melanie klein - relasi objek

43

Upload: aggozali

Post on 20-Dec-2015

242 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

1

Melanie Klein – Teori Relasi Objek

Feist ,J & Feist, GJ.2011.Teori Kepribadian 1. Terjemahan Teheries of

Personality Hendriatno. Jakarta : Salemba Humanika (hlm. 159-189)

Melanie Klein adalah wanita

yang mengembangkan teori yang

menekankan pada konsep pengasuhan

dan hubungan penuh cinta kasih anlara

orang tua dan anak Walaupun demikian,

ia sendiri tidak mengalami hubungan

yang seperti itu dengan anak

perempuannya, Melitta. Perpecahan

antara ibu dengan putrinya ini terjadi di

awal kelahiran putrinya. Melitta adalah anak pertama dari tiga

bersaudara. la lahir dari orang tua yang sebenarnya tidak saling

mencintai. Saat Melitta berusia 15 tahun, orang tuanya berpisah. Melitta

menyalahkanan ibunya atas perpisahan ini, juga atas percerajan mereka

yang terjadi kemudian. Semakin Melitta deewasa, hubungannya dengan

ibunya semakin tidak harmoni.

Setelah Melitta memperoleh gelar kedokterannya. ia menjalani

analisis personal, dan menampilkan makalah profesional pada British

Psycho-Analytical Society, perkumpulan di mana ia bergabung secara

profesional sebagai anggota resmi. sama seperti ibunya.

Edward Glover, orang yang berperan sebagai analis Melitta.

merupakan saingan Melanie Klein. Glover, yang mendorong

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

2

kemandirian Melitta, setidaknya secaraa tidak langsung bertanggung

jawab terhadap penyerangan terselubung yang dilakukan Melitta

terhadap ibunya. Ketidakharmonisan antara ibu dan putrinya ini menjadi

semakin intens ketika Melitta menikahi Walter Schmideberg. seorang

analis lain yang sangat berlawanan dengan Klein, yang secara

terang-terangan mendukung Anna Freud, saingan Klein yang paling

tidak disukainya.

Meskipun menjadi anggota dalam British Psycho-Analytical

Society. Melitta Schmideberg merasa ibunya memandangnya sebelah

mata, bukan sebagai kolega. Pada musim panas tahun 1934, Melitta

pernah menulis surat kepada ibunya menggunakan kata- kata yang keras.

Ia menulis:

Aku berharap Ibu akan... juga mengijinkan saya untuk

memberi Ibu beberapa saran... saya sangat berbeda dengan Ibu.

Saya sudah pernah mengatakan pada Ibu beberapa tahun yang

lalu bahwa saya akan bereaksi buruk ketika mencoba untuk

menekan perasaan saya—adalah cara yang menyakitkan bagi

saya jika harus membunuh semua perasaan itu. Sekarang saya

sudah tumbuh dewasa dan harus mandiri. Saya mempunyai

suami dan kehidupan saya sendiri (dikutip dalam Grosskurth,

1986, hlm. 199).

Melitta mengungkapkan keinginannya untuk berhubungan

dengan ibunya tidak lagi dengan cara neurotik, seperti ketika ia masih

muda. Ia berprofesi sama dengan ibunya dan ingin diperlakukan setara

oleh ibunya.

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

3

Cerita mengenai Melanie Klein dan anaknya menimbulkan

perspektif baru yang mcnekankan bahwa teori relasi objek betul-betul

menempatkan pentingnya hubungan ibu dengan putrinya.

Gambaran Umum Teori Relasi Objek

Teori Relasi Objek dari Melanie Klein dibangun berdasarkan observasi

yang cermat pada anak-anak. Kebalikan dari Freud, yang menekankan

empat sampai enam tahun pertama kehidupan, Klein menekankan

pentingnya empat sampai enam bulan setelah kelahiran. Ia juga sangat

menekankan bahwa dorongan-dorongan pada bayi (lapar, seks, dan

lainnya) dilandasi oleh sebuah objek, yaitu payudara, penis, vagina, dan

seterusnya. Menurut Klein hubungan anak dengan payudara merupakan

dasar dari sebuah hubungan dan berperan sebagai prototipe dari

hubungan selanjutnya. seperti ibu dan ayah. Kecenderungan awal

seorang bayi untuk mcnghubungkan bagian-bagian dari suaiu objek

membuatnya mengalami suatu kondisi tidak realistis atau serupa dengan

khayalan yang memengaruhi hubungan interpersonalnya di kemudian

hari.

Biografi Melanie Klein

Melanie Reizes Klein lahir pada tanggal 30 Maret 1882 di

Wina, Austria. Ia lahir sebagai anak terakhir dari empat bersaudara dari

pasangan Dr. Moriz Reizes dan istri keduanya, Libussa Deutsch Reizes.

Klein percaya bahwa ia lahir sebagai seorang anak yang kehadirannya

tidak direncanakan. Keyakinannya ini membuatnya merasa ditolak oleh

orang tuanya. Melanie merasa ada jarak dengan ayahnya, yang lebih

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

4

mencintai kakak perempuannya, Emilie (Sayers, 1991) Ketika Melanie

lahir, ayahnya sudah lama melawan Yahudi Ortodoks dan menolak

untuk menerapkan agama apapun dalam kehidupannya. Akibatnya,

Klein tumbuh dalam keluarga yang tidak proagama, namun juga tidak

antiagama.

Pada masa kanak-kanak, Klein mengamati kedua orang tuanya

menjalani pekerjaan yang tidak mereka sukai. Ayahnya seorang dokter

yang bekerja dibidang obat-obatan, yang kemudian berakhir dengan

bekerja sebagai asisten dokter gigi. Ibunya memiliki sebuah toko

tumbuhan dan reptile. Sebuah pekerjaan yang sulit, memalukan, dan

menakutkan untuk seseorang yang takut ular (H. Segal, 1979). Meskipun

ayahnya bergelar dokter dan tidak memiliki penghasilan yang

mencukupi keluarganya, Klein bercita-cita menjadi seorang dokter sama

seperti ayahnya.

Hubungan-hubungan Klein di awal kehidupannya merupakan

hubungan-hubungan yang tidak sehat atau berakhir dengan tragedy. Ia

merasa diabaikan oleh ayahnya, yang dipandangnya sebagai sosok yang

dingin dan jauh, sedangkan hubungan dengan ibunya dirasakan sangat

kaku, walaupun ia sangat mencintai dan mengidolakan ibunya. Klein

memiliki kedekatan dengan kakak perempuannya Sidonie, yang lebih

tua empat tahun darinya dan sering mengajarkannya aritmatika juga

membaca. Sayangnya, Sidonie meniggal ketika Melanie berusia empat

tahun. Pada tahun-tahun berikutnya, Melanie: mengaku bahwa ia tidak

pernah merasa sangat sedih atas kematian Sidonie (H. Segal, 1992).

Setelah kematian Sidonie, Klein menjadi sangat dekat dengan kakak

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

5

laki-lakinya Emmanuel, yang merupakan kakak laki-laki satu-satunya

dan berusia lima tahun lebih tua dari Melanie. Ia sangat mengagumi dan

terobsesi pada Emmanuel. Kemungkinan obsesi ini kemudian

berpengaruh pada kesulitannya dalam membina hubungan dengan

laki-laki. Seperti Sidonie, Emmanuel juga mengajari Melanie dengan

sangat baik sehingga Melanie berhasil lolos dalam ujian masuk sebuah

sekolah persiapan yang bereputasi baik (Petot, 1990).

Saat Klein berusia 8 tahun, ayahnya meninggal, tetapi tragedi

yang lebih besar terjadi dua tahun kemudian, yaitu ketika kakak laki-laki

yang sangat dicintainya Emmanuel, meninggal. Kematian Emmanuel

sangat mengguncang Klein. Ketika masih berduka atas kematiannya,

Melanie menikahi Arthur Klein, seorang Insinyur teman dekat

Emmanuel. Pernikahan ini diyakini Melanie sebagai penyebab dari

kegagalannya menjadi seorang dokter sehingga di sepanjang sisa

hidupnya, ia terus menyesal karena tidak mencapai tujuannya itu

(Grosskurth, 1986).

Sayangnya, pernikahan Klein tidak bahagia, ia menghindari

hubungan seksual dan tidak ingin hamil (Grosskurth, 1986). Meskipun

demikian. ia mempunyai tiga anak dari pemikahannya dengan Arthur,

yaitu Melitta, lahir tahun 1904; Hans, lahir tahun 1907; dan Erich, lahir

tahun 1914. Pada tahun 1909, keluarga Klein pindah ke Budapest karena

Arthur ditugaskan di sana. Di tempat itu, Klein bertemu dengan Sandor

Ferenczi, salah satu anggota lingkaran dalam Freud, yang kemudian

mengenalkannya pada dunia psikoanalisis. Ketika ibunya meninggal

pada tahun 1914, Klein mengalami depresi dan meminta Ferenczi untuk

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

6

menganalisisnya. Pengalaman ini merupakan titik balik dalam

kehidupannya. Pada tahun yang sama, ia membaca buku Freud yang

berjudul On Dreams (1901/1953) “dan dalam seketika menyadari apa

yang menjadi tujuan saya. Setidaknya, untuk tahun-tahun di mana saya

merasa sangat antusias mencari apa yang dapat memuaskan saya, baik

secara intelektual maupun emosional” (dikutip dalam Grosskurth, 1986,

hlm. 69). Pada saat yang sama ketika ia mulai mengenal Freud, lahirlah

anak ketiganya, Erich. Klein sangat memercayai psikoanalisis dan

mengajar anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip Freudian. Sebagai

bagian dari pengajarannya, ia mulai menerapkan psikoanalisis terhadap

Erich sejak ia masih kecil. Selain itu, ia juga menganalisis Melitta dan

Hans, yang di masa mendatang keduanya malah menemui analis lain.

Melitta, yang kemudian menjadi psikoanalis, menemui Karen Horneyey

dan juga analis lain. Hubungan antara Horney dan Klein sangat menarik

karena di kemudian hari, Klein menganalisis dua puteri Horney yang

termuda ketika usia mereka dua belas dan sembilan tahun (putri tertua

Horney yang berusia empat belas tahun menolak dianalisis). Tidak

seperti Melitta yang dianalisis dengan sukarela, kedua putri Horney

merasa terpaksa menghadiri sesi analisis. Sesi ini bukan sesi untuk

menyembuhkan gangguan neurotlk, melainkan sesi dengan tujuan

pencegahan (Quinn, 1987).

Klein berpisah dengan suaminya pada tahun 1919, namun

perceraiannya baru terjadi beberapa tahun kemudian. Setelah

perpisahannya, ia membangun praktik psikoanalisis di Berlin dan

membuat makalah mengenai analisisnya terhadap Erich. Makalah ini

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

7

merupakan kontribusi pertamanya dalam literatur psikoanalisis. Erich,

dalam makalah tersebut, tidak diperkenalkan sebagai anaknya bahkan

sampai beberapa waktu lamanya setelah kematian Klein (Grosskurth,

1998). Tidak merasa puas akan analisis yang dilakukan oleh Ferenczi

terhadap dirinya sendiri, Klein mengakhiri hubungan dengannya.

Kemudian, ia mulai dianalisis oleh Karl Abraham, anggota lain dari

lingkaran dalam Freud. Setelah hubungan ini berjalan selama empat

belas bulan, Klein mengalami tragedi lain yaitu kematian Abraham. Pada

titik saat itu, Klein memutuskan untuk melakukan analisis terhadap diri

sendiri (self- analysis), analisis yang terus dilakukan selama sisa

hidupnya. Sebelum tahun 1919, semua psikoanalis, termasuk Freud,

membuat teori mengenai perkembangan anak berdasarkan penanganan

terapi mereka pada orang dewasa. Kasus tunggal Freud yang

berhubungan dengan anak hanyalah Little Hans. Ia adalah anak laki-laki

yang menjadi pasiennya hanya dalam sekali pertemuan. Melanie Klein

mengubah situasi tersebut dengan melakukan psikoanalisis langsung

pada anak. Terapi yang dilakukannya pada anak yang sangat muda,

termasuk anaknya sendiri, meyakinkannya bahwa anak-anak

menyimpan perasaan positif dan negatif terhadap ibunya. Mereka juga

mengembangkan superego lebih awal daripada yang diyakini oleh

Freud. Pandangan yang berbeda dari standar teori psikoanalisis ini

menyebabkan munculnya banyak kritik dari koleganya di Berlin

sehingga mcmbuatnya tidak merasa nyaman lagi tinggal di kota tersebut.

Kemudian, pada tahun 1926, Ernest Jones mengundangnya ke London

untuk menganalisis anak-anaknya dan menyampaikan serangkaian

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

8

kuliah mengenai analisis anak. Serangkaian kuliah tersebut kemudian

menghasilkan buku pertamanya, The Psycho-Analysis of Children

(Klein, 1932). Pada tahun 1927, ia memutuskan pindah ke Inggris dan

menetap di sana sampai ia meninggal pada tanggal 22 September 1960.

Pada hari pemakaman Klein, putrinya (Melitta) melakukan penghinaan

terhadapnya dengan memberikan ceramah profesional menggunakan

sepatu bot merah sehingga mengejutkan para pengunjung yang hadir di

sana (Grosskurth, 1986).

Selama tinggal di London, kehidupan Klein ditandai dengan

perbedaan dan kontroversi. Meskipun ia tetap menyebut dirinya sebagai

Freudian, namun Freud dan anaknya (Anna) tidak menerima konsepnya

yang menekankan pentingnya masa kanak-kanak awal dalam teknik

analisis yang dilakukannya pada anak-anak. Perseteruannya dengan

Anna Freud dimulai ketika keluarga Freud masih tinggal di Wina, dan

semakin memuncak ketika Anna beserta ayah dan ibunya pindah ke

London pada tahun 1938. Sebelum kepindahan Anna Freud ke London,

sekolah psikoanalisis di Inggris sudah menjadi "Sekolah Kleinian" dan

Klein berseteru terbatas hanya pada orang-orang yang memiliki

hubungan dengan anaknya (Mellita). Perseteruan-perseteruan Klein ini

biasanya sangat keras dan personal.

Pada tahun 1934, putra Klein yang kedua (Hans) meninggal

karena jatuh. Melitta, yang baru saja pindah ke London dengan suaminya

yang juga seorang psikoanalis, Walter Schmideberg, meyakini bahwa

adiknya meninggal karena bunuh diri dan ia menyalahkan ibunya atas

kematian adiknya. Pada tahun yang sama, Melitta memulai analisis

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

9

dengan Edward Glover, salah satu saingan Klein dalam British Society.

Hal ini membuat hubungan Klein dengan putrinya semakin memburuk,

baik secara personal maupun profesional. Bahkan, Melitta terus

menyimpan rasa permusuhannya hingga setelah kematian ibunya.

Meskipun Melitta Schmideberg bukan pendukung Anna Freud,

namun permusuhan Melitta dengan Klein ini memperuncing perseteruan

Klein dengan Anna Freud, yang tidak pernah mengakui kemungkinan

untuk menganalisis anak-anak (King & Steiner, 199l; Mitchel & Black,

1995). Perseteruan antara Klein dan Anna Freud tidak pernah mereda,

dan masing-masing menetapkan dirinya lebih "Freudian" daripada yang

lain (Hughes, 1989). Akhirnya pada tahun 1946, British Society

menerima tiga prosedur pengajaran. yaitu pengajaran tradisional dari

Melanie Klein, pengajaran yang didukung oleh Anna Freud, dan

Kelompok Tengah yaitu pengajaran dengan pendekatan lebih bebas

yang tidak menerima kedua teknik pengajaran tersebut. Dengan

demikian. British Society tidak terpecah, meskipun dengan pencapaian

kesepakatan yang tidak mudah.

Pengantar Teori Relasi Objek

Teori relasi objek merupakan bagian dari teori Freud mengenai

teori insting, tetapi penyebabnya berbeda setidaknya dalam tiga hal.

Pertama, teori relasi objek tidak terlalu menekankan dorongan -dorongan

biologis dan lebih menekankan pada pentingnya pola yang konsisten

dalam hubungan interpersonal. Kedua, kebalikan dari teori Freud yang

bersifat paternalistis dan menekankan pada kekuatan dan kontrol ayah,

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

10

teori relasi objek cenderung lebih maternal dengan menekankan

keintiman dan pengasuhan ibu. Ketiga, teori relasi objek umumnya lebih

memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama tingkah laku

manusia, bukan kesenangan seksual.

Secara lebih spesifik dijabarkan bahwa teori mengandung

banyak makna sesuai dengan jumlahnya. Pada dasarnya, bab ini

berkonsentrasi pada hasil kerja Melanie Klen. Jika Klein disebut sebagai

ibu dari teori relasi objek, maka Freud adalah ayahnya. Telah disebutkan

bahwa Freud (1915/1957) meyakini setiap insting atau dorongan

memiliki sebuah dorongan (impetus), sumber (a source), tujuan (an

aim), dan objek (an object). Tujuan dan objek berdampak pada faktor

psikologis. Walaupun kelihatannya tiap dorongan yang berbeda

mempunyai tujuannya masing-masing, namun tujuan dasar keduanya

selalu sama yaitu untuk mengurangi ketegangan dengan mencapai

kesenangan. Dalam istilah Freudian, manusia adalah objek suatu

dorongan, bagian dari seseorang atau sesuatu yang dapat membuat

tercapainya suatu tujuan. Klein dan teori relasi objek lainnya memulai

dari asumsi dusar yang dikemukakan Freud tersebut. Kemudian, mereka

berspekulasi mengenai bagaimana kenyataan atau khayalan seorang bayi

di awal hubungan dengan ibunya atau dengan payudara ibunya. Juga

bagaimana keduanya menjadi model dari hubungan interpersonalnya di

masa mendatang. Bagaimanapun, hubungan pada orang dewasa tidak

selalu seperti pandangan mereka. Bagian terpenting dari hubungan ini

adalah representasi dari psikis internal pada objek-objek yang terkait

erat, seperti payudara ibunya dan penis ayahnya yang pernah

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

11

diintroyeksikan atau diambil dari struktur psikis seorang bayi dan

kemudian diproyeksikan terhadap pasangan hidupnya.

Gambaran-gambaran internal ini bukan representasi akurat dari orang

lain, tetapi merupakan bagian atau sisa pengalaman awal setiap orang.

Meskipun Klein terus menyebut dirinya sebagai Freudian,

namun ia melanjutkan teori psikoanalisisnya di iuar batasan yang telah

ditetapkan oleh Freud. Di lain pihak, Freud sendiri cenderung

mengabaikan Klein. Freud tidak banyak berpendapat ketika Klein

memintanya memberikan saran. Contohnya pada tahun 1925, ketika

Ernest Jones mengemukakan pujiannya dan menuliskan betapa Klein

mengembangkan “hasil kerja yang sangat bernilai” mengenai analisis

masa kanak-kanak dan terapi bermain, Freud hanya menjawab “hasil

karya Melanie Klein di Wing ini mengundang keraguan dan konireversi"

(Sterner. 1985. hlm. 30).

Kehidupan Psikis pada Bayi

Jika Freud menekankan pada beberapa tahun pertama dalam

kehidupan manusia, maka Klein lebih menekankan pada pentingnya

empat sampai enam bulan pertama. Baginya, seorang bayi tidak memulai

hidupnya sebagai individu yang kosong. Bayi membawa predisposisi

untuk mengurangi pengalaman kecemasan yang dihasilkan oleh

dorongan insting hidup dan insting mati. Kesiapan bayi untuk bertindak

atau bereaksi seperti yang diharapkan secara filogenetis merupakan

faktor bawaan, sebuah konsep yang juga disetujui oleh Freud.

Fantasi

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

12

Salah satu asumsi dasar yang dikemukalun oleh Klein adalah

walaupun baru lahir, seorang bayi sudah memiliki fantasi atau khayalan

kehidupan yang aktlf. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari

ketaksadaran insting id; yang tidak bisa dicampuradukkan dengan

fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak-anak dan orang dewasa. Klein

memang sengaja mengejanya dengan fantasi (phantasy) untuk

membedakannya dengan kesadaran. Ketika Klein (1932) menulis

mengenai dinamika kehidupan fantasi pada bayi, ia tidak mengatakan

bahwa bayi yang baru lahir bisa merangkum pemikirannya melalui

kata-kata. Maksudnya adalah bahkan sejak masih sangat kecil, bayi

memiliki gambaran ketaksadaran dari "baik" dan "buruk" Comohnya.

perut penuh adalah baik; perut kosong tidak baik. Selanjutnya, Klein

mengemukakan bayi yang tertidur saat sedang mengisap jarinya sedang

berfantasi hahwa ia mengisap puting payudara ibunya yang baik. Bayi

yang kelaparan dan menangis serta kakinya menendang berfantasi buruk

sedang menendang atau menghancurkan payudara ibunya yang buruk.

Pemikiran mengenai payudara baik dan payudara buruk ini sama dengan

gagasan Sullivan mengenai ibu baik dan ibu buruk.

Seiring dengan berkembangnya sang bayi, fantasi

ketidaksadaran mengenai payudara ini masih berlanjut dan berdampak

pada kehidupan psikisnya sehingga muncul fantasi ketidaksadaran

lainnya. Fantasi ketidaksadaran yang muncul belakangan ini dibentuk

melalui kenyataan yang dialami dan predisposisi bawaan. Salah satu dari

fantasi ini adalah Oedipus Complex atau keinginan anak untuk

menghancurkan salah satu orang tuanya dan untuk terlibat secara seksual

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

13

dengan orang tua satunya.Fantasi-fantasi ini kontradiksi satu sama lain

karena merupakan fantasi ketidaksadaran. Contohnya, seorang anak

laki-laki bisa berkhayal memukuli ibunya, namun pada saat yang

bersamaan ia juga ingin memiliki anak dari sang Ibu. Fantasi tertentu

sebagian terbentuk dari pengalaman seorang anak laki-laki bersama

Ibunya, sebagian lagi terbentuk dari predisposisi universal untuk

menghancurkan payudara ibunya dan untuk menyukai payudara yang

baik.

Objek

Klein setuju dengan Freud bahwa manusia mempunyai

dorongan bawaan atau insting, termasuk insting kematian.

Dorongan-dorongan tersebut berupa objek. Objek-objek tersebut adalah

dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan

berhubungan badan dan memiliki organ seksual, juga lainnya. Klein

(1948) yakin bahwa sejak masa bayi awal, anak sudah berkaitan dengan

objek-objek eksternal ini, “dan kemudian mulai berminat pada wajah

dan tangan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka” (Klein, 1991, hlm.

757). Dalam khayalan aktifnya, bayi mengintroyeksi atau mencapai

struktur psikis pada objek- objek eksternal, termasuk penis ayahnya,

tangan. dan wajah ibunya, serta bagian tubuh lainnya. Objek yang

diintroyeksikan lebih dari sekadar pemikiran internal mengenai objek

eksternal; mereka juga berkhayalan dengan menginternalisasikan objek

dalam istilah-istilah yang berwujud dan konkret. Contohnya, anak yang

mengintroyeksikan sang ibu percaya bahwa ibunya akan selalu ada di

dalam dirinya. Pendapat Klein mengenai objek internal mengungkapkan

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

14

bahwa objek ini mempunyai kekuatannya sendiri. Hal ini sebanding

dengan konsep Freud mengenai superego, yang mengasumsikan

kesadaran ayah dan ibunya terbawa dalam diri anak.

Posisi

Klein (1946) memandang bayi manusia secara konstan terlibat

dalam konflik mendasar antara insting hidup dan insting mati, yaitu

antara baik dan buruk, cinta dan benci, serta mencipta dan merusak.

Seiring dengan pergerakan ego menuju integrasi dan menjauhi

disintegrasi, secara alamiah bayi akan memilih sensasi yang

menyenangkan daripada yang membuatnya frustrasi.

Dalam usahanya untuk menghadapi dikotomi baik dan buruk

atau dalam menghadapi objek internal dan eksternal, bayi mengatur

pengalaman mereka berdasarkan posisi tertentu. Klein memilih iitilah

"posisi" daripada "tahapan perkembangan" untuk mengindikasikan

bahwa posisi dapat maju dan mundur. Posisi bukanlah merupakan

periode perkembangan dalam rentang waktu tertentu dalam fase

kehidupan manusia. Meskipun ia menggunakan label-label psikiatris

atau patologis, Klein bertujuan menempatkan posisi untuk mewakili

pertumbuhan dan perkembangan normal. Dua posisi yang

dikemukakannya adalah posisi paranold-schizoid dan posisi depresif.

Posisi Paranoid Schizoid

Pada bulan-bulan awal hidupnya, bayi melakukan kontak

dengan payudara baik dan payudara buruk. Pengalaman yang

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

15

berkelanjutan ini memberikan pilihan antara keberhasilan dan frustrasi

akan kegagalan, yang kemudian mcngancam keberadaan ego bayi

tersebut. Bayi berkeinginan untuk mengontrol payudara dengan penuh

kuasa. Selain itu, bayi juga merasakan adanya bawaan dari dalam dirinya

untuk menghancurkan. Kedua keinginan yang bertentangan ini

kemudian memaksa bayi untuk menciptakan khayalan merusak

payudara dengan mengigit, mengoyak, ataupun merobeknya. Untuk

mengimbangi perasaan yang bertolak belakang ini, ego membelah diri

untuk menjaga kelangsungan insting hidup dan mati sebagai bagian dari

payudara ibunya. Saat ini, bayi mulai merasa takut akan payudara yang

mengancam dibanding merasa takut akan insting kematiannya. Namun,

ia juga berhubungan dengan payudara ideal yang menyediakan rasa

cinta, rasa nyaman, dan rasa terima kasih. Keinginan bayi untuk tetap

meyakini perasaan akan payudara baik merupakan keinginan untuk

menjaga dirinya sendiri dan melawan ancaman tersebut. Oleh karena itu,

bayi mengadopsi posisi yang disebut Klein (1946) sebagai posisi

paranoid-schizoid, yaitu cara bayi untuk mengatur pengalamannya yang

juga mengandung perasaan paranoid sebagai pelaksana pemisahan objek

internal dan eksternal menjadi objek yang baik dan buruk.

Menurut Klein, bayi mengembangkan posisi paranoid-schizoid

ketika berusia tiga sampai empat bulan. Pada saat ini, egonya

mempersepsi dunia eksternal sebagai dunia yang subjektif dan fantastis,

bukan objektif dan nyata. Perasaan terancam pada seorang bayi

merupakan perasaan paranoid, yaitu perasaan yang tidak didasari oleh

kenyataan atau bahaya dunia. Anak harus bisa membedakan payudara

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

16

baik dan payudara buruk sebab kalau konsep ini bercampur aduk, maka

ia akan kehilangan payudara baik sebagai labuhan akan rasa hangat yang

aman. Dalam dunia anak schizoid, kekerasan dan perasaan diasosiasikan

dengan payudara buruk, sementara perasaan cinta dan nyaman

diasosiasikan dengan payudara baik.

Tentu saja, bayi tidak menggunakan bahasa untuk

mengidentifikasi payudara baik dan payudara buruk, tetapi mereka

menggunakan predisposisi biologis untuk menilai positif pada

pengasuhan dan insting hidup, serta menilai negatif pada rasa lapar dan

insting mati. Pembagian objek-objek di dunia dalam kategori baik dan

buruk menjadi prototipe ketika ia menilai orang lain dengan

mengembangkan perasaan ambivalen. Contohnya, Klein (1946)

membandingkan posisi paranoid-schizoid infantil dengan transferens

yang dikembangkan oleh pasien terapi terhadap terapisnya.

Di bawah tekanan ambivalen, konflik, dan perasaan bersalah,

pasien tersebut sering kali memisahkan sosok analisnya

sehingga pada suatu saat ia bisa merasa mencintai analisnya

itu, namun di kesempatan lain ia malah membencinya. Atau

analisnya itu malah mengingatkannya pada sosok baik (atau

buruk) sementara sosok lainnya menjadi kebalikannya (hlm.

19).

Perasaan ambivalen ini tentunya tidak terbatas hanya pada

situasi terapi. Kebanyakan manusia memiliki perasaan positif dan

negatif terhadap kekasihnya. Meskipun demikian, perasaan ambivalen

yang disadari bukan merupakan esensi dari posisi paranoid-schizoid.

Orang dewasa mengadopsi. posisi paranoid-schizoid dengan cara yang

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

17

primitif dan mengandalkan ketaksadarannya. Seperti yang ditegaskan

Ogden (1990), mereka mungkin menjadikan diri mereka sebagai objek

yang pasif ketimbang sebagai subjek aktif. Mereka cenderung berkata,

“ia adalah orang yang berbahaya” ketimbang mengatakan "saya merasa

bahwa ia berbahaya bagi saya. “Orang lain bisa memproyeksikan

perasaan paranoid yang tak disadari terhadap orang lain, yang kemudian

melihat orang tersebut sebagai orang yang sempurna sementara

memandang dirinya kosong dan tidak bermakna.

Posisi Depresif

Saat usia lima atau enam bulan, bayi mulai dapat melihat objek

eksternal secara utuh dan melihat bahwa terdapat kebaikan sekaligus

keburukan pada seseorang. Pada saat ini, bayi mengembangkan

gambaran yang lebih realistis sebagai individu yang independen dan

dapat melakukan kebaikan dan keburukan. Egonya juga mulai lebih

matang sampai pada titik di mana perasaan destruktifnya bisa diterima,

ketimbang memproyeksikannya keluar. Bayi juga menyadari bahwa

ibunya bisa pergi jauh dan hilang selamanya. Bayi memiliki perasaan

takut akan kemungkinan kehilangan ibunya, keinginan untuk

melindungi ibunya, dan menjauhkannya dari segala bahaya yang

disebabkan oleh dirinya sendiri dan semua impuls-impuls yang bisa

mencelakai sesama manusia yang sebelumnya diproyeksikan terhadap

ibunya. Akan tetapi, ego bayi sudah cukup matang untuk menyadari

bahwa la tidak mampu melindungi ibunya sehingga bayi mengalami

perasaan bersalah pada ibunya. Kekhawatiran akan kehilangan objek

yang dicintainya bergabung dengan perasaan bersalah karena

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

18

menginginkan kehancuran konstitusi objek, yang disebut dengan Klein

sebagai posisi depresif.

Anak yang sedang berada pada posisi depresif dapat mengenali

objek yang dicintainya menjelma menjadi satu di waktu yang sama.

Mereka saling mendekati satu sama lain untuk keinginan

menghancurkan ibunya dan keinginan untuk memperbaiki atas

penyerangan ini. Anak melihat ibunya sebagai suatu kesatuan dan dalam

posisi yang berbahaya. jadi mereka bisa merasa empti terhadapnya.

Kualitas ini merupakan faktor yang menguntungkan bagi hubungan

interpersonal mereka di masa mendatang.

Posisi depresif ini menghilang saat anak berkhayalan bahwa

mereka sudah membuat perbaikan dan mengenali bahwa ibunya tidak

akan menghilang selamanya. tetapi akan kembali setiap kali ia pergi.

Saat posisi depresif menghilang. anak menghapuskan pandangan

mengenai ibu baik dan ibu buruk. Mereka juga dapat merasakan cinta

tidak hanya dari ibunya, tetapi juga dapat menunjukkan rasa cintanya

kepada ibunya. Meskipun demikian, resolusi yang tidak selesai dapat

mengakibatkan kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, dihantui

akan kematian dan kehilangan orang yang dicintainya, serta

bermacam-macam gangguan psikis.

Mekanisme Pertahanan Psikis

Klein (1955) mengemukakan bahwa sejak awal masa bayinya,

anak dapat mengadopsi beberapa mekanisme pertahanan psikis untuk

melindungi perasaan yang beresal dari kecemasan sadistis oral mengenai

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

19

payudara-payudara sebagai objek yang destruktif dan menakutkan di

satu sisi, namun payudara sebagai objek yang menyenangkan dan sangat

membantunya di sisi yang lain. Untuk mengontrol kecemasan ini, bayi

menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri, seperti introyeksi

(introjection), proyeksi (projection). pemisahan (splitting), dan

identifikasi proyektif (projective identification).

Introyeksi

Introyeksi yang dimaksud Klein adalah khayalan yang

diperoleh bayi mengenai persepsi dan pengalaman mereka dengan objek

eksternal, yang asalnya dari payudara ibu. Introyeksi dimulai saat

pertama kali bayi disusui, ketika dilakukannya usaha untuk memasukkan

puting ibu ke dalam mulut bayi. Biasanya. bayi mencoba untuk

mengintroyeksi objek-objek baik dan menyambut puting ibunya itu

sebagai objek yang dapat melindunginya dari rasa cemas. Namun

kadangkala, bayi juga mengintroyeksikan objek-objek buruk, seperti

payudara buruk dan penis buruk untuk mengambil kendali dari

objek-objek tersebut. Ketika yang diintroyeksikan berupa objek yang

berbahaya, mereka menjadi ancaman Internal yang mampu

menakut-nakuti sang bayi dan meninggalkan residu ketakutan yang

mungkin bisa diekspresikan dalam mimpi atau dalam minat terhadap

dongeng. seperti “The Big Bad Wolf” atau “Snow White and the Seven

Dwarfs”.

Objek-objek yang diintroyeksi bukan representasi akurat dari objek

nyata, tetapi sudah diwarnai dengan khayalan anak-anak. Misalnya,

bayi berkhayalan bahwa ibunya selalu ada bersamanya sehingga

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

20

mereka merasa sosok ibunya berada di dalam badannya. Tentu saja

sebenarnya seorang ibu tidak selalu ada, namun bayi tidak ingin

mcnghilangkan khayalannya mengenai kehadiran ibunya sehingga

sosok ibunya ini menjadi objek internal.

Proyeksi

Bayi menggunakan introyeksi pada objek baik dan buruk,

kemudian mereka menggunakan proyeksi untuk mengeluarkannya.

Proyeksi merupakan khayalan yang dirasakan oleh seseorang dan

impuls-impuls yang sebetulnya dipindahkan pada orang lain, tidak

berasal dari dalam diri sendiri. Bayi menyisihkan kecemasannya

mengenai penghancuran yang dilakukan oleh dorongan-dorongan

internal yang berbahaya dengan cara memproyeksikan impuls destruktif

yang tidak dapat dijadikan sebagai objek eksternal (Klein. 1935).

Anak memproyeksikan gambaran buruk dan baik dalam objek

eksternal, terutama objek mengenai orang tua mereka. Contohnya. anak

laki-laki yang mempunyai keinginan untuk mengebiri ayahnya

kemungkinan merupakan proyeksi dengan menyalahkan ayahnya karena

mempunyai keinginan seperti itu. Sama halnya dengan seorang anak

perempuan yang berkhayalan untuk mcnguasai ibunya. tetapi ia

memproyeksikan khayalannya terhadap ibunya bahwa ibunya akan

membalas dendam dan menyiksanya.

Selain impuls buruk, orang bisa juga memproyeksikan

impuls-impuls baik. Contohnya., bayi yang merasa senang dengan

payudara ibunya yang dirasanya sangat menenangkan. Bayi kemudian

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

21

mengatributkan perasaan baiknya ini terhadap payudara dan

mcmbayangkannya terus-menerus. Orang dewasa juga kadangkala

memproyeksikan perasaan cintanya terhadap orang lain dan kemudian

merasa yakin bahwa orang itulah yang sebetulnya jatuh cinta padanya.

Proyeksi juga membuat seseorang mcrasa yakin bahwa pendapatnya

yang subyektif itulah yang benar.

Pemisahan

Bayi hanya dapat mengatur aspek-aspek baik dan buruk serta

objek eksternal dengan cara memisahkan impuls-impuls yang tidak

sesuai. Ego itu sendiri sudah harus terpisah saat proses ini dilakukan.

Baru kemudian bayi mengembangkan gambaran mengenai “saya yang

baik” dan “saya yang buruk”. Hal ini memungkinkan mereka

berhubungan dengan impuls menyenangkan dan impuls destruktif

terhadap objek eksternal.

Pemisahan ini bisa berakibat positif atau negatif pada anak.

Apabila pemisahan ini dilakukan secara tidak ekstrem dan tidak kaku,

maka bisa berdampak positif dan bermakna, baik pada bayi maupun

pada orang dewasa. Selain itu. pemisahan ini juga memungkinkan

seseorang untuk melihat aspek positif dan negatif pada kepribadiannya

sendiri dan membedakan antara kepribadian yang disukai dan tidak

disukai. Sebaliknya. jika pemisahan dilakukan secara berlebihnn dan

tidak luwes, maka bisa menyebabkan represi patologis. . Misalnya, jika

ego anak sangat kaku untuk dipisahkan menjadi saya yang baik dan saya

yang buruk, maka mereka tidak dapat mengintroyeksikan pengalaman

buruknya menjadi ego baik. Ketika anak tidak dapat menerima perilaku

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

22

buruknya. mereka harus berurusan dengan impuls menakutkan dan

destruktif sehingga berupaya untuk menekannya.

Indentifikasi Proyektif

Proses mengurangi kecemasan yang keempat adalah

indentifikasi proyektif, yang merupakan mekanisme pertahanan psikis di

mana bayi memisahkan bagian dari diri mereka yang tidak dapat

diterimanya. Hasil pemisahan ini kemudian diproyeksikan menjadi

objek lain. Terakhir, diintroyeksikan kembali ke dalam diri mereka

dalam benluk yang berbeda. Dengan memasukkan kembali objek

tersebut ke dalam diri mereka, bayi merasa bahwa meraka sudah menjadi

seperti objek yang diinginkannya. Misalnya, bayi biasanya memisahkan

bagian dari impuls destruktif mereka dan memproyeksikannya pada

payudara sebagai payudara yang buruk dan membuat frustrasi.

Berikutnya, identifikasi akan payudara ini diintroyeksikan kembali.

Proses ini membuat mereka mempunyai kontrol akan payudara sebagai

objek yang menyenangkan sekaligus menyulitkan.

Identifikasi proyektif menghasilkan pengaruh yang sangat kuat

pada hubungan interpersonal orang dewasa. Tidak seperti proyeksi yang

sepenuhnya berupa khayalan, indentifikasi proyektif hanya ada dalam

hubungan interpersonal yang nyata. Contohnya, seorang suami yang

mempunyai kecendcrungan kuat untuk mendominasi orang lain,

walaupun ia tidak menginginkan kecenderungan ini, akan

memproyeksikan perasaan- perasaannya tersebut pada istrinya yang

kemudian dilihatnya sebagai istri yang suka mendominasi orang lain.

Kemudian, ia membuat istrinya mendominasi. Ia berperilaku sangat

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

23

submisif sehingga memaksa istrinya menunjukkan kecenderungan

mendominasi yang ia tanamkan pada istrinya tersebut.

Internalisasi

Ketika teori relasi objek berbicara mengenai internalisasi, hal

ini berarti bahwa orang melakukan introyeksi, yaitu memasukkan aspek

eksternal kemudian diolahnya menjadi rangka kerja yang bermakna

secara psikologis. Teori Kleinian menekankan tiga internalisasi penting,

yaitu ego, superego, dan Oedipus complex.

Ego

Klein (1930,1946) meyakini bahwa ego atau sifat

mementingkan diri sendiri, sudah matang pada tahap yang jauh lebih

awal daripada yang diperkirakan oleh Freud. Sebenarnya Freud

menduga ego memang sudah ada pada saat kelahiran, namun ia tidak

menghubungkan kompleks fungsi-fungsi psikisnya sampai sekitar usia

tiga atau empat tahun. Bagi Freud, anak kecil didominasi oleh id. Klein

tidak menghiraukan id dan mendasarkan teorinya pada ego sejak awal

lahirnya sudah mampu mengenali adanya dorongan destruktif juga

mencintai, dan mengolahnya melalui pemisahan, proyeksi, dan

introyeksi.

Klein (1959) meyakini bahwa meskipun pada saat kelahiran

sesorang, ego merupakan aspek yang paling tidak teratur, namun ego

cukup kuat untuk merasakan kecemasan, untuk menggunakan

mekanisme pertahanan, serta untuk membentuk objek relasi awal pada

khayalan dan kenyataan. Ego mulai bergabung dengan pengalaman

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

24

pertama bayi saat menyusui ketika payudara baik tidak hanya berisi

susu, namun juga berisi cinta dan rasa aman. Akan tetapi. bayi juga bisa

mengalami payudara buruk—payudara yang tidak berisi susu, rasa cinta,

dan rasa aman. Bayi mengintroyeksikan payudara baik dan payudara

buruk, dan gambaran ini merupakan titik utama untuk pembentukan ego

selanjutnya. Seluruh pengalaman ini, tidak hanya yang terkait langsung

dengan menyusui, dinilai oleh ego dan menentukan apakah akan

berkaitan dengan payudara baik atau payudara buruk. Contohnya, saat

ego mengalami payudara baik, maka ego mengharapkan pengalaman

yang sama dengan objek lain, seperti tangan, dot, atau ayahnya. Dengan

demikian, relasi objek yang pertama (payudara) menjadi prototipe untuk

perkembangan ego dan hubungan personal seseorang di kemudian hari.

Namun demikian, sebelum bergabung, ego harus terpisah

terlebih dulu. Klein berasumsi bahwa secara bawaan, bayi tidak hanya

didorong untuk berintegrasi, tetapi juga dipaksa untuk menghadapi

dorongan-dorongan hidup dan mati, seperti yang direfleksikan dalam

pengalaman mereka terhadap payudara baik dan payudara buruk. Untuk

menghindari terjadinya disintregasi, ego yang baru bergabung tersebut

harus memisahkan diri menjadi saya yang baik dan saya yang buruk.

Saya yang baik akan dialami dengan susu dan rasa cinta, sedangkan saya

yang buruk akan dialami ketika tidak menerima susu dan rasa cinta.

Gambaran yang berlawanan ini memungkinkan mereka untuk mengatur

aspek baik dan buruk pada objek eksternal. Seiring dengan

bertambahnya kematangan, persepsi mereka menjadi semakin realistis

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

25

sehingga mereka tidak lagi melihat dunia sebagai bagian-bagian dari

objek, dan ego mereka menjadi semakin terintegrasi.

Superego

Gambaran Klein mengenai superego berbeda dari gambaran

Freud. Setidaknya ada tiga aspek penting yang membedakan

pandangannya ini. Pertama. proses penggabungan yang terjadi pada

waktu kehidupan yang lebih awal. Kedua, pertumbuhan Oedipus

complex yang lidak mencukupi. Ketiga, pandangannya lebih keji dan

kasar. Klein (1933) sampai pada perbedaan ini melalui analisisnya

terhadap anak-anak, sebuah pengalaman yang tidak dialami oleh Freud.

Tidak ada keraguan bahwa superego mengambil peranan penuh

pada pasien-pasien kecil saya, yaitu antara usia dua tiga

perempat sampai empat tahun, sementara menurut pandangan

yang sudah ada (Freudian) melahai superego tidak akan aktif

sampai Oedipus complex maii. yaitu sampai sekitar usia lima

tahun. Lebih jauh lagi, data saya menunjukkan bahwa superego

pada usia awal ini mengalami peningkatan dalam hal kekasaran

dan kekejiannya pada anak atau orang dewasa dengan cara yang

tidak dapat diukur, dan itulah yang benar-benar dihancurkan

oleh ego pada anak kecil (hlm. 267).”

Perlu diingat bahwa konsep superego yang diajukan Freud

terdiri dari dua subsistem, egoideal yang menghasilkan perasaan inferior

dan. yang kedua kesimpulan yang menghasilkan perasaan bersalah.

Klein menyimpulkan bahwa semakin dewasa maka superego akan

menghasilkan perasaan bersalah dan inferior, tetapi analisisnya terhadap

anak-anak membuatnya percaya bahwa superego awal yang muncul

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

26

pada anak-anak bukan menghasilkan perasaan bersalah. melainkan

perasaan terancam.

Menurut Klein, anak kecil merasa takut dihancurkan. dipotong.

dan dikoyak-koyak menjadi potongan-potongan kecil—ketakutan ini

benar-benar tidak proporsional dan tidak realistis terhadap kenyataan.

Mengapa superego pada anak-anak secara drastis dipisahkan dari

kenyataan oleh orang tua mereka? Klein (1933) mengemukakan bahwa

jawabannya muncul dari insting destruktif yang berasal dari bayi itu

sendiri. yang dirasakannya sebagai kecemasan. Untuk mengatur

kecemasan ini, ego seorang anak menggerakkan libido (insting hidup)

melawan insting mati. Meskipun demikian, insting hidup dan mati tidak

bisa sepenuhnya dipisahkan sehingga ego dipaksa untuk membela

dirinya melawan tindakannya sendiri. Pertahanan yang dilakukan oleh

ego awal ini merupakan pondasi bagi perkembangan superego di mana

kekerasan yang ekstrem merupakan reaksi terhadap keagresifan ego

dalam melawan kecenderungan destruktif dari dirinya sendiri. Klein

memercayai bahwa superego yang keji dan kejam ini bertanggung jawab

terhadaep kecenderungan-kecenderungan antisosial dan tindakan

kriminal pada orang dewasa.

Klein menggambarkan superego anak usia lima tahun dengan

cara yang sama seperti yang dlgambarkan oleh Freud. Pada usia lima

atau enam tahun, superego memunculkan sedikit kecemasan dan rasa

bersalah yang besar. Superego juga kehilangan sebagian besar

kekejamannya dan secara bertahap berubah menjadi kesadaran yang

realistis. Meskipun demikian, Klein menolak gagasan Freud yang

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

27

menyatakan bahwa superego merupakan konsekuensl dari Oedipus

complex. Klein malah menyatakan bahwa superego berkembang sejalan

dengan perkembangan Oedipus complex dan akhirnya menyatu dalam

perasaan yang realistis setelah Oedipus complex berkembang

sepenuhnya.

Oedipus Complex

Meskipun Klein percaya bahwa pandangannya mengenai

Oedipus complex merupakan lanjutan dan tidak sepenuhnya menerima

gagasan Freud, namun sebagian konsepnya berawal dari beberapa

pandangan Freudian. Pertama. Klein (1946,1948,1952) menyatakan

bahwa Oedipus complex dimulai jauh lebih awal daripada yang

diungkapkan oleh Freud. Freud percaya bahwa Oedipus complex terjadi

selama tahap falik, yaitu ketika anak berusia sekitar empat sampai lima

tahun dan setelah mereka melewati tahap oral dan anal. Sebaliknya,

Klein mengungkapkan bahwa Oedipus complex terjadi bersamaan

dengan tahap oral dan anal, dan mencapai puncaknya pada tahap genital,

yaitu sekitar usia tiga atau empat tahun (Klein lebih suka menggunakan

istilah tahap "genital" dibanding "falik" karena tahap falik lebih

mengarah pada psikologi maskulin). Kedua, Klein percaya bahwa

bagian terpenting dari Oedipus complex adalah bahwa ketakutan anak

akan adanya ancaman dari orang tuanya karena anak berkhayalan

mengosongkan tubuh orang tuanya. Ketiga, ia menekankan pentingnya

anak-anak menjaga perasaan positif terhadap kedua orang tuanya selama

tahun-tahun Oedipal. Keempat. ia berhipotesis bahwa selama

tahap-tahap awal, Oedipus complex menyediakan kebutuhan yang sama,

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

28

baik terhadap anak laki-laki ataupun perempuan, yaitu untuk

membangun sikap positif dengan objek yang baik dan menyenangkan

(payudara dan penis) dan menghindari objek yang buruk dan

menakutkan (payudara dan penis). Pada posisi ini, anak-anak laki-laki

ataupun perempuan dapat mengarahkan rasa cintanya terhadap orang

tuanya, baik pada masing-masing orang tua maupun pada keduanya.

Anak- anak juga mampu membangun hubungan homoseksual atau

heteroseksual terhadap orang tuanya. Seperti yang diungkapkan Freud,

Klein berasumsi bahwa anak perempuan dan laki- laki mengalami

Oedipus Complex secara berbeda.

Perkembangan Oedipal pada Perempuan

Pada awal perkembangan Oedipal feminine, yaitu selama bulan

pertama dalam kehidupan, seorang anak perempuan melihat payudara

ibunya sebagai objek “baik dan buruk”. Kemudian, sekitar usia enam

bulan ia mulai melihat payudara lebih sebagai objek yang positif

daripada negatif. Setelah itu. ia mulai melihat ibunya secara keseluruhan

sebagai objek yang penuh dengan kebaikan dan sikap ini membuatnya

berimajinasi mengenai bagaimana hadirnya seorang bayi. Ia juga

berkhayal bahwa penis ayahnya memberi ibunya berbagai hal, termasuk

bayi-bayi. Oleh karena anak perempuan kecil ini melihat penis ayahnya

sebagai pemberi bayi, maka ia mengembangkan hubungan positif

terhadap penis ayahnya dan berkhayal bahwa ayahnya akan

memenuhinya dengan bayi-bayi. Jika proses perkembangan Oedipus

feminin ini berjalan dengan mulus, maka anak perempuan akan

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

29

menempatkan dirinya pada posisi feminin dan mengembangkan

hubungan yang positif dengan kedua orang tuanya.

Namun. dalam situasi yang tidak terlalu ideal, anak perempuan

akan melihat ibunya sebagai saingannya dan berkhayal untuk merebut

penis ayahnya dari ibunya dan mengambil bayi-bayi ibunya.

Keinginannya ini menghasilkan paranoid bahwa ibunya akan

menyakitinya dengan cara melukai dan mengambil bayi-bayinya.

Kecemasan yang dimiliki oleh anak perempuan ini datang dari ketakutan

di dalam dirinya yang merasa dilukai oleh ibunya, suatu kecemasan yang

hanya akan berkurang ketika ia kemudian melahirkan seorang bayi yang

sehat. Menurul Klein (1945), rasa iri akan penis (penis envy) dating dari

keinginan anak perempuan untuk diinternalisasi oleh penis ayahnya dan

unluk memperoleh bayi darinya. Khayalan ini menjadi penyebab semua

hasrat akan penis eksternal. Berlolak belakang dengan pandangan Freud,

Klein tidak dapat menemukan adanya bukti mengapa anak perempuan

menyalahkan ibunya karena menghadirkannya di dunia tanpa penis.

Sebaliknya, Klein memandang anak perempuan memiliki kedekatan

yang sangai kuat dengan ibunya selama periode Oedipal.

Perkembangan Oedipal pada laki-laki

Seperti pada anak perempuan, anak laki-laki juga memandang

payudara ibunya sebagai objek baik dan buruk (Klein, 1945). Kemudian

selama bulan-bulan pertama perkembangan Oedipal. anak laki-laki

mengganii hasral oralnya. yang semula pada payudara ibunya diganti

mejadi hasral lerhadap penis ayahnya. Pada masa ini. anak laki-laki

sedang berada pada posisifeminin di mana ia mengadopsi sikap

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

30

homoseksual pasif terhadap ayahnya. Kemudian, ia bergerak mcnuju

hubungan heleroseksual dengan ibunya. Oleh karena perasaan

homoseksual lerhadap ayahnya yang pernah dimilikinya, maka ia tidak

lakul ayahnya akan mengebirinya. Klein percaya bahwa posisi

homoseksual pasif ini merupakan faklor awal lerbentuknya hubungan

heteroseksual yang sehat dengan ibunya. Sederhananya. seorang anak

laki-laki harus memiliki perasaan yang baik terhadap penis ayahnya

terlebih dulu, sebelum ia dapat menilai miliknya.

Semakin ia dewasa, bagaimanapun. anak laki-laki

mengembangkan impuls oral-sadistis terhadap ayahnya dan ingin

menggigit penisnya dan membunuhnya. Perasaan-perasaan ini

menumbuhkan kecemasan kastrasi dan kelakulan bahwa ayahnya akan

menyiksanya dengan cara menggigit penisnya. Ketakulan ini

meyakinkannya bahwa hubungan seksual dengan ibunya adalah hal yang

paling berbahaya baginya.

Oedipus complex anak laki-laki ini melebur sebagian karena

kecemasan kastrasinya. Faktor yang terpenting adalah kemampuannya

unluk membangun hubungan posilif dengan kedua orang tuanya pada

waktu yang bersamaan. Pada titik ini, anak laki-laki melihat orang

tuanya sebagai objek yang utuh, sebuah kondisi yang memungkinkannya

untuk melalui posisi depresifnya.

Pada anak laki-laki maupun perempuan. resolusi yang schai

pada Oedipus complex berganlung pada kemampuannya unluk

membiarkan ayah dan ibunya berhubungan seksual. Tidak ada rasa

keberatan aiau merasa lersaingi. Perasaan posilif pada anak terhadap

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

31

orang tuanya ini mengualkan hubungan seksualnya ketika mereka

dewasa.

Ringkasnya, Klein percaya bahwa seliap orang terlahir dengan

dua dorongan kuat— insting hidup dan insting mati. Bayi

mengembangkan hasrat mengayomi pada payudara baik dan kebencian

pada payudara buruk. Hal ini menyebabkan kecenderungan seseorang

untuk bertahan dalam suatu kchidupan pada gambanran-gambaran psikis

ketaksadaran mengenai baik dan buruk serta senang dan menderita.

Tahap yang paling penting dalam kehidupan adalah beberapa bulan

pertama, yang merupakan tahap di mana hubungan dengan ibu dan objek

signifikan lainnya menjadi model untuk hubungan interpersonal di

kemudian hari. Kemampuan orang dewasa untuk mencintai atau

membendi berasal dari relasi objekyang didapatinya pada masa

kanak-kanak.

Psikoterapi

Klein, Mahler, Kohut, dan Bowlby adalah psikoanalis yang

terlatih dalam praktik-praktik ortodoks Freudian. Meskipun demikian,

masing-masing dari mrrrka memodifikasi penanganan psikoanalitisnya

sesuai dengan orientasi teoretisnya. Banyak ahli mengemukakan teori

yang bervariasi mengenai pendekatan terapi.

Kepeloporan Klein menggunakan psikoanalisis terhadap

anak-anak tidak diterima dengan baik oleh analis-analis lain selama

tahun 1920-an hingga 1930-an. Penolakan gagasan mengenai

psikoanalisis terhadap masa kanak-kanak ini terutama dilakukan oleh

Anna Freud, yang menyatakan bahwa terapis tidak dapat

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

32

mengembangkan transferens pada anak kecil yang masih sangat dekat

dengan orang tuanya karena mereka tidak memiliki khayalan atau

gambaran yang tidak sadar. Oleh karena itu, ia mengklaim bahwa anak

kecil tidak bisa memperoleh keuntungan dari terapi psikoanalisis.

Sebaliknya, Klein percaya bahwa, baik anak-anak yang sehat maupun

yang mengalami gangguan harus melakukan psikoanalisis. Anak-anak

yang mengalami gangguan akan memperoleh keuntungan dari

penanganan terapeutik. sementara anak-anak yang sehat akan

memperoleh keuntungan dari analisis prophilactic. Konsisten dengan

keyakinannya, ia bersikeras melakukan analisis terhadap anak-anaknya

sendiri. Ia juga bersikeras bahwa keberhasilan psikoanalisis terhadap

anak ditentukan dengan adanya transferens negative, sebuah pandangan

yang tidak disetujui Anna Freud dan banyak psikonalis lainnya.

Untuk memunculkan transferens negatif dan khayalan agresif,

Klein menyediakan mainan kecil, pensil dan kertas, cat, krayon, dan

sebagainya untuk setiap anak. Ia mengganti pendekatan analisis mimpi

dan asosiasi bebas dari Freud dengan terapi bermain. Ia percaya bahwa

anak kecil dapat mengekspresikan berbagai keinginan mereka yang tidak

sadar dan sadar melalui terapi bermain. Terapi bermain juga mendukung

adanya transferens negative, yaitu ketika pasien Klein yang masih

anak-anak menyerangnya secara lisan. Hal ini memberinya pcluang

untuk menginterpretasikan alasan-alasan tidak sadar di balik

serangan-serangan tersebut (Klein, 1943).

Tujuan dan terapi Kleinian adalah mcngurangi perusuan

kecemasan yang depresif dan ketakutan yang mengancam dan untuk

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

33

mengurangi kekerasan objek yang terinternalisasi. Untuk memenuhi

tujuan tersebut, Klein mendorong pasien-pasiennya untuk mengalami

kembali emosi dan khayalan awal, nanum kali ini dengan bantuan

terapis. Tugas terapis adalah menunjukkan perbedaan antara kenyataan

dan khayalan serta antara tidak sadar dan yang sadar. Ia juga

mengizinkan pasiennya untuk mengekspresikan transferens positif dan

negatif. Situasi ini penting agar terbentuk pemahaman pasien mengenai

bagaimana khayalan tidak sadar berhuhungan dengan situasi-situasi

sehari-hari. Begitu hubungan im dibuat, pasien-pasien merasakan

berkurangnya penderitaan yang diakibatkan oleh objek yang

diinternalisasinya, berkurangnya kecemasan depresifnya, dan mampu

memproyeksikan ketakutan internal yang dialaminya pada dunia luar.

Penelitian Terkait

Teori relasi objek dan kedekatan terus mendorong

dilakukannya beberapa riset empiris. Contohnya, teori retasi objek

digunakan untuk menjelaskan terbentuknya gangguan makan (eating

disorder). Penelitian ini berasumsi bahwa ketidakmampuan anak untuk

mengurangi perasaan cemas dan frustrasinya disebabkan pengasuhan

orang tua yang tidak responsif dan tidak konsisten. Seperti yang terjadi

pada gangguan makan, ketika seseorang merasa cemas, mereka

cenderung mencari ketenangan dari sumber eksternal, yaitu makanan.

Makanan ini dirasakan scbagai objek yang mampu menenangkan

kecemasannya. Penelitian sebelumnya sudah ada yang mendukung

asumsi ini, yang terjadi terutama pada wanita. Salah satu contohnya

adalah penelitan dari Smolak dan Levine (1993) yang menemukan

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

34

hubungan antara bulimia dengan pemisahan yang berlebihan

(overseparation atau detachment) dari orang tua, sedangkan anoreksia

berhuhungan dengan tingkat tingginya perasaan bersalah dan konflik

seputar pemisahannya dengan orang tua.

Relasi Objek dan Gangguan Makan

Saat ini teori dan penelitian mengenai relasi objek dan

gangguan makan sudah diterapkan pada para laki-laki dan perempuan.

Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Steven Huprich dan

rekan-rekannya (Huprich, Stepp, Graham, & Juhnson, 2004), yang

membuktikan adanya hubungan antara gangguan pada relasi objek dan

gangguan makan pada wanita dan pria, mahasiswa perguruan tinggi.

Oleh karena gangguan makan sering kali ditemukan pada wanita

daripada pria (Brannon & Feist, 2007), maka penyelidikan yang

dilakukan oleh Huprich dan rekan-rekannya merupakan suatu tambahan

penting terhadap penelitian mengenai gangguan makan, baik pada pria

ataupun wanita. Peneliti melakukan tiga pengukuran relasi objek dan

tiga pengukuran gangguan makan pada peserta untuk melihat apakah

hubungan antara relasi objek dengan gangguan makan bisa ditemukan

pada pria, seperti ditemukannya hal ini pada wanita.

Peneliti menggunakan metode eksperimen dengan tiga

pengukuran relasi objek ; (1) ketergantungan hubungan interpersonal ;

(2) pemisahan individuasi ; dan (3) pengukuran umum pada relasi objek,

yang mengukur pengasingan, kedekatan yang kurang kuat,

egosentrisitas, dan ketidakcakapan sosial. Sementara, pengukuran

gangguan makan digunakan untuk mengukur (1) kecenderungan

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

35

anoreksia, (2) kecenderungan bulimia, (3) pengindraan control

seseorang dan keyakinan diri (self-efficacy). pada pola makan kompulsif.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan jenis kelamin

pada salah satu pengukuran relasi objek (Skala ketergantungan

Hubungan Interpersonal atau the Interpersonal Dependency Sale). Pada

pengukuran gangguan makan, skor pada pria lebih rendah daripada skor

pada wanita. Hal im terlihat pada setiap skala pengukuran gangguan

makan. Dengan kata lain, gangguan makan dan kecenderungan

minum-minuman keras yang dialami para pria tidak sebanyak yang

dialami oleh para wanita. Para pria juga tidak terlalu tergantung dalam

hubungan interpersonal jika dibandingkan dengan para wanita.

Meskipun demikian, penelitian pada pria dan wanita di perguruan tinggi

menunjukkan hasil yang tumpang-tindih. Penelitian ini mcnyatakan

bahwa walaupun ada perbedaan yang sigmfikan mengenai perbedaan

jenis kelamin, namun pengukuran ini tidak dapat membedakan secara

jelas mengenai ketergantungan hubungan interpersonal dengan

gangguan makan. Sebagai contoh, Huprich dan rekan-rekannya

menemukan bahwa baik pria maupun wanita yang mempunyai

ketergantungan yang tinggi dalam hubungan interpersonalnya dan fokus

pada dirinya sendiri (egosentris), cenderung mengalami kesulitan yang

lebih besar dalam mengontrol kompulsivitas makannya, dibanding

mereka yang lebih kuat, lebih merasa aman, dan tidak fokus pada dirinya

sendiri. Dengan kata lain, orang yang sangat bergantung pada orang lain

ccnderung untuk “menjadikan makanan sebagai objek eksternalnya

untuk menenangkan dirinya sendiri” (Huprich dkk, 2004. hlm. 808)

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

36

Teori Kedekalan dan Hubungan Orang Dewasa

Seperti yang dikonsepkan oleh John Bowlby, teori kedekatan

(attachmanet) menekankan hubungan antara orang tua dan anak. Sejak

tahun 1900-an, penehti sudah mulai meneliti secara sistematis hubungan

pada orang dewasa, terutama pada hubungan yang romantic.

Cindy Hazan dan Phil Shaver (1987) melakukan kajian klasik

mengenai hubungan orang dewasa. Mereka memperkirakan bahwa tipe

kedekatan awal akan membedakan jenis, durasi, dan stabilitas hubungan

percintaan orang dewasa. Secara rinci, peneliti mengasumsikan bahwa

orang yang memiliki kedekatan rasa aman dengan pengasuhnya (ibu)

akan lebih memercayai adanya kedekatan dan emosi positif pada saat

mereka mengalami masa hubungan dewasa, dibandmg dengan orang

yang di awal hubungannya mengalami ketidaknyamanan. Demikian

juga, mereka memprediksi bahwa orang dewasa tipe penghindar akan

mengalami ketakutan akan kedekatan dan kekurangan kepercayaan. Di

lain pihak, orang dewasa yang ambivalen akan bersemangat dan

terobsesi dengan hubungan-hubungan mereka.

Pada kajian lain yang melibatkan para mahasiswa perguruan

tinggi dan orang dewasa lainnya, Hazan dan Shaver menemukan adanya

dukungan untuk masing-masing prediksi yang disebutkan di atas. Orang

dewasa yang memiliki kedekatan rasa aman memiliki kepercayaan dan

kedekatan dalam hubungan percintaan mereka, dibanding orang-orang

tipe penghindar atau orang cemas-ambivalen. Lebih lanjut, para peneliti

juga menemukan bahwa kehidupan percintaan orang dewasa yang

memiliki kedekatan rasa aman akan lebih bertahan lama. Selain itu,

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

37

mereka juga tidak memandang konsep cinta dengan sinis, memiliki

hubungan percintaan yang lebih awet, dan memiliki sedikit

kecenderungun untuk bercerai dibandingkan orang dewasa tipe

penghindar atau cemas ambivalen.

Peneliti lain melanjutkan penelitian mengenai konsep

kedekatan dan hubungan romantis orang dewasa. Salah satunyn adalah

Steven Rholes dan rekan-rekannya. Mereka menguji gagasan gaya

kedekatan yang dihubungkan dengan jenis informasi yang dicari atau

dihindari oleh orang bersangkutan terhadap hubungan romantis mereka

dengan pasangannya (Rholes, Simpson, Tran, Martin, & Friedman,

2007). Peneliti meramalkan bahwa individu penghindar, tidak mencari

informasi tambahan tentang perasaan dan mimpi - mimpi terdalam

pasangan mereka, sedangkan individu yang bersemangat akan

menyatakan suatu keinginan yang kuat untuk mendapatkan lebih bunyak

informasi tentang pasangannya. Individu tipe penghindar umumnya

bekerja keras untuk memelihara kebebasan emosional. Oleh karena itu,

mereka tidak memerlukan informasi yang bisa meningkatkan kedekatan.

Mereka memandang kedekatan ini akan menjadi penghambat dari

kebebasan mereka. Sebaliknya, individu pencemas merasa cemas akan

status hubungan mereka dan ingin memperkuat ikatan emosional dengan

mencari sebanyak mungkin informasi perasaan yang intim dari pasangan

mereka.

Untuk menguji perkiraan mereka, Rholes dan rekan-rekannya

melibatkan beberapa pasangan dalam sebuah laboratorium psikologi

untuk mengukur kedekatan dan informasi lainnya. Gaya hubungan

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

38

diukur dengan suatu kuesioner yang memuat pertanyaan tentang

informasi diri sendiri ; seberapa cemas atau penghindar seseorang dalam

hubungan romantis mereka. Proses pencarian informasi diukur dengan

tugas yang terkomputerisasi sehingsa memungkinkan setiap partisipan

secara independen menyelesaikan beberapa pertanyaan tentang

hubungan mereka. Pertanyaan ini juga termasuk tentang bagaimana

perasaan pasangan mereka dan cita-cita mereka di masa depan. Para

partisipan diberitahu bahwa komputer akan menyimpulkan hubungan

mereka dalam sebuah profil yang dapat mereka iihat pada akhir tes.

Peneliti kemudian dapat mengukur seberapa banyak informasi yang

disediakan oleh profil hubungan tersebut, yang dapat dibaca oleh setiap

pasangan. Sejalan dengan perkiraan mereka dan teori hubungan secara

umum, individu penghindar akan menunjukkan sedikit ketertarikan

dalam membaca profil pasangan mereka, sementara individu pencemas

akan berusaha mencari informasi tentang pasangannya dan cita-cita

mereka.

Penelitian tidak hanya menghubungkan gaya kedekatan

seseorang dengan orang tua dan pasangannya. Penelitian tcrbaru juga

telah melihat peran gaya kedekatan di antara para pemimpin dan

pengikutnya (contohnya. para pemimpin militer dan prajuritnya;

Davidovitz, Mikulincer, Shaver, Izsak, & Popper. 2007; Popper &

Mayseless, 2003). Teori yang dikemukakannya adalah gaya kedekatan

akan relevan di antara pemimpin dan anak buahnya. Hal ini disebabkan

karena para pemimpin akan berperan sebagai pengasuh dan sumber dari

keamanan, serupa dengan dukungan yang ditawarkan oleh para

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

39

pengasuh dan pasangan romantis. Para peneliti memperkirakan bahwa

para pemimpin gaya kedekatan rasa aman (bukan pencemas maupun

penghindar) akan lebih efektif dibanding dengan pemimpin yang tidak

memiliki perasaan aman.

Untuk lebih memahami peran kedekatan dalam

kepemitmplnan, Rivka Davidovitz dan rekan-rekannya (2007)

mempelajari kelompok pejabat militer dan para prajurit yang sedang

berlugas. Para pejabat militer melakukan pengukuran kedekatan yang

sama seperti yang digunakan sebelumnya dalam pencarian informasi dan

kedekatan, tetapi bukanlah dengan melaporkan kedekatan mereka secara

umum. Prajurit akan menyelesaikan pengukuran tentang keefektifan

tugas mereka, tingkat kohesif unit militer mereka. dan mengukur kondisi

psikologis.

Hasil yang didapat dari penelitian tersebut mendukung gagasan

mengenai pentingnya gaya kedekatan pada berbagai tipe hubungan. Unit

pejabat militer yang memiliki kedekatan jenis penghindar akan kurang

kohesif dan prajuritnya menunjukkan kondisi kepuasan secara

psikologis (psychological well-being) yang lebih rendah dibandingkan

oleh prajurit lain dalam unit yang sama. Serupa dengan hasil tersebut,

pengaruh dari gaya kedekatan para pemimpin penghindar ini disebabkan

keinginan petugas itu sendiri untuk menghindari informasi sosial dan

emosional dari unit mereka. Pejabat tipe pencemas akan memimpin unit

yang dinilai rendah dalam fungsi instrumental (tingkat keseriusan kerja).

Sejalan dengan itu, unit yang sama dinilai lebih tinggi secara

sosial-emosional (tingkat di mana para pejabat dinilai bebas dalam

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

40

mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka). Penemuan terakhir

mengenai sosial-emosional ini cukup mengejulkan para peneliti, tetapi

masuk akal dengan mempertimbangkan penemuan dari Rholes dan

rekan-rekannya (Rholes dkk., 2007). Gaya kedekatan pejabat tipe

pencemas cenderung mencari informasi mengenai perasaan prajurit

mereka dan bagaimana mereka bisa berinteraksi satu dengan lainnya.

Kedekatan (attachment) merupakan konstruk psikologi

kepribadian yang secara terus menerus menghasilkan banyak penelitian

penting. Saat kajian mengenai teori kedekatan mulai memahami

perbedaan dalam hubungan anak-orang tua. penelitian terkini

menyebutkan bahwa dinamika yang sama (gaya kedekatan rasa aman,

penghindar, dan pencemas) dinilai penting untuk memahami konsep

hubungan, mulai dari hubungan pasangan romantis hingga hubungan

pemimpin militer dan prajuritnya.

Kritik terhadap Teori Relasi Objek

Saat ini. teori relasi objek menjadi lebih populer di Inggris

dibanding di Amerika Serikat. "British School" memiliki pengaruh yang

sangat kuat dalam psikoanalisis dan psikiatris di Inggris. Di Amerika,

meskipun masih tetap berkembang, pengaruh dari teori relasi objek tidak

terlalu dirasakan secara langsung.

Bagaimanakah penilaian terhadap teori ini dalam hal

mcngembangkan penelitian? Pada tahun 1986, Moriss Bell dan

rekan-rekannya memublikasikan Bell Object Relations Inventory

(BORI), sebuah kuesioner penilaian diri (self report) yang

mengidentifikasi empat aspek relasi objek, yaitu alienation, kedekatan

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

41

(attachment), egosentrisitas (egocentricity) dan ketidak kompetenan

sosial (social incompetence). Sampai saat ini, hanya beberapa penelitian

yang menggunakan BORI untuk meneliti relasi objek secara empiris.

Bagaimanapun juga, pada saat ini teori relasi objek telah mendorong

munculnya banyak penelitian. Oleh karena itu. kami memberikan nilai

yang rendah pada teori relasi objek dalam kemampuannya menghasilkan

penelitian, namun dilihat dari aspek kegunaannya. teori ini dinlai cukup

tinggi untuk memenuhi kriteria.

Oleh karena teori relasi objek berkembang dari teori

psikoanalisis orthodoks, maka sama seperti teori Freud, teori ini

menghadapi permasalahan dalam hal ketidakmampuannya untuk diulang

atau diuji kebenarannya. Kebanyakan gagasannya didasarkan pada apa

yang terjadi dalam diri psikis seorang bayi sehingga asumsi tersebut

tidak dapat diulang untuk disangkal atau dibenarkan. Teori ini tidak

membiarkannya untuk di sangkal atau dibenarkan karena teori ini hanya

memunculkan sangat sedikit hipotesis yang bisa diuji. Di lain pihak,

teori kedekatan dinilai tinggi dalam hal ketidakmarnpuannya untuk

diulangi.

Mungkin, kegunaan yang paling penting dari teori relasi objek

adalah kemampuannya dalam mengorganisasi atau mengelola informasi

tentang perilaku bayi. Melebihi kebanyakan pencetus lain, pencetus

relasi objek berspekulasi terhadap bagaimana manusia secara bertahap

menjadi lebih peka terhadap identitas mereka. Klein, dan terutama

Mahler, Bowlby, dan Ainsworih, membangun teori mereka secara

hati-hati berdasarkan pengamatan terhadap hubungan ibu dan anak.

Melanie Klein-Teori Relasi Objek AG Gozali

42

Mereka melihat interaksi antara bayi dan ibunya dan mengambil

kesimpulan berdasarkan apa yang mereka lihat. Bagaimanapun, di luar

masa kanak-kanak,. teori relasi objek kurang bermanfaat sebagai

pengorganisasi (pengelola) pengetahuan.

Sebagai panduan untuk para praktisi. teori relasi objek dinilai

lebih baik dibanding sebagai pengorganisasi data atau hipotesis teruji

yang dihasilkannya. Orang tua para bayi dapat belajar banyak tentang

kehangatan, penerimaan, dan pengasuhan yang baik. Psikoterapis

menemukan bahwa teori ini berguna tidak hanya bagi pemahaman

perkembangan awal dari klien mereka, tetapi juga untuk memahami dan

bekerja dengan hubungan yang jelas yang dibentuk klien dengan para

terapisnya, yang mereka lihat sebagai pengganti orang tua.

Dalam kriteria konsistensi, setiap teori yang didiskusikan

dalam bab ini memiliki konsistensi internal yang tinggi, tetapi beberapa

pencetus teori menyatakan ketidaksetujuannya dalam beberapa hal.

Walaupun mereka semua memiliki kepentingan utama yang sama dalam

hubungan manusia, tetapi perbedaan di antara mereka melebihi

persamaan yang ada pada mereka.

Sebagai tambahan. kami menilai rendah teori relasi objek

dalam hal kriteria kesederhanaan (parsimony). Khususnya pada teori

Klein yang menggunakan frase-frase yang kompleks dan tidak perlu

dalam mengekspresikan teorinya.