manajemen resiko & coso internal control

30
RISK MANAGEMENT AND INTERNAL CONTROL 2.1 Pengendalian Internal (Internal Control) Internal control (IC) terdiri dari 2 kata, yaitu Internal dan Control. Internal memiliki arti berada dalam batas-batas atau dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan suatu struktur organisasi. Sedangkan kata control memiliki arti untuk mengurangi insiden atau keparahan ke tingkat berbahaya. COSO (2004) mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi terkait, manajemen, dan personil lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang memadai mengenai pencapaian tujuan. 2.1.1 Sejarah Pengendalian Internal (Internal Control) Istilah Internal Controls pada awalnya dikenal sebagai pengecekan internal. Menurut Montgomery, R.H (1956) pentingnya pengecekan internal bagi auditor diakui oleh L.R. Dicksee pada awal tahun 1905. Ia mengatakan bahwa sebuah sistem pegecekan internal yang memadai dapat menghilangkan kebutuhan akan audit yang terinci dan pengecekan internal terdiri atas tiga elemen : pembagian kerja, penggunaan catatan akuntansi dan rotasi pegawai (dikutip dalam Sawyer, L.B, et al (2003) hal.57).

Upload: hilda-prabandini

Post on 13-Aug-2015

399 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

RISK MANAGEMENT AND INTERNAL CONTROL

2.1 Pengendalian Internal (Internal Control)

Internal control (IC) terdiri dari 2 kata, yaitu Internal dan Control. Internal

memiliki arti berada dalam batas-batas atau dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan suatu struktur organisasi. Sedangkan kata control memiliki arti

untuk mengurangi insiden atau keparahan ke tingkat berbahaya.

COSO (2004) mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang

dipengaruhi oleh dewan direksi terkait, manajemen, dan personil lainnya, yang

dirancang untuk memberikan kepastian yang memadai mengenai pencapaian tujuan.

2.1.1 Sejarah Pengendalian Internal (Internal Control)

Istilah Internal Controls pada awalnya dikenal sebagai pengecekan internal.

Menurut Montgomery, R.H (1956) pentingnya pengecekan internal bagi auditor diakui

oleh L.R. Dicksee pada awal tahun 1905. Ia mengatakan bahwa sebuah sistem

pegecekan internal yang memadai dapat menghilangkan kebutuhan akan audit yang

terinci dan pengecekan internal terdiri atas tiga elemen : pembagian kerja, penggunaan

catatan akuntansi dan rotasi pegawai (dikutip dalam Sawyer, L.B, et al (2003)

hal.57).

Definisi pengecekan internal pada tahap awal ini masih terlihat sangat luas

dan belum fokus, kemudian Bennett, G.E (1930) mempersempit definisi pengecekkan

internal tersebut. Ia mengatakan sistem pengecekkan internal bisa didefinisikan

sebagai koordinasi dari sistem akun-akun dan prosedur perkantoran yang berkaitan

sehingga seorang karyawan selain mengerjakan tugasnya sendiri juga secara

berkelanjutan mengecek pekerjaan karyawan yang lain untuk hal-hal tertentu yang

rawan kecurangan. (dikutip dalam Sawyer, L.B, et al (2003) hal.57).

Perubahan secara besar-besaran terjadi sejak adanya regulasi terhadap Internal

Controls. Pada tanggal 19 Desember 1977 Amerika Serikat menerbitkan Undang-

undang Praktik Korupsi Luar Negeri (Foreign Corrupt Practices Act FCPA). FCPA

ini telah membatasi inisiatif manajemen di Amerika Serikat. FCPA menyatakan

bahwa pengendalian untuk perusahaan-perusahaan publik Amerika dan penyimpanan

Page 2: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

catatan harus mengikuti aturan hukum. Siapa sajayang melanggar akan didenda atau

dipenjara menurut seksi 32 (a) dari Undang-undang Sekuritas dan Pasar Modal Amerika

Serikat (U.S. Securities and Exchange Act). ( Sawyer, L.B et al.2003)

Brown, C.E (1995) menyatakan bahwa sejak tahun 1978, seluruh perusahaan publik di

Amerika Serikat diwajibkan untuk :

a. memegang pembukuan dengan teliti dan secara wajar dalam mencerminkan

transaksi dan disposisi asset

b. memikirkan dan memelihara suatu sistem pengendalian akuntansi internal yang

cukup untuk menyediakan jaminan layak

c. transaksi diberi hak oleh manajemen

d. transaksi direkam maka GAAP statement dapat disiapkan dan memelihara

tanggung-jawab untuk aset

e. mengakses ke aset diberi hak oleh manajemen

f. inventori berkala diperlukan untuk bandingkan asset direkam dengan aset yang

ada.

Pada tahun 1985 the American Accounting Association (AAA), the American

Institute of Certified Public Accountants (AICPA), Financial Executives International

(FEI), The Institute of Internal Auditors (IIA), dan the Institute of Management

Accountants (IMA) mensponsori berdirinya The Committee of Sponsoring

Organization s of the Treadway Commission (COSO). COSO merupakan organisasi

independen yang berfokus pada peningkatan kualitas laporan keuangan dengan

melakukan kegiatan tata kelola usaha yang baik dan pelaksanaan Internal Controls

yang efektif.

Perubahan besar definisi Internal Controls telah dilakukan oleh COSO pada

tahun 1992

yaitu dengan membuat Internal Control Integrated Framework yang berisikan

antara lain rumusan pengertian Internal Controls. Menurut Root, S.J (1998) COSO

mendefinisikan Internal Controls sebagai .....a process, effected by an entity s

board of directors, management and other personnel, designed to provide

reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following

categories :

Page 3: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

a. Effectiveness and efficiency of operations

b. Reliability of financial reporting

c. Compliance with applicable laws and regulations

Definisi COSO inilah yang kemudian diterima dan berkembang secara luas

di dunia. Kemudian pada tahun 2004, COSO mengembangkan Control Integrated

Framework 1992 dengan menambahkan ruang lingkup konsep tentang manajemen

dan strategi risiko. Hal ini selanjutnya dikenal dengan pendekatan Enterprise Risk

Management (ERM). ERM merupakan kerangka yang mengintegrasikan antara

Internal Controls dan Risk Management.

2.1.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System)

Menurut Gondodiyoto (2006) bahwa tujuan dari sistem pengendalian internal

adalah:

1. Mengamankan aset organisasi

2. Memperoleh informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

3. Menigkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan.

4. Mendorong kepatuhan pelaksanaan terhadap kebijaksanaan organisasi atau

pimpinan.

2.2 Risk Management (RM)

2.2.1 Resiko

Resiko adalah suatu kemungkinana dari suatu kejadian yang tidak diinginkan

yang akan mempengaruhi suatu aktivitas atau obyek. Resiko dapat diukur dalam

terminologi consequences (konsekuensi) dan likelihood (kemungkinan atau

probabilitas). Dijelaskan juga bahwa resiko adalah pemaparan tentang kemungkinan

dari suatu hal seperti kerugian atau keuntungan secara finansial, kerusakan fisik,

kecelakaan atau keterlambatan, sebagai konsekuensi dari suatu aktivitas (Standards

Australia, 2004).

Di bawah ini ada beberapa contoh resiko yang dapat terjadi dalam suatu perusahaan:

a. Kegagalan dalam meraih kesempatan

b. Kerusakan dari peralatan atau mesin-mesin produksi

Page 4: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

c. Kebakaran dan kecelakaan kerja

d. Kerusakan dari peralan kantor atau sistem komputer

e. Pelanggaran terhadap keamanan

Pada suatu organisasi, resiko dapat muncul dari sumber internal maupun eksternal

perusahaan. Untuk menanggulangi resiko, dapat dilakukan dengan menghindari,

mengurangi, mentransfer, atau menerima resiko tersebut.

2.2.2 Jenis-jenis Resiko

Setiap organisasi akan menghadapi jenis resiko yang berbeda, beberapa jenis resiko

adalah sebagai berikut:

Resiko strategis/ komersial

Resiko ekonomi/ finansial/ pasar

Resiko hukum dan peraturan

Persoalan manajemen organisasi dan sumber daya manusia

Faktor politik dan sosial

Faktor lingkungan dan kehendak Tuhan (force majeure)

Resiko teknis, operasional, dan infrasutruktur

(EnterpriseCM, 2005)

2.2.4 Manajemen Resiko

Manajemen resiko adalah suatu proses untuk mengetahui, menganalisis serta

mengendalikan resiko dalam setiap kegiatan atau aktivitas perusahaan yang dituukan

atau diaplikasikan untuk menuju efektivitas manajemen yang lebih tinggi dalam

menangani kesempatan yang potensial dan kerugian yang dapat mempengaruhi

perusahaan (Standards Australia, 1999).

Setiap perusahaan membutuhkan metode tertentu untuk mengontrol berbagai

resiko yang mungkin timbul. Manajemen resiko dapat diartikan sebagai suatu sistem

pengawasan resiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan kemungkinan badan

usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu

resiko.

Page 5: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

Sistem manajemen resiko memberikan ukuran bahwa perusahaan mengatur

ancaman-ancamannya di dalam suatu cara yang proaktif, terkoordinasi, bernilai, efektif,

dan memahami pemrioritasan. Dengan memberikan pengertian yang baik pada

karyawan maupun manajer mengenai pentingnya manajemen resiko sudah tentu

diharapkan mereka dapat turut serta dalam menjalankan perusahaan dengan lebih efektif

sehingga perusahaan dapat terus berkembang. Manajemen resiko adalah suatu proses

yang sistematik dan berpikir secara logika, yang akan digunakan untuk menentukan

keputusan dalam memperbaiki efektivitas dan efisiensi dari performansi. Hal ini

seharusnya diintegrasikan dalam budaya sehari-hari (Standards Australia, 1999).

Manajemen resiko merupakan proses identifikasi dan bersiap-siap untuk sesuatu

yang akan terjadi. Hal ini mencakup melakukan aksi untuk menghindari atau

mengurangi kejadian yang tidak diinginkan dalam organisasi, terhadap biaya atau efek

lain dari suatu kejadian atau untuk organisasi dalam memaksimalkan kesempatan

potensial yang teridentifikasi. Manajemen resiko mendorong suatu organisasi untuk

melakukan tindakan proaktif dibandingkan melakukan tindakan reaktif (Alijoyo, 2006).

2.2.4 Fungsi Pokok Manajemen Resiko

Menurut Djojosoedarso (2005), fungsi pokok manajemen resiko terdiri dari:

1. Menemukan Kerugian Potensial

Artinya berupaya untuk menemukan atau mengidentifikasi seluruh resiko murni

yang dihadapi perusahaan yang meliputi:

a. Kerusakan fisik dari harta kekayaan perusahaan

b. Kehilangan pendapatan atau kerugian lainnya akibat terganggunya operasi

perusahaan.

c. Kerugian akibat adanya tuntutan hukum dari pihak lain

d. Kerugian-kerugian yang timbul karena penipuan, tindakan-tindakan

kriminal lainnya, ketidakjujuran karyawan.

2. Mengevaluasi Kerugian Potensial

Artinya melakukan evaluasi penilaian terhadap semua kerugian potensial yang

dihadapi oleh perusahaan. Evaluasi dan penilaian ini akan meliputi perkiraan

mengenai:

Page 6: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

a. Besarnya kemungkinan frekuensi terjadinya kerugian, artinya

memperkirakan jumlah kemungkinan terjadinya kerugian tersebut selama

suatu periode tertentu.

b. Besarnya bahaya dari tiap-tiap kerugian, artinya menilai besarnya kerugian

yang diderita.

3. Memilih teknis/ cara yang tepat untuk menentukan suatu kombinasi dari teknik-

teknik yang tepat guna menanggulangi kerugian.

2.2.4 Komponen Risk Management of COSO

Terdapat 8 komponen risk management berdasarkan COSO (2007).

2.2.4.1 Internal Environment

Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana organisasi berada dan

beroperasi. Cakupannya adalah struktur organisasi dan pendelegasiana wewenang,

bagaimana risiko dipandang dan ditangani oleh orang-orang di dalam entitas, termasuk

filosofi manajemen risiko, integritas dan nilai-nilai etika.

2.2.4.2 Objective Setting (Penentuan Tujuan)

Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar

dapat mengidentifikasi, mengakses, serta mengelola resiko.

2.2.4.3 Event Identification

Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial, baik yang terjadi di

lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau

pencapaian tujuan perusahaan.

2.2.4.4 Risk Assessment (Penilaian Resiko)

Pengendalian internal harus menyediakan sebuah penilaian resiko, baik resiko

dari dalam maupun dari luar. Penilaian resiko yang dimaksud adalah proses identifikasi

dan analisis risiko yang relevan yang dapat menghambat pencapaian tujuan secara

keseluruhan dan tujuan unit organisasi serta perencanaan dalam menentukan bagaimana

Page 7: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

mengelola risiko tersebut. Manajemen tingkat atas harus ikut serta langsung dalam

penilaian risiko.

Penilaian Resiko yang baik dilakukan secara periodik dan manajemen harus

menilai resiko yang mengancam akuntabilitas publik. Manajemen perlu secara

komprehensif mengidentifikasi resiko dan seharusnya mempertimbangkan semua

interaksi yang signifikan antara entitas dan instansi lain sebaik mempertimbangkan

faktor-faktor internal, keduanya harus secara sungguh-sungguh dan pada level aktivitas.

Metode identifikasi resiko dapat termasuk aktivitas merangking secara kualitatif dan

kuantitatif, konferensi manajemen, merancang dan perencanaan strategis, dan

mempertimbangkan temuan-temuan dari audit dan penilaian lain.

Tingkat kepentingan risk event dapat dinilai dalam dua dimensi, yaitu likelihood

dan consequences. Likelihood merupakan peluang dalam suatu periode waktu dari suatu

resiko tersebut akan muncul. Biasanya digunakan data historis untuk menentukan atau

mengestimasi kemungkinan tersebut. Perhitungan peluang yang sering digunakan

adalah frekuensi. Tabel 2.1 berisi kriteria peluang terjadinya risk event (likelihood) yang

dapat digunakan dalam penilaian resiko.

Tabel 2.1 Kriteria Likelihood untuk Penilaian Resiko

Ranking Likelihood Penjelasan

1Almost

elbissopml

Resiko dengan peluang kejadian sangat rendah

(≤ 1 kali dalam setahun)

2 UnlikelyResiko dengan peluang kejadian rendah

(2 kali dalam setahun)

3 PossibleResiko dengan peluang kejadian sedang

(3 sampai 4 kali dalam setahun)

4 LikelyResiko dengan peluang kejadian tinggi

(5 sampai 12 kali dalam setahun)

5 Very LikelyResiko dengan peluang kejadian paling tinggi

(lebih dari 12 kali dalam setahun)

Sumber: Trassaru, Yamuna & Prasert Akkkharaprathomphong, 2012

Page 8: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

Consequence adalah suatu akibat dari kejadian yang biasanya diekspresikan

sebagai kerugian dari suatu kejadian atau suatu resiko. Tabel 2.2 berisi kriteria

consequence yang dapat digunakan dalam penilaian resiko.

Tabel 2.2 Kriteria Consequence untuk Penilaian Resiko

Ranking Consequence Penjelasan

1 Insignificant Menyebabkan downtime selama (≤ 1 jam)

2 Minor Menyebabkan downtime selama (> 1 jam hingga ≤ 1 hari)

3 Moderate Menyebabkan downtime selama (> 1 hari hingga ≤ 3 hari)

4 Major Menyebabkan downtime selama (> 3 hari hingga ≤ 7 hari)

5 Catastrophic Menyebabkan downtime selama (≥ 7 hari)

Sumber: Trassaru, Yamuna & Prasert Akkkharaprathomphong, 2012

Penilaian resiko dilakukan dengan mengalikan nilai likelihood dengan

consequence.

Risks = likelihood × consequences ........................................... (2.1)

Dimana:

Consequence = konsekuensi suatu resiko

Likelihood = frekuensi munculnya suatu resiko

(Hart, 2006).

Hasil dari perkalian antara likelihood dengan consequence kemudian dikelompokkan

berdasarkan tingkat kepentingan dari risk event tersebut seperti pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Risk Profile

Likelihood

Consequence

Insignificant

1

Minor

2

Moderate

3

Major

4

Catastrophic

5

Very Likely

5

M

5

H

10

H

15

E

20

E

25

Likely

4

M

4

M

8

H

12

E

16

E

20

Possible

3

L

3

M

6

M

9

H

12

H

15

Unlikely L M M M H

Page 9: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

2 2 4 6 8 10

Almost

elbissopml

1

L

1

L

2

L

3

L

4

M

5

Sumber: Trassaru, Yamuna & Prasert Akkkharaprathomphong, 2012

E menunjukkan risk event yang berada pada tingkat tidak dapat diterima. H

menunjukkan risk event yang berada pada tingkat tidak dapat diterima dan perlu

dilakukan perbaikan sehingga masuk ke dalam tingkat resiko yang dapat diterima. M

menunjukkan risk event yang berada pada tingkat yang cukup diterima, tetapi perlu

dilakukan pengendalian agar tidak berubah menjadi resiko dengan tingkat yang tidak

dapat diterima. L menunjukkan risk event yang berada pada tingkat yang dapat diterima

dan tidak perlu dilakukan tindakan apapun.

Tabel 2.4 Contoh Penilaian Resiko

Group of Risk

DescriptionModality Sum of

Multiplication (points)

Level of

RiskLikelihood Consequence

RM-05-03

The hard snow in the headquarter located abroad causing the cease in delivery

5 1 5 L

RM-05-05

The car assembling factory was on fire

5 1 5 M

RM-06-01

The electric gun was out of order

3 4 12 H

RM-06-02

The oven was out of order

3 4 12 H

RM-06-03

The monorail was out of order

3 4 12 H

RM-06-10

The stamping machine of trunk number was out of order

2 3 6 M

IC-07-01

The parts were of poor quality

4 5 20 E

Page 10: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

Setelah penilaian semua risk event, dibuatlah grafik batang seperti yang terlihat

pada gambar 2.1. Y axis menunjukkan kode A-B-N untuk setiap risk event, sementara X

axis menunjukkan hasil perkalian antara likelihood dengan consequences.

Gambar 2.1 Diagram Batang Nilai Risk Event

Dari hasil penilaian resiko ini kemudian dilakukan analisis jumlah risk event

untuk setiap level resiko yang ada. Risk event yang berada pada tingkat resiko yang

tidak dapat diterima (unacceptable level), kemudian dilakukan analisis lebih lanjut

tentang penyebabnya dan solusi atas masalah tersebut. Tabel 2.5 berisi risk event yang

berada pada tingkat resiko yang tidak dapat diterima (unacceptable level).

Page 11: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

Tabel 2.5 List of Unacceptable Level Risk Events

2.2.4.5 Risk Response (Sikap atas Resiko)

Setelah dilakukan penilaian atas risk event, organisasi harus menentukan sikap

atas hasil penilaian resiko. Tujuan dari aktivitas risk response adalah untuk

mengidentifikasi dan menentukan keputusan yang paling tepat terhadap resiko yang

ada. Tidak semua resiko membutuhkan treatment. Hal ini karena mungkin tingkat

resiko yang ditimbulkannya masih berada pada tingkat yang dapat diterima atau tidak

terdapat pilihan lain yang dapat diterima secara ekonomis.

Saat menentukan pilihan tindakan, hal yang penting untuk diingat adalah

tindakan yang dipilih dapat mengatasi baik penyebab maupun dampaknya. Analisis

terhadap penyebab munculnya risk event dapat dilakukan dengan berbagai metode.

Salah satunya adalah Why-Why Analysis. Gambar 2.2 berisi contoh analisis penyebab

terjadinya risk event menggunakan why-why analysis.

Page 12: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

Gambar 2.2 Why-Why Analysis

Setelah dilakukan analisis terhadap risk event menggunakan , kemudian

dilakukan penentuan strategi atau risk response atas risk event yang muncul dalam suatu

organisasi dapat berupa: (1) tolerance, (2) transfer,(3) treat, dan (4) terminate. Tabel

2.6 berisi keputusan yang diambil oleh pihak manajemen (risk response) untuk

mengatasi risk event yang muncul.

1. Tolerate (mentorerir)

Strategi ini mengindikasikan bahwa manajemen telah memutuskan untuk menerima

resiko dan tidak mengubah rencana awal atau tidak dapat menemukan strategi lain

yang cocok untuk mengatasi resiko tersebut.

Penerimaan risiko juga dapat terjadi ketika pilihan tindakan yang ada dinilai tidak

efektif dari segi biaya.

2. Treat (menangani)

Strategi ini bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya risk event atau

dampaknya dengan mengambil tindakan dini untuk mengurangi terjadinya risiko

sehingga mencapai batas yang dapat diterima. Strategi ini dapat berupa penerapan

proses yang baru, melakukan pekerjaan lebih awal atau memilih supplier yang lebih

stabil. Selain itu, dapat juga berupa perubahan kondisi yang memungkinkan risiko

berkurang, seperti menambahkan sumber daya atau waktu.

3. Transfer (memindahkan)

Transfer resiko yaitu berupa pengalihan dampak resiko ke pihak ketiga dan pemilik

sebagai pengambil keputusan. Transfer resiko bukan berarti menghilangkannya,

Page 13: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

tetapi memberikan tanggung jawab dampak resiko kepada pihak lain. Contoh dari

tindakan ini adalah pembayaran premi untuk asuransi.

4. Terminate (mengakhiri)

Risiko dapat dihindari, misalnya dengan menghentikan kegiatan tertentu. Juga

dimungkinkan untuk menghilangkan resiko dengan mengubah tujuan bisnis atau

proses. Namun, dalam hal ini penting untuk mengetahui apakah semua resiko yang

ada akan dihilangkan atau sebagian lagi dapat diterima.

(Burtonshaw, 2008)

2.2.4.6 Control Activities (Aktivitas Pengendalian)

Aktivitas pengendalian ialah kebijakan dan prosedur yang dibuat manajemen

untuk mengurangi efek dari resiko yang diidentifikasi. Komponen ini berupa kegiatan,

kebijakan, prosedur dan praktek yang menjamin pencapaian tujuan institusi. Kegiatan

ini memungkinkan pengambilan berbagai tindakan yang diperlukan untuk

mengelola risiko terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Pada tahap ini disusun rencana untuk mengendalikan resiko yang terjadi dengan

mempertimbangkan langkah-langkah yang mungkin bisa diambil untuk menghindari,

meringankan, memindahkan, atau menerima resiko. Hasil dari tahap ini berupa Risk

Management Plan Spreadsheet.

2.2.4.7 Information & Communication (Informasi dan Komunikasi)

Komponen ini mendukung semua komponen pengendalian lainnya dengan

mengkomunikasikan tanggung jawab pengendalian kepada seluruh pegawai dan

menyediakan informasi dalam sebuah bentuk dan kerangka waktu yang mengizinkan

orang menyelesaikan tugasnya. Sistem informasi yang ada menghasilkan laporan-

laporan yang berisi informasi mengenai kegiatan organisasi, keuangan dan

informasi yang ada hubungannya dengan kepatuhan, yang memungkinkan

penggunaannya untuk menjalankan dan mengendalikan organisasi. Informasi ini

tidak hanya berhubungan dengan data yang dihasilkan internal, tetapi juga

mengenai peristiwa-peristiwa eksternal, kegiatan-kegiatan dan kondisi yang

Page 14: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

dibutuhkan untuk menginformasikan pengambilan keputusan dan pelaporan untuk

pihak luar.

Tabel 2.6 Petunjuk untuk Mengatasi Risk Events

Page 15: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

2.2.4.8 Monitoring (Pemantauan)

Komponen ini memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan suatu

organisasi dapat tercapai, manajemen harus memonitor sistem Internal Controls untuk

menentukan apakah sistem beroperasi seperti yang diinginkan dan dimodifikasi agar

sesuai dengan perubahan dalam kondisi. Pemantuan merupakan suatu proses yang

menilai mutu sistem Internal Controls sepanjang waktu. Pemantuan mencakup

personil yang tepat untuk menilai disain dan operasi pengendalian dengan dasar

yang tepatwaktu dalam mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Pengawasan ini juga melibatkan unsur eksternal terhadap Internal Controls yang

dilakukan oleh manajemen atau pihak lain di luar proses serta pelaksanaan

metodologi independen seperti prosedur atau standard cheklist yang biasa

dilakukan oleh pegawai dalam proses.

Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting

deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan).

Kendala ini timbul dari berbagai faktor, seperti: sumber informasi,materi pelaporan,

pihak yang disampaikan laporan dan arahan bagi pelaporan.

2.3 Teknik Sampling

Secara garis besar metode sampling dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

probability sampling dan non-probability sampling (Umar, 2002).

1. Probability Sampling

Probability Sampling merupakan suatu metode sampling dimana tiap elemen

populasi mempunyai probabilitas yang diketahui untuk dipilih sebagai anggota

dalam sampel. Beberapa teknik probability sampling adalah:

a. Sampling acak sederhana

Merupakan teknik sampling jika setiap unsur atau anggota populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Ada dua cara yang dapat

digunakan, yaitu: metode undian dan tabel bilangan random.

b. Sampling acak terstratifikasi

Teknik ini dipilih apabila unsur-unsur populasi tidak homogen. Untuk

mengurangi heterogenitas dilakukan dengan cara melakukan pembagian unsur-

Page 16: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

unsur populasi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang disebut strata.

Stratifikasi ini dapat dilakukan berdasarkan ciri tertentu dari populasi untuk

keperluan penelitian. Misalnya, tingkat pendidikan. Ada dua cara untuk

menentukan populasi sampelnya, yaitu:

Proportionate

Proporsi jumlah sampel untuk setiap strata adalah sama dengan proporsi

ukuran strata bersangkutan terhadap populasi.

Disproportionate

Proporsi jumlah sampel untuk setiap strata adalah tidak sama dengan

proporsi ukuran strata yang bersangkutan terhadap populasi.

c. Cluster Sampling

Teknik ini dipilih jika terdapat asumsi bahwa sifat populasi dalam suatu klaster

adalah homogen, sedangkan satu klaster dengan klaster lainnya cenderung

heterogen. Caranya adalah dengan membagi unsur-unsur populasi ke dalam

klaster (kelompok). Sampel diambil hanya dari klaster yang terpilih.

2. Non-Probability Sampling

a. Quota Sampling

Merupakan metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam

jumlah dan kuota yang diinginkan.

b. Convinience Sampling

Memilih sampel dari orang atau unit yang mudah diakses.

c. Purposive Sampling (judgement sampling)

Memilih sampel dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian.

3.4.1 Risk Assessment

3.4.1.1 Risk Identification (Identifikasi Resiko)

Untuk mengetahui resiko yang dihadapinya, sebuah perusahaan harus

mengetahui resiko yang ada agar dapat dilakukan evaluasi untuk perbaikan. Identifikasi

resiko merupakan langkah awal untuk menentukan what, where, when, why, & how

sesuatu hal terjadi. Penentuan risk event dilakukan dengan wawancara terhadap factory

manager, PPIC Supervisor, Production Coordinator, Warehouse Supervisor, serta

Page 17: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

Technical Supervisor. Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari tahu aktivitas

yang dilakukan oleh departemen terkait, kemudian mengidentifikasi risk event atau

resiko yang mungkin disebabkan oleh departemen tersebut.

3.4 Tahap Implementasi Risk Management

Secara umum terdapat 2 tahap penerapan risk management, yaitu penetapan resiko

proyek dan pengendalian resiko proyek.

3.4.1 Penetapan Resiko Proyek

Tiga elemen dalam penetapan resiko proyek adalah identifikasi resiko, kuantifikasi

resiko, dan penentuan prioritas resiko. Pada tahap ini akan disusun matriks 5 kali 5 yang

mengidentifikasi resiko berdasarkan probabilitas dan dampaknya terhadap proyek

secara keseluruhan

a. Indentifikasi Resiko

Pada tahap ini dilakukan identifikasi resiko potensial yang mungkin menjadi

penyebab terjadinya downtime produksi. resiko tersebut diperoleh dari hasil wawancara

dengan supervisor tiap departemen terkait. Resiko yang teridentifikasi adalah sebagai

berikut:

1. Resiko

2. Resiko

3. Resiko

4. Resiko

5. Resiko

b. Kuantifikasi Resiko

Pada tahap ini dilakukan analisis kualitatif resiko berdasarkan probabilitas terjadinya

serta dampaknya terhadap timbulnya downtime produksi. pada penelitian ini,

kuantifikasi resiko dilakukan dengan melihat data historis perusahaan 3 tahun terakhir.

Langkah 1:

Membuat matriks yang memasangkan probabilitas terjadinya resiko dengan ranking

tertentu. Contoh matriks tersebut adalah sebagai berikut:

Page 18: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

Tabel 4.2 Risk Probability Ranking

Ranking Likelihood Penjelasan

1 Sangat rendah ≤ 1 kali dalam setahun

2 Rendah 2 kali dalam setahun

3 Sedang 3 sampai 4 kali dalam setahun

4 Tinggi 5 sampai 12 kali dalam setahun

5 Sangat Tinggi lebih dari 12 kali dalam setahun

Langkah 2:

Membuat matriks yang memasangkan tujuan dengan dampak yang terdefinisi. Contoh

matriks tersebut adalah sebagai berikut:

Langkah 3:

Kombinasi data dari dua langkah sebelumnya, setiap resiko yang ada dimasukkan ke

dalam matriks probabilitas-dampak (probability and impact matrix). Contoh dari

matriks P×I tersebut adalah sebagai berikut:

Setiap resiko yang telah diidentifikasi sebelumnya pada tahap ini akan diketahui ranking

resikonya berdasarkan probabilitas dan dampaknya terhadap proyek tersebut.

Contohnya adalah sebagai berikut:

c. Penentuan Prioritas Resiko

pada tahap ini, setiap resiko yang telah ditentukan probabilitas dan dampaknya

kemudian disusun berurutan berdasarkan probabilitas dan dampaknya terhadap

timbulnya downtime.

d. Pengendalian Resiko

pada tahap ini disusun rencana untuk mengendalikan resiko yang terjadi, dengan

mempertimbangkan langkah-langkah yang mungkin bisa diambil untuk menghindari,

meringankan, memindahkan atau menerima resiko. Hasil dari tahap ini adalah Risk

Management Plan Spreadsheet.

Page 19: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

Penjelasan untuk kolom-kolom pada Risk Management Spreadsheet adalah sebagai

berikut:

Kolom 1: Priority

Berisi peringkat prioritas risk item terhadap timbulnya downtime.

Kolom 2: Status

Status sekarang dari risk item. Terdapat tiga macam status pada kolom ini, yaitu: active,

dormant, dan retired.

Kolom 3: Date Identified & Project Phase

Tanggal pertama kali risk item diidentifikasi dan fase proyek saat risk item pertama kali

diidentifikasi.

Kolom 4: Functional assignment

Fungsional proyek yang berhubungan erat dengan risk item.

Kolom 5: Threat/ opportunity event

Penjelasan secara umum risk item

Kolom 6: SMART column

Penjelasan secara detail risk item

Kolom 7: Risk Trigger

Pemicu terjadinya risk item

Kolom 8: Type

Tujuan yang dipengaruhi risk item

Kolom 9: Probability

Peluang terjadinya risk item. Penilaiannya menggunakan lima skala, yaitu: sangat

rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Kolom 10: Impact

Dampak risk item terhadap tujuan proyek. Terdapat lima skala yang digunakan untuk

menilai imapct dalam penelitian ini, yaitu: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan

sangat tinggi.

Kolom 11: Risk Matrix

Merupakan matrix yang menghubungkan peluang terjadinya risk item dengan dampak

risk item terhadap resiko.

Kolom 12: Strategy

Page 20: Manajemen Resiko & Coso Internal Control

Strategi yang digunakan utnuk menangani risk item. Terdapat 4 macam strategi yang

dipilih, yaitu: acceptance, mitigation, transference, dan avoidance.

Kolom 13: Response Action

Langkah yang diambil untuk penanganan risk item secara detail. Tindakan yang diambil

ini tergantung dari tipe konstrain yang akan diutamakan (biaya, jadwal, ruang lingkup)

Kolom 14: Affected WBS Task

WBS mana yang berhubungan dengan risk item

Kolom 15: Responsibility

Orang yang bertanggungjawab terhadap risk item

Kolom 16: Status Interval or Milestone Check

Interval pengecekan terhadap statuus Risk Item

Kolom 17: Date, Status, and Review Comments

Tanggal, status, dan komentar pada saat pengecekan

DAFTAR PUSTAKA

Alijoyo, A. 2006. Enterprise Risk Management. PT. Ray Indonesia, Jakarta.

Burtonshaw, Simon. 2008. The Essential Management Toolbox: Tools, Models and

Notes for Managers and Consultants. John Wiley and Sons Ltd. England.

Djojosoedarso, S. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi. Salemba Empat.

Jakarta.

Hart, B. 2006. Risk Management. AS/NZS. 4360: 2004.

EnterpriseCM. 2005. Fundamental of Risk Management. EnterpriseCM Inc. Phoenix.