menemukan gagasan utama teks oleh mardunah, smp …
TRANSCRIPT
Jurnal Education of Batanghari
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 01
Jurnal Education of Batanghari
2 (12): 001-014 (2020) P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223
Oleh
Abstrak:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran
penemuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menemukan gagasan
utama teks. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa
kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi yang berjumlah 32 orang. Penelitian dilksanakan dua
siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, catatan lapangan, dan tes. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi, lembar catatan lapangan, dan analisis dokumen. Teknik
analisis data kualitatif proses pembelajaran dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Analisis data kuantitatif hasil pembelajaran dilakukan dengan rumus rata-
rata.
Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kualitas proses dan kualtas hasil.
Kualitas proses pada siklus I masih kurang baik, Hal tersebut ditandai dengan aktivitas siswa
yang masih rendah dalam pembelajaran. Kualitas proses pada siklus II sudah baik. Hal itu
ditandai oleh tingginya aktivitas siswa yang tinggi dalam pembelajaran. Kualitas hasil belajar
pada siklus I masih rendah. Siswa yang tuntas hanya 18 orang atau 56,3%.. Pada siklus II siswa
yang tuntas 27 orang atau 84,4%.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Discovery Learning, Kualitas Pembelajaran, Ide Utama Teks.
Abstract:
The study is aimed to describing the applying of discovery learning model to improve the
quality of learning process in finding the main idea of the text. The type of this research is
classroom action research. The subject of the research was the 32 students grade VII-1 Junior
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran penemuan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menemukan
gagasan utama teks pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi. Peneliti menyarankan
agar guru bahasa Indonesia yang mengalami masalah dalam pembelajaran menemukan gagasan
utama teks dapat menerapkan model pembelajaran penemuan.
Mardunah, SMP Negeri 23 Kota Jambi E-mail: [email protected]
Penerapan Model Pembelajaran Penemuan untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Menemukan Gagasan Utama Teks
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 2
Jurnal Education of Batanghari
High School 23 Jambi. The research was done through two cycles, each cycle consist of
planning, applying, observing, and reflecting. The data collection was got from observation form,
field note, and test The instrument of the research was the observation form, field note form and
documents analysis. The analysis technique of learning process was done by data reduction, data
performance, and getting conclusion. The analysis of quantitative data was from the learning
result by average pattern.
The research result was classified into two, the quality of process and result. The process
quality in cycle I was worse. It was noticed by the student activities in learning process. The
process of quality of cycle II was better, the students were more active. And the result quality of
cycle I was also lower, 18 students could pass the test or much as 56,3% while in the cycle II as
much as 27 or 84,4% students could past the test.
By the result of the research, it can be concluded that the applying of Discovery Learning
Model can improve the process and result quality of learning in finding the main idea of the text
for students grade VII Junior High School 23 Jambi. The researcher suggests Bahasa Indonesia
teachers who got the same problem in teaching to apply the discovery model.
Keywords: Discovery Learning Model, Learning Quality, Main Idea of The Text.
I. PENDAHULUAN
Salah satu kompetensi dasar membaca yang harus dimiliki siswa kelas VII SMP adalah
menemukan gagasan utama teks yang dibaca. Kompetensi menemukan gagasan utama teks siswa
harus tinggi. Dengan kompetensi tersebut, siswa dapat menghemat waktu dalam membaca suatu
teks. Kemampuan menemukan gagasan utama teks berhubungan dengan memahami hal-hal
penting yang terdapat dalam. Kemampuan menemukan gagasan utama dalam teks juga dapat
menjadi dasar membuat ringkasan atau rangkuman terhadap tek menyimpulkan isi teks, dan
memberikan kritik terhadap bacaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan menemukan gagasan utama teks bacaan dapat
menghemat waktu membaca di tengah kesibukan dan banyaknya sumber bacaan yang tersedia.
Soedarso (2005: 64-69) menyatakan bahwa membaca untuk menemukan gagasan utama teks
bacaan termasuk dalam bagian keterampilan membaca cepat yang dapat menghemat waktu baca
kita
Akan tetapi, kenyataan berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas
VII SMP Negeri 23 Kota Jambi, kemampuan menemukan gagasan utama teks siswa masih
rendah. Untuk menemukan gagasan utama teks yang dibaca, model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran penemuan. Hal ini didasarkan pada ciri model
pembelajaran penemuan, yaitu menemukan. Karena itu, peneliti memilih kompetensi dasar ini
untuk diteliti dan peneliti melakukan alternatif solusi dengan menerapkan model pembelajaran
penemuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menemukan gagasan
utama teks pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi.
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 3
Jurnal Education of Batanghari
II. KAJIAN TEORI Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang dibuat atau dihasilkan.
Pembelajaran adalah proses; cara; perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar
(Depdiknas, 2002: 751). Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekeliompok orang mencoba bertindak berdasarkan model model
itu (Suprijono, 2011: 45). Istilah model yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola, ragam,
atau acuan yang digunakan dalam pembelajaran.
Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang untuk
mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Sebelum terjadi proses pembelajaran,
guru harus mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasar,
motivasi, latar belakang akademis, latar belakang sosial ekonomi. Hal yang harus diketahui guru
tersebut disebut karakteristik siswa.
Menurut Ariyana (2018: 33) model pembelajaran penemuan adalah memahami konsep,
arti, dan hubungan melalalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada suatu kesimpulan.
Menurut Kemendikbud (2013: 19) model pembelajaran penemuan atau discovery adalah teori
belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan
dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri.
Menurut Mulyasa dkk (2017: 127) model pembelajaran penemuan adalah model pembelajaran
yang menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui,
masalah yang dihadapkan kepada siswa adalah masalah yang direkayasa oleh guru.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan
1) Perencanaan
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik . 2) Pelaksanaan
Menurut Mulyasa dkk (2017: 128) pelaksanaan model pembelajaran penemuan
dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan. Dengan demikian, seorang guru harus menguasai teknik-
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 4
Jurnal Education of Batanghari
teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan mengaktifkan
peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulation guru memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
3) Data collection (pengumpulan data)
Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru
memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis. Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya
4) Data processing (pengolahan data)
Pada tahap ini, siswa mengolah data yang telah diperoleh dari kegiatan
mengumpulkan data. Data yang sudah diperoleh didiskusikan melalui proses
penalaran atau asosiasi.
5) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan
dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau
informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu
kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak
6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi
Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non-tes.
Penilaian non-tes dapat berupa penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap, atau
penilaian hasil kerja peserta didik. Penilaian tes berupa penilaian pengetahuan,
maka dalam model pembelajaran penemuan dapat menggunakan tes tertulis. Bila
yang dinilai berupa produk, dapat menggunakan tes unjuk kerja (Mulyasa dkk.
2017: 130)
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan, Menurut Kemendikbud
(2013: 23) kelebihan model pembelajaran penemuan dapat diuraikan sebagai
berikut.
1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 5
Jurnal Education of Batanghari
4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri.
5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi
proses belajar yang baru.
11) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
12) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar
menjadi lebih terangsang.
14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
15) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
16) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar.
17) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Selain memiliki beberapa kelebihan, model pembelajaran penemuan
mempunyai beberapa kelemahan. Kemendikbud (2013: 27) kelemahan model
pembelajaran penemuan dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk
belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,
karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara
belajar yang lama.
4) Pengajaran penemuan lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi
secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk
mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 6
Jurnal Education of Batanghari
Direktorat PLP (2005:24) menyatakan bahwa gagasan utama adalah gagasan pokok yang
terkandung atau mendasari sebuah bacaan. Pada tataran yang lebih kecil gagasan penulis
dituangkan dalam setiap paragraf. Jadi, dapat disimpulkan, agar dapat menentukan gagasan
utama teks bacaan, terlebih dahulu pembaca harus dapat menentukan gagasan utama paragraf.
Gagasan utama adalah gagasan yang menjadi inti atau isi pokok suatu teks bacaan. Menemukan
gagasan utama bacaan dapat didahului dengan menentukan gagasan utama paragraf dalam bacaan
itu.
Soedarso (2005:64) menggunakan istilah ide pokok untuk menyebut gagasan utama
bacaan. Menurut Soedarso, ide pokok adalah gagasan utama penulis yang menjadi dasar atau inti
masalah dalam tulisannya. Ide pokok dapat ditemukan di semua bagian buku. Buku secara
keseluruhan mempunyai ide pokok yang umum, kemudian tiap bab mempunyai ide pokok yang
agak spesifik. Setiap bab terbagi lagi menjadi bagian bab yang mempunyai ide pokok yang lebih
spesifik lagi dan setiap bagian bab terbagi menjadi paragraf yang mengandung ide pokok yang
amat spesifik.
Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa gagasan utama teks bacaan
adalah gagasan atau ide pokok yang menjadi dasar atau inti suatu teks bacaan. Jika teks bacaan
berupa buku, Soedarso (2005:64-65) menyatakan cara untuk menemukan gagasan utamanya
adalah sebagai berikut.
1. Temukan ide pokok buku secara keseluruhan dengan membaca ikhtisar umum yang
biasa terdapat di awal buku tersebut.
2. Temukan ide pokok bab dan sub-bab yang biasanya terdapat dalam ikhtisar di awal bab
dan sub-bab.
3. Temukan ide pokok paragraf.
Jika teks bacaan lebih sederhana, misalnya teks bacaan yang hanya terdiri dari bebarapa
paragraf, menemukan gagasan utama dapat dilakukan dengan menemukan dulu gagasan utama
setiap paragraf.
Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa untuk menemukan gagasan
utama teks bacaan, siswa harus dapat menemukan gagasan utama paragraf dalam teks bacaan
tersebut. Penulis juga beranggapan perlu mengemukakan teori ahli tentang paragraf secara
khusus, karena paragraf merupakan bagian yang penting dalam menemukan gagasan pokok
bacaan.
Keraf (1984:62) menyebut paragraf dengan istilah alenia. Lebih lanjut Keraf menyatakan
bahwa alenia adalah suatu kesatuan pikiran, satu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas
daripada kalimat. Alenia merupakan himpunan dari kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian
untuk membentuk sebuah gagasan. Gagasan tersebut akan menjadi jelas oleh uraian-uraian
tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.
Jadi, menurut Keraf, paragraf yang baik terdiri dari lebih satu kalimat. Kalimat yang satu
berfungsi sebagai kalimat utama, yang memuat gagasan utama. Kalimat yang lain berfungssi
sebagai kalimat penjelas yang memuat gagasan-gagasan penjelas.
Soedarso (2005:66) berpendapat bahwa paragraf adalah kumpulan kalimat yang terdiri dari
satu gagasan. Satu paragraf mengandung satu ide, satu pokok pikiran, satu tema, dan satu
gagasan. Paragraf merupakan jalan yang ditempuh penulis untuk menyampaikan pikirannya.
Penulisan paragraf bertujuan untuk memudahkan pembaca untuk memahami tulisannya.
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 7
Jurnal Education of Batanghari
Pengertian paragraf menurut Tarigan (1981:11) adalah seperangkat kalimat tersusun secara
logis dan sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung
pikiran pokok yang tersirat di dalam keseluruhan paragraf.
Dari ketiga penendapat tesebut, peniliti menyimpulkan bahwa paragraf adalah satuan
bahasa yang terdiri dari beberapa kalimat yang memiliki satu gagasan. Kalimat yang
mengandung gagasan utama disebut kalimat utama. Kalimat yang mengandung gagasan penjelas
disebut kalimat penjelas.
Soedarso (2005:66-67) mengemukakan cara menemukan gagasan utama paragraf utama
adalah sebagai berikut.
1. Dalam satu paragraf terdapat kalimat kunci atau kalimat pokok. Kalimat itu
mengandung ide pokok. Kenalilah kalimat kunci itu.
2. Lazimnya, penulis meletakkan ide pokok paragrafnya di awal, di akhir, di awal dan dia
akhir, atau adakalanya di seluruh paragraf.
Lebih lanjut, Soedarso mengemukakan cara menemukan kalimat kunci dalam paragraf
adalah sebagai berikut.
1. Anda cari kata benda atau kata ganti yang dominan. Lalu Anda baca dan tanya apa
artinya? Lalu Anda baca lanjutannya, yang akan berisi keterangan, “artinya adalah…”
atau semacamnya.
2. Anda cari pernyataan umum. Lalu Anda bertanya: Apakah kalimat lainnya mendukung
dalam menjabarkan ide pokok itu?
3. Jika ide pokoknya sulit dikenali atau merupakan suatu yang abstrak, ada baiknya Anda
baca detailnya agak lambat untuk mendapat pemahaman yang lebih cermat. Jika ide
pokoknya mudah dipahami, detailnya diabaikan saja atau dibaca dengan kecepatan
tinggi.
III. METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memaparkan data-data yang diperoleh dari
hasil observasi dalam proses pembelajaran menemukan gagasan utama teks dengan
menggunakan model pembelajaran penemuan. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk
memaparkan hasil belajar siswa dalam menemukan gagasan utama teks dengan menggunakan
model pembelajaran penemuan.
Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini berdasarkan
masalah yang dihadapi guru di kelas, yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam menemukan
gagasan utama teks yang dibaca. Guru selaku peneliti berusaha mencari solusi atas masalah
tersebut dengan menggunakan model pembelajaran penemuan. Tindakan dilakukan dengan
langkah-langkah pencanaan, pelaksanaan, obeservasi, analisis, dan refleksi. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif
digunakan untuk memaparkan data-data yang diperoleh dari hasil observasi dalam proses
pembelajaran menemukan gagasan utama teks dengan menggunakan model pembelajaran
penemuan. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memaparkan hasil belajar siswa dalam
menemukan gagasan utama teks dengan menggunakan model pembelajaran penemuan.
Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini berdasarkan
masalah yang dihadapi guru di kelas, yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam menemukan
gagasan utama teks yang dibaca. Guru selaku peneliti berusaha mencari solusi atas masalah
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 8
Jurnal Education of Batanghari
tersebut dengan menggunakan model pembelajaran penemuan. Tindakan dilakukan dengan
langkah-langkah pencanaan, pelaksanaan, obeservasi, analisis, dan refleksi
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-1, SMP Negeri 23 Kota Jambi. Jalan Raden
Fatah, Kelurahan Sijenjang, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi Penelitian dimulai bulan
Januari s.d bulan Juni 2017.
Data penelitian tindakan kelas ini berupa hasil observasi dengan menggunakan lembar
observasi dan hasil catatan lapangan. Data yang dianalisis adalah data yang berhubungan dengan
proses pembelajaran menemukan gagasan utama teks siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota
Jambi dengan menggunakan model pembelajaran penemuan. Data hasil observasi tentang proses
pembelajaran berupa aktivitas yang dilakukan siswa dan guru. Data diperoleh dari hasil
observasi yang dilakukan oleh tiga observer dan catatan lapangan yang dibuat oleh guru peneliti
saat melaksanakan pembelajaran
Data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil penilaian pembelajaran
menemukan gagasan utama teks sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan. Ada tiga sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: observer, siswa dan guru.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, catatan lapangan, dan
tes.Observasi atau pengamatan dilakukan terhadap peristiwa berlangsungnya proses belajar
mengajar. Teknik yang digunakan adalah teknik observasi partisipasi aktif sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 227). Dalam hal ini peneliti hadir dalam pembelajaran dan
mengambil peran aktif dalam peristiwa itu. Peneliti sebagai guru melaksanakan proses
pembelajaran.
Catatan lapangan diperoleh dari peneliti sendiri. Saat melakukan penelitian, guru
mungkin menemukan berbagai hal yang menarik perhatian peneliti, misalnya tentang siswa yang
perlu perhatian khusus, kendala saat pembelajaran, dan alternatif solusinya, sehingga guru harus
membuat catatan tersendiri untuk hal-hal itu.
Tes dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kualitas hasil belajar menemukan
gagasan utama teks dengan model pembelajaran penemuan. Tes yang digunakan dalam penelitian
ini berupa tes unjuk kerja. Siswa membaca teks lalu menemukan gagasan utama teks tersebut.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengambilan data. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan siswa, catatan guru, lembar
penilaian., lembar penilaian RPP
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran itu, dapat dideskripsikan bahwa guru
membimbing siswa dalam setiap langkah pembelajaran. Pembimbingan intensif yang dilakukan
guru dapat mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, Terdapat peningkatan keaktifan
siswa siswa bertanya dan menjawab pertanyaan. Dalam membentuk kelompok, siswa sudah dapat
melakukan dengan cepat. Saat pemberian rangsangan berupa tesks bacaan, sebagian besar siswa
sudah membaca teks dengan baik. Tidak ada lagi siswa yang membaca dengan kebiasaan yang
salah.
Saat langkah identifikasi msalah, guru menugasi siswa untuk merumuskan pertanyaan
tentang gagasan utama teks. Guru juga memberikan bimbingan. Tujuh kelompok sudah dapat
berdiskusi untuk merumuskan pertanyaan. Masih ada satu kelompok yang anggota rebut. Guru
langsung mendekati dan membimbing kelaompok itu. Saat mengumpulkan data, tujuh kelompok
sudah membaca dengan cermat buku sumber untuk mencari data tentang gagasan utama teks.
Siswa juga sudak aktif berdiskusi untuk mengolah data dan menuliskan hasil penolahan data di
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 9
Jurnal Education of Batanghari
lembar kegiatan siswa. Semua kelompok sudah dapat memeriksa dengan cermat hasil diskusi
mereka dalam kegiatan pembuktian atau verifikasi. Sebagian siswa juga sudah dapat
menyimpulkan tentang gagasan utama teks.
Saat langkah mempresentasikan hasil diskusi, guru memberikan kesempatan kepada
setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Ada empat kelompok yang bersedia
tampil terlebih dulu tanpa dipaksa. Kelompok lain harus ditunjuk dulu agar mempresentasikan
hasil diskusi. Ada delapan belas siswa yang mengacungkan tangan saat diminta memberi
tanggapan. Guru memberi kesempatan secara bergiliran. Sebagian besar siswa sudah dapat
menyimpulkan hasil pembelajaran.
Saat guru dan siswa mengadakan refleksi terhadap proses pembelajaran siswa menyatakan bahwa
setelah mendapat bimbingan dan contoh dari guru, siswa berani dan percaya diri untuk
berdiskusi, presentasi, dan menanggapI. Di siklus II masih observasi terhadap aktivitas siswa
masih dilakasanakan. Dari data hasil observasi oleh observer pada siklus II tergambar bahwa
penggunaan model penemuan memerlukan kesabaran yang tinggi dalam memotivasi siswa untuk
menemukan gagasan utama teks kepada teman yang lainnya. Pada siklus II ini peneliti memulai
penelitian tindakan kelas untuk melihat bagaimana penggunaan model pembelajaran penemuan
dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca dan menemukan gagasan utama teks.
Secara umum, hasil observasi penelitian pada siklus II . Pada awal pelajaran dimulai, semua
siswa terlihat tertib dan tidak ada satu pun yang sibuk sendiri. Semua siswa mengikuti perintah
ketua kelas untuk berdoa dan memberi salam. Siswa memperhatikan penjelsan guru tentang
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui tayangan LCD. Guru
menayangkan sebuah teks. Guru meminta siswa membaca teks tersebut.. Guru menjelaskan
skenario dan penilaian pembelajaran. Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat
menemukan gagasan utama teks. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk berkelompok
Ketika pembelajaran mulai memasuki kegiatan inti, guru memberikan rangsangan kepada
siswa (stimulation) berupa teks bacaan. Siswa membaca teks yang dibagikan oleh guru.
Berdasarkan pengamatan, tidak ada lagi siswa yang melakukan kebiasaan yang salah dalam
membaca. Setelah membaca teks, siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah berupa
pertanyaan. Guru mengarahkan siswa agar merumuskan masalah tentang gagasan utama paragraf,
letak kalimat utama setiap paragraf, dan gagasan utama teks.
Setelah merumuskan pertanyaan itu, siswa mengumpulkan data (data collection) untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaaan tersebut. Dalam kegiatan ini, ada beberapa anggota kelompok
yang tidak aktif dalam diskusi. Berdasarkan pengamatan, beberapa siswa tidak aktif dalam
mengumpulkan data. Bahkan ada beberapa anggota kelompok yang melamun. Perilaku anggota
kelompok ini dilaporkan secara lisan oleh anggota kelompok lain kepada guru. Siswa membaca
buku paket, buku penunjang, dan kamus, untuk mengumpulkan data. Setelah data terkumpul,
siswa berdiskusi untuk mengolah data (data processing) dan menggunakan data tersebut untuk
menentukan gagasan utama paragraf dan teks secara keseluruhan. Siswa kembali berdiskusi
untuk tahap pembuktian terhadap data yang hasil kerja mereka.
Siswa menyimpulkan (generalitation) berdasarkan hasil verifikasi kelompok masing-
masing. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata siswa sudah dapat menuimpulkan data tepat
waktu. Selanjutnya, setiap kelompok menuliskan hasil diskusi mereka ke dalam lembar kerja
siswa. Selain menuliskan hasil diskusi, Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompok mereka. Tidak ada satu kelompok pun yang mau ke depan. Akhirnya,
guru mengadakan undian. Presentasi ini mengalami hambatan. Setelah di depan, siswa saling
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 10
Jurnal Education of Batanghari
suruh untuk mempresentasikan hasil diskusi. Akhirnya guru menunjuk secara acak siswa yang
berperan sebagai moderator dan siswa yang presentasi. Anggota kelompok lain diminta untuk
bersiap-siap menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Setelah kelompok presentasi, semua
kelompok lain memberikan tanggapan atau komentar.
Penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru
sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum,
pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini dilaksanakan dari Januari sampai denga Juni 2017 di kelas VII-1 SMP Negeri 23
Jambi. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, tahap refleksi.
PTK ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran penemuan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menemukan gagasan utama teks pada siswa kelas
VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi.
Pembahasan hasil temuan yang berkaitan dengan teori dijadikan acuan dalam penelitian
ini. Pembahasan dilakukan sesuai dengan masalah, tujuan, dan hasil penelitian. Fokus
pembahasan dalam penelitan ini adalah penerapan model pembelajaran penemuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran menemukan gagasan utama teks pada siswa kelas VII-1
SMP Negeri 23 Kota Jambi. Pembahasan kualitas pembelajaran yang dimaksud adalah
pembahasan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Pembahasan hasil penelitian ini
mengacu pada hasil temuan siklus I dan siklus II.
Proses pembelajaran merupakan segala sesuatu yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran
antara guru dan siswa. Pembahasan hasil temuan dalam penelitian ini berhubungan langsung
dengan sintak atau langkah-langkah model pembelajaran penemuan, yang terdiri dari pemberian
rangsangan, merumuskan pertanyaan atau identifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah
data, membuktikan, dan menyimpulkan. Sintak itu diapadukan dengan langkah terakhir dalam
pendekatan saintifik, yaitu mengomunikasikan. Perbandingan hasil penelitian berupa proses
pembelajaran digambarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 5.1 Perbandingan Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
No. Sintak/Langkah
Pembelajaran
Siklus I Usaha Perbaikan Siklus II Kesimpulan
1. Pemberian
rangsangsan.
Siswa membaca
teks bacaan.
1. Sebagian siswa masih
melakukan kebiasaan
yang salah dalam
membaca.
2. Ada siswa yang tidak
antusias dalam
membaca.
1. Guru
memberikan
bimbingan
tentang kebiasaan
yang harud
dihindari saat
membaca.
2. Guru
menyediakan
bahan bacaan
yang memuat hal
yang lebih dekat
dengan siswa
1. Tidak ada
lagi siswa
yang
melakukan
kebiasaan
yang salah
dalam
membaca.
2. Semua
siswa sudah
antusias dalam
membaca
Ada
peningkatan
kualitas
proses
pembelaharan
siklus II
apabila
dibandingkan
kualitas
proses
pembelajaran
siklus I. Hal
itu dapat
dilihat pada
keaktifan dan 2. Identifikasi Sebagian kelompok Guru memberikan Semua
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 11
Jurnal Education of Batanghari
masalah
belum dapat
merumuskan pertanyaan
bimbingan saat
siswa berdiskusi
untuk
merumuskan
pertanyaan
tentang gagasan
utama
kelompok
sudah dapat
merumuskan
pertanyaan.
antusias siswa
dalam proses
pembelajaran.
4. Mengumpul-
kan data
Sebagian siswa belum
aktif dalam diskusi
kelompok untuk
mengumpulkan data
tentang gagasan utama
Guru memotivsi
dan membimbing
siswa dalam
diskusi kelompok
Tujuh
kelompok
sudah aktif
dalam diskusi.
Satu
kelompok
anggotanya
belum aktif.
5. Mengolah data Hanya empat kelompok
yang aktif menentukan
gagasan utama
Guru memberikan
bimbingan
Tujuh
kelompok
sudah aktif
mengolah data
untuk
menentukan
gagasan utama
teks.
5. Membuktikan Ada empat kelompok
yang memeriksa dengan
cermat hasil diskusi
menentukan gagasan
utama.
Guru memberikan
bimbingan
Semua
kelompok
sudah
memeriksa
dengan cermat
hasil diksusi
kelompok
masing-
masing.
6. Menyimpul-
kan
Semua kelompok
mengalami kesulitan
dalam menyimpulkan
Guru memberikan
motivasi dan
bimbingan.
Semua
kelompok
sudah aktif
berdiskusi dan
menyimpulkan
7. Mengomuni-
kasikan
Sebagian besar siswa
belum berani dan tidak
percaya diri untuk
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok,
memberi tanggapan atau
komentar.
Guru memberi
contoh cara
mempresentasikan
dan menanggapi
hasil diskusi.
Ada empat
kelompok
yang sudah
bersedia
tampil tanpa
dipaksa.
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 12
Jurnal Education of Batanghari
Pembahasan pada tahap pemberian rangsangan/stimulation, siswa diminta untuk
membaca teks. Sebagian siswa masih melakukan kebiasaan yang salah dalam membaca. Guru
memberikan bimbingan agar siswa tidak lagi melakukan kesalahan dalam membaca. Pada siklus
II tidak ada lagi siswa yang melakukan kebiasaan yang salah dalam membaca. Saat tahap
merumuskan pertanyaan/problem statement siswa sebagian besar belum dapat merumuskan
masalah. Setelah mendapat bimbingan guru, siswa baru dapat mermuskan pertanyaan tentang
gagasan utama teks. Pada tahap mengumpulkan data/data collection, guru belum begitu optimal
dalam membimbing siswa akibatnya siswa juga belum terlibat aktif dalam berdiskusi kelompok.
Kemudian guru memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut dan mengoptimalkan siswa untuk
berpikir dan ikut berdiskusi mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan yang sudah
disusun.
Pada tahap mengolah data, pada siklus sebagian siswa belum aktif dalam diskusi
kelompok untuk menemukan gagasan utama teks. Guru membimbing siswa dalam dalam
kelompok agar semua anggota kelompok terlibat aktif dalam diskusi.. Pada siklus II sebagian
besar siswa sudah dapat merumuskan pertanyaan. Pada tahap pembuktian/verification pada siklus
I, sebagian besar siswa tidak mencermati hasil kerja kelompok. Guru memberikan bimbingan saat
siswa memeriksa kembali hasil diskusi. Pada siklus II, sebagian besar siswa sudah melakukan
pemerikasaan hasil diskusi kelompok dengan cermat.
Pada tahap menyimpulkan/generalization siklus I, sebagian siswa belum dapat
menyimpulkan hasil diskusi. Guru memberikan bimbingan, sehingga pada siklus II sebagian
besar siswa sudah dapat menyimpulkan hasil diskusi kelompok. Pada tahap mengomunikasikan
siklus I, siswa mengalami kesulitan mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Siswa juga tidak berani dan tidak percaya diri untuk mrmberilkan komentar. Guru memberikan
contoh cara mempresentaikan dan memberi tanggapan.. Pada siklus II, sebagian besar siswa
sudah berani dan percaya diri untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Sebagian besar
siswa juga dapat memberikan tanggapan terhadap kelompok yang mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas.
Berdasarkan data yang telah diuraikan terlihat bahwa kualitas proses pembelajaran
menemukan gagasan utama pada siklus II meningkat apabila dibandingkan dengan proses
pembelajaran siklus I. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam penelitian ini sesuai
dengan teori tentang kelebihan model pembelajaran penemuan yang menyatakan bahwa model
pembelajaran penemuan dapat membantu siswa aktif dan antusias dalam pembelajaran dan dapat
menghilangkan keraguan karena mengarah pada kebenaran final karena melalui proses verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan model pembelajaran
penemuan dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran kemampuan menemukan gagasan
utama teks yang dibaca pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota Jambi. Hal ini terlihat dari
hasil tes awal, hasil tindakan yang ada pada siklus I, dan hasil tindakan di siklus II. Pada tes
awal, hanya 4 siswa atau 12,5% siswa yang mencapai nilai KKM yang ditentukan, yaitu 75.
Pada siklus I, siswa yang mendapatkan nilai mencapai KKM atau lebih sebanyak 18 orang siswa
atau 56,3%. Pada siklus II, siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 28 siswa atau mencapai
87,5%.
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 13
Jurnal Education of Batanghari
V. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian tindakan kelas ini dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran penemuan dapat meningkatan kualitas proses
pembelajaran menemukan gagasan utama teks pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota
Jambi. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran penemuan dapat meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran menemukan gagasan utama teks pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 23 Kota
jambi. Hal itu dapat dibuktikan dengan peningkatan hasil tes awal, hasil tes siklus I, dan hasil tes
siklus II.
Jurnal Education of Batanghari
Volume 2, Nomor 12: 001-014 14
Jurnal Education of Batanghari
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2013 Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Puskur, Balitbang.
Depdiknas. 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Puskur Balitbang.
_______ 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SMP dan Madrasah Tsanawiyah.
Jakarta: P.T. Binatama Raya
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; Rineka Cipta.
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2005. Pengembangan Keterampilan Membaca Jakarta:
Depdiknas. Kemendikbud. 2013. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung; Alfabeta.
Jihad, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: Nusa
Indah.
Mulyasa, E. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya.
Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:
BPFE.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.
Soedarso. 2005. Speed Reading. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung:Alfabeta.
Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryosubroto. 1997. Proses Pembelajaran di Seskolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Djago. 1981. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Mengembangkannya.
Bandung: Angkasa.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.