materi tambahan (pengukuran jarlokat)

38
Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat) 1 Sumber : PT.Telkom Indonesia ARTI DAN PENTINGNYA PENGUKURAN KABEL TEMBAGA 1. PENDAHULUAN Dengan adanya perkembangan teknologi Multimedia diperlukan jaringan akses yang bias dilalui berbagai macam jenis layanan. Sedangkan sampai saat ini keberadaan jaringan kabel tembaga (jarlokat) masih sangat dominant. Untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa telekomunikasi dibutuhkan kualitas jaringan kabel tembaga harus dilakukan pengukuranpengukuran yang teliti dan akurat sehingga memenuhi persyaratanpersyaratan elektris yang ditentukan. Untuk itu disusunlah buku pedoman pengukuran jaringan kabel akses tembaga (jarlokat) secara terperinci sehingga memudahkan dalam pelaksnaan pengukuran. Didalam buku ini memuat segala aspek pengukuran kabel mulai dari cara pengukuran, alat ukur yang dipergunakan juga standar pengukuran yang harus dipenuhi. 2. PARAMETERPARAMETER 2.1 Parameter yang Harus Diukur Dalam system telekomunikasi, kualitas informasi yang diterima oleh pelanggan ditentukan kualitas media penghubungan dari ujung keujung seperti jaringan transmisi backbone, perangkat switching atau sumber layanan jaringan akses dan terminal pelanggan. Tingkat kualitas Jarlokat sebagai salah satu infrastruktur di jaringan akses ditunjukkan dengan level hasil pengukuran elektrisnya. Gambar 44. Ruas Pengukuran Jaringan Kabel Didalam pengimplementasikan layanan digital, seperti Pair Gain, ISDN, HDSL dan ADSL unsure Jarlokat menjadi sangat penting dan membutuhkan perhatian serius karena jaringan tidak lagi TE NT MDF LE PC SC DW S-bus RK DP Ruas Pengukuran

Upload: sholekan

Post on 04-Dec-2014

4.585 views

Category:

Education


11 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

1 Sumber : PT.Telkom Indonesia

ARTI DAN PENTINGNYA PENGUKURAN KABEL TEMBAGA 1. PENDAHULUAN Dengan adanya perkembangan teknologi Multimedia diperlukan jaringan akses yang bias dilalui berbagai macam jenis layanan. Sedangkan sampai saat ini keberadaan jaringan kabel tembaga (jarlokat) masih sangat dominant. Untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa telekomunikasi dibutuhkan kualitas jaringan kabel tembaga harus dilakukan pengukuran‐pengukuran yang teliti dan akurat sehingga memenuhi persyaratan‐persyaratan elektris yang ditentukan. Untuk itu disusunlah buku pedoman pengukuran jaringan kabel akses tembaga (jarlokat) secara terperinci sehingga memudahkan dalam pelaksnaan pengukuran. Didalam buku ini memuat segala aspek pengukuran kabel mulai dari cara pengukuran, alat ukur yang dipergunakan juga standar pengukuran yang harus dipenuhi. 2. PARAMETER‐PARAMETER 2.1 Parameter yang Harus Diukur Dalam system telekomunikasi, kualitas informasi yang diterima oleh pelanggan ditentukan kualitas media penghubungan dari ujung keujung seperti jaringan transmisi backbone, perangkat switching atau sumber layanan jaringan akses dan terminal pelanggan. Tingkat kualitas Jarlokat sebagai salah satu infrastruktur di jaringan akses ditunjukkan dengan level hasil pengukuran elektrisnya.

Gambar 44. Ruas Pengukuran Jaringan Kabel

Didalam pengimplementasikan layanan digital, seperti Pair Gain, ISDN, HDSL dan ADSL unsure Jarlokat menjadi sangat penting dan membutuhkan perhatian serius karena jaringan tidak lagi

TE

NT

MDF

LE PCSCDW S-bus

RKDP

Ruas Pengukuran

Page 2: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

2 Sumber : PT.Telkom Indonesia

hanya dilalui oleh frekuensi suara tetapi juga digunakan sebagai media transmisi data dan gambar. Disamping itu interferensi sinyal dari saluran yang satu ke saluran yang lain mutlak diperhatikan guna memperoleh kualitas yang maksimal. Hal ini disebabkan karena frekuensi kerja dari teknologi xDSL sangat tinggi, yaitu pada frekuensi Megahertz, sehingga dikhawatirkan sangat rentan terhadap interferensi. Dengan demikian salah satu parameter kabel yang sangat berperan, yang mampu menghindarkan interperensi adalah Tahanan Isolasi (Insulation Resistance) dari setiap pair kabel. Untuk itu parameter‐parameter yang harus diukur adalah sebagai berikut :

Tabel 12. Parameter kabel yang harus diukur untuk layanan dasar Telepon maupun layanan data.

No Jenis Pengukuran Telepon Data

1 Kontinuitas Penghantar (Line Continuity) ya ya

2 Tahanan Jerat (Loop Resistance) ya ya

3 Tahanan Penghantar (Line Resistance) ya

4 Ketidak‐seimbangan tahanan Penghantar

(Unbalance Line Resistance)

ya

5 Tahanan Isolasi (Insulation Resistance) ya ya

6 Tahanan Pelindung Elektris (Screen Resistance) ya ya

7 Redaman Saluran (Line Attenuation) ya ya

8 Near End Cross Talk (NEXT) ya Ya

9 Far End Cross Talk (FEXT) ya Ya

10 Equal Level FEXT (ELFEXT) Ya

11 Impedansi Karakteristik

(Impedance Characteristic)

ya Ya

12 Impedansi menurut frekuensi (Frequency Impedance) Ya

13 Redaman menurut Frekuensi (Frequency Response) Ya

14 Quantizing Distorsian (QD) Ya

15 Bit Error Ratio (BER) Ya

16 JITTER Ya

Page 3: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

3 Sumber : PT.Telkom Indonesia

17 Tahanan Pentanahan ya Ya

3. MACAM‐MACAM ALANT UKUR DAN FUNGSINYA PADA JARLOKAT 3.1. ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN Salah satu unsure yang tak kalah pentingnya adalah jenis alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan peruntukannya dengan tingkat kepresisian yang tinggi karena data yang akan ditransmisikan sampai dengan orde broadband. Salah satu contoh misalnya Very High Bit Rate Digital Subcriber Line (VDSL) dengan it rate sampai dengan 51 Mb/s masih dapat ditransmisikan melalui jaringan kabel tembaga, sehingga standard parameter kabel harus terpenuhi. Jenis alat ukur dan kegunaanya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 13. Jenis dan fungsi Alat Ukur

No NAMA ALAT UKUR KEGUNAAN

1 Continuity Taster/Cable Pair

Checker Mengukur kontinuitas saluran

2 Multimeter Mengukur tahanan penghantar

saluran

3 Megger Mengukur tahanan isolasi saluran

4 Portable Wheatstone Bridge

Mengukur tahanan jerat saluran,

Mengukur tahanan screen,

Mengukur gangguan saluran kontak.

5 Earth Tester/Megger Ground

Tester

Mengukur tahanan

Pentanahan/grounding

6 Attenuation Meter Mengukur redaman saluran

7 Unbalance capacitance

Measuring Mengukur kapasitansi bersama

8 Mutual capacitance measuring

set

Mengukur ketidakseimbangan

Kapasitansi saluran

9 Mutual capacitance measuring

set Mengukur kapasitansi bersama

10 BER test set Mengukur bit error

Page 4: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

4 Sumber : PT.Telkom Indonesia

11 Signal Generator / oscillator

Pembangkit sinyal/frekuensi

Untuk mengukur response,

Redaman, x‐talk, dll

12 JITTER Meter Mengukur jitter

13 PCM test set Quantitation Distorsion

14 Transmision Measure Level Pengukuran level terima

15 Selective Level Meter Pengukuran level terima

16 Oscilloscope 500 MHz Pengukuran bentuk sinyal

3.2. PERSYARATAN TEKNIS JARLOKAT Jaringan kabel telepon tembaga dengan persyaratan‐persyaratan teknis tertentu memungkinkan digunakan mencatu pelanggan Digital, sebagai berikut : a. pada jaringan kabel tidak dipasang loding coil; b. bukan saluran open wire (kawat terbuka); c. diameter kabel dipersyaratkan lebih besar sama dengan 0,6 milimeter dan diharapkan

dapat homogen; d. saluran telepon menggunakan system bridges taps (BTs). 4. PENGUKURAN 4.1 Pengukuran Kontinuitas Dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara elektris urat‐urat kabel dari ujung ke ujung lainnya tersambung baik, tidak terputus mulai dari MDF sampai ke RK/DP. a. Metode pengukuran

Ada dua metode pengukuran yaitu : 1). Menggunakan Alat Ukur Continuity Tester

Page 5: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

5 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Gambar 45. Penggunaan Continuity Tester

2). Menggunakan Alat Ukur Multimeter (AVO Meter)

Gambar 46. Penggunaan AVO Meter

b. Prinsip Pengukuran Kontinuitas Saluran dicek dengan mengirim nada berfrekuensi 550 + 100 Hz yang dibangkitkan dan dipancarkan olehalat ukur dan diinsert pada ujung kabel satu. Nada tersebut dapat didengar dengan Headphone melalui alat menerima pada ujung kabel lainnya.

Gambar 47. Prinsip Pengukuran Kontinuitas Saluran

Apabila kita menggunakan Multimeter,maka kontinuitas kabel ditunjukkan dengan nilai tahanan tertentu ( lihat tabel pada paragraph 3.2 )

c. Langkah Pengukuran

1) Kabel masih dalam haspel : Bila urat kabel yang akan diukur dihubungkan dengan sisi kirim dari Alat Ukur

sedang ujung kabel lainnya dihubugkan dengan sisi terima Alat Ukur Kontinuity Tester menggunakan Multimeter sedang ujung lainnya dihubung singkat.

Alat Ukur pada sisi kirim akan menyalurkan nada frekuensi sebesar 550 Hz.

Page 6: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

6 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Bila kontinuitas kabel baik, maka pada sisi terima dapat didengar nada tersebut

melalui Headphone. Bila menggunakan multimeter, maka pada alat ukur akan menunjuk suatu nilai

tertentu dengan satuan ohm. Selanjutnya urat kabel berikutnya dilakukan langkah yan sama. Hasil pengukuran setiap urat kabel (baik atau tidak) dicatat dalam sebuah format

yang telah disepakati. 2) Kabel dalan tahapan instalasi :

Pengukuran setelah kabel digelar. Lihat pengukuran kabel dalam haspel.

Pengukuran setelah penyambungan. Lihat pengukuran kabel dalam haspel.

Pengukuran setelah terminasi (MDF – RK; RK – KP; MDF – KP DCL). o Hubungkan alat ukur sisi kirim dengan urat kabel yang akan diukur pada

terminasi MDF/RK, sedangkan sisi terima alat ukur dihubungkan dengan ujung kabel lainnya pada terminasi RK/KP.

o Proses pengukuran sama diatas. 3) Kabel yang telah diinstalasi (existing)

Hubungan Alat Ukur sisi kirim dengan urat kabel yang akan diukur pada terminasi MDF, sedangkan sisi terima alat ukur dihubungkan dengan ujung kabel lainnya pada terminasi RK atau DP/KP.

Proses pengukuran sama dengan di atas. contoh format yang dapat diacu :

Tabel 14. Contoh Hasil Pengukuran Kontinuitas Saluran

NO URAT

KABEL NO

HASIL UKUR

(baik/tidak)

URAT KABEL

NO

HASIL UKUR

(baik/tidak)

KETERANGAN

1 1 Baik 101 Baik

2 2 Baik 102 Baik

3 3 Tidak 103 Baik

99 99 Baik 199 Tidak

d. Catatan :

Urat a dan b tidak boleh silang . Satu urat NC (no connect) berarti kesalahan satu pair.

e. Kriteria yang harus dipenuhi

Page 7: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

7 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Tabel 15. Harga Kontinuitas yang Harus Dipenuhi

NO Jenis Layanan Satuan 0,4 mm

0,6 mm

0,8 mm

KETERANGAN

1 POTS/ Suara ‐ Baik Baik Baik Tidak silang

2 Pair Gain ‐ Baik Baik Baik Tidak silang

3 ISDN (B R A) ‐ Baik Baik Baik Tidak silang

4 HDSL ‐ Baik Baik Baik Tidak silang

5 ADSL ‐ Baik Baik Baik Tidak silang

4.2. Pengukuran Tahan Jerat (Loop Resistance) Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui harga tahanan Saluran. Harga Tahanan (Resistance) suatu penghantar dihitung secara teoritis dengan rumus :

Keterangan : l = panjang saluran (meter) ρ (rho) = thanan jenis kabel, unuk tembaga = 0,0175 q = luas penampang kawat (mm2) Ω (ohm) = satuan tahanan

Dengan demikian harga tahanan R berbanding lurus dengan panjang saluran dan berbanding terbalik denan luas penampang kawat, artinya : bila panjang (l) makin besar maka harga R makin besar dan bila penampang saluran (q) makin besar, maka R semakin kecil. a. Alat ukur yang digunakan :

Wheatstone Bridge atau Multimeter.

b. Cara pengukuran :

Ω⋅

=q

lR ρ

Page 8: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

8 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Gambar 48. Cara Pengukuran Tahanan Jerat

dengan Digital Multimeter

c. Langkah Pengukuran 1) Kabel dalam Haspel

Ujung urat kabel yang akan diukur dihubungkan dengan Digital Multimeter sedang ujung lainnya dihubung singkat.

Multimeter diset pada posisi pengukuran tahanan 9ohm). Hasil ukur akan terbaca pada alat ukur dan masukkan kedalam Form yang ada.

Urat kabel selanjutnya diukur dengan proses yang sama. 2) Kabel yang telah dinstalasi atau existing.

Kabel (Cord) alat ukur dihubungkan dengan kedua urat kabel yang akan diukur pada terminasi RK atau DP dihubung singkat.

Proses selanjutnya sama dengan di atas.

d. Nilai elektris yang harus dipenuhi

Tabel 16. Harga Tahanan Jerat yang Harus Dipenuhi

NO Jenis Layanan

Satuan 0,4 mm

0,6 mm

0,8 mm

KETERANGAN

1 POTS/ Suara Ω /km 300 130 73 Tidak silang

2 Pair Gain Ω /km 300 130 73 Tidak silang

3 ISDN (B R A) Ω /km 300 130 73 Tidak silang

4 HDSL Ω /km 300 130 73 Tidak silang

5 ADSL Ω /km 300 130 73 Tidak silang

Catatan : Nilai elektris tersebut merupakan standard pada temperature C°20 . Untuk temperature rata‐rata di Indonesia adalah C°30 , sehingga Tahanan Loop dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

( )tRR ⋅+×°= α11

Dimana : 1R = Tahanan isolasi pada suhu Ct°

°R = Tahanan isolasi pada suhu C°20 α = Konstanta temperatur (untuk tembaga = 0,003)

Page 9: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

9 Sumber : PT.Telkom Indonesia

t = Selisih temperature antara 1R dan °R

Contoh : tahanan Loop kabel 0,6 mm pada C°30 adalah :

1R = 130 x (1+ 0,003x ( 30‐20 )) = 133,9 Ω

4.3 Ketidakseimbangan Tahanan Penghantar Yang dimaksud dengan ketidakseimbangan tahanan penghantar adalah besarnya tahanan penghantar antara satu urat kabel dengan urat pasangannya tidak sama. Misalnya tahanan penghantar urat a ! tahanan penghantar urat pasangannya (urat b). a. Alat ukur yang digunakan :

Wheatstone Bridge, atau Multi Tester.

b. Cara Pengukuran :

Gambar 49. Cara Pengukuran Ketidakseimbangan Tahanan Pengantar dengan Digital Multimeter

Dengan bantuan 4 urat yang telah diketahui, diukur tahanan penghantar (urat) yang lain, kemudian hasilnya dievaluasi. Perbedaan dari masing‐masing penghantar harus memenuhi syarat.

1 + a2 = z, a2 = z – b1

a1 + a2 = y Ω a1 + (z ‐ b1) = y

b1 + a2 = z Ω ‐b1 = y – a1 – z

b1 = a1 + z – y

dari : a1 + b1 = x

a1 + a1 + z – y = x

2a1 = x + y ‐ z

Page 10: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

10 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Selanjutnya pengukuran urat dengan bantuan urat a1 dapat diketahui harganya.

c. Evaluasi : evaluasi terhadap hasil ukur dilakukan atas adanya perbedaan harga tahanan masing‐masing penghantar. 1) Nilai penghantar (urat) dari masing‐masing diameter harus memenuhi standard.

Tabel 17. Karakteristik Tahanan Urat Kabel

Diameter Tahanan urat maksimum

0,6 (mm) 65,0 Ω /km

0,8 (mm) 36.5 Ω /km

2) Ketidakseimbangan Tahanan Penghantar Individu : adanya perbedaan harga penghantar a dan penghantar b pada satu pair dihitung dengan rumus :

maxR = tahanan yang tinggi

minR = tahanan yang rendah dalam satu pair

a) Maksimum Rata‐rata dari hasil pengukuran Ketidakseimbangan Tahanan Penghantar :

Harga maksimum Rata‐rata : jumlah hasil pengukuran dibagi jumlah pengukuran.

b) Harga standard KETIDAKSEIMBANGAN TAHANAN (R)

Ω−+

=2

1 zyxa

( ) %100min

minmax ×−

=∆R

RRz

Maksimum Rata-rata = %:1

N

Rn

i∑=

Page 11: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

11 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Tabel 18. Harga Ketidakseimbangan Penghantar yang Harus Dipenuhi

NO Jenis

Layanan

Satuan 0,4

mm

0,6

mm

0,8

mm

KETEREANGAN

1 POTS/Suara Ω < 4

< 1,5

< 3

< 1,2

< 3

< 1,0

Individu

Rata‐rata

2 Pair Gain Ω < 4

< 1,5

< 3

< 1,2

< 3

< 1,0

Individu

Rata‐rata

3 ISDN

(B R A)

Ω < 4

< 1,5

< 3

< 1,2

< 3

< 1,0

Individu

Rata‐rata

4 HDSL Ω < 4

< 1,5

< 3

< 1,2

< 3

< 1,0

Individu

Rata‐rata

5 ADSL Ω < 4

< 1,5

< 3

< 1,2

< 3

< 1,0

Individu

Rata‐rata

1.4 Pengukuran Tahanan Isolasi Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengukur besarnya “kebocoran” listrik yang terjadi antara urat yang diukur dengan urat lainnya maupun antara yang diukur dengan tanah. Dalam setiap salurn terdapat kebocoran listrik sebagai berikut :

Gambar 50. Terminologi Pengukuran Tahanan Isolasi pada Kabel

Page 12: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

12 Sumber : PT.Telkom Indonesia

a. Alat Ukur yang digunakan : Insulation Tester b. Cara pengukuran

Gambar 51. Cara Pengukuran Tahanan Isolasi dengan Megger

Setiap urat yang tidak diukur disatukan termasuk dengan screen, kecuali urat yang diukur. Pengukuran dilakukan dengan tegangan tembus searah (DC) 500 Volt. Hasil ukurnyamenunjukkan besaran listrikyang terjadi pada urat yang diukur terhadap urat lainnya dan terhadap tanah ( a/t; b/t ; a/b ).

c. Langkah Pengukuran.

Sebelum dilaksanakan pengukuran tahanan isolasi, panjang kabel sudah harus diketahui.

Pisahkan satu pasang urat kabel yang akan diukur, misalnya p‐1 sedang seluruh kabel lainnya disatukan dengan screen cable dan dihubungkan dengan grounding.

Hubungkan ujung urat kabel yang akan diukur, misalnya p‐1 dengan alat ukur, lalu aktifkan alat ukur sedang ujung lainnya harus terbuka ( open ). Lama pengukuran sekitar satu menit sampai penunjukkan suatu nilai tahanan isolasi konstan.

Langkah selanjutnya adalah ujung urat –a tetap terhubung dengan alat ukursedang urat ‐ b dilepas. Kemudian kords alat ukur yang sebelumnya dihubungkan dengan urat –b disambungkan dengan ground. Aktifkan alat ukur selama sekitar satu menit, sehingga akan tertera suatu nilai tahanan isolasi antara urat –a dengan ground.

Pengukuran tahanan isolasi urat –b dengan ground prosesnya sama dengan diatas. Selanjutnya untuk pasangan urat kabel lainya dilakukan proses berulang. Untuk mengetahui tahanan isolasi perkilometer maka kita dapat menggunakan

rumus di bawah.

Harga standar kabel, kebocoran makin banyak hasil ukur makin kecil ( nilai kebocoran makin besar ). Harga tahanan isolasi saluran tergantung pada “panjang” kabel makin panjang kabel kebocoran makin banyak sehingga akan diperoleh hasil ukur yang semakin kecil sedang nilaikebocoran semakin besar.

Page 13: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

13 Sumber : PT.Telkom Indonesia

d. Catatan : Hasil diukur dikonversi menjadi panjang kilometer, dengan rumus :

R isolasi dengan satuan Mega Ohm.km

4.5 Pengukuran Tahanan Screen ( Alumunium Foil ) Alumunium foil adalah pita alumunium yang dipasang secara tumpang tindih (overlap) melilit kabel dan dipasang untuk pengamanan kabel dari gangguan tegangan liar.

Gambar 52. Pengukuran Tahanan Screen Jaringan Kabel

Oleh karena itu Alumunium foil ini harus terhubung dengan baik ke ground yang ada di RPU/MDF, RK, DP/KP yang selanjutnya dihubungkan ke titik ground pada setiap titik terminal. a. Alat Ukur yang digunakan :

Wheatstone Bridge atau Multi meter

b. Cara /langkah Pengukuran :

1) Pengukuran Screen/Alumunium foil kabel dilakukan dengan perantaraan satu atau dua saluran yang baik. Lakukan pengukuran tahanan loop saluran perantara. Gunakan Digital Multimeter dan ukur tahanan loop pada salah satu pasang urat

kabel yang baik. Untuk kabel dalam Haspel: ujung urat kabel dihubungkan dengan multimeter tsb

sedang ujung lainnya dihubungsingkat. Untuk kabel yang telah digelar atau kabel existing : ujung urat kabel dan screen

pada terminasi MDF dihubungkan dengan multimeter tersebut sedangkan ujung lainnya pada RK dihubung singkat.

( )Ω×= MUkurHasildiukuryangsaluranPanjangisolasiR1000

Page 14: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

14 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Multimeter diset pada posisi untuk mengukur tahanan (ohm) dan tahanan yang

terbaca pada multimeter adalah tahanan loop (jerat) R1. Tahanan 1 urat= 0.5 tahanan loop

Gambar 53. Cara Pengukuran Tahanan Screen dengan Digital Multimeter Tahap I

2) Dengan perantara urat a dan screen.

Langkah berikutnya adalah menghitung tahanan jerat antara urat a dengan screen kabel dengan cara ujung kabel a dengan ujung screen dihubungkan dengan digital multimeter sedang ujung lainnya dihubungsingkat.

Pada multimeter akan terbaca besarnya tahanan yang diukur ( R2 ).

Gambar 54. Cara Pengukuran Tahanan Screen dengan Digital Multimeter Tahap II

Ra + R s = R2

3) Dengan Perantara urat b dan screen

Tahanan Screen = Hasil ukur – 05 tahanan loop

Page 15: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

15 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Lakukan hal yang sama dengan butir 2) di atas, yaitu urat b dengan screen. Penunjukkan nilai tahanan merupkan jumlah tahanan urat b dan screen kabel (

R3 ).

Gambar 55. Cara Pengukuran Tahanan Screen dengan Digital Multimeter Tahap III

Rb + Rs = R3

4) Tahanan Screen dapat dihitung dengan cara berikut di bawah ini :

Ra + Rb = R1 Rb + Rs = R3

Ra + Rs = R2 ( ‐ ) Rb + Rs = R1 – R2 (‐)

Rb‐ Rs = R1 – R2 Rs = R3 – R1 + R2

c. Nilai elektris yang harus dipenuhi.

Tabel 19. Nilai Tahanan Screen yang Harus Dipenuhi

No Jenis layanan Satuan 0,4

mm

0,6

mm

0,8

mm

Keterangan

1 POTS/suara Ω /km < 15

< 80

< 15

< 80

< 15

< 80

Kabel tanah

Kabel udara

2 Pair gain Ω /km Sda Sda Sda Sda

3 ISDN / BRA ) Ω /km Sda Sda Sda Sda

Rs = R3 + R2 - R1 2

Page 16: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

16 Sumber : PT.Telkom Indonesia

4 HDSL Ω /km Sda Sda Sda Sda

5 ADSL Ω /km Sda sda Sda Sda

4.6. Pengukuran Redaman Saluran Redaman saluran diartikan sebagai kerugian daya yang terjadi dalam saluran. Satuan redaman adalahdeci bell ( dB ). Pengukuran redaman dimaksudkan untuk mengetahui berapa dB daya yang dikirim hilang dalam saluran. Dengan demikian untuk mengimplementasikan suatu jenis teknologiberbasisi tembaga dengan spesifikasi tertentu, misalnya redaman maksimum perangkat 36 dB segera dapat diketahui kemungkinan digunakan atau tidak system tersebut dengan mengetahui redaman saluran. a. Alat ukur yang digunakan :

Oscilator/generator. Level/power meter

b. Cara pengukuran

Gambar 56. Konfigurasi Pengukuran Redaman Saluran dengan

Oscillator + Level Meter

Redaman Saluran = dBPiPolog10 ⋅ atau dB

ViVolog20 ⋅

Bila Po > Pi berarti pada saluran terjadi “penguatan”, dan sebaliknya. Bila Po < Pi maka pada saluran terdapat “redaman”

c. Langkah pengukuran : Untuk layanan POTS/suara, atur oscillator/generator & level meter sebagai berikut :

Tabel 20. Setting Oscillator dan Level Meter

Page 17: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

17 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 800 Hz 800 Hz

Tahanan dalam 600Ω 600Ω

Level 0 dBm Hasil ukur dB

Hubungkan ujung satu pasang urat kabel pada terminasi MDF dengan oscillator, sedang ujung lainnya pada terminasi RK atau DP disambungkan dengan level meter.

Pada level meter tersebut akan terbaca besarnya redaman sepanjang saluran kabel. Untuk mengimpleentasikan jenis layanan lainnya, pada alat ukur (oscillatore dan

level meter) hanya diatur besarnya. Frekuensi dan tahanan dalam yang sesuai seperti yang ada pada tabel di bawah ini.

Pair Gain :

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 40 KHz 40 KHz

Impedansi dalam 120Ω 120Ω

Level 0 dBm Hasil ukur dB

ISDN BRA :

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 80 KHz 80 KHz

Impedansi dalam 150Ω 150Ω

Level 0 dBm Hasil ukur dB

HDSL :

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 150 KHz 150 KHz

Impedansi dalam 135Ω 135Ω

Level 0 dBm Hasil ukur dB

Page 18: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

18 Sumber : PT.Telkom Indonesia

ADSL :

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 300 KHz 300 KHz

Impedansi dalam 120Ω 120Ω

Level 0 dBm Hasil ukur dB

ISDN PRA :

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 1000 KHz 1000 KHz

Impedansi dalam 120Ω 120Ω

Level 0 dBm Hasil ukur dB

4.7 Pengukuran Redaman Cakap Silang (Cross Talk Attenuation) Pengukuran ini dimaksudkan untuk nengetahui sampai berapa jauh nilai “ikut dengar” suatu saluran bila saluran lain dalam kabel itu sedang dipakai. a. Ada 2 macam/jenis Redaman Cakap Silang yaitu :

1) Near End Cross Talk (NEXT) = Redaman Caka Silang Ujung Dekat 2) Far End Cross Talk (FEXT) = Redaman Cakap Silang Ujung Jauh.

b. Dalam Pengukuran ini yang harus diukur adalah :

1) Redaman Cakap Silang antar pasangan (pair) dalam “quad” yang sama dan redaman cakap silang antar “pair” dalam “quad” yang berbeda.

2) Item Pengukuran cross talk : Keterangan : a1 : XTALK antara p1 – p2 (1 quad) a2 : XTALK antara p1 – p3 (2 quad) a10 : XTALK antara p1 – p4 (2 quad) a11 : XTALK antara p2 – p3 (2 quad) a12 : XTALK antara p2 – p4 (2 quad)

Page 19: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

19 Sumber : PT.Telkom Indonesia

A12 : XTALK antara p2 – p4 (2 quad) p = pair 1 quad = 2 pair p3 dan p4 akan menjadi p1 dan p2 pada waktu pengukuran berikutnya. urutan pengukuran pada 1 unit ( 10 pair )

Catatan : Pengukuran redaman cakap silang ( crosstalk ) pada kabel untuk layanan digital dilakukan dengan frekuensi kirim 1.000 KHz ( 1 MHz ) dengan alat ukur Transmission test set ( TTS ) dan impedansi penutup 120 ohm.

c. Macam pengukuran 1) Pengukuran redaman cakap silang ujung dekat ( NEXT = Near End Cross Talk ). 2) Pengukuran redaman cakap silang ujung jauh ( FEXT= Far End Cross Talk ). 3) Pengukuran/penghitungan ELFECT = Equal Level FEXT.

d. Alat ukur yang digunakan:

1) Oscilator/ Generator. 2) Level / Power Meter.

e. Cara pengukuran

1) Near End Cross Talk = Redaman Cakap Silang Ujung dekat.

Page 20: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

20 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Gambar 57. Cara Pengukuran Redaman Saluran dengan Oscillator + Level Meter

a) Layanan POTS konfigurasi pengukuran sebagai berikut :

Tabel 21. Nilai Tahanan Screen yang Harus Dipenuhi

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 800 Hz 800 Hz

Impedansi dalam 600 600 untuk saluran tanpa LC

Level 0 dB Hasil ukur dB

Misalkan kita akan mengukur NEXT dalam quad yang sama, maka ujung p‐1 pada MDF dihubungkan dengan oscillator sedang ujung lainnya padaRK/DP diberi tahanan 600 ohm.

Ujung kabel p‐2 pada MDF dihubungkan dengan level meter sedang ujung lainnya pada RK/DP diberi beban tahanan 600 ohm.

Pada saat alat ukur dihidupkan maka oscillator akan mengirimkan sinyal 800 Hz dengan level 0 dBm dan merambat sepanjang saluran p‐1.

Saat itu akan terbaca suatu besaran nilai tertentu pada level meter dan nilai tersebut merupakan besarnya cakap silang yang terjadi antara p‐1 dengan p‐2

Selanjutnya bila kita akan mengukur cakap silang antar urat yang kabel dengan quad yang berbeda, misalnya p‐1 dengan p‐3, maka baik tahanan ( 600 ohm ) maupun level meter yang terinstalasi pada p‐2 dipindahkan ke p‐3. Setelah alat ukur diaktifkan, maka akan terbaca pada level meter besarnya cakap silang antar urat kabel tersebut.

b) Untuk layanan lainnya (digital), langkah psebagai berikut: Untuk mengukur cakap silangdalam rangka hendak mengimplementasikan suatu

jenis layanan (multimedia), maka prosedur pengukuran tetap sama. Yang mutlak

Page 21: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

21 Sumber : PT.Telkom Indonesia

diperhatikan adalah frekuensi kerja setiap jenis layanan akan berbeda, Juga Tahanan Beban harus disesuaikan dengan peruntukkannya.

Setelah diatur frekuensi dan tahanan beban seperti pada tabel di bawah, lakukan pengukuran seperti di atas.

Pair Gain :

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 40 KHz 40 KHz

Tahanan dalam 120Ω 120Ω

Level 0 dBm Hasil ukur dB

ISDN BRA :

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 80 KHz 80 KHz

Tahanan dalam 150Ω 150Ω

Level 0 dBm Hasil ukur dB

HDSL :

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 300 KHz 300 KHz

Tahanan dalam 135Ω 135Ω

Level 0 dBm Hasil ukur dB

ADSL :

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 300 KHz 300 KHz

Tahanan dalam 120Ω 120Ω

Level 0 dBm Hasil ukur dB

ISDN PRA :

Page 22: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

22 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Setting Oscillator Level meter

Frekuensi 1000 KHz 1000 KHz

Tahanan dalam 120Ω 120Ω

Level 0 dBm Hasil ukur dB

2) Cara Pengukuran Far End Cross Talk : Oscillator dan Level Meter ditempatkan pada sisi yang berbeda. Misalkan kita akan

mengukur FEXT antara p‐1 dengan p‐2, maka Oscillator/generator dihubungkan dengan ujung p‐1 pada terminasi MDF dan ujung lainnya pada RK/DP dihubungkan dengan Level Meter.

Pada waktu Oscillator dihidupkan maka pada Level Meter akan terbaca suatu nilai cakap silang ujung jauh.

Pengukuran selanjutnya untuk urat kabel yang lain, prosesnya sama dengan di atas. Yang membedakan antara layanan POTS dengan layanan lainnya adalah pada setting

frekuensi Oscillator dan tahanan penutupnya (Rp) sesuai yang tercantum pada tabel diatas (pengukuran NEXT).

Gambar 58. Konfigurasi Pengukuran FEXT dengan Oscillator + Level Meter

4.8 Impedansi Saluran Metode pengukuran : a. Prinsip pengukuran secara teoritis :

1) Mendapatkan Short Circuit Impedance = Impedance Hubung Singkat.

Page 23: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

23 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Co dan go tidak terpengaruh karena dihubung singkat

2) Mendapatkan Open Circuit Impedance = Impedance Terbuka = Z oc

Co dan Go lebih berpengaruh

Page 24: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

24 Sumber : PT.Telkom Indonesia

3) Impedansi Karakteristik

Gabungan dari dua diagram di atas Zsc ( Impedansi Hubung Singkat ) Z oc ( Impedansi Terbuka ) Zo = Impedansi Karakteristik

b. Dengan bantuan alat ukur Redaman Saluran :

1) Mengukur Zoc ( Open Circuit Impedance )

Gambar 59. Konfigurasi Pengukuran Open Circuit Impedance

dari Saluran dengan Oscillator/Generator

Oscillator di set pada rekuensi 800 Hz. Oscillator dihubungkan dengan ujung

lainnya pada RK/DP dibiarkan terbuka. Pada alat ukur akan terbaca suatu besaran, yaitu nilai Zoc dalam Ohm (Ω).

Page 25: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

25 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Untuk jenis layanan lainya Oscilator di set pada frekuensi tertentu sesuai dengan

peruntukannya dan akan tertera nilai Zoc tersebut. Jenis frekuensi tersebut adalah : 40 KHz (pair gain), 80 KHz (ISDN BRA), 150 KHz (HSDL), 300 KHz (ASDL) dan 1 MHz (ISDN PRA) untuk layanan lainnya.

2) Mengukur Zsc ( Short Circuit Impedance )

Oscillator di set pada frekuensi 800 Hz untuk layanan POTS.

Gambar 60. Konfigurasi Pengukuran Short Circuit Impedance

dari Saluran dengan Oscillator/Generator

Oscillator dihubungkan dengan ujung urat kabel yang akan diukur pada terminasi MDF sedangkan ujung kabel lainnya pada RK/DP dihubung singkat. Hasil pengukuran adalah Zoc dalam Ohm (Ω).

Untuk layanan lainnya, misalnya HSDL maka oscillator diatur pada frekuensi 150 KHz. Setelah itu Oscillator di set pada frekuensi 80 KHz, 40 KHz, 300 KHz dan 1 MHz. Hasil pengukuran adalah Zoc dalam Ohm (Ω).

3) Impedansi karakteristik (Zo) dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini

:

( )Ω×= ZscZocZ0

4.9 Pengukuran Impedansi terhadap frekuensi. Untuk keperluan lain sering diadakan pengukuran impedasi karakteristik dengan bebagai frekuensi. Cara pengukuran maupun alat ukurnya sama dengan yang dipergunakan pada pengukuran di atas, namun frekuensinya diubah‐ubah mulai 250 Hz sampai 4000 KHz dengan kenaikan 20 Hz. Hasil ukurnya dibuatkan grafik, sehingga dapat diketahui pengaruh berbagi frekuensi terhadap Impedansi Karakteristik. Pengukuran impedansi ini sangat perlu dilakukan terutama pada saluran‐saluran Junction karena biasanya junction akan dihubungkan dengan perangkat sentral atau transmisi, atau repeator transmisi.

Page 26: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

26 Sumber : PT.Telkom Indonesia

4.10 Pengukuran redaman terhadap frekuensi (frequency response) Pengukurn redaman dengan bermacam‐macam frekuensi ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteistik saluran, apakah saluran yang diukur merupakan filter (memblok suatu frekuensi) atau tidak. Hasil pengukuran dicatat dan dibuatkan grafik dengan sumbu datar frekuensi dan sumbu tegak redaman. Grafik yang dihasilkan merupakan karakteristik saluran yang dimaksud. Alat ukur dan cara pengukuran sama dengan pengukuran Redaman Saluran, namun frekuensi dari oscillator diubah‐ubah mulai dari 250 Hz sampai dengan 4000 Hz (voice frequency adalah 300 Hz – 3400 Hz).

a. Tujuan Untuk mngetahui apakah cacat karakteristik redaman saluran terhadap sinyal yang dilewatkan yang disebabkan adanya perubahan harga‐harga parameter saluran masih dalam batas‐batas standar.

b. Alat ukur yang digunakan Oscillator/generator Level Meter/power meter

c. Rangkaian pengukuran

Gambar 61. Konfigurasi Pengukuran Frekuensi Response dengan Oscillator/Generator

d. Prosedur pengukuran

Pengaturan Generator/oscillator Level referensi tetap untuk kirim : 0 dBm pada 250 Hz sampai 4.000 Hz dengan step 250 Hz dan impedansi 600 Ω.

Atur selective Level Meter pada impedansi 600 Ω dan frekuensinya sesuai dengan frekuensi kirim pada pita suara mulai dari 250 Hz sampai 4.000 Hz dengan step 250 Hz.

Catat setiap hasil pengukuran dan kemudian dibuatkan grafik. Kemudian oscillator diatur pada frekuensi 20 KHz dengan tahanan 120 Ω.

Dengan demikian level meter pun harus diatur frekuensi dan tahanannya sesuai dengan oscillator.

Lakukan pengukuran mulai dengan frekuensi 20 KHz sampai dengan 2 MHz dengan step 10 KHz.

oscillator Level meter

nada

Page 27: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

27 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Baca Level penunjukkan dan cocokkan dengan harga standar.

4.11 Pengukuran Bit Error Rate (BER) Pengukuran BER yang disebabkan pengaruh perubahan parameter saluran. a. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh perubahan parameter saluran yang mengakibatkan/menambah bit error pada sisi antarmuka dari kedua sisi end to end

b. Alat ukur yang digunakan BER Test Set

c. Rangkaian pengukuran

Gambar 62. Konfigurasi Pengukuran Bit Error Rate

d. Prosedur pengukuran

1) Atur sisi kirim Atur besaran dan bentuk parameter dari BER Generator dengan kecepatn

kirim 2,4 Kbps sampai dengan 2 Mbps. BER Generator dihubungkan dengan ujung urat kabel yang akan diukur pada

terminasi MDF sedang ujung lainnya pada terminasi RK/DP dihubungkan dengan BER meter pada sisi terima

2) Atur sisi terima Atur besaran dan bentuk parameter pada BER meter seperti pada sisi kirim. Baca penunjukkan pada BE meter dan cocokkan dengan harga standar. Pengamatan dan Pengukuran BER dilaksanakan setidaknya selama 24 jam

secara terus – menerus.

4.12 Pengukuran Harga Tahanan Tanah (Pentanahan) Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui harga tahanan tanah dari suatu instalasi sarana telekomunikasi (misalnya pada Rumah Kabel, Kotak Pembagi, RPU, dll ) Alat ukur yang digunakan : Grounding Tester

a. Harga standar Biasanya harga tahanan pentanahan ditentkan < 3 Ω

b. Cara pengukuran

Page 28: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

28 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Sebelum C‐T disambungkan maka kutub C disambungkan pada alat ukur titik P. Dengan bantuan dua kabel masing – masing panjang kurang lebih 15 meter yang disambungkan pada O dan R sedangkan ujung yang lainnya diberikan batang logam G1 dan G2 Batang G1 dan G2 ditancapkan pada tanah basah agar dapat dilakukan pengukuran. maka harga tahanan tanah C dapat dibaca pada meter V alat yang digunakan. T : Terminal pentanahan Rumah Kabel A‐B‐C : Kutub tanah tembaga diameter 1,6 cm panjang 200 cm ditanamkan dan masing – masing berjarak 10 m. T‐C : Kawat tembaga pilin minimal diameter 25 mm2

Gambar 63. Konfigurasi Pengukuran Sistem Pentanahan

c. Nilai standar yang harus dipenuhi

Page 29: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

29 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Tabel 22. Harga Tahanan Pentanahan

4.13 Pengukuran Kapasitansi Bersama Alat ukur yang digunakan adalah Capacitance Meter pada frekuensi 300 Hertz. Alat ukur ini biasanya terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu :

• Generator frekuensi • jembatan kapasitansi • detektor

Lihat gambar berikut

Gambar 64. Pengukuran kapasitas bersama

Cara pengukurannya diurut sebagai berikut : a) Seluruh pasangan urat kabel pada satu ujung dibundel dengan pelindung elektrisnya,

dan dihubungkan ke arde alat ukurnya sendiri, kecuali pasangan yang akan diukur; b) Pasangan yang akan diukur dihubungkan dengan jembatan kapasitansi. Sedangkan

ujung yang lain dibiarkan terbuka.

Page 30: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

30 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Standar nilai kapasitansi bersama (Co) tidak sama untuk semua kabel, hal ini bergantung pada diameter kabel yang digunakan. Standar nilai itu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 23. Harga Kapasitansi Bersama

DIAMETER (MM) CO MAKSIMUM (NF/KM)

0,4 50

0,6 55

0,8 55

4.14 Pengukuran Ketidakseimbangan Kapasitansi Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur Unbalance Capacitance Meter pada frekuensi 800 Hz. Penyambungan alat ukur dengan kabel yang akan diukur terlihat seperti gambar berikut.

Gambar 65. Pengukuran ketidakseimbangan kapasitas

Cara pengukuran dilakukan sebagai berikut : a) Semua urat kabel dibundel dengan pelindung dan dihubungkan dengan alat ukurnya,

kecuali pasangan yang akan diukur; b) Pasangan yang akan diukur dihubungkan dengan terminal S1 dan S2, sedangkan ujung

saluran ang lain dibiarkan terbuka. Komponen atau item yang diukur terlihat dalam tabel di bawah, yaitu :

a) Ketidakseimbangan kapasitansi antar pasangan dalam satu quad/empatan (K1);

Page 31: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

31 Sumber : PT.Telkom Indonesia

b) Ketidakseimbangan kapasitansi antar pasangan dari quad atau empatan yang berbeda

(K9, K10, K11, dan K12); c) Ketidakseimbangan kapasitansi antara pasangan dengan pelindung elektrisnya (e1, e2).

Tabel 24. Harga Tahanan Pentanahan

ITEM

EMPATAN

1

EMPATAN

2 PELINDUNG

ELEKTRIS Psg

1

Psg

2

Psg

1

Psg

2

K‐1 V V X x X

K‐9 V X X x X

K‐10 V X X v X

K‐12 X V X v X

e‐1 V X X x X

e‐2 X V X x v

Standar nilai ketidakseimbangan kapasitansi untuk K1, maksimum 300 pF/300 meter. Sedangkan untuk K9, K10, K11, dan K12 maksimum 400 pF/300 meter. Demikian pula standar nilai untuk e1 dan e2 maksimum 400 pF/300 m, tetapi 5 % dari kapasitas kabel boleh mencapai 800 pF/300 m. Sedangkan untuk kabel yang panjangnya kurang dari 300 meter dianggap mempunyai panjang 300 meter. 5. JARAK MAKSIMUM DAN BIT RATE, PEMILIHAN URAT KABEL, SERTA KELENGKAPAN

Page 32: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

32 Sumber : PT.Telkom Indonesia

5.1 Perkiraan Jarak Maksimum Dan Bit Rate Apabila semua besaran elektris dari saluran dapat dipenuhi sesuai criteria yang ada, maka (calon) pelanggan dapat diberi kepatian dapat dilayani untuk berbagai jenis layanan dengan memperhitungkan jarak sesuai dengan table dibawah ini.

Tabel 25. Perbandingan antara Jenis Layanan, Diameter Kabel dengan Jarak Jangkau Maksimum

No Jenis Layanan

Jarak jangkau

maksimum (km)

Data rate keterangan diameter kabel

(mm)

0,4 0,6

1 POTS/(telephoni) 3.00 5.70 0,3 – 3,4 KHz

(64 Kbps)

2 Pair gain 3.00 5.70 160 Kbps duplex

No Jenis Layanan

Jarak jangkau

maksimum (km)

Data rate keterangan diameter kabel

(mm)

0,4 0,6

3 ISDN (B R A) 3.10 5.70 2B + D

(144 Kbps)

4 ISDN (P R A) 0.25 0.37 2 Mbps tanpa media

transmisi

5 HDSL 2.20 4.40 2 Mbps duplex

6 ADSL 2.50 4.20 2 Mbps down stream

2.10 3.50 4 Mbps down stream

1.70 2.90 6 Mbps down stream

5.2 Pemilihan Pasangan Urat (Pair) Kabel Pada Jarlokat Untuk Berbagai Jenis Layanan (Kecepatan Bit Rate Rendah)

Page 33: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

33 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Agar jaringan kabel tembaga dapat digunakan untuk menyalurkan layanan berbasis digital, disamping persyaratan jaringan, karalteristik fisik dan karakteristik elektrik kabel masih perlu dilakukan pemilihan pasangan urat kabel yang akan dipakai. Pemilihan pasangan urat kabel dilakukan sesuai dengan jenis layanan digital yang akan disalurkan. Layanan untuk kecepatan bit rate rendah dapat mempedomani table berikut :

Tabel 26. Pengaturan Pemilihan Pair di dalam Unit Kabel

ARTI DAN PENTINGNYA PENYAMBUNGAN KABEL

1. ARTI PENTING PENYAMBUNGAN KABEL Keutuhan sistem komunikasi menuntut interkoneksi antar elemen jaringan secara menyeluruh. Keandalan ini dapat dicapai bila didukung dengan manajemen network yang profesional. Di samping kualitas kabel yang unggul, hal lain yang tak kalah penting guna menunjang interkoneksi tersebut adalah teknik penyambungan kabel. Kesalahan dalam penyambungan ini akan menurunkan kualitas kabel itu sendiri sebagai akibat perubahan parameter – parameter elektris yang ada di dalamnya.

Page 34: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

34 Sumber : PT.Telkom Indonesia

2. JENIS DAN MATERIAL KABEL TEMBAGA Dalam membangun jaringan telekomunikasi telah diimplementasikan berbagai macam media transmisi fisik, mulai dari kabel tembaga multipair, kabel koaksial sampai dengan kabel serat optik. Menurut cara pemasangan/ instalasinya, kabel tembaga multipair dapat dibedakan menjadi :

1. Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) 2. Kabel Duct 3. Kabel Udara 4. Kabel Rumah (Indoor Cable)

Bila ditinjau dari isolasi konduktor pada kabel, maka jenis kabel dapat dibagi menjadi:

1. Kabel dengan isolasi Polyethene (PE) 2. Kabel dengan isolasi Foam Skin (hanya untuk kabel tanah dan kabel duct).

Dalam modul ini akan dibahas beberapa jenis kabel tembaga multipair tersebut, yakni KTTL dan Kabel Duct. 2.1 Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL)

a. Susunan Lapisan KTTL

b. kode Pengenal KTTL T = KTTL jenis standar dengan penghantar tembaga (Cu)

E = Isolasi Polyethene Ebk = Isolasi Polyethene Busa Kulit (Foam Skin)

Keterangan :

1. Urat-urat kabel

2. Isolasi berwarna

3. Pita pelilit kode warna

4. Pembungkus inti kabel

5. Lapisan alumunium foil

6. Kulit dalam P E hitam

7. Armouring baja

8. Kulit luar P E hitam

Page 35: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

35 Sumber : PT.Telkom Indonesia

J = Petrojelly

(Pem) = Pelindung elektris (Lapisan Aluminium) dan Mekanis (Pita Baja) E = Selubung Polyethene

Contoh : KTTL STEL – K – 007 atau SII – 0617 – 82 T – EJ (Pem) E200 x 2 x 0,6

Menyatakan KTTL berkapasitas 200 pair dengan penghantar tembaga berdiameter 0.6 mm, berisolasi polyethene, berisi petrojelly, memakai pelindung elektris pita aluminium, berperisai pita baja dan berselubung polyethene.

2.2 Kabel Udara (KU)

a. Susunan Lapisan Kabel Udara

b. Jenis Kabel Udara : 1) Separate Bearer Aerial Cable

Yaitu kabel udara yang kawat penggantungnya (bearer) terpisah atau tanpa kawat penggantung.

2) Integral Bearer Aerial Cable (Kabel udara berpenguatan sendiri) Yaitu kabel udara dengan kawat penggantung (bearer) menjadi satu konstruksi dengan kabel udara. Berdasarkan letak kawat penggantung terhadap urat kabel :

Keterangan :

1. Urat – urat kabel

2. Isolasi bewarna

3. Pita pelilit kode warna

4. Pembungkus inti kabel

5. Lapisan alumunium foil

6. Kulit Kabel

7. Bearer (penggantung)

8. Kawat CU (untuk arde)

Page 36: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

36 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Penggantung melingkar urat/inti kabel

Penggantung terpisah dengan urat kabel

c. Kode Pengenal Kabel udara U = Kabel udara jenis standar dengan penghantar tembaga (Cu)

E = Isolasi Polyethene S = Penguatan sendiri (Self Supporting) (Pe) = Pelindung elektris (Lapisan Aluminium) E = Selubung Polyethene

Contoh : Stel – K – 001 atau SII – 0611 – 82 U – E (Pe) E S 60 x 2 x 0,6

Menyatakan kabel udara berkapasitas 60 pair dengan penghantar tembaga berdiameter 0,6 mm, berisolasi polyethene, memakai pelindung elektris pita aluminium, berselubung polyethene dan berpenguatan sendiri.

2. FUNGSI MASING‐MASING LAPISAN KABEL

1) Urat kabel dengan Isolasi Polyethelene Sebagai penghantar yang menyambungkan terminal dengan sentral.

2) Isolasi Polyethelene (PE) atau Poly Vinyl Chloride (PVC) berwarna Sebagai pembungkus dan isolator antar penghantar Kode warna dalam perhitungan urat kabel

3) Pita pelilit/pengikat kode warna

Page 37: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

37 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Untuk mempermudah perhitungan urat kabel dan mengikat kabel agar kompak

4) Pembungkus inti kabel Untuk membalut inti kabel supaya bulat, padat Sebagai bantalan antara urat kabel dan lapisan alumunium Sebagai pencegah lelehnya isolasi penghantar pada saat pembuatan kulit kabel

5) Alumunium Foil Sebagai pelindung elektris terhadap induksi tegangan asing dari luar

6) Kulit dalam (PE hitam) Sebagai pelindung kemungkinan massuknya air Sebagai bantalan antara lapisan armouring dengan lapisan alumunium

7) Armouring Baja Sebagai pelindung mekanis terhadap benturan benda tajam/keras Sebagai pelindung elektris terhadap induksi tegangan asing

8) Kulit LuarKabel (PE hitam) atau PVC abu‐abu Sebagai pelindung kemungkinan masuknya air Sebagai bantalan pada waktu penarikan

9) Bearer (penggantung) Sebagai penguat sendiri (self supporting)

10) Kawat Telanjang Tembaga (CU) Sebagai pengardean atau penghubung ke tanah/ground

3. BAHAN LAPISAN KABEL

1) Urat kabel dengan Isolasi Polyethelene Terbuat dari bahan tembaga lunak hasil proses annealing dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : Merata kualitasnya Berupa kawat padas bulat, mengkilap, dan bersih Bebas dari segala macam cacat Harga tahanan urat kabel harus sesuai dengan diameternya

2) Isolasi Terbuat dari bahan komponen Polythene, foam skin, atau Poly Vinyl Chloride (PVC) plastik sejenis

3) Pita pelilit/pengikat kode warna Terbuat dari bahan komponen Polythene

4) Pembungkus inti kabel Dipergunakan pita non higroscopis yang terbuat dari bahan polyproliline atau

sejenisnya (plastik transparan) Dipasang secara longitudinal atau dibelitkan secara helikal

5) AlumuniumFoil Terbuat dari pita alumunium setebal 0,2 mm berlapis polythelene

Page 38: Materi Tambahan (Pengukuran Jarlokat)

Pengendalian Mutu Telekomunikasi (Pengukuran Jarlokat)

38 Sumber : PT.Telkom Indonesia

Dipasang secara longitudinal di atas pita pembungkus inti kabel

6) Armouring baja Terbuat dari pita baja atau kawat baja yang digalvanisasikan Terdiri dari 2 lapis pita baja dengan tebal nominal 0,3mm Untuk kabel dengan diameter < 15mm dapat dipergunakan kawat baja

7) Kulit/selubung kabel (PE hitam) Terbuat dari bahan komponen polythelene

8) Bearer (penghubung) Terbuat dari pilihan kawat baja galvanist yang mempunyai kuat tarik tinggi Kapasitas 10 pair sampai dengan 50 pair

Jumlah kawat baja penggantung =7 buah dengan diameter 1,2 mm dan mempunyai daya tahan beban sebesar 11.000 Newton.

Kapasitas 60 pair sampai dengan 120 pair Jumlah kawat baja penggantung =7 buah dengan diameter 2 mm atau 19 buah dengan diameter 1,2 mm dan mempunyai daya tahan beban sebesar 29.000 Newton.

4. PENGEMASAN

1) Ukuran panjang standar,yaitu : 500 m untuk kabel berkapasitas di atas 60 pair. 1000 m untuk kabel berkapasitas 60 pair ke bawah.

2) Kabel digulung erat‐erat dalam drum (haspel) yang kuat dan kemudian haspel harus ditutp rapat dengn papan kayu.

3) Diameter inti haspel tidak boleh kurang dari lima belas kali diameter luar kabel. 4) Ujung dalam dari gulungan kabel boleh dikeluarkan melalui lubang di tengah‐tengah

dinding haspel, diikat erat dan dilindungi dengan pelat baja untuk mencegah kerusakan pada saat pengukuran.

5) Ujung luar dari gulungan kabel tetap tersimpan pada dinding dalam dari haspel, kedua ujung ini digunakan untuk tujuan pengukuran maupun pengujian kabel.

6) Ujung‐Ujung kabel harus ditutup dengan penutup ujung (sealing cap) yang terbuat dari bahan plastik (heat‐shrinkabel)

7) Data‐ Data yang harus tercetak jelas pada kedua dinding haspel, yaitu : Tanda pengenal produsen Jenis kabel, kapasitas kabel maupun diameter penghantar. Panjang kabel dalam meter. Nomor drum. Berat kotor dalam kilogram. Nomor spesifikasi. Arah panah menunjukkan arah putaran haspel. Tanda akhir gulungan haspel.