materi ika

64
Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak D I A R E Penyebab 1. Infeksi : diare oleh karena infeksi yang disebut dengan gastro enteristis 2. Non infeksi : hormonal, alergi, kelainan anatomi dan lain – lain Pemeriksaan 1. Tentukan derajat dehidrasi (kriteria W.H.O) a. Tanpa dehidrasi b. Dehidrasi ringan – sedang Kehilangan cairan 5-10% BB (+ 7,5%) = 75 cc/kg BB c. Dehidrasi berat Kehilangan cairan > 10% BB = 100 cc/kg BB 2. Tentukan problem-problem lain atau penyakit penyerta 3. Laboratorium a. Tinja : makroskopis, kiroskopis, kadar lemak tinja (steaktokrit) clinitest, pH, kultur. b. Darah : darah lengkap, berat jenis, elektrolit, asam basa, plasma protein, glukosa c. Urine : Elektrolit, pH, plasma protein berat jenis Penilaian Dehidrasi Penilaian Tahap Dehidrasi Dehidrasi Ringan/Sedang Dehidrasi Berat LIHAT Keadaan umum Mata Air mata Mulut dan lidah Rasa haus Baik sadar Normal Air Basah Minum Tidak haus # gelisah, revel Cekung Tidak ada Kering Haus ingin minum banyak Lesu, lunglai atau tidak sadar Sangat cekung dan kering Tidak ada Sangat kering # Sangat haus ingin minum banyak 1

Upload: anisadestya

Post on 28-Oct-2015

127 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

materi IKA

TRANSCRIPT

Page 1: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

D I A R E

Penyebab1. Infeksi : diare oleh karena infeksi yang disebut dengan gastro enteristis 2. Non infeksi : hormonal, alergi, kelainan anatomi dan lain – lain

Pemeriksaan 1. Tentukan derajat dehidrasi (kriteria W.H.O)

a. Tanpa dehidrasi b. Dehidrasi ringan – sedang

Kehilangan cairan 5-10% BB (+ 7,5%) = 75 cc/kg BB c. Dehidrasi berat

Kehilangan cairan > 10% BB = 100 cc/kg BB2. Tentukan problem-problem lain atau penyakit penyerta 3. Laboratorium

a. Tinja : makroskopis, kiroskopis, kadar lemak tinja (steaktokrit) clinitest, pH, kultur.

b. Darah : darah lengkap, berat jenis, elektrolit, asam basa, plasma protein, glukosa c. Urine : Elektrolit, pH, plasma protein berat jenis Penilaian Dehidrasi

Penilaian Tahap Dehidrasi Dehidrasi Ringan/Sedang

Dehidrasi Berat

LIHATKeadaan umum Mata Air mata Mulut dan lidah Rasa haus

PERIKSA Turgor

Baik sadar Normal Air Basah Minum Tidak haus

Kembali cepat

# gelisah, revel Cekung Tidak ada Kering Haus ingin minum banyak

#Kembali lambat

Lesu, lunglai atau tidak sadar Sangat cekung dan kering Tidak ada Sangat kering # Sangat haus ingin minum banyak

# kembali sangat lambat

Pengobatan : I. pemberian cairan dan eletrolit II. Oemberian makanan III. Obat-obatan

I. Pemberian cairan dan elektrolit Dibagi atas 2 fase yaitu fase dehidrasi dan fase pemeliharaan A. Fase Dehidrasi

1

Page 2: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

Bertujuan untuk memberantas dehirasi Jumlah cairan yang diberikan pada fase ini tergantung dari derajat dehidrasi 1. Dehidrasi rungan sednag : Oralit sebanya 75 cc/kg BB diberi dalam masa 4

jam. Jika ada hal yang mengebabkan kegagalan pemberian cairan secara oral dapat diberi Ringer Lactat LV.

2. Dehidrasi berat Diberi cairan ringer Lactat LV sebanyak 100 cc/kg BB dalam masa 3-6 jam Usia < 1 tahun : 30 cc/kg BB/1 jam

Dilanjutkan dengan 70 cc/kg BB/5 jam Usia > 1 tahun : 30 cc/kg BB/30 menit

Dilanjutkan dengan 70 cc/kg BB/2 ¼ jam

B. Fase Pemeliharaan Bertujuan untuk mencegah anak yang sudah rehidrasi atau anak diare yang tak mengalami dehidrasi jangan jatuh kedalam dehidrasi. Jumlah cairan yang diberikan pasa fase ini merupakan penjumlahan antara jumlah cairan yang dibutuhkan normal sehari (normal daily requipment) + jumlah cairan yang hilang akibat diare yang masih berlangsung (continuing looses) Kebutuhan normal sehari-hari dapat dihitung dengan rumus Holliday-segar. Kebutuhan ini dipenuhi dengan makan-minum sehari-hari.

Holliday segar

BB (kg) Kebutuhan cairan

< 10 kg 10 – 20 kg 20 Kg

100cc/kg BB1000cc + 50cc/kg perkenaikan 10 kg 1500 + 20 cc perkenaikan > 20 kg

Cairan yang hilang selama diare masih berlangsung Unsuk cairan yang hilang selama diare harus berlangsung dapat diberi oralit sebanyak : < 2 tahun = 50 cc – 100 cc perkali mericret atau 500 cc/ahri 2-10 tahun = 100cc – 200 cc perkali mencret atau 1000cc/hari > 10 tahun = 2000 cc/hari Jika ada hal yang menyebabkan pemberian cairan peroral gagal dapat diberi cairan secara i.v. degan menggunakan larutan Darrow yang diencerkan 1/2 atau KaEnMg3 (untuk diare non kolera)Sedangkan untuk kolera lrutan Ringer Lactat dan Darrow dapat diberikan.

II. Pemberian Makanan

2

Page 3: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

Pemverian makanan dilakukan segera setelah rehidrasi tercapau. 1. Bayi usia < 4 bulan (belum mencapai makanan padat)

- ASI- Kalau ASI tidak ada dapat diberi susu formula pengganti susu formula

pengganti ASI yang sesuai. 2. Bayi usia > 4 bulan (sudah mendapat makanan padat)

- ASI - Bubur nasi - Pisang - Ikan - Tahu - Tempe - Dan lain-lain.

III. Obat-obatan 1. Kausal 2. Pengobatan penyakit penyerta

Stoptomatik obat-obatan and diare non anti bacterial tidak bermanfaat. WHO hanya menganjurkan pemberian anti infeksi pada kolera, disentri sigella, amubias, dan giardiasi.

Pengobatan komplikasi diare A. Hiponatremia

Jumlah natrium yang diberikan (mEq) = 135 MRq-kadar Na sekarang x 0.6 x BB (kg). Dapat diberi berupa cairan NaCl 3%.

B. Hipokalemia (dibuktikan dengan EKG)Kalium = 3 mEq/kg BB/hari : Koreksi dilakukan dalam 2-3 hari.

C. Asidosis MetabolicUntuk pengobatan daruat diberi Na Bikarbonat = 1 – 2 mEq / kg BB (Meylon = Na Bikarbonat 8,4%). Diberikan perbolus perlahan – lahan (setelah diencerkan dengan larutan destrose 5%)Untuk koreksi dapat dipakai rumus : Jumlah bikarbonat yang diberi (mEq) = (kadar bikarbonat serum yang diinginkan) (mEq) – kadar bikarbonat sekarang (mEq) x 0,3 x BB (kg) Tindakan tersebut di atas dilakukan setelah rehidrasi tercapai.

3

Page 4: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

PERDARAHAN SALURAN CERNA

Penyebab : 1. Kelainan saluran cerna

a. Lesi mukosa (infark, tumor, stranggulasi, ganggren, infeksi, alergi)b. Varises yang pecah

2. Kelainan luar saluran cerna a. Kelainan struktur yang dekat dengan saluran cerna (misalnya ruptura aorta)b. Kelainan sistemik (misalnya sepsis)c. Kelainan hematologist (misalnya TTP, leukemia dan lain - lain)

Diagnosa A. Anamnesa

1. Perhatikan umur penderita # Neonatur - Sering dengan hemorrhagic disease of the newborn - Tekanan darah ibu sewaktu partus atau putting susu berdarah - Obat-obatan yang diberikan pada ibu - Penyakit yang berat seperti RDS, sepsis, dan lain – lain # Bayi/anak - Epistakis yang tertekan - Pernah mengalami perdarahan sebelumnya - Pemakaian obat-obat iritastif.

2. Kwalitas dan kwantitas perdarahan 3. Perdarahan tempat lain4. Keluhan abdominal 5. Apakah problem diare 6. Apakah ada ruda paksa

B. Radiologi 1. Foto polos abdomen (terlentang, tegak atau lateral dekubitas)

Untuk melihat ada atau tidaknya obstruksi atau tanda-tanda perporasi usus 2. Foto dengan menggunakan kontras

C. Arteriografi D. Skitigrafi E. Endoskopi

Tatalaksana 1. Stabilkan keadaan penderita bila ada renjatan dan anemia berat dengan cara :

– Pemberian infuse NaCI 0,9% atau RL = 10-20 cc/kg BB/jam. Bila renjatan teratasi, maka teteasan diperlambat

4

Page 5: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

– Darah segar (fres whole blood) = 10-15 cc/kg BB diberikan pada perdarahan masih untuk mempertahankan volume intra vaskuler dan untuk mengganti sel darah merah Setelah perdarahan berhenti dapat dilanjutkan dengan pemberian packed Red cell seperlunya.

– Bila terdapat kuagulopatia, vitamin K /tahun (maksimal 10 mg) i.m. pemberian suspensi trombosit dan fresh frozes plasma dapat diberikan

2. Cegah jaringan timbul komplukasi seperti aspirasi, hipoksia, hipotermia, hipokalsemia.

3. Singkirkan kemungkinan akurat abdomen yang memerlukan tindakan bedah (invaginasi, volvulus enterokolinis yang perforasi dan lain-lain)

4. Hentikan perdarahan a. Pembilasan lambung

Dilakukan dengan melalui pipa naso gastric dengan Na CI 0,9% dingin sebanyak 50-100 dilakukan tiap 1-3 jam tergantung pada obat vasokontriktor seperti morepinefrin. Tindakan bilas lambung ini harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai anak jatuh ke hipotermia.

b. Pemberian vasopressin Vasopressin dapat diberikan apabila perdarahan tetap berlangsung dengan cara sebagai berikut : vasopressin 0,3 ruang/kg/BB (maksimum 20 IU/kg BB) dilarutkan dalam 20

ml/kg dexrosa 5% diberikan perbolus dalam masa 20 menit dilanjutkan dengan :

Vasopressin 0,2 – 0,4 IU/1,73 m2/menit selama 24 jam Bila oerdarahan berhenti, infuse dilanjutkan dengan dosis di atas selama 12

jam dan perlahan – lahan diturunkan dosisnya selama 24-36 jam berikut : Efek samping vasopressin

- Hipertensi- Iskemia perifer

c. Tindakan lanjut pada ;perdarahan oleh karena Varises esotagus Pemasangan tube sengstaken – Blackmore

Pemasangan dilakukann kalau pemberian vasopressin gagal atau jumlah darah yang diberikan = 10-15 mm/kg BB/jam. Tindakan ini memerlukan pengalaman dan perawatan khusus dapat timbul komplikasi : Ruptur esophagus Aspirasi Sumbatan jalan nafas

Skleroterapi

5

Page 6: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

Pembesahan : bila terapi konservasi gagal atau perdarahan berulang yang mengancam kehidupan

Frosi / uklus pada mukosa Pemberian antasida sebanyak 0,5 ml.kg BB/kali diberikan 1 -2 jam untuk mempertahankan pH cairan lambung > 5Setelah pH cairan lambung > 5, diberikan dosis yang sama 1 – 3 jam setelah makan sebelum tidur

Tindakan pembedahan pada kasus Divertikulum Meckeli 5. Cari Etiologi dan obati

SINDROM NEFROTIF (NS)

6

Page 7: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

1. Kriteria Diagnostik Keadaan klinis yang idiopgatic Minimal lesion / Changes NS (MCSN)/NS dengan kelainan minimal, ditandai dengan adanya : - Edema (+/+)- Hypoalbuminemia (<2,5 gr/dl)- Hypercholesterolemia (> 220 mg%)- Hyperproteinuria (> 40 mg/m2/jam, atau 40 x 24 mg/m2/hari lebih kurang 960

mg/m2/hari, >lg/m2/hari)- Hemanuria (bias +/-)- Hypertensi (biasa +/-) - Creatine serum (biasa /N) - GFR(bias /N)a. Klasifikasi dari NS Primer menurut ISKDC adalah sebagai berikut :

Gejala klinisnya hamper sama : perlu reunal biopsy

Categori Jumlah Penderita

Minimal Change NS Membranoproliferative GN Focal and segmental G. Sklerosis Proliterative GN Diffuse Mesangial HypercelularFocal and Global G. SklerosisMembranous G. Nefropathy Chronic GN Unslasifiel

391394114109746

75,1%7,5%7,9%2,7%1,9%1,7%1,3%0,8%1,1%

TOTAL 521 100%

Ref : Gauther, edlemann and Barnett / Internasional Studies of Kidney diseases in Children (ISKDC) p. 142-143,1982)

b. Sindroma nefrotik sekunder : Bila kerusakan akibat reaksi sistemik dari suatu penyakit, atau akibat akibat dari suatu sebab lain (misalnya obat) dll. Penyebab yang paling sering dari Sindrom Nefrotik sekunder adalah oleh karena : 1. Sistemik lupus Eritematosus (SLE)2. Perpura anapilaktoid (schonlein-henochsindrom)3. Penyakit sickle cell 4. syphyis 5. Malaria 6. Sengatan lebah (beesting)

7

Page 8: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

7. Obat-obatan dan toxin (penicilamine, gold, triamterene, captropril, heroin, polson-oak)

Diagnostik criteria Minimal Changes Nephrotic syndrome (MCNS), menurut ISKDC, bila ada a. High selecrive proteinuria (immanonglubuline G (IqG) Clearance /

Transfering (Tr) clearance < 0,1)b. Nominal tekanan darah tidak ada hematuriac. Normal C3, C4, CH50. Ana, RA test yang diperiksa secara rutin dan berkala. d. Ada respons proteinuria dengan corticosteroid yang menggunakan protocol

ISKDC (predisone 60 mg/m2/day) (+ 2 mg/kg/hari dibagi 3 dosis) selama 4 minggu, dan dilanjutkan dengan 40 mg/m2/day (2/3 dosis harian, dibagi 3 dosis untuk 3 hari berturt-turut dalam seminggu selama 4 minggu berikutnya)

2. Diagmosis banding : - Primer dan sekunder NS yang lain. - Khashiokor (severe malnutrition)- Congestive heard failure - Cirrhosis hepatis - Acute renal failure - Chronis renal failure

3. Pemeriksaan Penunjang - Darah rutin - Urine rutin - BUN, - Creatinine serum, SPE, CE, kadar elektrolit, cholesterol darah - Perlu renal biopsy, bila Y formula dari ISKDC =/> 0,85 - IgA, IgG, dan IgM

4. Pemeriksaan peninjang : - Darah rutin- Urinenaun - BUN - Creatinine serum, SPE, C3, kadar elektrolit, Cholesterol darah. - Perlu renal Biopsy, bila Y formula dari ISKDC = /> 0,85- IgA, IgG, dan IgM.

5. Konsulasi - Dokter spesialis kardiologi anak - Dokter spesialis ICU Anak - Dokter spesialis Radiologi Anak - Dokter spesialis Bedah Anak - Dokter spesialis Gizi Anak - Dokter spesialis Penyakit Tropik Anak

6. Perawatan RS - Bervariasi, biasnaya sampai edema berkurang dan bisa makan dan tidak muntah.

8

Page 9: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

7. Terapi / Managemen - Prednisone, regimen ISKDC - Bila stercid resisten, cytostatika (cyclophospamide, Imuran, Cycloserin A) atau

levamizol, bila perlu CAPD / HD - Diuretika (furosemid/aldactor)

8. Tempat pelayanan : RS kas A 9. Penyulit : Memburuknya fungsi ginjal secara prograsif chronic renal

failure, and End State Rental Diseases (ESRD) 10. Informed consent : Tertuis perlu 11. Tenaga standar : Dokter spesialis anak 12. Lama rawatan : Bervariasu 13. Masa pemulihan : Bervariasi 14. Out put : MCNS bila sembuh, namun sering mengalami relaps.

Sebagian besar penderita berlanjut menjad GGK 15. PA : tergantung komplikasi.

9

Page 10: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA ANAK

Kriteria praktis untuk diagnosis bacteriuria bermakna adalah sebagai berikut : a. Bila ditemukan 100.000 koloni/ml urine pada dua kali biakan terturut b. Bila ditemukan 100.000 koloni/ml urine disertai leukosit urine lebih dari 10/mmcubic

(pyria), dari urine tanpa sentrifugasi c. 100.000 koloni/ml dari urine tanpa sentrifugasid. 10.000 koloni/ml dari urine yang berasal dari ureter e. Adanya bakteri (berapapun) dari biakan urine yang berasal dari aspirasi suprapubic

- Bakteriuria asimptomatik (covent bacteriyria), adanya bakteriiuria bermakna tetapi tanpa adanya keluhan atau gejala ISK

- Bakteriuria simpromatik, adanya bakteriuria bermakna disertai dengan keluhan dan gejala klinis ISK ISK bagian atas (upper UTI), infeksi saluran kemih bagian atas terutama parenchyma ginjal, lazimnya disebut sebagai pyelonegritis,

- ISK bagian bawah (lower UTI), bila infeksi vesica urinaria dan uethra. Batas antara atas dan bawah. Vesicoureteric valve

- ISK sederhana = ISK dengan komplikasi (complicated UTI), ada infeksi tetapi tanpa penyulit (lesi) anatomic maupun fungsional saluran kemih.

- ISK kompleks = ISK dengan komplikasi (complicated UTI) adanya infeksi disertai lesi antomik ataupun fungsional, yang menyebabkan obstruksi mekanik maupun fungsional saluran kemih, misalnya sumbatan muara urethra, refluc vesicouretric, urolithiasis, parut ginjal, neurogenic baddar dan sebagainya. Dalam kelompok ini termasuk ISK pada neonatus dan sebagian besar kasus dengan pyelonefritis akut.

- ISK berulang (recurrent UTI), serangan infeksi yang kedua kali atau lebih, dapat berupa relaps ataupun re-infeksi

- Hipotermi - Menolak minum - Muntah - Berat badan tidak naik dengan baik kematuria - Tanda-tanda sepsis dan lain-lain

Pada masa bayi - Paras yang tidak dapat diungkapkan sebabnya - Tidak ada nafsu makan- Haus - Urine bau busuk - Bias teraba tumor abdomen

10

Page 11: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

- Gelisah - Rewel - Kejang- Hematuria dan lain-lain Selain hal-hal tersebut di atas, anamnesa keluarga mengenai penyakitginjal, hipertensi dan ISK dalam keluarga pelu diperhatikan untuk menentukan resiko tinggi untuk gangguan ginjalnya. 1. Diagnosa Banding

Lower UTI (uretbritis, cystitis, prostatitis (pada pria), vaginitis (pada wanita)), upper UTI (pyelonefritis, nefritis, interstitilnetritis), congenital anomaly, batu ataupun neolasma dari ginjal dan saluran kemih, demam tinggi, corpus aliena di saluran kemih, drug induced pyuria, glucocor ticoid, aspirin, phenacetin, penicillin dan sulfa.

2. Pemeriksaan Penunjang Selain kultur urine diperlukan pemeriksaan BUN, creatinine serum, darah rutin, BNO, IVP, USG, CT-Scan, ginjal dan saluran kemih, K/P biopsy ginjal.

3. Konsultasi ISK adalah komplikasi, ISK bagian atas (upper UTI), dirawat inap.

4. Terapi/managemen : Prinsip terapi/management dari ISK apda anak adalah sebagai berikut : 1. Konstimasi diagnosis ISK 2. Eradikasi infeksi pada waktu serangan / ulang 3. Selidiki potensi saluran kemih 4. Perlu tindakan bedah pada obstruksi uropati, calculi, neurophatic bladder, dll. 5. Cegah infeksi berulang6. Perlu teratur follow-up selanjutnya

Eradikasi infeksi dengan pemberian antibiotika, bertujuan untuk mencegah infeksi ulang (recurence) mencegah cacat ginjal (rental-scarring) dan mencegah progresivitas gagal ginjal (progerive renal failure). Kebanyakan infeksia akan sembuh dengan pengobatan selama 1 minggu (7 – 10 hari) dan tidak ada bukti bahwa pengobatan yang lebih lama akan mempengaruhi kecepatan nfeksi yang berulang (recurren infection) Kebanyakan mikro organisme yang berada di sekitar kita sensitive terhadap salfonamid, korimoksazol atau ampisilin/amoksilin. Dengan alas an inilah pengobatan UTI dapat dimulai sebelum hasil kultur dan sensitity test diperoleh. Tetapi kultur urine harus diulang kembali sesudah 2-3 hari pengobatan dihentikan dan sebelum pemeriksaan radiology dilakukan. Maintenancer chemotherapy.

11

Page 12: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

Maintenance chemotherapy merupakan teknik yang berguna dalam pengobatan, infeksi yang berulang pada anak dengan atau tanpa kelainan struktur. Nirofurantoin atau co-tromoxazole merupakan obat yang sering dipakai. Lama pengobatan berkisar 6 bulan sampai 8 bulan. Pada anak-anak kecil ¼ dosis biasa cukup diberikan malam hari saja. Kepada orang tua penderita harus dijelaskan mengenai cara pengobatan ini dapat mencegah simtom dari infeksi ulang.

Vesico-ureteric reflux Minor dan moderate reflus pada anak akan hulang spontan jika anak bertambah besar dan hanya 2-3% saja yang akan menjurus ke kerusakan ginjal (renal searring). Pada anak tersebut dapat diberikan maintenance chemothery sampai refluksnya hilang pada severe reflux dilakukan tindahakan bedah.

7. Tempat pelayanan : RS klas A8. Penyulit

- vesico – ureteric flux (ringan - berat)- obstructive urophati - GGK - ESRD

9. Informed consent Tertulis perlu

10. Tenaga standar Dokter spesialis anak

11. Lama perawatan : bervariasi 12. masa pemulihan : Bervariasi 13. Output : ringan / tanpa komplikasi sembuh

3% pada anak selalu recurrent Dengan komplikasi berlanjut menjadi GGK

14. PA tergantung komplikasi

12

Page 13: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

BRONKOPNEMONIA

1. Kriteria DiagnosaSelalu didahului gejala infeksi saluran nafas dalam seberapa hari. Suhu meninggi (bias tiba-tiba menjadi 390-400C)Sesak nafas (cepat dan dangkal), anak menjadi gelisah Pada pemeriksaan fisik dijumpai pernafasan cupping, hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sala iga, ronki basah gelembung kecil/sedang.

2. Siagnosa banding 1) Atelektasis 2) Abses paru 3) Aspitasi Benda Asing 4) Gagal jantung 5) Tuberkulosis paru

3. Pemeriksaan penunjang : darah tepi : Leukositosis, pergeseran ke kiri. Foto toraks (AP-lateral)AGDA / Elektrolit

4. Konsultasi : - 5. Perawatan RS : Rawat Inap 6. Tetapi

Beri oksigen a. Atasi dehidrasi, koreksi cairan, kalori dan elektrolit serta asidosis metabolic. b. Antobiotika

Penisilin 50.000 U/kgbb hari atau c. Ampisilin 100-200 mg/kgbb/hari dengan kloramfenikol 50-100 mg/kgbb/hari atau

gentamisin 5-7 mg/kgbb/hari selama 7-100 ahri (4 hari bebas demam)NB : Untuk usia kurang dari 3 bulan digunakan gentamisin. Jika setelah 3 hari tidak ada respon yang baik maka diganti dengan golongan sefalosporin.

d. Diit : puasa selama penderita sangat sesak, setelah sesak berkurang dapat diberikan melalui NGT

7. Tempat pelayanan : RS kelas D 8. Penyulit : Empiem, Otitismedia akut. Meningistis, osteomielitis, abses paru,

pneumotokel, pneumomediastinum, dll. 9. Inform consent : perlu 10. lama Perawatan : 1-2 minggu 11. Masa pemulihan : 2 minggu 12. Output : sembuh total, mortabilitas kurang dari 1%

Mortality lebih tinggi pda penderita yang dating terlambat dan malnutrisi. 13. PA : tidak perlu

13

Page 14: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

EFUSI PLEURA

1. Kriteria Diagnostik : Sesak nafas, sianosis, batuk Suhu badan bias mendadak tinggi, anak tampak sakit berat. Bentuk toraks asimetris, pergerakkan pernafasan tertinggal. Perkusi beda, pekak jantung/mediastinum terdirong ke sisi yang sehat Bising nafas melemah sampai hilang Sela iga melebar

2. Diagnosa Banding : 1. Efusi pleura eksudativa 2. efusi pleura transudativa (nefrotik sindrom, gagal jantung, kwashiorkor, dll) 3.Kholotiraks, hemotoraks, dll 4. Pneumonia lobaris. 5. Tumor Paru

3. Pemeriksaan penunjang : Darah tepi : Lekositosis Foto totoraks (AP-lateranl)Fungsi Pleura analisa cairan pleura bipsi pleura Biopsi pleura

4. Konsultasi : Bagian Bedah / paru 5. Perawatan RS : Rawat Inap 6. Terapi

Tergantung jenis/penyebab efisien pleura Empiema : Pengeluaran nanah sebanyak mungkin, Antibiotika Tuberkulosis : Obat antituberkulosis, prednisorTransudat : Terhadap penyakit yang mendasari

7. Penyulit : Perikarditis, fistel bronkus, abses paru, osteomielitis tulang iga, meningitis, dll

8. Tempat pelayanan : RS kelas B 9. Informed consent : diperlukan 10. Tenaga Standard : Dokter umum 11. Lama Perawatan : 1-2 minum 12. Masa Pemulihan : 1-2 minum 13. Output : tergantung penyebab, umumnya baik 14. PA : Mungkin diperlukan (cairan pleura/biosi pleura/ paru)

14

Page 15: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

TUBERKULOSIS

1. Kriteria Diagnostik : gejala tidak spesifik, sering berupa gejala infeksi saluran nafas atas berulang disertai demam yang tidak begitu tinggi. Nafsu makan turun, berat badan turun. Keringat malam, ada riwayat kontak dengan penderita Tb aktif dewasa.

2. Diagnosis banding : Bronkopneumonia Bronklolitis

3. Pemeriksaan Penunjang : darah tepi rutin : limfositosis Led Meninggi Uji Tuberculin Uji Serologic (Elisa)Foto Toraks (AP - lateral)Direct smear dan Kultur, uji kepekaan BTA (Sputum/cairan lambung, dll)

4. Konsultasi : Bagian paru, neurology5. Perawatan RS : Rawat Inap bila berat (Tb. milier)6. Terapi : Kombinasi beberapa obat ant tuberculosis

INH 10-20 mg.kg.BE/hari 6-9 bulan Rifampisin : 10-20 mg/kgBB/hari 69- bulan Streptomisin : 30-50 mg/kgBB/hari 3 hari Pirazinamid : 15-30 mg/kgBB/hari 2 bulan Etambutol : 15-25mg/kgBB/hari 12 bulan Kortikoteroid (prednison) bila diperlukan 1-2 mg/kgBB/hari 1,5-3 bulan

7. Tempat Pelayanan : RS kelas D8. Penyulit : Paresis/paralysis, hidrosefalus, retardasi mental dll. 9. Infomed consent : mungkin diperlukan10. Tenaga Standard : Dokter Umum 11. Lama Perawatan : 4-6 minggu 12. Masa pemulihan : 6-9 bulan 13. Output : Tergantung saat permulaan pengobatan Mortalitasbisa 10-

50% jika terlambat 14. PA : Mungkin diperlukan.

15

Page 16: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

ASMA BRONKIAL

1. Kriteria Diahnostik : Gejala batuk dan atau mengi yang berulang (episodik), nocturnal, musiman, setelah beban fisik. Ada riwayat atopi pada anak dan keluarga Pada pemeriksaan fisik anak kelihatan sesak (nafas cepat dan sukar) diserta batuk memegang pinggir tempat tidur atau kursi.

2. Diagnosa Banding : 1. Corpus alineum

2. Bronkiektasis 3. Bronkiolitis akut 4. Bronchitis 5. Tuberculosis

3. Pemeriksaan penunjang Darah tepi rutin : eosinofilia, IgE. Foto toraks AP-Lateral Foto sinus paranasalis Uji tuberculin Uji final paru, uji provokasi, bronkus Uji Alergi dan lain-lain

4. Konsultasi : Dokter spesialis THT (kalau perlu) 5. Perawatan : Rawat inap (Asma barat dan akut / status asmatikus)6. Terapi : Oksigen

Adrenalin (SC)Kortikoteroid :Hidrokartion 4 mg/kgbb.6 jam Aminofilin :6 mg/kgbb (10-20 menit)Kemudian 1 im/kgbb/jam

7. Penyulit/komplikasi : Pneumotoraks gagal Nafas 8. Tenaga standar : dokter umum 9. Lama perawatan : 2-3 hari

16

Page 17: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

PENATALAKSANAAN ASMA BRONKIAL

1. Injeksi adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,1 – 0,3 ml/SC, dan apabila perl dapat diulang setiap 15 menit, maksimal 3 kali.

2. Pada anak yang dapat memakai innaler, dapat diberi salbutamol, Terbutalin atau Atrovent inhaler sesuai kebutuhannya.

3. Pada anak yang dapat memakai nebuliser, dapat diberi cairan ventolin nebule sebanyak 2,5 mg selama 5 sampai 1 menit dan dapat diulang setelah 60 menit

4. Dapat diberi Aminofilin secara parenteral bolus (selama 15 menit) dengan dosis 7 mg/kg bb dan dilanjutkan dengan 15 mg/kgbb dengan tetesan tetap dalam larutan dekstrosa 5%

5. Pada hal-hal yang memerlukan kortikosteorid, dapat diberika injeksi deksametason 0,5 mg/kgbb/IV untuk dosis initial, dan dilanjutkan dengan dosis maintenance 0.8 mg/kgbb/IV. Cairan yang dipakai adalah dekstrosa 5% + NaCI 0,5%

6. Dapat diberikan anti lotik bila ada infeksi.

17

Page 18: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

SHOCK (RENJATAN)

1. Kriteria Diagnosis : 1. Sianosis/motting, pengisian kapiler melambat (> 2 detik)2. Akral dingin, beda suhu sentral dan perifer >20C3. Nadi halus dan cepat/tak teraba4. Tekanan darah menurun/tak terukur 5. Pernafasan kusmaul

2. Diagnosis Banding : 1. Kehilangan cairan 2. Kelainan jantung 3. reaksi anafilakis 4. sepsis 5. problem neurologik 6. Hipoglikemia/gangguan metabolic/keracunan

3. Pemeriksaan penunjang : 1. Lab. Darah rutin, gol. Darah 2. Glucose darah 3. kadar elektrolit 4. Skrining toksikologi

4. Konsultasi : 1. Kardiologi anak 2. Neurologi Anak

5. Perawatan RS : gawat Darurat/Perawat intensif 6. Terapi

1. Tempatkan dalam posisi datar, kaki ditinggikan 2. Bebaskan jalan nafas/hisap jalan nafas 3. Berikan O2 sebanyak 8 liter/menit melalui masker/katerer 4. Pasang lini intravena (perkulan/vena seksi), bila gagal pada kaki kedua,

pasang lini inhaosscus 5. Berikan bolus cairan kristaloid-isotonis 20ml/kg, dapat diulang 1-2 kali

lagi, bila gagal pertimbangan cairan koloid 6. Koreksi metabolic asidosis dengan Na-Bikarbonat 1-2 mEq/kg BB atau

berdasarkan deficit basa7. Pemantauan tanda vital, keseimbangan cairan dan elektrolit 8. Bila gagal pertimbangan pemberian inotropik (Epinefin 0,5-1)

Mircogram/kg/menit, depamin 5-10 microgram/kg/menit 9. Terapi definitive

7. Tempat pelayanan : ICU Anak8. Penyulit : 1. Ensefalopati

2. Ensefalopati 3. Gagal ginjal akut

4. Gangguan alektrolit 9. Informed Consent (tertulis) : Perlu

18

Page 19: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

LANGKAH – LANGKAH PENATALAKSANAAN SHOK ANAFILAKTIK PADA ANAK

Tidurkan penderita segera, dan kalau perlu dengan sikap trandelenburg. Nilai tanda vital dan kalau perlu dilakukan resusitasi kardiopulmonal. Suntikan segera adrenalin dalam larutan 1 : 1000 dengan sosis 0.01 ml.kkbb yang banyaknya tidak melebihi 0,3 – 0,5 ml, dan ini dapat diulang setiap 15 atau 30 menit bila respon tidak ada tekanan darah tidak terukur peril diberi adrenalin 0,3 ml intrakardial.

Bila tekanan darah sistolik belum mencapai diatas 50 mmHg dapat diberikan cairan intravena daxtran atau dairan Isotonik dengan dosis sebanyak 20-30 mg/kgbb. Pemberian Hydrocortison IM.TV boleh diberikan pada reaksi yang hebat dengan dosis awal Hydrocortison 7-10 mg/kgbb dan selanjutnya 5 mg/kgbb dan untuk dexametason 0,5 mg/kkbb. Terapi dapat dihentikan setelah 40-72 jam. Pemberian Anti Histamin tidak efektif dan tidak dianjutkan. Aminofilin intravena dapat diberikan bila dijkumpai Bronkospasme dengan dosis 6 mg/kkbb selama 15 menit dan 5-15 mg/kkbb dalam 24 jam berikutnya. Intubasi dan Trakeotomi dapat dilakukan bila terdapat obstruksi jalan nafas bagian atas yang dapat menganggu ventilasi. Oksigen diberikan bila ada iNadi kasi.

19

Page 20: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

GAGAL NAFAS AKUT

1. Kriteria Diagnosis : 1. Suara pernafasan menghilang/melemah 2. Sianosis 3. Retraksi otot pernapasan 4. Hipitonus otot-otot 5. PaO2 < 50 torr atau PaCO2 > 60 torr

2. Diagnosis Banding : 1. sumbatan jalan nafas 2. problem alveolus/parenkim 3. problem dinding thoraks 4. problem pusat pernafasan 5. problem medulla spinalis 6. problem prenikus/interkostalis

3. Pemeriksaan penunjang : 1. Foto Thoraks

2. Analisa gas darah arteri

4. Konsultasi : 1. Pulmonologi anak 2. Neurologi Anak

5. Terapi 1. Hisap lender jalan nafas 2. Berikan O2 8 L / menit melalui masker balon resusitasi/kateter 3. Berikan cairan intravena pemeliharaan 4. Kirim sample darah arteri untuk analisa gas darah dan darah rutin 5. Thoraks foto 6. Bilahasil analisa gas darah tetap jelek lakukan intubasi dan berikan bantuan

ventilasi mekanik 7. Pemantauan tanda vital, keseimbangan cairan, serial analisa gas darah arteri, serial

foto thoraks. 8. Terapi definitif.

6. Tempat pelayanan : ICU / anak 7. Penyulit : 1. Ensefalopati

2. Barotrauma (ventilator)3. gangguan hemodinamik 4. Infeksi/sepsis

8. Informed Consent (tertulis) : perlu 9. Tenaga standar : Irrensitis Anak 10. Lama Perawatan : 3 (tiga) hari 11. Masa pemulihan : 1 (satu) minggu 12. Output : Kematian 25-50%

20

Page 21: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

KEJANG

Segera diberikan Diazepam intravena : Masukkan 0,5 mm/kgBB dalam spuit, berikan perlahan-lahan intravena dengan kecepatan 1 mg/menit sampai dengan kejang berhenti (obat tidak perlu dihabiskan) Atau Diazepam rectal : Dosis < 10 kg = 5 mg> 10 kg = 10 mg Bila kejang tidak berhenti tunggu 15 menit Diulang dengan dosis/cara yang sama Kejang berhenti

Berikan dosis awal fenobarbialDosis neonatus : 30 mg i.m. 1 bulan < 1 tahun : 50 mg.i.m > 1 tahun : 75 mh.i.m.

Pengobatan maintenance

4 jam kemudian Dosis hari I + II : fenobarbital 8 – 10 mg/kg Dibagi dalam 2 dosis.

Catatan - Bila diazepam tidak tersedia.

Langsung memakan fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan ‘imaintenance’

- Dosis maksimal fenobarbital adalah 200 mg/hari

21

Page 22: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

DEMAM TIFOID

1. Kriteria Diagnosis : 1. Panas > 1 minggu

2. Adanya penurunan kesadaran 3. 2-3 gejala gastro intestinal 4. Lidah tifoid 5. Hepato-splenemegali.

2. Diagnosis Banding : 1. Malaria 2. TBC 3. Pnemonia 4. Maningitis 5. Ensefalitis

3. Pemeriksaan penunjang : 1. Subbagian Neurologi Anak 2. Subbagian ICU Anak 3. Subbagian Kardiologi Anak 4. Bagian Bedah.

5. Terapi hari bebas demam : Khloramgenikol 100 mg/kgBB/hari sampai 5-. Apabila jumlah lekosit diantara 1000-2500/mm3, maka obat dihentikan dan diganti dengan yang lain. Kotrimoksasol Ampisilin Amoksilin Transfusi darah bila ada perdarahan massif Diet : cukup cairan dan makanan mudah dicerna serta tidak merangsang.

6. Penyulit : 1. Perdarahan gastro intestinal 2. Perforasi 3. Pneumonia 4. Toksik ensefallopati 5. Meningitis 6. gangguan psikiatris.

22

Page 23: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

DIFTERIA

1. Kriteria Diagnosis : Demam

Pseudo membrane berwarna putih keabuan, yang sukar diankat, mudah berdarah pada daerah yang terkena seperti di hidung, faring dan tonsil serta laring. Gejala lain yaitu pilek, banyak secret, epistaksis, bull neck, anoreksia, sakit tenggorokan/ menelan, batuk, suara serak, stridor inspiratoar.

2. Diagnosis Banding : Difteri nasal : common cold Benda asing Sinusiti AdenoiditisSifilis congenital Difteri laring : Laringistis akut Laringo trakhei bronchitis Aspirasi benda asing Asbes faring dan retro-faringeal Papilloma laring

3. Pemeriksaan penunjang : Darah tepi rutin Sediaan hapus langsung pseudomembrane Kultur pseudoomembrane Foto Thoraks EKG

4. Konsultasi : Bagian THT Subbagian Karsiologi Anak Subbagian ICU Anak Bagian Anaestesi

5. Pengobatan : Pengobatan spesifik dengan ADS 40.000 IU dalam NaCL fisiologis 200 ml per infus, habis daam waktu 30-45 menit. Prokain penisilin 50.000 IU/kg.BB/hari selama 7 7 hari. Kortikosteroid. (deksametason 1-2 mg/kgBb/hari) bila ada tanda-tanda miokarditis. Trakhostomi kalau diperlukan.

23

Page 24: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

TETANUS ANAK

1. Kriteria Diagnosis : Demam subrebriil

Trismus Kaku Kuduk Risus sardonikus Opistotonus Abdominal Rigidity Kejang tangsang dan kejang spontan dengan kesadaran yang baik setelah kejang. Adanya port dientree.

2. Diagnosis Banding : Abses retrofaringeal Abses gingival Meningitis Mastoitis Rabies Intoksikasi Stryehnine

3. Pemeriksaan penunjang : Bagian Bedah Bagian THT Bagian Anaestei Sub bagian ICU Anak

4. Perawatan RS : Rawat Inap 5. Terapi : Atasi kejang dengan Dizepam 5-10 mg Intra

Vena Hindari rangsangan Bersihkan jalan nafas Pasang NGT bila kejang telah teratasi ATS 20.000 IU dalam 200 ml NaCI fisiologi IV dan habis dalam waktu 30-45 menit ATS 20.000 IU/IM Toksoid 0,5ml/IM pada tempat yang berbeda Prokain penisilin 50.000 IU/kgBB/hari selama 7-10 hari. Anti konvulsan 3-4 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimal 25 mg/kgBB/hari/hai dengan interval 2-4 Jam. Dosis diturunkan sebanyak 10-15% setelah 3 hari tidak ada kejang spontan.

24

Page 25: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

Apabila telah tercapai dosis maksimal kejang belum teratasi, maka diberikan tambahan Fenobarbital dan atau khlorpromzin.

6. Penyulit : Spasnie laring Pneumoni aspirasi Fraktur tulang belakang Retensi urine Hipiksia.

25

Page 26: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

TETANUS ANAK

1. Kriteria Diagnosis : Malas minum, mudah terangsang, bayi menangis terus,

tidak sanggup menghisap, mulut sukar dibuka, mulut mencucu, kekakuan seluruh tubuh, kejang spontan dan kejang rangsangan. Adanya focus infeksi yaitu perasangan tali pusat.

2. Diagnosis Banding : Sepsis neonatorum, meningitis 3. Konsultasi : Subbagian ICU Anak. 4. Perawatan RS : Rawat Inap 5. Terapi : Atasi kejang dengan Dizepam 2-10 mg /IV

Pasang NGT kalau kejang telah teratasi Letakkan bayi dalam incubator Hidnari rangsangan Bersihkan jalan nafas Bersihkan tali pusat dengan H2O2

ATS 10.000 IUIV Prokain penisilin 100.000IU/kgBB/hari/IM Diet : ASI/PASIKontrol kejang dengan diazepam 20 mg/kgBB/hari dengan interval 2-4 Jam dan dosis maksimal 40 mg/kgBB/hari.

6. Penyulit : Spasme Infeksi nosokomial Sepsis Aspirasi pneumoni Sumbatan jalan nafas

26

Page 27: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

TETANUS ANAK

1. Kriteria Diagnosis : Demam tinggi 2-7hari Manifestasi perdarahan : Uji tourniquet (+)Ptekia, purpura, ekhimosis, perdarahan Konjungtiva, Epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri, dll. Pembesaran hati Tanda-tanda renjatan Hemositopeni

2. Diagnosis Banding : Malaria pneumonia ITP

3. Pemeriksaan penunjang : Darah tepi Rutin + Trombosit + Hemotokrit Tes H.I. Tes Dengue Blot Analisa gas darah +Elektrolit Foto Thoraks

4. Konsultasi : Sub bagian ICU Anak 5. Perawatan RS : Rawat Inap 5. Terapi : DHF tanpa renjatan

Cairan : banyak minum IV bila muntah terus menerus, hemotokrit cenderung meningkat ringer laktat sesuai pada gastroneritisdengand ehidrasi sedang.

Antipiretika : Asetaminofen 10 mg/kgBB/kali Anti konvulsan : Diazepam 0,5 mg/kgBB/kali DHF dengan renjatan :Cairan : Ringer laktat 20 ml/kgBB/jam/infuse, bila renjatan telah

teratas 10 ml/kgBB/jam Bila renjatan berulang plasma espander 10-20 ml/kgBB/jam Tranfusi darah bila ada perdaraha gestro-intestinal.

Obat-obatan : Ampisilin 100-200mg/kgBB/hari Gentamisin 5 mg/kgBB/hariKortikosteroid bila ada ensefolopati Koreksi asidosis dengan Natrium bikarbonat 7,5%

7. Penyulit : Renjatan danrenjatan berulang Perdarahan gastro intestinal Etufi pleura Overloading

27

Page 28: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

PERTOLONGAN (PENATALAKSANAAN)PEDERITAAN PENYAKIT DBD

1. Penatalaksanaan penderitaan Tersangka Penyakit DBDPenderita tersangka penyakit DBD ialah penderita dengan tanda/gejala panas tinggi, mendadak, terus-menerus selama < 7 hari, tanpa sebab yang jelas, disertai adanya perechiaem lebam, ruam, atau mimisan. Penatalaksanaannya sebagai berikut : a. Apabila pada penderita tersebut ditemukan tanda kedaruratan yaitu pre/rejatan,

muntah terus-menerus, kejang, kendaraan menurun, perdarahan spontan/muntah darah, berak darah, penderita perlu dirawata.

b. Apabila tidak ada tanda kedarurata, periksa rumple leede dan hitung trombosit : - Bila Rumple leede poitif dan/atau trombosit <150.000/ul, penderitaan dirawat

dan dilaporkan ke Dinkes Dati II atau Puskesmas. Keluarga surat pengantar dokter untuk tidak lanjut kegiatan Pemberantasan Saran Nyamuk dilokasi sekitar rumah penderita.

- Bila rumple leede degatif dan trombosit > 150.000/uL, penderita boleh pulang dengan pesan untuk kontrol, tiap hari sampai hari ke 7 dan bila keadaan umum memburuk (gelisah, ujung kaki/tangan mendingin) segera ke Rumah Sakit.

Alur penatalaksanaan penderita tersangka penyakit DBD dapat dilihat pada Bagan I.

28

Page 29: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

BAGAN IPENATALAKSANAAN PENDERITA TERSANGKA

DEMAM BERDARAH DENGUE

29

Tersangka DBD

AdaKedaruratan

Tidak ada Kedaruratan

Tes Rumple leede + dan/atau Trombosit < 150.000/ml dan/atau

Dengue Blit

Rawat Inap Ya Tidak

Rawat Jalan

Panas tinggi mendadak, terus menerus < 7 hari, tanpa sebab yang jelas disertai atau tidak perdarahan

Yaitu : Pre/Rejatan, muntah terusmenerus, kejang, kesadaran menurun, muntah darah, atau berak darah

Periksa tes Rumple Leede (dan trombosit)

Penjelasan tentang pencegahan DBD Pesan # keadaan umum memburuk (gelisah, ujung kaki/tangan dingin) segera ke rumah sakit # Kontrol tiap hari sampai hari ke-7 Lapor kepada Kandep Kes/dinas Kesehatan dati II # Surat Keterangan kepada lUrah/kades melalui keluarga penderita

Page 30: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

2. Penatalaksanaan Penderitaan Penyakit DBD Tanpa Renjatan Pederitaan penyakit DBDtanpa renjatan ialah dengan tanda/gejala panas tinggi, mendadak terus menerus selama < 7 hari tanpa sebab yang jelas, disertai dengan hasil pemeriksaan rumple leede prositif dan/atau hitung trombosit < 150.000 ul.

Pelaksanaanya adalah sebagai berikut : a. Jika tidak terdapat tanda-tanda kedaruratan, maka lakukanlah observasi tensi dan nadi

tiap jam dan periksa hematokrit & trombosit tiap 4-6 jam. 1. Bila selama observasi keadaan umum baik yaitu suhu badan dan nadi normal,

tekanan sistolik > 80 mmHg, hemotokrit menetap & trombosit menetap/cenderung naik (sekurang-kurangnya setelah tiga kali pemeriksaan), maka penderitaan diperoleh pulangd engan diberi penjelasan tentang pencegahan penyakit DBD dan dipesan untuk segera lapor kepada Lurah/Kades dengan membawa surat pengantar dokter. Pelaporan Kepada Dinkes dati II/Kandep Kes dilakukan segera setelah diagnosa klinik DED/tersangka ditegakkan.

2. Apabila keadaan umum penderita memburuk yaitu gelisah, ujung kaki/tangan mendingin, nadi memburuk dancepat, tekanan sistolik cenderung turun, tekanan nadi < 20 mmHg, hematokrit cenderung naik dan trombosit cenderung turun, maka penderita segera diberi infuse Ringer Kaktat sesuai berat badannya (lihat bagian II)

b. Apabila terdapat tanda-tanda kedaruratan (seperti pada ad 1.a), maka penderitaan segera diberikan infuse Ringer Laktat sesuai dengan berat badan (lihat bagan II) dan dilakukan observasi tensis dan nadi tiap jam dan hematoktit dan trombosit tap 4-6 jam. Alur penatalaksanaan penderita penyakit DBD tanpa renjatan dapat dilihat pada bagian II.

2. Penatalaksanaan Penderita penyakit DBD dengan renjatan (dengue Stock Syndrome / DSS)Penderita penyakit DBD dengan renjatan ialah penderita dengan tan/gejala antara lain : nadi teraba kecil, lembut atau tak teraba, tensis < 80 mmHg, tekanan nadi < 20 mmHg.

30

Page 31: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

BAGAN IIPENATALAKSANAAN PENDERITA

DEMAM PERDARAHAN DENGUE TANPA RENJATAN (SHOCK)

31

Pasien DBD Tanpa Renjatan

AdaKedaruratan

Tidak ada Kedaruratan

- Panas tinggi mendadak, terus menerus < 7 hari, tanpa sebab yang jelas

- Tes Rumple leede (+) atau - Trombosit < 150.000/al

Yaitu : Pre/Renjatan, muntah terus menerus, kejang, kesadaran menurun, muntah darah, atau berak darah

Observasi - Tensi & nasi tiap jam - Hemoatokit & trombosit

tiap 4-6 jam

Keadaan Umum Buruk Keadaan Umum Baik

- Gelisah, ujung kaki/tangan mendingin

- Nadi lemah dan cepat - Tek. Sistolik cenderung turun - Tekanan nadi < 20 mmHg - Ht cenderung naik & trombosit

cenderung turun

- Suhu badan dan nadi normal - Tek. Sistolik > 80 mmHg - Ht. menetap & trombosit

menetap/cenderung naik,

P u l a n g

Inti Ringer Laktat BB(kg)

Jumlah cairan diberi 24 jam Hari I Hari II, dst

2 – 10 Kg 10-15 Kg > 15 kg

205 cc/kgBB175 cc/kgBB140 cc/kgBB

125 cc/KgBB105 cc/KgBB90 cc/KgBB

Penjelasan tentang pencegahan DBD/PSN

Page 32: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

Penatalaksanaannya adalah sebagai berikut : a. Segera beri infuse Ringer Laktat 20 ml/kg.BB/jam, dan oksigen (O2). Untuk penderita

DSS berat (nadi tidka teraba atau tensi tidak terukur) pemberian infuse RL diguyur (maksimal selama 1 jam) bila perlu diawali dengan semprit 100-200 cc dan berikan O2. Penderita diobservasi selama 1 jam (tensi & nadi tiap 15 menit, hematokrit & trombosit tiap 4-6 Jam).

b. Apabila dalam 1 jam renjatan belum teratasi, beri infuse Ringer Laktat 20 ml/kg.BB/jam ditambah plasma atau plasma expander 20-30 ml/kg.BB maksimal 1 jam, oksigen (O2) tetap diberikan. Penderita diobservasi selama 1 jam (tensi dan nadi tiap 15 menit, periksa hematokrit & trombosit tiap 1-6 jam) 1. Apabila renjatan teratasi dengan tanda-tanda hemoglobin/hematokrit cenderung

turun, teratasi > 100 mmHg, nadi normal, maka infuse Ringer Laktat dikurangi keadaan umum baik. Observasi tensi & nadi diteruskan tiap jam serta sampai keasaan umum baik. Pada kondisi seperti ini penderita diperolehkan pulang dan beri penjelasan pesan seperti 2.a.1

2. Apabila renjatan belum juga dapat teratasi maka penderita segera dipindahkan ke ICU antara lain : - Diberikan oksigen (O2) yang dilembabkan - Pasang CVP (dipertahankan 5-8 cm H2O) - Tentukan jenis cairan/kecepatan tetesan - Usahakan urine > 1 ml/kg.BB/jam dan BD urine < 1,020- Pertimbangkan pemberian darah segar, suspensi trombosit atau fresh fosen

plasma - Berikan dopamine - Lakukan pemeriksaan analisa gas darah

Alur penatalaksanaan penderita penyakit DBD dengan renjatan (Dengue Shock Syndrome/DSS) dapat dilihat pada Bagan III.

32

Page 33: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

BAGAN IIIPENATALAKSANAAN PENDERITA

DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RENJATAN (SHOCK)

33

Pasien DBD dengan renjatan

Nadi teraba, kecil, lembut Tensi < 80 mmHg, Tek. Nadi < 20 mmHg

Nadi tak teraba Tensi tak terukur

Observasi (1 Jam)

RenjatanBelum Teratasi

Renjatan teratasi - Ht Cenderung turun - T > 100 mmHg - Nadi Normal

Observasi (1 Jam)

RenjatanBelum Teratasi

RenjatanTeratasi

Observasi

PULANGICU

Antara lain - periksa O2 yang dilembabkan - pasang CVP (diperhatikan 5-8 cm H2O)- tentukan enis cairan dan kecepatan tetesan - Usahakan urine > 1 ml/kgBB/jam BD urine 1.020

- dipertimbangkan pemberian darah segar, spens, trombosit atau fresh frozen plasma - Berikan depamin - Analisa Gas darah

Infus RL 10 ml/kgBB/jam selanjutnya sesuai kebutuhan sampai keadaaan umum baik

Infus RL guyur (maksimal 1 jam) Bila perlu diawlai dengan semprit 100-200 ml Berikan O2 = 2l/menit

Infus RL 20 ml/kgBB/jam Berikan O2 = 2l/menit

Tensi dan Nadi tiap jam sampai keadaan umum stabil. Hematokrit & trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan umum baik

Penjelasan tentang penjelasan DBD / PSN

Infus RL 20 ml/kgBB/jam Plasma atau plasma expander 20-30 ml/kg BB/jam Berikan O2 = 1l/menit

Tensi dan nadi tiap 15 menit

Page 34: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

PAYAH JANTUNG /GAGAL JANTUNG(HEART FAILURE(DECOMPENSATIO CORDIS)

1. Kriteria Diagnosis :- Sesak (dyspnoe, Tefort, paroxymol nocturnal dyspnoe, orthopnoe) / tachypnoe.- Takikardia dan irama gallop- Tanda-tanda bendungan : rouchi basah di paru (payah hematomegali), ascites, edema(payah jantung kanan) - Tanda perfusi perifer yang berkurang : rasa lelah, pucat, nadi kecil, jumlah urine

berkurang.

2. Diagnosis Diferensial : - Asthma bronchiale- Bronchopneumonia- Payah ginjal

3. Pemeriksaan penunjang :a. Foto Thorak : Kardiomegali, tanda bendunganb. EKG : Takikardia, gangguan irama, pembesaran atrium / ventrikelc. Laboratorium : Hb. Ht. elektrolit, fungsi hati, fingsi ginjal

Konsultasi : Konsultan Radiologi anak4. Perawatan RS : di ruang emergency sampai stabil atau diruang perawatan

Perawatan intensif kardiovaskuler.

5. Terapi 7.1 Non Farmakologis : Reassurance, istirahat atau tirah baring setengah duduk, makan pori kecil dan pembatasan cairan. 7.1 Farmakologis : Oksigen nasal, IV line, Digitalis, Deuretika, bila edema paru

bias morfin, vasodilator jika diperlukan.

6. Standard RS : Minimal kelas C7. Penyulit : - Kematian mendadak - Intoksikasi digitalis

- Gangguan elektrolit dan asam basa / gas darah - payah ginjal

8. Inform Consent (tertulis) : perlu untuk tindakan invasif

9. Standar tenaga : - Perwatan kardiovaskuler terlatih - Dokter Spesialis Anak - Dokter Spesialis anak (Kardioloigi) - Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah

10. Lama Perawatan : tergantung berat ringannya penyakit dan penyebabnya

34

Page 35: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

MININGITIS PURULENTA1. Kriteria Diagnosis : Ananinesis : - Panas

- Kejang- Kesadaran menurun

P.Diagnostik : - Kalai kuduk - reflek cahaya (+)↓ - reaksi meninggal - reflex fisiologis ↑ - Babinsky (+) - Brundzinski I dan IV

2. Diagnosa Banding : a.Meningitis Serosab. Meningoeacethalitisc.Encefhalitisd. Abcess otake.Sub arachnoid hemorrhage

3. Pemeriksaaan Penunjang : - Lumbal Punksi - Darah rutin - Transillumilasi - Fundescopi - EEG - CT Sean - IMR - Kultur Liquar Darah

4. Konsultasi : - Bedah Syaraf - Radiologi - Patologi Klinik

5. Perawatan RS : Rawat Inap6. Terapi : - Antibiotika Broad Spectrum/Khusus - Perawatan orang tak sadar9. Tempat Pelayanan : Rindu A/B10. Penyakit : - Effusi Sib dural - Veutriculotis - Epilepsi - Retardasi mental - Hemi parese - Afasia - Kebutaan

35

Page 36: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

11. Informed consent (tertulis) : perlu

12. Tenaga Standard : - Spesialis Neurologi Anak - Perawatan Khusus

13. Lama Perawatan : 2 – 3 minggu

14. Masa Pemulihan : 3 bulan

15. Output : - Sembuh total - Kematian 40 – 60 %

36

Page 37: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

ENCEPHALITIS

Kriteria Diagnostik : Anamnese : Panas yang tinggi secara mendadak / tiba-tiba disertai kejang

dan kesadaran menurun P.Diagnostik : - Sensorium ↓ - Pupil : B C (+) ↓↓ melebar - Kulit Kering - Temperatur ↑↑

2. Diagnosa Banding : 1. Meningoencephalitis 2. Meningitis Purulenta 3. Meningitis Serosa 4. Abcess otak

4. Konsultasi : - Dokter Spesialis Anak - Dokter Spesialis Radiologi

5. Perawatan RS : Rawat Inap

6. Terapi : - Antipyretic - Anti Convulsant - Anti Biotik - Prednison - Mannitol

7. Penyakit : - Epilepsi - Retardasi Mental - Afasia

8. Lama Perawatan : 2 minggu – 3 bulan

9. Masa Pemulihan : Berbulan – bulan

10. Informed Cousent (tertulis) : Perlu

11. Tenaga Standard : - Dokter Spesialis Neurologi Anak - Perawat Khusus

12. Out Put : - Sembuh total - Kematian 50 %

37

Page 38: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

MENINGITIS TBC

1. Definisi : Meningitis TBC adalah peradangan selaput otak sebagai komplikasi TBC primer.

2. Kriteria Diagnosis : Anamnese : - Panas naik turun sudah lama

- Batuk- Nafsu makan kurang- Berat badan turun

P.Diagnostik : - Tampak sakit berat- Kesadaran menurun- Kaku kuduk- Reaksi meninggal- Pupil anisocoric- Parese

3. Diagnosa Banding : 1. Meningitis Purulenta2. Meningo Encephalitis 3. Abcess otak

4. Pemeriksaan penunjang : - Lumbal Punksi - Fundnscop - Trasilluminasi umur < 1 tahun - EEG - CT Scan - IMR

- Kultur Spritum & Lignar (BTA) - Mantoex test - Takahasi test

5. Konsultasi : - Spesialis Pulmonologi - Spesialis Radiologi - Spesialis Ped Sosial

6. Perawatan RS : - Rawat inap

7.Terapi : - Terapi Spesifik - Predaison - diet8. Tempat Pelayanan : Rindu A/B9. Penyakit : - Infeksi Sekunder - Epilepsi - Retardasi mental - Kebutaan

38

Page 39: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

- Ketulian10. Informed Consent (tertulis) : Perlu11. Tenaga Standar : - Spesialis Neurologi Anak - Perawat khusus12. Masa pemulihan : s/d 18 bulan 13. Out put : Sembuh Total

Kematian 33,3%Cacat 2/3 dari yang hidup

39

Page 40: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

LEUKIMIA AKUT

1. Kriteria diagnositik - Pusat, lemah, lesu - Panas badan berulang/menetap - Perdarahan : epistaksin, ekimosis, ptekie, perdarahan gusi - Limfadenopasli - Hepatoplenomegali - Sandi Sendi - Kejang pada leukemia serebral

2. Diagnosa banding :

- Anemia aplastik - ITP

3. Pemeriksaan penunjang Darah tepi

- anemia, agranulositopenia, trombositopenia - limfositosis monoton - limfoblast

Fungsi sumsum tulang Didapat gambaran monoton sel limfoppetik patologik Sedangkan system lain normal

Fungsi lumbal Pada leukemia meninggal didapatkan peninggian jumlah se patologik dan kadar protein meningkat

Sinar tembus dada Untuk menentukan ada tidaknya tidaknya massa mediastinal yang turut menentukan prognosis penderita

Faat hati Asam urat

4. Perawatan RS : Rawat inap pada masa pengobatan 5. Tetapi

1. Perawatan umum 2. Pengobatan suportif 3. Anti biotic pada keadaan infeksi 4. Sitostika (sesuai protokol)

40

Page 41: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

ANEMIA DEFIENSI BESI

1. Kriteria Diagnostik 1. Pucat 2. Lemah, lesu, berdebar-debar, irritable 3. Tidak panas, kecuali ada infeksi sekunder 4. Tidak ada perdarahan 5. Tidak ada organomegali 6. Tidak ada ikterus

2. Pemeriksaa Penunjang A. 1. Darah tepi : Hb < 11 gr% (criteria WHO)

- Eritrosit : Mikrositik – hipokrom (HCV, MCH, MCHC)2. Penurunan kadar besi serum (S1 : < 5ug/100 ml)3. Saturasi transfersin < 16% 4. Nilai FEP (Free Erythrocyte Prophyrin) meningkat (> 100 ug/100 ml)

B. Tinja : pemeriksaan parasitologi C. Aspirasi sumsum tulang D. Foto Toraks : Bila ada indikasi

3. Konsultasi : - Dokter Spesialis Anak - Dokter Spesialis Patologi Klinik

4. Perawatan RS : Rawat jalan 5. Terapi

1. Transfusi darah, jikwa HB < 5 gr/%, disertai keadaan umum jelek, gagal jantung, bronkopneumonia.

2. Diit yang adekuat, cukup protein 3. Menghilangkan factor penyebab 4. Pemberian preparat besi :

- Dapat dipakai senyawa fero-fumarat, fero-glukonat, dengan dosis 6 mg elemental Fe/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

- Pemberian preparat besi dilanjutkan sampai 2 bulan setelah anemia teratasi untuk mengisi cadangan besi.

5. Pemberian vitamin C untuk meningkatkan absorpsi besi

41

Page 42: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

TALASEMIA

1. Kriteria Diagnostik a. Talasemia minor : biasanya tidak menunjukkan gejala klinis b. Talasemia major :

- Pucat - Gangguan pertumbuhan - Facies-cooley pada anak yang lebih besar - Riwayat keluarga - Hepatosplenomegali - Anemia berat

2. Diagnosa Banding3. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah tepi - Anemia berat- Petikulosis meninggi - Gambaran darah tepi : anisositosis, poikilositosis, hipokrom, sel target,

fragmentosin, normoblast 2. Fungsi sumsum tulang, menunjukkan hiperaktif system eritropetik 3. Hemoglobin pada talasemia, terdiri dari komponen hemoglobin normal (Hb A, Hb

P dan Hb A) dengan kadar Hb F bervariasi dari 10%-90% dan hemoglobin patologik dari tulang-tulang panjang dan tulang kepala.

4. Pemeriksaan radiologik dari tulang-tulang panjang dan tulang kepala Pemeriksaan : kadar besi dalam serum (S1) meninggi dan TBC menjadi rendah

5. Konsultasi : - Dokter Spesialis Anak - Dokter spesialis Patologis Patologi Klinik

6. Perawatan RS : rawat inap pada keadaan tertentu 7. Terapi

1. Hingga sekarang tidak ada obat yang menyebutkan. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb < 6 gr% atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah.

2. Untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuhm diberikan “Iron chelating agenf” yaitu desferal secara intra cutan atau intraven

3. Splonetomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2 tahun sebelum didapat tanda hipersplenisme atau hemosidercsis

4. Bila kedua tanda itu telah nampak maka splenektimo tidak banyak gunanya lagi

5. Dietetik : - diberi makanan dengan gizi seimbang - preparat yang mengandung zat besi sebaiknya dihindarkan

6. Lain-lain : tranplantasi sumsum tulang 7. terapi gene dengan rekayasan genetic

42

Page 43: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

8. Pencegahan 1. Nasehat perkawinan 2. Diagnosis antenatal bila diketahui pasangan tersebut pembawa sifat atau

pernah melahirkan anak dengan talasemia major.

43

Page 44: materi IKA

Standar Pelayanan Medik – Ilmu Penyakit Anak

ITP

1. Kriteria Diagnostik 1. Purpura ptekia, ekomosia, kadang-kadang disertai perdarahan yang nyata yaitu

epistaksia, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna, perdarahan ma dan yang terberat tapi jarang yaitu peredarah SPP

2. Tanpa limfadenomegali 3. Tanpa hepatops lenomegali 4. Trombositopenia 5. Gambar sumsum tulang : normal atau meha kariosit banyak

2. Diagnosis Banding 1. Leukimia 2. Anemia Aplastik

3. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Tepi

- Anemia normositer - Trombosiopenia bias mencapai 0 (nol)

2. Sumsum tulang - normal - mega kariosit banyak

4. Konsultasi : - Dokter spesialis anak - Dokter spesialis patologi klinik

5. Perawatan RS - Rawat jalan - Rawat inap pada ITP berat

6. Terapi 1. Kalau ringan hanya tirah baring,pembatasan aktivitas dan menghindarkan obat-

obatan yang dapat menganggu fungsi trombosit 2. Pengobatan suportif kalau perdarahan banyak 3. Kortikosteroid 2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu kemudian “tapering off” 4. Hemoglobin 5. Splenektomi

44