melon hidroponik

120

Click here to load reader

Upload: zulhijahjulebasalamah

Post on 13-Apr-2016

172 views

Category:

Documents


41 download

DESCRIPTION

l

TRANSCRIPT

Page 1: Melon Hidroponik

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA MELON HIDROPONIK

(Studi Kasus: PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor)

Rinrin Rindyani

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011 M / 1432 H

Page 2: Melon Hidroponik

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA MELON HIDROPONIK

(Studi Kasus: PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor)

Rinrin Rindyani 106092002998

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011M / 1432 H

Page 3: Melon Hidroponik

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon Hidroponik (Studi Kasus : PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor)”, yang disusun oleh Rinrin Rindyani NIM 106092002998 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu tanggal 11 Mei 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si

Pembimbing I

Ir. Setyo Adhie, MM

Masrul Huda, SE, M.Si

Pembimbing II

Ir. Junaidi, M.Si

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Ketua Program Studi Agribisnis

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 19680117 200112 1 001

Drs. Acep Muhib, MM NIP. 19690605 200112 1 001

Page 4: Melon Hidroponik

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juni 2011

Rinrin Rindyani 106092002998

Page 5: Melon Hidroponik

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Rinrin Rindyani

Tempat Tanggal Lahir : Garut, 14 September 1988

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Benda Barat 13B Blok D 35 No. 4 Pamulang

Permai II, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang

Selatan

Telepon : 085695679570 / 021-46440344

e-mail : [email protected]

PENDIDIKAN

1994 - 2000 : SDIT As-Salamah Pamulang

2000 - 2003 : MTs Negeri Tangerang II Pamulang

2003 - 2006 : SMA Negeri 1 Ciputat

2006 - 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI 2007 - 2008 : Sekretaris II Karang Taruna RW 010 Pamulang

Permai II 2000 - 2003 : Divisi Dana dan Usaha Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM) Jurusan Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah

PENGALAMAN KERJA 2007 - 2008 : SPG PT. Siprama Comunindo

2009 : Marketing PT. Madani Pamulang Mandiri

2010 - sekarang : Administrasi E.nopi Alam Sutera

Page 6: Melon Hidroponik

RINGKASAN

RINRIN RINDYANI, Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon Hidroponik (Studi kasus: PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor). Di bawah bimbingan SETYO ADHIE dan JUNAIDI.

Buah melon yang dibudidayakan di PT. Mekar Unggul Sari ditujukan untuk komersial sebagai sarana petik buah di wahana melon Taman Wisata Mekarsari dan pemenuhan konsumsi pengunjung. Oleh karena itu, PT. Mekar Unggul Sari melakukan produksi melon secara berkesinambungan. Untuk itu dalam melakukan produksi diperlukan suatu tahapan budidaya yang baik agar mendapatkan produksi buah yang unggul. Melon hidroponik yang diusahakan secara komersial dapat mendatangkan keuntungan yang lebih banyak. Hal ini disebabkan secara umum kualitas melon hidroponik lebih unggul dibandingkan dengan melon yang ditanam di tanah.

Budidaya melon hidroponik PT. MUS sudah berjalan mulai dari tahun 1997 hingga sekarang. Budidaya melon hidroponik membutuhkan biaya yang sangat besar karena menggunakan teknologi greenhouse dan drip irigation. Pada tahun 2008 PT. MUS mengalami penurunan tingkat produksi penjualan mencapai 20% yang disebabkan timbul serangan penyakit karena menurunnya efektifitas fungsi greenhouse yang terjadi karena kerusakan pada solar tuff dan screen net, sehingga saat hujan air hujan masuk ke dalam greenhouse. Nilai kerugian yang diderita mencapai Rp. 10.118.995. Untuk menanggulangi masalah tersebut PT. MUS melakukan sanitasi greenhouse dan pada tahun 2009 PT. MUS melakukan reinvestasi untuk perbaikan seluruh greenhouse dengan harapan optimalisasi greenhouse sangat berperan agar tanaman berproduksi secara optimal, sehingga terjadi peningkatan produksi penjualan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kelayakan budidaya melon hidroponik PT. MUS setelah dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net berdasarkan kelayakan finansial. (2) Menganalisis sensitivitas kelayakan finansial budidaya melon hidroponik PT. MUS apabila terjadi perubahan biaya dan pendapatan.

Penelitian dilakukan di PT. MUS yang terletak di Jalan Raya Jonggol KM 3, Cileungsi, Bogor. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari data langsung perusahaan yang berupa hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pimpinan Wahana Melon PT. MUS dan karyawan dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan dan instansi yang terkait. Data sekunder juga diperoleh melalui proses membaca, mempelajari, dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau majalah, penelitian terdahulu, serta sumber-sumber data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

Page 7: Melon Hidroponik

ix

Analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik untuk melihat layak

atau tidak budidaya melon hidroponik melalui perhitungan BEP, NPV, IRR, Profitability Index (PI), Payback Periode dan Analisis sensitifitas dengan asumsi, (1) peningkatan harga benih melon sebesar 9%; (2) peningkatan harga nutrisi sebesar 9%; (3) peningkatan upah tenaga kerja sebesar 9%; (4) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9%; (5) penurunan pendapatan sebesar 10%; (6) peningkatan harga benih melon sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (7) peningkatan harga nutrisi sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (8) peningkatan harga uapah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (9) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (10) penurunan pendapatan sebesar 10% dengan modal pinjaman 20%.

Hasil analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik pada PT. MUS 100% modal sendiri dinyatakan layak. Hal ini ditandai dengan nilai NPV positif Rp. 58.678.244. IRR 22,8% lebih besar dari tingkat suku bunga sebesar 14%. Nilai PI sebesar 1,37 lebih besar dari satu. Payback Periode selama 6 tahun 11 bulan.

Hasil analisis sensitivitas dari budidaya melon hidroponik pada PT. MUS dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) 100% modal sendiri, hasil analisis secara parsial: harga benih melon, nutrisi, dan upah tenaga kerja naik 9% dapat dikatakan layak. Hasil analisis secara simultan dengan kenaikan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dinyatakan layak. Dinyatakan layak karena nilai NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%), PI lebih besar dari satu, dan dapat mengembalikan reinvestasi kurang dari umur proyek (10 tahun). Hasil analisis dengan asumsi penurunan pendapatan sebesar 10% dikatakan tidak layak. Dinyatakan tidak layak karena nilai NPV bernilai negatif, IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga (14%), PI lebih kecil dari satu, dan tidak dapat mengembalikan reinvestasi selama umur proyek 10 tahun. (b) 20% pinjaman 80% modal sendiri, hasil analisis secara parsial: harga benih melon, nutrisi, dan upah tenaga kerja naik 9% dapat dikatakan layak. Hal in ditandai dengan NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%), PI lebih besar dari satu, dan dapat mengembalikan reinvestasi kurang dari umur proyek (10 tahun). Hasil analisis secara simultan dengan kenaikan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dinyatakan tidak layak. Hasil analisis dengan asumsi penurunan pendapatan sebesar 10% dikatakan tidak layak. Dinyatakan tidak layak karena nilai NPV bernilai negatif, IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga (14%), PI lebih kecil dari satu, dan tidak dapat mengembalikan reinvestasi selama umur proyek 10 tahun.

Page 8: Melon Hidroponik

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Puji Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas

Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan oleh penulis. Shalawat serta salam tidak lupa dipanjatkan kepada

junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabatnya

yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Pertanian.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

mendalam kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan

skripsi ini. Untaian terima kasih yang dalam penulis tujukan kepada:

1. Kedua orang tua penulis tercinta, Ujang Aminuddin dan Tetty Nurhayati, atas

segala dukungan moril maupun materil, motivasi, semangat dan bantuan yang

tak kenal lelah kepada penulis untuk tetap optimis dan istiqamah. Serta untuk

Adik tercinta, ananda Nurcholis Majid membantu dalam penyelesaian skripsi

ini.

2. Bapak Dr.Syopiansyah Jaya Putra,M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: Melon Hidroponik

vi

3. Drs. Acep Muhib, MM dan Riski Adi Puspitasari, MMA selaku Ketua dan

Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan suatu komitmen,

dorongan, dan program pendidikan sesuai kebutuhan mahasiswanya.

4. Bapak Ir. Setyo Adhie, M.Si dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku pembimbing

skripsi yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis yang tiada

henti.

5. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichadayati, M.Si dan Bapak Masrul Huda, SE, M.Si

selaku penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan saran mengenai

penyusunan skripsi ini.

6. Dosen – dosen Agribisnis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menimba ilmu pengetahuan.

7. Bapak Gunadi, Aa Ade, Aa Nyangnyang dan staff PT. MUS lainnya yang

telah memberikan arahan, saran dan informasi dalam penyusunan skripsi di

Wahana Melon Hidroponik.

8. Ibu Ummi Kalsum, Tante Lies beserta keluarga. Terima kasih untuk dukungan

serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

9. The Princess tersayang, Ulfa, Ajeng, Wiwin, Nia, Gina, Rifa dan Nisa atas

kebersamaan, kehangatan dan kekeluargaan yang terjalin selama kuliah, yang

telah berbagi suka dan duka serta memberikan semangat dan motivasi (tetap

semangat,,kalian pasti bisa!!). Serta teman – teman angkatan 2006 : Ari

(Alhamdulillah bisa nyusul juga he...) buat Ali, Tohir, Purwanto, dan Andi

(mudah-mudahan bisa wisuda bareng ya..) untuk Fery, Puguh, Syarip,

Page 10: Melon Hidroponik

vii

Mawardi, Ikhsan, Dana, Angger, Heru, Budi, Dzul, Lutfi, Pedri, Reza,

k”Laode, Surade ( ayooo smangat,,,masih banyak yang harus dijalani ^^ )

10. K’Dewi, K’Riri, K’pury dan kakak serta adik yag lain terima kasih do’a dan

motivasinya.

11. Seluruh pihak yang telah membantu dan namanya tidak dapat disebutkan satu

per satu. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya, Semoga Allah SWT

membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat , sebagai bahan

memperkaya pengetahuan bagi mereka yang membacanya dan terutama bagi

penulis sendiri.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kekhilafan dalam kata pengantar

ini.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jakarta, Juni 2011

Penulis

Page 11: Melon Hidroponik

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 3

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 5

2.1. Landasan Teori.... ............................................................... 5

2.1.1. Tanaman Melon ........................................................ 5 2.1.2. Teknik Hidroponik .................................................... 7

2.1.2.1. Hidroponik Subtrat ....................................... 8 2.1.2.2. Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) . 8

2.1.2.3. Aeroponik .................................................... 9 2.1.3. Penerapan Hidroponik ............................................... 9

2.1.3.1. Konstruksi Rumah Kaca (Greenhouse)......... 9 2.1.3.2. Sistem Irigasi ............................................... 10

2.1.3.3. Perlengkapan Hidroponik ............................. 10 2.1.3.4. Proses Budidaya ........................................... 11

2.1.4. Analisis Kelayakan Finansial .................................... 12 2.1.4.1. Investasi dan Reinvestasi.............................. 12 2.1.4.2. Biaya ........................................................... 13 2.1.4.3. Penerimaan dan Pendapatan ......................... 16 2.1.4.4. Break Event Point (BEP) .............................. 14 2.1.4.5. Net Present Value (NPV) ............................. 15 2.1.4.6. Internal Rate of Return (IRR) ....................... 16 2.1.4.7. Profitability Indeks (PI) ................................ 16 2.1.4.8. Payback Period ............................................ 17 2.1.4.9. Analisis Sensitivitas ..................................... 17

2.2. Penelitian Terdahulu ........................................................... 18

2.3. Kerangka Pemikiran ........................................................... 19

Page 12: Melon Hidroponik

xi

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 22

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 22

3.2. Jenis dan Sumber Data........................................................ 22

3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................. 23

3.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ........................ 23

3.4.1. Analisis Kualitatif ..................................................... 23 3.4.2. Analisis Kuantitatif ................................................... 24

3.4.2.1. Break Event Point (BEP) .............................. 24 3.4.2.2. Net Present Value (NPV) ............................. 25 3.4.2.3. Internal Rate of Return (IRR) ....................... 25 3.4.2.4. Profitability Indeks (PI) ................................ 26 3.4.2.5. Payback Period ............................................ 26 3.4.2.6. Analisis Sensitivitas ..................................... 27

3.5. Definisi Operasional ........................................................... 29

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................... 30

4.1. Profil PT. Mekar Unggul Sari ............................................. 30

4.2. Visi dan Misi ...................................................................... 31

4.3. Letak dan Keadaan Geografis ............................................. 32

4.4. Struktur Organisasi ............................................................. 32

4.5. Wahana Melon PT. Mekar Unggul Sari .............................. 35

4.5.1. Sarana Hidroponik .................................................... 35 4.5.2. Teknik Budidaya Melon Hidroponik ......................... 37

4.5.3. Pemasaran ................................................................. 43 4.5.4. Tenaga Kerja............................................................. 44

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 45

5 .1. Struktur Biaya .................................................................... 45

5.1.1. Biaya Tetap ............................................................... 46 5.1.2. Biaya Variabel .......................................................... 47 5.1.3. Total Biaya ............................................................... 50

5.2. Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Melon Hidroponik .. 51

5.3. Analisis Break Event Point (BEP) ....................................... 52

5.4. Biaya Reinvestasi ............................................................... 55

5.5. Analisis Kelayakan Finansial .............................................. 56

5.6. Analisis Sensitivitas ............................................................ 57

Page 13: Melon Hidroponik

xii

BAB VI KESIMPULAN ......................................................................... 65

6.1. Kesimpulan ....................................................................... 65

6.2. Saran ................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 68

LAMPIRAN ........................................................................................... 70

Page 14: Melon Hidroponik

xiii

DAFTAR TABEL

1. Pedoman Penyiraman ........................................................................... 40

2. Biaya Tetap Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS per Tahun ............ 46

3. Biaya Variabel Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ........................ 47

4. Total Biaya Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ............................. 50

5. Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS .... 52

6. Hasil Analisis BEP Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS.................. 53

7. Biaya Reinvestasi Perbaikan GH Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ............................................................................................. 55

8. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon Hidroponik 100% Modal PT.MUS (Discount Factor 14%) .............................................. 56

9. Hasil Analisis Sensitivitas Finansial Budidaya Melon Hidroponik dengan 20% Modal Pinjaman dan 80% Modal PT.MUS (DF 14%) .... 58

10. Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik Terhadap Perubahan Biaya dan Pendapatan Asumsi 100% Modal Sendiri ........... 59

11. Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik Terhadap Perubahan Biaya dan Pendapatan Asumsi 20% Modal Pinjaman dan 80% Modal PT.MUS (Discount Factor 14%) ............................... 62

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik Break Event Point .................................................................... 16

2. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................ 21

Page 15: Melon Hidroponik

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Buah-buah Taman Wisata Mekar Sari .......................................... 70

2. Tingkat Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2005-2009 76

3. Laju Inflasi Nasional Periode 2005-2009.............................................. 76

4. Biaya Sewa Lahan Budidaya Melon Hidroponik .................................. 77

5. Rekapitulasi Biaya Tetap Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ........ 78

6. Rekapitulasi Biaya Tidak Tetap Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS 79

7. Analisis Pendapatan PT. MUS ............................................................. 80

8. Biaya Reinvesatasi Solar Tuff dan Screen Net PT. MUS....................... 81

9. Perhitungan Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok Pinjaman .............. 82

10. Proyeksi Arus Kas Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS

(100% Modal Sendiri) .......................................................................... 83

11. Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS

(20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ........................................... 84

12. Analisis Sensitivitas Benih Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap

(100% Modal Sendiri) .......................................................................... 85

13. Analisis Sensitivitas Nutrisi Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap

(100% Modal Sendiri) .......................................................................... 85

14. Analisis sensitivitas Upah Tenaga Kerja Naik 9% Biaya Variabel Lain

Tetap (100% Modal Sendiri) ................................................................ 86

15. Analisis Sensitivitas Benih Melon, Nutrisi, dan Upah Tenaga Kerja

Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap (100% Modal Sendiri) ................. 86

16. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 10 % Biaya Variabel Tetap

(100% Modal Sendiri) .......................................................................... 87

17. Analisis Sensitivitas Benih Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap

(20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ........................................... 88

18. Analisis Sensitivitas Nutrisi Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap

(20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ........................................... 88

19. Analisis Sensitivitas Upah Tenaga Kerja Naik 9% Biaya Variabel Lain

Tetap (20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ................................. 89

Page 16: Melon Hidroponik

xv

20. Analisis Sensitivitas Benih Melon, Nutrisi, dan Pestisida Naik 9%

Biaya Variabel Lain Tetap (20% Pinjaman Bank 80% Modal sendiri) .. 89

21. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 10 % Biaya Variabel Tetap (20%

Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) .................................................... 90

22. Foto-foto Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ................................. 91

23. Struktur Organisasi PT. Mekar Unggul Sari ......................................... 92

24. Peta Taman Wisata Mekarsari .............................................................. 93

25. Daftar Pertanyaan Wawancara ............................................................. 94

26. Surat Keterangan Penelitian ................................................................. 95

Page 17: Melon Hidroponik

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Melon merupakan jenis tanaman buah-buahan yang mudah untuk

dikembangkan. Tanaman melon merupakan salah satu tanaman yang perlu

mendapat prioritas utama diantara tanaman-tanaman hortikultura lainnya karena

harga buah melon relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas hortikultura

pada umumnya. Hal ini memberikan keuntungan kepada petani atau pengusaha

pertanian tanaman melon.

PT. Mekar Unggul Sari adalah perusahaan yang mengelola Taman Wisata

Mekarsari. Taman Wisata Mekarsari (TWM) merupakan salah satu pusat

pelestarian keanekaragaman hayati (plasma nutfah) buah-buahan tropika terbesar

di Indonesia, khususnya jenis buah-buahan unggul yang dikumpulkan dari daerah-

daerah di Indonesia (Lampiran 1). Selain kegiatan pelestarian, dilakukan juga

penelitian budidaya (agronomi), pemuliaan (breeding), dan perbanyakan bibit

unggul untuk kemudian disebarluaskan kepada petani dan masyarakat umum.

Taman Wisata Mekarsari sebagai pusat pelestarian plasma nutfah

hortikultura/buah-buahan Indonesia (tropis) dimanfaatkan untuk kegiatan

penelitian, pendidikan, budidaya, dan wisata. Salah satu kegiatan pelestarian

buah-buahan tropika pada PT. MUS adalah budidaya melon hidroponik.

Buah melon yang dibudidayakan di PT. MUS ditujukan untuk komersial

sebagai sarana petik buah di wahana melon Taman Wisata Mekarsari dan

pemenuhan konsumsi pengunjung. Oleh karena itu, PT. MUS melakukan produksi

Page 18: Melon Hidroponik

2

melon secara berkesinambungan. Untuk itu dalam melakukan produksi diperlukan

suatu tahapan budidaya yang baik agar mendapatkan produksi buah yang unggul.

Melon hidroponik yang diusahakan secara komersial dapat mendatangkan

keuntungan yang lebih banyak. Hal ini disebabkan secara umum kualitas melon

hidroponik lebih unggul dibandingkan dengan melon yang ditanam di tanah.

Budidaya melon hidroponik PT. MUS sudah berjalan mulai dari tahun

1997 hingga sekarang. Budidaya melon hidroponik membutuhkan biaya yang

sangat besar karena menggunakan teknologi greenhouse dan drip irigation. Pada

tahun 2008 PT. MUS mengalami penurunan tingkat produksi penjualan mencapai

20% yang disebabkan timbul serangan penyakit karena menurunnya efektifitas

fungsi greenhouse yang terjadi karena kerusakan pada solar tuff dan screen net,

sehingga saat hujan air hujan masuk ke dalam greenhouse. Nilai kerugian yang

diderita mencapai Rp. 10.118.995 (Lampiran 7). Untuk menanggulangi masalah

tersebut PT. MUS melakukan sanitasi greenhouse dan pada tahun 2009 PT. MUS

melakukan reinvestasi untuk perbaikan seluruh greenhouse dengan harapan

optimalisasi greenhouse sangat berperan agar tanaman berproduksi secara

optimal, sehingga terjadi peningkatan produksi penjualan.

Keputusan untuk melakukan reinvestasi solar tuff dan screen net ini

membutuhkan dana cukup besar. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis

melakukan penelitian dengan mengkaji lebih dalam dan menganalisis tingkat

kelayakan finansial perusahaan tersebut setelah dilakukan reinvestasi solar tuff

dan screen net dalam judul “Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon

Hidroponik (Studi Kasus : PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor)”.

Page 19: Melon Hidroponik

3

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan budidaya melon hidroponik PT. MUS setelah

dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net ditinjau dari analisis finansial?

2. Bagaimana sensitivitas kelayakan finansial budidaya melon hidroponik

PT. MUS jika terjadi perubahan biaya dan pendapatan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kelayakan budidaya melon hidroponik PT. MUS setelah

dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net berdasarkan kelayakan

finansial.

2. Menganalisis sensitivitas kelayakan finansial budidaya melon hidroponik

PT. MUS apabila terjadi perubahan biaya dan pendapatan.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dijabarkan di atas,

maka manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 20: Melon Hidroponik

4

1. Bagi penulis

Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dan menambah

pengalaman dan wawasan ilmu pengetahuan, khususnya studi kelayakan

usaha.

2. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pemilik perusahaan agar mengetahui

kelayakan usahanya dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan untuk pengembangan usaha mendatang.

3. Bagi akademis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan acuan

dalam melakukan penelitian selanjutnya.

4. Bagi umum

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang ingin

menekuni usaha budidaya melon hidroponik.

Page 21: Melon Hidroponik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Tanaman Melon

Prihmantoro dan Indriani (1995:8-9) menerangkan dalam dunia tumbuh-

tumbuhan (Plantarum), tanaman melon termasuk dalam keluarga labu-labuan

(Cucurbitaceae) seperti halnya dengan blewah (Cucumis melo L.), semangka

(Citrullus vulgaris Sehardo), mentimun (Cucumis setivus L.), pare (Momordica

charantia L. Roxb.) dan waluh (Cucurbita moschata). Melon termasuk tanaman

yang menghasilkan biji sehingga dimasukkan tumbuhan berbiji (Spermatophyta).

Biji melon tertutup oleh bakal buah sehingga dimasukkan ke dalam golongan

tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Tanaman melon terdiri dari dua daun

lembaga sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (dikotil) dan

tergolong dalam genera Cucumis.

Melon termasuk tanaman buah dari famili Cucurbitaceae. Banyak yang

menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia di daerah Mediterania

yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Tanaman

ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan Eropa. Pada abad ke-14, melon

dibawa ke Amerika oleh Columbus dan akhirnya ditanam secara luas di Colorado,

California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar ke seluruh penjuru dunia,

terutama di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Setelah tahun 1990,

melon berkembang cukup pesat di Indonesia, karena petani mulai yang banyak

menanam melon. Sebelum tahun 1990, melon masih asing bagi penduduk

Page 22: Melon Hidroponik

6

Indonesia, tetapi kini sudah menjadi buah "pencuci mulut" yang populer. Buah ini

sering disuguhkan di tempat-tempat pesta secara terpisah atau bersama dengan

semangka, pepaya, dan nanas. Buah melon dimanfaatkan sebagai buah segar

dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi (Anonimious, 2009:153).

Varietas melon yang umum di pasaran diantaranya sky rocket, action,

monami red, glamour, select rocket, jade dew, honey dew, autumn sweet, golden

prize, red queen, dan emerald sweet (Anonimious, 2009:154).

Melon lebih senang tumbuh di dataran menengah yang suhunya agak

dingin, yakni pada ketinggian 300-1.000 m dpl. Di dataran rendah yang

ketinggiannya kurang dari 300 m dpl, buah melon berukuran lebih kecil dan

dagingnya agak kering (kurang berair). Tanah yang baik untuk budidaya melon

adalah jenis tanah andosol atau tanah liat berpasir yang banyak mengandung

bahan organik untuk memudahkan akar tanaman berkembang. Pertumbuhan

melon membutuhkan suhu yang sejuk dan kering. Suhu ideal bagi pertumbuhan

melon berkisar 25-30° C. Melon tidak dapat tumbuh jika suhu kurang dari 18°C.

Melon susah tumbuh di tempat yang kelembapan udara rendah (kering) dan

ternaungi. Tanaman ini lebih senang di daerah terbuka, tetapi sinar matahari tidak

terlalu terik, cukup dengan penyinaran 70%. (Sunarjono, 2009:47).

Page 23: Melon Hidroponik

7

2.1.2. Teknik Hidroponik

Hidroponik berasal dari bahasa Yunani yaitu hydro berarti air dan ponous

berarti kerja. Sesuai arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan

teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen

(Anonimious, 2010:1).

Menurut Rosari dalam Sumarni dan Rosliani (2005:6) beberapa kelebihan

dan kekurangan sistem hidroponik dibandingkan dengan pertanian konvensional

yaitu :

a. Kelebihan sistem hidroponik antara lain:

1) Penggunaan lahan lebih efisien

2) Tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah

3) Kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih

4) Penggunaan pupuk dan air lebih efisien

5) Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah

b. Kekurangan sistem hidroponik antara lain:

1) Membutuhkan modal yang besar

2) Pada kultur substrat, kapisitas memegang air media substrat lebih kecil

dari pada media tanah sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman

yang cepat dan stres yang serius.

Sutiyoso (2004:1) menjelaskan bahwa di Indonesia, hidroponik yang

berkembang pertama kali yaitu hidroponik substrat, setelah hidroponik substrat,

hidroponik NFT (Nutrien Film Technique) mulai dikenal di Indonesia, kemudian

berkembang pula hidroponik aeroponik yang memberdayakan udara.

Page 24: Melon Hidroponik

8

2.1.2.1. Hidroponik Subtrat

Menurut Lingga (2005:7) hidroponik subtrat tidak menggunakan air

sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat

menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar

tanaman seperti halnya fungsi tanah.

Bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai media tanam pada hidroponik

metode subtrat adalah arang sekam, pasir, kerikil, batu apung, cocopeat,

rockwool, dan spons. Media-media tersebut harus steril, bisa menyimpan air

sementara, porous, dan bebas dari unsur hara. Media tersebut berfungsi sebagai

tempat menyimpan air nutrisi sementara dan tempat tersebut berfungsi sebagai

tempat berpijak akar. Sistem irigasi tetes digunakan untuk menyuplai kebutuhan

unsur hara dari air nutrisi yang disiram ke tanaman menggunakan (Anonimious,

2010:56).

2.1.2.2.Hidroponik NFT (Nutrien Film Technique)

Sutiyoso (2004:2) menjelaskan bahwa kata “film“ dalam hidroponik

nutrien film technique menunjukkan aliran air tipis. Hidroponik ini hanya

menggunakan aliran air (nutrien) sebagai medianya.

Menurut Lingga (2005:11) NFT merupakan model budidaya dengan

meletakan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi

dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa berkembang

di dalam larutan nutrisi karena disekeliling perakaran terdapat selapis larutan

nutrisi, maka sistem ini dikenal dengan nama nutrien film technique.

Page 25: Melon Hidroponik

9

2.1.2.3.Aeroponik

Sutiyoso ( 2004:5) menerangkan bahwa aeroponik berasal dari kata aero

yang berarti udara dan ponus yang berarti daya. Aeroponik dapat diartikan dengan

memberdayakan udara. Prinsip kerja dari aeroponik yaitu menyemburkan larutan

hara dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Larutan hara tersebut

akan diserap oleh akar tanaman. Tanaman pada sistem aeroponik ditanam dengan

cara digantung sehingga akar tanaman menggantung di dalam suatu bak. Pangkal

batang dimasukkan ke dalam helaian styrofoam yang telah dilubangi agar dapat

berdiri.

2.1.3. Penerapan Hidroponik

2.1.3.1.Konstruksi Rumah Plastik (Greenhouse)

Sutiyoso (2003: 18) menjelaskan bahwa greenhouse merupakan bangunan

yang dibuat untuk melindungi tanaman dari gangguan luar, misalnya cahaya

matahari, hujan, angin, maupun hama dan penyakit. Rumah plastik dibangun

dengan rangka yang terbuat dari kayu atau bambu. Atapnya menggunakan helaian

plastik UV (ultra violet). Sisi serra plastik dikelilingi dengan kasa (screen) plastik

untuk menghindari hama masuk, dengan demikian kemungkinan kerusakan

tanaman oleh serangan hama dapat dihindarkan. Sisi yang terbuat dari kasa masih

dapat dilalui udara untuk ventilasi sehingga dapat mengurangi udara yang terlalu

panas atau kelembapan yang terlampau tinggi, bila ada angin yang terlalu kencang

Page 26: Melon Hidroponik

10

kasa dapat meredam kecepatan aliran angin sehingga tidak ada tanaman yang

rusak.

2.1.3.2.Sistem Irigasi

Sutiyoso (2003: 20) menyatakan bahwa sistem irigasi di dalam greenhouse

memerlukan perencanaan yang cermat. Diperlukan sepasang tong plastik untuk

menyimpan pekatan pupuk, dari tong inilah pekatan dituangkan ke dalam tendon

larutan. Tandon tersebut dipasangi paralon yang akan mengalirkan larutan hara ke

selang PE yang terdapat di bak tanaman. Menggunakan pompa untuk mengalirkan

dan mendorong air. Pompa air dipilih yang bertekanan tinggi dan bervolume besar

agar dapat memberi pancaran kabut pada puluhan springkler sekaligus. Biaya

operasional pompa seperti ini tergolong mahal karena daya listriknya antara 800-

1600 watt dan dijalankan terus menerus siang malam tanpa henti. Apabila ingin

dijalankan secara terputus-putus, misalnya lima menit on dan lima menit off, maka

diperlukan timer yang mahal harganya, tetapi disisi lain dapat menurunkan biaya

listrik.

2.1.3.3.Perlengkapan Hidroponik

Pada prinsipnya perlengkapan hidroponik terdiri atas : (Anonimious,

2010:22)

a. Media tumbuh tanaman (polybag, arang sekam, dan tali perambat).

b. Perlengkapan alat ukur (PH meter, EC meter, termometer, dan lain-lain).

c. Perlengkapan suplai air (pompa air, tangki pembuatan nutrisi, pipa distribusi,

dan filter).

Page 27: Melon Hidroponik

11

2.1.3.4.Proses Budidaya

Anonimious (2010: 23-24) dalam buku ”Bertanam Secara Hidroponik”

mejelaskan bahwa proses budidaya secara hidroponik diawali dengan persiapan

media tanam. Media tanam kemudian dimasukkan ke dalam polibag kecil sebagai

media penyemaian benih, dan polibag besar untuk proses pembesaran.

Penyemaian benih dilaksanakan di tempat tersendiri (di dalam rumah plastik

persemaian) sampai berumur dua minggu dengan perawatan secara manual.

Selanjutnya bibit yang telah siap tanam, dipindahkan ke dalam media tumbuh

dalam polibag besar dan siap dibesarkan. Sementara penyemian dilakukan,

instalasi tangki, pompa dan pipa irigasi dipersiapkan dengan cara menghubungkan

tangki air dengan seluruh polibag besar menggunakan pipa PE.

Kunci keberhasilan budidaya hortikultura sistem hidroponik adalah pada

pemberian komposisi pupuk yang tepat, sesuai dengan jenis dan umur tanaman.

Untuk itu, unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasokkan ke media tumbuh

secara terukur dan berkala. Perlakuan khusus seperti pemangkasan dahan/ranting

yang tak berguna, pembuatan tali rambatan, pencegahan dan pemberantasan hama

perlu dilakukan secara teliti. Pemangkasan bakal buah perlu dilakukan agar buah

yang disisakan untuk dipanen benar-benar tumbuh optimal karena mendapat

makanan yang cukup.

Proses pemanenan dilakukan secara manual dengan memilih buah yang

telah benar-benar masak. Artinya proses pemanenan dapat dilakukan tidak

sekaligus, melainkan secara bertahap selama 1-2 minggu.

Page 28: Melon Hidroponik

12

2.1.4. Analisis Kelayakan Finansial

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008: 6), pengertian analisis kelayakan

adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah

usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar

dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan.

Selanjutnya Kasmir dan Jakfar (2008: 15) menjelaskan bahwa kelayakan

finansial adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh

pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan. Dari sini akan terlihat

pengembalian uang yang ditanamkan seberapa lama akan kembali.

Tujuan menganalisis kelayakan finansial, menurut Umar (2007: 178)

adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan

manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan

pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk

membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai

apakah usaha akan dapat dikembangkan selanjutnya.

2.1.4.1.Investasi dan Reinvestasi

Menurut Suratman (2001:6) investasi adalah penggunaan sumber

keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan

keuntungan darinya. Salah satu konsep investasi adalah penganggaran modal,

sebab penganggaran modal merupakan konsep penggunaan dana di masa yang

akan datang yang diharapkan akan memperoleh keuntungan.

Page 29: Melon Hidroponik

13

Investasi secara umum dapat diartikan sebagai “penanaman” seperti dalam

bidang ilmu (pendidikan, training), pembelian tanah, gedung, penanaman modal

dan sebagainya. Secara khusus dapat diartikan sebagai “Penanaman Modal”

seperti investasi tetap, modal kerja, surat-surat berharga dan saham. Sedangkan

penanaman modal kembali disebut reinvestasi (Z dan Rozalina, 2004:194).

2.1.4.2.Biaya

Biaya dalam suatu kegiatan usaha terdiri dari dua jenis, yaitu biaya

investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan

dalam pembangunan proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin,

peralatan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pengembangan proyek.

Biaya modal kerja dalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha

setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya

tidak tetap (variable cost) (Ibrahim, 2003:133).

Menurut Soekartawi (2006:56) biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai

biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang

diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada

besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya

variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi

oleh produksi yang diperoleh.

Page 30: Melon Hidroponik

14

2.1.4.3.Penerimaan dan Pendapatan

Soekartawi dkk (1986:76) menjelaskan bahwa penerimaan adalah nilai

uang yang diterima dari penjualan produk usahatani yang bisa berwujud tiga hal,

yaitu hasil penjualan produk yang akan dijual, hasil penjualan produk sampingan,

dan produk yang dikonsumsi rumah tangga selama melakukan kegiatan usahatani.

Menurut Soekartawi (2006:57) pendapatan adalah selisih antara

penerimaan dan semua biaya. Data pendapatan dapat digunakan sebagai ukuran

untuk melihat apakah suatu usaha menguntungkan atau merugikan. Berdasarkan

data pendapatan itu pula kita dapat melihat sampai seberapa besar keuntungan

atau kerugiaan usaha tersebut.

2.1.4.4.Break Even Point (BEP)

Soeharto (1999:13) menyatakan bahwa break even point adalah titik di

mana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan

bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya

dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Dengan asumsi bahwa harga penjualan

per unit produksi adalah konstan maka jumlah unit pada titik impas.

Berdasarkan grafik pada Gambar 1 terlihat bahwa perusahaan dengan

biaya tetap yang tinggi harus memproduksi dan menjual lebih banyak produk

untuk sampai pada titik impas dibanding perusahaan dengan biaya tetap lebih

rendah (Soeharto, 1999:115).

Page 31: Melon Hidroponik

15

y

Pendapan dan biaya (juta rupiah)

180 Penerimaan penjualan

140 Titik impas Daerah laba Total biaya

100

Biaya tetap

80

Daerah

rugi

40 x

200 400 600 800 1000 Volume penjulan

Gambar 1. Grafik Break Even Point (Sumber: Soeharto, 1999:116)

2.1.4.5.Net Present Value (NPV)

Samryn (2002:241) menjelaskan net present value (NPV) atau nilai

sekarang merupakan hasil perhitungan yang menunjukkan kesetaraan pendapatan,

arus kas, atau penghematan biaya dari investasi yang diperkirakan akan diperoleh

pada masa yang akan datang dengan nilai investasi yang dilakukan saat ini,

berdasarkan pertimbangan perubahan daya beli uang atau nilai waktu uang.

Menurut metode NPV seluruh aliran kas bersih di-present value-kan atas

dasar faktor diskonto (discount factor = DF), hasilnya dibandingkan dengan

initial investment. Selisih antara keduanya merupakan NPV. Faktor diskonto

adalah suatu angka yang apabila dikalikan dengan arus kas bersih atau

penghematan biaya dari investasi akan menghasilkan angka yang setara dengan

Page 32: Melon Hidroponik

16

nilai kas tersebut pada saat investasi, berdasarkan tingkat bunga modal yang

berlaku. Bunga modal biasanya dianggap sebagai rate of return minimal yang

harus dicapai dari suatu investasi (Samryn, 2002:240)

2.1.4.6.Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah metode untuk menghitung tingkat

bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang

penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. Apabila tingkat

bunga ini lebih besar dari pada tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang

disyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan, kalau lebih kecil

dikatakan merugikan. IRR ini dapat dihitung dengan menemukan DF yang dapat

menjadikan NPV sama dengan nol (Husnan dan Suwarsono, 2000:210).

2.1.4.7.Profitability Indeks (PI)

Variasi lain dari kriteria NPV adalah profitability indeks, yang

menunjukkan kemampuan mendatangkan laba per satuan nilai investasi

(Soeharto, 1999:115). Menurut Husnan dan Suwarno (2000:211) Profitability

Indeks (PI) adalah metode yang membandingkan antara nilai sekarang

penerimaan-penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang

investasi. Apabila nilainya lebih besar dari satu maka proyek dikatakan

menguntungkan, tetapi jika kurang tidak menguntungkan.

Page 33: Melon Hidroponik

17

2.1.4.8.Payback Period

Payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk

mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran

kas bersih adalah selisih pendapatan terhadap pengeluaran per tahun. Periode

pengembaliaan biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun (Soeharto,

1999:134).

2.1.4.9.Analisis Sensitivitas

Gittinger (1986:250) menjelaskan analisis sensitivitas adalah analisis yang

dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang

berubah-ubah. Analisis ini dapat melihat kembali kepekaan manfaat sekarang

netto, atau terhadap biaya-biaya operasional yang terus meningkat. Di bidang

pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama

diantaranya harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil. Untuk

mengukur perubahan yang terjadi maka perlu diasumsikan bahwa perubahan-

perubahan yang terjadi itu hanya pada satu bagian saja, sedangkan yang lain

dianggap tetap (Sofyan, 2004: 117).

Analisis sensitivitas menentukan resiko investasi didasarkan pada

kemungkinan yang paling optimis sampai pada kemungkinan yang paling pesimis

(Suratman, 2001:137). Sehubungan dengan hal tersebut, maka dirasakan perlu

dilakukan analisis sensitivitas untuk menguji kelayakan usaha akibat adanya

perubahan-perubahan.

Page 34: Melon Hidroponik

18

2.2. Penelitian Terdahulu

Andriayani (2009), meneliti analisis kelayakan finansial usahatani cabai

dengan sistem irigasi tetes di PT. Agro 1973. Untuk menghitung kelayakan

finansial usahatani cabai dengan sistem irigasi tetes menggunakan kriteria

investasi berupa Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan

Payback Periode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan total

usahatani per tahun sebesar Rp. 150.766.200,- /tahun dengan produksi total

29.561 kg/tahun maka diperoleh payback periode selama 1 tahun 8 bulan.

Berdasarkan hasil perhitungan NPV dengan discount rate 12% diperoleh NPV

sebesar Rp. 72.598.248.- dan nilai IRR sebesar 25,68 %. Dapat disimpulkan

bahwa usahatani cabai dengan sistem irigasi tetes di PT. Agro 1973 layak untuk

diusahakan lebih lanjut, karena NPV bernilai positif (lebih dari nol) dan IRR lebih

besar dari discount rate.

Dwikawara (2010), melakukan penelitian analisis kelayakan finansial

jambu biji melalui penerapan irigasi tetes di desa Ragajaya, Bogor. Pada

penelitian tersebut nilai Net Present Value (NPV) yang diperoleh petani

menggunakan irigasi tetes dengan penurunan output hingga 15 % pada tingkat

suku bunga disconto 11 % adalah lebih besar Rp. 358.838.843.- atau 165,72%

dibandingkan dengan nilai NPV pada kondisi yang sama dengan pengairan tadah

hujan. Begitu pula dengan Net B/C Rasio, pada irigasi tetes Net B/C Rasio lebih

besar 2,8 atau 62,22% dan IRR lebih besar 12,28 % dibandingkan usahatani

jambu biji dengan tadah hujan. Akibat dari pemanfaatan teknologi irigasi tetes

tersebut, waktu pengembalian investasi lebih cepat 1 tahun 9 bulan. Dapat

Page 35: Melon Hidroponik

19

disimpulkan usahatani jambu biji dengan penerapan irigasi tetes ini cukup layak

untuk dijalankan usahanya.

2.3. Kerangka Pemikiran

Penelitian dimulai dengan mengamati keadaan PT. MUS khususnya di

Wahana Melon. Penelitian dilanjutkan dengan mendeskripsikan kegiatan usaha,

seperti budidaya melon hidroponik, tenaga kerja, dan penjualan terkait dengan

pemasaran yang dilakukan perusahaan. Hal-hal tersebut perlu diketahui untuk

melihat sejauh mana kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola usaha

budidaya melon hidroponik. Untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau

tidak dilakukan kajian pada segi finansial. Pertama akan dianalisis biaya-biaya

usaha yang dikeluarkan oleh perusahaan yang meliputi biaya tetap dan biaya

variabel. Kedua, dianalisis besarnya pendapatan yang diterima dari hasil

penjualan melon kemudian dianalisis Break Event Point (BEP) budidaya melon

hidroponik. Pada saat terjadi penurunan pendapatan perusahaan telah melakukan

reinvestasi solar tuff dan screen net. Biaya reinvestasi solar tuff dan screen net

tersebut menjadi landasan untuk menghitung penilaian kelayakan yaitu NPV,

IRR, Profitability Index, dan Payback Period. Untuk mengetahui sejauh mana

pengaruh yang terjadi atas perubahan harga di masa yang akan datang maka

dilakukan analisis sensitivitas. Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat

analisis sensitivitas pada penelitian diantaranya adalah : (1) peningkatan harga

benih melon sebesar 9%; (2) peningkatan harga nutrisi sebesar 9%; (3)

peningkatan harga tenaga kerja sebesar 9%; (4) peningkatan harga benih melon,

Page 36: Melon Hidroponik

20

nutrisi dan tenaga kerja sebesar 9%; (5) penurunan pendapatan sebesar 10%; (6)

peningkatan harga benih melon sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (7)

peningkatan harga nutrisi sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (8)

peningkatan upah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (9)

peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dengan

modal pinjaman 20%; (10) penurunan pendapatan sebesar 10% dengan modal

pinjaman 20%.

Hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan apabila usaha layak maka

usaha tersebut dapat terus dilaksanakan dan rekomendasi difokuskan pada

pengembangan perusahaan ke depan, sedangkan apabila usaha tersebut tidak

layak maka perusahaan tersebut harus mengadakan perbaikan dalam usaha dan

adanya pengefisienan terhadap biaya yang dikeluarkan dan perlu adanya

perbaikan dalam perusahaan. Untuk lebih jelas, maka alur kerangka pemikiran

dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 37: Melon Hidroponik

21

Page 38: Melon Hidroponik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di PT. Mekar Unggul Sari yang terletak di

Jalan Raya Jonggol KM 3, Cileungsi, Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan pada

bulan Oktober 2010.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

Sumber data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari data langsung perusahaan yang berupa

hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pimpinan Wahana Melon

PT. Mekar Unggul Sari dan karyawan dengan bantuan kuesioner yang telah

dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan dan

instansi yang terkait. Data sekunder juga diperoleh melalui proses membaca,

mempelajari, dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau

majalah, penelitian terdahulu, serta sumber-sumber data lainnya yang

berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

Page 39: Melon Hidroponik

23

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini akan menggunakan dua metode, yaitu :

1. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung dengan mengamati secara langsung objek penelitian

sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata tentang segala aktivitas

budidaya melon hidroponik dan keadaan wahana melon yang dikelola oleh

PT. MUS. Hasil pengamatan yang ada dijadikan pertanyaan untuk menyusun

daftar pertanyaan wawancara dalam rangka pengambilan data primer

(Lampiran 25).

2. Wawancara

Wawancara dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pimpinan

wahana melon dan karyawan di bidang pengolahan yang memiliki informasi

yang diperlukan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, biaya-biaya

produksi, teknik budidaya melon hidroponik, dan proses pemasaran.

3.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

3.4.1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui informasi mengenai

gambaran umum perusahaan, proses budidaya melon hidroponik, pemasaran hasil

melon hidroponik yang diterapkan pada PT. MUS, serta tenaga kerja yang

dipekerjakan.

Page 40: Melon Hidroponik

24

3.4.2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif mencakup pembahasan mengenai biaya-biaya usaha

meliputi biaya tetap, biaya variabel, hasil penjualan, dan biaya reinvestasi,

kemudian dilakukan analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik di

PT. MUS untuk melihat layak atau tidak usaha budidaya melon hidroponik

melalui perhitungan BEP, NPV, IRR, profitability index (PI), Payback Period dan

Analisis sensitivitas. Data kuantitatif diolah secara manual dengan menggunakan

kalkulator dan komputer dengan program Microsoft Excel sebagai alat bantu

perhitungan data serta hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.

3.4.2.1. Break Event Point (BEP)

Sutiyoso (2004: 93) menjelaskan bahwa Break Event Point (BEP)

merupakan titik impas karena pada titik tersebut usaha tidak memperoleh

keuntungan dan tidak pula rugi. Ada dua cara perhitungan BEP, yaitu BEP

produksi dan BEP harga.

BEP produksi = Total Biaya____ Harga Rata-rata / kg

BEP harga = Total Biaya_ Total Produksi

Page 41: Melon Hidroponik

25

3.4.2.3.Net Present Value (NPV)

Umar (2005 : 200) menjelaskan Net Present Value (NPV) merupakan

selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-

penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa

yang akan datang . Rumus NPV adalah sebagai berikut:

n CFt NPV = ∑ I0 t=1 ( 1 + K)t

dimana : CFt = aliran kas per tahun pada periode t I0 = investasi awal pada tahun 0 K = suku bunga (discount rate) Kriteria penilaian : - jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima

- jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak

- jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap waktu usulan

proyek diterima ataupun ditolak.

3.4.2.4.Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Umar (2005 : 198) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat

bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa

datang, atau penerimaan kas dengan pengeluaran investasi awal.

Rumus IRR adalah sebagai berikut:

n CFt I0 = ∑

t=1 ( 1 + IRR )t

Page 42: Melon Hidroponik

26

dimana : t = tahun ke n = jumlah tahun I0 = nilai investasi awal CF = arus kas bersih IRR = tingkat bunga yang dicari harganya

Kriteria penilaiannya adalah jika IRR yang didapat ternyata lebih besar

dari rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima.

3.4.2.5.Profitability Index (PI)

Menurut Umar (2005 : 201) Pemakaian metode profitability index (PI) ini

caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang

(present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan

datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang ditanamkan. Jadi,

profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk

dengan PV kas keluar. Rumus PI adalah sebagai berikut:

PV kas masuk PI =

PV kas keluar

Kriteria penilaiannya adalah:

1. Jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan.

2. Jika PI < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan.

3.4.2.6. Payback Period

Menurut Umar (2005 : 197) Payback period adalah suatu periode yang

diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment)

dengan menggunakan aliran kas. Rumus PBP adalah sebagai berikut:

Page 43: Melon Hidroponik

27

Nilai investasi Payback Period = x 1 tahun Kas Masuk Bersih

Kriteria penilaiannya adalah jika payback period lebih pendek waktunya

dari maximum umur proyek-nya maka usulan investasi dapat diterima.

3.4.2.7. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui seberapa peka kelayakan

usaha terhadap perubahan pada tiap-tiap bagian dari tahapan analisis usaha. Untuk

mengukur perubahan yang terjadi maka perlu diasumsikan bahwa perubahan-

perubahan yang terjadi itu hanya pada satu bagian saja, sedangkan yang lain

dianggap tetap (Sofyan, 2004: 117).

Penelitian ini akan diamati perubahan NPV, IRR, profitability index (PI),

dan Payback Period jika terjadi perubahan pada variabel-variabel alat analisis.

Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian

diantaranya adalah : (1) peningkatan harga benih melon sebesar 9%; (2)

peningkatan harga nutrisi sebesar 9%; (3) peningkatan upah tenaga kerja sebesar

9%; (4) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9%;

(5) penurunan pendapatan sebesar 10%; (6) peningkatan harga benih melon

sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (7) peningkatan harga nutrisi sebesar

9% dengan modal pinjaman 20%; (8) peningkatan upah tenaga kerja sebesar 9%

dengan modal pinjaman 20%; (9) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan

upah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (10) penurunan

pendapatan sebesar 10% dengan modal pinjaman 20%.

Page 44: Melon Hidroponik

28

Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Biaya-biaya yang digunakan adalah biaya riil dari apa yang sebenarnya terjadi.

2. Initial Invesment berasal dari biaya yang dikeluarkan untuk reinvestasi.

3. Kegiatan produksi yang dilakukan merupakan kegiatan produksi yang

optimal, sehingga volume produksi setiap tahun meningkat dengan asumsi

hingga tahun ke-10 mencapai produksi optimal. Dengan asumsi bahwa selama

periode tersebut, tidak terjadi peristiwa yang tidak dapat diprediksi

sebelumnya seperti bencana alam.

4. Harga jual melon ditetapkan berdasarkan kebijakan perusahaan yaitu terjadi

kenaikan harga sebesar Rp. 1000 per 2 tahun.

5. Umur proyek diasumsikan selama 10 tahun (umur ekonomis rumah plastik

setelah dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net adalah 10 tahun)

6. Tingkat diskonto yang digunakan dalam analisis ini adalah sebesar 14%, yang

merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi Bank Umum periode

2005-2009 (Lampiran 2).

7. Rata-rata inflasi nasional periode 2005-2009 sebesar 9% menjadi dasar

penentuan kenaikan harga biaya operasional (Lampiran 3).

8. Penurunan pendapatan sebesar 10% didasarkan pada kemungkinan

menurunnya produktivitas melon pada tahun mendatang.

9. Sumber modal terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman dengan

pinjaman sebesar 20%.

10. Biaya angsuran tetap selama 10 tahun dan biaya bunga berdasarkan sisa

pinjaman setiap tahunnya (Lampiran 9).

Page 45: Melon Hidroponik

29

3.5. Definisi Operasional

1. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada

perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk di

dalam interval tertentu. Biaya dikatakan tetap dilihat dari besarnya jumlah

biaya bukan per unit.

2. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan

perubahan tingkat produksi. Titik berat dari biaya variabel ini adalah jumlah

dari biaya variabel tersebut dan bukan besarnya biaya variabel per unit.

3. Biaya investasi adalah semua biaya yang dikeluarkan dan terpakai habis untuk

memulai usaha.

4. Biaya reinvestasi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki

kinerja perusahaan.

5. Total biaya adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek

berlangsung.

6. Penyusutan adalah biaya yang secara periodik harus dikeluarkan sebagai

konsekuensi atas penurunan kinerja asset, mesin, atau alat akibat pemakaian.

7. Umur ekonomis adalah umur dari suatu asset yang berakhir secara ekonomi

penggunaan asset tersebut tidak menguntungkan lagi secara ekonomi,

walaupun secara teknis umur teknis asset tersebut masih dapat dipakai.

8. Umur teknis adalah umur asset yang berlaku secara teknis asset yang dipakai

tidak dapat dipergunakan lagi.

9. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga yang naik secara umum dan

terus-menerus.

Page 46: Melon Hidroponik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Profil PT. Mekar Unggul Sari

PT. Mekar Unggul Sari adalah perusahaan yang mengelola Taman Wisata

Mekarsari. Taman Wisata Mekarsari didirikan atas inisiatif Yayasan Purna Bhakti

Pertiwi yang diketuai oleh Almarhumah Ibu Tien Soeharto. Taman Wisata

Mekarsari mulai beroprasi pada tanggal 14 Oktober 1995, dan diresmikan pada

tanggal 14 Oktober 1995 oleh presiden Soeharto.

Secara terinci tujuan pokok PT. MUS adalah untuk:

1. Menciptakan kebun hortikultura yang terdiri atas kebun buah, kebun sayur,

dan tanaman hias.

2. Memberikan alternatif obyek wisata baru bagi wisatawan asing maupun

domestik.

3. Taman rekreasi hortikultura yang kelak dapat dikembangkan menjadi pusat

studi hortikultura terutama bagi buah-buahan dan sayur-sayuran dataran

rendah.

4. Memanfaatkan potensi yang ada untuk pengembangan, penelitian, dan

produksi, baik melalui pembinaan maupun pemberdayaan para petani.

5. Menciptakan lapangan kerja baru di lingkungan kecamatan Cileungsi.

6. Memanfaatkan secara maksimum segenap potensi yang ada dengan azas

pertimbangan keselarasan lingkungan tetap terjaga.

Page 47: Melon Hidroponik

31

PT. MUS dibangun di atas areal bekas perkebunan karet di wilayah

Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas areal

seluruhnya 266,4 Ha, menghampar di desa Mekarsari, Dayeuh, Mampir, dan

Cileungsi Kidul, berada pada ketinggian 70-80 meter di atas permukaan laut.

Proses pembangunan terdiri dari 3 tahapan, yaitu:

1. Tahap pertama pembangunan sarana penunjang, yaitu bangunan air terjun

(BAT), jalan, kebun, nursery, hidroponik, instalasi pipa air dan instalasi

listrik. Pengelolaan tahap ini diserahkan kepada PT. MUS yang diselesaikan

pada tanggal 1 Januari 1995.

2. Tahap kedua, meliputi pembangunan gedung pengelolaan atau Graja Krida

Sari (GKS), plaza, bursa bibit dan bursa tanaman (garden center), bursa

buah, shelter kereta, tempat ibadah dan peturasan. Pembangunan tahap kedua

ini diselesaikan sebelum peresmiannya yaitu pada tanggal 14 Oktober 1995.

3. Tahap ketiga, meliputi pembangunan laboratorium, gudang pasca panen,

kebun percobaan, instalasi pengelolaan limbah, dan rumah plastik

(greenhouse).

4.2. Visi dan Misi

Visi yang diterapkan oleh PT. Mekar Unggul Sari adalah “Agroturism

and Education / Consultan Service”.

Visi yang ingin dicapai tersebut tertuang dalam misinya, yaitu :

Meningkatkan daya tarik wisata melalui diversifikasi produk (temati dan

penuh petualangan) dan mutu pelayanan wisata.

Page 48: Melon Hidroponik

32

Menciptakan kebun hortikultura yang terdiri dari kebun buah-buahan,

sayuran, bunga-bungaan, dan tanaman hias yang berfungsi sebagai kebun

produksi, kebun koleksi juga sekaligus sebagai plasma nutfah.

4.3. Letak dan Keadaan Geografis

PT. MUS terletak di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol KM 3. Dibangun di

atas areal bekas perkebunan karet di wilayah Kecamatan Cileungsi, Kabupaten

Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas areal seluruhnya 266,4 Ha, menghampar di

desa Mekarsari, Dayeuh, Mampir, dan Cileungsi Kidul, berada pada ketinggian

70-80 meter di atas permukaan laut. Dengan letak geografis pada 060 35’ LS dan

1060 52’ BT. Curah hujan cukup besar berkisar 3000-4000 mm/th, suhu udara

harian 250 C -400 C.

4.4. Struktur Organisasi

PT. MUS dipimpin oleh seorang Direktur Utama (Dirut). Dalam

menjalankan tugasnya Dirut diawasi oleh komisaris. Direktur utama dibantu oleh

seorang General Manajer (GM) yang bertugas untuk memimpin operasional

harian perusahan, bertanggung jawab atas jalannya roda perusahaan, memberikan

pertimbangan atas kinerja perusahaan, mengontrol dan mengevaluasi hasil

perencanaan perusahaan. GM dibantu oleh marketing dan PR, legal serta

sekretaris. GM juga dibantu oleh seorang penasehat atau disebut GM advisor. GM

membawahi 4 divisi yaitu divisi komersil, divisi operasional, divisi akuntansi dan

Page 49: Melon Hidroponik

33

keuangan serta divisi riset dan development (Lampiran 23). Mekanisme kerja

masing-masing divisi adalah sebagai berikut :

1. Divisi Komersil

Divisi komersil membawahi 3 bagian pengembangan usaha di antaranya :

a. Bagian Pengembangan Usaha Agro (PUA) yang menangani urusan

penjualan bibit tanaman di bursa dan penjualan buah hasil panen kebun di

bursa buah termasuk penjualan ekstern.

b. Bagian Pengembangan Usaha Wisata (PUW) yang bertanggung jawab atas

pengembangan usaha Taman Wisata Mekarsari.

c. Bagian Pengembangan Usaha Khusus (PUK) yang bertanggung jawab

terhadap proyek-proyek khusus yang sedang dilaksanakan oleh perusahaan

seperti SPBU Taman Wisata Mekarsari.

2. Divisi Operasional

Divisi Operasional bertanggung jawab atas kelancaran operasional

perusahaan. Divisi ini membawahi 3 bagian, yaitu :

a. Bagian Sumber Daya Manusia dan Hubungan Industria (SDM & HI) yang

bertanggung jawab terhadap kinerja seluruh karyawan dan staf serta

dalam bidang recruitment karyawan baru, keamanan dan HI, kebijakan

dan administrasi personalia serta klinik yang ada di Taman Wisata

Mekarsari.

b. Bagian Sarana dan Perlengkapan yang berperan dalam bidang pengadaan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan perusahaan.

Page 50: Melon Hidroponik

34

c. Bagian Umum dan Pengadaan yang bertanggung jawab atas segala

kegiatan umum serta segala sarana dan prasarana kebutuhan perusahaan

seperti peralatan kantor, sarana produksi pertanian (saprotan) dan sarana

transportasi.

3. Divisi Akuntansi dan Keuangan

Divisi Akuntansi dan Keuangan berperan dalam manajemen keuangan

PT. MUS. Bagian akuntansi terbatas hanya pada proses pembukuan,

sedangkan bagian keuangan bertugas dan berwenang untuk mengeluarkan kas

perusahaan maupun penerimannya.

4. Divisi Riset dan Development (R&D)

Divisi Riset dan Development (R&D) bertanggung jawab terhadap kegiatan

penelitian, produksi dan pemeliharaan koleksi bibit tanaman. Dalam

menjalankan tugasnya kepala Divisi Riset dan Development (R&D) dibantu

oleh seorang staf ahli yang bertugas untuk mencari pengetahuan atau teknik

baru dan sedang berkembang saat ini khususnya dibidang budidaya buah

unggul yang selanjutnya akan dikembangkan ke bidang penelitian.

Divisi Riset dan Development (R&D) membawahi 3 bagian, yaitu :

a. Bagian Electrical Data Processing dan Information Center (EDP & Inf.

Center) yaitu bagian yang membawahi seksi data elektronik tugasnya

mengurusi data-data PT. MUS dengan komputerisasi dan seksi distribusi

informasi yang bertugas menyampaikan informasi PT. MUS ke

masyarakat maupun karyawan melalui internet.

Page 51: Melon Hidroponik

35

b. Bagian Penelitian dan Diklat membawahi seksi pemuliaan, seksi kebun

induk, dan laboratorium, serta seksi diklat dan kerjasama.

c. Bagian Kebun dan Produksi membawahi pembibitan dan hidroponik,

kebun koleksi buah dan kebun komersial.

4.5. Wahana Melon PT. Mekar Unggul Sari

4.5.1. Sarana Hidroponik

Luas areal wahana melon hidroponik seluas 3465 m2. Sarana yang ada

pada Wahana melon hidroponik di PT. MUS yaitu rumah plastik, sistem irigasi,

dan ruang nutrisi.

a. Rumah Plastik

PT. MUS memiliki 33 Unit rumah plastik, yaitu 24 unit untuk budidaya melon

secara tambulapot, 7 unit untuk budidaya melon secara hidroponik, 1 unit

untuk budidaya sayuran, dan 1 unit untuk pembibitan. Rumah plastik untuk

penanam budidaya melon secara hidroponik memiliki ukuran dengan panjang

40 m, lebar 6,5 m, dan tinggi 4 m. Sedangkan rumah plastik untuk pembibitan

memiliki ukuran dengan panjang 10 m, lebar 4,5 m, dan tinggi 2,5 m. Menurut

Robinson dalam Rosliani dan Sumarni (2005:15) pada umumnya untuk daerah

tropis seperti Indonesia, bagunan rumah plastik menggunkan plastik dan kasa.

Selain untuk mengurangi panas yang berlebihan, penggunaan bahan tersebut

juga fleksibel dan murah. Di PT. MUS tipe rumah plastik untuk budidaya

melon hidroponik adalah piggy back. Kerangka rumah plastik terbuat dari besi

galvanis yang memiliki ketahanan selama ± 20 tahun. Bahan atapnya

Page 52: Melon Hidroponik

36

menggunakan solar tuff yang tahan lama. Dinding rumah plastik terbuat dari

lembaran kasa (screen) yang memiliki daya tahan 4-6 tahun. Ketinggian

dinding dibuat menutup 2/3 bagian disetiap sisinya agar sirkulasi udara lancar.

Dinding berupa lembaran kasa ini berfungsi untuk mencegah dan menetrasi

hama kedalam rumah plastik. Didalam rumah plastik terdapat 10 rak

penanaman yang terbagi menjadi 2 bagian. Rak ini terbuat dari besi dan kawat

dengan ketinggian 40 cm. lantai dasar diplester dengan semen dan pada bagian

bawah rak penanaman dibiarkan saja dengan adanya tanah yang berfungsi

untuk menyerap air yang terbuang saat penyiraman tanaman pada media diatas

rak penanaman sehingga tidak membanjiri lantai.

b. Sistem Irigasi

PT. MUS menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation) untuk budidaya

melon hidroponik. Prinsip kerja irigasi tetes ini adalah mengalirkan larutan

nutrisi setetes demi tetes melalui emitter. Larutan nurisi dipompa kemudian

klep tangki dibuka agar dapat disalurkan melalui filter. Klep pengendali rumah

plastik sebelum memasuki pipa utama dibuka, larutan nutrisi kemudian

disalurkan melalui pipa distribusi utama. Pipa tersebut dihubungkan oleh

manifold. Saluran manifold ditutup dengan klep yang terdapat pada masing-

masing instalasi irigasi setiap GH sehingga harus dibuka. Klep itulah yang

menjadi pengendali operasi sistem dalam rumah plastik. Manifold dihubungkan

dengan pipa literal, tempat emitter ditempatkan. Larutan nutrisi mengalir

melalui pipa lateral yang kemudian menetes melalui emitter yang mengairi

Page 53: Melon Hidroponik

37

tanaman. Efisiensi irigasi tercapai apabila nutrisi telah menetes dari lubang

polibag.

c. Ruang Nutrisi

PT. MUS memiliki sebuah ruang nutrisi yang merupakan ruang kendali

penyiraman melon yang didalamnya terdapat 6 tangki nutrisi aplikasi 1000 L

yaitu 2 tangki vegetatif, 2 tangki generatif awal dan 2 tangki generatif akhir. 5

buah drum stok aplikasi 100 L yaitu drum vegetatif A, drum vegetatif B, drum

generatif A, drum generatif B, dan larutan stok bibit. 1 buah pompa yang

berfungsi untuk mengalirkan air dan larutan nutrisi ke tanaman. 1 buah filter

yang berfungsi untuk menyaring kotoran sehingga tidak menghambat jalannya

proses irigasi. Nutrisi melon yang digunakan PT. MUS adalah jenis pupuk

A&B Mix melon. Alasan menggunakan pupuk ini karena A&B Mix

mengandung unsur makro dan mikro yang diperlukan tanaman untuk

menghasilkan kualitas dan kuantitas produksi yang optimal. Masing-masing

stok dilarutkan menjadi 90 liter air yang dimasukkan dalam drum plastik 100 l

atau biasa dinamakan larutan stok. Untuk penggunaan penyiraman masih

diencerkan lagi pada tangki 1000 l atau dinamakan larutan jadi.

4.5.2. Teknik Budidaya Melon Hidroponik

Budidaya merupakan proses pengembangan suatu komoditas tanaman

untuk memperoleh hasil produk sesuai dengan yang diinginkan. Adapun

langkah-langkah budidaya melon hidroponik antara lain (Lampiran 22):

Page 54: Melon Hidroponik

38

a. Pembibitan

Kegiatan ini dilaksanakan selama 14 hari. Kegiatan ini meliputi

penghitungan jumlah benih, perendaman benih, persiapan media semai,

persemaian, dan transplanting.

1. Penghitungan jumlah benih

Penghitungan jumlah benih dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pada

setiap penanaman dalam GH. Setiap GH terdapat 324 polybag penanaman

buah yang berkapasitas 2 tanaman setiap polybagnya, sehingga setiap GH

setidaknya diperlukan 648 bibit melon yang diperoleh dari 700-750 benih

yang memiliki daya kecambah 80 % - 90 %.

2. Perendaman benih

Benih direndam delam 1 liter air yang diberi zat pengatur tumbuh (ZPT). ZPT

yang digunakan adalah jenis raptor dengan konsentrasi 2 ml/l. Benih

direndam selama 12 jam.

3. Persiapan media semai

Media yang digunakan untuk media semai adalah arang sekam dan cocofeat

dengan perbandingan 2 : 1. Alasan menggunakan media semai ini karena

media semai ini poros dan remah sehingga hipokotil akan mudah keluar dan

mempercepat waktu perkecambahan.

4. Persemaian

Penyemaian dilakukan dengan penanaman benih pada media semai.

Page 55: Melon Hidroponik

39

5. Transplanting

Transplanting adalah pemindahan bibit dari media semai ke media tumbuh.

Media tumbuh yang digunakan adalah rockwool. Rockwool yang digunakan

berbentuk kubus dengan ukuran 4x4x4 cm yang kemudian diletakkan

kedalam tray. Tujuan transplanting adalah untuk meminimalisir kerusakan

pada saat penanaman di media arang sekam.

b. Pratanam

Kegiatan ini dilaksanakan selama 14 hari. Kegiatan ini meliputi sanitasi

rumah plastik, sterilisasi rumah plastik dan persiapan medaia tanam.

1. Sanitasi rumah plastik

Sanitasi rumah plastik dilakukan untuk menghilangkan gulma dan rumput.

2. Sterilisasi rumah plastik

Sterilisasi dilakukan dengan cara penyemprotan campuran dithane M-45 dan

Curacron yang dilarutkan dalam 60 l air dengan dosis 2 ml/L.

3. Persiapan media tanam

Media yang digunakan untuk budidaya melon hidroponik di PT. MUS adalah

arang sekam.

c. Penanaman

Penanaman dilakukan pada bibit yang telah berumur 10-14 hari yang

biasanya sudah memiliki jumlah daun 3-4 helai daun.

d. Pemeliharaan tanaman

Kegiatan pemeliharaan tanaman melon harus dilakukan secara

berkesinambungan dan hati-hati. Pemeliharaan tanaman melon meliputi

Page 56: Melon Hidroponik

40

penyiraman larutan nutrisi, pelilitan, pewiwilan, pemangkasan, penyerbukan,

seleki buah, topping, dan pengendalian hama penyakit tanaman (HPT).

1. Penyiraman nutrisi

Nutrisi yang telah dibuat terlebih dahulu diukur EC dan PH dengan EC meter

dan PH meter, sebelum dilakukan penyiraman. Penyiraman nutrisi melon

dilakukan setiap 1 jam sekali dengan volume air yang diperlukan sesuai

dengan usia pertumbuhan melon tersebut. Adapun pedoman volume

penyiraman nutrisi melon adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Pedoman Penyiraman

Umur Tanaman Volume Nutrisi 1 – 14 hari 100 ml

15 – 21 hari 200 ml 22 – 30 hari 300 ml 31 – 37 hari 350 ml 38 – 60 hari 400 ml 61 – 70 hari 350 ml 71 – 75 hari 200 ml

Sumber : PT. Mekar Unggul Sari

2. Pelilitan

Pelilitan dilakukan pada tanaman melon setelah berumur ± 6 hari setelah

tanam. Pelilitan berfungsi untuk memberi sokongan pada tanaman agar dapat

tumbuh tegak.

3. Pewiwilan

Pewiwilan pada tanaman melon merupakan kegiatan pembuangan tunas air

dan calon bunga serta sulur yang tidak diinginkan. Fungsi pewiwilan ini

adalah untuk mengarahkan penyaluran asimilat ke pertumbuhan tertentu yang

diinginkan. Pewiwilan dapat dilakukan seminggu setelah tanam pada semua

Page 57: Melon Hidroponik

41

tunas-tunas yang tumbuh di ketiak daun pada ruas ke-1 sampai ke-11. Tunas

yang tumbuh pada ruas ke 12-14 dipelihara untuk dibuahkan.

4. Penyerbukan

Penyerbukan dilakukan setelah pemeliharaan tunas ke 14 – 16, setelah

tanaman berbunga kira-kira sudah berusia 21 hari setelah tanam. Penyerbukan

dilakukan secara buatan yaitu dengan mengambil bunga jantan yang berada

diketiak daun, kemudian mahkota bunga jantan dibuang lalu putar bunga

jantan tersebut sampai sebuk sari menempel keputik bakal buah bunga betina.

5. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan setelah tanaman melon berusia 30 – 40 hari,

pemangkasan ini dimulai dari bagian bawah tanaman melon, daun melon yang

dipangkas hanya 3 – 4 helai daun saja..

6. Seleksi buah

Seleksi buah dilakukan ketika buah berukuran sebesar telur ayam, karena

untuk budidaya melon hidroponik di PT. MUS dalam satu tanaman hanya

satu buah yang dipertahankan agar nutrisinya tidak terserap pada buah lain.

Seleksi buah ini dilakukan untuk memproduksi buah yang baik pada setiap

tanaman.

7. Topping

Topping adalah penghentian pertumbuhan vegetatif dengan cara

pemangkasan pucuk pada tanaman melon. Topping dilakukan agar nutrisi

terserap pada buah pertama sehingga dapat mempercepat pertumbuhan buah.

Page 58: Melon Hidroponik

42

8. Pengendalian hama penyakit tanaman (HPT)

Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan melakukan penyemprotan

insektida dan fungisida setiap dua minggu sekali. Penyemprotan dihentikan

saat tanaman berumur 2 minggu sebelum panen. Hama yang menyerang

tanaman melon dalam rumah plastik pada umumnya masuk melalui bagian

atas rumah plastik yang terbuka. Hama yang sering muncul pada budidaya

melon di PT. MUS adalah ulat daun dan thrip, sedangkan penyakit yang

menyerang adalah embun tepung.

a. Ulat daun (Palpita sp)

Ulat ini menyerang daun pada bagian atas. Pestisida yang digunakan

adalah regent.

b. Thrip (Frakliniella sp)

Pengendaliannnya adalah penyemprotan insektisida regent, abuki 50 SL,

agrimec 18 EC dengan dosis 1-2 ml/l.

c. Embun Tepung (Powdery mildew)

Pengendaliaannya adalah dengan penyemprotan fungisida belkute 40

WP, nimrot 250 EC dengan dosis 2-3 ml/l.

e. Panen

Panen merupakan tahap akhir dari proses budidaya melon hidroponik pada

PT. MUS. Buah melon dapat dipanen pada umur 60-75 hari setelah tanam

ditandai dengan mengeringnya 2 helai daun diatas buah melon tersebut. Proses

pemanenan buah melon dilakukan dengan memilih buah yang benar-benar sudah

mengalami masak fisiologis dan pemetikkan dilakukan menggunakan gunting

Page 59: Melon Hidroponik

43

panen. Pemetikan dilakukan pada tangkai buah paling tidak sepanjang 3 cm dari

pangkal buah. Hal ini bertujuan untuk menambah masa simpan buah dari

kerusakan mikrobiologis baik dari bakteri maupun virus.

Proses pemanenan difokuskan untuk pemenuhan wisata petik pengunjung,

sehingga panen dilakukan setiap hari. Pengunjung secara langsung dapat memilih

buah yang diinginkan dan sekaligus merasakan panen melon dengan tangan

sendiri. Pemetikan oleh pengunjung turut diawasi oleh karyawan sekaligus

diberikan penjelasan kepada pengunjung bagaimana cara panen buah melon yang

baik dan menjelaskan tentang budidaya melon itu sendiri. Panen yang dilakukan

pengunjung tidak dibatasi, sehingga pengunjung dapat melakukan panen sesuai

dengan konsumsi pengunjung.

4.5.3. Pemasaran

Buah melon yang dibudidayakan di PT. MUS ditujukan untuk komersial

sebagai sarana petik buah di wahana melon Taman Wisata Mekarsari dan

pemenuhan konsumsi pengunjung. Oleh karena itu, PT. MUS melakukan produksi

melon secara berkesinambungan. Pangsa pasar yang dapat diserap oleh pengelola

yaitu pengunjung Taman Wisata Mekarsari. Khususnya pengunjung greenland

dan pengunjung reguler.

Page 60: Melon Hidroponik

44

4.5.4. Tenaga Kerja

Jumlah karyawan pada wahana melon seluruhnya sebanyak empat orang

yang merupakan tenaga kerja kontrak per satu tahun, setiap habis kontrak

perusahaan memberikan waktu jeda maksimal satu bulan, kemudian diperpanjang

kembali. Rata-rata tingkat pendidikan SMU dan SMP. Jam kerja karyawan yaitu

dari jam 08.00 -16.00 WIB. Tenaga kerja diberi kesempatan libur 1 hari dalam

seminggu secara bergiliran. Gaji dan upah adalah salah satu faktor pendukung

yang dapat memicu karyawan dan juga sebagai penunjang kesejahteraan

karyawan, karena itu penentuan besarnya gaji menjadi hal yang penting untuk

diperhatikan dan merupakan salah satu standarisasi operasional manajemen

perusahaan. Penentuan gaji didasarkan atas sistem gaji yang berlaku diperusahaan.

Perusahaan hanya memberikan gaji perbulan, tidak ada uang lembur, insentif dan

tunjangan lainnya.

Page 61: Melon Hidroponik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik merupakan suatu

analisis yang didasarkan pada harga-harga riil dari apa yang sebenarnya terjadi di

PT. MUS. Hal yang akan dianalisis adalah biaya dari kegiatan budidaya melon

hidroponik. Selain itu, analisis finansial juga akan memberikan gambaran penilaian

kinerja perusahaan serta prospek usaha di masa akan datang. Analisis finansial akan

memberikan informasi sejauh mana posisi budidaya melon hidroponik di PT. MUS

terhadap perubahan-perubahan biaya dan pendapatan yang terjadi.

5.1. Struktur Biaya

Biaya-biaya yang dikeluarkan pada usaha budidaya melon hidroponik

PT. MUS terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Dalam menghitung analisa

BEP budidaya melon hidroponik di PT. MUS menggunakan analisa pendapatan

pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, berdasarkan data yang diterima dari

PT. MUS. Untuk menghitung analisis kelayakan finansial (NPV, IRR, PI, dan

Payback Period) menggunakan Cash flow perhitungan selama 10 tahun yaitu dari

tahun 2010 sampai dengan 2019 yang didasarkan pada umur ekonomis rumah

plastik (greenhouse) setelah dilakukannya reinvestasi.

Page 62: Melon Hidroponik

46

5.1.1. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang nilainya tidak berubah dan tidak dipengaruhi

oleh volume produksi. Pada usaha budidaya melon hidroponik PT. MUS, biaya

tetap meliputi sewa lahan, penyusutan sarana hidroponik, dan penyusutan peralatan.

Biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh PT. MUS sebesar Rp 8.803.833,-. Rincian

biaya tetap terdapat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Biaya Tetap Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS per Tahun

No. Komponen Jumlah (Rp) Persentase (%) 1 Sewa lahan 3465m2 2,600,000 29.53 2 Rumah plastik 3,500,000 39.76 3 Penyusutan sarana 2,333,333 26.50 4 Penyusutan peralatan 250,500 2.85 5 Perlengkapan 120,000 1.36

Total Biaya Tetap 8,803,833 100 Sumber: Data Primer, diolah 2011

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk

sewa lahan dengan luas 3465m2 sebesar Rp. 2.600.000 per tahun. Perhitungan biaya

sewa lahan dapat dilihat pada Lampiran 4. Rumah plastik Rp. 3.500.000 per tahun.

Biaya penyusutan sarana hidroponik yang meliputi rumah plastik pembibitan,

sistem irigasi tetes, dan ruang nutrisi sebesar Rp. 2.333.333 per tahun (Lampiran 5).

Alat-alat yang digunakan meliputi handspayer, EC meter, PH meter, tangga

dorong, selang air, keranjang panen, drum plastik 100 L, timbangan duduk, tray

pembibitan, dan bak semai. Penyusutan peralatan sebesar Rp. 250.500 per tahun.

Biaya perlengkapan yang harus disediakan setiap tahunnya Rp. 120.000.

Page 63: Melon Hidroponik

47

Budidaya melon hidroponik membutuhkan sebuah naungan atau rumah

plastik (GH) untuk kegiatan budidayanya, sehingga membutuhkan suatu investasi

yang cukup besar mencapai 39,76%.

5.1.2. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah dan berhubungan

langsung dengan produksi melon hidroponik yang dijalankan PT.MUS, oleh karena

itu setiap tahunnya biaya variebel selalu berubah. Komponen biaya variabel

tersebut terdiri dari biaya benih melon, polibag, media tanam, nutrisi, pestisida,

listrik dan air, tenaga kerja, dan biaya tak terduga (Lampiran 6).

Tabel 3. Biaya Variabel Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS

No. Komponen 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah (Rp)

Jumlah (Rp)

Jumlah (Rp)

Jumlah (Rp)

Jumlah (Rp)

Jumlah (Rp)

1 Benih Melon 500,000

500,000

500,000

550,000

600,000

650,000

2 Polibag 176,000

176,000

176,000

203,500

220,000

275,000

3 Media Tanam 329,500

329,500

329,500

358,000

378,000

398,500

4 Nutrisi 543,040

543,040

600,040

652,540

707,545

707,545

5 Pestisida 59,953

61,078

63,758

63,788

68,230

78,625

Total biaya /produksi 1,608,493

1,609,618

1,669,298

1,827,828

1,973,775

2,109,670

Periode Produksi 20 20 20 15 23 23

Total biaya /tahun 32,169,860

32,192,360

33,385,960

27,417,420

45,396,825 48,522,410

6 Listrik dan Air 1,080,000

1,140,000

1,200,000

1,260,000

1,380,000

1,500,000

7 Tenaga Kerja 31,200,000

33,600,000

36,000,000

38,400,000

40,800,000

43,200,000

8 Biaya tak terduga 6,444,986

6,693,236

7,058,596

6,707,742

8,757,683

9,322,241

Total Biaya Variabel 70,894,846

73,625,596

77,644,556

73,785,162

96,334,508 102,544,651

Sumber: Data Primer, diolah 2011

Page 64: Melon Hidroponik

48

Berdasarkan Tabel 3, total biaya variabel budidaya melon hidroponik pada

tahun 2005 Rp. 70.897.846, tahun 2006 Rp. 73.625.596, tahun 2007 Rp.

77.644.556 dengan 20 kali panen yang dilakukan dari 7 GH. Tahun 2008 Rp.

73.785.162 dengan 15 kali panen yang dilakukan dari 7 GH. Tahun 2009

perusahaan melakukan evaluasi manajemen produksi, sehingga produksi lebih

dioptimalkan dengan menambah masa panen menjadi 23 kali panen. Total biaya

variabel yang dikeluarkan pada tahun 2009 sebesar Rp. 96.334.508 dan pada tahun

2010 Rp. 102.544.651.

a. Benih melon

Benih melon yang digunakan oleh PT. MUS terdiri dari beberapa varietas yang

tergolong langka dipasaran yaitu Golden Langkawi, Glamour, Apollo dan

Honey Globe. Harga untuk setiap varietas relatif sama.

b. Polibag

Penggunaan polibag dilakukan saat proses penanaman dan digunakan hanya

untuk satu kali tanam. 1 unit rumah plastik penanaman dibutuhkan 324

polibag, setiap 1 kg berisi 30 lembar polibag, sehingga untuk 1 unit rumah

plastik penanaman membutuhkan ± 11 kg polibag.

c. Media tanam

Media tanam yang digunakan oleh PT.MUS terdiri dari campuran cocofeat dan

arang sekam serta rockwool pada saat pembibitan, dan arang sekam pada saat

penanaman. Satu periode produksi membutuhkan 3 batang rockwool, 2 kg

cocofeat, dan 40 karung arang sekam.

Page 65: Melon Hidroponik

49

d. Nutrisi

Nutrisi yang digunakan adalah A&B Mix Melon, KNO3, dan HNO3. setiap

satu periode produksi membutuhkan 1 set A&B Mix Melon, 1 kg KNO3, dan 5

ltr HNO3. Raptor digunakan sebagai nutrisi benih pada saat proses penyemaian,

sehingga hanya membutuhkan 2 ml. Kebutuhan nutrisi dan biaya dapat dilihat

pada Lampiran 6.

e. Pestisida

Pestisida yang biasa digunakan adalah provikur N sebanyak 10 ml yang

dicampurkan dengan 500 ml air yang digunakan pada saat transplanting.

Furadan sebanyak 650 gr untuk 1 unit rumah plastik penanaman dengan dosis

2 gr/polibag digunakan pada saat persiapan penanaman. Curacron, dethane,

agrimec, belkute, regent, nimrot, dan abuki digunakan pada saat proses

pemeliharaan tanaman jika terlihat hama yang menyerang pada tanaman.

Penggunaan pestisida tersebut sesuai dengan hama dan penyakit yang

menyerang tanaman.

f. Listrik dan air

Listrik menggunakan daya sebesar 900 watt untuk penggunaan 7 unit GH,

digunakan untuk penerangan, penggunaan mesin air dan sistem irigasi untuk

penyiraman.

g. Tenaga kerja

Tenaga kerja yang dipekerjakan untuk wahana melon hidroponik sebanyak 4

orang. 3 orang sebagai penanggung jawab rumah plastik penanaman dan 1

orang untuk penaggung jawab rumah plastik pembibitan dan nutrisi. Setiap

Page 66: Melon Hidroponik

50

penanggung jawab rumah plastik penanaman bertanggung jawab mulai dari

sanitasi rumah plastik, persiapan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman,

sampai dengan panen. Penanggung jawab pembibitan bertanggung jawab

penuh atas ruang nutrisi, mulai dari penyiraman nutrisi, penyemaian,

transplanting, sampai pembibitan. Kebijakan perusahaan dalam menaikkan

gaji karyawan adalah setiap tahun menaikkan gaji sebesar Rp. 50.000.

h. Biaya tak terduga

Biaya ini digunakan untuk pengeluaran yang tidak terduga seperti pembelian

sabun untuk pencucian wadah, perawatan mesin dan rumah plastik, dan

sebagainya. Jumlah biaya tak terduga sebesar 10 % dari total biaya variabel.

5.1.3. Total biaya

Total biaya merupakan penjumlahan seluruh komponen biaya, baik biaya

tetap maupun biaya variabel. Total biaya usaha budidaya melon hidroponik

PT. MUS dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Total Biaya Usaha Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS

No. Komponen 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah (Rp)

Jumlah (Rp)

Jumlah (Rp)

Jumlah (Rp)

Jumlah (Rp)

Jumlah (Rp)

1 Biaya tetap 8,803,833

8,803,833

8,803,833

8,803,833

8,803,833

8,803,833

2 Biaya variabel 70,894,846 73,625,596 77,644,556 73,785,162 96,334,508 102,544,651

Total Biaya 79,698,679

82,429,429

86,448,389

82,588,995

105,138,341

111,348,484

Sumber: Data Primer, diolah 2010.

Page 67: Melon Hidroponik

51

Pada Tabel 4 terlihat bahwa total biaya budidaya melon hidroponik

PT. MUS pada tahun 2005 Rp. 79.698.679, tahun 2006 Rp. 82.429.429, tahun 2007

Rp. 86.448.389, tahun 2008 Rp. 82.588.995, tahun 2009 sebesar Rp. 105.138.341

dan pada tahun 2010 .Rp. 111.348,484. Proporsi biaya variabel lebih besar

dibandingkan biaya tetap, hal ini dikarenakan usaha budidaya melon hidroponik

membutuhkan pemeliharaan dan perawatan yang teratur selama proses budidaya.

5.2. Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Melon Hidroponik

Penerimaan budidaya melon hidroponik diperoleh dari jumlah produksi

melon yang terjual ke konsumen (volume penjualan) dalam satu tahun dikalikan

dengan harga jual yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Penetapan harga

ditentukan oleh perusahaan dengan kebijakan mengalami kenaikkan Rp. 1.000 per

2 tahun. Harga jual melon PT. MUS relatif lebih tinggi dari harga jual melon

dipasaran dengan varietas yang sama, hal ini terjadi karena harga yang ditentukan

oleh perusahaan sudah memiliki nilai edukasi dan pariwisata.

Pendapatan budidaya melon hidroponik diperoleh dari selisih antara

penerimaan dengan total biaya. Analisa pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 7.

Perhitungan penerimaan dan pendapatan budidaya melon hidroponik PT. MUS

dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 68: Melon Hidroponik

52

Tabel 5. Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS

Tahun Volume

Penjualan (kg)

Harga Jual (Rp)

Penerimaan (Rp)

Total Biaya (Rp)

Pendapatan (Rp)

2005 11473 9,000 103,257,000

79,698,679 23,558,321

2006 11653 9,000 104,877,000

82,429,429 22,447,571

2007 10842 10,000 108,420,000

86,448,389 21,971,611

2008 7247 10,000 72,470,000

82,588,995

(10,118,995)

2009 10525 11,000 115,775,000

105,138,341 10,636,659

2010 12673 11,000 139,403,000

111,348,484 28,054,516

Sumber: Data Primer, diolah 2010.

5.3. Analisis Break Event Point (BEP)

Analisis Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan yang

berhubungan dengan produk, dimana pada kondisi ini perusahaan tidak

memperoleh laba dan tidak menderita kerugian atau tingkat keuntungan usaha ini

sama dengan nol. BEP terjadi ketika jumlah penerimaan penjualan sama besar

dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Perhitungan BEP usaha ini ditinjau

berdasarkan harga jual dan volume produksi per tahun dalam satu unit rumah

plastik. Analisis BEP budidaya melon hidroponik dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 69: Melon Hidroponik

53

Tabel 6. Hasil Analisis BEP Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS

No. Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010 A PENERIMAAN

Penjualan Melon 11,473 11,653 10842 7,247 10,525 12,673

Harga Jual 9,000 9,000 10,000 10,000 11,000 11,000

Total Penerimaan 103,257,000 104,877,000 108,420,000 72,470,000 115,775,000 139,403,000

B BIAYA

1 Biaya Tetap

Sewa lahan 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000 2,600,000

Sewa rumah plastik penanaman 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000

Penyusutan sarana hidroponik 2,333,333 2,333,333 2,333,333 2,333,333 2,333,333 2,333,333

Penyusutan peralatan 250,500 250,500 250,500 250,500 250,500 250,500

Peralatan 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

Total Biaya Tetap 8,803,833 8,803,833 8,803,833 8,803,833 8,803,833 8,803,833

2 Biaya Variabel

Benih melon 10,000,000 10,000,000 10,000,000 8,250,000 13,800,000 14,950,000

Polibag 3,520,000 3,520,000 3,520,000 3,052,500 5,060,000 6,325,000

Media tanam 6,590,000 6,590,000 6,590,000 5,370,000 8,694,000 9,165,500

Nutrisi 10,860,800 10,860,800 12,000,800 9,788,100 16,273,535 16,273,535

Pestisida 1,199,060 1,221,560 1,275,160 956,820 1,569,290 1,808,375

Listrik dan air 1,080,000 1,140,000 1,200,000 1,260,000 1,380,000 1,500,000

Tenaga kerja 31,200,000 33,600,000 36,000,000 38,400,000 40,800,000 43,200,000

Biaya tak terduga 6,444,986 6,693,236 7,058,596 6,707,742 8,757,683 9,322,241

Total Biaya Variabel 70,894,846 73,625,596 77,644,556 73,785,162 96,334,508 102,544,651

TOTAL BIAYA 79,698,679 82,429,429 86,448,389 82,588,995 105,138,341 111,348,484

C KEUNTUNGAN (A-B) 23,558,321 22,447,571 21,971,611 -10,118,995 10,636,660 28,054,516

BEP produksi 8,855 9,159 8,645 8,259 9,558 10,123

BEP harga 6,947 7,074 7,973 11,396 9,989 8,786 BEP penerimaan 79,698,679 82,429,429 86,448,389 82,588,995 105,138,341 111,348,484 Sumber: Data Primer, diolah 2011.

Berdasarkan hasil analisis Break Event Point dapat dilihat pada tahun 2005

usaha ini mengalami pulang pokok pada saat volume produksi penjualan buah

melon mencapai 8.855 kg/tahun dengan pendapatan sebesar total biaya yaitu

Rp. 79,698,679 per tahun, dan BEP harga jual buah melon sebesar Rp. 6,947 per

kg. Tahun 2006 usaha ini akan mengalami BEP produksi penjualan buah melon

senilai 9,159 kg/tahun, dengan harga jual buah melon sebesar Rp. 7,074 per kg dan

pendapatan sebesar total biaya yaitu Rp. 82,429,429 per tahun. Tahun 2007

Page 70: Melon Hidroponik

54

budidaya melon hidroponik PT. MUS mengalami BEP produksi penjualan buah

melon senilai 8,645 kg/tahun, dengan harga jual buah melon sebesar Rp. 7,973 per

kg dan pendapatan sebesar total biaya yaitu Rp. 86,448,389 per tahun. Tahun 2008

budidaya melon hidroponik PT. MUS mengalami BEP produksi penjualan buah

melon senilai 8,259 kg/tahun, dengan harga jual buah melon sebesar Rp. 11,396

per kg dan pendapatan sebesar total biaya yaitu Rp. 82,588,995 per tahun,

sedangkan volume produksi penjualan hanya mencapai 7,247 kg/tahun dan harga

jual Rp. 10.000/kg, oleh karena itu perusahaan mengalami kerugian mencapai

Rp. 10,118,995. Dengan kerugian yang terjadi pada tahun 2008 tersebut perusahaan

melakukan perbaikan usaha dengan melakukan reinvestasi pada greenhouse (GH)

yang dilakukan pada akhir tahun 2009, karena perusahaan menilai bahwa penyebab

utama terjadinya penurunan produksi adalah banyaknya penyakit yang ditimbulkan

oleh cendawan dan kurang optimalnya konstruksi GH. Dimana screen net GH

sudah banyak yang rusak, atap GH yang terbuat dari solar tuff yang menipis karena

sudah terlalu lama digunakan dan sering di sikat pada saat proses sanitasi GH.

Tahun 2009 perusahaan melakukan perbaikan dalam pengaturan jadwal tanam

dimana setiap tahunnya dapat melakukan minimal 21 kali masa panen, sehingga

mengalami BEP produksi penjualan buah melon 9,558 kg/tahun, dengan harga jual

buah melon sebesar Rp. 9,989 per kg dan pendapatan sebesar total biaya yaitu

Rp. 105,138,341 per tahun. Pasca dilakukannya perbaikkan seluruh GH, pada akhir

tahun 2010 terjadi peningkatan pendapatan lebih dari 2 kali lipat pada tahun

sebelumnya dan mengalami BEP produksi penjualan buah melon 10,123 kg/tahun,

Page 71: Melon Hidroponik

55

dengan harga jual buah melon sebesar Rp. 8,786 per kg dan pendapatan sebesar

total biaya yaitu Rp. 111,348,484 per tahun

5.4. Biaya Reinvestasi

Reinvestasi merupakan usaha perusahaan untuk mengoptimalisasikan fungsi

GH sehingga terjadi peningkatan produksi yang optimal. Reinvestasi ini

membutuhkan biaya yang sangat besar karena mengganti seluruh solar tuff dan

screen net GH. Biaya reinvestasi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Biaya Reinvestasi Perbaikan GH Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS

Komponen Kebutuhan Harga satuan (Rp) Total harga (Rp) Screen net (1 x 50 m) 3 roll 375.000 1.125.000 Solar tuff 12% (2,4x0,8m) 147 lembar 145.000 21.315.000 Biaya Pemasangan Borongan 2.000.000 2.000.000 Total Biaya per 1 GH 24.440.000 Total Biaya per 7 GH 171.080.000

Sumber: Data Primer, diolah 2011.

Tabel 7 diatas dapat menunjukkan bahwa biaya reinvestasi solar tuff dan

screen net yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 171,080,000 yang

digunakan untuk biaya screen net (1 x 50 m) sebesar Rp. 7,875,000 (7 unit GH),

biaya solar tuff 12% sebesar Rp. 149,205,000 (7 unit GH), dan Biaya pemasangan

dengan sistem pembayaran borongan untuk perbaikan 7 unit GH sebesar

Rp. 14.000.000.

Page 72: Melon Hidroponik

56

5.5. Analisis Kelayakan Finansial

Hasil perhitungan kelayakan finansial yang meliputi NPV, IRR, PI, Net B/C

rasio dan Payback Period dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon Hidroponik 100% Modal PT.MUS (Discount Factor 14%) No. Alat Analisis Hasil Analisis Kriteria Keterangan 1 NPV 58.678.244 >0 Layak 2 IRR 22,8% >14 % Layak 3 PI 1,34 >1,00 Layak 4. Payback Period 6 Tahun 11 bulan

Sumber: Data Primer, diolah 2011.

Hasil analisis kelayakan finansial pada Tabel 14 dapat diketahui bahwa

budidaya melon hidroponik di PT. MUS memiliki NPV sebesar Rp. 58.678.244

yang berarti usaha ini akan menerima keuntungan sebesar Rp. 58.678.244 selama

10 tahun menurut nilai waktu sekarang. Menurut kriteria NPV, maka budidaya

melon hidroponik sebesar Rp. 58.678.244 dinyatakan layak untuk dilaksanakan.

IRR sebesar 22,8% yang berarti lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga Bank

(14 %). Usaha ini layak dilaksanakan apabila dananya disimpan di Bank, karena

memiliki return yang lebih tinggi. Nilai PI sebesar 1,34 yang berarti bahwa setiap

Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 1,34. PI

1,34 yang menurut kriteria PI jika lebih besar dari satu maka budidaya melon

hidroponik ini dinyatakan layak untuk dilaksanakan.

Page 73: Melon Hidroponik

57

Hasil analisis payback period menunjukkan bahwa untuk mengembalikan

reinvestasi solar tuff dan screen net sebesar Rp. 171.080.000 memerlukan waktu

selama 6 tahun 11 bulan. Nilai payback period ini juga menunjukkan masa

pengembalian reinvestasi solar tuff dan screen net yang ditanamkan membutuhkan

waktu cukup lama, dikarenakan biaya reinvestasi sangat besar. Hasil perhitungan

tersebut dapat dilihat pada Lampiran 10.

5.5.1. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh

mana kepekaan budidaya melon hidroponik terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi secara finansial. Menganalisis sensitivitas diperlukan peramalan-peramalan

karena biaya dan pendapatan mengandung banyak ketidakpastian. Analisis

sensitivitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan asumsi 100%

modal sendiri dan asumsi 20% modal pinjaman. Penentuan modal pinjaman 20%

dengan pertimbangan perusahaan dapat meng-cover biaya reinvestasi solar tuff dan

screen net sebesar 80%. Parameter yang digunakan yaitu perubahan secara parsial

dan simultan pada harga melon, nutrisi, dan upah tenaga kerja sebesar 9% per tahun

serta penurunan pendapatan sebesar 10% per tahun. Penentuan kenaikan harga

melon, nutrisi,dan tenaga kerja sebesar 9% per tahun diperoleh dari rata-rata inflasi

nasional periode tahun 2005-2009 (Lampiran 2) dan penurunan pendapatan 10%

per tahun dengan pertimbangan akibat penurunan produktivitas sehingga

perusahaan mengalami penurunan penjualan yang akan berpengaruh terhadap

Page 74: Melon Hidroponik

58

pendapatan perusahaan. Hasil perhitungan analisis sensitivitas dapat dilihat pada

Tabel 9, Tabel 10, dan Tabel 11.

Tabel 9. Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik Asumsi 20% Modal Pinjaman dan 80% Modal PT.MUS (Discount Factor 14%) No. Alat Analisis Hasil Analisis Kriteria Keterangan 1 NPV 25.719.817 >0 Layak 2 IRR 18,4% >14 % Layak 3 PI 1,15 >1,00 Layak 4. Payback Period 8 Tahun 5 Bulan

Sumber: Data Primer, diolah 2011.

Tabel 9 menunjukkan bahwa dengan tingkat discount factor 14% akan

diperoleh NPV sebesar Rp. 25.719.817 yang berarti bahwa dengan tingkat bunga

pengembalian sebesar 14% usaha ini akan memberikan keuntungan Rp. 25.719.817

selama umur proyek 10 tahun menurut nilai waktu uang sekarang. Nilai IRR

sebesar 18,4% yang berarti bahwa pada tingkat suku bunga 18,4%, keuntungan

yang dihasilkan NPV bernilai nol. Nilai PI sebesar 1,15 yang berarti bahwa saat

mengeluarkan biaya Rp. 1,- akan didapat keuntungan Rp. 1,15. PI lebih besar dari

satu dinyatakan layak. Payback Period menunjukkan usaha ini disebut layak

karena untuk mengembalikan nilai reinvestasi sebesar Rp. 171.080.000

memerlukan waktu selama 8 tahun 5 bulan. Perhitungan ini untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Lampiran 11.

Berdasarkan hasil analisis maka dapat dinyatakan bahwa budidaya melon

hidroponik pada PT.MUS dengan 20% modal pinjaman yang berarti mempunyai

tanggungan beban bunga dan beban angsuran yang harus dibayarkan dikatakan

layak. Hal ini ditunjukkan dari nilai NPV yang bernilai positif, nilai PI yang lebih

Page 75: Melon Hidroponik

59

besar dari satu, dan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku

(14%). Nilai Payback Period juga menunjukkan masa pengembalian reinvestasi

solar tuff dan screen net Rp. 171.080.000 memerlukan waktu selama 8 tahun 5

bulan yang kurang dari masa proyek selama 10 tahun sehingga dapat dikatakan

layak (Lampiran 11). Namun dari segi mendapatkan keuntungan maka budidaya

melon hidroponik pada PT. MUS ini lebih layak dan akan mendapatkan

keuntungan lebih banyak jika menggunakan modal 100% sendiri karena tidak perlu

mengeluarkan beban bunga dan beban angsuran yang berpengaruh terhadap

keuntungan yang akan didapat.

Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap perubahan biaya dan

pendapatan asumsi 100% modal sendiri dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik Terhadap Perubahan Biaya dan Pendapatan Asumsi 100% Modal Sendiri

Analisis Sensitivitas

Hasil Analisis NPV IRR PI Payback Period

Benih melon naik 9%

48.394.397 (Layak)

21,3% (Layak)

1,28 (Layak)

7 Thn 1 Bln

Nutrisi naik 9% 47.483.960 (Layak)

21,2% (Layak)

1.28 (Layak)

7 Thn 3 Bln

Upah tenaga kerja naik 9%

33.134.477 (Layak)

19,1% (Layak)

1,19 (Layak)

7 Thn 11 Bln

Benih, nutrisi, dan upah tenaga kerja naik 9%

11.656.345 (Layak)

16,9% (Layak)

1,07 (Layak)

9 Thn 2 Bln

Pendapatan turun 10%

(33.972.734) (Tidak Layak)

9,4% (Tidak Layak)

0,8 (Tidak Layak)

-

Sumber: Data Primer, diolah 2011.

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 10 dengan menggunakan

lima variabel didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 76: Melon Hidroponik

60

a. Benih melon naik 9%

Nilai NPV positif yaitu Rp. 48.394.397, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat

suku bunga yang berlaku yaitu 21,3%, nilai PI lebih dari satu yaitu 1,28, serta

payback periode usaha ini akan mengembalikan reinvestasinya dalam waktu 7

tahun 1 bulan (Lampiran 12) dikatakan layak.

b. Nutrisi naik 9%

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 9, dikatakan layak yaitu

ditandai dengan diperolehnya nilai NPV yang positif pada tingkat bunga

pengembalian 14% yaitu Rp. 47.483.960, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat

suku bunga (14%) yaitu 21,2%, nilai PI lebih dari satu yaitu 1,28, serta hasil

analisis Payback Period (PBP) pada saat diasumsikan harga nutrisi mengalami

peningkatan 9% dengan harga jual tetap menunjukkan bahwa usaha ini layak

dan akan mengembalikan reinvestasinya dalam waktu 7 tahun 3 bulan

(Lampiran 13).

c. Upah tenaga kerja naik 9%

Hasil analisis sensitivitas pada Tabel 10, menunjukkan bahwa usaha ini masih

dapat dikatakan layak saat diasumsikan upah tenaga kerja naik 9% karena

didapat nilai NPV yang positif pada tingkat suku bunga sebesar 14% yaitu

Rp. 33.134.477, nilai IRR sebesar 19,1% yang berarti lebih besar dari tingkat

suku bunga yang berlaku sebesar 14%, nilai PI lebih dari satu yaitu 1,19. Pada

hasil analisis payback period, usaha ini menunjukkan tercapainya pengembalian

investasi yaitu 7 tahun 11 bulan (Lampiran 14).

Page 77: Melon Hidroponik

61

d. Benih, nutrisi, dan upah tenaga kerja naik 9%

Hasil analisis sensitivitas untuk asumsi benih melon, nutrisi, dan upah tenaga

kerja secara bersama-sama mengalami peningkatan 9% dikatakan layak. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai NPV bernilai positif yaitu Rp. 11.656.345, nilai IRR

yang lebih besar dari tingkat suku bunga (14%) yaitu 16,9%, nilai PI lebih dari

satu yaitu 1,07, serta hasil analisis Payback Period menunjukkan bahwa usaha

ini layak dan akan mengembalikan reinvestasinya dalam waktu 9 tahun 2 bulan

(Lampiran 15).

e. Pendapatan turun 10%

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas untuk asumsi pendapatan turun 10% pada

Tabel 10 dikatakan tidak layak karena nilai NPV negatif sebesar

Rp. 33.927.734. Nilai IRR 9,4% yang artinya lebih kecil dari tingkat suku

bunga yang berlaku sebesar 14%. Nilai PI lebih kecil dari satu yaitu 0,8

(Lampiran 16).

Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap perubahan biaya dan

pendapatan asumsi modal pinjaman 20% dan 80% modal sendiri dapat dilihat

pada Tabel 11.

Page 78: Melon Hidroponik

62

Tabel 11. Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik Terhadap Perubahan Biaya dan Pendapatan Asumsi 20% Modal Pinjaman dan 80% Modal PT.MUS (Discount Factor 14%)

Analisis Sensitivitas

Hasil Analisis NPV IRR PI Payback Period

Benih melon naik 9%

15.372.900 (Layak)

17,6% (Layak)

1,09 (Layak)

9 Thn 1 Bln

Nutrisi naik 9% 14.525.533 (Layak)

16,6% (Layak)

1,08 (Layak)

7 Thn 3 Bln

Upah tenaga kerja naik 9%

176.049 (Layak)

14,03% (Layak)

1,00 (Layak)

9 Thn 11 Bln

Benih, nutrisi, dan upah tenaga kerja naik 9%

(21.302.082) (Tidak Layak)

12,1% (Tidak Layak)

0,61 (Tidak Layak)

-

Pendapatan turun 10%

(66.931.162) (Tidak Layak)

9,1% (Tidak Layak)

0,61 (Tidak Layak)

-

Sumber: Data Primer, diolah 2011.

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 11 di atas dengan

menggunakan lima variabel didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Benih melon naik 9%

Hasil analisis sensitivitas pada saat diasumsikan harga benih melon mengalami

peningkatan 9% akibat inflasi dengan harga jual tetap dengan modal pinjaman

20%, usaha ini dikatakan layak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV bernilai

positif yaitu Rp. 15.372.900, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga

(14%) yaitu 17,6%, nilai PI lebih dari satu yaitu 1,09, serta hasil analisis

Payback Period menunjukkan bahwa usaha ini layak dan akan mengembalikan

reinvestasinya dalam waktu 9 tahun 1 bulan (Lampiran 17).

b. Nutrisi melon naik 9%

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 11, dikatakan layak yaitu

ditandai dengan diperolehnya nilai NPV yang positif sebesar Rp. 14.525.533,

nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga sebesar 14% yaitu 16,6%,

Page 79: Melon Hidroponik

63

nilai PI lebih dari satu yaitu 1,08, serta hasil analisis Payback Period (PBP) pada

saat diasumsikan harga nutrisi mengalami peningkatan 9% dengan harga jual

tetap menunjukkan bahwa usaha ini layak dan akan mengembalikan

reinvestasinya dalam waktu 9 tahun 1 bulan yaitu kurang dari umur proyek yang

berlangsung (Lampiran 18).

f. Upah Tenaga kerja naik 9%

Hasil analisis sensitivitas pada Tabel 11, menunjukkan bahwa usaha ini masih

dapat dikatakan layak dan berada pada titik impas saat diasumsikan upah tenaga

kerja naik 9% karena didapat nilai NPV yang positif sebesar Rp. 176.049, nilai

IRR sebesar 14,03% yang berarti sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku

sebesar 14%, nilai PI sama dengan 1,00. Pada hasil analisis payback period,

usaha ini menunjukkan tercapainya pengembalian investasi selama 9 tahun 11

bulan sama dengan umur proyek yang berlangsung 10 tahun (Lampiran 19).

c. Benih, nutrisi, dan upah tenaga kerja naik 9%

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas untuk asumsi benih melon, nutrisi, dan

upah tenaga kerja secara bersama-sama mengalami peningkatan harga 9%

dengan modal pinjaman 20%, pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa budidaya

melon hidroponik PT. MUS dikatakan tidak layak. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai NPV negatif sebesar Rp. 21.302.082, nilai IRR 12,1% yang artinya lebih

kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar 14%. Nilai PI lebih kecil dari

satu yaitu 0,88 (Lampiran 20).

Page 80: Melon Hidroponik

64

d. Pendapatan turun 10%

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas untuk asumsi pendapatan turun 10%

dengan modal pinjaman 20% pada Tabel 11, dapat diketahui bahwa usaha ini

tidak layak dengan nilai NPV negatif sebesar Rp. 63.871.872,-. Nilai IRR 7,09%

yang artinya lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar 14%, nilai

PI lebih kecil dari satu yaitu 0,45. Hasil analisis payback period dapat dijelaskan

bahwa dalam masa pengembalian reinvestasinya tidak dapat diketahui

(Lampiran 21).

Page 81: Melon Hidroponik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Hasil analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik pada PT. MUS

100% modal sendiri dinyatakan layak. Hal ini ditandai dengan nilai NPV

positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga sebesar 14%, PI lebih besar

dari satu, dan Payback Periode selama 6 tahun 11 bulan.

2. Hasil analisis sensitivitas dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Asumsi 20% modal pinjaman 80% modal sendiri biaya dan pendapatan

tetap.

Asumsi 20% pinjaman 80% modal sendiri biaya dan pendapatan tetap

dinyatakan layak. Ditandai dengan nilai NPV positif, IRR lebih besar dari

tingkat suku bunga sebesar 14%, PI lebih besar dari satu, dan Payback

Periode selama 8 tahun 5 bulan.

b) Perubahan biaya dan pendapatan asumsi 100% modal sendiri.

Hasil analisis secara parsial: (1) harga benih melon naik 9%; (2) harga

nutrisi naik sebesar 9%; dan (c) upah tenaga kerja naik 9% dapat dikatakan

layak. Hasil analisis secara simultan dengan kenaikan harga benih melon,

nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dinyatakan layak karena nilai

NPV positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%), dan PI lebih

besar dari satu. Hasil analisis dengan asumsi penurunan pendapatan

sebesar 10% dikatakan tidak layak karena nilai NPV bernilai negatif, IRR

lebih kecil dari tingkat suku bunga (14%), dan PI lebih kecil dari satu.

Page 82: Melon Hidroponik

66

c) Perubahan biaya dan pendapatan asumsi 20% pinjaman 80% modal sendiri

Hasil analisis secara parsial: (1) harga benih melon naik 9%; (2) harga

nutrisi naik sebesar 9%; dan (c) upah tenaga kerja naik 9% dapat dikatakan

layak. Hal in ditandai dengan NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari

tingkat suku bunga (14%), dan PI lebih besar dari satu. Hasil analisis

secara simultan dengan kenaikan harga benih melon, nutrisi dan upah

tenaga kerja sebesar 9% dinyatakan tidak layak. Hasil analisis dengan

asumsi penurunan pendapatan sebesar 10% dikatakan tidak layak, karena

nilai NPV bernilai negatif, IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga (14%),

dan PI lebih kecil dari satu.

Page 83: Melon Hidroponik

67

6.2. Saran

1. Sebaiknya usaha ini dilaksanakan dengan 100% modal sendiri karena dilihat

dari hasil analisis kelayakan finansialnya keuntungan yang didapat lebih besar

dari pada dengan modal pinjaman 20%.

2. Usaha ini sebaiknya terus dikembangkan dengan catatan pada saat terjadi

peningkatan harga bahan baku dan biaya operasional harga jual melon harus

ditingkatkan dari harga sebelumnya.

3. Optimalisasi pemanfaatan GH sehingga dapat menambah peningkatan jumlah

volume produksi.

4. Diadakan pengkajian manajemen SDM terkait dengan efisiensi tenaga kerja

karena upah tenaga kerja merupakan komponen biaya terbesar.

5. Polibag dan arang sekam yang digunakan sebaiknya di optimalkan

penggunaannya sehingga dapat mengurangi biaya produksi per tahunnya.

6. Diadakan penelitian lebih lanjut tentang analisis kelayakan finansial dengan

analisis sensitivitas yang dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi.

7. Diadakan penelitian lebih lanjut tentang analisis kelayakan pada aspek lain.

Page 84: Melon Hidroponik

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, yani. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Cabai dengan Sistem

Irigasi Tetes di Desa Ragajaya, Bogor. Skripsi Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. (Institut Pertanian Bogor, 2009)

Anonim. Budidaya Melon. (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2007) Anonimious, Budidaya Agromedia Buah Unggul Indonesia. (Jakarta: Agromedia

Pustaka, 2009) Anonimious. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. (Bandung: Nuansa Aulia,

2010)

Dhikawara, Fadil. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jambu Biji melalui Penerapan Irigasi Tetes di Desa Ragajaya, Bogor. Skripsi Program Sarjana Manajemen Agribisnis. (Institut Pertanian Bogor, 2010)

Gittinger, J. Price. Analisis Ekonomi Proyek. Terjemahan Sutomo dan Komet

Mangini. Edisi 2. (Jakarta: UI Press, 1986) Harmaizar, Z dan Rosidayati, R. Pedoman Lengkap Pendirian dan

Pengembangan Usaha. Edisi 1. (Bekasi: CV Dian Anugrah Prakasa,2003) Harmaizar, Rosalin Rosidayati. Pendiri dan Pengembangan Usaha. (Bekasi: CV.

Dian Anugerah Prakasa, 2004)

Husnan, S dan Suawarsono. Studi Kelayakan Proyek, Ed ke-4. (Yogyakarta: UPP.AMD. YKPN, 2000)

Ibrahim, H. M. Yacob. Studi Kelayakan Bisnis, Ed-revisi. (Jakarta: PT. Rineca Cipta, 2003)

Jayanti, Margaretha. Analisis Kelayakan Fianansial Usaha Budidaya Tanaman Tomat Menggunakan Irigasi Tetes. Skripsi Departemen Teknik Pertanian (Institut Pertanian Bogor, 2010)

Kasmir dan Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 2. Cetakan 5. (Jakarta: Prenada

Media Group, 2008) Lingga, Pinus. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. (Jakarta: Penebar

Swadaya, 2005).

Page 85: Melon Hidroponik

69

Prihmantoro, A dan Y.H. Indriani. Bertanam Melon Untuk Hobi dan Bisnis. (Jakarta : Penebar Swadaya, 1995)

----------------. Hidroponik Tanaman Buah Untuk Hobi dan Bisnis. (Jakarta :

Penebar Swadaya, 2002) PT. Mekar Unggul Sari, Pedoman Penyiraman. (Nutrisi Room: White Board,

Tanpa Tahun) Rahardi, dkk. Agribisnis Perikanan. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005) Samryn. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Press, 2002)

Soeharto, Iman. Manajemen Proyek. (Jakarta: Erlangga, 1999)

Soekartawi. Analisis Usahatani. (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, 2006)

Soekartawi, A. Soehardjo, John L.Dillon dan J. Brian Hardaker. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, UI-Press, 1986)

Sumarni, N dan Rosliani, N. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan Sistem Hidroponik. (Jakarta : Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 2005)

Suratman. Studi Kelayakan Proyek Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan.

(Yogyakarta: J & J Learning, 2001)

Sutiyoso, Yos. Aeroponik Sayuran Budidaya dengan Sistem Pengabutan. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2003).

---------------. Hidroponik ala Yos. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2004).

Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 3. (Jakarta : Gramedia Pusaka Utama, 2007)

Page 86: Melon Hidroponik

70

Page 87: Melon Hidroponik

71

Page 88: Melon Hidroponik

72

Page 89: Melon Hidroponik

73

Page 90: Melon Hidroponik

74

Page 91: Melon Hidroponik

75

Page 92: Melon Hidroponik

76

Page 93: Melon Hidroponik

77

Page 94: Melon Hidroponik

78

Page 95: Melon Hidroponik

79

Page 96: Melon Hidroponik

80

Page 97: Melon Hidroponik

81

Page 98: Melon Hidroponik

82

Page 99: Melon Hidroponik

83

Page 100: Melon Hidroponik

84

Page 101: Melon Hidroponik

85

Page 102: Melon Hidroponik

86

Page 103: Melon Hidroponik

87

Page 104: Melon Hidroponik

88

Page 105: Melon Hidroponik

89

Page 106: Melon Hidroponik

90

Page 107: Melon Hidroponik

91

Page 108: Melon Hidroponik

92

Page 109: Melon Hidroponik

93

Page 110: Melon Hidroponik

94

Page 111: Melon Hidroponik

Lampiran 1. Data Buah-buah Taman Wisata Mekar Sari

Nama Buah Gambar Deskripsi Rambutan Rapiah

berasal dari Pasar Minggu, Jakarta. Buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi, kulit berwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan beramut agak jarang, daging buah manis (brix 20 - 22°) dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal, dengan daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik. Ukuran buah kecil dengan bobot buah 25 – 30 gr per buah.

Rambutan Aceh Lebak/Lebak Bulus

berasal dari Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta. pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan hasil rata-rata 160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna merah kuning, halus, rasanya segar manis-asam (brix 19 - 20°) banyak air dan ngelotok daya simpan 4 hari setelah dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan. Ukuran buah sedang dengan bobot buah 33 – 35 gr per buah.

Rambutan Aceh Pelat

berasal dari Pasar Minggu, Jakarta. Kulit berwarna hijau, merah, kuning tidak merata, berambut agak jarang dan terdapat garis pelat ditengah buahnya. Rasa buahnya manis (20 – 22o). Daging buah kenyal, kering dan ngelotok. Ukuran buah sedang dengan bobot 25 – 30 gr.

Rambutan Simacan

kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil 90-170 ikat perpohon, kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar dan agak jarang, rasa manis (brix 21 - 22°), sedikit berair tetapi kurang tahan dalam pengangkutan. Ukuran buah besar dengan bobot buah 50 – 55 gr per buah.

Rambutan Binjai

merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia berasal dari daerah Binjai, Sumatera Utara. Kulit buah berwarna merah cerah sampai merah tua rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis (brik 21 – 22). Daging buahnya ngelotok, kenyal dan kering. Ukuran buah sedang dengan bobot buah 40 – 45 gr per buah.

Rambutan Sinyonya

jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukai terutama orang Tionghoa, dengan batang yang kuat cocok untuk diokulasi, warna kulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut halus dan rapat,rasa buah manis-asam (brix 20 - 21°), banyak berair, lembek dan tidak ngelotok. Ukuran buah kecil dengan bobot 20 – 25 gr per buah.

Rambutan Sikoneng

berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Keunikannya kulit buah tetap berwarna kuning meskipun buah sudah masak dengan warna rambut buah hijau. Rasanya manis-segar (brix 17 - 19°). Daging buah kenyal, agak nglotok dan sedikit berair. Ukuran buah kecil dengan bobot buah 18 – 20 gr per buah.

Rambuatn Gula Batu

Warna kulit buah merah menyala hingga merah tua dengan rambut buah panjang agak rapat. Rasa buah manis sekali (brix 21 - 23°) seperti rasa gula. Ukuran buah sedang dengan bobot buah 28 – 35 gr per buah. Tanamannya berbuah sangat lebat.

Rambutan Garuda

berasal dari Sungai Andai Kalimantan Selatan. Kulit berwarna merah cerah hingga merah tua. Rambut buah panjang, rapat dengan rambut kekuningan. Rasa buah manis sekali (22 - 23°). Daging buah kenyal, kering tebal dan agak nglotok. Ukuran buah besar dengan bobot buah 55 – 60 gr per buah.

Page 112: Melon Hidroponik

Pepaya

Tanaman pepaya (Carica papaya) berasal dari Amerika Tengah dan disebar luaskan oleh para pelaut Spanyol dan Portugis sejak abad ke-16. Pepaya umumnya merupakan pohon berbatang tunggal yang tidak pernah berhenti berbuah. Selama masa produktifnya (5 tahun), satu pohon dapat menghasilkan hingga 500 buah. Buah pepaya terkecil beratnya sekitar 400 gr sedangkan yang terbesar mencapai bobot 4 kg.

Abiu

Berasal dari daerah sekitar Amazon dataran rendah Peru dan Brazil (Amerika Selatan). Lebih di kenal dengan sebutan Sawo Australia, Karena banyak dibudidayakan di Australia tepatnya di North Queensland.Bentuk buah oval hingga bulat dengan ujung buah bulat licin hingga bercuping.

Kecapi

Kecapi diperkirakan berasal dari Indocina dan Semenanjung Malaya. Berabad-abad yang silam, tumbuhan ini dibawa dan dimasukkan ke India, Indonesia, Mauritius dan Filipina, di mana tanaman buah ini kemudian menjadi populer, ditanam secara luas dan mengalami naturalisasi.

Kelapa

Kelapa (Cocos nucifera) mempunyai jenis yang sangat beragam, mulai dari yang buahnya berkulit hijau, gading, orange hingga kecoklatan, daging buah yang tebal (macapuno), harum (pandan wangi) dan gurih (kopyor). Kelapa merupakan satu-satunya buah di dunia yang menyimpan air di dalamnya.

Kimalaka

Kimalaka umumnya tumbuh di daerah yang terbuka terutama di padang rumput, hutan belukar dan di belukar-belukar desa. Di Jawa, pohon ini dapat ditemukan tumbuh di hutan jati. Di Semenanjung Malaysia tumbuh di hutan-hutan dataran rendah dan toleran terhadap tanah alkalin.Pohon ini tahan api (tidak mudah terbakar).

Maja

Maja (Aegle marmelos (L.) Correa) berasal dari daerah Asia tropika dan subtropika. Maja masih berkerabat dekat dengan kawista. Maja mampu tumbuh dalam kondisi lingkungan yang keras, seperti suhu yang ekstrem. Warna kulit luar buah maja berwarna hijau tetapi isinya berwarna kuning atau jingga.

Mangga

Mangga berasal dari sekitar perbatasan India dengan Burma, mangga telah menyebar ke Asia Tenggara sekurangnya semenjak 1500 tahun yang silam. Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi dan umurnya bisa mencapai 10 tahun atau lebih. Buah yang matang umum dimakan dalam keadaan segar, sebagai buah meja dan yang masam kerap dijadikan campuran sambal atau masakan ikan dan daging.

Kopi

Kopi merupakan sekelompok tumbuhan berbentuk pohon dalam marga Coffea. Genus ini memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya 2 jenis yang memiliki nilai ekonomis, yaitu Robusta dan Arabika.

Murbei

Pohon murbei atau besaran dengan nama latin Morus alba L, Murbei berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m dpl. Buahnya banyak berupa buah buni, berair dan rasanya enak. Buah muda warnanya hijau, setelah masak menjadi hitam. Buahnya (Sang shen) sangat bermanfaat untuk memperkuat ginjal, meningkatkan sirkulasi darah, mengatasi sukar tidur, batuk berdahak, pendengaran kurang, sembelit pada orang tua, sakit tenggorokan, sakit otot dan kurang darah.

Page 113: Melon Hidroponik

Nanas

Nanas berasal dari Brasil. Nanas merupakan tanaman buah yang selalu tersedia sepanjang tahun. Buahnya selain di makan secara langsung, bisa juga diawetkan dengan cara direbus dan diberi gula, dibuat selai, atau dibuat sirop. Buah nanas juga dapat digunakan untuk memberi citarasa asam manis, sekaligus sebagai pengempuk daging. Daunnya yang berserat dapat dibuat benang ataupun tall.

Pala

Biji pala merupakan bahan rempah-rempah dan obat-obatan yang populer di Eropa sejak abad ke-16, ketika industri farmasi belum mampu menciptakan obat-obatan secara kimiawi.

Karendang

Penampilan dari tanaman karendang yang biasa juga disebut natal plum, memang cukup menarik. Warnanya pink muda hingga merah tua menyala dan bila sudah masak berubah ungu. Selain untuk dimakan, buah ini ternyata bisa digunakan sebagai pemanis taman, bahkan berkhasiat sebagai obat tradisional.

Srikaya

Srikaya atau serikaya (Annona squamosa), adalah tanaman yang yang berasal dari daerah tropis. Buah srikaya berbentuk bulat dengan kulit bermata banyak (serupa sirsak). Daging buahnya berwarna putih. Buahnya biasanya bundar atau mirip kerucut cemara, berdiameter 6-10 cm, dengan kulit berbenjol dan bersisik. Daging buahnya putih, menyerupai dan memiliki rasa seperti podeng.

Srikaya Raksasa

Tanaman koleksi Taman Wisata Mekarsari ini merupakan keluarga srikaya hanya saat mudanya berwarna hijau dan bercucuk seperti sirsak. Bobot biah besar mencapai 1-2kg/ buah dengan rasa daging manis lembut, kenyal dan agak lengket. Tanaman ini sudah mulai berbuah umur 2 tahun setelah tanam asal bibit cangkok atau okulasi. Buah selain dikonsumsi segar dapat pula sebagai olahan atau campuran makan es krim

Sirsak Rawa

Buahnya berbentuk bulat telur melebar atau mendekati jorong, berwarna hijau tua dan tertutup oleh duri-duri lunak yang panjangnya sampai 6 mm, daging buahnya yang berwarna putih, berdaging dan penuh dengan sari buah. Bijinya banyak, berbentuk bulat telur sungsang, berwarna coklat kehitaman, berkilap. Sirsak merupakan sumber vitamin B yang lumayan jumlahnya dan vitamin C, dan sedikit kandungan kalsium dan fosfornya. Sifat yang paling disenangi orang dari sirsak ini ialah harumnya dan aromanya yang sangat menggiurkan.

Belimbing

Pohon Belimbing berasal dari Indonesia, India dan Sri Langka. Buahnya berwarna kuning kehijauan. Jika dipotong, buah ini mempunyai penampang yang berbentuk bintang. Berbiji kecil dan berwarna coklat. Buah ini renyah saat dimakan, rasanya manis dan sedikit asam serta mengandung banyak vitamin C. Wilayah yang terkenal akan produksi belimbing adalah Demak, Jawa Tengah.

Salak

Salak ditemukan tumbuh liar di Jawa bagian barat daya dan Sumatra bagian selatan. Salak dibudidayakan di Thailand, Malaysia dan Indonesia, ke timur sampai Maluku. Orang Indonesia mengenal antara 20 sampai 30 jenis salak. Beberapa yang terkenal di antaranya adalah salak sidimpuan, salak condet, salak pondoh dan salak Bali.

Lengkeng

Lengkeng atau kelengkeng atau longan, (Dimocarpus longan) adalah tanaman buah yang berasal dari daratan Asia Tenggara. Buah ini dimakan dalam keadaan segar, terutama yang berdaging tebal dan besar,. Lengkeng juga dikeringkan untuk bahan pembuat minuman penyegar.

Page 114: Melon Hidroponik

Mundu

Mundu merupakan tumbuhan asli dari Indonesia (Jawa dan Kalimantan) dan Filipina. Pohon, tinggi mencapai 13 m, buah bulat, kadang-kadang agak gepeng, berbiji. Mundu tumbuh di hutan-hutan tropika basah. Selain itu buah Mundu juga dapat dibuat jam. Di Jawa dan Singapura, tumbukan bijinya digunakan untuk mengobati pada pembengkakan sedangkan kulitnya untuk mewarnai tikar (di Jawa).

Sawo

Sawo adalah pohon buah yang berumur panjang dan diperkirakan berasal dari Guatemala, Meksiko dan Hindia Barat. Kini sawo telah ditanam di banyak daerah tropis di dunia. Sawo sangat populer di Asia Tenggara dan sekaligus konsumen utama di dunia. Buah sawo manis dan dagingnya lembut. Sawo dapat pula diolah menjadi serbat (sherbet), selai atau sirup, getah pohon sawo dikentalkan menjadi chicle yang merupakan bahan permen karet alami. Getah ini juga diolah menjadi bahan baku industri sebagai bahan penambal gigi.

Jambu Bol

Jambu bol (Syzygium malaccense) adalah pohon buah kerabat jambu-jambuan. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Malay apple. Jambu bol trsebar luas di Semenanjung Malaya, Sumatra dan Jawa. Buahnya memiliki tekstur daging lembut dan padat. Manfaat kulit batangnya digunakan sebagai obat sariawan. Kayunya yang keras dan kemerahan sebagai bahan bangunan. Buahnya biasa disajikan sebagai buah meja. Jambu bol dapat dimakan segar, atau dijadikan sebagai salah satu bahan rujak juga dapat disetup atau dijadikan asinan.

Jambu Air Mawar

Jambu Mawar alias Jambu Kraton ini memiliki aroma wangi yang keras seperti mawar. berasal dari Asia Tenggara, khususnya di wilayah Malaysia. Buah jambu mawar biasa dimakan segar, Jambu mawar jarang terdapat di pasar, dan hanya dikonsumsi sendiri terutama oleh anak-anak. Buahnya disuling untuk memperoleh air mawar. Daunnya menghasilkan minyak atsiri, kayu terasnya berat dan keras, sehingga baik untuk konstruksi bangunan. Kulit kayunya digunakan sebagai bahan penyamak dan pewarna.

Yellow Grumichama (Pitomba)

Tanaman unik berasal dari brasil, Amerika Selatan. Bentuk kanopinya yang bagus membuat pohon ini cocok untuk dijadikan tanaman hias. Rasa buah manis (100 - 120 brix) dengan tekstur daging buah lembut. Tanaman mulai berbuah umur 3 – 3,5 tahun.

Lontar

Lontar (Borassus flabellifer) termasuk dalam keluarga palem-paleman berasal dari bahasa Jawa, Di Asia, dikenal juga dengan nama siwalan, palem gula, atau palem kamboja dan Pohon lontar bisa bertahan hidup sampai 100 tahun. Tingginya bisa mencapai 30 meter. Bila dilihat dari kejauhan, barisan pohon lontar jadi terlihat unik dan menarik. Buahnya berwarna cokelat kehitaman yang di dalamnya ada bagian biji yang berwarna putih bening dan terasa kenyal. Biji buah lontar ini dapat dimakan mentah, direbus, atau dibuat manisan. Sementara airnya dapat dibuat menjadi minuman atau gula merah.

Rukam

Rukam (Flacourtiaceae) berpohon kecil berbatang dan percabangannya yang tua biasanya bengkok, beralur dan cabang berduri keras dan mengayu. Buah rukam yang matang dapat dimakan dalam keadaan segar, dapat pula dibuat rujak dan asinan, atau dicampur gula dijadikan selai atau permen. Daun mudanya dapat dimakan mentah sebagai lalap. Buah mudanya digunakan dalam ramuan obat tradisional untuk mengobati diare dan disentri. Air perasan daunnya dipakai untuk mengobati kelopak mata yang bengkak. Di Filipina, seduhan akar rukam diminum oleh wanita yang baru saja melahirkan. Kayunya dapat digunakan untuk membuat perabot rumah tangga.

Page 115: Melon Hidroponik

Kola nitida

Kola (Cola acuminata) merupakan pohon tahunan berkayu yang masih tergolong satu suku dengan kakao. Tumbuhan ini berasal dari Afrika Barat namun sekarang tersebar luas ke seluruh daerah tropika, termasuk Indonesia.Kola menghasilkan bunga dan buah yang tumbuh langsung pada batang utama atau cabang utama. Kandungan utama minuman kola berasal dari biji yang telah dikeringkan dan diproses. Biji cola nitida berkhasiat sebagai obat sakit kepala dan obat kuat.

Cireme

Ceremai (Phyllanthus acidus) tumbuhan berbentuk pohon, berumur panjang, Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berselingwarna hijau muda, bentuk bulat telur, permukaan halus, bentuk biji bulat pipih, berbiji 4 - 6, berwarna cokelat muda, rasanya asam. Daunnya berkasiat untuk batuk berdahak, menguruskan badan, mual, kanker, dan sariawan. Kulit akar bermanfaat untuk asma dan sakit kulit dan bijinya berkasiat mengatasi sembelit dan mual akibat perut kotor

Buah Nona

Buah nona (Annona squamosa) adalah tanaman yang tergolong ke dalam genus Annona yang berasal dari daerah tropis. Buah nona berbentuk bulat dengan kulit bermata banyak (serupa sirsak). Daging buahnya berwarna putih. Pohon yang meranggas mencapai 8 m tingginya. Daunnya berselang, sederhana, lembing membujur, 7-12 cm panjangnya, dan berlebar 3-4 cm. Bunganya muncul dalam tandan sebanyak 3-4, tiap bunga berlebar 2-3 cm, buahnya biasanya bundar dengan kulit berbenjol dan bersisik.

Kluwek

kluwek adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tumbuh liar atau setengah liar. Biji keluwek dipakai sebagai bumbu dapur masakan Indonesia yang memberi warna hitam pada rawon, daging bumbu kluwek, brongkos, serta sup konro. Bijinya, yang memiliki salut biji yang bisa dimakan, bila mentah sangat beracun karena mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi.

Kenari

Kenari (Canarium ovatum) berasal dari kawasan Malaysia. Di Filipina tumbuhan ini menjadi tumbuhan yang cukup penting. Kenari berbentuk pohon sangat besar dengan bentuk yang simetris dan menarik. Tingginya dapat mencapai 20 m dengan kayunya yang mengandung resin.

Jambu Mede Jambu mede atau jambu monyet (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman yang berasal dari Brasil dan yang lebih terkenal dari jambu mede adalah kacang mede, bijinya yang biasanya dikeringkan dan digoreng untuk dimakan. Yang biasa disebut "buah" (bagian lunak yang membengkak berwarna kuning atau merah) sesungguhnya adalah dasar bunga (receptaculum) yang mengembang setelah terjadi pembuahan. Buahnya sendiri adalah bagian "monyet"nya, berisi biji yang dapat diolah menjadi makanan.

Jambu Air

Jambu air adalah tumbuhan dalam suku jambu-jambuan atau ]yrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Jambu air sebetulnya berbeda dengan jambu semarang (Syzygium samarangense), kerabat dekatnya yang memiliki pohon dan buah hampir serupa. Jambu air, seperti halnya jambu semarang dan jambu bol, biasa disajikan sebagai buah meja atau dijadikan sebagai salah satu bahan rujak, juga dapat disetup atau dijadikan asinan. Kayunya yang keras dan berwarna kemerahan cukup baik sebagai bahan bangunan, daunnya bisa digunakan sebagai pembungkus tape ketan.

Jambu Air King Citra

Jambu air Asli Anyer, Banten ini ditemukan oleh Bpk Reza Tirtawinata. Di Thailand buah ini dikembangkan dan diakui oleh mereka. Perbanyakan pun secara masal untuk tujuan komersil. Bobot buahnya mencapai 200gr/ buah, rasa sangat manis mencapi 18 brix, renyah dan tak berbiji. Saat ini dikembangkan masal di Demak.Jambu ini produktif asalkan dirawat dan men dapatkan air yang cukup untuk pembesaran buah.

Page 116: Melon Hidroponik

Lobi - lobi Lobi - lobi (Flacourtia inermis) rasanya asam dan manis. Asal buah lobi-lobi ini

dari malaysia dan menyebar ke seluruh wilayah Asia termasuk Indonesia, buah lobi-lobi berukuran kecil, bentuknya agak bundar. Yang sudah masak warnanya merah tua, rasanya asam atau manis, kadang-kadang kelat dengan biji banyak. Buah yang sudah masak digunakan untuk bahan pembuat rujak, sirup, sele, buah kalengan, asinan dan manisan.

Alkesah Alkesa (Lucumma nervosa) termasuk tanaman sawo-sawoan, tinggi batangnya bisa mencapai 10 meter dengan batang kulit yang mudah lepas. Warna buah kuning, jika sudah matang. Kulitnya mudah terkelupas sehingga mudah rusak. Cita rasa buahnya mirip ubi jalar kuning, manis dan agak keset. Sayang buah yang berasal dari Amerika Selatan ini tidak dimanfaatkan maksimal. Padahal alkesah kaya akan kalori, zat tepung, vitamin dan mineral. Dilihat dari tekstur buahnya, alkesah cocok dijadikan bahan baku selai, dodol maupun dikeringkan menjadi tepung sebagai bahan cookies atau kue kering.

Nangka

Nangka berasal dari India dan merupakan salah satu sumber pangan karbohidrat yang penting di dunia. Anggota familinya termasuk cempedak, timbul, sukun, peusar, dan marang. Buah nangka adalah salah satu buah terberat di dunia yang bobotnya dapat mencapai 45 kg karena buah nangka dapat tumbuh pada batang pokok (cauliflorous). Pohonnya bertajuk besar dan berdaun rimbun sehingga menghasilkan banyak buah sepanjang tahun.

Nangkadak Nangkadak yang merupakan persilangan antara indukan Nangka Mini betina (Artocarpus heterophyllus) dengan indukan cempedak jantan (Artocarpus integer Merr.). Nangkadak ini memiliki aroma buah yang lembut, rasa mendekati nangka dengan tingkat kemanisan tinggi (300 brix), daging buah tebal dan berwarna menarik, tekstur daging buah lembut nyaris tanpa serat, dami buah tidak lengket dan sedikit getah, ukuran buah sedang (3-5 kg)

Durian Tanpa Sekat

Tanpa sekat membuat porsi daging buah lebih banyak.

Durian gundul (Durio zibethinus)

Durian tapi tanpa duri, sepintas tidak percaya mendengarnya tapi inilah durian koleksi terbaru kami. Asalnya dari Lombok dan diperkirakan merupakan persilangan alami sesama durian duri pendek. Unggul karena selain rasanya manis, daging cukup tebal juga gampang dalam pen gepakan dan tidak ber resiko terkena duri dalam penanganannya.Produksi buah mencapi 200-400 buah setahun.

Page 117: Melon Hidroponik

Lampiran 22. Foto-foto Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS

A. Sarana Hidroponik

B. Pembibitan

C. Pemeliharaan

D. Panen

Page 118: Melon Hidroponik

Lampiran 24. Peta Taman Wisata Mekar Sari

Page 119: Melon Hidroponik

Lampiran 25. Daftar Pertanyaan Wawancara

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan?

2. Apa visi dan misi perusahaan?

3. Bagaimana letak geografis perusahaan?

4. Bagaimana struktur organisasi perusahaan?

B. Biaya-biaya Usaha

1. Darimana sumber modal usaha budidaya melon hidroponik berasal?

2. Berapa luas tanah untuk areal budidaya melon hidroponik? (ha)

3. Apakah tanah tersebut milik perusahaan? (ya/tidak)

4. Jika ya, berapa pajak tanah yang dibayar tiap tahun? (Rp)

5. Jika tidak, berapa harga sewa tanah setiap tahunnya? (Rp)

6. Sarana dan prasarana apa saja yang terdapat di lokasi usaha budidaya

melon?

7. Berapa biaya dari sarana yang ada?

No. Uraian Jumlah Harga Penyusutan Keterangan 1. Green House Pembibitan 2. Green House Penanaman 3. Jaringan Irigasi Tetes

8. Berapa biaya dari prasarana yang ada?

No. Uraian Jumlah Harga Penyusutan Keterangan 1. PH meter 2. Ec meter 3. Drum 100 L 4. Gelas ukur 1 L 5. Tray 6. Bak semai 7. Handspayer 8. Mesin PHT 9. Keranjang Panen 10. Gunting Panen 11. Timbangan

Page 120: Melon Hidroponik

9. Berapa orang tenaga kerja yang digunakan?

10. Berapa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan? (Rp/Orang)

11. Berapa biaya variabel yang dikeluarkandalam usaha adenium?

No. Uraian Jumlah Harga Satuan

Total Biaya

Keterangan

1. Benih melon 2. A&B Mix 3. KNO3 4. HNO3 5. Raptor 6. Curacron 7. Dethane M-45 8. Furadan 9. Agrimec 18 EC 10. Abuki 50 SL 11. Belkute 40 WF 12. Nimrot 250 EC 13 Rockwool 14. Cocofeat 15. Arang sekam 16. Polibag 17. Tali Air

C. Hasil Produksi dan Harga

1. Berapa banyak buah melon yang dihasilkan pada waktu panen?

2. Berapa jumlah penyusutan yang terjadi pada buah melon ketika panen?

3. Berapa harga melon untuk tiap jenis melon yang dihasilkan? (Rp/buah)

4. Kemana saja buah melon dipasarkan?

5. Berapa persen pajak pendapatan yang harus dikeluarkan?