mankeu "pendanaan jangka panjang"
TRANSCRIPT
Awad Zam’i Z (1210108031)
Mohammad Hamzah (1210108032)
Fauzan Alfarizi (1210108036)
III SA-6 Seto Wibisono (1210108038)
BAB 9 & 10
PENDANAAN JANGKA PANJANG
Pendanaan jangka panjang merupakan salah satu jenis pendanaan yang bisa
dimanfaatkan oleh perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama dibandingkan
dengan alternatif jenis pendanaan lainnya dalam memenuhi kebutuhan pembelanjaan
perusahaan.
A. Instrumen Utang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang adalah hutang perusahaan kepada pihak ketiga yang harus
dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun atau hutang yang jatuh temponya lebih dari satu
tahun. Hutang jangka panjang timbul saat skala operasional perusahaan berkembang atau
dalam membangun suatu perusahaan dibutuhkan sejumlah dana.
Secara garis besar hutang jangka panjang digolongkan pada dua golongan yaitu :
a. Hutang Hipotik
Adalah hutang yang timbul berkaitan dengan perolehan dana dari pinjaman yang
dijaminkan dengan harta tetap. Dalam penjanjian disebutkan harta peminjam yang
dijadikan jaminan berupa tanah atau gedung. Jika peminjam tidak melunasi pada
waktunya, pemberi pinjaman dapat menjual jaminan tersebut yang kemudian
diperhitungkan dengan hutang.
b. Hutang Obligasi
Adalah hutang yang timbul berkaitan dengan dana yang diperoleh melalui pengeluaran
surat - surat obligasi. Pembeli obligasi disebut pemegang obligasi. Dalam surat obligasi
dicantumkan nilai nominal obligasi, bunga pertahun, tanggal pelunasan obligasi dan
ketentuan lain sesuai jenis obligasi tersebut.
B. Penilaian Obligasi
Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau negara. Jangka
waktu obligasi bermacam-macam, ada yang relatif pendek yaitu satu tahun, ada juga yang
jangka panjang yaitu 30 tahun. Bahkan ada yang namanya obligasi consol, yakni obligasi
yang jangka waktu jetuh temponya tidak terbatas. Obligasi mempunyai ciri pembayaran
bunga yang bersifat tetap untuk setiap periodenya. Beberapa istilah kunci yang berkaitan
dengan obligasi adalah sebagai berikut:
a. Nilai nominal (Par Value)
Nilai nominal adalah harga yang tercantum pada surat obligasi. Nilai tersebut
mencerminkan harga yang akan dibayarkan oleh penerbit obligasi pada saat jatuh
tempo.
b. Kupon tingkat bunga
Kupon tingkat bunga adalah tingkat bunga (dalam persentase berdasarkan nilai
nominal) yang akan dibayarkan oleh pihak penerbit obligasi.
c. Jatuh tempo
Jangka waktu atau jatuh tempo suatu obligasi biasanya ditetapkan dalam satuan tahun.
Pada saat jatuh tempo penerbit obligasi mempunyai kewajiban untuk melunasi
pemegang obligasi sebesar nominalnya.
Adapun metode penilaian obligasi terdapat 6 metode, yaitu:
Penilaian Obligasi Berdasarkan Aliran Kas
Nilai suatu obligasi bias dihitung sebagai present value dari aliran kas yang akan diterima
dimasa mendatang oleh pemegang obligasi.
Contoh:
Suatu obligasi memiliki nominal sebesar Rp. 1 juta, dengan kupon bunga sebesar 20%
dibayarkan setiap tahun, jangka waktu 10 tahun. Misalkan tingkat keuntungan yang
disyaratkan untuk obligasi tersebut adalah 20%. Harga obligasi dapat dihitung dengan:
Harga = (PVIFA (20%, 10) x Rp. 200.000,00) + (PVIFA (20%, 10) x Rp. 1.000.000)
= (4,1924 x Rp. 200.000,00) + (0,1615 x Rp. 1.000.000,00)
= 838.480 + 161.500
= 999.980
= Rp. 1. 000.000,00
Dalam contoh tersebut nilai pasar (harga) obligasi sama dengan nilai nominalnya. Biasanya
perusahaan pada saat menerbitkan obligasi akan menetapkan nilai nominalnya sedemikian
rupa sehingga harga pasar akan sama dengan nilai nominalnya.
Harga pasar obligasi tidak akan konstan sepanjang usia obligasi tersebut. Tingkat keuntungan
yang disyaratkan (kd) bias berubah. Tingkat keuntungan yang disyaratkan tersebut
merupakan fungsi dari tingkat keuntungan bebas risiko dan premi risiko.
Tingkat keuntungan yang disyaratkan = tingkat keuntungan asset bebas risiko
+ premi risiko
Tingkat keuntungan asset bebas risiko dan premi risiko tergantung dari beberapa factor
sebagai berikut ini:
1. Premi maturity. Jangka waktu ( jatuh tempo) yang berbeda menyebabkan perbedaan
tingkat keuntungan yang disyaratkan. Semakin tinggi jatuh tempo, akan semakin
tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan.
2. Premi kebangkrutan. Perusahaan yang mempunyai risiko kebangkrutan yang lebih
tinggi akan meningkatkan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Sebagai contoh,
missal perusahaan menerbitkan obligasi. Setelah menerbitkan obligasi, perusahaan
melakukan pinjaman lagi dengan jumlah yang sangat besar, sehingga menaikan
tingkatutangnya. Semakin tinggi utang, akan semakin tinngi kemungkinan
kebangkrutannya, sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan akan meningkat.
3. Premi likuiditas. Semakin likuid suatu asset, semakin rendah tingkat keuntungan yang
disyaratkan. Misalnya setelah menerbitkan obligasi, tiba-tibaterjadi krisis moneter
yang akan mengakibatkan kesulitan likuiditas. Dalam situasi ini tingkat keuntungan
yang disyaratkan akan meningkat.
4. Premi inflasi. Secara umum, jika inflasi meningkat maka tingkat bunga nominal juga
akan meningkat, termasuk tingkat bunga investasi bebas risiko. Tingkat bunga
nominal bias dituliskan sebagai berikut:
Tingkat bunga nominal = tingkat bunga riil + inflasi
Yield To Maturity (YTM), Yield To Call (YTC), dan Yield
YTM adalah tingkat keuntungan yang diperoleh pemegang obligasi, jika obligasi tersebut
dipegang sampai jatuh tempo (mature).
Misalnya jika ditawari obligasi dengan karakteristik kupon bunga 20%, nilai nominal Rp.
1.000.000,00, jangka waktu 10 tahun. Harga penawaran adalah Rp. 900.000,00. Kemudian
disimpan hingga jatuh tempo, maka berapa tingkat keuntungan atau YTM investasi pada
obligasi tersebut?
Aliran kas pada persoalan diatas bias dilihat sebagai berikut:
900 ribu = + ……. + +
Jika menerima tawaran tersebut, maka akan keluar kas sebesar Rp. 900.000,00 di awal
periode. Kemudian kita akan menerima kas masuk sebesar Rp. 200.000,00, setiap tahun
selama 10 tahun. Pada tahun kesepuluh kita akan menerima pokok pinjaman (nilai nominal)
sebesar Rp. 1.000.000,00. Yield to maturity merupakan tingkat bunga yang menyamakan sisi
kiri denga sisi kanan dalam persamaa diatas. Dengan menggunakan excel (fungsi IRR), kita
bias memperoleh YTM sebesar 22,6%. Dengan kata lain, meskipun kupon bunga adalah 20%
tetapi tingkat keuntungan yang efektif adalah 22,6% (lebih besar). Hal ini terjadi karena kita
membayar Rp. 990.000,00 lebih rendah dari nilai nominalnya.
Jika kita ngin menghitung YTM secara manual, misalnya menggunakan table, kita harus
melakukan coba-coba (trial and error). Kita akan memasang tingkat dikonto, sedemikian rupa
sampai akhirnya ditemukan tingkatdiskonto yang menyamakan sisi kiri dan sisi kanan.
Sebagai contoh,, kita mulai dengan tingkat diskonto 22%. Dengan tingkat diskonto 22%, PV
aliran sisi kanan adalah:
PV = [ 200.000/ (1+0,22)1] + …… + [200.000/ ((1+0,22)10] + [1.000.000/ ((1+0,22)10] =
921.536,3
Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan sisi kiri (900.000). karena itu pembaginya harus
diperbesar, agar present value yang diperoleh menjadi semakin kecil. Misalnya tingkat
diskonto dinaikan menjadi 23%, maka PV aliran sisi kanan menjadi:
PV = [ 200.000/ (1+0,23)1] + …… + [200.000/ ((1+0,23)10] + [1.000.000/ ((1+0,23)10]
= 886.021,9
Sekarang jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan sisi kiri (900.000). tetapi kita tahu
bahwa tingkat diskonto yang menyamakan sisi kiri dengan sisi kanan berada diantara22% dan
23%. Kita bias menggunakan teknik interpolasi untuk menemukan angka yang lebih tepat.
Dengan menggunakan interpolasi, YTM ditemukan sebesar 22,6%. Hasil tersebut tidak jauh
beda dengan perhitungan excel.
Dalam beberapa situasi, perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai hak untuk
melunasi obligasi sebelum jatuh tempo. Jika tingkat bunga pasar turun, maka insentif untuk
melunasi akan semakin besar. Sebagai contoh, jika obligasi diatas dengan tingkat bunga 20%
per tahun. Kemudian pada tahun keenam tingkat bunga menurun menjadi 10%. Bagi
perusahaan akan menguntungkan jika obligasi lama dilunasi, kemudian menerbitkan kembali
obligasi yang baru. Obligasi yang baru membayar bunga sebesar 10% lebih kecil
dibandingkan dengan bunga obligasi yang lama. Tingkat keuntungan yang diperoleh investor
jika investor tersebut memegang obligasi sampai dilunasi, disebut sebagai Yield to call
(YTC). Misalnya pada akhir tahun keenam perusahaan memutuskan untuk melunasi obligasi,
dengan harga pelunasan sebesar 150% daqri nilai nominal. Kita membeli obligasi tersebut
dengan harag Rp. 900.000,00 berapa yield to call yang akan diperoleh?
900 ribu = + ……. + +
Pada akhir tahun keenam investor akan menerima pelunaasan sebesar 150% dikalikan nilai
nominal. Harga pelunasan biasanya ditetapkan lebih tinggi dibandingkan dengan harga
nominal. Dengan menggunakan program spread sheet, YTC ditemukan sebesar 26,07%.
Dalam beberapa publikasi keuangan, seringkali ditemui istilah yield obligasi atau sering
disingkat dengan yield saja. Yield dihitung sebagai berikut:
Yield = bunga / harga pasar obligasi
Yield bukan merupakan tingkat keuntungan yang diharapakn oleh investor obligasi. Tetapi
yield sering dipakai sebagai indicator tingkat keuntungan, misalnya untuk menghitung tingkat
keuntungan yang disyaratkan atau dikaitkan dengan rating obligasi.
Obligasi dengan Tingkat Bunga Setiap Semester
Beberapa atau kebanyakan obligasi membayar bunga tidak setiap tahun, tetapi beberapa kali
dalam setahun. Biasanya obligasi membayar bunga setiap semester (setengah tahun).
Perhitungan harga obligasi dengan bunga setiap semester pada dasarnya sama, tetapi ada
beberapa penyesuaian:
1. Kupon bunga dibagi dua ( karena bunga dibayar setiap semester)
2. Jangkawaktu obligasi dikalikan dua
3. Tingkat diskonto juga dibagi dua
Berikut ini formula yang dipakai untuk menghitung obligasi dengan karakteristik seperti yang
disebutkan diatas:
Harga = +
Kembali pada contoh diatas, yaitu obligasi dengan nilai nominal Rp 1.000.000 jagka waktu
10 tahun, kupon bunga 20% dan dibayar setiap semester. Berapa harga obligasi tersebut?
Kupon bunga yang dibayarkan adalah Rp. 200.000,00 per tahun atau Rp. 1.000.000,00 per
semester. Jangka waktu obligasi menjadi 2 X 10 = 20. Misalkan tingkat diskonto (kd) adalah
20%, maka nilai obligasi adalah
PV = [100.000/ (1+0,1)1] + ……. + [ 100.000/ (1+0,1)20] + [ 1.000.000/ (1+0,1)20]
= 1.000.000
Jika tingkat diskonto menjadi 25% pada tahub berikutnya, nilai obligasi adalah:
PV = [100.000/ (1+0,125)1] + ……. + [ 100.000/ (1+0,125)18] + [ 1.000.000/ (1+0,125)18]
= 824.004,1
Perhatikan nilai tersebut lebih kecil sedikit dibandingkan dengan nilai obligasi yang memakai
bunga tahunan (826.843). hal tersebut terjadi karena proses pendiskontoan yang lebih sering .
Risiko Tingkat Bunga
Tingkat bunga bias berubah-ubah tergantung banyak factor. Sebagai contoh, jika inflasi
meningkat maka tingkat bunga juga cenderung akan meningkat. Jika seorang investor
membeli obligasi dengan tingkat bunga tetap (missal 20%) selam sepuluh tahun, maka ia
akan menerima 20% pertahun selama sepuluh tahun. Jika tingkat bunga meningkat menjadi
30% pertahun, investor tersebut akan mengalami kerugian (karena hanya memperoleh 20%)
dan sebaliknya. Hal yang sebaliknya akan terjadi dengan perusahaan yang mengeluarkan
obligasi tersebut (perusahaan tersebut mengalami keuntungan). Dengan kata lain investor
tersebut mengalami risiko penginvestasian kembali (reinvestment risk).
Jangka Waktu Obligasi
Eksposur terhadap risiko tingkat bunga tersebut tergantung dari beberapa factor. Salah satu
factor adalah jangka waktu obligasi. Obligasi dengan jangka waktu lebih panjang, ceteris
paribus, mempunyai eksposur tingkat bung yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi
dengan jangka waktu yang lebih pendek. Sebagai contoh, missal ada dua obligasi yang sama-
sama mempunyai kupon bunga sebesar 20% dengan nilai nominal Rp. 1.000.000,00. Obligasi
yang pertama (A) mempunyai jangka waktu lima tahun, sedangkan obligasi yang kedua (B)
mempunyai jangka waktu 20 tahun. Misalkan tahun berikutnya tingkat bunga berubah
menjadi 25%, 23%, 20% (tetap), 18% dan 15%. Table berikut ini menyajikan nilai kedua
obligasii untuk tingkat diskonto yang berubah.
Tingkat Diskonto Obligasi A Obligasi B
25% 881.920 802.306
23% 926.552 871.642
20% 1.000.000 1.000.000
18% 1.053.801 1.107. 055
15% 1.142.749 1.312.967
Obligasi Tanpa Bunga dan Obligasi dengan Kupon Bunga
Obligasi tanpa bunga adalah obligasi yang tidak membayarkan bunga sebelum jatuh te,po.
Obligasi tersebut dinamakan juga sebagai zero coupon bond atau zeroes. Obligasi tersebut
berbeda dengan obligasi biasa yang dengan bunga, karena obligasi biasa membayarkan bunga
setiap periode tertentu, sampai jatuh tempo. Formula untuk menghitung harga obligasi tanpa
kupon adalah sebagai beikut:
Harga = nilai nominal / (1 + r)n
Dimana r = tingkat bunga
n = periode
Sebagai contoh , PT A mengeluarkan obligasi tanpa bunga dengan nilai nominal Rp.
1.000.000,00, jangka waktu 5 tahun. Jika tingkat diskonto yang relevan (kd) adalah 20%
maka harga obligasi tersebut dihitung sebagai berikut
PV = 1.000.000/ (1 + 0,2) 5 = Rp. 401.878,00
Obligasi tersebut mempunyai harga Rp. 401.878,00. Tingkat bunga yang akan diperoleh oleh
pemegang obligasi jika obligasi tanpa bunga tersebut dipegang saat jatuh tempo adalah 20%.
Dibandingkan dengan obligasi dengan bunga, apakah obligasi tanpa bunga lebih berisiko atau
kurang berisiko? Kita bisa membandingkan obligasi tanpa bunga tersebut deng obligasi yang
membayarkan bunga 20% setiap tahun, dengan jangka waktu lima tahun.
Misalnya ada dua jenis obligasi, yaitu (A): obligasi tanpa kupon bunga dengan nilai nominal
Rp. 2.488.320,00, tingkat bunga 20%, kemudian (B): obligasi dengan bunga 20% pertahun
nilai nominal Rp. 1.000.000,00. Keduanya mempunyai jangka waktu lima tahun. Harga pasar
saat ini untuk keduanya sama yaitu Rp. 1.000.000,00. Misalnya suatu hari berikutnya, tingkat
bunga pasar berubahmenjadi 25%, 23%, 20% (tetap), 18% dan 15%. Jangka waktu keduanya
masih lima tahun (hanya berubah 1hari). Berapa harga obligasi tanpa bunga dan obligasi
dengan bunga? Berikut table yang menunjukan harga obligasi:
Tingkat Diskonto Obligasi Tanpa Bunga Obligasi dengan Bunga
25% 815.373 865.536
23% 883.854 915.896
20% 1.000.000 1.000.000
18% 1.087.668 1.062.543
15% 1.237.135 1.167.608
Catatan:
Harga obligasi tanpa bunga untuk 25% : 2.488.320 / (1+0,25)5 = 815.373
C. Saham Preferen dan Saham Biasa
Saham Preferen adalah saham yang memiliki kekhususan terutama dalam pembayaran
deviden dan hak suara yang lebih bila dibandingkan dengan pemilik saham biasa.
Saham Preferen memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang berbeda
b. Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari saham
biasa dalam hal pembagian dividen
c. Dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat
dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa.
d. Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara pemegang
saham dan organisasi penerbit terbentuk
Kelebihan saham preferen :
a. Bahwa pembayaran dividen atas saham preferen relative lebih fleksibel dibandingkan
dengan bunga utang.
b. Ketidak mampuan pembayaran dividen kepada pemegang saham preferen tidak
berakibat terlalu buruk dibandingkan dengan ketidak mampuan membayar bunga
utang yang dapat diancam kebangkrutan.
c. Penggunaan saham preferen akan dapat meningkatkan degree of financial leverage.
Kelemahan utama penggunaan saham preferen adalah
a. Biaya modal setelah pajak yang tinggi dibandingkan dengan biaya modal dari utang,
karena dividen saham preferen dibayarkan setelah pajak atau tidak dapat
dipergunakan sebagai pengurangan pajak.
b. Sudut pandang investor adalah saham preferen tidak memiliki hak untuk memaksakan
pembayaran dividen.
Ada dua strategi dalam berinvestasi berupa saham, yaitu strategi pasif dan aktif.
Strategi Pasif
Strategi beli atau tahan : Investor membeli saham dan melalukan penahanan sampai pada
suatu saat yang tepat untuk melakukan aksi
Index Funds : Merupakan gabungan dari dana segbar dan dana pension yang akan digunakan
dalam pasar dan merupakan duplikasi dari indeks dalam pasar
Strategi Aktif
Pemilihan Sekuritas: Perlunya melaksanakan seleksi dalam saham adalah untuk
mendapatkan hasil terbaik dari permainan saham yang akan dibeli, melalui cara langsung
untuk mendapatkn informasi atau menyerahkan pada perusahaan sekuritas.
Saham Biasa adalah sebuah piagam yang berisi aspek – aspek penting bagi
perusahaan, termasuk hak dari pemilik saham dan hak khusus yang dimilikinya berkaitan
dengan kepemilikan umum.
Karakteristik Saham Biasa sebagai berikut:
a. Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
b. Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru
c. Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja
Kelebihan saham biasa adalah sebagai berikut :
a. Tidak ada kewajiban tetap untuk membayar dividen kepada pemegang saham biasa.
b. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo.
c. Saham biasa kurang beresiko bagi perusahaan apabila dibandingkan sumber
pembiayaan lainnya baik saham preferen maupun hutang jangka panjang. Dari segi
investor saham biasa memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi karena sangat
tergantung pada besarnya keuntungan sehingga investor akan meminta tingkat
keuntungan yang lebih besar daripada tingkat keuntungan obligasi maupun saham
preferen yang relatif kecil.
d. Memungkinkan untuk diversifikasi usaha, meningkatkan likuiditas, mendapat
tambahan kas dan lebih mudah dalam mengukur nilai perusahaan.
e. Perusahaan semakin transparan dan semakin banyak pihak yang ikut mengamati
kegiatan perusahaan karena dengan menjual sahamnya ke publik berarti perusahaan
tersebut menjadi milik publik.
Sedangkan kelemahan saham biasa adalah sebagai berikut :
a. Dengan menjual saham biasa akan mengancam kendali yang dipegang pemegang
saham mayoritas.
b. Menurunnya laba per lembar saham sebagai akibat bertambahnya jumlah lembar
saham yang beredar.
c. Timbulnya Agency Problem yang meningkatkan Agency Costs karena adanya konflik
antar kelompok seperti pemilik perusahaan, manajer atau pengelola usaha, dan
karyawan
D. Penilaian Saham
Penilaian saham adalah suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi/
variabel perusahaan yang diramalkan menjadi perkiraan tentang harga saham misalnya laba
perusahaan dan deviden yang dibagikan, maksudnya suatu metode untuk mencari nilai-nilai
saham yang menjadi ukuran dalam investasi surat berharga.
Tujuan penilaian saham adalah untuk memberikan gambaran pada manajemen atas estimasi
nilai saham suatu perusahaan yang akan digunakan sebagai rujukan manajemen sebagai
pertimbangan kebijakan atas saham perusahaan bersangkutan.
Ada tiga jenis penilaian saham (Hartono, 2000: 79), yaitu:
a) Nilai buku
Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban perusahaan jika
dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar jaminan atau seberapa
besar aktiva bersih untuk saham yang dimiliki investor.
b) Nilai pasar
Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham
di pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai pasar tidak lagi
dipengaruhi oleh emiten atau pihak pinjaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah
yang sebenarnya mewakili nilai suatu perusahaan.
c) Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar suatu saham agar
saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu
mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua
aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain
Pendekatan Dalam Penentuan Nilai Intrinsik Saham
Pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental
yaitu:
1. Pendekatan nilai sekarang (present value)
Dalam pendekatan ini, perhitungan nilai saham dilakukan dengan menghitung nilai
sekarang (present value) semua aliran kas saham yang diharapkan di masa datang dengan
tingkat diskonto sebesar tingkat return yang disyaratkan investor. Dalam hal ini nilai
intrinsik atau disebut juga dengan nilai teoritis suatu saham nantinya akan sama dengan
nilai diskonto semua aliran kas yang akan diterima investor pada masa yang akan datang.
Komponen dalam penentuan nilai saham dnegan pendekatan nilai sekarang adalah
aliran kas (cash flow). Aliran kas yang bisa dipakai dalam penilaian saham dengan
pendekatan nilai sekarang adalah earning perusahaan, atau berupa earning yang dibagikan
dalam bentuk dividen. Dengan demikian kita bisa menggunakan komponen deviden
sebagai dasar penilaian saham.
Penentuan nilai saham (pendekatan nilai sekarang) dengan menggunakan komponen
deviden dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan Model Diskonto Deviden
P0 = D1 + D2 + D3 + ....... + D~
(1 + k) (1 + k)2 (1 + k)3 (1 + k)~
Model Diskonto Deviden merupakan model untuk mengestimasi harga saham dengan
mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima di masa yang akan datang. Secara
sistematis, model ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
Dimana,
P0 = Nilai intrinsik saham dengan model diskonto dividen
D1, D2, D3, D~ = Dividen yang akan diterima dimasa yang akan datang
K = Tingkat return yang diisyaratkan
Dalam persamaan diatas dapat dilihat bahwa aliran dividen yang diterima investor
merupakan aliran dividen yang ridak terbatas dan bersifat konstan. Namun dalam
kenyataannya, ada kalanya perusahaan membayarkan dividen secara tidak teratur,
jumlahnya tidak konstan atau dengan kata lain pembayarannya mengalami pertumbuhan
(growth). Dalam situasi tersebut, perlu dibedakan antara sesuai dengan karakteristik
pertumbuhan pembayaran dividen.
a) Model Pertumbuhan Nol
Model ini digunakan saat dividen yang dibayarkan oleh perusahaan tidak akan
mengalamai pertumbuhan. Dengan kata lain jumlah dividen yang dibayarkan akantetap
sama dari waktu ke waktu. Model ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
Dimana,
P0 = Nilai saham preferen
D = dividend saham preferen
k = tingkat return yang disyaratkan pd saham preferen
b) Model Pertumbuhan Konstan
Model petumbuhan konstan (model Gordon), dipakai untuk menentukan nilai saham
yang pembayaran dividennya mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak
terbatas. Model ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
Dimana,
P0 = Nilai saham preferen
D1 = dividend saham preferen
k = tingkat return yang disyaratkan pd saham preferen
g = tingkat pertumbuhan perusahaan
c) Model Pertumbuhan Tidak Konstan (ganda)
Model ini sesuai untuk menilai saham perusahaan yang mempuyai karakteristik
pertumbuhan yang ‘fantastis’ di tahun-tahun awal, sehingga bisa membayarkan dividen
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
P0=D(1+k )
+D(1+k )2
+.. .+D(1+k )∞
P0=Dk
P0=D0(1+g )(1+k )
+D0(1+g)2
(1+k )2+.. .+
D0 (1+g )(1+k )∞
P0=D0(1+g )( k−g )
Pada beberapa tahun awal selama masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin
akan mampu membayar dividen dengan pertumbuhan diats normal, namun setelah
melewati masa tersebut pertumbuhan tingkat dividen yang dibayarkan perusahaan
mungkin akan lebih rendah dari masa sebelumnya, dan akan bertumbuh secara tetap.
Tahap-tahap perhitungan yang harus dilakukan untuk model ini adalah:
- Membagi aliran dividen menjadi dua bagian: (a) bagian awal yang meliputi aliran
dividen yang ‘fantastis’, dan (b) aliran dividen dengan pertumbuhan yang konstan.
- Menghitung nilai sekarang dari aliran dividen yang fantastis (bagian awal).
- Menghitung nilai sekarang dari semua aliran dividen selama periode pertumbuhan
konstan (bagian b).
- Menjumlahkan hasil perhitungan nilai sekarang dari kedua bagian perhitungan
aliran dividen
Model ini bisa dirumuskan sebagai berikut
Dimana,
P0 = Nilai saham preferen
n = jumlah tahun selama periode pembayaran dividen supernormal
D0 = dividen saat ini (tahun ini)
gt = pertumbuhan dividen supernormal
2. Pendekatan Price Earning Ratio
Pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan multipler, dimana investor akan
menghitung berapa kali (multipler) nilai earning yang tercermin dalam harga sutu
saham. Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga
saham terhadap earning perusahaan. PER juga mencerminkan berapa rupiahkah yang
harus dibayarkan investor saham untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan.
Pendekatan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
PER = Harga Perlembar Saham
Earning Per Lembar Saham
P0=D1
(1+k )+
D2
(1+k )2 +.. .+ D∞
(1+k )∞
Dimana,
Earning Per Lembar = Earning Perusahaan
Jumlah saham yang beredar
3. Pendekatan Penilaian Saham Lainnya
a. Rasio Harga/Nilai Buku
Hubungan antara harga pasar dan nilai buku per lembar saham dapat dipakai untuk
menentukan nilai saham. Karena secara teoritis nilai pasar suatu saham harus
mencerminkan nilai bukunya. Rasio harga terhadap nilai buku banyak digunakan untuk
menilai saham-saham sektor perbankan.
Hasil penelitian menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio harga/nilai buku
yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi dibanding
saham-saham yang memiliki rasio harga/nilai buku yang tinggi.
b. Rasio Harga/Aliran Kas
Pendekatan ini mendasarkan diri pada aliran kas perusahaan, bukannya earning
perusahaan. Dalam penilaian saham perusahaan, investor bisa menggunakan informasi
rasio harga/aliran kas ini sebagai pelengkap informasi PER, karena data aliran kas
perusahaan bisa memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi investor tentang
perubahan nilai saham yang akan terjadi.
c. Economic Value Added (EVA)
EVA digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam meningkatkan nilai
tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja
manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan
tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan.
EVA dihitung dengan mengurangkan keuntungan operasi perusahaan dengan biaya
modal perusahaan, baik untuk biaya hutang (cost of debt) maupun modal sendiri (cost
of equity)