mansyur –yusliani nooreprints.ulm.ac.id/5547/1/4. memori haga di mandiangin.pdf · 2019. 3....
TRANSCRIPT
i
Mansyur –Yusliani Noor
ii
iii
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Tahura Sultan Adam, Bukit Besar Mandiangin
Tahun 1939-1942 dari Kajian Historis
Mansyur – Yusliani Noor
Editor: Prof. Dr. Ir. H.M. Arief Soendjoto, M.Sc
iv
MEMORI HAGA DI MANDIANGIN
Copyright@2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Editor:
Prof. Dr. Ir. H.M. Arief Soendjoto, M.Sc
Penulis:
Mansyur
Yusliani Noor
Layout, dokumentasi & Sampul:
Alim Bahri
Diterbitkan oleh :
Arti Bumi Intaran (Anggota Ikapi)
Mangkuyudan J III/216 Yogyakarta
Email: [email protected]
Gambar sampul:
Situs Kolam Belanda di Taman Hutan Rakyat, Bukit Besar Mandiangin.
Koleksi Alim Bahri.
Cetakan pertama, Februari 2018
Dimensi: 15,5 x 23 cm, 200 hlm.
ISBN : 978-602-7731-837
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun
tanpa izin tertulis dari penulis.
v
SAMBUTAN
REKTOR UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M. Si, M. Sc
KAMI menyambut baik ter-
bitnya buku ini. Harapannya, karya
sejarah bisa menjadi sumbangsih, se
bagai masukan kebijakan bagi sta-
keholder pada umumnya, khusus-
nya yang terlibat dalam pengelolaan
warisan sejarah. Secara tidak lang-
sung keberadaan bangunan pening-
galan Hindia Belanda di Bukit Besar,
Mandiangin ini bermanfaat sebagai
media edukasi.
Oleh karena itu, dalam upa-
ya memanfaatkan bangunan bangu-
nan bersejarah, upaya yang harus dilakukan adalah bagaimana
menciptakan tinggalan tersebut menjadi tempat kunjungan bagi
masyarakat. Khususnya generasi muda, sehingga tinggalan-
tinggalan ini benar-benar menjadi means of education bagi gene-
rasi bangsa. Selain itu, buku yang disusun ini dapat menjadi
dasar dalam pengkajian potensi pariwisata, yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan pemerintah dari sektor pariwisata,
khususnya wisata sejarah.
Buku ini bukan hanya menjadi karya tanpa makna. Paling
tidak, dari segi kemanfaatan menjadi bahan masukan bagi Balai
Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, Mandiangin dan
Kementerian Kehutanan serta jajarannya, berkaitan pengkajian
rencana tata ruang wilayah pariwisata. Gilirannya, pihak terkait
vi
bisa menggarap situs bangunan Hindia Belanda di Mandiangin
sehingga bisa menjadi objek wisata andalan. Apalagi bisa
ditindaklanjuti sebagai dasar pengusulan situs ini sebagai Situs
Cagar Budaya yang dilindungi. Berikutnya, buku ini tentunya
akan menunjang penulisan sejarah lokal di wilayah Kalimantan
Selatan pada umumnya. Dalam arti yang luas adalah pengem-
bangan dari penulisan sejarah lokal yang berhubungan dengan
kajian sejarah menuju bangsa yang beridentitas. Wasalam.
Banjarmasin, Januari 2018
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M. Si, M. Sc
vii
SAMBUTAN
GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN
PUJI syukur ke hadirat Allah
SWT atas ridhoNya, sehingga penu-
lisan buku Memori Haga di Mandi
angin dapat diselesaikan. Kami me
nyambut gembira atas terbitnya bu
ku bermuatan sejarah di Kalimantan
Selatan ini. Semoga bisa bermanfaat
bagi semua kalangan.
Keberadaan dari bangunan
peninggalan bersejarah ini sangat
erat hubungannya dengan konteks
pariwisata. Oleh karena itu, kombi-
nasi antara kekayaan keaneka-raga
man arsitektur dengan bentang kein
dahan alam dan keunikan tradisi budaya di Kalimantan Selatan
sebagai ekspresi budaya yang hidup di dalamnya adalah sumber
motivasi kunjungan wisatawan.
Selain itu, pemanfaatan bangunan bersejarah sebagai
daya tarik wisata tentunya sangat relevan dengan isi Undang-
Undang nomor 11 tahun 2010 bagian keempat pasal 85 bahwa
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang dapat meman
faatkan Cagar Budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendi
dikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan pariwisata.
Benda cagar budaya tidak ternilai harganya karena hanya dibuat
viii
sekali pada satu peristiwa di masa lalu dan tidak dapat diulang
kembali.
Peninggalan bangunan bersejarah seperti di Tahura Sul-
tan Adam Mandiangin ini dapat bernilai ideologis untuk mem
perkuat jati diri bangsa. Kemudian nilai akademis, dimana benda-
benda bersejarah dapat mendukung pengembangan ilmu
pengetahuan. Demikian halnya dengan nilai ekonomis, yang
dapat dimanfa atkan sebagai sumber pariwisata.
Pada dasarnya benda cagar budaya hanyalah merupakan
benda-benda mati yang tidak dapat „berbicara apa-apa‟. Hal
seperti ini tentu tidak dapat memberi daya tarik apapun bagi
para wisatawan. Benda cagar budaya baru dapat berdaya guna
tinggi bagi dunia pariwisata apabila dikemas dengan baik. Oleh
karena itu dengan keberadaan karya ini paling tidak bisa menjadi
pedoman dalam rangka mengatur perspektif ruang dengan mak
sud daya tarik wisata lebih berkesan bagi wisatawan. Mengatur
perspektif dalam kerangka daya tarik wisata akan meninggalkan
kesan lebih dalam bagi wisatawan. Wassalam.
Banjarmasin, Januari 2018
H. Sahbirin Noor
ix
SAMBUTAN
KEPALA DINAS KEHUTANAN KALIMANTAN SELATAN
Dr. Hanif Faisol Nurofiq S.hut, MP.
KEBERADAAN bangunan ber
sejarah di Taman Hutan Rakyat (Ta
hura) Sultan Adam merupakan po
tensi terhadap pengembangan heri
tage tourism atau wisata warisan bu-
daya sebagai alternatif pengemba
ngan pariwisata di Kalimantan Sela
tan. Sejarah panjang telah melahir
kan Kalimantan Selatan sebagai da
erah yang memiliki (warisan budaya)
yang sangat kaya, baik cultural heri
tage, yang bersifat kasat mata (tangi
ble) maupun tidak kasat mata (intangible).
Setiap wilayah memiliki cerita tersendiri tentang sejarah
yang melekat padanya, melalui bangunan tua, kantor pemerinta-
han, jembatan, seni patung, arsitektur, kerajinan tangan, per-
tunjukan seni, peninggalan keagamaan, kuliner, cerita rakyat,
tradisi dan lainnya masih mengguratkan perjalanan panjang
sebuah kawasan. Jika dapat dikelola baik dan terpelihara dengan
apik maka goresan yang menghiasi wajah renta kawasan sejarah
menjadi begitu mempesona dan merangsang wisatawan untuk
datang. Tidak sekadar menjenguk si tua nan jelita dan menge
nang keberadaannya, tapi juga mencoba memahami seberkas
perjalanan dan nilai dari makna dibalik peristiwa dalam per-
jalanan waktu.
Wisata heritage sangat berkaitan erat dengan pengelo-
laan pusaka (heritage) sebagai warisan kebudayaan masa lalu
atau peninggalan alam. Sehingga cukup jelas bahwa tantangan
dalam pengembangan bangunan bersejarah dalam industri pari-
x
wisata tidaklah mudah. Diperlukan kajian terlebih dahulu sehing-
ga pemanfaatan yang telah dilakukan sebagai daya tarik wisata
dengan alasan mensejahterakan masyarakat, tidak mengesam-
pingkan langkah-langkah pelestarian yang seharusnya diutama-
kan dalam proses pemanfaatan bangunan-bangunan bersejarah
di Kalimantan Selatan sebagai daya tarik wisata.
Pemanfaatkan potensi tersebut sebaiknya dilakukan pe-
merintah untuk bisa menghasilkan Pendapatan Asli Daerah/PAD.
Pada negara lain bangunan dan peninggalan masa lampau yang
bernilai sejarah tidak dihancurkan malah direvitalisasi/dihidup-
kan kembali dan menjadi kebanggaan serta pengasilan peme-
rintah setempat.
Harus kita akui sebagian besar kota di Indonesia sangat
tertinggal dalam sistem pengelolaan dan persepsi terhadap heri-
tage (warisan) peninggalan budaya masyarakat. Namun, Taman
Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Adam selain mengandalkan wisata
alam, sangat potensial untuk dikembangkan menjadi daerah
tujuan wisata heritage yang tidak kalah dari wilayah lainnya.
Karena bila warisan budaya itu dikelola dengan sistematis maka
akan memberikan topangan kesejahteraan. Bukan cuma pada sisi
budaya, tetapi juga sisi ekonomi, wisata, dan sistem sosial yang
terpelihara. Maka diperlukan suatu upaya untuk mengembang-
kan warisan budaya di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan
Adam sebagai heritage tourism.
Banjarmasin, Januari 2018
Dr. Hanif Faisol Nurofiq Shut, MP.
xi
SEKAPUR SIRIH DARI EDITOR
Prof. Dr. Ir. H.M. Arief Soendjoto, M.Sc
HUTAN memang banyak
menyimpan misteri. Seperti ke-
beradaan bangunan peningga-
lan Hindia Belanda di Taman
Hutan Rakyat (Tahura) Sultan
Adam, Bukit Besar Mandiangin,
Kabupaten Banjar. Warga se-
tempat menamakannya dengan
Benteng Belanda. Selain itu,
pihak pengelola Tahura sudah
membuat plang dengan tulisan
Benteng Peninggalan Belanda.
Sayangnya, tidak pernah didapatkan informasi, apakah
bangunan tersebut benar-benar bangunan benteng atau bangu-
nan lain. Selain itu, juga terdapat kolam yang dinamakan kolam
Belanda. Terbersit pertanyaan yang memantik rasa penasaran
kami, apakah bangunan tersebut memang benteng? Hemat kami,
kurang memenuhi syarat sebagai benteng, dari segi lokasi.
Jarang sekali benteng (fort) dibangun di tengah hutan atau
puncak gunung. Biasanya di sekitar lokasi pinggiran sungai atau
pesisir pantai.
Pada sisi lain lokasi bangunan peninggalan Hindia Belan
da tersebut berada di wilayah Hutan Pendidikan Unlam. Kawasan
ini ditunjuk melalui SK. Gubernur Nomor DA.144/ PH/1980
tanggal 31 Desember 1980 dengan luas sekitar 2.000 Hektar
berlokasi di Mandiangin. Sangat disayangkan, apabila kita tidak
mengetahui informasi dimaksud. Selain itu, warga setempat dan
wisatawan yang sering berkunjung ke wilayah ini, pasti menyim-
pan rasa penasaran yang sama.
xii
Oleh karena itu, tentunya sangat perlu kajian historis
guna mengungkap tabir “misteri” bangunan Hindia Belanda di
wilayah Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, Mandiangin.
Pihak Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Universitas Lambung Mangkurat (ULM) pun menggandeng pene-
liti dari Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lam-
bung Mangkurat (ULM) menggali informasi sejarah di wilayah ini,
yang disusun berbentuk buku referensi.
Tujuannya, membuka wawasan masyarakat umum mau-
pun kalangan akademik, bermanfaat dari segi keilmuan. Muara-
nya, kegiatan preservasi dan konservasi pada bangunan berse-
jarah maupun pada kawasan/lingkungan bersejarah. Pada dasar-
nya bukan semata tujuan pelestarian dan mempertahankan ba-
ngunan secara arsitektural, tetapi menyangkut nilai-nilai budaya
dalam masyarakat.
Banjarmasin, Januari 2018
Prof. Dr. Ir. H.M. Arief Soendjoto, M.Sc
xiii
SEPATAH KATA DARI PENULIS
SYUKUR Alhamdulillah kepada Allah SWT, karena atas
segala anugerah dan perlindungannya, akhirnya hasil penelitian
mengenai Bangunan Hindia Belanda di Mandiangin dapat
dirampungkan seperti adanya penampilan karya ini. Buku ini
didanai dari PNBP Universitas Lambung Mangkurat tahun 2017
melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LPPM) Universitas Lambung Mangkurat. Ucapan terimakasih tak
terhingga kami haturkan dan kepada Bapak Rektor Universitas
Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Prof. Dr. H. Sutarto
Hadi, M.Si, M.Sc. atas sambutan, arahan serta bantuannya dalam
penulisan buku ini. Ucapan terimakasih juga dihaturkan kepada
Prof. Dr. Ir. H.M. Arief Soendjoto, M.Sc yang telah bersedia
menjadi editor serta banyak membantu kelancaran pengumpulan
data hingga penyelesaian buku ini. Atas bantuan beliau juga,
buku ini bisa terbit dan hadir melengkapi historiografi lokal di
Kalimantan Selatan.
Buku ini hadir setelah melalui proses penelitian panjang
dengan menggunakan Metode Sejarah untuk merekonstruksi
tentang Bangunan Hindia Belanda di Mandiangin, dengan tahap-
tahap heuristik, kritik (eksternal dan internal), interpretasi, hingga
histo riografi. Penelitian ini melalui seleksi atas sumber Eropa
(Hindia Belanda) maupun sumber lokal yang relevan, dalam
rangka mewujudkan obyektifitas penulisan sejarah sesuai tema
yang ditulis.
Terima kasih sebesar besarnya kepada Balai Taman Hutan
Raya Sultan Adam, Ibu Ir. Hj. Sri Wuryani, MS atas ijinnya untuk
melakukan penelitian lapangan. Terima kasih kepada ibu Warda-
niah, S.Hut, Nina Indriana, S.Hut dan Hermawati Diyah, S.Hut
serta seluruh staf Balai Taman Hutan Raya Sultan Adam yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, yang sangat membantu
kegiatan pengumpulan data di lapangan. Terima kasih juga
kepada semua narasumber, dan informan, Bapak Dharma
xiv
Setyawan, S.Pd (Ketua Komunitas Historia Indonesia/KHI Kali-
mantan Selatan), warga Desa Mandiangin serta narasumber dan
informan lainnya.
Tidak lupa pula ucapan terimakasih secara khusus kepada
mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM, Muhammad
Syahreza, Aditya Riswan Effendy, Alim Bahri yang telah banyak
membantu kami mulai dari proses pengumpulan data lapangan
(observasi dan wawancara), pengumpulan arsip klasik sumber
Hindia Belanda dan terjemahannya, tempat berdiskusi dan
konsultasi dalam merekonstruksi keberadaan bangunan Hindia
Belanda di Mandiangin.
Akhirnya dengan satu doa, semoga Allah SWT membe-
rikan balasan kebajikan atas peran serta dalam membantu
merampungkan buku ini. Hal ini penting untuk ilmu pengeta-
huan, dokumentasi sejarah, budaya dan nilai-nilai tradisonal,
khususnya dalam rangka menginventarisir dan melestarikan
keberadaan bangunan Hindia Belanda di Mandiangin.
Buku ini disadari masih jauh dari kesempurnaan, se-
hingga memerlukan saran-saran konstruktif. Tim penulis sangat
menyadari akan hal ini, dengan meminjam istilah lama, “tak ada
gading yang tak retak”. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan
dalam buku ini kami memohon maaaf sebesar-besarnya dan
akan kami perbaiki dalam cetakan berikutnya. Semoga buku kecil
ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Banjarmasin, Januari 2018
Penulis
xv
DAFTAR ISI
Cover ~ i
Sambutan Rektor ULM ~ v
Sambutan Gubernur Kalimantan Selatan ~ vii
Sambutan Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan ~ ix
Pengantar Dari Editor ~ xi
Pengantar Penulis ~ xiii
Daftar Isi ~ xv
Daftar Gambar ~ xvii
Bab I. Pendahuluan ~ 1
Bab II. Pengelolaan Taman Hutan Rakyat Sultan Adam
Mandiangin Dalam Catatan Sejarah ~ 7
A. Dari Riam Kanan ke Taman Hutan Rakyat ~ 7
B. Potensi Kawasan Tahura ~ 11
C. Hutan Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat ~ 14
D. Mengabadikan Sultan Adam Menjadi Nama Tahura ~ 20
E. Pangeran M. Noor: Penggagas Waduk PLTA Riam
Kanan ~ 26
Bab III. Catatan Tentang Bukit Besar Mandiangin, Lokasi
Penemuan Bangunan Hindia Belanda Dalam Sumber-
Sumber Tertulis Kolonial ~ 37
Bab IV. Sumber Lisan Tentang Bangunan Hindia Belanda di
Bukit Besar, Mandiangin: Variasi Data Kontroversi ~ 55
A. Benteng Belanda Dibangun Gustave Verspyck ~ 55
B. Bangunan Villa Diresmikan Ratu Juliana Tahun 1932 ~ 63
C. Fasilitas Tambang Julia Hermina (Banyu Irang) ~ 65
xvi
Bab V. Identifikasi dan Analisis Bangunan Bangunan Hindia
Belanda di Bukit Besar Mandiangin Berdasarkan Arsip
Kolonial (Primer) dan Artefak ~ 71
A. Sumber Primer Sebagai Dasar Identifikasi ~ 71
B. Hasil Penelitian, Observasi dan Analisis Bangunan ~ 78
1. Sanatorium Mandiangin ~ 78
a. Peninggalan Artefak dan Analisis ~ 78
b. Sejarah Sanatorium Mandiangin ~ 87
2. Pasanggrahan Mandiangin dan Garasi ~ 100
a. Peninggalan Artefak Bangunan Pasanggrahan ~ 100
b. Sejarah Pembangunan Pasanggrahan ~ 119
c. Operasional Pasanggrahan Mandiangin ~ 121
3. Bangunan Kolam Renang ~ 127
a. Peninggalan Artefak ~ 127
b. Pembangunan Kolam dan Operasional ~ 129
4. Lapangan Tennis Mandiangin ~ 133
5. Renovasi dan Perubahan Fungsi Bangunan ~ 138
Bab VI. Profil Jan Bauke Haga: Gubernur Borneo, Penggagas
Pembangunan Fasilitas Hindia Belanda di Bukit Besar
Mandiangin ~ 141
A. Asal Usul BJ Haga dan Karirnya di Hindia Belanda ~ 141
B. Menjabat Gubernur Borneo Tahun 1938-1942 ~ 161
C. Kedatangan Tentara Jepang dan Pembunuhan BJ.
Haga, Tahun 1942 ~ 174
D. Pemakaman di Ereveld Ancol ~ 187
E. Penghargaan Bintang Asia Timur Untuk BJ Haga ~ 189
Bab VII. Kesimpulan dan Rekomendasi ~ 195
Daftar Pustaka ~ 199
Lampiran ~ 203
Glosarium ~ 209
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura)
Sultan Adam ~ 8
Gambar 2.2. Wilayah Pulau Pinus, Tahura Sultan Adam. ~ 12
Gambar 2.3. Air Terjun Surian di Tahura Sultan Adam. ~ 13
Gambar 2.4. Kawasan Hutan Pendidikan Unlam/HPU
Mandiangin ~ 12
Gambar 2.5. Daerah Hutan Pendidikan Unlam (HPU)
Mandiangin ~ 18
Gambar 2.6. Lukisan Sultan Adam al Watsiq Billah,
Tahun 1844 ~ 22
Gambar 2.7. Relief Sultan Adam di Pertigaan Jalan ke Tahura ~ 26
Gambar 2.8. Ir. H. Pangeran Muhammad Noor ~ 28
Gambar 2.9. PM. Noor Bersama Wakil Presiden Muh. Hatta ~ 30
Gambar 2.10. M Noor Meninjau Waduk PLTA-Riam Kanan ~ 31
Gambar 2.11. Sungai Riam Kanan Pra Dibelokan Tahun 1966 ~ 33
Gambar 2.12. Bendungan Utama Riam Kanan Pada
Tahun 1973 ~ 34
Gambar 3.1. Lokasi Bukit Besar Dalam Peta Wilayah Kerajaan
Banjar Tahun 1826-1860 ~ 39
Gambar 3.2. Lokasi Boekit besar Pada Peta Verspyck,
Tahun 1862~ 41
Gambar 3.3. Lokasi Pegunungan Babaris Pada Peta Verbeek
1870 ~ 42
Gambar 3.4. Lokasi Bukit Besar Pada Peta Stemler 1875 ~ 43
Gambar 3.5. Lokasi Bukit Besar Pada Peta Hooeze 1893 ~ 44
Gambar 3.6. Lokasi Bukit Besar Dalam Peta Muller 1845 ~ 46
Gambar 3.7. Lokasi Bukit Besar Dalam Peta Topografische Dienst
1924-1925 ~ 48
Gambar 3.8. Puncak Bukit Besar, Mandiangin Tahun 2010-an ~ 50
Gambar 3.9. Denah Menuju Kawasan Tahura Sultan
Adam (1) ~ 52
Gambar 3.10. Denah Menuju Kawasan Tahura Sultan
xviii
Adam (2) ~ 53
Gambar 4.1. Gambar Gustave Verspyck Tahun 1862 & 1892 ~ 56
Gambar 4.2. Gambar Gustave Verspyck Tahun 1900 an ~ 58
Gambar 4.3. Peta Lokasi Benteng Mengappan Dalam Peta
Verspyck, Tahun 1862 ~ 62
Gambar 4.4. Peta Lokasi Benteng Mengappan Dalam Peta Hindia
Belanda ~ 63
Gambar 4.5. Ratu Juliana (1948-1980)-tengah ~ 65
Gambar 4.6. Peta Lokasi Kaolangan dan Banjoe Irang Dalam
Peta Verspyck, Tahun 1862 ~ 68
Gambar 5.1. Sumber Primer, Majalah Tropisch Nederland,
1939 ~ 72
Gambar 5.2. Kutipan Majalah Tropisch Nederland,
Tahun 1939 ~ 73
Gambar 5.3. Logo website https://oorlogsgravenstichting.nl.
Sumber: https://oorlogsgravenstichting.nl.,diakses 20
November 2017 ~ 76
Gambar 5.4. Kantor Yayasan oorlogsgravenstichting,
Belanda ~ 77
Gambar 5.5. Sisa Pondasi Sanatorium Mandiangin ~ 79
Gambar 5.6. Sketsa Sanatorium Mandiangin di Bukit Besar~ 81
Gambar 5.7. Kaca Bertulang Jendela Sanatorium Mandiangin ~ 83
Gambar 5.8. Tulisan di Pipa Bak Mandi Sanatorium
Mandiangin~ 84
Gambar 5.9. Bekas Tandon di Bangunan Sanatorium
Mandiangin ~ 85
Gambar 5.10. Bekas Bangunan Sanatorium Mandiangin (1) ~ 86
Gambar 5.11. Bekas Bangunan Sanatorium Mandiangin (2) ~ 86
Gambar 5.12. Bekas fondasi Bangunan Sanatorium
Mandiangin ~ 87
Gambar 5.13. Bangunan Sanatorium Tosari Tahun 1920 Yang
Mirip Dengan Sanatorium Mandiangin (1) ~ 90
Gambar 5.14. Daftar Nama Sanatorium Tahun 1920 -
di Hindia Belanda ~ 93
xix
Gambar 5.15. Suasana Sanatorium Garoet ~ 95
Gambar 5.16. Bangunan Sanatorium Tosari Tahun 1920 yang
Mirip Dengan Sanatorium Mandiangin (2) ~ 96
Gambar 5.17. Dokter Paru Yang Bertugas di Sanatorium
Garoet ~ 98
Gambar 5.18. Sisa Pondasi Bangunan Sanatorium Barabai ~ 99
Gambar 5.19. Sisa Pondasi Bangunan Sanatorium Barabai ~ 99
Gambar 5.20. Sisa Pondasi Bangunan Sanatorium Barabai ~ 100
Gambar 5.21. Sketsa Bangunan Pasanggrahan Mandiangin ~ 102
Gambar 5.22. Bangunan Pesanggrahan Kotabaru Yang Mirip
Pasanggrahan Mandiangin Tahun 1900 an ~ 103
Gambar 5.23. Sisa Pondasi Pasanggrahan Mandiangin
di Bukit Besar ~ 104
Gambar 5.24. Susunan Tangga belakang Pasanggrahan
Mandiangin ~ 105
Gambar 5.25. Sisa Pondasi pada Pasanggrahan
Mandiangin ~ 106
Gambar 5.26. Tulisan Pada Ubin/Tegel Yang Ditemukan Pada
Kamar Mandi Pasanggrahan ~ 108
Gambar 5.27. Pasar Boeboetan Surabaya ~ 109
Gambar 5.28. Iklan Perusahaan Ubin/Tegel dan Beton Boeboetan
dalam Indische Courant 1940 ~ 110
Gambar 5.29. De Indische Courant Tahun 1940 ~ 111
Gambar 5.30. Iklan pada Het Ochtendblad van Nedenlandsch
Indie Tahun 1940-1941 ~ 112
Gambar 5.31. Koran Het Ochtendblad van Nedenlandsch-Indie
Tahun 1940-1941 ~ 113
Gambar 5.32. Bangunan Berbentuk Garasi Mobil di Lokasi
Pesanggrahan Mandiangin ~ 115
Gambar 5.33. Garasi Mobil Pasanggrahan di Jawa ~ 116
Gambar 5.34. Mobil Yang diperkirakan berada di lokasi Bukit
Besar, Mandiangin ~ 111
Gambar 5.35. Mobil Yang diperkirakan berada di lokasi Bukit
Besar, Mandiangin ~ 118
xx
Gambar 5.36. Mobil Yang Diperkirakan Mengangkut
Bahan Bangunan ke Bukit Besar, Mandiangin ~ 118
Gambar 5.37. Garasi Mobil Pasanggrahan di wilayah Garoet,
Jawa Barat ~ 119
Gambar 5.38. Sketsa Kolam Renang Haga di Bukit Besar -
Mandiangin ~ 128
Gambar 5.39. Foto Haga Zwembad (Haga di Kolam
Renang) ~ 130
Gambar 5.40. Foto Kolam Mandiangin Sekarang Dari Sudut
Yang Sama ~ 131
Gambar 5.41. Foto Kolam Mandiangin Dengan Angle Dari
Atas Bukit ~ 132
Gambar 5.42. Sisa Fondasi Lapangan Tenis Mandiangin ~ 134
Gambar 5.43. Sketsa Lapangan Tenis di Bukit Besar
Mandiangin ~ 135
Gambar 5.44. Sisa Bangunan Ruang Ganti, Kamar Mandi
dan Toilet di Lapangan Tenis Mandiangin ~ 136
Gambar 5.45. Ambtenaar Belanda di Lapangan Tenis Yang Mirip-
Lapangan Tenis Mandiangin Tahun 1930 an ~ 137
Gambar 5.46. Klub Tenis di Kota Banjarmasin Tahun 1898 ~ 138
Gambar 5.47. Pisau yang ditemukan di lokasi Sanatorium
Mandiangin Tahun 2014~ 138
Gambar 6.1. Foto Bauke Jan (BJ) Haga ~ 142
Gambar 6.2. Profesor Hermanus Haga, Orang Tua BJ. Haga ~ 143
Gambar 6.3. Beberapa Register Tentang Catatan Kelahiran
dan Kependudukan BJ. Haga di Groningen (1) ~ 144
Gambar 6.4. Beberapa Register Tentang Catatan Kelahiran
dan Kependudukan BJ. Haga di Groningen (2) ~ 144
Gambar 6.5. Beberapa Register Tentang Catatan Kelahiran
dan Kependudukan BJ. Haga di Groningen (3) ~ 145
Gambar 6.6. Bauke Jan Haga Saat Berada di Sumatera ~ 147
Gambar 6.7. BJ. Haga Saat Berada di Sumatera ~ 149
Gambar 6.8. Artikel Kelulusan BJ. Haga di Universitas
Leiden ~ 151
xxi
Gambar 6.9. Foto Bauke Jan Haga dan Neeltje van Witzenburg
Gretel Sebelum Menikah di Batavia ~ 152
Gambar 6.10. Foto Pernikahan Bauke Jan Haga dan Neeltje van
Witzenburg Gretel di Batavia 20 Desember
1925 ~ 153
Gambar 6.11. Putra-Putri BJ Haga & Neeltje
van Witzenburg (1) ~ 154
Gambar 6.12. Putra-Putri BJ Haga & Neeltje
van Witzenburg (2) ~ 155
Gambar 6.13. Rumah Jabatan BJ Haga di Kota Ambon ~ 157
Gambar 6.14. Mobil yang Dihias oleh Anak Anak BJ Haga Saat
Pawai di Kota Ambon ~ 158
Gambar 6.15. Pesawat Yang Mengantar BJ Haga Saat Inspeksi -
ke Daerah di Maluku ~ 159
Gambar 6.16. Peletakan karangan bunga oleh Gubernur Jenderal
Jhr. Mr. B.C. de Jonge dan Gubernur BJ Haga
di peringatan untuk Rumphius Ambon ~ 160
Gambar 6.17. BJ Haga di Maluku ~ 160
Gambar 6.18. Kedatangan BJ Haga di Banjarmasin ~ 162
Gambar 6.19. BJ Haga Berfoto Bersama Keluarga di Rumah
Jabatan Gubernur Borneo di Banjarmasin (1) ~ 163
Gambar 6.20. BJ Haga Berfoto Bersama Ambtenaar di Rumah
Jabatan Gubernur Borneo di Banjarmasin (2) ~ 163
Gambar 6.21. Rumah Jabatan Gubernur Borneo
di Banjarmasin ~ 164
Gambar 6.22. BJ Haga di Ruang Kerja, Rumah Jabatan Gubernur
Borneo, Banjarmasin (3) ~ 162
Gambar 6.23. BJ Haga di Ruang Kerja, Rumah Jabatan Gubernur
Borneo, Banjar masin (4) ~ 165
Gambar 6.24. Putra Putri BJ Haga di Rumah Jabatan Gubernur
Borneo, Banjarmasin (5) ~ 165
Gambar 6.25. Berita Karir Haga BJ. Haga di Maluku
dan Borneo ~ 166
Gambar 6.26. BJ Haga bersama putra putrinya di Rumah Jabatan
xxii
Gubernur Borneo, Banjarmasin (6) ~ 167
Gambar 6.27. Pertemuan Semua Gubernur wilayah Hindia
Belanda di Batavia pada Januari 1939 ~ 169
Gambar 6.28. BJ Haga Menyambut Menteri
Van Kleffens (1) ~ 170
Gambar 6.29. BJ Haga Menyambut Menteri
Van Kleffens (2) ~ 171
Gambar 6.30. Foto Corrie Yang Berkostum Tikus dan Adiknya
Berkostum Kadal Saat Bermain
di Banjarmasin ~ 172
Gambar 6.31. Eelco van Kleffens ~ 173
Gambar 6.32. Raderboot (Kapal bermesin Uap dan kincir
di Buritan) yang ditumpangi BJ Haga Saat Inspeksi
Ke Wilayah Wilayah Provinsi Borneo ~ 174
Gambar 6.33. B.J. Haga Bersama Pegawai Kantor Gubernur
Borneo di Banjarmasin ~ 175
Gambar 6.34. Pasukan Jepang Baris Berbaris di Lapangan-
Merdeka Banjarmasin ~ 181
Gambar 6.35. Komplotan B.J. Haga yang Dibantai Tentara
Jepang ~ 186
Gambar 6.36. Ereveld Ancol, tempat BJ Haga dimakamkan
Bersama Istrinya ~ 188
Gambar 6.37. Pemberian Penghargaan Untuk B.J. Haga
Yang Diterima Putra Bungsunya, Bauke Haga,
Pada Hari Senin 18 Februari 1950 ~ 190
Gambar 6.38. Deretan Beberapa Penghargaan B.J. Haga ~ 192
Gambar 6.39. Foto B.J. Haga Yang Masih Disimpan Putra
Bungsunya, Bauke Haga di Belanda ~ ~ 193
Gambar 6.40. Prasasti di Pemakaman Belanda di Ancol ~ 193
Gambar 6.41. Bauke Haga Ziarah ke Makam
Orang Tuanya (1) ~ 194
Gambar 6.42. Bauke Haga Ziarah ke Makam
Orang Tuanya (2) ~ 194
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
1
Mansyur & Yusliani Noor
Bab I. Pendahuluan
Keberadaan bangunan di Indonesia dimulai ketika masa
prasejarah pada masa bercocok tanam, berupa rumah panggung.
Sebelumnya manusia bertempat tinggal dalam ceruk atau gua.
Pada masa Hindu-Buddha, bangunan yang didirikan mulai
beragam tergantung dari fungsinya. Misalnya sebagai rumah
tinggal, keraton, pemandian, candi dan sebagainya. Perbedaan
fungsi terbagi menjadi dua, yaitu sakral dan non sakral. Pada
bangunan sakral bertipe cummulative features. Merupakan fitur-
fitur yang terbentuk secara alami tanpa campur tangan manusia,
misalnya ceruk dan goa. Berbeda dengan bangunan masa Hindu
Buddha yang dalam pembuatan dan keletakannya, memiliki
aturan tertentu. Begitu pun yang terjadi pada masa Islam.
Ketika masa kolonial Hindia Belanda, keberadaan bangu-
nan berkembang dan memiliki bentuk dan fungsi makin bera-
gam, tanpa memperhatikan bangunan tersebut sakral atau tidak.
Perhatian bangunannya disesuaikan dengan bangunan umum
atau pribadi. Bangunan awal yang didirikan kolonial Belanda,
berupa gudang-gudang untuk menyimpan barang dagangan
yakni rempah-rempah. Apabila memiliki modal besar, didirikan
pula kantor dagang dan benteng sebagai sarana pertahanan.
Benteng selain untuk pertahanan juga untuk tempat tinggal
orang-orang Belanda sehingga dilengkapi pula sarana dan pra-
sarananya. Oleh karena itu segala aktivitas perdagangan dan
kehidupan sehari-hari berada dalam benteng.
Seiring perkembangan waktu, ketika kondisi di luar ben-
teng aman seiring redanya perlawanan rakyat, maka para
pembesar Hindia Belanda mulai tinggal di luar benteng. Pada
masa Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) dibangun
rumah peristirahatan dan taman luas serta mengikuti model
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
2
Mansyur & Yusliani Noor
Belanda dari Abad ke-18.1 Bangunan yang didirikan pada masa
kolonial dapat dikatakan sebagai bangunan kolonial.2 Tumbuh-
nya kota-kota kolonial di Indonesia dimulai ketika perdagangan
Belanda makin maju sehingga perlu untuk membangun berbagai
sarana dan prasarana untuk keperluan hidup mereka. Termasuk
pendirian bangunan-bangunan kolonial seperti bangunan umum,
pemerintahan/lembaga dan tempat tinggal.3
Demikian halnya di Kalimantan Selatan yang pada masa
Hindia Belanda dikenal dengan nama Zuid Oost Borneo. Pada
wilayah ini terdapat bangunan Hindia Belanda yang dikenal
masyarakat setempat sebagai Benteng Belanda di wilayah Taman
Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, Bukit Besar, Desa Mandiangin
Timur, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar. Dari observasi
awal, sebenarnya bangunan yang diduga benteng Belanda
tersebut adalah sebuah pesanggrahan (pasanggrahans/tempat
peristirahatan, mirip villa) yang dilengkapi kolam renang (zwem-
bad) dan lapangan tenis (tennisbaan). Bangunan tersebut dires-
mikan tanggal 26 Februari 1939 oleh Gouverneur van Borneo, Dr.
Bauke Jan (B.J.) Haga. Dr. B.J. Haga adalah Gubernur Borneo
tahun 1938-1942, sebagai perwakilan pemerintahan kolonial
Hindia Belanda di Kalimantan Selatan. Berkedudukan di Banjar-
masin yang merupakan pusat pemerintahan dan militer kolonial
Belanda di Kalimantan bagian selatan dan timur. Status Residensi
1 Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masya-
rakat Pendukungnya di Jawa, Abad XVIII-Medio Abad XX (Yogyakarta:
Yayasan Bentang Budaya, Cet.1., 2000), hlm.1-4. 2 Djoko Soekiman, Kotagede (Jakarta: Media Kebudayaan
Jakarta, 1992), hlm.661. 3 Novida Abbas,”Warna Eropa Dalam Wajah Kota”, Dalam
Pemukiman di Indonesia (Perspektif Arkeologi) (Jakarta: Departemen
Kebudayaan & Pariwisata Badan Pengembangan Sumberdaya Kebuda-
yaan dan Pariwisata, 2006), hlm.227.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
3
Mansyur & Yusliani Noor
(Karesidenan) Borneo telah ditingkatkan menjadi Pro-vinsi
Borneo sejak tahun 1938.4
Ciri khas bangunan Hindia Belanda tersebut umumnya
bergaya Indis. Menurut Djoko Soekiman, penggunaan unsur-
unsur tradisional tetap ada sehingga bangunan-bangunan yang
didirikan antara 1900-an sampai dengan 1940 masih dapat
dikatakan sebagai arsitektur Indis. Hal yang menarik dari
perkembangan arsitektur di Nusantara bukan hanya arsitektur
kolonialnya saja, namun juga pengaruh Indis tersebut turut
membawa perubahan pada arsitektur rumah tradisional dari
golongan bangsawan. Budaya Indis pada tahun-tahun tersebut
telah meluas ke dalam lingkungan masyarakat pribumi. Gaya
Indis bukan lagi “milik” orang-orang Belanda di Hindia-Belanda
semata, namun telah menjadi ciri khas tersendiri bagi masyarakat
modern awal Abad 20, dengan diwakili gaya arsitektur Indis.5
Untuk memahami masa lalu suatu daerah atau bangunan
maupun manusia, sejarah memiliki andil yang cukup penting. Hal
ini menjadikan sejarah tidak jarang bahkan selalu dijadikan
bahan yang dapat menjadi paket tujuan wisata, dalam artian
dapat dikemas menjadi lebih menarik. Memperkenalkan sejarah
kepada tiap generasi sangat penting. Karena itu, diperlukan suatu
terobosan khusus agar hikmah sejarah atau pengetahuan sejarah
bisa dipahami semua orang, sehingga dari sisa sejarah tersebut
setiap orang ingin membuktikan atau mengunjungi daerah
ataupun bangunan tersebut secara langsung. Hal ini akan
meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah tersebut.
4 A.W. Nieuwenhuis, & Z. Kamerlings (ed), et.al., Magazine Tro-
pisch Nederland, Tijdschrift ter Verbreiding van Kennis omtrent Oost-en
West-Indië, Volume 12 (Twaalfde Jaargang) 1939-1940, Amsterdam:
Drukkerij & Uitgeverij JH de Bussy, 1939. 5 Djoko Soekiman, op.cit., hlm 8.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
4
Mansyur & Yusliani Noor
Upaya menyajikan suatu sejarah agar lebih menarik ada-
lah dengan preservasi dan konservasi. Preservasi adalah kegiatan
yang berhubungan secara tidak langsung terhadap pemeliharaan
artefak (peninggalan budaya) pada kondisi fisik yang sama
seperti ketika diterima kurator. Tampilan estetiknya tidak boleh
ada yang ditambah atau dikurangi. Intervensi apapun yang perlu
untuk mengadakan preserve hanya boleh pada permukaan atau
pada “kulit‟ saja serta tidak mencolok. Sementara, konservasi
adalah kegiatan yang berhubungan dengan intervensi fisik
terhadap bahan atau elemen bangunan (bersejarah) yang ada
untuk meyakinkan kesinambungan integritas secara struktural.
Tingkatan kegiatan konservasi dapat berkisar dari penanganan
kecil sampai penanganan besar.6 Kegiatan preservasi dan konser-
vasi pada bangunan bersejarah maupun pada kawasan/ lingku-
ngan bersejarah pada dasarnya bukan semata untuk tujuan
pelestarian dan mempertahankan bangunan secara arsitektural
semata tetapi juga di dalamnya menyangkut nilai-nilai budaya
dalam kehidupan masyarakat.
Bangunan merupakan satu diantara data arkeologi dan
sejarah yang tidak dapat dipindahkan atau terpisah dari matriks-
nya. Istilah tersebut dalam arkeologi disebut fitur. Fitur terbagi
dalam cummulative features dan constructed features. Bangunan
secara umum termasuk dalam constructed features karena me-
ngalami proses perancangan sebelum dibuat. Hal tersebut terli-
hat dari pengertian bangunan. Bangunan, menurut Ensiklopedi
Nasional Indonesia, meliputi segala struktur yang dibuat dengan
tujuan menyediakan tempat bagi manusia, sehingga mereka
dapat menetap dan melakukan kegiatan di dalamnya. Ruangan
dan strukturnya harus direncanakan untuk menghasilkan ling-
6 Udjianto Pawitro, “Preservasi-Konservasi Bangunan Bersejarah
dan Pengelolaan Kawasan Kota Lama”, Makalah pada Simposium Nasi-
onal RAPI XIV-2015 FT UMS, hlm.2-3.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
5
Mansyur & Yusliani Noor
kungan dan fasilitas yang dibutuhkan untuk kegunaan masing-
masing.7 Bangunan dapat dikelompokkan berdasarkan kegunaan
dan pemakaiannya, antara lain:
1. Bangunan untuk umum, misalnya auditorium, gereja, mesjid,
gedung bioskop, dan teater.
2. Bangunan suatu lembaga, misalnya rumah sakit, sekolah dan
penjara.
3. Bangunan kediaman, misalnya rumah tinggal, apartemen, dan
hotel.
4. Bangunan untuk usaha perdagangan, misalnya pasar, pabrik,
dan perkantoran.
5. Bangunan penyimpanan, misalnya garasi mobil, gudang,
bunker.8
Bangunan merupakan materi fisik yang memiliki cerita di
baliknya, baik itu sejarah pendirian, bahan baku hingga pada
lintasan sejarah keberadaan bangunan bersejarah tersebut. Pada
bangunan tertentu memiliki nama, ciri dan khas tersendiri yang
dijadikan tempat tinggal oleh suatu kelompok masyarakat atau
komunitas secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Dapat
dikatakan bahwa bangunan memiliki lintasan durasi sejarah
tertentu, baik berupa peristiwa, nama seseorang ataupun cerita-
cerita lainnya.
Kejadian masa lalu secara sederhana dapat dikatakan
sebagai bentuk objek studi sejarah, berkaitan dengan kejadian
masa lalu. Objek studi sejarah juga meliputi segala sesuatu yang
terjadi pada rentang waktu tertentu. Sejarah dapat berarti
sebagai ingatan atas kejadian masa lampau yang benar-benar
terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja,
7 R. Sharer & W. Ashmore, Archaeology: Discovering Our Past
(New York: McGraw Hill, 2003), hlm. 415& 426. 8 Anton M. Moeliono (eds.), Ensiklopedi Nasional Indonesia
(Jakarta: Delta Pamungkas, 1997, Jilid 6, Cet. III), hlm.137.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
6
Mansyur & Yusliani Noor
tokoh-tokoh tertentu yang berpengaruh). Umumnya sejarah
dikenal sebagai informasi mengenai kejadian lampau. Sejarah
juga sebagai riwayat tentang masa lampau yang menyelidiki dan
menuturkan riwayat tersebut sesuai dengan apa yang terjadi
tanpa dapat melepaskan diri dari kejadian dan serta kenyataan
masa sekarang yang sedang dialami bersama dan tidak pula
dilepaskan dari perspektif masa depan.
Sebagai sebuah kisah, sejarah menyajikan sesuatu yang
benar-benar terjadi. Cerita sejarah disusun berdasarkan sumber-
sumber, fakta-fakta dan bukti-bukti berupa peninggalan pening-
galan sejarah. Setiap individu, masyarakat maupun setiap bangsa
memiliki sejarah sendiri-sendiri. Proses sejarah dapat memberi-
kan pengalaman, pelajaran dan pemantapan kepribadian bagi
seorang individu, masyarakat dan bangsa. Dokumentasi perjala-
nan sejarah yang hanya tersisa sebagai media yang menghu-
bungkan antara masa lalu dan masa kini. Dokumentasi perjalanan
sejarah dapat berbentuk bangunan, dokumentasi dan cerita
turun-temurun. Peninggalan sejarah sangat berguna dan dapat
dijadikan sumber utama dalam menelaah masalah atas peristiwa
yang terjadi di saat itu.9
9 Suprayitno, “Medan Sebagai Kota Pembauran Sosio Kultur di
Sumatra Pada Masa Kolonial Belanda”, Historisme Edisi Khusus (Lus-
trum), Edisi No.21 Tahun X, 2005.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
7
Mansyur & Yusliani Noor
Bab VII. Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dituangkan dalam buku
ini, maka direkomendasikan untuk pembuatan identitas plang/
papan informasi pada tiap lokasi bangunan peninggalan Hindia
Belanda, sesuai kondisi dan berdasarkan sumber sejarah yang
dimaksud. Sebagai warisan sejarah, bangunan-bangunan pening-
galan Hindia Belanda di Bukit Besar Mandiangin ini bermanfaat
sebagai media edukasi character building, semangat dan kebang-
gaan menjadi Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dalam meman-
faatkan bangunan-bangunan bersejarah, upaya yang harus
dilakukan adalah bagaimana menciptakan tinggalan tersebut
menjadi tempat kunjungan bagi masyarakat khususnya generasi
muda, sehingga tinggalan-tinggalan ini benar-benar menjadi
means of education bagi generasi bangsa.
Oleh karena itu keberadaan bangunan-bangunan pening-
galan Hindia Belanda di Bukit Besar Mandiangin ini sangat perlu
dimasukkan dalam pendataan benda-benda Cagar Budaya yang
dilindungi pemerintah. Selanjutnya perlu diadakan preservasi dan
konservasi bangunan. Preservasi adalah kegiatan yang berhubu-
ngan tidak langsung terhadap pemeliharaan artefak (pening-
galan budaya) pada kondisi fisik yang sama seperti ketika
diterima kurator. Tampilan estetiknya tidak boleh ada yang di-
tambah atau dikurangi. Intervensi apapun yang perlu untuk
mengadakan “preserve‟ hanya boleh pada permukaan atau pada
“kulit‟ saja serta tidak mencolok.
Sementara konservasi adalah kegiatan yang berhubungan
dengan intervensi fisik terhadap bahan atau elemen bangunan
(bersejarah) yang ada untuk meyakinkan kesinambungan integ-
ritas secara struktural. Tingkatan kegiatan konservasi dapat berki-
sar dari penanganan kecil (minor) sampai penanganan berat
(mayor).
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
8
Mansyur & Yusliani Noor
Latar-belakang utama perlu dilakukannya kegiatan pres-
servasi dan konservasi pada bangunan dan lingkungan berse-
jarah di Bukit Besar Mandiangin, adalah: (a) mendapatkan
identitas fisik dari kawasan (fisical identity of environment), (b)
mendapatkan sense of place, (c) mendapatkan nilai sejarah (the
historical values of the city district), (d) meningkatkan nilai
arsitektural pada bangunan dan kawasan, (e) meningkatkan
manfaat ekonomis pada kawasan, (f) sebagai generator kegiatan
pariwisata dan rekreasi, (g) sebagai sumber Inspirasi (place of
inspiration) dan (h) meningkatkan nilai pendidikan pada masya-
rakat luas terutama untuk generasi mendatang.
Dalam perubahan zaman terutama dalam perkembangan
lingkungan global, upaya melestarian peninggalan Hindia Belan-
da di Bukit Besar Mandiangin tentunya harus beracuan pada
upaya pelestarian kota-kota bersejarah di dunia menunjukkan
ada delapan prinsip utama pelestarian kawasan kota sebagai-
mana tercantum dalam Pedoman Pengelolaan Kota-kota Berseja-
rah Dunia seperti tertuang dalam Burra Charter (2003). Delapan
prinsip utama kegiatan pelestarian adalah:
a. Perlu identifikasi kualitas tertentu yang menyebabkan suatu
situs bersejarah dianggap penting;
b. Perlu proses sistematik yang digunakan untuk inventarisasi,
penelitian dan penilaian suatu aset pelestarian.
c. Perlu menggunakan hasil evaluasi situs dalam suatu perenca-
naan pelestarian yang mengidentifikasi arah proteksi yang
disyaratkan oleh suatu situs tertentu;
d. Perlu dalam perencanaan pelestarian, tujuan pelestarian yang
terpadu dengan tujuan-tujuan pembangunan sosial dan eko-
nomi yang telah ditetapkan;
e. Perlu melibatkan masyarakat dalam perencanaan pelestarian;
f. Perlu meyakinkan bahwa penilaian keuangan suatu pemba-
ngunan baru tidak merusak situs perkotaan bersejarah;
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
9
Mansyur & Yusliani Noor
g. Perlu mendorong pemerintah pusat dan daerah menggu-
nakan kewenangannya dalam menata dan menggunakan
peraturan dan pendanaan yang tepat;
h. Perlu memahami bahwa setiap persoalan pelestarian adalah
unik dan spesifik.
Sebagai langkah awal kegiatan untuk pendataan benda
benda Cagar Budaya yang dilindungi pemerintah, preservasi dan
konservasi bangunan, maka sangat perlu dilakukan pemasangan
plang/papan informasi di Lokasi Situs Peninggalan Bangunan
Hindia Belanda di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam di
Bukit Besar, Desa Mandiangin Timur, Kecamatan Karang Intan,
Kabupaten Banjar. Pemasangan plang/ papan informasi ini perlu
dilakukan oleh pihak berkompeten yakni Balai Taman Hutan Raya
(Tahura) Sultan Adam.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
10
Mansyur & Yusliani Noor
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
11
Mansyur & Yusliani Noor
Daftar Pustaka A. Arsip
ANRI, Lampiran Surat-Surat Perdjandjian Antara Kesultanan
Bandjarmasin dengan Pemerintahan V.O.C., Bata-
afse Republik, Inggris dan Hindia-Belanda 1635-
1860, Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia,
Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat 1965.
ANRI, Overeenkomst met den Sulthan van Bandjermasin, tot
Bepaling der Grenzen van de Concessie tot Ontgin-
ning 'Steenkolenmijnen Gend Banjoeirang, van 30
April 1856, Besluit 19 Augustus 1856 No.6 Borneo.
B. Buku Terbitan
Akihary, Huib, 1990, Architectuur & Stedebouw In Indonesie
1870/1970, (Amsterdam: De Walburg Pers).
Anne Buttimer, 1969, "Social Space in Interdisciplinary Pers-
pective," Geographical Review, Vol. 59.
Borel, GFW., 1878, Onze vestiging in Atjeh: Critisch Beschreven,
(Den Haag: D.A. Thieme).
Booms ASH, 1902, Nederlands krijgsroem in Insulinde, (Den
Haag: W.P. van Stockum en Zoon).
Gin, Ooi Keat, 2013, Post-War Borneo, 1945-1950: Nationalism,
Empire and State-Building, Routledge.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
12
Mansyur & Yusliani Noor
Gonggryp, G.F.E., 1934, Geillustreerde Encyclopaedie van
Nederlandsch Indie, (Leiden: Leidsche Uitgeversma
atschappij).
Hagerstrand, Torsten, 1953, Innovation diffusion as a spatial
process, translation by Allan Pred. (Chicago: Uni-
versity of Chicago Press).
Maatschappij Onderlinge Hulp, tanpa tahun, De (The) Garoet
Express and Tourist Guide (1922-1923), (Garoet:
Maatschappij Onderlinge Hulp).
Official Tourist Bureau, 1910, Java: The Wonderland, (Welvre-
den: Official Tourist Bureau, 1910).
Posewitz, Theodore, 1892, Borneo: Geologi and Mineral Reso-
urces, (London: Edward Stanford).
Royal Packet Steam Navigation Co, 1912, Isle of the East,
(Batavia: Royal Packet Steam Navigation Co.
(KPM).
Saleh, Idwar, 1975, “Agrarian Radicalism and Movements of
Native Insurrection in South Kalimantan (1858-
1865)”, Archipel, volume 9.
Swieten, J. Van, 1879, De waarheid over onze vestiging in Atjeh,
(Zalt-bommel: Johan Noman en Zoon).
Swieten, J. Van, 1880, De Luitenant generaal J. van Swieten
versus de luitenant generaal G.M. Verspijck, (Zalt-
bommel: Johan Noman en Zoon).
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
13
Mansyur & Yusliani Noor
W.F. Wertheim, Masyarakat Indonesia dalam Transisi. Seri Ter-
jemahan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999).
C. Internet
“Sanatorium Barabai di Masa Penjajahan”, dalam website
http://catatansinalinali.blogspot.co.id/2014/08/san
atorium-barabai-di-masa-penjajahan.html. diakses
20 Maret 2017.
Ade Bastiawan, “Jejak Penginapan Hindia Belanda”, diposting
21 Januari 2015 dalam http://bastiawanade.blog
spot.co.id/2015/01/jejak-penginapan-hindia-belan
da.html. diakses 20 Maret 2017.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
14
Mansyur & Yusliani Noor
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
15
Mansyur & Yusliani Noor
Lampiran SUMBER PETA HINDIA BELANDA
TENTANG BUKIT BESAR/BOEKIT BESAAR (Lokasi Peninggalan Benteng Belanda, Mandiangin)
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
16
Mansyur & Yusliani Noor
Diolah dari Peta Banjermasing/Martapoera en een gedeelte der Lawut-landen
door Sal. Müller, Karya S., S.l. Müller, tahun 1845 Skala 1:700.000 dengan ukuran
asli 35 x 30 cm, 1 kaart.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
17
Mansyur & Yusliani Noor
Diolah dari Peta Overzichtskaart van een gedeelte der afdeeling Martapoera/
opgenomen door den mijningenieur J.A. Hooze, Karya J.A. Hooze, diterbitkan di
Amsterdam: Stemler Czn, Tahun 1893, Skala 1:150.000 dan ukuran asli 66 x 54
cm, 1 blad. Versi 1.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
18
Mansyur & Yusliani Noor
Diolah dari Peta Overzichtskaart van een gedeelte der afdeeling Martapoera
opgenomen door den mijningenieur J.A. Hooze, Karya J.A. Hooze, Diterbitkan di
Amsterdam : Stemler Czn, Tahun 1893, Skala 1:150.000 dan ukuran asli 66 x 54
cm, 1 blad. Versi 2 (zoom).
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
19
Mansyur & Yusliani Noor
Peta Wilayah Kerajaan Banjar Tahun 1826-1860. Sumber: Arsip Nasional RI,
Lampiran Surat-Surat Perdjandjian Antara Kesultanan Bandjarmasin Dengan
Pemerintahan V.O.C., Bataafse Republik, Inggris dan Hindia-Belanda 1635-1860,
Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan
Rakjat 1965; The Kingdom of Banjarmasin in 1857, dalam M. Idwar Saleh,
“Agrarian Radicalism and Movements of Native Insurrection in South Kaliman-
tan (1858-1865), Archipel, volume 9, 1975, hlm. 135-153.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
20
Mansyur & Yusliani Noor
Diolah dari Peta Martapoera/vluchtig opgenomen door den Topografischen
Dienst in 1924-1925, Topografische Dienst, Weltevreden (Batavia), Weltevre-
den (Batavia): Reproductiebedrijf Topografische Dienst, 1926, Schaal 1:100.000,
Size37 x 37 cm, 1 blad.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
21
Mansyur & Yusliani Noor
Glosarium A
Arsitektur Indis : penggunaan unsur-unsur
tradisional tetap ada sehingga
bangunan bangunan yang
didirikan antara 1900-an sampai
dengan 1940
Tuberculose In Neder-
landsch Indie
: Tuberkulosis di Hindia Belanda
Architect bij de Landsge
bouwendienst
: Arsitek yang bertanggung jawab
untuk gedung-gedung pemer
intah
B
Gebergte Besaar : Gunung Besar
Gebergte Bobaris : Gunung Babaris
Borneo Kalimantan
Brevet Longarts : Dokter ahli paru, dari kata long=
paru, arts=dokter.
Burgerlijke Openbare
Werken
: Dinas Pekerjaan Umum
Binnenlandsch Bestuur : Pangreh Praja
C
Cummulative Features : Fitur-fitur yang terjadi secara
alami tanpa campur tangan
manusia, misalnya ceruk dan goa.
F
Feet : kaki (feet)
(Fisical Identity of
Environment)
: Identitas Fisik dari kawasan
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
22
Mansyur & Yusliani Noor
H
Heerendienst : Kerja wajib
Het Process Zonder-
Recht
:
Hukum Tanpa Proses).
Indische Courant : Koran Indische
J
Jongos/Djongos : Pembantu, berasal dari kata
jongens yang dalam rumah
tangga kolonial sering disebut
huisjongen.
Imperata Cylindrica) : alang-alang (tanaman)
K
Konservasi : Kegiatan intervensi fisik terhadap
bahan atau elemen bangunan
(bersejarah) yang ada untuk
meyakinkan kesinambungan
integritas secara struktural
Kaart : Peta
Kakawin
Nagarakretagama
: Naskah Negarakertagama
Kokkie : Koki, personil rumah tangga yang
bertugas memasak.
L
Luoroskopi : sinar tembus/doorlichting.
M
Monterado : Mandor (Kalimantan Barat)
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
23
Mansyur & Yusliani Noor
Maandag-cent : Sumbangan dana 1 sen tiap
orang tiap hari Senin
P
Pasanggrahan : Tempat peristirahatan, mirip villa
Preservasi : Kegiatan pemeliharaan artefak
(peninggalan budaya) pada
kondisi fisik yang sama seperti
ketika diterima kurator.
Plasma Nutfah : Sumber genetik dan makanan
Semen Portland : Semen campur
Provincial Raad : Dewan Provinsi atau Banjar Raad
Place of Inspiration) : Sumber Inspirasi
R
Raad van Indie : Dewan Hindia Belanda
Radioloog : Dokter spesialis radiologi
Resident de Haanweg : Kampung Belanda
S
Stads Gemeente : Ibukota provinsi.
Soera Baia : Surabaya dalam ejaan lama
T
Tennisbaan : Lapangan tenis
Tropisch Nederland : Kawasan tropis Belanda
: Tuberculose atau TBC.
Tegel Fabriek : Pabrik ubin
The Historical Values Of
The City District
: Nilai sejarah
W
View : Pemandangan
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
24
Mansyur & Yusliani Noor
Windbad : Penamaan Mandiangin oleh -
orang Belanda
Weltevreden : Batavia
Waterleiding : Air leiding/PAM
Z
Zwembad : Kolam renang
Zuid Oost Borneo : Kalimantan bagian Selatan dan
Timur
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
25
Mansyur & Yusliani Noor
TENTANG PENULIS
MANSYUR, lahir di Selayar, 9
April 1982. Dosen pengajar di Program
Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Univer-
sitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
sejak tahun 2009. Menjalani profesi
war-tawan pada Harian Banjarmasin
Post Tahun 2005-2009. Meraih gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Program
Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Uni-
versitas Lambung Mangkurat, Banjar
masin Tahun 2004, dengan predikat
cum laude. Ke-mudian gelar Magister
Humaniora di Prodi Ilmu Sejarah,
Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas
Diponegoro (Undip), Semarang, predikat cum laude tahun 2012.
Aktif di Pusat Kajian Budaya dan Sejarah Banjar (PKS-BSB), Uni-
versitas Lambung Mangkurat, sebagai sekretaris dan peneliti. Kemu-
dian ketua dan peneliti di Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya
(LKS2B) Kalimantan; peneliti dan penasehat di Komunitas Historia
Indonesia (KHI) Kalimantan Selatan.
Penelitian yang dikerjakan pada tahun 2017 adalah Ensiklopedia
Tokoh-Tokoh Sejarah Lokal Banjar Sebagai Sumber Belajar Muatan Lo-
kal Mandiri Bagi Siswa SMP/MTS di Kalimantan Selatan (PDP Ristek
Dikti). Buku ber-ISBN yang sudah terbit adalah Muatan lokal Sejarah
Kalimantan Selatan Untuk SMA/MA Jilid 1-3 (2017/Tim); Hasil-Hasil
Kajian Budaya dan Sejarah Banjar (2017/Tim); serta The Lost City: Me-
nyusuri Jejak Nyai Undang Dalam Memori Suku Dayak Ngaju 2017/
Tim). Email, [email protected]; telepon/HP, WA dan Line di
0813 48 48 4442, instagram dan FB sammyxnyder istorya.
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
26
Mansyur & Yusliani Noor
YUSLIANI NOOR bin Haji Nor
han Muchtar Jaya (Haji Mandor), lahir
di Martapura Kabupaten Banjar, Propinsi
Kalimantan Selatan, tepatnya di Kam-
pung Tambak Anyar Ulu, Kecamatan
Martapura, pada 12 Agustus 1965. Me-
nempuh Pendidikan di SDN Setia Budi
Tambak Anyar, SMPN 1 Martapura, SM
AN 1 Martapura. Selain itu, juga menem
puh Pendidikan Madrasah Diniyyah
Ibtidaiyyah di Madrasah Tarbiyyatul
Auladil Islam Tambak Anyar Ulu, sampai
Tsanawiyyah.
Pernah mengaji duduk pada beberapa Tuan Guru di Tambak
Anyar dan Kota Martapura Kabupaten Banjar serta di Kota Banjar masin.
Pendidikan S-1 Pendidikan Sejarah pada Program Studi Pendi dikan
Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lam bung
Mangkurat, tamat tahun 1989. Kemudian meraih gelar Master Pendi-
dikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada tahun 2011 di FKIP ULM.
Menjadi Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat sejak tahun 1989. Lebih banyak mela
kukan riset sejarah lokal Banjar, kebudayaan dan kemasyarakatan pada
masyarakat Banjar. Peneliti Bappenas Bidang Perdesaan (1996-1998),
Kepala Seksi Bidang Suku Terasing Lembaga Penelitian ULM (1997-
1998). Sekretaris Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Sejarawan
Indonesia Cabang Kal-Sel (sejak 1996), Kepala Riset Batuan dan Sungai
Purba di Martapura (2001-2002). Kepala Riset Sungai Purba di Sangata
Kalimantan Timur (2008), Kepala Riset Sungai Purba di Kabupaten
Banjar dan Tanah Laut (2014), Anggota Tim Peneliti pada berbagai
penelitian sejarah, sosial budaya dan pembangunan di Kalimantan
Selatan, Tengah dan Timur.
Aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, sebagai Ketua Fajrul
Islam Foundation di Kalimantan Selatan, khususnya wilayah Kabupaten
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
27
Mansyur & Yusliani Noor
Banjar, penasehat Gepak (Gerakan Pemuda Asli Kalimantan) tahun 2017.
Mendapat berbagai penghargaan. Tahun 2016, mendapat Anu gerah
Datuk Cendekia Utama dari Sultan Khairul Saleh. Mengisi Acara Basyair
Melayu Banjar di RRI Banjarmasin Pro-4 Saluran Pendi-dikan dan
Budaya dalam tahun 2016-2017. Anggota Ikatan Cendekia-wan Muslim
Indonesia (ICMI) Bidang tradisi dan budaya, 2016-sekarang.
Buku-buku yang pernah diterbitkan; anggota penulis buku
Sejarah Banjar (Balitbangda) Propinsi Kalimantan Selatan. Menulis buku:
Sejarah Timur Tengah, Ombak, Yogyakarta, 2014. Islamisasi Ban
jarmasin (Dari Abad 15 Hingga Abad ke-19), terbitan Ombak, Yogya
karta, tahun 2016. Hikayat Tabib Rasin Kelana Ba-Laung Surban Pasak
Tambak Anyar (Abad ke8/9), Pustaka Banua, Yogyakarta, tahun 2016.
Sejarah dan Tradisi dalam Dua Syair Melayu Banjar (Syair Do’a Pengan
tin Banjar dan Syair Islamisasi Banjarmasin), Pustaka Banua, 2016. Syair
Sejarah Datu Kalampayan: Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-
Banjary Tuan Haji Besar, Fajrul Islam Foundation, 2016. Syair Sejarah
Perang Berkobar di Negeri Banjar, Sabubuhan Production, Ban jarmasin,
2017. Syair Roman Sejarah: Rahasia Kehidupan, Sabubuhan Production
Fajrul Islam Foundation, Banjarmasin, 2017. Aktif menulis di berbagai
jurnal ilmiah, baik lokal, regional, maupun nasional. Alamat E-Mail,
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
28
Mansyur & Yusliani Noor
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
29
Mansyur & Yusliani Noor
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
30
Mansyur & Yusliani Noor
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
31
Mansyur & Yusliani Noor
Menyibak Tabir Misteri Bangunan Hindia Belanda di Bukit Besar, Mandiangin
32
Mansyur & Yusliani Noor