrans Kab
Serang
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“mungkin dikarenakan pengadaan kita tidak serepot di dinas-
dinas besar dan juga arena gedung yg kami punya tidak ada ruang lagi
kecuali direncanakan, sehingga dari semua aset.” (9 Januari 2019, di
Disnakertrans Kab Serang
106
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“karena mungkin tidak diperlukan ya disini, jadi segala aset yang
ada disini sudah aman dan terjaga.” (9 Januari 2019, di Disnakertrans
Kab Serang)
Gambar 4.3
Tempat Tersimpannya Aset
Sumber: Peneliti 2018
Dari berbagai pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan pada
dimensi Optimalisasi aset peneliti berkesimpulan, optimalisasi aset
merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan potensi fisik, potensi lokasi,
potensi nilai, potensi jumlah/ volume, potensi legal dan ekonomi yang
dimiliki aset tersebut. Dalam kegiatan ini aset-aset yang dikuasai oleh
107
Pemerintah Daerah diidentifikasi dan dikelompokkan atas aset yang
memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi
dapat dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang dapat
menjadi himpunan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik
jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Untuk menentukan
hal tersebut haruslah terukur dan transparan. Sedangkan aset yang tidak
dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya, apakah faktor
permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah ataupun faktor
lainnya, sehingga setiap aset nantinya memberikan nilai tersendiri. Hasil
akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi
dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasai.
Maka dari itu disnakertrans sangat membutuhkan adanya aset-aset
tetap yang berpotensi untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi pemerintahan. Optimalisasi aset ini diharapkan dalam waktu
singkat akan menghasilkan penggunaan dan pemanfaatan aset yang
efektif dan efisien.
Aset yang berpotensi tentunya harus digunakan dengan sebaik
mungkin agar aset yang telah dimiliki tidak hanya dimiliki tanpa
dipergunakan dan dimanfaatkan. Maka dari itu, aset yang dimiliki harus
dikelola dan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Karena aset yang berpotensi apabila dioptimalkan dalam penggunaannya
108
akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dan juga laporan yang
ada di disnakertrans ini harus berjalan kembali tidak hanya
mengandalkan pegelola aset yang menanggung semua laporan bidang-
bidang.
5. Pengawasan dan Pengendalian
Aset merupakan hal yang rentan sekali akan penyalahgunaannya.
Untuk itu perlu dilakukan pengawasan. Pengawasan perlu dilakukan
oleh pimpinan atau atasan langsung suatu organisasi atau unit kerja
terhadap bawahan dengan tujuan untuk mengetahui atau menilai apakah
program kerja yang ditetapkan telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan atau perundang-undangan yang berlaku.
Dalam indikator kelima, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal proses pengawasan dan pengendalian (Q13)
akan dideskripsikan sebagai berikut;
“Barang masuk, belanja untuk barang-barang bukan dari proses
pengadaan, begitu barang tersebut diserahkan kepada pengurus barang,
barang tersebut harus dilengkapi dengan berita acara, lalu wajib
diberikan dokumen kontrak, jadi pengurus barang harus memeriksa
terlebih dahulu berita acara yang ada” (9 Januari 2019, di
Disnakertrans Kab Serang)
109
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala dinas
disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada proses
pengawasan dan pengendalian, sebagai berikut;
“Mencatat secara tertib dan teratur penerimaan barang,
pengeluaran barang dan keadaan persediaan barang ke dalam Kartu
Inventaris Barang, yang menurut jenisnya itu ada lima ya, ada buku
inventaris, buku barang pakai habis, buku hasil pengadaan, kartu
barang, kartu persediaan barang.” (9 Januari 2019, di Disnakertrans
Kab Serang)
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“Saya sendiri yang mengawasi langsung dan pengendalian juga
terhadap aset tetap disini yang mana tau segala proses aset yang
berlangsung disini.” (9 Januari 2019, di Disnakertrans Kab Serang)
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“tentunya di catat ya tapi ada saja pasti barang yang tidak
terinvetarisasi dengan baik, karena kelalain tentunya, jadi kekurangan
tenaga kerja di pengelolaan aset sangatlah berpengaruh dalam prosedur
untuk invetarisasi aset.” (9 Januari 2019, di Disnakertrans Kab Serang)
Dalam indikator kelima, telah dilakukan wawancara dengan I1,
Pengelola aset disnakertrans Kab Serang (Key Informan), sehingga
pertanyaan pertama perihal sistem dan prosedur dalam pengawasan dan
pengendalian dalam kegiatan inventariasi aset tetap (Q14) akan
dideskripsikan sebagai berikut;
110
“Barang masuk, belanja untuk barang-barang bukan dari proses
pengadaan, begitu barang tersebut diserahkan kepada pengurus barang,
barang tersebut harus dilengkapi dengan berita acara, lalu wajib
diberikan dokumen kontrak, jadi pengurus barang harus memeriksa
terlebih dahulu berita acara yang ada. dengan dokumen kontraknya
sesuai tidak isi dari keduanya tersebut dengan barang yang diterima,
setelah itu si pengurus barang melaporkan kepada pimpinan lalu
masing-masing OPD diberikan Surat Perintah Penyaluran Barang, dari
hasil survey tersebut pengurus barang menyalurkan barang tertsebut
siapa saja yang membutuhkannya dengan Berita Acara Serah Terima
Barang, fungsinya yaitu apabila barang itu hilang maka dapat diketahui
siapa pemenangya, dan dia harus bertanggung jawab karena ada Berita
Acara Serah Terima Barang.” (9 Januari 2019, di Disnakertrans Kab
Serang)
Adapun jawaban serupa disampaikan oleh I2 sebagai Kepala dinas
disnakertrans Kab Serang yang bertanggung jawab pada proses
pengawasan dan pengendalian, sebagai berikut;
“Mencatat secara tertib dan teratur penerimaan barang,
pengeluaran barang dan keadaan persediaan barang ke dalam Kartu
Inventaris Barang, yang menurut jenisnya itu ada lima ya, ada buku
inventaris, buku barang pakai habis, buku hasil pengadaan, kartu
barang, kartu persediaan barang.” (9 Januari 2019, di Disnakertrans
Kab Serang)
Hal yang sama juga diterangkan oleh I3 yang menjabat sebagai
Sekretaris disnakertrans Kab Serang, yakni sebagai berikut;
“Kita merujuk pada Surat Keputusan Kepala Dinas, melalui SK
Kepala Dinas itu dikeluarkan SK PPTK, SK Pengawas nanti
pengendaliannya itu ada di SK PPTK dan SK Pengawas. Setiap hari
pengawas terjun ke lapangan, tapi ya karena kita kekurangan SDM bisa
sampai tiga hari sekali gantian sama pihak PPTK.” (9 Januari 2019, di
Disnakertrans Kab Serang)
111
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, I4 sebagai
Kasubag Umum disnakertrans Kab Serang juga menerangkan hal serupa,
sebagai berikut;
“ya harus dimanfaatkan dan diutamakan untuk kegiatan disni ya,
tidak semena-mena dilakukan untuk hal yang bersifat pribadi.”
(9 Januari 2019, di Disnakertrans Kab Serang)
Dari berbagai pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan pada
dimensi Pengawasan dan pengendalian peneliti berkesimpulan, Dalam
melakukan kegiatan pengelolaan aset tetap tentulah tidak terlepas dari
sebuah pengawasan dan pengendalian untuk memantau/ memonitoring
jalannya sebuah proses pengelolaan aset tetap tersebut.
Proses pengawasan dan pengendalian aset tanah di Kelurahan
Kepuren, mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19
Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah,
karena pada peraturan tersebut terdapat tatacara mengenai proses
pengawasan dan pengendalian. Inspektorat melakukan pengawasan dan
pengendalian dengan cara menilai apakah pelaksaan tugas sudah sesuai
dengan peraturan perundang- undangan dengan memenuhi 3E prinsip
yaitu Efektif, Efisien dan Ekonomis, lalu selanjutnya kita memberikan
rekomendasi pemeriksaan dan mengacu pada SA- AIPI (Standard Audit
112
Auditor Interent Pemerintah Indonesia) dan nantinya akan dipertanggung
jawabkan.
Dalam perkembangan teknologi, tentu berkembanglah suatu
sistem infromasi manajemen yang membantu proses kerja pada bidang
pemerintahan. Dengan menggunakan SIMA (Sistem Informasi
Manajemen Aset) perlu dilakukan untuk mempermudah proses
pengelolaan aset tanah. Disnakertrans menggunakan aplikasi bernama
ATISISBADA (Aplikasi Teknologi Informasi Siklus Barang Daerah),
yang mana merupakan sistem informasi Manajemen yang berfungsi
dalam pengelolaan data dan informasi Barang Milik Daerah secara
online, yang bisa diakses oleh para pengurus barang milik daerah di
masing- masing dinas atau instansi pemerintah.
Aplikasi tersebut memiliki fungsi dalam mengelola barang milik
daerah dan dikelola secara online, serta mampu diakses oleh semua
pengurus barang mili daerah pada masing- masing Organisasi Perangkat
Daerah. ATISISBADA selalu diperbaharui atau diupdate untuk
mendapatkan hasil yang valid. Diperbaharui setiap ada barang milik
daerah baik dari proses inventarisasi, pencatatan, hingga pada proses
penghapusan barang milik daerah. Hal ini agar memudahkan pengelola
barang dalam mengawasi serta mengendalikan asetnya dengan baik.
113
Gambar 4.4
Aplikasi Teknologi Siklus Barang Daerah
4.3 Pembahasan
Langkah selanjutnya dalam proses analisis data adalah melakukan
ringkasan pembahasan dari hasil penelitian. Ringkasan pembahasan dari hasil
penelitian ini dilakukan untuk memberikan penafsiran terhadap hasil yang
diperoleh selama penelitian berlangsung. Adapun hasilnya adalah:
1. Inventarisasi Aset
Dalam proses pengadaan terhadap Dinas tenaga kerja dan transmigrasi
Kabupaten Serang sudah dilakukan dengan baik, hal ini dapat diketahui
dengan proses pengadaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Serang dalam pengadaan aset tetap berdasarkan dari permohonan setiap
114
SKPD yang kemudian disusun dalam Rencana Kebutuhan Barang Milik
Daerah (RKBMD). Kemudian Dinas tenaga kerja dan transmigrasi
Kabupaten Serang dalam kegiatan pengadaan untuk semua barang milik
daerah menggunakan epurchasing. Kemudain, proses pencatatan pada
aset tetap di Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Serang belum
berjalan dengan baik, baik sesuai dengan kodefikasi/labeling pada aset
tetap disana dikarenakan kekurangan sumberdaya manusia membuat
proses pencatatan menjadi sedikit terhambat atau terlewat dalam
penulisan, walaupun kodefikasi/labeling pada aset tetap Dinas tenaga
kerja dan transmigrasi Kabupaten Serang dengan mengelompokkannya
belum berjalan dengan baik dan masih banyak kekurangan. Hal ini tentu
saja belum sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007. Namun, dengan adanya permasalahan inventarisasi aset tetap
di Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Serang, dapat
membuktikan bahwa sebenarnya kegiatan inventarisasi aset belum baik,
padahal proses inventarisasi merupakan jantung bagi sebuah instansi
pemerintahan di dalam pengelolaan aset, dan juga adanya kegiatan
inventarisasi yang baik mempunyai manfaat bagi Pemerintah Kabupaten
serag dan dinas itu sendiri, agar dapat mengendalikan, memanfaatkan,
mengamankan, serta mengawasi setiap aset tetap Dinas tenaga kerja dan
transmigrasi Kabupaten Serang yang tersebar disetiap SKPD, kemudian
dengan adanya inventarisasi yang baik juga dapat mengetahui bahwa aset
115
tetap tersebut, sudah termanfaatkan dengan baik sesuai dengan tujuan dan
fungsinya. Adapun permasalahan inventarisasi aset pada aset tetap yaitu,
kurangnya sumber daya manusia yang membuat proses pencatatan
inventarisasi disana menjadi kurang maksimal, dalam hal labeling/koding
dan kegiatan inventarisasi aset yang lainnya. dalam hal ini sumber daya
manusia di pengelola aset menjadi sasaran utama permasalahan aset tetap
Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Serang.
2. Legal audit
Legal audit sebagai lingkup kerja manajemen aset yang berupa
inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaann
atau pengalihan aset identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan
legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang
terkait dengan aset tetap di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Serang. Dimana, seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwa
proses legal audit yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang dengan tertib inventarisasi, sehingga
dengan tertib dalam inventarisasi ini dapat memudahkan BPKAD
Kabupaten Serang dalam menyajikan data secara valid, namun jika dilihat
proses legal audit yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Serang kurang berjalan dengan baik, buktinya
kekurangan orang dibagian pengelola aset menjadi masalahnya yaitu
dalam pelaksanaan legalitas aset tetap menjadi alasan kenapa tidak
116
berjalan dengan baik pada pelaksanaannya. Jadi untuk melakukan
inventarisasi untuk menjadi tertibnya kadang terkendala dalam
pelaksanaan legal audit.
3. Penilaian aset
Proses penilaian aset pada aset tetap di Dinas tenaga kerja dan
transmigrasi Kabupaten Serang, seperti yang telah dipaparkan diatas yaitu
dapat diketahui bahwa, Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten
Serang tidak melakukan proses penilaian pada aset tetap akan tetapi Dinas
tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Serang dalam melakukan proses
penilaian atas aset tetapnya menggunakan jasa penilai independen dari
pihak ketiga atau swasta, dimana penilai ketiga yang dipilih oleh
Pemerintah Kabupaten Serang ini, harus memiliki sertifikat pada
penilaian aset, namun pihak ketiga atau swasta ini juga dalam setiap
melakukan penilaian aset dipilih secara berbeda-berbeda agar dapat
mengetahui nilai yang konkrit dari aset tetap tersebut, sehingga hal ini
juga dapat memudahkan dalam menetapkan serta mengetahui nilai barang
atau nilai dari aset tetap tersebut.
Penilaian barang milik daerah merupakan suatu proses ilmiah yang
dilakukan oleh seorang penilai untuk mendapatkan estimasi nilai suatu
barang milik Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Serang
untuk aset tetap, maka penilaian dilakukan dengan cara penilaian oleh tim
penilai dengan melihat berbagai hal seperti lokasi, jenis, merk, tipe,
117
jumlah, ukuran kondisi dan kelengkapan data lainnya, untuk mendukung
nilai suatu aset.
4. Optimalisasi aset
Proses optimalisasi pada aset tetap belum berjalan dengan baik dan
maksimal, hal ini dapat dilihat Aset yang berpotensi tentunya harus
digunakan dengan sebaik mungkin agar aset yang telah dimiliki tidak
hanya dimiliki tanpa dipergunakan dan dimanfaatkan. Maka dari itu, aset
yang dimiliki harus dikelola dan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Karena aset yang berpotensi apabila dioptimalkan dalam
penggunaannya akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dan
juga laporan yang ada di disnakertrans ini harus berjalan kembali tidak
hanya mengandalkan pegelola aset yang menanggung semua laporan
bidang-bidang. Dan juga tidak ada ruangan untuk menyimpan aset
sangatlah tidak sesuai prosedur yang ada, yang menjadikan pengelolaan
aset dalam optimalisasinya kurang baik dan maksimal.
5. Pengawasan dan pengendalian
Proses pengawasan dan pengendalian pada aset tetap Dinas tenaga kerja
dan transmigrasi Kabupaten Serang, dapat diketahui berdasarkan
pemaparan seluruh informan, bahwa proses kegiatan pengawasan dan
pengendalian pada aset tetap Dinas tenaga kerja dan transmigrasi
Kabupaten Serang sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada
118
kegiatan yang dilakukan oleh pihak Inspektorat Kabupaten Serang, yang
selalu memantau kegiatan inventaris yang dilakukan oleh Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kab Serang dalam
menyusun 5 (lima) Kartu Inventaris Barang (KIB). Kemudian, dalam
proses kegiatan pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset pada
aset tetap Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Serang yang
dilakukan oleh Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Serang dan
BPKAD Kab Serang sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat
pada aplikasi ATISISBADA (Aplikasi Teknologi Informasi Siklus
Barang Daerah) yang memudahkan dalam menyajikan data secara valid
dan selalu diperbaharui oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kab Serang.
119
Tabel 4.3
Hasil Temuan Lapangan
No Indikator Hasil Temuan Lapangan
1
Inventarisasi Aset
1. belum baiknya dalam melaksanakan inventarisasi
aset hasilnya dalam pelaksanaannya kurang
optimal dalam keluar masuknya aset
2
Legal Audit
1. Pelaksanaan legal audit sudah baik, dalam
prosesnya juga semua tentang tanah gedung
ataupun aset yang tidak bergerak sudah di legalkan
mengenai dokumen, kepemilikan dan sertifikat.
3
Penilaian Aset
1. Penilaian aset sudah berjalan baik, disnakertrans
dalam melakukan proses penilaian atas aset
tetapnya menggunakan jasa penilai independen
dari pihak ketiga atau swasta, dan sudaah berjalan
dengan baik karna disnakertrans menyiapkan
segala dokumen untuk menjalankan prosedur yang
ada
4
Optimalisasi Aset
1. Optimalisasi aset belum berjalan dengan baik,
seharusnya potensi fisiknya masing-masing
dimanfaatkan tetapi aset yag memiliki potensi
tersebut haruslah digunakan sesuai dengan fungsi
dan kegunaannya, jika tidak digunakan maka aset
120
tersebut hanya membebani biaya pemeliharaan
saja.
2. Aset disetiap bidang seharusnya membuat laporan
tersendiri, jika tidak membuat aset tidak diketahui
keberadaanya, dan juga tidak memiliki ruangan
untuk aset tetap.
5
Pengawasan dan
Pengendalian aset
1. Proses kegiatan pengawasan dan pengendalian
pada aset tetap Disnakertrans sudah berjalan
dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan
yang dilakukan oleh pihak Inspektorat Kabupaten
Serang, yang selalu memantau kegiatan inventaris
yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (BPKAD) Kab Serang dalam
menyusun 5 (lima) Kartu Inventaris Barang (KIB).
120
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan yang
telah dipaparkan pada bab sebelumnya, sehingga penyimpulan akhir
mengenai Manajemen Pengelolaan Aset Tetap pada Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Serang:
1. Penulisan kodefiksi/labeling belum berjalan dengan baik karena untuk
pegawainya saja hanya 1 orang sedangkan aset tetap di dinas tenaga
kerja dan transmigrasi kabapeten serang banyak sekali yang harus
dicatat, oleh karena itu sumber daya manusia ada masalah utama
disana.
2. Mengenai dokumen, surat kepemilikan dan sertifikat sudah
terinventarisir dengan baik guna untuk legal audit, karena semua
proses legal audit membutuhkan itu.
3. Aset yang berpotensi tentunya harus digunakan dengan sebaik
mungkin agar aset yang telah dimiliki tidak hanya dimiliki tanpa
dipergunakan dan dimanfaatkan. Maka dari itu, aset yang dimiliki
harus dikelola dan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya masing-
masing. Karena aset yang berpotensi apabila dioptimalkan dalam
penggunaannya akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
4. Laporan yang ada di disnakertrans ini harus berjalan kembali tidak
hanya mengandalkan pegelola aset yang menanggung semua laporan
121
setiap bidang-bidang. Dan juga tidak ada ruangan untuk menyimpan
aset sangatlah tidak sesuai prosedur yang ada, yang menjadikan
pengelolaan aset dalam optimalisasinya kurang baik dan maksimal.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian,
maka peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan
dan pertimbangan sehingga tercapainya manajemen pengelolaan aset tetap
pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang efektif dan
efisien di dalam penggunaannya. Adapun saran tersebut yaitu sebagai
berikut:
1. Agar proses pencatatan berjalan secara maksimal dibutuhkan tambahan
sumber daya manusia bagian pengelola aset, agar nanti ketika prosesnya
berjalan dengan efisien dan efektif.
2. menurut peneliti sebaiknya dibuatkan ruangan aset secepatnya agar semua
aset tetap di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Serang
tertata rapi dan mudah untuk dicari/dilihat ketika ingin mencarinya
ditambah ketika dalam pelaksanaan penilaian aset tidak ada hasil
penyusutan nilai Rp. 1,0- agar gampang terpeliharandan segala sesuatu
tentang aset tetap ada dalam satu ruangan aset.
3. ATISISBDA harus terus dikembangkan lagi sehingga tak ada celah untuk
terjadinya Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh kuasa
pengguna ataupun pengguna kuasa.
122
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku
Arifin. B., Setiadi, R., dan Setiawan, M.Y., 2003, “Manajemen Kekayaan
Negara”. Jurnal Akutansi dan Keuangan Sektor Publik, volume 04 No. 02
Agustus 2003 halaman 10 s.d 19. FEB UGM Yogyakarta.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu.S.P. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah.
Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.
Hidayat, Muchtar. 2012. Manajemen Aset (Privat dan Publik).
Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.
Mardiasmo. 2004. Akutansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Mursyidi. 2009. Akutansi Pemerintahan di Indonesia. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusadi, Ruslan. 1998. Manajemen Publik Relation dan Media
Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Siregar, Doli.D. 2004. Optimalisasi Pemberdayaan Harta Kekayaan
Negara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Manajemen Pemerintahan. Pertja. Jakarta.
Yusuf, M. 2010. 8 Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju
Pengelolaan Keuangan Daerah Terbaik. Jakarta: Salemba Empat.
123
Dokumen
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun
2006 Tentang Standarisasi Sarana dan Prasaran Kerja
Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Undang-undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan
Peraturan Pemerintah.
Undang-undang No.27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
Peraturan Mentri Dalam Negri No. 19 Tahun 2016 tantang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
LAMPIRAN-LAMPIRAN
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Agus Sutiadi, S.Kom.
Pekerjaan/Jabatan : Pengelola aset Disnakertrans
Umur : 46
Menyatakan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang tertera
di lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagaimana tersebut di bawah ini:
Nama : Dimas Prayoga
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
NIM : 6661141497
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluan keabsahan data dalam penelitian ini.
MEMBER CHECK
1. Bagaimana proses inventarisasi aset tetap di disnakertrans kab serang?
Prosesnya yaitu barang masuk, belanja untuk barang bukan dari proses
pengadaan, selanjutnya barang tersebut diserahkan kepada saya sebagai
pengelola aset, barang tersebut harus dilengkapi dengan berita acara ya.
Lalu saya melaporkan kepada pimpinan dan masing-masing OPD
diberikan Surat Perintah Penyaluran Barang, dari hasil survey tersebut
saya menyalurkan barang kepada siapa saja nih yang membutuhkan
barang tersebut dengan Berita Acara Serah Terima dan fungsi dari Berita
Acara Serah Terima Barang kalau barang ada yang hilang maka bisa
diketahui siapa pemegangnya dan dia harus bertanggung jawab. Kalau
sekarang, tugas dan kewajibannya saya itu menginventaris saja dia
mengolah langsung kalau barang untuk barang pakai habis, jadi kelola
langsung dengan membuat kartu barang. Pada akhir tahun kita bikin
laporannya nanti dengan menggunakan Buku Inventaris Barang (KIB).
2. Bagaimana proses pengelompokkan aset di Pemerintah Kota Serang?
Dalam pencatatan aset yang kita miliki, kita melakukan pencatatan mulai
dari luas tanah, kemudian untuk gedung, bangunan, aset lain seperti
barang juga yg terdapat didalam kantor kita catat dan untuk apa,
semuanya dicatat untuk mempermudah monitoring dan proses pencatatan
ini dimulai dari masing-masing OPD kemudian koordinasi dan dicocokan
sama data yang ada di BPKAD selaku pengelola barang milik daerah.
3. Bagaimana proses pencatatan terhadap fisik aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Untuk aset tetapnya seperti barang yangg terdapat didalam kantor itu ya itu
diberikan identitas ya misalnya adanya penempellan kertas, guna nya
untuk apa agar gampang kita mencarinya dan kita catat dalam Kartu
Inventaris Barang.
4. Bagaimana proses pendataan legalitas aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Proses kepemilikan atas asset tetap tersebut beragam bisa dari hasil
pengadaan, dan paling banyak itu berasal dari yang sudah dulu-dulu
sebelum saya menjadi pengelola aset, dan dokumennya itu tidak lengkap
untuk aset pada tahun yang sangat lampau, dalam hal pengadaan aset
tetap yang kita miliki itu belum maksimal untuk data yang ada
5. Bagaimana proses pendataan kepemilikan aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Biasanya dilakukan survey dan dilakukan sensus selama 5 (lima) tahun sekali.
6. Apa landasan hukum dalam manajemen aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Landasan hukum dalam pengelolaan barang milik daerah kita
menggunakan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
jadi didalamnya dijelaskan masing-masing tugas, wewenang, dan
pengelolaannya jadi kita tinggal ngikutin untuk mengelolaanya. Agar
dalam kegiatan mengelola barang milik daerah itu terarah, tidak terjadi
tumpang tindih pekerjaan, dan pengelolaan baik serta dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
7. Bagaimana prosedur tentang memperoleh legalitas kepemilikan aset tetap?
dalam prosedurnya pengelola aset, data pengadaan, data kepemilikan harus
ada terlebiih dahulu karena untuk melanjutkan proses kepemilikan
legalitas jika tidak punya data pendukung seperti yang disebutkan tadi
akan sulit ketika prosesnya
8. Masalah apa saja yang dihadapi oleh disnakertrans dalam proses legal
audit?
Setelah adanya pengadaaan ketika akan di inventarisasi kan kedalam kib
dan ATISISBADA para pengguna aset kadang tidak memberika laporan
tentang pengadaan yg telah mereka laporkan jadi ketika di legal audit saya
selaku pengelola aset merasa kesulitan ditambah kekurangan orang disini
9. Bagaimana proses penilaian terhadap aset tetap yang dimiliki oleh
disnakertrans?
Untuk penilaian aset itu yang melakukan Kantor Jasa Penilai Publik
(KJJP) dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
Mereka yang melakukan penilaian karena memang dibidangnya jadi
penilaian yang sudah ditetapkan valid, jadi bukan wewenang dan tugas
kita untuk melakukan penilaian aset.
10. Bagaimana Sistem dan Prosedur pihak disnakertrans melakukan proses
optimalisasi atas aset tetap yang dimiliki?
Untuk proses penyewaan itu pertama pengajuan pengusulan penyewaan,
setelah itu pihak BPKAD melakukan proses pengecekan fisik langsung,
menunggu persetujuan dari Walikota dan setelah disetujui maka akan
dikeluarkan surat keterangan pemanfaatan sifatnya mengikat, jangka
waiktunya itu maksimal 5 (lima) tahun.
11. Bagaimana bisa aset tidak termonitor antar bidang di disnakertrans kab
serang?
Karena ketika saya sudah mengumumkan diakhir tahun kepada setiap
kepala bidang untuk memberikan laporan aset kepada saya ternyata
mereka-merka tidak memberikan laporannya dan tidak memakai alasan,
jadi untuk memonitor aset yang berada didalam kantor atau pun diluar
kantor rasanya sangat sulit kalau tidak memakai laporan dari kepala
bidang
12. bagaimana bisa di disnakertrans kab serang tidak memiliki ruangan aset
tetap?
bagaimana ya karena disini kami menyimpan aset atau barang yang
hanya punya jangka waktu selama setahun, sehingga untuk menyimpan
segala aset tersimpan didalam kantor dan sama sekalii tidak memiliki
ruangan untuk menyimpan segala aset tetap. tapi itu juga menghambat
pengoptimalisasi aset yg ada disini dikarenakan banyak barang hilang
tidak tahu menahu dan kemana. sehigga sangat tidak optimal juga untuk
aset diisini
13. Bagaimana proses pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan aset
tetap di disnakertrans?
Barang masuk, belanja untuk barang-barang bukan dari proses
pengadaan, begitu barang tersebut diserahkan kepada pengurus barang,
barang tersebut harus dilengkapi dengan berita acara, lalu wajib diberikan
dokumen kontrak, jadi pengurus barang harus memeriksa terlebih dahulu
berita acara yang ada
14. Bagaimana sistem dan prosedur dalam pengawasan dan pengendalian
dalam kegiatan inventariasi aset tetap?
Barang masuk, belanja untuk barang-barang bukan dari proses
pengadaan, begitu barang tersebut diserahkan kepada pengurus barang,
barang tersebut harus dilengkapi dengan berita acara, lalu wajib diberikan
dokumen kontrak, jadi pengurus barang harus memeriksa terlebih dahulu
berita acara yang ada. dengan dokumen kontraknya sesuai tidak isi dari
keduanya tersebut dengan barang yang diterima, setelah itu si pengurus
barang melaporkan kepada pimpinan lalu masing-masing OPD diberikan
Surat Perintah Penyaluran Barang, dari hasil survey tersebut pengurus
barang menyalurkan barang tertsebut siapa saja yang membutuhkannya
dengan Berita Acara Serah Terima Barang, fungsinya yaitu apabila
barang itu hilang maka dapat diketahui siapa pemenangya, dan dia
harus bertanggung jawab karena ada Berita Acara Serah Terima Barang.
Informan
...................................
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Drs. H. Agus Rusli, M.Pd.
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Umur : 53
Menyatakan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang tertera
di lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagaimana tersebut di bawah ini:
Nama : Dimas Prayoga
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
NIM : 6661141497
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluan keabsahan data dalam penelitian ini.
MEMBER CHECK
15. Bagaimana proses inventarisasi aset tetap di disnakertrans kab serang?
Pencatatan saja dan yang pasti dilakukan pengecekan fisiknya dan
koordinasi antara BPKAD kabupaten Serang, agar data yang dimiliki
benar dan sesuai dengan apa yang ada di lapangan sehingga laporan yang
kita bikin dapat dipertanggung jawabkan. Inventarisasi dilakukan dengan
cara pencatatan semua aset yang dimiliki oleh Pemkot Serang, setiap aset
yang kita lakukan pengadaan maka dilakukan pencatatan pula terhadap
aset tersebut.
16. Bagaimana proses pengelompokkan aset di Pemerintah Kota Serang?
Semua aset yang kita punya dikelompokkan sesuai dengan jenisnya, kalo
aset tanah itu kita catat di KIB A, aset perlatan dan mesin di KIB B,
gedung dan bangunan kita catat di KIB C, jalan irigasi dan jaringan kita
catat di KIB D, KIB E itu untuk aset tetap lainnya.
17. Bagaimana proses pencatatan terhadap fisik aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Kalo untuk melakukan pengecekan fisik asetnya minimal kegiatan
pengecekan ini dilakukan dua minggu sekali, untuk proses pengecekan
dalam pengerjaan kalo biasanya sih bangunan ya, dilihat sudah berapa
persen pekerjaan yang sedang dikerjakan misalnya sudah 25% dan hal
apa saja yang sudah dikerjakan lalu muncul nilai pekerjaan sebesar 25%
gitu.
18. Bagaimana proses pendataan legalitas aset tetap di disnakertrans kab
serang?
sulit untuk menjelaskan, intinya dalam prosesnya bahqasannya kami
sering mendapati kesulitan, karena tidak termonitornya aset dan laporan
setiap bidang mandet, akhirnya untuk pendataan legalitasnya sedikit sulit
19. Bagaimana proses pendataan kepemilikan aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Melakukan survey yang berkoordinasi antara pihak BPKAD, dan dilakukan selama tri semester, 6 bulan dan setahun
20. Apa landasan hukum dalam manajemen aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah
21. Bagaimana prosedur tentang memperoleh legalitas kepemilikan aset tetap?
sulit untuk menjelaskan, intinya dalam prosesnya bahqasannya kami
sering mendapati kesulitan, karena tidak termonitornya aset dan laporan
setiap bidang mandet, akhirnya untuk pendataan legalitasnya sedikit sulit
22. Masalah apa saja yang dihadapi oleh disnakertrans dalam proses legal
audit?
Tidak tercatat dalam buku Inventaris Barang, dan tidak dapat
menunjukkan bukti-bukti perolehan, fisik tidak dikuasai.
23. Bagaimana proses penilaian terhadap aset tetap yang dimiliki oleh
disnakertrans?
Penilaian bukan dilakukan oleh pihak BPKAD, namun dilakukan oleh
pihak KKJP dan KPKNL mereka yang punya wewenang dan juga kita
tidak ada campur tangan
24. Bagaimana Sistem dan Prosedur pihak disnakertrans melakukan proses
optimalisasi atas aset tetap yang dimiliki?
Cukup melakukan pengecekan saja dan ada tim nya yang ditentukan oleh
Kepala BPKAD dan ada surat tugasnya.. Dalam pengawasan dan
pengendalian kita melakukan berbagai tahapan ya, yaitu pengawasan
reguler, pemeriksaan kasus, pemeriksaan dengan tujuan tertentu, setelah
itu ada bagian tindak lanjut sebagai implementasi dari hasil pengawasan,
jadi kalau dibilang optimal setiap bagian pasti ada yang harus diperbaiki
dan kita disini Inspektorat bukanlah Aparat Penegak Hukum, Kepolisian,
Jaksa, jadi kita hanya sebagai internal untuk pendukung.
25. Bagaimana bisa aset tidak termonitor antar bidang di disnakertrans kab
serang?
karena kurangnya rasa kesadaran atau mungkin karena masalah aset dan
segala pelaporannya dianggap enteng oleh para bidang disini sehingga
seenaknya menggunakan aset dan tidak memberikan laporan tentang aset
yang sudah digunakan atau juga tidak ada tanggung jawab karenanya tidak
termonitor aset di dinas ini
26. bagaimana bisa di disnakertrans kab serang tidak memiliki ruangan aset
tetap?
karena menurut kami cukuplah barang tersebut berada ditengah-tengah
dalam kantor tidak perlu memiliki ruangan untuk aset-aset yang berada
disini, sehingga tidak jadi masalah atas aset yg tergeletak didalam kantor
27. Bagaimana proses pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan aset
tetap di disnakertrans?
Mencatat secara tertib dan teratur penerimaan barang, pengeluaran barang
dan keadaan persediaan barang ke dalam Kartu Inventaris Barang, yang
menurut jenisnya itu ada lima ya, ada buku inventaris, buku barang pakai
habis, buku hasil pengadaan, kartu barang, kartu persediaan barang.
28. Bagaimana sistem dan prosedur dalam pengawasan dan pengendalian
dalam kegiatan inventariasi aset tetap?
Mencatat secara tertib dan teratur penerimaan barang, pengeluaran barang
dan keadaan persediaan barang ke dalam Kartu Inventaris Barang, yang
menurut jenisnya itu ada lima ya, ada buku inventaris, buku barang pakai
habis, buku hasil pengadaan, kartu barang, kartu persediaan barang.
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hj. Yayah Sunariyah, S.Pd, M.Si.
Pekerjaan/Jabatan : Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Umur : 43
Menyatakan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang tertera
di lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagaimana tersebut di bawah ini:
Nama : Dimas Prayoga
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
NIM : 6661141497
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluan keabsahan data dalam penelitian ini.
MEMBER CHECK
1. Bagaimana proses inventarisasi aset tetap di disnakertrans kab serang?
Inventarisasi dilakukan dengan cara pencatatan semua aset yang dimiliki
oleh dinas ini, setiap aset yang kita lakukan pengadaan maka dilakukan
pencatatan pula terhadap aset tersebut.
2. Bagaimana proses pengelompokkan aset di Pemerintah Kota Serang?
KIB A: Tanah, KIB B: Peralatan dan Mesin, KIB C: Gedung dan
Bangunan,
KIB D: Jalan, Irigasi dan Jaringan, KIB E: Aset Tetap Lainnya, KIB F:
Konstruksi dalam Pengerjaan.
3. Bagaimana proses pencatatan terhadap fisik aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Pengukuran fisik untuk aset tetap, lalu kita melakukan sensus dengan cara
melakukan dokumenntasi satu per satu kita datangin aset tetap yang ada,,
lalu kita bikin laporan hasil sensus yang telah disediakan, evaluasi dan
validasi, perbaikan pencatatan ke dalam aplikasi ATISISBADA.
4. Bagaimana proses pendataan legalitas aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Proses kepemilikan atas aset tetap tersebut beragam bisa dari hasil
pengadaan, dan paling banyak itu berasal dari yang sudah dulu-dulu
sebelum saya menjadi pengelola aset, dan dokumennya itu tidak lengkap
untuk aset pada tahun yang sangat lampau, dalam hal pengadaan aset
tetap yang kita miliki itu belum maksimal untuk data yang ada
5. Bagaimana proses pendataan kepemilikan aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Biasanya dilakukan survey dan dilakukan sensus selama 5 (lima) tahun sekali.
6. Apa landasan hukum dalam manajemen aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Landasan hukum yangkita gunankan yaitu peraturan yang berlaku saat ini
untuk Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) kita pakai Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016.
7. Bagaimana prosedur tentang memperoleh legalitas kepemilikan aset tetap?
untuk kepemilikan rasanya tidak ada masalah ya disini, mungkin untuk
prosesnya tidak ada sengketa ataupun apa jadi sangat mudah
8. Masalah apa saja yang dihadapi oleh disnakertrans dalam proses legal
audit?
rasanya sulit juga ya bagi setiap bidang yang tidak melaporkan aset
tetapnya kepada pengelola aset sehingga membuat proses legal audit
sedikit kesulitan
9. Bagaimana proses penilaian terhadap aset tetap yang dimiliki oleh
disnakertrans?
Ada Jasa Penilai Publik (KJJP) dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
dan Lelang (KPKNL) gunanya mereka yang melakukan penilaian
terhadap aset yang kami punya, dan kita tidak ada wewenang untuk
melakukan penilaian
10. Bagaimana Sistem dan Prosedur pihak disnakertrans melakukan proses
optimalisasi atas aset tetap yang dimiliki?
Untuk pengoptimalisasinya, kami melalukan pengecekan memberikan
plat-plat, atau barcode, atau sebuah nama untuk ditempelkan di aset
tersebut, sehingga kami tau ada dimana aset tersebut dipergunakan baik
atau tidaknya juga.
11. Bagaimana bisa aset tidak termonitor antar bidang di disnakertrans kab
serang?
ketika pengelola aset meminta laporan aset tetap per kuartal, setiap bidang
selalu tidak memberikan hasil laporan itu, ada yang berleha-leha atau
apalah, akhirnya pengelola aset sendiri yang harusmengecek dan membuat
laporan itu sendiri, memakan waktu dan kekurangan tenaga kerja juga
12. bagaimana bisa di disnakertrans kab serang tidak memiliki ruangan aset
tetap?
mungkin dikarenakan pengadaan kita tidak serepot di dinas-dinas besar
dan juga arena gedung yg kami punya tidak ada ruang lagi kecuali
direncanakan, sehingga dari semua aset
13. Bagaimana proses pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan aset
tetap di disnakertrans?
Saya sendiri yang mengawasi langsung dan pengendalian juga terhadap
aset tetap disini yang mana tau segala proses aset yang berlangsung disini
14. Bagaimana sistem dan prosedur dalam pengawasan dan pengendalian
dalam kegiatan inventariasi aset tetap?
Kita merujuk pada Surat Keputusan Kepala Dinas, melalui SK Kepala
Dinas itu dikeluarkan SK PPTK, SK Pengawas nanti pengendaliannya itu
ada di SK PPTK dan SK Pengawas. Setiap hari pengawas terjun ke
lapangan, tapi ya karena kita kekurangan SDM bisa sampai tiga hari
sekali gantian sama pihak PPTK
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yoppi Rudiawan Sidik, ST, M.Si
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Umur : 45
Menyatakan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang tertera
di lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagaimana tersebut di bawah ini:
Nama : Dimas Prayoga
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
NIM : 6661141497
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluan keabsahan data dalam penelitian ini.
MEMBER CHECK
1. Bagaimana proses inventarisasi aset tetap di disnakertrans kab serang?
Mulai dari proses pengadaan kemudian adanya rekonsiliasi, setelah itu
survey lokasi dan dicatat dalam ATISISBADA
2. Bagaimana proses pengelompokkan aset di Pemerintah Kota Serang?
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 ya,
semuanya sudah dikelompokkan dengan jelas di dalam peraturan tersebut.
3. Bagaimana proses pencatatan terhadap fisik aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Yang paling penting dalam proses setelah pengadaan langsung tercatat
dalam KIB langsung diteruskan dalam sistem ATISISBADA sehingga kita
punya data aset tersebut
4. Bagaimana proses pendataan kepemilikan aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Biasanya ada pencatatan terus ada juga survey kalo tidak salah setiap 5
tahun
5. Apa landasan hukum dalam manajemen aset tetap di disnakertrans kab
serang?
Semua kegiatan yang kita lakuin itu semuanya berdasarkan peraturan
yang berlaku ya kalo dalam pengelolaan barang milik daerah kita
menggunakan dan berpacu dengan peraturan yang berlaku juga mengenai
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016, walaupun ada
peraturan lainnya yang menyangkut tapi peraturan yang utamanya ini
yang kita pakai
6. Bagaimana prosedur tentang memperoleh legalitas kepemilikan aset tetap?
Rasanya setiap aset tetap yang ada disini sudah legal ya tidak ada kesulitan
sama sekali mungkin untuk pelaksaannya saja dilapangan mungkin yang
kekurangan orang ketika membuat sertifikat sertikat tertentu
7.
8. Masalah apa saja yang dihadapi oleh disnakertrans dalam proses legal
audit?
Tidak ada masalah sepertinya hanya ya itu tadi kekurangan orang mungkin
jika akan melalukan kegiatan yg berkaitan dengan aset
9. Bagaimana proses penilaian terhadap aset tetap yang dimiliki oleh
disnakertrans?
dimana pihak yang ada disini akan bekerja sama dengan BPKAD
Bagaimana Sistem dan Prosedur pihak disnakertrans melakukan proses
optimalisasi atas aset tetap yang dimiliki?
cukup melakukan pengecekan saja sesuai kan penggunaan aset tersebut
seuai dengan fungsinya, tidak digunakan untuk kepentingan sendiri
10. Bagaimana bisa aset tidak termonitor antar bidang di disnakertrans kab
serang?
betul sekali sangat tidak termonitor disini, yang seharusnya mempunyai
laporan sndri di setiap bidang yang diserahkan kepada pengelola aset,
hanya saja pengelola aset sendiri yang harus memonitor aset-aset yang ada
disetiap bidang dan menulis laporannya sendiri tentang aset aset yag ada di
setiap bidang
11. bagaimana bisa di disnakertrans kab serang tidak memiliki ruangan aset
tetap?
karena mungkintidak diperlukan ya disini, jadi segala aset yang ada disini
sudah aman dan terjaga.
12. Bagaimana proses pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan aset
tetap di disnakertrans?
kalau untuk pengawasan kita sudah kerja sama dengan BPKAD kita
tinggal mengecek lagi dan menunggu hasil tersebut
13. Bagaimana sistem dan prosedur dalam pengawasan dan pengendalian
dalam kegiatan inventariasi aset tetap?
tentunya di catat ya tapi ada saja pasti barang yang tidak terinvetarisasi
dengan baik, karena kelalain tentunya, jadi kekurangan tenaga kerja di
pengelolaan aset sangatlah berpengaruh dalam prosedur untuk invetarisasi
aset
14. Bagaimana sistem dan prosedur dalam pengawasan dan pengendalian
dalam kegiatan optimalisasi pemanfaatan aset tetap?
ya harus dimanfaatkan dan diutamakan untuk kegiatan disni ya, tidak
semena-mena dilakukan untuk hal yang bersifat pribadi
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Irma Herlina, S.Sos.
Pekerjaan/Jabatan : Pengguna Aset Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Umur : 41
Menyatakan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang tertera
di lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagaimana tersebut di bawah ini:
Nama : Dimas Prayoga
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
NIM : 6661141497
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluan keabsahan data dalam penelitian ini.
MEMBER CHECK
1. Bagaimana proses inventarisasi aset tetap di disnakertrans kab serang?
saya biasanya melakukan pengadaan saja dalam aset yang ingin saya
pakai dibidang saya
2. Bagaimana bisa aset tidak termonitor antar bidang di disnakertrans kab
serang?
kalo masalah itu mungin tidak ada pedoman harus seprti apa
menyampaikan laporan ke pengelola aset
Informan
............................
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Iwan Setiawan, SE, MM
Pekerjaan/Jabatan : Pengguna Aset Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Umur : 39
Menyatakan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang tertera
di lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagaimana tersebut di bawah ini:
Nama : Dimas Prayoga
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
NIM : 6661141497
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluan keabsahan data dalam penelitian ini.
MEMBER CHECK
1. Bagaimana proses inventarisasi aset tetap di disnakertrans kab serang?
bidang yang butuh barang baru, nanti bisa minta kepengelola aset
2. Bagaimana bisa aset tidak termonitor antar bidang di disnakertrans kab
serang?
kalo masalah itu kurang tau, pengelola aset lebih tau sepertinya
Informan
............................
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ugun Gurmilang, SP, ST, M.Si
Pekerjaan/Jabatan : Pengguna Aset Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Umur : 38
Menyatakan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang tertera
di lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagaimana tersebut di bawah ini:
Nama : Dimas Prayoga
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
NIM : 6661141497
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluan keabsahan data dalam penelitian ini.
MEMBER CHECK
1. Bagaimana proses inventarisasi aset tetap di disnakertrans kab serang?
kalo ada barang masuk atau keluar biasanya ada laporannya, seperti itu
sih pengadaan juga harus di masukan ke dalam laporan
2. Bagaimana bisa aset tidak termonitor antar bidang di disnakertrans kab
serang?
yang itu saya kurang tau
Informan
............................
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Drs. Yusrachmaidi, MM
Pekerjaan/Jabatan : Pengguna Aset Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Umur : 39
Menyatakan benar bahwa telah dilaksanakan wawancara dengan hasil yang tertera
di lampiran untuk keperluan penelitian skripsi yang dilakukan oleh nama
sebagaimana tersebut di bawah ini:
Nama : Dimas Prayoga
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Administrasi Publik
Untirta
NIM : 6661141497
Saya tidak keberatan apabila nama saya dicantumkan dalam penelitian ini, guna
keperluan keabsahan data dalam penelitian ini.
MEMBER CHECK
1. Bagaimana proses inventarisasi aset tetap di disnakertrans kab serang?
saya biasanya mengajukan pengadaan nanti masuk ke buku aset yang
keluar masuk
2. Bagaimana bisa aset tidak termonitor antar bidang di disnakertrans kab
serang?
bagian yang mengenai laporan-laporan tersebut kurang tau
Informan
............................
RIWAYAT HIDUP PENELITI
1 Nama : Dimas Prayoga
2 Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Agustus 1996
3 NIM : 6661141497
4 Jurusan : Administrasi Publik
5 Semester : X (Genap)
6 Tahun Ajaran : 2018-2019
7 Jenis Kelamin : Laki-Laki
8 Agama : Islam
9 Status Perkawinan : Belum Menikah
10 Pekerjaan : Mahasiswa
11 Alamat : Jl. Raya Puncak KM. 83 RT/RW 003/005 Desa Cibeureum
12 Riwayat Pendidikan : - SDN KOPO 1 (2002-2008)
- SMPT AL-MA’SHUM MARDIYAH (2008-2011)
- SMAT AL-MA’SHUM MARDIYAH (2011-2014)
- UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA (2014-Sekarang)
13 Riwayat Organisasi : -
Demikian daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat keterangan yang tidak benar maka saya bersedia dituntut di muka
pengadilan serta bersedia, menerima segala tindakan yang diambil oleh pemerintah.