mat. abrassive

27
MAKALAH BIOMATERIAL II Auxilllary II Material Abrasif Oleh : Kelompok 2 Syelvi Agustin 11/311789/KG/08814 Kristika Maharani 11/311844/KG/08816 Mika Cendy P. 11/311871/KG/08818 Ela Novitasari K. 11/311938/KG/08820 Nurul Imanda S. 11/311942/KG/08822 Pipit Rezita A. 11/311985/KG/08824 Athistya Diska P. 11/312001/KG/08826 Rita Kumaladewi D. 11/312026/KG/08828 Khalifa Unsa M. 11/312057/KG/08830 Priske Pramadima P. 11/312085/KG/08832 1

Upload: nisaul-afifah

Post on 11-Aug-2015

224 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mat. Abrassive

MAKALAH BIOMATERIAL IIAuxilllary II

Material Abrasif

Oleh :

Kelompok 2

Syelvi Agustin 11/311789/KG/08814

Kristika Maharani 11/311844/KG/08816

Mika Cendy P. 11/311871/KG/08818

Ela Novitasari K. 11/311938/KG/08820

Nurul Imanda S. 11/311942/KG/08822

Pipit Rezita A. 11/311985/KG/08824

Athistya Diska P. 11/312001/KG/08826

Rita Kumaladewi D. 11/312026/KG/08828

Khalifa Unsa M. 11/312057/KG/08830

Priske Pramadima P. 11/312085/KG/08832

Brian Arista Marzuq 11/312214/KG/08834

Norma Dias L. 11/312225/KG/08836

Drita Maya Hapsari 11/312234/KG/08838

Anastasia Bethari A 11/317884/KG/08978

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2012

1

Page 2: Mat. Abrassive

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat

danhidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Biomaterial II ini tepat

padawaktunya.

Bersama ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Dr.drg.Siti Sunarintyas, Mkes. selaku pembimbing mata kuliah Ilmu Biomaterial II yangtelah

membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas Auxillary II, dan pada

kesempatan ini pula tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah tentang Material Abrasif yang penulis susun ini

memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, maka dari itu penulismengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun. Semoga karya ini dapatbermanfaat bagi penulis dan semua

pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Desember 2012

Hormat kami,

Kelompok 2

2

Page 3: Mat. Abrassive

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3

BAB I - PENDAHULUAN...................................................................................................................4

I.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4

I.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4

I.3 Tujuan..........................................................................................................................................5

BAB II - PEMBAHASAN....................................................................................................................6

2.1 Definisi Material Abrasif.............................................................................................................6

2.2 Tipe Material Abrasif..................................................................................................................6

2.3 Jenis Abrasif................................................................................................................................6

1. Abrasif Alamiah....................................................................................................................7

2. Abrasif Buatan.....................................................................................................................10

2.4 Aplikasi Penggunaan Material Abrasi.......................................................................................12

2.5 Kerugian dan Keuntungan Penggunaan Material Abrasif..........................................................13

2.6 Sifat-sifat yang Mempengaruhi Material Abrasive....................................................................14

BAB III - PENUTUPAN.....................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18

3

Page 4: Mat. Abrassive

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Keefektifan finishing dan polishing restorasi gigi tidak hanya menghasilkan

estetika yang optimal tetapi juga memberikan kesehatan mulut dengan jaringan lunak dan

integritas marginal dari permukaan restorasi. Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di

dalam rongga mulut untuk mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi : kesehatan mulut,

fungsi dan estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan

kesehatan mulut dengan cara mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Hal ini

diperoleh melalui pengurangan kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang halus akan

lebih mudah dijaga kebersihannya. Tindakan preventif sehari – hari seperti penggunaan

dental flosh dan menyikat gigi juga akan lebih mudah dijangkau pada semua permukaan.

Dengan menggunakan material abrasif tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat

dikurangi apabila seluruh restorasi dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut juga akan

meningkat, sebab makanan dapat meluncur dengan bebas pada permukaan oklusal selama

proses mastikasi. Daerah kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada

gigi tetangga dan gigi antagonisnya. Sementara permukaan yang kasar akan menyebabkan

terjadinya tekanan kontak yang tinggi, serta dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional

dan stabilitas antara gigi – gigi.

Beragam bahan abrasif yang digunakan di kedokteran gigi, diantaranya adalah

pumice, tripolis, rouge, sand adalah pasir dan bentuk lain dari quartz, serta diamond yang

paling keras. Banyaknya tipe dan jenis dari material abrasif, tentu memiliki perbedaan dalam

fungsi aplikasinya di klinik. Untuk itu, Untuk itu kelompok kami akan mencoba membahas

mengeni material abrasif ini mulai dari definisi, tipe, jenis, aplikasi, kerugian dan keuntungan

sampai sifat dari material abrasif.

I.2 Rumusan Masalah

1. Definisi material abrasif?

2. Tipe material abrasif?

3. Jenis material abrasif?

4. Aplikasi dari penggunaan material abrasif ?

4

Page 5: Mat. Abrassive

5. Kerugian dan keuntungan dari penggunaan material abrasif ?

6. Sifat material abrasif ?

I.3 Tujuan

1. Untuk memahami apa definisi dari material abrasif

2. Untuk mengetahui tipe dan jenis material abrasif

3. Untuk mengetahui aplikasi dari penggunaan material abrasif

4. Untuk mengetahui kerugian dan keuntungan dari penggunaan material abrasif

5. Untuk mengetahui sifat material abrasif

5

Page 6: Mat. Abrassive

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Material AbrasifBahan abrasif merupakan suatu bahan untuk meratakan, menghaluskan dan

mengkilapkan. Berbagai macam bahan abrasif dipergunakan di kedokteran gigi, diantaranya

adalah emery yang merupakan suatu aluminium oxide alam yang sering disebut corundum,

pumice berupa bubuk abrasif kedokteran gigi atau bahan polish untuk conservative,

zirconium silicate merupakan bahan yang digunakan sebagai bahan polish konservatif,

tripolis merupakan bahan yang dipakai untuk polish ringan, rouge yang merupakan bahan

berbentuk  padatan yang mempunyai komposisi iron oxide, iron oxide ini dipergunakan

sebagai bahan polish untuk gigi dan restorasi metal dalam mulut, sand adalah pasir dan

bentuk lain dari quartz, carbides terdiri dari silicon carbides dan boron carbides, serta

diamond yang paling keras dan sangat efektif untuk enamel gigi.

2.2 Tipe Material Abrasif 1. Finishing abrasif

Finishing abrasif merupakan material yang keras digunakan pada proses awal untuk

membentuk kontur dan menghilangkan kelebihan resin.

2. Polishing abrasif

Polishing abrasif memiiki ukuran partikel yang lebih halus dan tidak begitu keras

dibandingkan abrasif yang digunakan untuk finishing. Digunakan untuk

memperhalus permukanaan yang sudah dihaluskan oleh abrasif finishing

3. Cleansing abrasif

Cleansing abrasif adalah bahan lunak dengan ukuran partikel kecil dan berguna

untuk menghilangkan deposit lunak yang menempel pada enamel atau material

tambal.

(Manappallil, 2003)

2.3 Jenis Material AbrasifAplikasi abrasif yang sedang dipakai di kedokteran gigi terdiri dari abrasif alamiah

yang mencakup batu arkansas, kapur, korundum, intan, ampelas, akik, pumis, quartz,

6

Page 7: Mat. Abrassive

pasir, tripoli, dan zirkonium silikat, dan cuutle dan kieseguhr

yang berasal dari sisa organisme hidup. Sedangkan abrasif

buatan merupakan bahan disintesa yang umumnya sering

digunakan karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat

ditebak, contohnya silikon karbid, oksida aluminium,

rougem dan oksida timah.

1. Abrasif Alamiaha. Batu Arkansas

Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu muda dan

semitranslusen yang ditambang di dekat mata air panas di Arkansas, USA. Batu

mineral tersebut disebut “novaculite”(Banister,1975). Mengandung quartz

mikrokristal dan mempunyai corak yang padat, keras, serta seragam. Potongan

kecil dari mineral ini dicekatkan pada batang logam dan ditruing ke berbagai

bentuk mengasah email gigi dari logam campur.

b. Kapur

Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah abrasif

putih yang terdiri atas kalsium karbonat yang diolah dengan metode pengendapan

(Manappallil,2003). Digunakan sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email

gigi, lembaran emas, amalgam, dan bahan plastis.

c. Korondum

Bentuk mineral dari oksida alumunium yang biasanya berwarna putih. Sifat

fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-alumunium, yang sudah banyak

menggantikan korondum dalam aplikasi dental. Korondum digunakan terutama

untuk mengasah logam campur dan tersedia dalam bentuk abrasif bonding dengan

bermacam bentuk. Paling umum digunakan pada instrumen yang disebut white

stone.

7

Page 8: Mat. Abrassive

d. Intan

Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon. Ini

adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut superabrasif karena

kemampuannya untuk mengasah substansi apapun. Abrasif intan dipasok dalam

berbagai bentuk, termasuk instrumen abrasif bonding yang berputar, ampelas

abrasif yang mempunyai backing logam lentur, dan pasta poles intan. Dapat

digunakan untuk memoles logam campur atau bahan plastis.

e. Akik

Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang mempunyai

fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah silika dari alumunium, kobalt,

besi, magnesium, dan mangan. Abrasif akik digunakan dalam kedokteran gigi

biasanya berwarna merah gelap. Akik sangat keras dan jika patah selama

pengasahan, membentuk bidang berbentuk pahat yang tajam, membuat bahan ini

menjadi lebih abrasif yang sangat efektif. Digunakan untuk mengasah logam

campur dan bahan plastik.

f. Pumis

Aktivitas gunung berapi mengahasilkan bahan silika

berwarna abu-abu muda. Digunakan terutama dalam bentuk

8

Page 9: Mat. Abrassive

pasir tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet. Kedua bentuk ini digunakan

pada bahan plastik. Serbuk pumis adalah derivat batu

volkanik yang sangat halus dari Italia dan digunakan untuk memoles email gigi,

lempeng emas, amalgam gigi, dan resin akrilik.

g. Quartz

Bahan Kristal yang secara alami sebagai silica (Harty,1995). Bentuk quartz

yang paling sering digunakan adalah yang sangat keras, tidak berwarna, dan

transparan. Ini adalah bentuk mineral yang sangat banyak tersebar luas. Partikel-

partikel kristalin quartz dilumatkan untuk membentuk partikel angular yang tajam

yang bermanfaat dalam membuat disk abrasif. Abrasif quartz digunakan terutama

untuk merapikan logam campur dan dapat digunakan untuk mengasah email gigi.

h. Pasir

Pasir adalah campuran partikel mineral kecil yang terutama terdiri atas

silika. Partikel ini berwarna-warni, membuat abrasi pasir mempunyai penampilan

yang khas. Partikel pasir mempunyai bentuk bulat atau angular. Diaplikasikan

dengan tekanan udara untuk menghilangkan bahan tanam dari logam campur

pengecoran. Juga dapat aplikasikan pada disk kertas untuk mengasah logam

campur dan bahan plastik.

i. Tripoli

Abrasif ini berasal dari endapan batu silika

yang ringan dan rapuh yang ditemukan di dekat

Tripoli, ibukota Libya, Afika Utara (Suratur, 2002).

Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, kuning. Jenis

yang berwarna abu-abu dan merah adalah yang

paling sering digunakan dalam kedokteran gigi.

Batu ini digiling menjadi partikel yang sangat halus dan dibentuk dengan

9

Page 10: Mat. Abrassive

pengikat lunak menjadi batang-batang senyawa pemoles. Digunakan untuk

memoles logam campur dan beberapa bahan plastik.

j. Zirkonium Silikat

Zirkon atau zirkonium silikat dipasok sebagai

mineral berwarna putih kekuningan. Bahan ini digiling

menjadi partikel dengan berbagai ukuran dan digunakan

untuk melapisi disk abrasif serta ampelas. Sering

digunakan sebagai komponen pasta profilaksis gigi.

k. Cuttle

Cuttlefis cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk abrasi ini.

Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian dalam rumah kerang

laut Mediterania dari genus Sepia, yang memiliki komposisi silicon dioksida

(SiO2) (Ferracane,2001) . Tersedia sebagai abrasif lapisan dan digunakan untuk

prosedur abrasi yang halus seperti memoles tepi logam dan restorasi amalgam

gigi.

l. Kieselguhr

Bahan ini terdiri atas sisa-sisa silika dari

tanaman laut kecil yang disebut diatom. Bentuk

yang lebih kasar disebut tanah diatomacetous,

yang digunakan sebagai bahan pengisi pada

beberapa bahan gigi seperti bahan cetak

hidrokoloid. Merupakan abrasif yang sangat halus.

2. Abrasif Buatan

a. Silikon Karbid.

Adalah bahan abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasid sintetik

yang pertama kali dibuat. Bahan abrasi sintetis ini diproduksi dari fusi pasi dan

kokas pada suhu 2000˚C (Chandra, 2007). Baik yang berwarna hijau atau hitam-

biru mempunyai sifat fisik yang setara. Bentuk hijau lebih sering disukai karena

substrat terlihat lebih nyata di balik warna hijau tersebut. Silikon karbid sangat

10

Page 11: Mat. Abrassive

keras dan rapuh. Partikel-partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk

partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efisiensi pemotongan yang sangat

tinggi untuk berbagai bahan, termasuk logam campur, keramik, dan bahan plastik.

b. Oksida Alumunium.

Oksida alumunium adalah abrasif sintetik kedua yang dikembangkan

sesudah silikon karbid. Bahan abrasive ini diproduksi dari oksida alumunium

murni dan diproduksi dalam ukuran partikel yang bervariasi (Powers and Wataha,

2008). Oksida aluminium sintetik (alumina) dibuat berupa bubuk berwarna putih.

Dapat lebih besar daripada korundum (alumina alami) karena kemurniannya.

Alumina dapat diproses dengan berbagai sifat melalui sedikit mengubah reaktan

pada proses pembuatannya. Oksida aluminium digunakan secara luas dalam

kedokteran gigi. Oksida ini dipakai untuk membuat abrasif bonding serta abrasif

berbentuk lapisan. White stone dibuat dari oksida aluminium yang disintering dan

populer untuk merapikan email gigi, logam campur, maupun bahan keramik.

Abrasif oksida aluminium yang berwarna pink dan merah delima dibuat

dengan menambahkan senyawa kromium pada bahan asli. Variasi ini dipasarkan

untuk mempreparasi logam campur logam-keramik sebelum menerima porselen

ke logam campur. Hasil tinjauan ulang dari Yamamoto (1985) menunjukan

bahwa bur karbid merupakan instrumen yang paling efektif untuk merapikan jenis

logam campur ini karena tidak mengkontaminasi permukaan logam dengan

terjebaknya partikel abrasif.

c. Abrasif Intan Sintetik.

Bahan abrasif ini diproduksi pertama kali pada tahun 1955 oleh GEC

Amerika dengan kompresi granit dibawah tekanan 800.000-1800.000 psi pada

temperature sekitar 5000˚C (Soratur, 2002). Intan buatan digunakan khusus

sebagai abrasif dan dibuat lima kali lebih besar dari tingkat abrasif intan alami.

11

Page 12: Mat. Abrassive

Jenis abrasif ini digunakan pada pembuatan gergaji intan, roda, dan bur intan.

Blok yang ditanam partikel intan digunakan untuk mengasah jenis abrasif yang

lain. Pasta pemoles intan juga dibuat dari partikel yang diameternya lebih kecil

dari 5 µm dan digunakan untuk memoles bahan keramik. Abrasif intan sintetik

digunakan terutama untuk struktur gigi, bahan keramik, dan resin komposit.

d. Rouge.

Oksida besi adalah senyawa abrasif

yang halus dan berwarna merah dalam

rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli,

dengan berbagai pengikat lunak menjadi

bentuk bubuk. Digunakan untuk memoles

logam campur mulia yang berkadar tinggi.

e. Oksida Timah.

Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas sebagai bahan pemoles

untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut. Bahan ini dicampur dengan air,

alkohol, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif ringan.

(Anusavice, 2003)

2.4 Aplikasi Penggunaan Material Abrasi 

1. Aplikasi pada Amalgam

Saat sebuah restorasi amalgam sudah termanipulasi secukupya, amalgam ini akan

mengeras dalam beberapa menit sehingga bisa diukir dengan alat yang tajam. Pengukiran

tepi amalgam harus dilakukan untuk menghilangkan semua ekses amalgam. Mem-

burnish dengan instrumen metal yang memiliki permukaan luas juga bisa diterapkan

untuk menghaluskan permukaan. Setelah proses awal pengukiran ini, restorasi harus

dibiarkan untuk beberapa saat sebelum finishing dan polishing dengan instrumen rotasi.

12

Page 13: Mat. Abrassive

Kebanyakan almalgam bisa dipoles sehari setelah pemasangan, penundaan waktu akan

membuat amalgam makin kuat.

Polishing amalgam dilakukan melalui aplikasi tahapan yang mencakup penggunaan

batu yang baik dan disk abrasif. Pemolesan akhir dikembangkan dengan pengaplikasian

silex yang sangat baik (extra fine silex), diikuti dengan selapis tipis oksida timah dengan

sikat halus berputar (rotating soft brush). Selama proses pemolesan akhir ini, restorasi

harus dijaga kelembabannya untuk mencegah suhu yang terlalu tinggi (Craig, O’Brien,

dan Powers, 2006).

2. Aplikasi pada resin akrilik

Kelebihan atau tonjolan akrilik dihilangkan dengan menggunakan Arkansas stone

yang telah dipasang pad aminidrill. Kemudian, permukaan akrilik bagian luar dihaluskan

dengan Arkansas stone, lalu diratakan dengan rempelas kasar dan halus. Permukaan

akrilik bagian dalam (fitting surface) yang menempel pada gusi pasien tidak boleh

dihaluskan karena akan mengakibatkan protesa longgar.

Selanjutnya Vilt cone dipasang pada minidrill, ambil pumice yang telah dicampur

dengan air, oleskan pada vilt cone dan digosokkan ke seluruh permukaan luar resin

akrilik. Setelah tampak halus, permukaan digosok dengan kain wol atau flannel sampai

terlihat menghilat tinggi (hooglans) atau seperti permukaan kaca.

Tabel Aplikasi Material Abrasif

Material Aplikasi

Alumina logam, resin, ceramic

Arkansas enamel, metal

Kapur enamel,amalgam, resin

Corundum logam

Diamond natural resin, ceramic

13

Page 14: Mat. Abrassive

Diamond sintetis ceramic, metal,resin

Pumice enamel, amalgam, resin

Quatz metal

Rough noble metal

Silicon carbide metal, ceramic, resin

Tin oxide teeth, resin

Tripoli metal, resin

(Fraunhoufer, 2010)

2.5 Kerugian dan Keuntungan Penggunaan Material Abrasif1. Keuntungan Penggunaan Abrasif

Penggunaan abrasif yang tepat dapat memberikan tiga manfaat pada perawatan

gigi dengan meningkatkan:

a. Kesehatan Oral

Melawan sisa-sisa makanan dan bakteri patogen dengan membentuk dan memoles

restorasi secara benar serta menggunakan material abrasif yang tepat. Permukaan

restorasi yang kasar, dapat menjadi tempat sisa – sisa makanan yang tertinggal.

Sehingga akumulasi plak dan bakteri, menjadi sangat efektif. Oleh sebab itu

digunakan material abrasif untuk meratakan permukaan yang kasar. Contohnya adalah

emery (finishing logam alloy dan resin akrilik) serta quartz (finishing logam alloy)

b. Fungsi Oral

Restorasi yang baik meminimalkan wear rate (laju keausan) pada gigi tetangga

dan gigi antagonisnya.

c. Estetik

Penggunaan abrasif yang benar dapat menghasilkan hasil restorasi yang mirip

dengan aslinya serta dapat mengurangi kelemahannya terhadap warna, meniru

permukaan gigi asli, meminimalkan iritasi pada jaringan dan mengurangi potensi

terhadap korosi sehingga meningkatkan estetik. Material abrasif yang biasa digunakan

untuk polishing antara lain pumice, kapur, tripoli dan rouge.

2. Kerugian dari Penggunaan Bahan Abrasif

a. Produksi Aerosols

Silicosis (disebut juga grinder’s disease) terjadi karena pembebasan

abrasif silika yang digunakan untuk finishing restorasi. Silika based materials

14

Page 15: Mat. Abrassive

biasanya digunakan untuk finishing dan polishing yang apabila terhirup akan

berbahaya dan menyebabkan silikosi.

b. Produksi uap

Uap racun merkuri timbul selama finishing dan polishing restorasi

amalgam karena naiknya temperatur saat menggunakan abrasif (Mercuri

toksisitas). Finishing akrilik dengan abrasif menghasilkan pelepasan monomer.

c. Iritasi Jaringan Lunak

Beberapa orang mengalami alergi terhadap beberapa abrasif (cuttle,

kieselguhr) yang digunakan selama finishing. Cuttle biasanya terbuat dari cuttlefish,

beberapa orang yang alergi cuttlefish kemungkinan akan mengalami alergi juga

terhadap penggunaan cuttle sebagai abrasif .

(Maller, 2010)

2.6 Sifat-sifat yang Mempengaruhi Material Abrasive

1. Kekerasan

Partikel abrasif harus lebih keras dari material yang akan diabrasi dan dengan tingkat

abrasi yang dapat diterima oleh permukaan. Gesekan-gesekan dari material abrasi

mengakibatkan terjadinya panas pada material yang diabrasi di mana tingkat

kekerasan material abrasi mempengaruhi panas yang diterima (Gladwin and Bagby,

2009).

Kekerasan material abrasif berbeda-beda disesuaikan pada material yang diabrasi

(substrat) misalnya enamel, amalgam.

15

Page 16: Mat. Abrassive

2. Ukuran

Ukuran partikel material abrasif mempunyai ukuran satuan mikrometer. Ukuran yang

halus mempunyai ukuran 0-10 μm, medium mempunyai ukuran 10-100 μm dan kasar

mempunyai ukuran 100-500 μm. Partikel abrasif yang lebih besar ukurannya akan

lebih cepat mengabrasi daripada partikel yang lebih kecil namun partikel yang lebih

besar akan menghasilkan permukaan yang lebih kasar daripada partikel yang lebih

kecil.

16

Page 17: Mat. Abrassive

3. Bentuk partikel

Partikel yang berbentuk tajam atau irregular akan lebih mengabrasi daripada partikel

yang berbentuk bulat atau tumpul. Selain itu, semakin tajam bentuk partikel akan

menghasilkan abrasi yang lebih dalam. Semakin lama material abrasif digunakan

tingkat abrasinya semakin menurun karena material abrasif tersebut semakin tumpul

dan terdapat kontaminasi dari substrat yang diabrasi.

4. Tekanan

Semakin besar tekanan yang diberikan semakin cepat material diabrasi. Tekanan yang

besar akan menghasilkan gesekan yang lebih lebar dan dalam, selain itu membuat

temperatur material yang diabrasi meningkat.

5. Kecepatan

Semakin besar kecepatan material abrasif dalam berkontak dengan substrat akan

memperbesar tingkat abrasi. Kecepatan yang tinggi akan memperbesar friksi sehingga

akan meningkatkan temperatur substrat (O’Brien, 2002).

17

Page 18: Mat. Abrassive

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan1. Material abrasif merupakan bahan keras yang berguna untuk meratakan,

menghaluskan dan mengkilapkan suatu permukaan yang tidak lebih keras dari

material abrasif yang digunakan.

2. Berdasarkan tipe – nya, material abrasif terdiri atas finishing abrasif, polishing

abrasif, dan cleansing abrasif.

3. Material abrasif terdiri atas dua jenis, material abrasif alami dan material abrasif

buatan.

4. Aplikasi material abrasif dalam kedokteran gigi memiliki peranan penting guna

mempertahankan fungsi alami dari gigi, estetika serta menjaga kesehatan rongga

mulut.

5. Dalam aplikasinya, material abrasif juga mempunyai kerugian yang seharusnya

diminimalisir.

6. Sifat – sifat yang dapat mempengaruhi material abrasif antara lain adalah

kekerasan, ukuran, bentuk partikel, tekanan dan kecepatan

18

Page 19: Mat. Abrassive

DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, K. J. 2003. Phillips’ Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, edisi ke – 10. EGC. Jakarta.

Banister, M. 1975. The Craft of Bookbinding. New York. Sterling Pub.

Chandra, S., Chandra, S., and Chandra, G. 2007. Textbook of Operative Dentistry. Jaypee Brothers medical Publisher. New Delhi

Craig, R. G., O’Brien, W. J., dan Powers, J. M. 2006. Dental Materials, Properties and Manipulation. Mosby. USA. Halaman 114-125.

Ferracane, Jack L. 2001. Materials in Dentistry Principles and Applications. A Wolters Kluwer Company. Philadelphia.

Gladwin, Marcia and Michael Bagby. 2009. Clinical Aspects of Dental Materials. Lippincott Williams and Wilkins. Walnut St.

Harty, F.J. and Ogston, R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Maller, U.S., Thangaraj, D.N., dan Maller S.V.. 2010. Applications of Abrasives on Restorations in Dentistry. Literature Review Article JIADS. Vol 1. Hal : 9 – 14

Manappallil, J. J.. 2003. Basic Dental Materials Second Edition. Jaypee Brothers. New Delhi.

Ningsih, D. S., dan Indrani, D. J. 2010. Aplikasi Bahan Abrasif Terhadap Kekerasan Permukaan Resin Komposit. Dentika Dental Journal, Vol 15, No. 1: 82-86

O’Brien, William J. 2002. Dental Materials and Their Selection. Quintessence Publishing. Michigan.

Powers, J.M. and Wataha, J.C. 2008. Dental Materials : Properties and Manipulation. Mosby Elsevier. Missouri

Soratur. S.H. 2002. Essentials of Dental Materials. Jaypee Brothers medical Publishers. New Delhi

Von Fraunhoufer, J. A.2010. Dental MAterials at a glance. Wiley Black-well. Oxford. Hal : 25

19