meningkatkan hasil belajar fiqih materi wudhu...
TRANSCRIPT
i
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH
MATERI WUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI
DAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII A
MTs MA’ARIF 2 GRABAG, MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
ISTIROKHAH
NIM 111 14 019
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Agama Islam adalah (agama) yang bersifat bersih/suci, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya
tidak akan masuk surga, kecuali orang-orang yang suci (HR. Baihaqi).
Sesungguhnya Allah swt itu menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha
mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-
tempatmu dan jangan meniru orang-orang yahudi (HR. Tirmidzi).
Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan untuk menguji akar.
(Ali bin Abi Thalib ra)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin Maha suci Allah yang telah memberi kebahagiaan,
rasa syukur yang terdalam terpancar dalam butiran-butiran bening di kala hati
mulai tersenyum. Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
1. Teruntuk yang selalu aku sebut dalam doa-doaku, Kedua orang tuaku tercinta
Bapak Sugianto dan Ibu Botok yang senantiasa membimbing, merawat,
mendidik, mencintai dan memberikan kasih sayangnya kepada penulis sedari
kecil sampai sekarang, semoga Allah selalu melimpahkan kasih sayangNya
kepada beliau berdua, senantiasa diberikan kesehatan, umur yang panjang dan
manfaat, serta dimudahkan dalam setiap urusannya.
2. Adikku Rizal Nahrowi yang selalu menyayangi kakaknya, semoga apa yang
menjadi cita-citamu dapat tercapai dan didengar serta ayo bareng-bareng kita
bahagiakan kedua pahlawan kita “Pae dan Mae tercinta”.
3. Keluarga besar ku mbah Jarkoni, Mbah Supiyah, Mbah Ngatirah, dan semua
adik-adik dari mae pae (pak lik dan bu lik) yang selalu memberi restu dan
doa-doanya kepada penulis untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis.
4. Adik-adik kecil sepupuku Lala, Rahma, Asma, Shifa, Seli, Faris, Farhan,
Rehan, Fiki, Reza, Ndiroh, Safa, Akmal, Risa, Ferdi yang menjadi harapan
penulis semoga kelak menjadi anak-anak yang cinta terhadap ilmu dan
berpendidikan tinggi sehinga cita-citanya tercapai.
viii
5. Almagfurllah Bapak K. H. Muhammad Zumri RWS (Alm) beserta Ibu Nyai
Hj. Latifah pengasuh PPTI Al-Falah Salatiga yang senantiasa memberikan
membimbing dan memberikan nasihat-nasihatnya kepada penulis.
6. Bapak Saeful Bahri dan Ibu Meva Evita Dewi pengasuh asrama IBS
Daarunnajah MAN 1 Magelang yang hingga saat ini selalu memberi motivasi
untuk penulis.
7. Ibu Dra. Hj. Maryatin, M.Pd yang telah sabar membimbing dan mendo‟akan
dalam penyusunan skripsi ini, hanya Allah yang mampu membalas kebaikan
ibu, semoga selalu diberi kesehatan dan dimudahkan dalam segala urusannya.
8. Teman-teman BigFam‟14 PPTI Al-Falah yang selalu berjalan beriringan
untuk mencapai keberhasilan bersama, terkhusus mbak Siti Uswatun
Khasanah yang setia menemani dalam proses penelitian.
9. Adek-adekku PPTI Al-Falah dek Renita, dek Imro‟, dek Fadhil, dek Najibah,
dek Mela yang selalu mendukung dan setia menemani penulis dalam
penyelesaian skripsi ini serta kepada Adek-adekku Likai, Dihlis, Okta yang
selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Bu Lurah PPTI Al-Falah (Ulfah Mahmudah) yang selalu menemani,
mendukung dan memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
11. Teman-teman pengurus jurnalistik Insantri, pengurus poskestren dan
pengurus perpustakaan PPTI Al-Falah yang tidak bisa penulis sebutkan satu
per satu.
ix
12. Sahabat MTs ku tercinta Katri Handayani yang selalu nagih kapan aku
wisuda.
13. Teman-teman PPL MTs NU Salatiga dan teman-teman KKN posko 90
Boyolali.
14. Rekan mahasiswa PAI angkatan 2014 IAIN Salatiga.
15. Seseorang yang akan menjadi imam dalam hidupku.
16. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi rabbi al-„alamin, segala Puji bagi Allah Tuhan semesta
alam yang telah melimpahkan semangat dan memberikan jalan kemudahan
kepada penulis, sehingga penulis dapat melalui segala macam proses penulisan
skripsi ini hingga selesai dengan judul “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
FIQIH MATERI WUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN
MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII A MTs MA‟ARIF 2
GRABAG TAHUN PELAJARAN 2018/2019”. Shalawat salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, utusan Allah yang
ilmunya masih bisa penulis rasakan melalui rantai ilmu para Ulama dan Kyai yang
mempunyai sanad kepada beliau.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan PAI IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Hj. Maryatin, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
secara ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran dan
tenaganya memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna sejak awal
xi
proses penyusunan dan penulisan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya.
6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk
menilai dan menguji skripsi ini dalam rangka menyelesaikan studi Pendidikan
Agama Islam di Institut Agama Islam Negri Salatiga.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah berkenan
memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan
hingga studi ini dapat selesai dan semoga memberikan manfaat kepada penulis
khususnya dan masyarakat, lingkungan sekitar umumnya.
8. Bapak K. H. Muhammad Zumri RWS (Alm) beserta Ibu Nyai Hj. Latifah
selaku pengasuh pondok pesantren Tarbiyyatul Islam Al-Falah yang telah
membina, mendidik dan mencurahkan ilmunya kepada penulis selama belajar
di pondok pesantren. Semoga keberkahan selalu menyertai mereka.
9. Para ustadz dan ustadzah PPTI Al-Falah yang dengan ikhlas memberikan
ilmunya kepada penulis.
10. Bapak kepala sekolah MTS Ma‟arif 2 Grabag, Bapak Turyana, S.Pd.I yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di MTs
Ma‟arif 2 Grabag.
xii
11. Bapak Agus Ahmad Marzuki, M.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran
fiqih kelas VII MTs Ma‟arif 2 Grabag yang telah banyak membantu
pelaksanaan penelitian hingga selesai.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan dan
mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya, dengan tulisan ini semoga bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 14 September 2018
Penulis,
ISTIROKHAH
NIM 11114019
xiii
ABSTRAK
Istirokhah. 2018. Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Materi Wudhu Melalui
Metode Demonstrasi Dan Media Audio Visual Pada Siswa
Kelas VII A MTs Ma’arif 2 Grabag, Magelang Tahun Pelajaran
2018/2019. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Hj. Maryatin, M,Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Wudhu, Metode Demonstrasi dan Media Audio
Visual
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah metode
demonstrasi dan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran fiqih materi wudhu pada siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag,
Magelang Tahun pelajaran 2018/2019.
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) menerapkan 2
siklus dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek
penelitian siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag, Magelang tahun pelajaran
2018/2019 sebanyak 33 siswa. Teknik pengumpulan data yang menggunakan
observasi, tes, dan dokumentasi. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif,
nilai praktik dan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Kemudian di analisis
menggunakan rumus ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal kemudian
ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa pra siklus 42% (14
siswa), siklus I 73% (24 siswa) dan siklus II 88% (29 siswa). Jadi tingkat
keberhasilan siswa meningkat pra siklus ke siklus I 31% (10 siswa), siklus I ke
siklus II 15% (5 siswa). Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II hanya
mencapai 88% dikarenakan terdapat siswa yang sakit dan siswa yang tidak
memperhatikan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil nilai praktik siklus
I jumlah nilai 73 dan siklus II 125, hampir seluruh siswa mampu mempraktikan
wudhu. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual dan metode
demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih pokok bahasan
thaharah materi wudhu pada siswa kelas VII A semester I MTs Ma‟arif 2 Grabag,
Magelang tahun pelajaran 2018/2019.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO.............................................................................. ii
HALAMAN DEKLARASI.......................................................................... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING........................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... v
MOTTO........................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................. x
ABSTRAK.................................................................................................... xii
DAFTAR ISI................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 6
C. Tujuan Penelitian................................................................. 6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Penelitian...................... 7
E. Manfaat Penelitian............................................................... 8
F. Definisi Operasional............................................................ 10
G. Metode Penelitian................................................................ 14
H. Sistemtika Penulisan........................................................... 25
xv
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori......................................................................... 27
1. Pengertian hasil belajar.................................................. 27
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar............ 28
3. Mata pelajaran fiqih....................................................... 33
4. Materi Wudhu................................................................ 37
5. Metode Demonstrasi...................................................... 37
6. Media Audio Visual ...................................................... 41
B. Kajian Materi Penelitian...................................................... 46
1. Pokok Bahasan Thaharah............................................... 46
2. Materi Wudhu................................................................ 52
C. Kajian Pustaka..................................................................... 71
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum................................................................ 74
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian........................................ 78
1. Pra Siklus....................................................................... 78
2. Siklus I........................................................................... 79
3. Siklus II......................................................................... 87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian................................................................... 95
1. Pra Siklus........................................................... 95
2. Siklus I............................................................... 100
3. Siklus II......................................................................... 106
B. Pembahasan ........................................................................ 113
xvi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................... 122
B. Saran.................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 125
LAMPIRAN................................................................................................. 127
xvii
DAFTAR TABEL
1.1 Kriteria Ketuntasan Nilai Pada Siswa............................................... 24
3.1 Jumlah Siswa MTs ma‟arif 2 Grabag................................................ 76
3.2 Lembar Pengamatan Guru Siklus I................................................... 83
3.3 Lembar Pengawasan Siswa Siklus I.................................................. 85
3.4 Lembar Pengamatan Guru Siklus II.................................................. 91
3.5 Lembar Pengawasan Siswa Siklus II................................................ 93
4.1 Hasil Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Fiqih............................. 96
4.2 Hasil Nilai Tes Formatif Siklus I...................................................... 99
4.3 Hasil Nilai Praktik Silkus I................................................................ 104
4.4 Hasil Nilai Tes Formatif Siklus II..................................................... 107
4.5 Hasil Nilai Praktik Silkus II.............................................................. 111
4.6 Perbandingan Nilai Pra Siklus dan Siklus I...................................... 114
4.7 Perbandingan Nilai Siklus I dan Siklus II......................................... 115
4.8 Perbandingan Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II............ 116
4.9 Selisih Ketentuan Siswa....................................................................
119
4.10 Perbandingan Presentase Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II.............................................................................................
119
4.11 Perbandingan Nilai Praktik Siklus I dan Siklus II............................. 120
xviii
DAFTAR GAMBAR
1.1 Skema siklus PTK........................................................................ 18
4.1 Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Ketuntasan Siswa............. 118
4.2 Presentase Hasil Belajar Siswa..................................................... 120
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil Nilai Ulangan Harian
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
3. Lembar Pengamatan Guru Siklus I
4. Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
5. Soal Tes Siklus I
6. Hasil Nilai Tes Formatif Siklus I
7. Hasil Nilai Praktik Siklus I
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
9. Lembar Pengamatan Guru Siklus II
10. Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
11. Soal Tes Siklus II
12. Hasil Nilai Tes Formatif Siklus II
13. Hasil Nilai Praktik Siklus II
14. Dokumentasi
15. Surat Tugas Pembimbing Skripsi
16. Surat Permohonan Izin Penelitian
17. Surat Keterangan Penelitian
18. Lembar Konsultasi Skripsi
19. Surat Keterangan Kegiatan (SKK)
20. Riwayat Hidup
21. Deklarasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup di dunia ini tidak lepas dari pendidikan, karena tujuan
sesungguhnya manusia bukan hanya sekedar untuk hidup, melainkan ada
tujuan yang lebih mulia daripada sekedar hidup dan semua itu dapat tercapai
dan terwujud lewat pendidikan. Itulah yang membuat perbedaan antara
manusia dengan makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya, yang
menjadikannya lebih unggul dan lebih mulia. Manusia merupakan makhluk
yang sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, karena manusia
diberi kelebihan berupa akal untuk berfikir dengan akal tersebut manusia
diharapkan dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga mampu
membedakan antara yang benar dan yang batil sehingga menjadi manusia
yang seutuhnya.
Pendidikan merupakan suatu wahana dan sarana yang baik dalam
upaya pembinaan sumber daya manusia dan mempunyai nilai esensial yang
tinggi dalam kehidupan. Pendidikan merupakan kebutuhan utama sebagai
bekal manusia di kehidupannya nanti, maka dari itu sudah selayaknya
pendidikan mendapatkan perhatian, penanganan dan sebagai perioritas oleh
pemerintah, masyarakat, keluarga dan seluruh pelaku pendidikan.
Pendidikan dalam Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003 pasal 1
tentang Sistem pedidikan Nasional adalah suatu usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
2
aktif dapat mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Keberhasilan pendidikan tidak dapat terlepas dari proses pembelajaran
yang sedang berlangsung, yaitu di dalamnya meliputi beberapa komponen
yang saling terkait. Komponen tersebut adalah guru (pendidik), siswa (peserta
didik), materi (bahan), media (alat/sarana), dan metode atau model
penyampaian. Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat
menciptakan dan menggunakan berbagai macam strategi agar pembelajaran
tidak membosankan bagi siswa. Akan tetapi sejauh ini proses pembelajaran
yang berlangsung dalam dunia pendidikan masih berpusat pada guru (teacher
centered), bukan pada siswa (student centered). Siswa hanya duduk,
mendengarkan, mencatat dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru.
Pola seperti ini menyebabkan siswa kurang bisa mengaktualisasikan dirinya
dan pembelajaran menjadi kurang aktif dan kurang sesuai dengan cara belajar
yang disukai oleh peserta didik.
Suatu sistem pendidikan dibentuk agar tujuan pendidikan dapat
tercapai sesuai dengan rencana, untuk itu dibutuhkan suatu peraturan
mengenai pendidikan itu sendiri yang disebut dengan kurikulum. Kurikulum
dalam pasal 1 ayat 19 Undang-Undang tahun 2003 adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3
Tolok ukur berhasil tidaknya tujuan pendidikan selain dapat dilihat
dari perubahan tingkah laku peserta didik juga dapat dilihat pula melalui
pencapaian hasil belajar yang maksimal setelah diadakan evaluasi di akhir
proses pembelajaran. Dengan mengetahui hasil belajar setiap peserta didik
maka dapat dijadikan tolok ukur bagi pendidik untuk mengetahui sejauh
mana proses pendidikan itu berlangsung, dan sejauh mana peserta didik
tersebut memahami dan mendalami materi pembelajaran yang telah diajarkan,
serta sejauh mana tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Pendidikan agama islam merupakan pendidikan yang penting dan
harus di pelajari sejak dini, pembinaan tentang pendidikan agama islam
dikembangkan dengan menekankan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itu guru agama perlu
mendorong dan mematau kegitan pendidikan islam yang dialami oleh peserta
didiknya di dua lingkungan pendidikan lainnya (keluarga dan masyarakat).
Sehingga terwujud keselarasan dan kesatuan tindakan dalam pembinaannya.
Mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) di MTs Ma‟arif 2
Grabag terdiri dari empat komponen, yaitu meliputi Fiqih, Akidah Akhlak,
Al-Qur‟an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Fiqih berfungsi
untuk melaksanakan syariat dan hukum-hukum Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Akidah Akhlak berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan siswa kepada Allah SWT. Al-Qur‟an Hadits berfungsi memahami
ayat-ayat Al-Qur‟an serta mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-
hari, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) berfungsi mengajarkan siswa
4
tentang sejarah Islam agar siswa dapat mengetahui dan mengambil hikmah
dari apa yang terjadi pada Islam zaman dahulu.
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti khusus meneliti tentang
mata pelajaran fiqih. Belajar fiqih merupakan hal yang yang sangat penting
yang mana fiqih adalah syariat Islam yang harus dikerjakan oleh setiap umat
muslim. Dalam kehidupan sehari-hari fiqih sangat dibutuhkan oleh setiap
orang khususnya dalam bidang ibadah. Fiqih membahas tentang cara
beribadah, prinsip rukun Islam, dan hubungan antar manusia sesuai yang
tersurat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah. Fiqih mengatur segala hukum Allah
yang berhubungan dengan segala pekerjaan mukalaf yang mana hukum ini
diambil dari Al-Qur‟an dan Sunnah dengan jalan ijtihad.
Dalam penelitian ini penulis membahas tentang fiqih materi wudhu.
Thaharah merupakan upaya seseorang untuk mensucikan dirinya dari hadas
dan najis dengan tujuan supaya dapat menjalankan ibadah, yang termasuk
kedalam fiqih thaharah (bersuci) yaitu meliputi alat bersuci, seperti air, tanah,
dan sebagainya, kaifiyah (cara) bersuci, macam dan jenis-jenis najis yang
perlu disucikan, benda yang dapat disucikan dan sebab-sebab atau keadaan
yang menyebabkan wajib untuk bersuci. Pentingnya pemahaman peserta
didik tentang thaharah (bersuci) mempengaruhi terhadap keabsahan atau
keutaman dalam beribadah. Oleh karena itu memberikan pemahaman tentang
materi wudhu kepada peserta didik di usia dini tidaklah perkara yang mudah,
seorang pendidik selain harus menguasai pelajaran, juga harus memiliki
5
kemampuan untuk memilih dan menggunakan metode serta media
pembelajaran yang tepat untuk di gunakan dalam proses pembelajaran.
Dalam mata pelajaran fiqih di MTs Ma‟arif 2 Grabag banyak siswa
yang mengalami kesulitan. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar yang
kurang memuaskan ketika dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian.
Bedasarkan nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran fiqih di MTs Ma‟arif
2 Grabag menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik banyak yang masih
dibawah standar yang telah ditetapkan (KKM) yaitu 70. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik dari peserta didik atau guru itu sendiri. Dilihat dari
faktor peserta didik, peserta didik memiliki hasil belajar yang rendah
dikarenakan kurangnya minat untuk belajar fiqih, kurangnya antusias peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran, rendahnya minat baca peserta didik
terhadap materi pembelajaran dan lain sebagainya. Ditinjau dari aspek guru,
selama ini dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode
konvensional seperti ceramah sehingga peserta didik kurang tertarik terhadap
proses pembelajaran. Selain itu guru juga kurang memanfaatkan media yang
dapat menarik perhatian peserta didik. Proses pembelajaran yang kurang baik
dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, bila guru hanya
menggunakan metode yang monoton, menggunakan pendekatan yang kurang
tepat maka peserta didik akan merasa bosan dan enggan mengikuti
pembelajaran, siswa tidak dapat belajar aktif dan hanya akan pasif saja
sehingga memberikan dampak yang kurang baik terhadap hasil belajar peserta
didik.
6
Untuk memperbaiki kasus tersebut penulis menetapkan metode dan
media pembelajaran yang akan digunakan, yaitu melalui metode
pembelajaran demonstrasi dan media audio visual, diharapkan dapat menarik
perhatian peserta didik terhadap proses pembelajaran fiqih khususnya pada
materi wudhu sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Dari permasalahan dan hasil study pendahuluan diatas, maka penulis
termotivasi untuk meneliti tentang “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
FIQIH MATERI WUDHU MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN
MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII A MTs MA‟ARIF 2
GRABAG, MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas,
maka dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah : Apakah penerapan metode demonstrasi dan media audio visual dapat
meningkatkan hasil belajar fiqih materi wudhu pada siswa kelas VII A MTs
Ma‟arif 2 Grabag, Magelang tahun pelajaran 2018/2019.
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mempunyai tujuan yang
ingin dicapai yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fiqih materi
wudhu melalui metode demonstrasi dan media audio visual pada siswa kelas
VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag, Magelang tahun pelajaran 2018/2019.
7
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis tindakan
Hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti di bawah (lemah),
tesis yang berarti kebenaran. Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau
kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari pengkajian
kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011: 96). Jadi suatu
hipotesis akan diterima jika disertai dengan adanya fakta-fakta yang
membenarkan. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Penerapan pembelajaran melalui metode
demonstrasi dan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar
fiqih materi wudhu pada siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag,
Magelang tahun pelajaran 2018/2019 dan dapat mencapai target
pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah diterapkan di
sekolah, serta siswa dapat mempraktikan materi wudhu dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan materi yang telah disampaikan.
2. Indikator keberhasilan
Penerapan metode demonstrasi dan media audio visual dikatakan
berhasil apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai. Indikator yang
dapat dirumuskan penulis adalah sebagai berikut :
a. Siswa merasa tertarik dengan metode dan media pembelajaran yang
digunakan, sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa menjadi
8
ingin tahu. Dampak dari rasa ingin tahu tersebut menjadikan siswa
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas sehingga siswa
mengalami peningkatan hasil belajar dan mampu mempraktikkan
materi pembelajaran fiqih materi wudhu dalam kehidipan sehari-hari
sesuai dengan materi yang telah disampaikan.
b. Lebih dari 85% dari jumlah siswa kelas VII MTs Ma‟arif 2 Grabag,
Magelang memperoleh nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal).
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat
teoritis maupun praktis, manfaat penelitian ini antara lain yaitu :
1. Manfaat teoritis
Dalam penelitian tindakan kelas ini berusaha memberikan kontribusi
sebagai informasi dan menambah wawasan dalam khazanah keilmuan
Islam tentang metode demonstrasi dan media audio visual dapat
memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas yaitu pada
mata pelajaran fiqih materi wudhu pada siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2
Grabag, dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi
dan literatur kepustakaan dan sebagai acuan untuk penelitan selajutnya.
9
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis yang penulis paparkan di sini adalah sebagai berikut :
a. Untuk guru
Manfaat yang dapat dirasakan oleh guru setelah penelitian ini
dilaksanakan adalah sebagai motivasi guru untuk meningkatkan
kreatifitas dalam penggunaan metode dan media pembelajaran untuk
proses belajar mengajar serta menambah wawasan kepada guru tentang
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
b. Untuk siswa
Manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa setelah penelitian
dilaksanakan adalah membantu siswa dalam memahami materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa mampu memperoleh
pengalaman tentang pembelajaran yang lebih menarik sehingga siswa
mengalami peningkatan dalam hasil belajarnya dan mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari.
c. Untuk sekolah
Manfaat yang dapat dirasakan oleh sekolah setelah penelitian
dilaksanakan adalah didapatkannya masukan bagi sekolah untuk
memperbaiki proses pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat
meningkatkan mutu dari sekolah dengan adanya peluang untuk
menambah jumlah peserta didik baru.
10
d. Untuk peneliti
Manfaat yang dapat dirasakan oleh peneliti setelah penelitian
dilaksanakan adalah akan menambah pengetahuan dan wawasan yang
luas sebagai bekal kelak katika akan mendidik.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama
penulisan dalam penggunaan kata pada judul, maka akan dijelaskan istilah-
istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini pada definisi operasional,
sebagai berikut :
1. Hasil belajar
Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri
seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu (Fathurrahman, 2007: 6).
Belajar adalah kegiatan yang berproses secara sistematis dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis pendidikan
(Sardiman, 2009: 26).
Prestasi belajar adalah Hasil belajar atau perubahan tingkah laku
yang menyangkut ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap setelah
melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2004: 75). Jadi, hasil belajar
dapat diartikan sebagai kemampuan yang diperoleh siswa setelah
melewati proses kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar adalah penambahan dan perubahan perilaku peserta
didik dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, kemampuan dan
11
nilai sikap serta kualitas maupun kuantitas agar menjadi lebih baik
setelah melakukan kegiatan proses belajar mengajar pada mata pelajaran
fikih materi thaharah. Secara kualitatif dapat ditandai dengan perubahan
perilaku dan sikap, sejauh mana peserta didik mampu mempraktikkan
materi thaharah dalam kehidupan sehari-hari. Secara kuantitatif dapat
ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas setelah diadakannya
tes formatif.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil bahan penelitian tentang
materi wudhu dikarenakan materi ini sangat penting untuk di pelajari,
dipahami dan di amalkan peserta didik sejak dini sebagai landasan dasar
dalam beribadah. Thaharah (bersuci) yang termasuk di dalamnya adalah
wudhu merupakan salah satu syarat dari berbagai ibadah, baik ibadah
wajib maupun ibadah sunah, seperti: sholat, membaca Al-Qu‟an, dan lain
sebagainya. Pemilihan media audio visual karena materi wudhu adalah
materi yang tidak hanya berbentuk teori saja akan tetapi juga harus
dipraktikkan, sehingga peserta didik harus melihat gambaran tentang
bagaimana cara berwudhu dan melalui metode demonstrasi peserta didik
berlatih untuk mempraktikan apa yang telah diperlihatkan melalui
gambaran yang telah diperlihatkan dan mampu mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Fiqih
Fiqih berarti ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara‟
yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia yang diperoleh dari
12
dalil-dalil tafsir (jelas). Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam
syari‟at Islam yang secara membahas persoalan hukum yang mengatur
berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi,
bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.
Fiqih membahas tentang bagaimana cara beribadah, tentang prinsip
rukun Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang
terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah. Dalam Islam terdapat 4 madzhab
dari Sunni yaitu Syafi‟i, Hambali, Maliki, Hanafi. Dari keempat madzhab
tersebut terdapat 4 imam yang mempunyai pendapat yang berbeda-beda
dalam pembahasan Fiqih.
Sedangkan ilmu fiqih adalah ilmu yang membahas tentang hukum-
hukum syari‟at yang bersifat praktis yang diperoleh dari dalil-dalil yang
rinci. Secara umum, Al-Ghazali memandang ilmu fiqih sebagai bagian
dari syari‟ah yang memiliki keterkaitan erat dengan jalan akhirat, hanya
saja lahan pembahasannya terbatas pada perbuatan-perbuatan lahir
manusia (Abu Hapsin, 2017: 54). Objek kajian ilmu fiqih adalah
perbuatan orang mukallaf (dewasa) dalam pandangan hukum syariat,
agar dapat diketahui mana yang diwajibkan, disunahkan, diharamkan,
dimakruhkan, dan diperbolehkan serta mana yang batal (tidak sah) (Nata,
2003: 26)
13
3. Wudhu
Wudhu merupakan salah satu amalan ibadah yang agung dalam
Islam. Secara bahasa, wudhu berasal dari kata al-wadha’ah, yang
mempunyai arti kebersihan dan kecerahan. Sedangkan secara istilah,
wudhu adalah menggunakan air untuk anggota-anggota tubuh tertentu
(yaitu wajah, dua tangan, kepala, dan dua kaki) untuk menghilangkan
hal-hal yang dapat menghalangi seseorang untuk melaksanakan shalat
atau ibadah yang lain (Al-Batawy, 2015: 7) .
Wudhu adalah menyucikan diri dari hadas kecil agar dapat
mengerjakan ibadah-ibadah yang disyariatkan untuk berwudhu terlebih
dahulu. Secara syariat Islam, wudhu adalah membasuh muka, kedua
tangan hingga siku, sebagian kepala, dan kedua kaki hingga mata kaki
untuk dapat beribadah kepada Allah Swt.
4. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan cara
memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang telah
disajikan (Simamora, 2009: 57)
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pembelajaran
dengan memeragakan atau menunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan lisan (Djamarah, 1997:
14
102). Jadi, metode demonstrasi adalah cara mengajar seorang guru
dengan memperagakan atau menunjukkan kepada siswa materi yang
yang sedang dipelajari sehingga siswa dapat mengamati dan
mendangarkan dengan jelas materi yang disampaikan oleh guru, serta
siswa mampu mempraktikan sesuai dengan apa yang telah dilihat dan
telah didengarnya.
5. Media audio visual
Media audio visual adalah media yang bisa didengar dan dilihat
secara bersamaan. Media ini mengerakkan indra pendengaran dan
penglihatan secara bersamaan. Contohnya: media drama, pementasan,
film, televisi dan media yang sekarang menjamur, yaitu VCD
(Satrianawati, 2018: 10). Jadi media audio visual adalah media yang
mengkombinasikan antara audio dan visual atau bisa kita sebut dengan
pandang dan dengar.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang penulis ambil adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Prof. Suharsimi Arikunto
dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas mendefinisikan bahwa PTK
merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kegiatan
yang sengaja ditimbulkan yang terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan (Jalil, 2014: 6). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
yang di lakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
15
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru dan
memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga hasil
belajar siswa menjadi meningkat. Alasan utama pemilihan rancangan PTK
adalah dikarenakan peneliti dapat secara lagsung terlibat dalam penelitian.
Peneliti memilih jenis peneltian tindakan kelas yaitu untuk
memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran.
Rendahnya hasil belajar siswa dapat dianalisis menggunakan jenis
penelitian tindakan kelas. Setelah penyebab masalah ditemukan, peneliti
melakukan tindakan yang dianggap mampu memecahkan masalah
tersebut. Pada akhir tindakan dilakukan refleksi tentang keberhasilan dan
kegagalan tindakan terhadap pemecahan masalah.
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2
Grabag, yaitu sekitar 33 siswa. Alasan mengambil subjek siswa kelas VII
A dikarenakan kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan media dan
metode pembelajaran sehingga siswa kurang termotivasi dalam
memperhatikan guru saat menjelaskan materi kemudian berdampak pada
kurangnya hasil belajar siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag serta
dinilai perlu adanya suatu pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran
supaya mereka lebih termotivasi dan hasil belajarnyapun meningkat.
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah MTs Ma‟arif 2 Grabag, tepatnya di
dusun Ngandong, desa Banaran, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang.
16
Sekolah ini dipilih menjadi tempat penelitian adalah kerena dianggap
memerlukan pengembangan model pembelajaran yang akan meningkatkan
kinerja guru dan aktifitas siswa. Selain itu juga adanya kesediaan untuk
bekerja sama dari pihak kepala sekolah dan guru kelas serta guru mata
pelajaran yang bersangkutan di MTs Ma‟arif 2 Grabag.
4. Waktu penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan kurang lebih selama satu
bulan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 di MTs Ma‟arif 2
Grabag.
5. Langkah-langkah penelitian
Ada beberapa tahapan dalam penelitian tindakan kelas ini, penelitian
tindakan kelas dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus
terdiri dari tahapan-tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
a. Perencanaan
Dalam penelitian tindakan kelas ini kegiatan perencanaan yang
dilakukan meliputi :
1) Pengamatan terhadap hasil belajar siswa pada pertemuan yang
lalu.
2) Mengidentifikasi masalah dan menganalisis data secara jelas
tentang masalah apa yang akan diteliti.
3) Merumuskan masalah yaitu secara jelas dan baik dengan
pertanyaan-pertanyaan.
17
4) Pemecahan masalah yaitu ide menetapkan cara yang akan
dilaksanakan untuk menemukan jawaban berupa hipotesis
tindakan.
5) Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan.
6) Membuat rancangan tindakan secara rinci.
7) Membandingkan antara siklus satu dengan siklus selanjutnya.
b. Pelaksanaan
Tahapan ini merupakan tahap pelaksanaan penelitian yaitu
menerapkan apa yang telah direncanakan ditahapan pertama, kegiatan
pembelajaran di kelas seperti yang telah disusun dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti saat kegiatan kedua
dilaksanakan. Kedua tahap ini tidak dapat dipisahkan karena tahapan
ini akan mempengaruhi hasil akhir dari penelitian. Dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan, untuk
mengamati kondisi dan reaksi serta keaktifan siswa terhadap tugas
yang diberikan.
Aspek-aspek keaktifan siswa yang diamati antara lain:
1) Aktifitas siswa dalam menerima materi pelajaran.
2) Kemampuan siswa dalam mempraktikan materi pelajaran.
3) Kerjasama dengan teman.
18
d. Refleksi
Pada kegiatan ini dilaksanakan untuk mengungkapkan kembali
apa yang telah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah
mengobservasi kelemahan dan kekurangan kegiatan pada siklus I,
menyusun rencana perbaikan pada siklus II. Jika indikator
pembelajaran sudah tercapai pada siklus I maka tidak perlu melakukan
siklus selanjutnya, tetapi jika belum tercapai maka perlu dilanjutkan
siklus berikutnya.
Keempat kegiatan ini akan terjadi terus menerus membentuk
sebuah siklus, yaitu terjadi secara beruntun yang kembali pada
langkah semula (Jalil, 2014: 11). Berikut ini merupakan skema siklus
PTK:
Gambar 1.1 Skema siklus PTK (Jalil, 2014: 11)
Pelaksanaan Perencanaan
SIKLUS I (T₀ )
Refleksi Pengamatan
Perencanaan Pelaksanaan
SIKLUS II (T₀ )
Refleksi Pengamatan
Dst.
Sebelum Tindakan
19
6. Siklus penelitian
1) Siklus I
a. Tahap I : Perencanaan
Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan
masalah meliputi :
1) Perencanaan pembelajaran tentang materi thaharah.
2) Menyiapkan rencana pembelajaran (RPP).
3) Menyiapkan sumber belajar.
4) Mengembangkan format evaluasi.
5) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
b. Tahap II : Pelaksanaan tindakan kelas
Melaksanakan tindakan kelas dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun yang akan digunakan dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode Demostrasi tahap
pelaksanaan yaitu :
1) Pertama kali, guru harus menyampaikan kopetensi yang ingin
dicapai.
2) Guru menyajikan materi tentang Thaharah
3) Untuk mengetahui daya tangkap siswa, dibentuk kelompok
berpasangan untuk menjalankan latihan.
4) Tunjuk salah satu siswa yang berpasangan tersebut untuk
mempraktikan materi yang baru diterima dari guru dan
20
pasangannya melihat serta membuat catatan-catatan kecil,
kemudian bergantian peran begitu juga pada kelompok lain.
5) Menugaskan siswa secara bergiliran atau bisa juga dengan
secara acak menyampaikan hasil dari praktik pasangannya.
6) Guru mengulangi atau menjelaskan kembali materi yang telah
dipraktikkan, untuk memberi penekanan kepada peserta didik
yang masih kurang paham terhadap ateri yang disampaikan
guru.
7) Dan diakhiri dengan mengambil kesimpulan.
c. Tahap III : Pengamatan tindakan kelas
Peneliti mengamati jalannya pembelajaran yang
berlangsung sesuai dengan materi ajar dengan menggunakan media
audio visial dengan metode demonstrasi, serta mengetahui kendala
yang dihadapi dalam menerapkan pembelajaran yang sedang
berlangsung.
d. Tahap IV : Refleksi
Peneliti mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang
dilakukan setelah melakukan tindakan meneliti diri sendiri,
kekurangan dan kelebihan guru saat penelitian tindakan kelas
berlangsung. Serta mengamati dan meneliti tindakan apa yang
sudah berhasil dan tindakan apa yang belum berhasil, tindakan-
tindakan yang belum berhasil tersebut maka harus diperbaiki
kembali untuk penelitian siklus berikutnya.
21
2) Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Tujuannya untuk
memperbaiki dan menutup kekurangan dari siklus I. Yang ditekankan
pada siklus II adalah untuk memperbaiki siklus I. Tahap-tahap yang
dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap I : Perencanaan tindakan
Menyusun rancangan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan sebagaimana yang dilakukan pada siklus I dan
penetapan alternative pemecahan masalah pada siklus I.
b. Tahap II : Pelaksanaan tindakan
Untuk memperbaiki pembelajaran fiqih materi thaharah
dengan metode demonstrasi pada siklus I.
c. Tahap III : Pengamatan
Mengamati kegiatan pembelajaran pada siklus II untuk
mengetahui apakah kekurangan-kekurangan dan hambatan pada
siklus I sudah terjadi peningkatan dari siklus I.
d. Tahap IV : Refleksi
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I yang
didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I dan proses penelitian
berheti pada siklus II. Setelah semua data terkumpul dan
dianalisis, diharapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag.
22
7. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Silabus
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c. Alat peraga/media gambar, video, dll
d. Lembar observasi
e. Soal evaluasi yang berupa post test.
8. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan penelti adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang dijadikan obyek pengamatan (Djaali, 2013: 16).
Peneliti mengadakan pengamatan secara langsung datang ke lokasi
penelitian dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disesuaikan sebelumnya. Observasi dilaksanakan untuk mengamati
peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan tujuan penelitian di
MTs Ma‟arif 2 Grabag. Observasi digunakan peneliti untuk
mengamati karakter siswa dalam proses belajar.
23
b. Tes
Teknik pengumpulan data dalam tes, peneliti membuat dan
mengemukakan lembar tes tertulis kepada siswa, tes ini digunakan
peneliti untuk memperoleh data-data berupa nilai yang berhubungan
dengan hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai tolok ukur
kemampuan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran.
c. Dokumentasi
Jika data dicari dalam dokumen atau sumber pustaka, maka
kegiatan pengumpulan data ini disebut studi dokumen atau sumber
pustaka. Data ini merupakan data sekunder karena sudah tertulis atau
diolah oleh orang lain. Dengan kata lain, datanya sudah jadi
(Wirartha, 2006: 36). Dalam penelitian tindakan kelas ini metode
dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan penelitian. Selain itu, dokumentasi
diperlukan untuk merekam kegiatan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran berupa foto, nilai, soal dan materi.
9. Analisis data
Analisis data menurut (Arikunto, 2014), yaitu : mengumpulkan data,
dan diolah serta dianalisis dengan meliputi tiga langkah yaitu persiapan,
tabulasi, dan penerapan data sesuai penelitian. Sesuai dengan rancangan
penelitian yang digunakan maka analisis dan refleksi setiap siklusnya
berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan.
24
Setelah data-data didapatkan melalui beberapa metode/teknik
pengumpulan data, maka selanjutnya data-data tersebut diolah, dianalisis
untuk mngetahui hasil nilai peserta didik yang dijadikan dasar sebagai
hasil ketuntasan belajar siswa. Pada analisis ini peneliti menggunakan
rumus sebagai berikut:
a. Ketentuan Individu
Untuk mengetahui ketuntasan individu dalam mencapai
nilai lebih dari 70 pada mata pelajaran fiqih materi wudhu dapat
dilihat dari hasil tes formatif. Teknik untuk menentukan nilai
kopetensi secara individu adalah sebagai berikut:
N = Jumlah skor keseluruhan x 2
Soal terdiri dari 10 pilihan ganda yang di beri skor penilaian 1
point per nomer pada jawaban benar, kemudian 10 bentuk esay
yang diberi skor penilaian 2 point per nomer pada jawaban benar
dan 5 soal uraian yang di beri skor penilaian 4 point per nomor.
b. Ketentuan klasikal
Persentase ketentuan belajar yang peneliti harapkan adalah
≥ 85% dari jumlah siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag
memperoleh nilai di atas KKM. Teknik mengukur persentase
kopetensi secara klasik (bersama-sama) dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
25
Tabel 1.1 Kriteria Ketuntasan Nilai Pada Siswa
No Skor Nilai Ketuntasan
1. 0-69 Belum Tuntas
2. 70-100 Tuntas
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi tindakan kelas ini dimaksudkan sebagai
gambaran yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi sehingga
dapat memudahkan dalam memahami atau mencerna masalah-masalah yang
akan dibahas. Maka akan disusun sistematika sebagai berikut:
1. Bagian awal
Bagian awal skripsi mencangkup tentang sampul, lembar berlogo,
halaman judul, lembar persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan,
pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar,
abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.
2. Bagian inti
Bab I berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis dan indikator
pencapaian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian,
dan sistematika penelitian. Bab ini bertujuan untuk mengantarkan pembaca
untuk mengetahui tentang apa, mengapa dan bagaimana penelitian
dilakukan.
26
Bab II Kajian Pustaka mencangkup hal-hal yang berkaitan dengan
masalah yang menjadi fokus penelitian yaitu (1) hasil belajar, (2) mata
pelajaran fikih, (3) materi wudhu, (4) Metode pembelajaran demonstrasi,
(5) Media peembelajaran audio visual.
Bab III Paparan hasil penelitian. Pada bab ini berisi tentang
gambaran umum di MTs Ma‟arif 2 Grabag dan deskripsi pelaksanaan
penelitian.
Bab IV Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan, bagian ini
menyajikan hasil penelitian dan pembahasan setiap selesai penelitian pada
setiap siklusnya.
Bab V penutup, pada bagian ini meliputi kesimpulan dan saran.
3. Bagian akhir
Bagian akhir mencangkup daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
daftar riwayat hidup penulis.
27
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian hasil belajar
Menurut Dr. Nana Sujana (2010: 22) mengatakan bahwa “Hasil
Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar”. Jadi, yang dimaksud hasil belajar
merupakan sebuah bukti keberhasilan usaha yang telah dicapai melalui
pengalaman belajarnya.
Dalam KBBI dijelaskan bahwa hasil adalah sesuatu yang diadalan
dengan suatu usaha. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa
hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan dengan suatu usaha nyata yaitu
belajar, sesuatu yang diadakan itu dapat berupa pengetahuan baru, berupa
nilai, berupa angka, serta karakteristik, sikap dan perilaku yang
sebelumnya belum ada.
Hasil belajar yang diharapkan dari proses belajar yang utama adalah
adanya perubahan baik pengetahuan, sikap maupun ketrampilan, yang
pada akhirnya bermuara pada pencapaian pendidikan nasional dalam UU
No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3, tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
28
Belajar adalah proses seseorang memperoleh kecakapan, ketrampilan,
dan sikap (Yamin, 2005: 97). Jadi dari pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa, setiap orang mempunyai kewajiban belajar dimulai
sejak kecil hingga akhir hayat karena belajar merupakan proses seseorang
untuk hidup mandiri dan mengembangkan diri.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara
sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat
diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya
dengan lingkungan (Husamah, 2018: 4). Jadi, Belajar merupakan suatu
perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Perubahan itu
tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, akan
tetapi lebih dari itu belajar juga membentuk kecakapan, ketrampilan, sikap
dan penyesuaian diri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikesimpulan bahwa hasil belajar
merupakan wujud dari suatu usaha atau hasil dari proses belajar, yaitu
hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan melalui pembelajaran yang
sistematis dan terencana sebagai hasil dari pengalaman, sehingga terjadi
suatu perubahan sikap, tingkah laku dan kepribadian kearah yang lebih
baik dari sebelumnya atau yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran
tersebut. Atau dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
29
Hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun
eksternal. Penjelasan mengenai faktor internal dan faktor eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor
internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,
ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
1) Kecerdasan (intellegent qution)
Kecerdasan adalah sifar pemikiran yang pencangkup
sejumlah kemampuan, seperti: menalar, merencanakan,
memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami gagasan,
menggunakan bahasa, dan belajar.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_intelektual).
2) Bakat (Aptitude)
Bakat (Aptitude) adalah kecerdasan manusia yang bersifat
khusus dalam bidang atau pekerjaan tertentu. (Sunaryo, 2004: 187).
Bakat adalah potensi bawaan yang merupakan potensi yang masih
perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan atau ketrampilan khusus misalnya, kemampuan
berbahasa, bermain musik, melukis dan lain-lain.
3) Sikap (attitude) terhadap belajar
30
Sikap merupakan faktor penting dalam belajar, karena tanpa
kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap
seseorang dalam belajar akan sangat mempengaruhi hasil yang
diperoleh dari belajar tersebut. Sikap sangat tergantung pada
pendirian, kepribadian, dan keyaninannya, tidak dapat dipelajari
atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh (Susanto,
2016: 2).
4) Minat (Intered)
Minat merupakan suatu keadaan di mana seseorang
mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan
untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih
lanjut.
Dalam KBBI, minat merupakan kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu. Jadi minat dalam belajar merupakan
kecenderungan hati yang tinggi terhadap keinginan untuk belajar.
5) Motivasi (motivation)
Menurut Mc. Donald yang dikutip Oemar Hamalik (2003:
158) menjelaskan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Dalam A.M Sardiman (2005: 75) motivasi
belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan
31
ingin melakukan sesuatu, dan bila ia suka, maka akan berusaha
untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar
merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses
belajar yang timbul dari dalam diri (intrinsik) dan luar diri siswa
(ekstrinsik).
6) Keyakinan (Belief)/percaya diri
Salah satu penyebab kegagalan dalam proses belajar adalah
tidak adanya keyakinan. Meskipun hanya merupakan salah satu
penyebab, namun tidak adanya keyakinan dan rasa percaya diri
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proses belajar.
7) Kesadaran (Consciousness)
Kesadaran merupakan sadar akan perbuatan, seseorang yang
ingin mencapai tujuan pembelajaran yang dituju maka ia harus
memiliki kesadaran sedang belajar.
8) Kedisiplinan (Discipline)
Kedisiplinan sebagai kunci dari keberhasilan merupakan
salah satu permata sikap yang banyak menarik perhatian.
Kedisiplinan adalah dasar ditempatinya segala aturan main atau
prosedur yang menjadi syarat dasar dari setiap jenis
pekerjaan/aktivitas (Efferin, 2010: 103).
9) Tanggung Jawab (Responsibility)
32
Yang menjadi faktor keberhasilan dalam belajar adalah
tanggung jawab. Tanggung jawab di sini berarti kesadaran
seseorang akan tingkah laku atau perbuatan yang baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja.
b. Faktor eksternal
Keberhasilan belajar siswa disamping dibentuk oleh faktor
internal juga ditentukan oleh faktor ekternal, yaitu sebagai faktor yang
ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan
hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas belajar
siswa adalah:
1) Lingkungan sosial
Yang mempengaruhi hasil belajar dari luar diri siswa yaitu
lingkungan sosial yang meliputi: lingkungan sosial sekolah,
lingkungan sosial siswa, dan lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa
itu sendiri.
2) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan non sosial
adalah gedung sekolah dan letak rumah tempat tinggal keluarga
siswa, fasilitas belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa.
33
3. Mata Pelajaran Fiqih
1) Pengertian fiqih
Fiqih )فق( dalam bahasa arab adalah bentuk masdar dari fi‟il
madhi )فق(, yaitu : فقا-فق-فق (Yunus, 1989: 321). Menurut bahasa
fiqih berarti mengerti atau faham. Fiqih adalah suatu ilmu yang
mempelajari syariat yang bersifat amaliyah (perbuatan) yang diperoleh
dari dalil-dalil yang terperinci (Karim, 1995: 11). Fiqih adalah ilmu
tentang hukum Islam yang bersifat amaliyah/perkara hukum islam
yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang
terperinci (Syarifudin, 1997: 2).
Kata fiqih semula berarti dan (pengetahuan) اىعي اىف
(pemahaman). Kata fa’, qa’, dan ha’ dalam bahasa arab terkadang
hadir dengan fathah (فق), terkadang dengan dhamah (فق), dan
terkadang dengan kasrah (فق). Masing-masing memiliki arti yang
berbeda, فق berarti fiqih sudah menjadi kepiawaiannya (menjadi ahli
fiqih). Sedang فق berarti telah memahami (lebih dahulu dibanding
orang lain), sedang فق berarti telah mengetahui (Abdul, 2006: 5).
Imam Al-Ghazali dan al-Amidi berpendapat bahwa fiqh secara
etimologi berarti pemahaman secara mutlak, baik yang dipahami
rumit atau tidak, maupun tujuan dari ucapan pembicara atau yang lain.
Dalam buku yang sama Syaikh Abu Ishaq Asy-Syirazi dan yang
34
sependapat dengannya mengatakan bahwa fiqh adalah pemahaman
terhadap hal-hal yang rumit saja, oleh karena itu, ungkapan “saya
paham bahwa langit di atas kita dan bumi di bawah kita” tidak
termasuk fiqih karena itu sudah jelas. Sedangkan menurut Abu Hasan
Al-Basri dan Ar-Razi, serta orang yang sependapat dengannya
mengatakan bahwa fiqh adalah pemahaman terhadap tujuan ungkapan
si pembicara saja, sehingga memahami bahasa burung tidak disebut
dengan fiqih (Abdul , 2006: 6).
Menurut istilah para ahli fiqih mutakhir memberikan definisi
secara eksklusif, yaitu terkisar pada hukum-hukum yang ‘amaliy
(praktis) yang diambil dari dalil-dalilnya yang tafsiliy (terperinci)
(Salam dan Farthurohman, 1994: 30).
Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syari‟at yang
berkaitan dengan perbuatan mukallaf (mereka yang sudah terbebani
menjalankan syariat agama), yang telah diambil dari dalil-dalil yang
terperinci, yaitu berupa nash-nash Al-qur‟an dan As-sunnah serta yang
bercabang dari keduanya yaitu ijma‟ dan ijtihad.
Mata pelajaran fiqih dalam kurikulum MTs Ma‟arif 2 Grabag
merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran PAI yang terdiri dari
empat komponen, yaitu meliputi fiqih, akidah akhlak, al-qur‟an hadits
dan sejarah kebudayaan islam (SKI). Dalam buku (DEPAG RI, 2004:
48) dijelaskan bahwa dengan mata pelajaran fiqih diharapkan mampu
35
untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, dan mampu mengamalkan hukum Islam, yang kemudian
menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan
pembiasaan. Dalam mata pelajaran terdapat pokok bahasan thaharah
(bersuci) yang termasuk di dalamnya adalah materi wudhu yang
sangat penting untuk diajarkan sejak dini dikarenakan wudhu
merupakan syarat sahnya berbagai ibadah, baik ibadah wajib maupun
ibadah sunah, seperti: shalat, thawaf, membaca Al-Qur‟an dan lain
sebagainya. Seseorang yang ingin menghadap tuhannya hendaknya
harus dalam keadaan suci atau bebas dari hadas dan najis.
2) Objek pembahasan Ilmu Fiqih
Yang menjadi objek pembahasan ilmu fiqih menurut batasan
yang telah dikemukakan oleh ahli ushul fiqih adalah segala perbuatan,
perkataan, dan tindakan para mukallaf dari segi hukum, termasuk
yang mensifati perbuatan para mukallaf itu, seperti: wajib, sunah,
makruh, mubah, sah, batal, qada‟ dan sebagainya (Salam dan
Fathorohman, 1994: 44). Secara terperinci objek pembahasan ilmu
fikih dapat diperinci menjadi delapan bagian sebagai berikut:
a. Kumpulan hukum yang digolongkan ke dalam ibadah, yaitu
shalat, puasa, zakat, haji, jihad, dan nadzar.
36
b. Kumpulan hukum yang berkaitan dengan masalah berkeluarga,
seperti perkawinan, talak nafkah, wasiat dan pusaka. Hukum
seperti ini sering disebut dengan al-ahwal al-syakhsiyah.
c. Kumpulan hukum mengenai mu‟amalah madiyah (kebendaan),
seperti hukum-hukum jual beli, sewa-menyewa, utang-piutang,
gadai, syufa’ah hiwalah, mudharabah, memenuhi akad atau
transaksi dan menunaikan amanah.
d. Kumpulan hukum yang berkaitan dengan harta negara, yaitu
kekayaan yang menjadi urusan baitulmal, penghasilannya,
macam-macam harta yang ditempatkan di baitulmal, dan tempat-
tempat pembelanjaannya. Hukum ini termasuk al-siyasah.
e. Kumpulan hukum yang dinamai ‘uqubat, yaitu hukum-hukum
yang disyariatkan untuk memelihara jiwa, kehormatan, dan akal
manusia, seperti qisas, had, ta‟zir.
f. Kumpulan hukum yang termasuk kedalam hukum acara, yaitu
hukum-hukum mengenai peradilan, gugatan, pembuktian, dan
lain sebagainya.
g. Kumpulan hukum yang tergolong kepada hukum tata negara,
seperti syarat-syarat menjadi kepala negara, hak-hak penguasa,
hak-hak rakyat, dan sistem permusyawaratan. Ini juga termasuk
dalam lingkup al-siyasah (Koto, 2009: 6).
h. Kumpulan hukum yang sekarang disebut sebagai hukum
internasional. Termasuk kedalamnya hukum perang, tawanan,
37
perampasan perang, perdamaian, perjanjian tebusan, cara
menggauli al-zimmah, dan lain sebagainya. Ini juga termasuk
kedalam lingkup al-siyasah (Koto, 2009: 7).
4. Materi Wudhu
Materi wudhu merupakan salah satu materi yang berada dalam
pokok bahasan thaharah yang berada pada mata pelajaran fiqih di kelas
VII A semester I MTs Ma‟arif 2 Grabag. Pembahasan dalam pokok
bahasan thaharah ini membahasa materi tentang macam-macam najis,
macam-macam air yang dapat digunakan untuk bersuci, dan wudhu
meliputi: pengertian wudhu, dasar hukum pelaksanaan wudhu, syarat sah
wudhu, rukun wudhu, hal-hal yang membatalkan wudhu, sunah-sunah
wudhu serta tata cara pelaksanaan wudhu. Dalam penelitian ini yang
menjadi titik fokus pembahasan adalah materi tentang wudhu. Pada
pembahasan pertama siswa di beri materi tentang pengertian wudhu, niat
wudhu, rukun wudhu, dan syarat sah wudhu. Kemudian untuk materi yang
kedua siswa di beri materi tentang hal-hal yang membatalkan wudhu,
sunah-sunah wudhu serta tata cara pelaksanaan wudhu.
5. Metode Demonstrasi
1) Pengertian metode demonstrasi
Metode adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan
karakteristik siswa, materi, serta kondisi lingkungan di mana
pengajaran berlangsung (Usman B, 2010: 31-32).
38
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung, maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan (Mariyaningsih, 2018: 82).
2) Manfaat metode demonstrasi untuk siswa
a. Memiliki ketrampilan motoris/gerak, seperti: memperagakan
konsep materi, memecahkan masalah lewt praktik,
mempergunakan alat, membuat suatu bentuk atau melaksanakan
gerak dalam kegiatan.
b. Memiliki kecakapan mental, seperti melakukan sesuatu di depan
teman yang lain dan di depan guru.
c. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa.
d. Pengetahuan siswa akan bertambah dari berbagai segi dan anak
didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan
lebih mendalam (Usman B, 2010: 45).
3) Syarat-syarat metode demonstrasi
Agar penggunaan metode demonstrasi dapat efektif, maka harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sebelum perjalanan dimulai, hendaknya diawali terlebih dahulu
dengan perumusan yang secara spesifik pada materi pelajaran.
39
b. Menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan
demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang
direncanakan.
c. Persiapan-persiapan peralatan yang dibutuhkan sebelum
demonstrasi dimulai, dan atur sesuai dengan sekenario yang
direncanakan.
d. Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya, dan jangan berlebih-lebihan (Usman
B,2010: 45-46).
4) Langkah-langkah metode demonstrasi
a. Guru mengatur tempat duduk siswa sehingga semua siswa dapat
melihat secara jelas apa yang didemonstrasikan.
b. Kemukakan tujuan yang ingin dicapai dan tugas-tugas yang harus
diselesaikan siswa setelah menyaksikan demonstrasi.
c. Melakukan demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang siswa untuk berfikir.
d. Pastikan semua siswa mengikuti demonstrasi dan beri kesempatan
secara aktif untuk berfikir lebih lanjut.
e. Bila demonstrasi selesai dilaksanakan, maka guru memberikan
tugas-tugas tertentu kepada siswa.
5) Kelebihan metode demonstrasi
a. Menghindari verbalisasi karena langsung memperhatikan materi
yang diajarkan.
40
b. Mudah diingat siswa karena siswa melihat praktiknya secara
langsung.
c. Bila dilaksanakan sesuai prosedur, dapat terlihat hasilnya secara
cepat.
d. Dapat mengkaitkan teori dengan kejadian sehari-hari.
e. Dapat memperjelas beberapa persoalan yang menimbulkan
pertanyaan atau keraguan.
f. Dapat mengarahkan siswa ke arah berfikir yang sama
(Mariyaningsih, 2018: 84).
6) Kekurangan metode demonstrasi
a. Tidak semua benda dapat di demonstrasikan.
b. Demonstrasi memerlukan persiapan yang matang dari guru karena
faktor keberhasilan dalam demonstrasi akan membentuk
keyakinan siswa.
c. Memerlukan peralatan, benda dan tempat yang memadai.
d. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli
bahan-bahan praktik.
e. Diperlukan pemusatan perhatian siswa dalam pengamatan yang
kadang-kadang diabaikan oleh siswa.
f. Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda
jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau
sebenarnya (Mariyaningsih, 2018: 84).
41
6. Media Audio Visual
1) Pengertian media audio visual
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang
berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti “tengah”,
“perantara”. Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Jalinus dan
Ambiyar, 2016: 2).
Secara harfiah kata media memiliki arti perantara atau pengantar.
Asocciation For Education And Communication Teknologi (AECT)
mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk
suatu penyaluran informasi. Menurut Education (NEA) mendefinisikan
sebagai benda yang dapat dimanipulasikan dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam
kegiatan belajar mengajar dapat mempengaruhi efektifitas program
intruksional (Asnawir dan Usman, 2002: 11).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan
pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta
didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Audio visual adalah gabungan dari kata audio dan visual. Audio
adalah suara yang dapat didengar sedangkan visual adalah yang dapat
dilihat.
42
2) Kriteria media audio visual
Dalam pengelompokan audio visual dapat dibagi menjadi dua
kategori yang dapat membedakannya:
a. Media opsional atau media pengayaan.
b. Media yang diperlukan atau yang harus digunakan
Adapun ciri-ciri media audio-visual adalah sebagai berikut:
a. Bersifat linier
b. Menyajikan visual dinamis
c. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
perancang atau pembuatnya.
d. Representasi fisik dari gagasan real dan abstrak
e. Dikembangkan menurut prinsip psikologi behaviorisme kognitif
f. Umumnya berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan
interaktif murid yang rendah (Arsyad, 2002: 3).
3) Jenis-jenis media audio visual
Diantara jenis-jenis media audio visual lain televisi, proyektor
transparasi (OHP), video, komputer/laptop dan lain-lain.
4) Fungsi dan manfaat media audio visual
Media audio visual merupakan sarana untuk menyampaikan
informasi atau pesan pembelajaran kepada peserta didik, dengan
menggunakan media audio visual diharapkan guru dapat merangsang
perkembangan otak anak-anak. Diantara manfaat menggunakan media
audio visual dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
43
a. Dapat mempermudah orang yang menyampaikan dan memudahkan
dalam menerima suatu pelajaran atau informasi.
b. Mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan meteri.
c. Lebih mengena dalam ingatan.
d. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing.
5) Tahapan penggunaan media audio visual
Tahapan penggunaan media audio visual menurut Asnawir dan
usman (2002:97) adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan pengajaran.
Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar hendaknya
merumuskan tujuan pengajaran yang ingin dicapai.
b. Persiapan guru.
Pertama-tama guru harus mempersiapkan video terlebih dahulu
kemudian mempersiapkan unit pelajaran, kemudian baru memilih
video yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
c. Persiapan kelas.
Siswa dipersiapkan terlebih dahulu supaya mereka mendapat
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikiran
mereka sewaktu menyaksikan video tersebut. Untuk itu dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
44
1) Menjelaskan maksud perbuatan video.
2) Menjelaskan secara singkat isi video.
3) Menjelaskan bagian-bagian yang harus mendapatkan
perhatian khusus sewaktu menonton video.
4) Harus dijelaskan mengapa terdapat ketidakcocokan isi video
bila ditemukan ketidaksesuaian.
d. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media.
Setelah siswa dipersiapkan barulah video diputar. Dengan
mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dan keadaan ruangannya.
e. Langkah kegiatan belajar siswa.
Setelah melihat video yang diputar, siswa diberikan
kesempatan untuk menjelaskan apa yang telah dilihat dan
didengarnya serta diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan apa
yang telah dipahaminya.
f. Langkah evalusai pengajaran.
Aktivitas selanjutnya dapat berupa kegiatan evaluasi melalui
tanya jawab tes, guna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan.
6) Kelebihan dan kekurangan penggunaan media pembelajaran audio
visual
a. Kelebihan penggunaan media pembelajaran audio visual
1) Perpaduan teks dan gambar akan menambah menarik informasi
yang disajikan secara vebal dan visual.
45
2) Pada teks terprogram, siswa akan berpartisipasi atau berinteraksi
dengan aktif karena harus memberi respon terhadap pertanyaan
dan latihan yang disusun.
3) Menampilkan obyek besar yang tidak mungkin dibawa kedalam
kelas, misalnya gambar gunung, batu dan lain-lain.
4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
5) Meletakkan dasar-daras konkret dari konsep yang abstrak
sehingga dapat mengurangi kepemahaman yang besifat
verbalisme. Misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran
darah, maka digunakanlah film.
b. Kekurangan penggunaan media pembelajaran audio visual
1) Kecepatan merekam dan pengaturan tek yang bermacam-macam
menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman
yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda
dengannya.
2) Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu
dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
3) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya yang
mahal dan waktu yang banyak.
46
4) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak ada hubungan pribadi
dengan guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama
penayangannya.
B. Kajian Materi Penelitian
1. Pokok Bahasan Tahaharah
Kebersihan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa
dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tidak akan terwujud suatu
kenyamanan tanpa adanya kebersihan. Kebersihan di sini meliputi:
badan, pakaian, lingkungan dan yang lainnya. Islam menaruh perhatian
sangat tinggi pada masalah kebersihan atau kesucian, baik kebersihan
dari najis maupun kebersihan dari hadas.
a. Pengertian Thaharah
Thaharah secara etimologi berarti bersih (nazhafah), suci
(nazahah), dan terbebas (khulus) dari kotoran, baik yang bersifat
hissiy (konkret atau dapat diindra) maupun ma’nawi (abstrak).
Sedangkan thaharah secara terminologi (syara’), adalah memersihkan
diri dari hadas atau menghilangkan najis atau kototan (Supiana, 2009:
3). Jadi, thaharah adalah bersuci dari hadas dan najis.
Thaharah meliputi dua macam hal menurut syar‟i (syariat islam)
yaitu thaharah dari najis dan thaharah dari hadas. Thaharah dari najis
(menurut fikih) dan kotoran yaitu dengan membasuh dan
membersihkan najis dan kotoran dengan air dan alat thaharah yang
lainnya. Ada tiga macam najis, yaitu najis mukhaffafa, najis
47
mutawasittah, dan najis mughaladah . sedangkan thaharah dari hadas
dibagi menjadi tiga bagian yaitu dengan wudhu, mandi dan tayamum.
Alat yang digunakan untuk bersuci adalah air untuk berwudhu dan
mandi, dan tanah atau debu untuk bertayamum. Air dan tanah sebagai
alat bersuci harus memenuhi persyaratan, yaitu suci dan mensucikan.
Yang akan menjadi bahasa utama penulis dalam penelitian ini
adalah berthaharah dari hadas kecil dengan cara berwudhu, akan tetapi
sebelum pembahasan wudhu lebih jauh, terlebih dahulu penulis akan
membahas tentang macam-macam najis dan bagaimana cara
mensucikannya serta macam-macam air yang bisa digunakan untuk
bersuci.
1) Macam-Macam Najis
Najis ialah kotoran yang wajib disucikan, baik pada diri
seseorang ataupun pada sesuatu yang dikenainya. Seperti kotoran
manusia dan hewan (Nuhuyanan, 2002: 10). Segala sesuatu yang
terkena najis seumpama air kencing, darah, nanah, bangkai, bekas
jilatan anjing, dan lain sebagainya harus dibersihkan dari badan,
pakaian dan tempat yang akan kita gunakan untuk beribadah.
Berikut adalah macam-macam najis dan cara mensucikannya:
a) Najis Mughalladhah, yaitu najis yang sangat berat, artinya
najis yang datang dari anjing dan babi serta keturunannya
(walaupun blasteran). Cara membasuhnya (membersihkannya)
yaitu: pertama hilangkanlah rupa najis itu, lalu basuhlah
48
dengan air bersih 7 kali, salah satu daripadanya hendaknya
dicampuri dengan debu.
للا صي قواىث اىنيةا ف ى ارا امذم ساا ور ي هي
تاىرشاب)ساسي( ل اخا ش ثع غسي
Artinya: Cara mencuci bejana seseorang kamu apabila dijilat
anjing hendaklah dibasuh 7 kali, air pertama hendaknya
dicampur dengan tanah (H.R. Muslim).
b) Najis Mukhaffah adalah najis yang ringan, seperti air seni bayi
laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum
makan/minum apapun kecuali air susu ibu. Cara
mensucikannya yaitu cukup dengan memercikkan atau
mengusapkan air yang suci pada permukaan yang terkena nijis.
Adapun kencing anak perempuan yang belum makan/minum
apa-apa selain air susu ibunya, maka cara mencucinya
hendaklah dibasuh sampai mengalir air diatas benda yang
terkena najis hingga hilang zat dan sifat-sifat najisnya., seperti
halnya membasuh air kencing orang dewasa.
c) Berdasarkan sabda Rasul:
)سااىرشز( هاىغل ت شاش هاىجاسح ت غسو
Artinya: Kencing anak-anak perempuan dibasuh, dan kencing
anak-anak laki-laki disiram (H.R. Turmuzi).
49
d) Najis Mutawassitah adalah najis pertengahan, yaitu segala
najis yang tidak termasuk kedalam najis mughaladhah dan
najis mukhafafah antara lain:
a) Darah (termasuk darah manusia) nanah dan sejenisnya.
b) Kotoran (tahi atau kencing), manusia atau binatang, atau
sesuatu yang keluar dari perut melalui jalan manapun,
termasuk yang keluar melalui mulut (muntah).
c) Bangkai binatang, yaitu binatang yang mati karena tidak
disembelih secara Islam, kecuali bangkai ikan dan belalang
(keduanya bukan najis, halal dimakan tanpa disembelih).
d) Arak atau benda-benda yang memabukkan.
e) Air susu atau air mani binatang yang tidak halal dimakan.
Dalam najis mutawassithah jenis terdapat dua macam
najis, yaitu: najis ‘ainiyah dan najis hukmiyah. 1) Najis
‘ainiyah adalah najis yang tampak wujud (terlihat warnanya,
tercium baunya dan tercicipi rasanya), terkecuali warna atau
bau yang sangat sukar menghilangkannya, sifat ini dimaafkan.
Cara mensucikannya adalah dengan menghilangkan zat, rasa,
warna dan baunya. 2) Najis hukmiyah yaitu tidak tampak
wujudnya, artinya yang kita yakini adanya, tetapi tidak nyata
zatnya, bau, rasa dan warnanya, seperti kencing yang sudah
lama kering sehingga sifat-sifatnya telah hilang. Cara
50
mensucikan najis ini adalah cukup dengan mengalirkan air di
atas benda yang terkena najis itu (Mufid, 1986: 4).
2) Macam-macam air
Air merupakan salah satu alat untuk bersuci. Air yang boleh
digunakan untuk bersuci disebut dengan air mutlak. Air mutlak
yaitu air yang bersih dan belum tercemar, belum berubah rasa,
warna dan baunya. Yang termasuk air mutlak diantaranya adalah
air sungai, air sumur, air hujan, air laut, air embun, air es dan air
mata air (RI D. A., 1995: 5).
Menurut ajaran Islam air dibagi menjadi empat macam:
a. Air suci dan mensucikan, artinya dapat sah dipergunakan
untuk bersuci dan tidak makruh. Air semacam itu ialah air
mutlak (muthlaq).
Artinya: air yang sewajarnya, bukan air yang telah bersyarat.
Air kelapa dan air kopi itu bukan lagi air mutlak karena telah
bersyarat, keduanya itu suci dan dapat diminum, tetapi tidak
dapat sah dipergunakan untuk bersuci seumpama untuk
berwudhu dan mandi.
b. Air yang suci tetapi tidak dapat dipergunakan untuk bersuci
seumpama wudhu, mandi dan menghiangkan najis. Air yang
semacam itu adalah :
1. Air sedikit yang sudah bekas dipakai (musta’mal) dari
wudhu atau mandi.
51
2. Air yang bercampur dengan campuran air suci,
umpamanya air kopi, air teh dan lain sebagainya.
c. Air yang suci dan dapat mensucikan, tetapi makruh
memakainya, yaitu air didalam ember atau bejana yang
dijemur oleh panas sinar matahari (musyammas).
d. Air bernajis (mutannajis)
Air bernajis atau mutannajis dibagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut:
1. Jika air itu sedikit, kemudian kemasukan najis, maka ia
tidak sah dipakai untuk bersuci, dan ia tetap najis
hukumnya berubah sifatnya atau tidak.
2. Jika air itu banyak, (artinya lebih dari 216 liter) maka
apabila kemasukan najis yang terlalu sedikit yang tidak
merubah sifatnya, maka hukumnya tetap suci dan dapat
sah dipergunakan untuk bersuci; tetapi apabila berubah
sifatnya (bau, rupa dan rasanya) maka tidak lagi dapat
(tidak sah) dipergunakan untuk bersuci.
“Air sedikit artinya kurang dari dua kulah (kolam) dan
kalau dihitung dengan liter kurang dari 216 liter. Air banyak
ialah yang lebih dari 216 liter. Dua kulah sama degan 216 litet.
Jika berbentuk bak, maka besarnya sama dengan panjangnya
60 cm, lebarnya 60 cm dan dalamnya 60 cm” (Zarkasyi, 1994:
11).
52
2. Materi Wudhu
a. Pengertian wudhu
Wudhu menurut bahasa yaitu اىظافح اىحس yang artinya “baik
dan bersih”. Adapun menurut syara‟ adalah
صح خص فح خشاىىا تن اىذ ج اى خصصح ف اهضا
ا رع ال اى
Artinya : memakai/menggunakan air untuk anggota-anggota tertentu,
seperti muka, dua tangan (dan seterusnya tentang fardlu-fardlu
wudlu) dengan cara-cara tertentu (Mufid, 1986: 9).
Kata wudhu berasal dari bahasa Arab yang diadopsi dari kata
Wadha’ah, yang berarti baik dan bersih. Menurut syara‟, wudhu
adalah perbuatan tertentu yang dimulai dengan niat. Wudhu dapat juga
diartikan menyengaja membasuh anggota badan tertentu yang telah
disyariatkan untuk melaksanakan suatu perbuatan yang
membutuhkannya, seperti shalat dan thawaf (Supiana, 2009: 4).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wudhu
adalah menyengaja membasuh anggota badan atau mensucikan diri
dari hadas kecil agar dapat melaksanakan ibadah-ibadah yang
disyaratkan untuk melaksanakan wudhu terlebih dahulu. Anggota
badan yang dibasuh ketika wudhu meliputi muka, kedua tangan
hingga siku, sebagian kepala, kedua kaki sampai mata kaki untuk
dapat beribadah kepada Allah.
b. Dasar hukum pelaksanaan wudhu
53
Wudhu adalah menyengaja membasuh dan mengusap bagian
tubuh yang menjadi anggota wudhu dengan air yang suci dan
menyucikan untuk menghilangkan hadas kecil sebagai syarat sah
untuk melaksanakan shalat Syariat wudhu diwajibkan setelah
Rasulullah saw melakukan Isra‟ Mi‟raj pada 27 Rajab tahun 11
kenabian. Karena, mulai saat itulah umat Islam wajib melaksanakan
shalat, diwajibkan berwudhu terlebih dahulu (El-Bantanie, 2010: 162).
Dalil wajibnya wudhu didasarkan pada Al-Qur‟an, hadis
(sunah), dan ijma‟ (konsensus) ulama. Dalil Al-Qur‟an dapat dilihat
dalam firman Allah swt, QS. Al-Maidah ayat 6:
54
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu, dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air. Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur (QS.Al-Maidah: 06) (Kementrian Agama RI, 2012: 108).
Dalil dari hadis diambil dari riwayat Al-Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairah:
هلقثوللاصلج غذ لصذقح س شر تغ
Artinya: Allah tidak akan menerima shalat seseorang tanpa bersuci
dan tidak menerima sedekah hasil penghianatan (H.R. Bukhari dan
Muslim)
Dalam hadis lain dijelaskan:
امذز القثوللاصلج ض ر مر
Artinya: Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang berhadas
sampai ia melaksanakan wudhu (H.R Bukhari dan Muslim).
Adapun dalil berdasarkan ijma’, telah disepakati bahwa sejak
zaman Nabi saw sampai sekarang wudhu merupakan bagian dari
ajaran Islam. Tidak ada seorang muslim pun yang mempunyai
pendapat berbeda. Seandainya pendapat yang berbeda itu ada, pasti
akan disebutkan dalam sebuah riwayat seperti biasanya suatu pendapat
(Supiana, 2009: 5).
55
c. Syarat sah wudhu
Menurut Sulaiman (1994: 24) dalam buku Fiqih Islam, bahwa
Syarat sahnya wudhu ialah:
1) Beragama Islam. Artinya, selain orang Islam tidak sah melakukan
wudhu.
2) Mumayiz (memasuki usia dewasa) artinya bisa membedakan yang
halal dan yang haram, yang baik dan yang jelek.
3) Tidak berhadas besar.
4) Memakai air yang suci dan mensucikan.
5) Najis telah dibersihkan dari badan.
6) Semua anggota badan yang dikenai wudhu merata terkena air,
artinya tida ada yang menghalangi asamapinya air pada anggota
wudhu, baik hissi maupun syar’i.
7) Mengetahui rukun dan sunah wudhu.
8) Masuk waktu shalat (khusus bagi yang hadasnya
berkepanjangan).
d. Rukun wudhu
Yang termasuk kedalam rukun wudhu adalah niat, membasuh
muka, membasuh tangan hingga siku, menyapu kepala, membasuh
kaki hingga mata kaki, dan tertib.
1) Niat
56
Niat artinya menyengaja (al-qashd) sesuatu serentak
dengan melakukannya. Tempat dan pelaku niat adalah hati,
namun sunnah menyertainya dengan ucapan lisan untuk
membantu pernyataan sengaja yang di dalam hati itu (Supiana,
2009: 6).
قرشاتفعي قصذش
Artinya: Menyengaja mengerjakan sesuatu dibarengi dengan
perbuatan kerena ikhlas dan tunduk kepada allah (Mufid, 1986:
10).
Niat berfungsi untuk membedakan antara:
a) Perbuatan ibadah dan yang bukan ibadah
b) Tingkatan-tingkatan ibadah, yaitu antara ibadah fardhu dan
ibadah sunah.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
niat merupakan fardhu wudhu yang harus dikerjakan, karena
tanpa niat wudhu tidak sah. Kewajiban niat ini didasarkan pada
ayat Al-Qur‟an dan hadis Nabi saw sebagai berikut:
57
Artinya: Mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah kepada
Allah secara ikhlas kepada-Nya dalam menjalankan agama
dengan lurus (Q.S. Al-Bayyinah: 5) (Kementrian Agama RI,
2012: 589).
Dalam hadis Nabi dijelaskan bahwa:
اخ اهتاى االه ا
Artinya: Sesungguhnya, segala perbuatan hanya sah dengan
niat...(H.R Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan firman Allah swt dan hadis Nabi saw di atas
menunjukkan bahwa setiap ibadah harus di sertai dengan niat.
Karena wudhu termasuk kedalam ibadah, maka wudhu akan sah
apabila disertai dengan niat. Waktu berniat saat wudhu adalah
ketika mambasuh muka.
Bacaan niat pada wudhu adalah sebaga berikut:
ذعاى ىشفعاىحذزالصغشفشضالل ض داى
Artinya: Aku berniat berwudhu untuk menghilangkan hadas kecil,
fardhu karena Allah Ta’ala (Sulaiman, 1994: 25).
2) Membasuh muka
58
Membasuh muka diwajibkan berdasarkan dalam firman
Allah swt Q.S Al-Maidah ayat 6:
Artinya: .....maka basuhlah mukamu.... (Q.S. Al-Maidah: 6)
(Kementrian Agama RI, 2012: 108).
Basuhan muka harus merata hingga keseluruh wajah yaitu
bagian depan kepala. Batasan-batasan wajah yang harus dibasuh
ketika berwudhu adalah melintang dari kanan ke kiri yaitu daun
telinga, memanjang dari tempat tumbuhnya rambut kepala sampai
dengan ujung bawah dagu. Dalam membasuh muka, air harus
mengalir pada bagian luar kulit ataupun rambut yang terdapat pada
wajah. Jadi, bagian dalam mulut, hidung, dan mata tidak wajib
untuk terkena basuhan (Supiana, 2009: 6).
3) Membasuh tangan
Kewajiban membasuh tangan pada wudhu yaitu meliputi
keseluruhan tangan dari ujung jari hingga kedua siku, sebagaimana
yang telah diperintahkan dalam firma Allah Q.S Al-Maidah ayat 6:
Artinya:..dan tanganmu sampai dengan siku... (Q.S. Al-Maidah: 6)
(Kementrian Agama RI, 2012: 108).
59
Dalam membasuh tangan harus sampai kepada seluruh kulit
dan bulu yang ada di tangan. Jika terdapat kotoran yang
menghalangi sampainya air ke ujung jari dibawah kukunya maka
wudhunya tidak sah (Sulaiman, 1994: 25).
4) Mengusap kepala
Mengusap kepala adalah sekedar menyampaikan air tanpa
mengalirkannya, yaitu dengan meletakkan tangan yang basah pada
kepala. Kewajiban mengusap kepala didasarkan pada Q.S Al-
Maidah ayat 6:
Artinya: .....dan sapulah kepalamu... (Q.S Al-Maidah: 6)
(Kementrian Agama RI, 2012: 108).
Di dalam hadis Mughiroh bin Syu‟bah ra, yang menyatakan
bahwa ketika Nabi saw berwudhu, beliau mengusap ubun-ubun
dan sorbannya, kemudian menyapu kedua khufnya (HR. Muslim).
سح اف ض وذ ي صيللاهي اىث حا ا هياىع , تاصر
هياىخف )ساسي(
Artinya: sesunggugnya Nabi Saw berwudhu, maka beliau
mengusap ‘an-nashiyah’, (mengusap) imamah dan dua buah khuff
(sepatu) beliau. (HR. Muslim no.247).
Di dalam Hadis lain juga dijelaskan bahwa:
60
ااى رةت مر سأ قذ أدتش،تذأت ا ،فأقثوت تذ سحسأ ث
اىزتذأ نا اأىاى سد قفا،ث
Artinya: Kemudian Nabi saw mengusap kepala dengan kedua
(telapak) tangannya. Beliau (mengusap) ke arah depan kemudian
kembali lagi ke belakang, kemudian mengusap ke arah belakang
dengan kedua telapak tangannya sampai tengkuk, kemudian
kembali lagi kedepan sampai ketempat di mana beliau memulai
mengusap kepalanya (yaitu bagian depan kepala) (HR. Bukhari
no. 185, Muslim no. 235, dan Tirmidzi no. 28).
Firman Allah swt dan kedua hadis Nabi saw menunjukkan
bahwa yang wajib di basuh itu hanyalah sebagian kepala, bukan
seluruhnya. Dari hadis tersebut dijelaskan bahwa Nabi mengusap
ubun-ubunnya. Ubun-ubun itu adalah bagian dari kepala. Ini berarti
menjelaskan bahwa yang wajib untuk diusap bukanlah seluruh
kepala melainkan hanya sebagian kepala saja. Bagian yang diusap
itu tidak pula mesti ubun-ubun sebab tidak ada petunjuk yang
mengkhususkan untuk mengusap ubun-ubun (Sulaiman, 1994: 25).
5) Membasuh kaki
Kewajiban membasuh kaki berlaku bagi setiap orang yang
berwudh, kecuali jika ia menyapu khufu dengan ketentuan dan
syarat-syarat tertentu. Membasuh kaki dalam wudhu di wajibkan
berdasarkan kepada firman Allah Q.S Al-Maidah ayat 6:
61
Artinya: ......dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki.... (Q.S
Al-Maidah:6) (Kementrian Agama RI, 2012: 108).
Dalam hadis Nabi saw juga di jelaskan yaitu hadis dari jabir
yang mengatakan bahwa Nabi saw memerintahkan agar membasuh
kaki bila berwudhu, dengan redaksi menurut al-Daruquthni. Hadis
itu berbunyi, “Rasulullah telah memerintahkan kepada kami, jika
kami hendak mengerjakan shalat, sebelumnya harus (berwudhu)
dengan membasuh kedua kaki kami.” ('Abdullah, 2004: 20).
Dalam membasuh kaki, kedua mata kaki harus ikut
terbasuh, sebab pada ayat di atas sudah dijelaskan bahwa
membasuh kaki harus sampai mata kaki. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya membasuh kaki juga harus mencapai
seluruh bagian dari kaki. Jika kaki tersebut terkena sesuatu yang
dapat menghalangi sampainya air kedalam kulit anggota wudhu
maka harus dihilangkan terlebih dahulu agar air benar-benar
sampai keseluruh bagian kaki yang harus terkena air saat
berwudhu.
6) Tertib
Tertib dalam melakukan wudhu hukumnya adalah wajib.
Artinya jika mendahulukan sebagian anggota dan mengakhirkan
yang lain bukan menurut urutan sebagaimana yang disebutkan oleh
62
nash, maka wudhunya batal atau tidak sah. Praktek wudhu menurut
sunnah (contoh Rasul) adalah tertib. Tidak terdapat suatu
riwayatpun tentang wudhu melainkan beliau melakukannya dengan
tertib. Yang dimaksud dengan tertib di sini adalah tersusun
sebagaimana urutan dalam Al-Qur‟an (Hasanuddin, 2007: 37).
Jumhur ulama memasukkan tertib sebagai rukun wudhu,
berdasarkan hadis riwayat Ad-Daaruquthni dari jabir:
اتذأللات أتذؤت
Artinya: Mulailah dengan apa yang Allah telah memulai
dengannya (H.R Ad-Daaruquthni).
Kecuali ulama Hanafi dan Maliki, mereka mengatakan
bahwa tertib dalam berwudhu tidak termasuk dalam rukun wudhu,
tetapi hanya sunah (Hasanuddin, 2007: 37).
e. Hal-hal yang membatalkan wudhu
Ada beberapa hal yang menyebabkan wudhu seseorang batal,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Keluar sesuatu dari qubul atau dubur
Keluar sesuatu dari qubul atau dubur bisa berupa apa pun,
yaitu: benda padat, angin ataupun cairan, kecuali air maninya
sendiri, baik yang biasa maupun tidak, yang keluar dengan
sendirinya atau dikeluarkannya. Ini didasarkan pada firman Allah
63
dalam Q.S Al-Maidah ayat 6:....atau kembali dari tempat buang
air... di samping itu, ada beberapa hadis yang menjelaskan hal ini,
diantaranya hadis berikut: Allah tidak menerima salat orang yang
berhadas sampai ia berwudhu (Supiana, 2009: 14).
2) Keluarnya najis dari bagian tubuh lain.
Jika yang keluar itu berupa kencing atau kotoran, hal itu
membatalkan wudhu, baik banyak maupun sedikit. Namun yang
keluar selain kencing dan kotoran, seperti misalnya darah,
muntah, dan nanah dalam jumlah yang banyak dan lain-lainnya,
ada yang berpendapat hal itu dapat membatalkan wudhu jika
dalam jumlah yang banyak lagi najis.
3) Tidur, kecuali dalam keadaan duduk dengan mantap
Rasulullah bersabda, kedua mata merupakan pengikat bagi
dubur, maka barang siapa tidur, hendaknya ia berwudhu (H.R.
Abu Dawud). Ketika seseorang tidur, biasanya keluar dari
duburnya sesuatu tanpa ia sadari. Oleh karena itu, Nabi
menetapkan bahwa tidur membatalkan wudhu. Tetapi jika tidur
dengan ilyah, menempel rapat ketempat duduknya, tidak ada
kemungkinan keluar sesuatu dari duburnya, maka ketentuan itu
tidak membatalkan wudhu (Supiana, 2009: 15).
4) Hilang akal
Hilang akal adalah salah satu hal yang membatalkan
wudhu, yang dimaksud dengan hilang akal adalah kehilangan
64
kesadaran berfikir, baik karena pingsan, mabuk (minum minuman
keras), gila, ataupun sakit ayan (epilepsi).
Jika seseorang yang telah berwudhu mengalami salah satu
dari kondisi di atas, maka wudhunya batal. Alasannya adalah jika
tidur saja membatalkan wudhu, maka sudah tentu pingsan,
mabuk, sakit ayan, dan gila berat tingkatannya daripada tidur (el-
Bantanie, 2010: 187).
5) Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan
Hal yang membatalkan wudhu lainnya adalah bersentuhan
kulit antara laki-laki dan perempuan yang telah baligh dan bukan
mahram tanpa adanya penghalang. Pendapan ini adalah menurut
para ulama madzhab syafi‟i. Dalilnya di jelaskan dalam Q.S Al-
Maidah ayat 6:
Artinya: ....atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah denga debu yang suci...
(Q.S Al-Maidah: 6) (Kementrian Agama RI, 2012: 108).
Ayat diatas menjelaskan bahwa jika seseorang laki-laki
bersentuhan kulit dengan perempuan dan tidak menemukan air,
maka diperintahkan untuk bertayamum. Artinya, bersentuhan
kulit antara laki-laki dan perempuan yang telah baligh dan bukan
65
mahram tanpa penghalang adalah membatalkan wudhu (el-
Bantanie, 2010: 190).
6) Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan
7) Menyentuh kemaluan dengan batin telapak tangan tanpa alas
dapat membatalkan wudhu, baik kemaluan sendiri terlebih
kemaluan orang lain, baik yang disentuh kemaluannya itu sudah
baligh maupun masih anak-anak, hal ini dijelaskan dalam hadis
Nabi saw yang diriwayatkan oleh Turmudzi Barang siapa yang
menyentuh kemaluannya, hendaknya ia berwudhu (H.R.
Turmudzi).
Batalnya wudhu di sini terkait dengan sentuhan itu terjadi
dengan telapak tangan, termasuk perut jari-jari tangan. Oleh
karena itu, sentuhan dengan punggung telapak tangan atau bagian
tubuh yang lainnya tidak membatalkan wudhu. Di sampin itu, hal
ini terkait dengan kemaluan yang disentuh adalah zakar laki-laki
dan pertemuan bibir vagina perempuan. Jadi, menyentuh pelir,
ari-ari, atau bagian yang terletak diantara qubul dan dubur tidak
membatalkan wudhu. Menyentuh lingkaran dubur juga
membatalkan wudhu, sebab itu termasuk kemaluan (farj) atau
diqiaslkan dengan dubur (Supiana, 2009: 17).
f. Sunah-sunah dalam wudhu
Wudhu sebagaimana ibadah-ibadah lainnya mempunyai rukun-
rukun yang wajib ditunaikan, di mana jika ada satu saja rukun wudhu
66
yang ditinggalkan, maka wudhunya batal dan harus mengulanginya
lagi dari awal. Berbeda dengan rukun wudhu, sunah-sunah wudhu
merupakan amalan atau tata cara yang ada di dalam wudhu yang
didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan atau sunah Rasulullah saw.
Apabila dikerjakan dengan baik, maka akan mendapat banyak sekali
manfaatnya dan apabila ditinggalkan tidak membatalkan wudhu
(wudhunya tetap sah). Diantaranya yang menjadi sunah dalam wudhu
adalah sebagai berikut:
1) Membaca basmalah
Rasulullah saw barsabda:
للا)سأتداد( إاتس ذض
Artinya: Berwudhulah kamu dengan menyebut nama Allah (H.R.
Dawud).
Wudhu adalah pekerjaan yang baik, setiap pekerjaan yang
baik hendaknya dimulai dengan bismillah. Dalam sabda
Rasulullah yang lain:
اقطع للاف تاهلثذأتس شر ا مو
Artinya: Tiap-tiap pekerjaan yang baik, tidak dimulai dengan
bismillah, pekerjaan itu kurang berkah (H.R. Abu Dawud)
(Supiana, 2009: 12).
Berdasarkan penjelasan hadis diatas dapat disimpulkan
bahwa mengawali wudhu dengan bacaan bismillah akan
menambah keberkahan dan kutamaan dalam wudhu.
67
2) Membasuh kedua telapak tangan hingga ke pergelangan sebanyak
tiga kali sebelum berkumur.
Walaupun diyakini bahwa tangannya itu bersih. Hal ini
sesuai dengan perbuatan Nabi yang diperagakan oleh Usman dan
Ali juga tersebut dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-
Bukhari dan Muslim. Inilah pendapat yang dikemukakan
Malikiah dan Syafi‟iah. Sedangkan menurut Imam Malik sendiri,
mencuci tangan bagi orang yang merasa ragu akan kebersihan
tangannya hanya bersifat anjuran. Adapun menurut Daud Al-
Zhahiri, membasuh tangan hukumnya wajib bagi orang yang baru
saja bangun tidur (Supiana, 2009: 12).
3) Bersiwak setiap kali hendak wudhu
Bersiwak merupakan amalan sunah yang sangat dianjurkan
(sunnah mu’akadah), Rasulullah saw bersabda: Seandainya tidak
memberatkan umatku, maka sungguh aku sudah memerintahkan
mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu (shalat) (H.R. Imam
Malik).
Bersiwak adalah menyikat atau menggosok gigi dengan
menggunakan kayu (kayu ara’: banyak dijual di pasar-pasar
Makah dan Madinah atau di pasar Tanah Abang Jakarta dan
tempat-tempat ziarah wali) atau dengan menggunakan sikat gigi
untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel di gigi
68
agar kebersihan dan kesehatan gigi (mulut) tetap terjaga (Akrom,
2010: 33).
4) Madmadhah (berkumur-kumur)
Berkumur-kumur merupakan salah satu sunah wudhu yang
diajarkan Rasulullah saw. Cara berkumur yang baik adalah dengan
memasukkan air kedalam mulut, lalu menggerak-gerakkan dengan
kuat, lalu mengeluarkannya kembali. Air yang dimasukkan ke
mulut (untuk berkumur) jangan terlalu banyak, dan juga jangan
terlalu sedikit (Akrom, 2010: 34).
5) Istinsyaq dan Istinsyar
Istinsyaq adalah menghirup atau memasukkan air kedalam
lubang hidung, lalu menghirupnya dengan sekali napas sampai
kedalam hidung yang paling dalam. Sedang Istinsyar adalah
mengeluarkan air atau menyemburkannya dari hidung sesudah
menghirupnya (istinsyaq) (Akrom, 2010: 35).
6) Mendahulukan anggota wudhu yang kanan daripada yang kiri
7) Membasuh anggota wudhu sebanyak tiga kali
Diriwayatkan dalam hadis shahih, “bahwa Nabi berwudhu
sekali-sekali, dan dua kali-dua kali”.
8) Menggosok anggota wudhu
Sesuai dengan hadis Abdullah ibn Zaid, bahwa ia
membawakan air kepada Nabi saw sebanyak dua pertiga mudd,
lalu ia berwudhu dan menggosok tangannya.
69
9) Membersihkan sela-sela dari jari-jari tangan dan jari-jari kaki.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw
Sempurnakanlah wudhu, bersihkanlah sela-sela jari, dan
beristinsyaqlah lebih dalam, kecuali jika engkau sedang berpuasa.
10) Muwalah (beruntun)
Muwalah yaitu melakukan perbuatan wudhu secara beruntun,
tidak berselang lama-lama antara satu dan yang lainnya.
Perbuatan itu dianggap lama jika anggota yang dibasuh terdahulu
sempat kering sebelum anggota berikutnya dibasuh. Hal ini berlaku
menurut ukuran, kondisi suhu udara atau tubuh orang yang
berwudhu itu normal (Supiana, 2009: 13).
11) Menghadap kiblat.
12) Menggunakan air dengan hemat.
13) Berdoa setelah berwudhu
Berikut adalah bacaan do‟a setelah berwudhu:
لئىئلللا اشذا ىاىي س ذاهثذ ح أ لى مذلشش
اىح هثادكاىص اجعي ش رط اى اجعي ات اىر اجعي
Artinya: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan (Yang berhak disembah)
selain Allah, yang Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya,
Wahai Tuhanku, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang
yang bertaubat dan golongan orang-orang yang suci dan jadikan
aku (Kamal, 2013: 39).
14) Menunaikan shalat dua rakaat setelah berwudhu
70
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadis Utsman, ia
berkata “aku telah melihat Nabi saw berwudhu sebagaimana
wudhuku ini dan kemudian Nabi saw bersabda barang siapa
wudhu seperti wudhuku ini, lalu ia melaksanakan shalat dua
rekaat, dan tidak berbicara dengan dirinya dalam dua rekaat
shalatnya itu, maka telah diampuni baginya dosanya yang lalu
(Kamal, 2013: 39).
Tentang keutamaan shalat sunah 2 (dua) rakaat setelah
wudhu, Nabi Muhammad saw bersabda sebagai berikut:
ذ قاهىثلهه ي للاهي صي اىث للاها شجسض ش أت ه
ل يرفال وه تأسجه ث عدصلجاىفجشاتلهمذ فأ
ى أ ذ لأسجه يده اه فاىجحقو ذ لت عي دف
امرةى س دتزىلاىط صي اسأل وأ اهحى ساف أذطشر
قاهأت أصي لأ ذحش لع عي هثذللادف
Artinya: Dari Abu Hurairah ra, bahwa nabi saw berkata, kepada
bilal ra ketika shalat fajar (subuh): wahai bilal, ceritakan padaku
amal yang paling utama yang sudah kamu amalkan dalam Islam,
sebab aku mendengar di hadapanku suara sandalmu dalam surga.
Bilal berkata: Tidak ada amal yang utama yang sudah aku
amalkan kecuali bahwa jika aku bersuci (berwudhu) pada suatu
kesempatan malam ataupun siang melainkan aku selalu shalat
dengan wudhu tersebut selain shalat wajib. Berkata, (Abu
Abdullah): ‘Daffa na’laika’ maksudnya gerakan sandal (H.R.
Bukhari).
g. Tata cara wudhu
Berikut ini adalah tata cara wudhu yang disempurnakan dengan
sunah-sunahnya:
71
1) Mendahulukan bagian tubuh yang sebelah kanan.
2) Mengulangi masing-masing anggota wudhu sebanyak 3 (tiga) kali.
3) Tidak berbicara.
4) Menghadap kiblat.
5) Membaca basmalah (dalam hati atau melafazkannya).
6) Niat.
7) Membasuh telapak tangan sampai pergelangan tangan.
8) Menggosok gigi (bersiwak).
9) Berkumur.
10) Membersihkan hidung (memasukkan air/istinsyaq ke hidung
kemudian dibuang kembali/istinsar).
11) Membasuh muka (dengan merata).
12) Membasuh kedua tangan sampai kedua siku (dengan merata).
13) Mengusap sebagian kepala.
14) Membasuh telinga kanan dan kiri.
15) Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam.
16) Membasuh kaki sampai dengan kedua mata kaki (dengan merata).
17) Membaca doa sesudah berwudhu.
18) Kemudian dilanjutkan dengan shalat sunah wudhu sebanyak 2
(dua) rakaat.
19) Tertib.
C. Kajian pustaka
72
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan, ada beberapa penelitian
yang berkaitan dengan penerapan metode dan media pembelajaran. Dalam
kajian pustaka peneliti menemukan beberapa penelitian yang relevan berupa
penelitian skripsi dan beberapa jurnal sebagai berikut:
Pertama, skripsi yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA
Dengan Metode Demonstrasi dan Pemanfaatan Media audio Visual Pada
Siswa Kelas 4 Semester II SDN Sumogawe 03 Kecamatan Getasan
Kabupaten semarang Tahun Pelajaran 2012/2013, yang ditulis oleh Adhi
Aryanto program studi pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan universitas kristen satya wacana Salatiga. Hasil penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan dengan menggunakan metode demonstrasi
dan pemanfaatan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar hasil
belajar khususnya dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas 4 semester II di
SDN Sumogawe 03 hal ini dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar pra siklus menunjukkan dari
29 siswa hanya 11 siswa tuntas (37%) dan 18 siswa belum tuntas (63%), hasil
belajar pada siklus I meningkat, dari 29 siswa 21 siswa yang tuntas (72%) dan
8 siswa yang belum tuntas (28%). Hasil belajar pada siklus II meningkat dari
29 siswa dan mencapai ketuntasan hasil belajar (100%).
Kedua, skripsi yang berjudul Efektifitas Penerapan Demonstrasi dan
Media Audio Visual Terhadap Pembelajaran bidang studi PAI Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SDN 54 Sinjai Selatan Kabupaten
Sinjai disusun oleh Nalarati Jurusan Pendidikan agama Islam Fakultas
73
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Hasil analisis statistik deskriptif rata-rata nilai prestasi belajar peserta didik
sebelum penerapan metode demonstrasi dan media audio visual sebesar 43
yang berada pada kategori rendah. Rata-rata nilai prestasi belajar peserta
didik setelah penerapan metode demonstrasi dan audio visual sebesar 85,4
yang berada pada kategori sangat tinggi. Hasil analisis inferensial
berdasarkan hasil perhitungan data hasil pretes-posttese diperoleh thitung
(13,431) > ttabel (1,697). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang
signifikan pada prestasi belajar peserta didik dengan menggunakan metode
demonstrasi dan media audio visual terhadap pembelajaran bidang studi PAI
kelas 5 SDN 54 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.
Kedua skripsi tersebut yaitu sama-sama melakukan penelitaian dengan
menggunakan metode demonstrasi dan media audio visual serta mengalami
keberhasilan dalam peningkatan hasil belajar dan prestasi belajar.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dari
penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan terdapat
persamaan yaitu sama-sama melakukan penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan metode demonstrasi dan media audio visual. Sedangkan
perbedaan dari ketiga penelitian di atas yaitu terdapat pada materi yang
menjadi kajian peneliti. Pada penelitian yang pertama mengkaji tentang mata
pelajaran umum yaitu IPA dan penelitian yang kedua mengkaji tentang
peningkatan prestasi belajar pada bidang studi PAI dan pada penelitian yang
74
penulis lakukan ini mengkaji tentang peningkatan hasil belajar fiqih melalui
menggunakan metode demonstrasi dan media audio visual. Namun pada
penelitian yang penulis lakukan ini hanya berfokus untuk meneliti apakah
melalui metode demonstrasi dan media audio visual dapat meningkatkan hasil
belajar fiqih materi wudhu pada siswa MTs Ma‟arif 2 Grabag.
75
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah singkat sekolah
MTs Ma‟arif 2 Grabag merupakan madrasah yang terletak di
Dusun Ngandong, Desa Banaran, Kecamatan Grabag, Kabupaten
Magelang dan didirikan pada tanggal 15 juli 1996. Sebagai pendiri
adalah yayasan Sabilul Falah di Desa Banaran juga didukung oleh para
pemuka agama dan beberapa masyarakat setempat. Tidak lama kemudian
tepatnya pada tanggal 18 juli 1996 lembaga pendidikan ini mendapatkan
pengesahan dari Mentri Agama Republik Indonesia dengan nomor :
w.k./5.c/PP/00.6/4773/1996.
Pada awal berdirinya madrasah ini belum memiliki gedung sendiri
sehingga proses belajar mengajar dilaksanakan di pondok pesantren
Roudlotu Al-Tholibin Ngandong. Baru kemudian MTs Ma‟arif 2 Grabag
mendapatkan pinjam hak pakai atas tanah bengkok dengan luas 1.800 m2
dari Desa Banaran. Dari awal berdirinya hingga tahun 2001 MTs Ma‟arif
2 Grabag berstatus “terdaftar”.
Mengingat statusnya masih terdaftar, untuk melaksanakan ujian
akhir/UASBN menginduk di MTs N Grabag. Baru kemudian pada tahun
2005/2006 MTs Ma‟arif 2 Grabag mendapat pengesahan pemberian hak
menuntut hukum untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
serta diperbolehkan untuk mengikuti ujian persamaan Madrasah Negeri
76
oleh Mentri Agama Republik Indonesia. Di sinilah awal melaksanakan
ujian sediri hingga saat ini dan statusnya menjadi “swasta”. Dengan
melihat tingkat kelulusan mencapai 85,9% pada tahun 2005/2006 atas
kegigihan dan kerjasama semua pihak, terkait dengan dewan guru,
komite, dan tokoh-tokoh masyarakat serta prestasi siswa pada tahun 2010
sampai sekarang MTs Ma‟arif 2 Grabag terakreditasi B.
Pada tahun 2016 telah berdiri pondok pesantren “Roudlotu Al-
Tholibin 2” yang bekerjasama dengan pihak sekolah yang merupakan
cabang dari pondok pesantren Roudlotu Al-Tholibin dusun Ngandong.
Pondok pesantren Roudlotu Al-Tholibin 2 didirikan oleh Bapak Nurul
Huda yang merupakan putra dari Bapak K.H. Junaidi pendiri pondok
pesantren Roudlotu Al-Tholibin. Selain pendiri pondok pesantren
Roudlotu Al-Tholibin 2 beliau juga termasuk pengajar di sekolah sebagai
guru mata pelajaran Akidah Akhlak dan Al-Qur‟an Hadis. Tujuan
didirikannya pondok pesantren Roudlotu Al-Tholibin 2 ini adalah
sebagai fasilitas untuk siswa MTs Ma‟arif 2 Grabag yang ingin
menambah ilmu agama. Pada awal berdirinya pesantren ini yaitu pada
tahun 2016 sebanyak 10 siswa yang ikut nyantri di sana, akan tetapi
hingga saat ini tahun 2018 mengalami peningkatan yaitu sekitar 50 siswa
yang nyantri di pondok pesantren tersebut. Sedangkan jumlah
keseluruhan siswa MTs Ma‟arif 2 Grabag adalah 177 siswa yang terbagi
menjadi 6 kelas yaitu masing-masing kelas terdiri dari dua kelas
diantaranya adalah kelas VII A, VII B, VIII A, VII B, IX A, dan IX B.
77
Tabel 3.1
Jumlah Siswa MTs Ma‟arif 2 Grabag
No Kelas Jumlah Kelas Jumlah Siswa
1 Tujuh 2 64
2 Delapan 2 70
3 Sembilan 2 43
Total 177
(Sumber : Data primer MTs Ma‟arif 2 Grabag)
2. Letak geografis sekolah
MTs Ma‟arif 2 Grabag secara geografis terletak di daerah pedesaan
tepatnya wilayah dusun Ngandong, desa Banaran, kecamatan Grabag,
kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah yang kurang lebih berjarak 3
Km sebelah selatan kecamatan Grabag serta 25 Km sebelah timur
kabupaten Magelang.
Struktur geografis desa Ngandong adalah daerah persawahan oleh
karena itu masyarakat kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani
dan buruh, walaupu ada juga yang berprofesi sebagai pegawai dan
wirausaha itu hanya sebagian kecilnya saja.
3. Identitas sekolah
a. Nama Sekolah : MTs Ma‟arif 2 Grabag
b. NIS : 20331498/20363659
c. NSS/NSM : 121 233 080 058
d. Provinsi : Jawa Tengah
78
e. Otonomi : Kabupaten Magelang
f. Kecamatan : Grabag
g. Desa/Kelurahan : Banaran
h. Dusun : Ngandong
i. Kode Pos : 56196
j. Daerah : Perdesaan
k. Status Sekolah : Swasta
l. Kelompok Sekolah : Inti
m. Akreditasi : B
n. Surat Keputusan/SK : kw.II.44/PP032624.848/2005
o. Tahun Berdiri : 1996
p. Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi dan Siang
q. Bangunan Sekolah : Milik Sendiri
r. Luas Bangunan : 648m2
4. Visi dan Misi sekolah
a. Visi
Menciptakan Sumber Daya Manusia yang beriman, taqwa, cerdas,
trampil, disiplin, santun dan berakhlakul karimah.
b. Misi
1) Mewujudkan program pembiasaan yang menuju pada
peningkatan keimanan dan ketaqwaan bagi semua warga
madrasah.
79
2) Mewujudkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efisien dan
menyenangkan untuk guru.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang relefan
dengan tuntunan NU.
4) Mewujudkan SDM pendidikan dan tenaga kependidikan yang
memiliki kemampuan dan kinerja yang tinggi.
5) Meningkatkan pembelajaran siswa dan praktek beribadah sesuai
dengan tuntunan NU.
6) Meningkatkan kerjasama antar warga sekolah, siswa, guru,
orangtua, wali murid, komite dan masyarakat.
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini, dilaksanakan dua siklus penilaian, yang masing-
masing dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi,
uraiannya adalah sebagai berikut :
1. Pra siklus
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi
wudhu sebelum diadakan penelitian menggunakan metode demonstrasi
dan media audio visual dalam pembelajaran, peneliti menggunakan nilai
ulangan harian yang diperoleh dari guru mata pelajaran fiqih sebagai
evaluasi kemampuan siswa dan bahan pertimbangan siklus penelitan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran yang
dilakukan.
80
2. Siklus 1
Siklus I penelitian dilaksanakan pada Minggu pertama bulan
September tahun 2018 yaitu tepatnya pada hari sabtu tanggal 01
September 2018, selama kurang lebih 3 jam pelajaran (3 × 40 menit),
dengan pokok bahasan thaharah sub pokok bahasan wudhu. Tahapan dan
langkah-langkah yang dilakukan peneliti meliputi perencanaan,
pelaksanaan, observasi, refleksi, ssecara garis besar pelaksanaan dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan penelitian langkah awal yang peneliti
lakukan adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran fiqih kelas VII A.
Peneliti menetapkan media audio visual dan metode demonstrasi
untuk pembelajaran fikih pokok bahasan thaharah materi wudhu.
Dalam tahapan perencanaan ini mencangkup beberapa kegiatan
sebagai berikut:
1) Menentukan titik fokus permasalahan dan pengkajian teori
untuk memilih solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran.
2) Merencanakan proses pelaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan metode demonstrasi dan media audio visual pada
pembelajaran fiqih pokok bahasan thaharah materi wudhu
pada siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 2 Grabag.
81
3) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan kelas untuk siklus I
yaitu pada hari sabtu tanggal 01 September 2018.
4) Menentukan materi yang akan diajarkan pada siklus I yaitu
pengertian wudhu, niat wudhu, rukun wudhu, syarat sah wudhu.
5) Menyusun indikator yang ingin dicapai setelah pembelajaran
dilaksanakan.
6) Membuat lembar pengamatan, dilakukan untuk mengamati
keaktifan siswa dan guru selama proses pembelajar berlangsung.
7) Menyiapkan soal evalusai sebagai sarana untuk mengetahui
kemampuan siswa dan tingkat keberhasilan pembelajaran pada
siklus I.
8) Menyiapkan sarana/perangkat dan media pembelajaran
LCD Proyektor
Pengeras suara/speaker
Laptop
Video
b. Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I
berlangsung selama satu kali tatap muka (3 x 40 menit), materi yang
diajarkan oleh guru dalam siklus I ini adalah pengertian wudhu, niat
wudhu, rukun wudhu, syarat sah wudhu, pelaksanaan strategi
pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), yaitu menggunakan metode demonstrasi dan media audio
82
visual. Pada tahapan ini pelaksanaan siklus I meliputi kegiatan-
kegiatan yang disusun di dalam RPP secara runtut langkah-langkah
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1) Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi
tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
Guru memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat
seputar ketentuan berthaharah khususnya dalam berwudhu.
2) Kegiatan inti
Sebagai kegiatan pembuka, siswa membaca dan mencermati
teks materi pelajaran yang akan dipelajari hari ini
(mengamati).
Guru meminta peserta didik untuk mengamati gambar, video
yang berkaitan dengan materi yang diajarkan (mengamati).
Siswa mendengarkan penjelasan guru ketika menyampaikan
gambaran teknis tentang tata cara bersuci dengan berwudhu
(mengamati).
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang telah dipelajari (menanya).
Siswa secara bergantian mempraktikkan tata cara berwudhu
sesuai dengan ketentuan dalam syariat seperti yang telah
ditampilkan melalui video (melakukan).
83
3) Penutup
Bersama-sama melakukan refleksi dengan bertanya tentang
kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Guru memberikan soal tes.
Guru memberika apresiasi terhadap hasil kerja siswa.
Guru memberikan motivasi kepada siswa.
Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya dan menyampaikan tugas tidak
terstruktur.
Guru mengingatkan siswa untuk menjaga kebersihan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari ketentuan
wudhu.
Bersama-sama mengakhiri kegiatan pelajaran dengan berdoa
dan guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.
c. Pengamatan
Pada tahapan ini dilakukan pengamatan atau observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di kelas, yaitu sebagai
berikut:
1) Memperhatikan sikap dan perilaku peserta didik saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
2) Peneliti mengamati menggunakan lembar observasi.
84
Berikut ini adalah hasil pengamatan terhadap guru dan peserta
didik pada kegiatan pembelajaran siklus I:
Tabel 3.2
Lembar Pengamatan Guru Siklus I
No. Aspek yang diamati
Pengamatan Guru
A B C D
1.
Persiapan guru dalam mengajar
a. Menyiapkan RPP
b. Menyiapkan apresiasi
c. Menyiapkan lembar observasi
d. Menyiapkan perlengkapan mengajar
2.
Kemampuan guru dalam membuka
pelajaran dan apresiasi
a. Salam pembuka
b. Mengkondisikan siswa
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran
d. Memberikan motivasi untuk belajar
3.
Ketepatan guru menggunakan media:
a. Guru paham mengenai media audio
visual dan metode demonstrasi
b. Guru mampu menggunakan media
audio visual dan metode demonstrasi
85
4.
Kemampuan guru dalam menguasai kelas:
a. Menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan
b. Membuat siswa aktif bertanya
5.
Kemampuan guru dalam menutup
pembelajaran:
a. Memberi kesimpulan
b. Melakukan evaluasi
c. Memberikan tindak lanjut
d. Salam penutup
Keterangan:
A : Sangat Baik C : Cukup
B : Baik D : Kurang
86
Tabel 3.3
Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
No. Aspek yang diamati
Pengamatan Siswa
A B C D
1. Siswa duduk rapi sebelum pelajaran dimulai
2. Siswa menjawab salam dengan semangat
3. Siswa merespon apresiasi dari guru
4. Siswa memperhatikan penjelajasan dari guru
5. Siswa semangat memperhatikan penjelasan
pelajaran fiqih
6. Siswa mendengarkan sambil memperhatikan
film atau video yang ditampilkan terkait
dengan materi pembelajaran
7. Siswa memberi umpan balik dari penjelasan
guru dan video yang telah ditampilkan
8. Siswa mampu mendemonstrasikan wudhu
sesuai dengan ketentuan syariat seperti video
yang telah ditampilkan
9. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan jujur
Keterangan:
A : Sangat Baik C : Cukup
B : Baik D : Kurang
87
d. Refleksi
Setelah dilakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan,
maka selajutnya peneliti mengadakan tahap refleksi dengan
menggunakan metode pembelajaran demonstresi dan media
pembelajaran audio visual. Dengan menggunakan metode dan media
pembelajaran tersebut apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa
atau tidak. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tindakan
seberapa jauh tingkat perubahan kemampuan siswa sebelum dan
sesudah dilakukan pelaksanaan/tindakan. Juga mengkaji tingkat
keberhasilan hasil belajar siswa sebagai persiapan tindakan
selanjutnya.
Adapun refleksi yang dilakukan dalam pelaksanaan siklus I ini
adalah penggunaan metode pembelajaran demonstrasi dan media
pembelajaran audio visual pada mata pelajaran fiqih materi wudhu
pada siklus I ini kurang maksimal, hal ini dikarenakan terdapat
beberapa faktor yang menyebabkankegagalan tersebut, diantaranya
adalah:
Masih terdapat siswa yang berbicara dan bermain sendiri.
Masih terdapat siswa yang belum memperhatikan penjelasan
guru.
Masih terdapat siswa yang kurang memperhatikan video yang
ditampilkan oleh guru.
88
Masih terdapat siswa yang kurang percaya diri dan ragu-ragu
untuk bertanya.
Untuk mengatasi hal-hal di atas, peneliti perlu menyajikan media
pembelajaran audio visual yaitu menyiapkan video-video yang
menarik dengan metode pembelajaran demonstrasi, guru juga lebih
bersikap tegas terhadap siswa yang belum memperhatikan pelajaran
seperti bermain dan berbicara sendiri ketika kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung yaitu dengan memberi pengertian bahwa
berbicara dan bermain sendiri ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung hanya akan merugikan diri sendiri. Selain itu, guru juga
memberikan motivasi atau dorongan supaya siswa berani dan percaya
diri untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi
pembelajaran yang belum dipahami. Cara guru memancing keberanian
siswa untuk bertanya dengan memberikan hadiah atau apresiasi
kepada siswa yang mau bertanya atau menjawab pertanyaan yang
terkait dengan materi pembelajaran yang diajarkan.
3. Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari selasa tanggal 4 September 2018,
selama kurang lebih 2 jam pelajaran (2 x 40 menit). Pelaksanaan siklus II
dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu tahap perencanaan, observasi, refleksi.
Secara garis besar pelaksanaan siklus II dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
89
a. Perencanaan
Berdasarkan refleksi yang diperolah dari observasi dan hasil
penilaian sebelumnya yaitu pada penelitian siklus I, maka siklus II
merupakan perbaikan dari siklus I. Rencana tindakan siklus II yang
dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1) Merencanakan proses pelaksanaan pembelajaran dengan
membenahi kekurangan yang ada pada siklus I.
2) Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu pada hari selasa
tanggan 4 September 2018.
3) Menentukan materi yang akan diajarkan pada siklus II yaitu hal-
hal yang membetalkan wudhu, sunah-sunah wudhu, tata cara
wudhu, doa setelah wudhu.
4) Menyusun indikator yang ingin dicapai setelah pembelajaran.
5) Membuat lembar pengamatan, dilakukan untuk mengamati
keaktifan siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
6) Menyiapkan soal evaluasi sebagai sarana untuk mengetahui
kemampuan siswa dan tingkat keberhasilan pembelajaran pada
siklus II.
7) Menyiapkan sarana/perangkat dan media pembelajaran
LCD Proyektor
Pengeras suara/speaker
Laptop
90
Video
b. Pelaksanaan
Pada tahapan ini guru melaksananakan proses pembelajaran sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
sebelumnya. Pada siklus II ini sebelum kegiatan pembelajaran dimulai
guru membaca ulang RPP yang telah disusun agar semua kegiatan yang
ada dalam RPP dapat terlaksana.
1) Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat
duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
Guru memberikan informasi tenteng tujuan dan manfaat seputar
ketentuan berthaharah khususnya dalam berwudhu.
2) Kegiatan inti
Sebagai kegiatan pembuka, siswa membaca dan mencermati
teks materi pembelajaran yang akan dipelajari hari ini
(mengamati).
Guru meminta peserta didik untuk mengamati gambar, video
yang berkaitan dengan materi yang diajarkan (mengamati).
Siswa mendengarkan penjelasan guru ketika guru
menyampaikan gambaran teknis tentang tata cara bersuci
dengan berwudhu (mengamati).
91
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang telah dipelajari (menanya).
Siswa secara bergantian mempraktikkan tata cara berwudhu
sesuai dengan syariat seperti yang telah ditampilkan melalui
video (melakukan).
3) Penutup
Bersama-sama melakukan refleksi dengan bertanya tentang
kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Guru memberikan soal tes.
Guru memberikan apresiasi terhadap hasil kerja siswa.
Guru memberikan motivasi kepada siswa.
Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya dan menyampaikan tugas tidak terstruktur.
Guru mengingatkan siswa untuk menjaga kebersihan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari ketentuan
thaharah.
Bersama-sama mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan
berdoa dan guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.
c. Pengamatan
Pada tahapan ini dilakukan pengamatan atau observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di kelas, yaitu sebagai
berikut:
92
1) Memperhatikan sikap dan perilaku peserta didik saat proses
pembelajaran sedang berlangsung.
2) Peneliti mengamati menggunakan lembar observasi.
Berikut ini adalah hasil pengamatan guru dan peserta didik pada
kegiatan pembelajaran siklus II:
Tabel 3.4
Lembar Pengamatan Guru Siklus II
No. Aspek yang diamati
Pengamatan Guru
A B C D
1.
Persiapan guru dalam mengajar
a. Menyiapkan RPP
b. Menyiapkan apresiasi
c. Menyiapkan lembar observasi
d. Menyiapkan perlengkapan mengajar
2.
Kemampuan guru dalam membuka
pelajaran dan apresiasi
a. Salam pembuka
b. Mengkondisikan siswa
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran
d. Memberikan motivasi untuk belajar
Ketepatan guru menggunakan media:
93
3.
a. Guru paham mengenai media audio
visual dan metode demonstrasi
b. Guru mampu menggunakan media
audio visual dan metode demonstrasi
4.
Kemampuan guru dalam menguasai
kelas:
a. Menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan
b. Membuat siswa aktif bertanya
5.
Kemampuan guru dalam menutup
pembelajaran:
a. Memberi kesimpulan
b. Melakukan evaluasi
c. Memberikan tindak lanjut
d. Salam penutup
Keterangan:
A : Sangat Baik C : Cukup
B : Baik D : Kurang
94
Tabel 3.5
Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
No. Aspek yang diamati
Pengamatan Siswa
A B C D
1. Siswa duduk rapi sebelum pelajaran dimulai
2. Siswa menjawab salam dengan semangat
3. Siswa merespon apresiasi dari guru
4. Siswa memperhatikan penjelajasan dari guru
5. Siswa semangat memperhatikan penjelasan
pelajaran fiqih
6. Siswa mendengarkan sambil memperhatikan
film atau video yang ditampilkan terkait
dengan materi pembelajaran
\
7. Siswa memberi umpan balik dari penjelasan
guru dan video yang telah ditampilkan
8. Siswa mampu mendemonstrasikan wudhu
sesuai dengan ketentuan syariat seperti video
yang telah ditampilkan
9. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan jujur
Keterangan:
A : Sangat Baik C : Cukup
B : Baik D : Kurang
95
d. Refleksi
Setelah melakukan perbaikan pada siklus II ini jumlah siswa yang
memperhatikan pelajaran semakin banyak dibandingkan dengan siklus
I, hal ini dikarenakan persiapan penyajian pembelajaran lebih matang
dibandingkan dengan penyajian pembelajaran sebelumnya. Motivasi
dari guru kepada peserta didik supaya percaya diri dan mau bertanya
berhasil dilakukan serta tidak lepas dari penggunaan media
pembelajaran audio visual dan metode pembelajaran demonstrasi yang
telah berhasil diterapkan membuat kegiatan pembelajaran asik dan tidak
membosankan sehingga siswa tertarik untuk memperhatikan
pembelajaran sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami oleh
siswa dan hasil belajar yang diraih jumlahnya lebih baik dari siklus
sebelumnya dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik,
meskipun masih terdapat beberapa siswa yang belum mencapai nilai
KKM akan tetapi jumlah keseluruhan apabila dipresentasekan sudah
mencapai tingkat keberhasilan yaitu lebih dari 85%.
96
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bahwa penggunaan metode
pembelajaran demonstrasi dan media pembelajaran audio visual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih pokok bahasan
thaharah materi fiqih di MTs Ma‟arif 2 Grabag, Magelang tahun pelajaran
2018/2019.
A. Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
Mata pelajaran fiqih yang dilaksanakan di MTs Ma‟arif 2 Grabag
sebelum diadakan penelitian ini hanya menggunakan metode
konvensional seperti ceramah karena kurangnya fasilitas sekolahan
sehingga kurang memanfaatkan media yang dapat menarik perhatian
peserta didik. Karena beberapa faktor tersebut menyebabkan kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini juga terjadi
pada materi pembelajaran yang lainnya.
Sebagai acuan, selain menggunakan KKM pembelajaran fiqih
sebesar 70, peneliti juga menggunakan Kriteria Ketuntasan Klasikal
(KKL) yaitu sebesar 85%. Dalam penilaian ini peneliti menggunakan
nilai hasil ulangan harian yang didapatkan dari guru pengampu mata
pelajaran fiqih.
97
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari guru pengampu mata
pelajaran fiqih, lebih dari 50% yang nilainya belum memenuhi standar
KKM indikator sekolah. Keterangan tersebut dapat ditunjukkan dengan
hasil nilai ulangan harian sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Fiqih
No Nama Nilai Keterangan
1. Siswa 1 66 Belum Tuntas
2. Siswa 2 80 Tuntas
3. Siswa 3 64 Belum Tuntas
4. Siswa 4 80 Tuntas
5. Siswa 5 58 Balum Tuntas
6. Siswa 6 82 Tuntas
7. Siswa 7 68 Belum Tuntas
8. Siswa 8 84 Tuntas
9. Siswa 9 58 Balum Tuntas
10. Siswa 10 56 Balum Tuntas
11. Siswa 11 60 Balum Tuntas
12. Siswa 12 86 Tuntas
13. Siswa 13 66 Belum Tuntas
14. Siswa 14 42 Balum Tuntas
15. Siswa 15 60 Balum Tuntas
98
16. Siswa 16 66 Balum Tuntas
17. Siswa 17 88 Tuntas
18. Siswa 18 70 Balum Tuntas
19. Siswa 19 78 Tuntas
20. Siswa 20 62 Balum Tuntas
21. Siswa 21 60 Balum Tuntas
22. Siswa 22 58 Balum Tuntas
23. Siswa 23 62 Balum Tuntas
24. Siswa 24 80 Tuntas
25. Siswa 25 80 Tuntas
26. Siswa 26 78 Tuntas
27. Siswa 27 48 Balum Tuntas
28. Siswa 28 82 Tuntas
29. Siswa 29 56 Balum Tuntas
30. Siswa 30 78 Tuntas
31. Siswa 31 72 Tuntas
32. Siswa 32 58 Balum Tuntas
33. Siswa 33 68 Balum Tuntas
Jumlah 14 Tuntas
19 Belum Tuntas
99
Data diatas menunjukkan hasil belajar siswa pada pra siklus. Siswa
yang mencapai KKM indikator sekolah dalam presentase adalah sebagai
berikut:
P =
P =
P = 42%
Sedangkan siswa yang belum mencapai KKM indikator sekolah
dalam presentase adalah sebagai berikut:
P =
P =
P = 58%
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik
yang tuntas belajar sebanyak 14 siswa atau 42%, sedangkan siswa yang
belum tuntas belajar sebanyak 19 siswa 56%. Nilai tersebut menunjukkan
secara klasikal nilai pembelajaran siswa belum memenuhi kriteria
ketuntasan. Ketuntasan individu masih rendah hanya 14 siswa yang
tuntas belajar atau 42% dan yang lainnya masih mendapatkan nilai
dibawah ketuntasan minimal.
2. Siklus I
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I telah diterapkan
penggunaan media pembelajaran audio visual dan metode pembelajaran
100
demonstrasi. Selama proses pembelajaran peneliti juga melakukan
pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
Kegiatan pembelajaran ini diakhiri dengan mengerjakan soal
evaluasi dengan tujuan untuk mngetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam menguasai materi pembelajaran fiqih.
Hasil belajar yang diraih peserta didik pada soal tes evaluasi siklus
I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
101
Tabel 4.2
Hasil Nilai Tes Formatif Siklus I
No Nama Nilai Keterangan
1. Siswa 1 82 Tuntas
2. Siswa 2 84 Tuntas
3. Siswa 3 68 Belum Tuntas
4. Siswa 4 84 Tuntas
5. Siswa 5 62 Belum Tuntas
6. Siswa 6 86 Tuntas
7. Siswa 7 84 Tuntas
8. Siswa 8 84 Tuntas
9. Siswa 9 94 Tuntas
10. Siswa 10 60 Belum Tuntas
11. Siswa 11 64 Belum Tuntas
12. Siswa 12 92 Tuntas
13. Siswa 13 82 Tuntas
14. Siswa 14 42 Belum Tuntas
15. Siswa 15 68 Belum Tuntas
16. Siswa 16 86 Tuntas
17. Siswa 17 90 Tuntas
18. Siswa 18 86 Tuntas
19. Siswa 19 82 Tuntas
102
20. Siswa 20 68 Belum Tuntas
21. Siswa 21 64 Belum Tuntas
22. Siswa 22 78 Tuntas
23. Siswa 23 70 Tuntas
24. Siswa 24 82 Tuntas
25. Siswa 25 84 Tuntas
26. Siswa 26 82 Tuntas
27. Siswa 27 58 Belum Tuntas
28. Siswa 28 84 Tuntas
29. Siswa 29 80 Tuntas
30. Siswa 30 82 Tuntas
31. Siswa 31 82 Tuntas
32. Siswa 32 78 Tuntas
33. Siswa 33 78 Tuntas
24 Tuntas
Jumlah 9 Belum Tuntas
Data diatas menunjukkan hasil belajar siswa pada siklus I. Siswa
yang mencapai KKM indikator sekolah dalam presentase adalah sebagai
berikut:
P =
103
P =
P = 73%
Sedangkan siswa yang belum mencapai KKM indikator sekolah
dalam presentase adalah sebagai berikut:
P =
P =
P = 27%
Berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa
tertarik dengan materi pembelajaran yang disampaikan melalui media
audio visual. Dari data siklus I di atas terjadi keberhasilan yang
signifikan dibandingkan dengan nilai pra siklus yang didapatkan dari
hasil nilai ulangan harian yang diperoleh dari guru hal ini di tunjukkan
dengan tingkat keberhasilan siswa yang mencapai nilai KKM pada siklus
I mencapai 73% yaitu sebanyak 24 siswa yang sebelumnya hanya
terdapat 42% atau 14 siswa, sedangkan siswa yang belum mencapai nilai
KKM adalah 27% atau 9 siswa yang sebelumnya adalah 58% atau 19
siswa.
Berdasarkan perolehan hasil diatas yaitu pada siklus I hanya
mencapai 73% siswa yang mengalami keberhasilan mencapai nilai KKM
maka hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual
dan metode demonstrasi dapat katakan belum berjalan secara maksimal
104
sehingga belum mengalami keberhasilan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Masih terdapat siswa yang belum memperhatikan meteri yang di
jelaskan oleh guru secara maksimal.
b. Tujuan dari pembelajaran kurang maksimal dan pengkondisisn kelas
yang masih kurang sehingga siswa asik bermain dan berbicara sendiri.
c. Masih terdapat siswa yang tidak serius dalam mengerjakan soal
evaluasi.
d. Guru masih kurang dalam menciptakan suasana kelas yang aktif dan
menyenangkan, karena masih terdapat siswa yang kelihatan malas
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada pembelajaran
siklus I ini, peneliti perlu menyiapkan sarana pembelajaran berupa video
yang lebih menarik, menyenangkan serta mudah dipahami oleh siswa
untuk ditampilkan pada pembelajaran berikutnya. Selain itu, guru juga
bersikap lebih tegas lagi kepada siswa yang masih bermain dan berbicara
sendiri dengan memberikan pengertian bahwa bermain sendiri saat
kegiatan pembelajaran berlangsung akan merugikan diri sendiri dan lebih
baik jika mengikuti pembelajaran dengan serius. Disamping itu guru juga
memberikan motivasi atau dorongan agar siswa memiliki keberanian
untuk mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami. Cara
guru untuk memancing keberanian siswa untuk bertanya adalah dengan
105
memberikan hadiah kepada siswa yang mau mengajukan pertanyaan
yang terkait dengan materi.
Tabel 4.3
Hasil Nilai Praktik Silkus I
No. Nama Sangat baik 4
Baik 3
Cukup 2
Bimbingan 1
1. Siswa 1
2. Siswa 2
3. Siswa 3
4. Siswa 4
5. Siswa 5
6. Siswa 6
7. Siswa 7
8. Siswa 8
9. Siswa 9
10. Siswa 10
11. Siswa 11
12. Siswa 12
13. Siswa 13
14. Siswa 14
15. Siswa 15
16. Siswa 16
17. Siswa 17
106
18. Siswa 18
19. Siswa 19
20. Siswa 20
21. Siswa 21
22. Siswa 22
23. Siswa 23
24. Siswa 24
25. Siswa 25
26. Siswa 26
27. Siswa 27
28. Siswa 28
29. Siswa 29
30. Siswa 30
31. Siswa 31
32. Siswa 32
33. Siswa 33
Jumlah 0 21 52 0
Total 73
Keterangan:
A: 4 (Sangat Baik) B: 3 (Baik)
C: 2 (Cukup) D: 1 (Bimbingan)
107
Kategori kerja siswa penilaian praktik:
85-100 : Sangat Baik 41-69 : Cukup
70-85 : Baik 10-40 : Bimbingan
Berdasarkan penilaian praktik masih ada beberapa siswa yang
belum memenuhi KKM, terdapat 7 siswa mendapat kriteria penilaian
(baik) dengan skor 3, 26 siswa mendapatkan kriteria penilaian (cukup)
dengan skor 2 dan tidak terdapat siswa yang mendapatkan kriteria
penilaian (sangat baik dan bimbingan) dalam praktik berwudhu. Dari
hasil penilaian tersebut dapat diketahui bahwa pada siklus I siswa belum
mencapai indikator ketuntasan yaitu 85%. Oleh karena itu peneliti masih
harus melanjutkan penelitian tindakan kelas siklus II karena pada siklus I
belum mengalami keberhasilan yaitu belum mencapai kriteria klasikal
yang diharapkan.
3. Siklus II
Pada pembelajaran siklus II ini peneliti lebih memaksimalkan
penerapan metode demonstrasi dan media audio visual kepada peserta
didik untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Guru juga
memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat belajar siswa agar
siswa lebih antusias lagi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Seperti
halnya pembelajaran pada siklus I dalam pembelajaran siklus II peneliti
juga memberikan soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Adapun
hasil belajar yang diraih peserta didik pada evaluasi siklus II dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
108
Tabel 4.4
Hasil Nilai Tes Formatif Siklus II
No Nama Nilai Keterangan
1. Siswa 1 90 Tuntas
2. Siswa 2 92 Tuntas
3. Siswa 3 88 Tuntas
4. Siswa 4 100 Tuntas
5. Siswa 5 80 Tuntas
6. Siswa 6 96 Tuntas
7. Siswa 7 90 Tuntas
8. Siswa 8 88 Tuntas
9. Siswa 9 98 Tuntas
10. Siswa 10 90 Tuntas
11. Siswa 11 80 Tuntas
12. Siswa 12 92 Tuntas
13. Siswa 13 96 Tuntas
14. Siswa 14 52 Balum Tuntas
15. Siswa 15 68 Balum Tuntas
16. Siswa 16 88 Tuntas
17. Siswa 17 96 Tuntas
18. Siswa 18 96 Tuntas
19. Siswa 19 94 Tuntas
109
20. Siswa 20 80 Tuntas
21. Siswa 21 80 Tuntas
22. Siswa 22 96 Tuntas
23. Siswa 23 76 Tuntas
24. Siswa 24 98 Tuntas
25. Siswa 25 84 Tuntas
26. Siswa 26 90 Tuntas
27. Siswa 27 56 Belum Tuntas
28. Siswa 28 86 Tuntas
29. Siswa 29 80 Tuntas
30. Siswa 30 68 Belum Tuntas
31. Siswa 31 86 Tuntas
32. Siswa 32 100 Tuntas
33. Siswa 33 90 Tuntas
29 Tuntas
Jumlah 4 Belum Tuntas
Data diatas menunjukkan hasil belajar siswa pada siklus I. Siswa
yang mencapai KKM indikator sekolah dalam presentase adalah sebagai
berikut:
P =
110
P =
P = 88%
Sedangkan siswa yang belum mencapai KKm indikator sekolah
dalam presentase adalah sebagai berikut:
P =
P =
P = 12%
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa pembelajaran fiqih
menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dan media
pembelajaran audio visual pada siklus II mengalami keberhasilan, hasil
belajar siswa memuaskan meskipun masih terdapat beberapa siswa yang
belum mencapai nilai KKM dikarenakan beberapa faktor. Siswa
menunjukkan adanya perkembangan yang lebih baik dan hasil belajar
siswa meningkat dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Pada siklus II
ini guru berhasil meningkatkan hasil belajar siswa denga indikator
ketuntasan 85% melalui media pembelajaran audio visual dan metode
pembelajaran demonstrasipada siswa kelas VII A MTs Ma‟arif 02
Grabag. Hal ini ditunjukkan dengan 29 siswa atau 88% siswa yang
tuntas belajar yang sebelumnya pada siklus I hanya 24 siswa atau 73%,
sedangkan siswa yang belum tuntas terdapat 4 siswa 12% karena
beberapa faktor. Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada guru dan
111
siswa yang belum tuntas terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal
tersebut terjadi:
a. Terdapat dua siswa yang sedang sakit sehingga ia kurang maksimal
dalam mengikuti pembelajaran.
b. Masih terdapat siswa yang lebih asik dengan permainannya sendiri,
lebih sering menganggu teman sebangkunya ketika belajar.
c. Masih terdapat beberapa siswa yang belum bisa memahami materi,
misalnya kebingungan dalam membedakan antara sunah wudhu dan
rukun wudhu.
Berdasarkan data yang diperoleh di atas dengan sudah
menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar dengan
metode pembelajaran demonstrasi dan media pembelajaran audio visual,
maka peneliti mencukupkan penelitian tindakan kelas dan tidak
melanjutkan ke tindakan ke tindakan berikutnya.
112
Tabel 4.5
Hasil Nilai Praktik Silkus II
No. Nama Sangat baik 4
Baik 3
Cukup 2
Bimbingan 1
1. Siswa 1
2. Siswa 2
3. Siswa 3
4. Siswa 4
5. Siswa 5
6. Siswa 6
7. Siswa 7
8. Siswa 8
9. Siswa 9
10. Siswa 10
11. Siswa 11
12. Siswa 12
13. Siswa 13
14. Siswa 14
15. Siswa 15
16. Siswa 16
17. Siswa 17
18. Siswa 18
19. Siswa 19
113
20. Siswa 20
21. Siswa 21
22. Siswa 22
23. Siswa 23
24. Siswa 24
25. Siswa 25
26. Siswa 26
27. Siswa 27
28. Siswa 28
29. Siswa 29
30. Siswa 30
31. Siswa 31
32. Siswa 32
33. Siswa 33
Jumlah 104 21
Total 125
Keteragan:
A: 4 (Sangat Baik) B: 3 (Baik)
C: 2 (Cukup) D: 1 (Bimbingan)
Kategori kerja siswa penilaian praktik:
85-100 : Sangat Baik 41-69 : Cukup
70-85 : Baik 10-40 : Bimbingan
114
Berdasarkan data penilaian praktik di atas semua siswa mengalami
peningkatan dari siklus I yaitu peda siklus II seluruh siswa mecapai nilai
KKM yang di tentukan oleh sekolah. Terdapat 7 siswa yang
mendapatkan kriteria penilaian (baik) dengan skor 3 dan sisanya 26 siswa
mendapatkan kriteria penilaian (sangat baik) dengan skor 4. Dari
penilaian tersebut dapat diambil kesimpulan 100% siswa mengalami
ketuntasan dalam mempraktikkan wudhu.
B. Pembahasan
Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan peneliti
menunjukkan hasil belajar siswa meningkat dari sebelum dilaksanakan
tindakan. Hasil belajar siswa tersebut meliputi hasil perolehan nilai pada hasil
tes formatif, nilai praktik dan pengamatan peneliti untuk menilai aktivitas
belajar siswa.
1. Siklus I
Setelah melaksanakan penelitian pada siswa kelas VII A MTs
Ma‟arif 02 Grabag, kabupaten Magelang peneliti dapat mengetahui
bahwa sebenarnya kemampuan siswa dalam mempelajari materi fiqih
sangat tinggi antusiasnya. Meskipun pada siklus I masih ada beberapa
siswa yang belum mencapai nilai KKM dan belum mencapai kriteria
klasikal yang diinginkan. Hal ini terjadi karena siswa belum
sepenuhnya terfokus pada materi pembelajaran, masih banyak siswa
yang bermain dan berbicara sendiri. Akan tetapi siswa sangat antusias
115
dan mengharapkan pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan yang akan
datang.
Tabel 4.6
Perbandingan Nilai Pra Siklus dan Siklus I
No. Tuntas dan Belum Tuntas Pra Siklus Siklus I
1. Tuntas
14
(42%)
24
(73%)
2. Belum Tuntas
19
(58%)
9
(27%)
Berdasarkan hasil tes siklus I menunjukkan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan. Hasil belajar jumlah siklus I siswa yang tuntas
belajar 24 siswa dan 9 siswa belum tuntas belajar. Dalam pelaksanaan
siklus I ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Selain itu,
meskipun ketuntasan belajar siswa talah mengalami peningkatan,
namun belum mencapai target ketuntasan yang diinginkan yaitu
sebanyak kurang lebih 85% ketuntasan siswa. Oleh karena itu peneliti
memutuskan untuk melanjutkan pembelajaran pada siklus II.
2. Siklus II
Dalam siklus II ini peneliti masih meggunakan media dan metode
pembelajaran yang sama yaitu media pembelajaran audio visual dan
metode pembelajaran demonstrasi dengan memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada pada siklus I. Berbeda denga siklus I sebelumnya,
116
pembelajaran pada siklus II ini berjalan lebih kondusif dan siswa lebih
bersemangat lagi saat pembelajaran pada siklus sebelumnya.
Pengelolaan kondisi dan suasana kelas secara baik mendukung
berjalannya pembelajaran pada siklus II sehingga pada siklus ini
berjalan lebih lancar, dengan siswa yang pada siklus sebelumnya masih
belum sepenuhnya memperhatikan materi pembelajaran yang di
sampaikan oleh guru.
Tabel 4.7
Perbandingan Nilai Siklus I dan Siklus II
No. Tuntas dan Belum Tuntas Siklus I Siklus II
1. Tuntas
24
(73%)
29
(88%)
2. Belum Tuntas
9
(27%)
4
(12%)
Berdasarkan hasil tes pada siklus II menunjukkan adanya
peningkatan, dapat dilihat dari siklus I ke siklus II dan siswa yang
tuntas belajar materi fiqih dengan presentase 88% atau 29 siswa
mendapat kan nilai di atas KKM sedangkan 12% atau 4 siswa lainnya
belum berhasil mencapai KKM. Oleh karena itu, pembelajaran fiqih
dengan media pembelajaran audio visual dan metode demonstrasi
dianggap telah berhasil dan pelaksanaan penelitian berhenti pada siklus
II.
117
Tabel 4.8
Perbandingan Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No. Nama
Pra
Siklus
Ket.
Siklus
I
Ket.
Siklus
II
Ket.
1. Siswa 1 66 BT 82 T 90 T
2. Siswa 2 80 T 84 T 92 T
3. Siswa 3 64 BT 68 BT 88 T
4. Siswa 4 80 T 84 T 100 T
5. Siswa 5 58 BT 62 BT 80 T
6. Siswa 6 82 T 86 T 96 T
7. Siswa 7 68 BT 84 T 90 T
8. Siswa 8 84 T 84 T 88 T
9. Siswa 9 58 BT 94 T 98 T
10. Siswa 10 56 BT 60 BT 90 T
11. Siswa 11 60 BT 64 BT 80 T
12. Siswa 12 86 T 92 T 92 T
13. Siswa 13 66 BT 82 T 96 T
14. Siswa 14 42 BT 42 BT 52 BT
15. Siswa 15 60 BT 68 BT 68 BT
16. Siswa 16 66 BT 86 T 88 T
17. Siswa 17 88 T 90 T 96 T
18. Siswa 18 70 T 86 T 96 T
118
19. Siswa 19 78 T 82 T 94 T
20. Siswa 20 62 BT 68 BT 80 T
21. Siswa 21 60 BT 64 BT 80 T
22. Siswa 22 58 BT 78 T 96 T
23. Siswa 23 62 BT 70 T 76 T
24. Siswa 24 80 T 82 T 98 T
25. Siswa 25 80 T 84 T 84 T
26. Siswa 26 78 T 82 T 90 T
27. Siswa 27 48 BT 58 BT 56 BT
28. Siswa 28 82 T 84 T 86 T
29. Siswa 29 56 BT 80 T 80 T
30. Siswa 30 78 T 82 T 68 BT
31. Siswa 31 72 T 82 T 86 T
32. Siswa 32 58 BT 78 T 100 T
33. Siswa 33 68 BT 78 T 90 T
Jumlah 2256 BT :
14
T : 19
2550 BT :
9
T : 24
2844
BT : 4
T : 29 Rata-rata
68,3 77,2 86,1
Keterangan:
BT: Belum Tuntas
T: Tuntas
119
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai rata-rata siswa
mengalami peningkatan dari tahap pra siklus yaitu 68,3, pada siklus I
nilai rata-rata meningkat menjadi 77,2 dan di siklus II nilai rata-rata
meningkat menjadi 86,1. Peningkatan nilai rata-rata dapat dilihat pada
diagram dibawah ini:
Gambar 4.1
Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Ketuntasan Siswa
Berdasarkan diagram di atas, dapat di ketahui nilai rata-rata siswa
kelas VII A MTs Ma‟arif 02 Grabag meningkat. Dari pra siklus
sebelum menggunakan media pembelajaran audio visual dan metode
pembelajaran demonstrasi nilai rata-rata siswa pra siklus adalah 68,3
sedangkan nilai rata-rata siklus I adalah 77,2 dan pada siklus II nilai
rata-rata siswa adalah 86,1. Hal ini menunjukkan peningkatan hasil
belajar dari pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan.
0,00%
1000,00%
2000,00%
3000,00%
4000,00%
5000,00%
6000,00%
7000,00%
8000,00%
9000,00%
10000,00%
Category 1
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
120
Tabel 4.9
Selisih Ketentuan Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
19 24 29
Keterangan Meningkat 5 Meningkat 5
Pada pra siklus terdapat 19 siswa tuntas belajar, siklus I meningkat
menjadi 24 siswa dan siklus II meningkat menjadi 29 siswa tuntas
belajar. Dari pra siklus ke siklus I selisih 5 siswa yang tuntas belajar,
siklus I ke siklus II selisih 5 siswa tuntas belajar.
Tabel 4.10
Perbandingan Presentase Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II
Kriteria Pra siklus Siklus I Siklus II
Tuntas 42% 73% 88%
Tidak tuntas 58% 27% 12%
Berdasarkan tabel di atas diketahui presentase ketuntasan siswa
mengalami peningkatan yaitu pra siklus siswa tuntas belajar 42% siswa
yang belum tuntas belajar 58%. Siklus I siswa yang tuntas belajar
sebanyak 73% sedangkan yang belum tuntas 27%. Siklus II yaitu
sebanyak 88% siswa tuntas belajar sedangkan yang belum tuntas adalah
121
12%. Pada siklus II penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
media pembelajaran audio visual dan metode pembelajaran demonstrasi
dinyatakan berhasil karena telah mencapai target ketuntasan yaitu 85%
siswa dinyatakan tuntas mencapai KKM. Peningkatan presentase
ketuntasan dari pra siklus sampai siklus II dapat dilihat pada gambar
diagram dibawah ini:
Gambar 4.2
Presentase Hasil Belajar Siswa
Tabel 4.11
Perbandingan Nilai Praktik Siklus I dan Siklus II
Praktik Jumlah Nilai
Siklus I 73
Siklus II 125
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
pra siklus Siklus I Siklus II
Peningkatan Presentase
Tuntas
Belum Tuntas
122
Berdasarkan tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
praktik siklus II mengalami peningkatan dari siklus I, yaitu dengan
jumlah nilai siklus I 73 dan meningkat di siklus II dengan jumlah 125.
123
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dan pembahasan
pada bab IV dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar mata
pelajaran fiqih melalui metode pembelajaran demonstrasi dan media
pembelajaran audio visual pada siswa kelas VII A Ma‟arif 02 Grabag,
Magelang tahun pelajaran 2018/2019 mengalami keberhasilan. Hal
tersebut dibuktikan dengan peningkatan pembelajaran fiqih dari siklus ke
siklus dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) 70. Hasil pra siklus
yang diperoleh dari hasil nilai ulangan harian tanpa menggunakan metode
demonstrasi dan media audio visual sebanyak 19 siswa dari 33 siswa
mendapatkan nilai tuntas di atas KKM atau 42% dan nilai rata-rata
kelasnya 68,3. Pada siklus I yang tuntas belajar adalah 24 siswa atau 73%
siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimum dengan nilai rata-
rata kelas 77,2. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil nilai siswa antara
pra siklus dan siklus I mengalami peningkatan 31%. Meskipun pada siklus
I mengalami peningkatan akan tetapi hal tersebut belum mencapai
ketuntasan klasikal yaitu 85% dari jumlah keseluruhan siswa. Selanjutnya
peneliti melanjutkan penelitian pada Siklus II. Pada siklus ini siswa yang
tuntas sebanyak 29 siswa atau 88% dengan nilai rata-rata kelas 86,1. Hal
tersebut membuktikan hasil nilai siswa mengalami peningkatan dari siklus
I ke siklus II dengan peningkatan 15%. Yang semula 77,2 menjadi 86,1.
124
Dan pada siklus II ini telah mencapai lebih dari 85 % dari jumlah siswa.
Maka peneliti menghentikan penelitian, karena hasil penelitian sedah
mencapai kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas
(PTK).
Untuk penilaian praktik pada siklus I mendapatkan nilai yang
berjumlah 73 dan pada siklus II dengan jumlah 125, dari siklus I ke siklus
II mengalami peningkatan dengan selisih nilai 52. Dari penilaian tersebut
dapat diambil kesimpulan 100% siswa mengalami ketuntasan dalam
mempraktikkan wudhu.
B. Saran
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang diperoleh, maka
terdapat beberapa saran diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya melakukan sosialisasi dengan para guru
guna meningkatkan kualitas mengajar.
b. Sekolah hendaknya meningkatkan hubungan kerja sama dengan
orang tua/wali untuk menunjang keberhasilan belajar siswa.
c. Sekolah hendaknya menambah fasilitas sekolahan guna menambah
semangat siswa dan memotivasi siswa dalam mengikuti kagiatan
pembelajaran.
2. Bagi Guru
d. Hendaknya guru mampu meningkatkan profesionalisme dalam
melakukan pembelajaran.
125
e. Guru harus dapat memilih/menggunakan media dan metode
pembelajaran selain yang sudah ada di dalam buku.
f. Guru harus mampu menguasai metode yang digunakan dalam
proses pembelajaran.
g. Guru harus mempu menjadi motivator sekaligus sebagai fasilitator
bagi siswa.
3. Bagi Peneliti
a. Bagi penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian
dibandingkan dengan penelitian tindakan kelas (PTK) diharapkan
dapat mengembangkan penelitan lebih luas lagi.
b. Bagi peneliti diharapkan penelitiannya dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan pendidikan kepadanya.
126
DAFTAR PUSTAKA
'Abdullah, 'Adil. Fahri. 2004. Populer tapi Keliru. Jakarta: Mirqat Publishing.
Akrom, Muhammad. 2010. Terapi Wudhu . Yogyakarta: Mutiara Media.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
'Al, A. H. 2006. Pengantar Ushul Fikih. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Efferin, Sujoko. 2010. Seni Perang SUN Zi dan Sistem Pengendalian Manajemen.
Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
el-Bantanie, M. S. 2010. Dahsyatnya Terapi Wudhu. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Djaali. 2013. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta. Grasindo.
Fathurrahman, Pupuh. 2007. Strategi Pembelajaran. Bandung: Insan Media.
Farthurohman, Z. Abdul Salam. 1994. Pengantar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih.
Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam.
Hakim, M. Saifudin. 2014, november Jumat. https://muslim.or.id/23599-
mengusap-peci-dan-kerudung-ketika-berwudhu-bolehkah.html. Retrieved
Agustus Jumat, 2018, from Muslim.or.id.
Hasanuddin, Oan. 2007. Mukjizat Berwudhu. Jakarta: Qultum Media.
Husanamah. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Malang. UMM Press.
Jalil, J. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Kamal, Abdul Malik. 2013. Fikih Sunah Wanita. Jakarta: Qisthi Press.
Kementrian Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemah New Cordova. Bandung:
Syamil Qur‟an
Mariyaningsih, Nining. 2018. Teori dan Praktik Berbagai Model dan Metode
Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-Kelas
Inspiratif. Surakarta: Kekata Publisher.
127
Mudjiono, Dimyati. 2002. Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Nata, A. 2003. Masail Al-Fiqhiyah. Bogor: Prenada Media.
Nizwardi Jalinus, Ambiyar. 2016. Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Nuhuyanan, Abdul Kadir. 2002. Tuntunan Shalat Lengap. Jakarta: Gema Insani.
Retrieved from https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_intelektual.
RI, D. A. 1995. Fiqih 1 Madrasah Diniyah Awaliyah. Jakarta: Departemen
Agama RI.
RI, D. 2004. STANDAR KOPETENSI, DIRJEN KELEMBAGAAN AGAMA
ISLAM. Jakarta.
Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Satrianawati. 2018. Media dan Sumber Belajar. Yogyaarta : Deepublisher.
Simamora, N. R. 2009. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Sujana, Ns. Roymond H. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sulaiman, R. 1994. Fiqih Islam. Bandung: PT Sinar Baru.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Supiana, M. K. 2009. Materi Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Surya, Mohammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:
Pustaka bani Quraisy .
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Syarifudin, Amir. 1997. Ushul Fiqih Jilid I. Jakarta : Logos Wacana Islam.
Usman, Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press.
128
Usman, Asnawir dan Basyirudin. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat
Press.
Usman, Basyiruddin. 2010. Metode Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat
Press.
Wirartha, I. Made. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Andi Offset.
Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Komputer. Jakarta:
Gaung Persada Press.
129
LAMPIRAN-LAMPIRAN
130
Daftar Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)
No Nama Nilai Keterangan
1 Abdul Wahib 66 Belum Tuntas
2 Achmad Mahrus 80 Tuntas
3 Achmad Nuruddin 64 Belum Tuntas
4 Ahmad Aditya Rahman 80 Tuntas
5 Ahmad Gussulkhan 58 Belum Tuntas
6 Aininditha Elok Humaica 82 Tuntas
7 Arif Bima Aditya 68 Belum Tuntas
8 Armiyati Nurul Akhidah 84 Tuntas
9 As'ad Ali Ridho 58 Belum Tuntas
10 Dian Fadilah 56 Belum Tuntas
11 Dinda Maulia Zahrotin Nisa 60 Belum Tuntas
12 Fatma Aulia 86 Tuntas
13 Hana Arif Afifah 66 Belum Tuntas
14 Ikmal Huda 42 Belum Tuntas
15 Istikomah 60 Belum Tuntas
16 Khoirul Fatkhurohim 66 Belum Tuntas
17 Kurotul Ayun 88 Tuntas
18 Lailatul Fadhilah 70 Tuntas
19 Muasaroh 78 Tuntas
20 Muhamad Saiful Anwar 62 Belum Tuntas
21 Nisna 60 Belum Tuntas
22 Niya Sari 58 Belum Tuntas
23 Nur Azizah 62 Belum Tuntas
24 Nurul Wakhid 80 Tuntas
25 Panji Ilham Saputra 80 Tuntas
26 Putri Dewi Anisa 78 Tuntas
27 Revana Astri Wardani 48 Belum Tuntas
28 Salsa Putri Nabila 82 Tuntas
29 Sariwiyati 56 Belum Tuntas
30 Siti Ghoriyah 78 Tuntas
31 Triyani 72 Tuntas
32 Widodo 58 Belum Tuntas
33 Agung Setiyawan 68 Belum Tuntas
131
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Madrasah : MTs Ma‟arif 02 Grabag
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas : VII /I
Materi Pokok : Wudhu
Pertemuan : Pertama
Alokasi Waktu : 3 x 40 Menit
A. Kopetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
132
B. Kompetensi Dasar
1.1 Meyakini pentingnya bersuci dari hadas dan najis.
2.1 Membiasakan diri berperilaku bersih sebagai implementasi dari
pemahaman tentang tata cara bersuci.
3.1 Mengetahui dan memahami cara pelaksanaan wudhu dengan benar.
4.1 Mendomonstrasikan tata cara berwudhu di sertai dengan lafadz niat dan
do‟a setelah wudhu.
C. Indikator
1. Menyebutkan pengertian thaharah.
2. Menyebutkan macam-macam najis dan contohnya serta cara
mensucikannya.
3. Menyebutkan tentang macam-macam air yang digunakan untuk bersuci.
4. Menjelaskan pengertian wudhu.
5. Melafadzkan niat dan do‟a setelah wudhu.
6. Menyebutkan tentang rukun wudhu, dan syarat sah wudhu.
7. Menjelaskan ketentuan tata cara berwudhu yang benar.
8. Mempraktikan tata cara berwudhu di sertai dengan lafadz niat dan do‟a
setelah wudhu sesuai dengan video yang telah ditampilkan dan materi
yang telah diajarkan.
D. Tujuan Pelajaran
Setelah mengikuti pelajaran, peserta didik diharapkan memiliki
kopetensi berikut:
133
1. Menyebutkan pengertian thaharah.
2. Menyebutkan macam-macam najis dan contohnya serta cara
mensucikannya.
3. Menyebutkan tentang macam-macam air yang digunakan untuk bersuci.
4. Menjelaskan pengertian wudhu.
5. Melafadzkan niat dan do‟a setelah wudhu.
6. Menyebutkan tentang pengertian wudhu, rukun wudhu, dan syarat sah
dalam wudhu.
7. Menjelaskan ketentuan tata cara berwudhu yang benar.
8. Mempraktikan tata cara berwudhu di sertai dengan lafadz niat dan do‟a
setelah wudhu.
E. Materi
1. Pengertian wudhu
Wudhu harus menggunakan air yang suci dan mensucikan. Wudhu
adalah mensucikan diri dari hadas kecil agar dapat mengerjakan ibadah-
ibadah yang disyaratkan untuk berwudhu terlebih dahulu. Secara syariat
Islam, wudhu adalah membasuh muka, kedua tangan sampai siku,
sebagian kepala, dan kedua kaki sampai mata kaki untuk dapat beribadah
kepada Allah Swt.
2. Niat wudhu
Bacaan niat pada wudhu adalah sebaga berikut:
ذعاى ىشفعاىحذزالصغشفشضالل ض داى
134
Artinya: Aku berniat berwudhu untuk menghilangkan hadas kecil,
fardhu karena Allah Ta’ala (Sulaiman, 1994: 25).
3. Rukun wudhu
a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh kedua tangan hingga siku
d. Mengusap sebagian kepala
e. Membasuh kaki hingga mata kaki
f. Tertib
4. Syarat sah wudhu
a. Beragama Islam
b. Dengan Air yang suci dan mensucikan
c. Tamyiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)
d. Tidak berhadas besar
e. Tadak ada halangan sampainya air ke anggota wudhu
F. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran
Pendekata pembelajaran : Saintifik.
Strategi pembelajaran : Kooperatif.
Motede pembelajaran : Penugasan, Demonstrasi.
Media pembelajaran : Laptop, LCD, Video, dan speaker
135
G. Kegiatan Pembelajaran
Tahap Uraian Kegiatan
Pendahuluan a. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
b. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi
tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
c. Guru memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat
seputar ketentuan thaharah.
Inti a. Sebagai kegiatan pembuka, siswa membaca dan
mencermati teks materi pelajaran yang akan dipelajari
hari ini (mengamati).
b. Guru meminta peserta didik untuk mengamati gambar,
video yang berkaitan dengan materi yang diajarkan
(mengamati).
c. Siswa mendengarkan penjelasan guru ketika
menyampaikan gambaran teknis tentang tata cara bersuci
dengan berwudhu (mengamati).
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai materi yang telah dipelajari
(menanya).
e. Siswa secara bergantian mempraktikkan tata cara
berwudhu sesuai dengan ketentuan dalam syariat seperti
yang telah ditampilkan melalui video (melakukan).
Penutup a. Bersama-sama melakukan refleksi dengan bertanya
136
tentang kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
b. Guru memberikan soal tes.
c. Guru memberika apresiasi terhadap hasil kerja siswa.
d. Guru memberikan motivasi kepada siswa.
e. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya dan menyampaikan tugas tidak
terstruktur.
f. Guru mengingatkan siswa untuk menjaga kebersihan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari
ketentuan thaharah.
g. Bersama-sama mengakhiri kegiatan pelajaran dengan
berdoa dan guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
salam.
H. Penilaian Proses dan Hasil
Tes Tertulis
Menjawab pertanyaan (pilihan ganda, isian, dan uraian).
Tes Unjuk Kerja
Mengerjakan tugas-tugas, seperti pengamatan, praktik, diskusi, menunjukkan
hafalan, menulis laporan, dan melaporkannya.
137
Contoh:
Rumus Perhitungan
Keteragan:
A: 4 (Sangat Baik)
B: 3 (Cukup)
C: 2 (Baik)
D: 1 (Bimbingan)
Kategori kerja siswa penilaian praktik:
85-100 : Sangat Baik
70-85 : Baik
41-69 : Cukup
10-40 : Bimbingan
Uraian Kriteria Baik sekali (4) Baik (3) Cukup (2) Bimbingan
(1)
Mempraktikkan
cara bersuci
dengan wudhu.
Mempraktikkan
dengan benar.
Ada sedikit
kesalahan saat
mempraktikkan.
Ada banyak
kesalahan saat
mempraktikkan.
Tidak
mampu
mempraktik
kan
138
Pengamatan Sikap
Adab peserta didik selama mengikuti pelajaran, contoh:
Nama:.....
No. Kriteria Terlihat Belum Terlihat
1 Menunjukkan sikap yang baik
sebagai peserta didik
... ...
2 Aktif dalam kegiatan kelas
(diskusi, tanya jawab, praktik).
(rasa ingin tahu,
bersahabat/komunikatif, mandiri,
tanggung jawab, kerja keras,
disiplin).
... ...
I. Contoh Instrumen untuk penilaian
1. Yang termasuk kedalam rukun wudhu, kecuali:
a. Niat c. Membasuh kedua tangan hingga siku
b. Membaca bismillah d. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
2. Air yang masih murni belum tercampur dengan hal apapun dan dapat
digunakan untuk bersuci disebut dengan air...
a. Musyamas c. Hujan
b. Musta‟mal d. Mutlak
139
140
Pedoman Pengamatan Guru Siklus I
No. Aspek yang diamati
Pengamatan Guru
A B C D
1.
Persiapan guru dalam mengajar
e. Menyiapkan RPP
f. Menyiapkan apresiasi
g. Menyiapkan lembar observasi
h. Menyiapkan perlengkapan mengajar
2.
Kemampuan guru dalam membuka
pelajaran dan apresiasi
e. Salam pembuka
f. Mengkondisikan siswa
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Memberikan motivasi untuk belajar
3.
Ketepatan guru menggunakan media:
c. Guru paham mengenai media audio
visual dan metode demonstrasi
d. Guru mampu menggunakan media
audio visual dan metode demonstrasi
4.
Kemampuan guru dalam menguasai kelas:
c. Menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan
141
d. Membuat siswa aktif bertanya
5.
Kemampuan guru dalam menutup
pembelajaran:
e. Memberi kesimpulan
f. Melakukan evaluasi
g. Memberikan tindak lanjut
h. Salam penutup
Keterangan:
A : Sangat Baik C : Cukup
B : Baik D : Kurang
142
Pedoman Pengamatan Siswa Siklus I
No. Aspek yang diamati
Pengamatan Siswa
A B C D
1. Siswa duduk rapi sebelum pelajaran dimulai
2. Siswa menjawab salam dengan semangat
3. Siswa merespon apresiasi dari guru
4. Siswa memperhatikan penjelajasan dari guru
5. Siswa semangat memperhatikan penjelasan
pelajaran fiqih
6. Siswa mendengarkan sambil memperhatikan
film atau video yang ditampilkan terkait
dengan materi pembelajaran
7. Siswa memberi umpan balik dari penjelasan
guru dan video yang telah ditampilkan
8. Siswa mampu mendemonstrasikan wudhu
sesuai dengan ketentuan syariat seperti video
yang telah ditampilkan
9. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan jujur
Keterangan:
A : Sangat Baik C : Cukup
B : Baik D : Kurang
143
Nama : ...........................
No Urut : ..............
Kelas : VII A
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, dan d pada jawaban yang
benar!
1. Air yang masih murni belum tercampur dengan hal apapun dan dapat
digunakan untuk bersuci disebut dengan air...
a. Musyamas c. Hujan
b. Musta‟mal d. Mutlak
2. Berikut ini yang termasuk macam-macam najis, kecuali....
a. Musta‟mal c. Mughaladhah
b. Mukhafafah d. Mutawassitah
3. Apa yang harus kita lakukan sebelum melaksanakan sholat?
a. Makan c. Mandi
b. Wudhu d. Tidur
4. Berikut ini yang termasuk rukun wudhu, kecuali.....
a. Mencuci telinga c. Niat
b. Mambasuh muka d. Mengusap sebagian kepala
5. Berikut ini merupakan hal yang membatalkan wudhu, kecuali...
a. Kentut c. Bersin
b. Kencing d. Buang Air besar
144
6. Setelah berwudhu kita disunahkan untuk langsung membaca....
a. Doa sesudah wudhu c. Niat
b. Takbir d. Tasbih
7. Dalil Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang tata cara berwudhu
adalah....
a. Al-Maidah ayat 16 c. Al-Maidah ayat 6
b. Al-Baqarah ayat 6 d. Al-Bayyinah ayat 161
8. Membasuh telapak tangan hingga pergelangan tangan hukumnya ...
a. Wajib c. Makruh
b. Sunah d. Mubah
9. Air kencing bayi laki-laki yang yang belum berumur dua tahun dan
hanya mengkonsumsi air susu ibu (ASI) termasuk kedalam najis ....
a. Mughaladhah c. „Ainiyah
b. Mutawassitah d. Mukhafafah
10. Rukun wudhu yang ke dua adalah ....
a. Niat c. Mambasuh muka
b. Membasuh tangan d. Tertib
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Istilah untuk air makruh yang digunakan untuk bersuci
adalah.................
2. Najis yang diyakini kebenarannya, namun tidak terlihat wujud, warna,
dan baunya disebut............
3. Sebutkan salah satu yang termasuk sunah wudhu...........
145
4. Sebutkan salah satu hal yang membatalkan wudhu...............
5. Air yang masih murni dan asli belum bercampur dengan benda lain
dan tidak terkena najis adalah air........
6. Najis yang bersumber dari anjing dan babi adalah.........
7. Sebutkan contoh yang termasuk najis ringan (najis
Mukhaffafah)............
8. Nama lain dari najis sedang atau najis pertengahan...........
9. Sebutkan rukun wudhu yang pertama dan terakhir..............................
10. Sebutkan salah satu yang menjadi syarat wudhu............................
C. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan baik dan benar!
1. Apakah pengertian dari wudhu?
2. Tulislah niat wudhu dengan artinya!
3. Tulislah dalil Al-Qur‟an yang menerangkan tentang tata cara
berwudhu!
4. Sebutkan urutan wudhu secara urut sesuai dengan video yang telah
ditampilkan, sertakan keterangan wajib dan sunahnya!
5. Sebutkan hal-hal yang membatalkan wudhu!
146
Daftar Nilai Siklus I
No Nama Nilai Keterangan
1 Abdul Wahib 82 Tuntas
2 Achmad Mahrus 84 Tuntas
3 Achmad Nuruddin 68 Belum Tuntas
4 Ahmad Aditya Rahman 84 Tuntas
5 Ahmad Gussulkhan 62 Belum Tuntas
6 Aininditha Elok Humaica 86 Tuntas
7 Arif Bima Aditya 84 Tuntas
8 Armiyati Nurul Akhidah 84 Tuntas
9 As'ad Ali Ridho 94 Tuntas
10 Dian Fadilah 60 Belum Tuntas
11 Dinda Maulia Zahrotin Nisa 64 Belum Tuntas
12 Fatma Aulia 92 Tuntas
13 Hana Arif Afifah 82 Tuntas
14 Ikmal Huda 42 Belum Tuntas
15 Istikomah 68 Belum Tuntas
16 Khoirul Fatkhurohim 86 Tuntas
17 Kurotul Ayun 90 Tuntas
18 Lailatul Fadhilah 86 Tuntas
19 Muasaroh 82 Tuntas
20 Muhamad Saiful Anwar 68 Belum Tuntas
21 Nisna 64 Belum Tuntas
22 Niya Sari 78 Tuntas
23 Nur Azizah 70 Tuntas
24 Nurul Wakhid 82 Tuntas
25 Panji Ilham Saputra 84 Tuntas
26 Putri Dewi Anisa 82 Tuntas
27 Revana Astri Wardani 58 Belum Tuntas
28 Salsa Putri Nabila 84 Tuntas
29 Sariwiyati 80 Tuntas
30 Siti Ghoriyah 82 Tuntas
31 Triyani 82 Tuntas
32 Widodo 78 Tuntas
33 Agung Setiyawan 78 Tuntas
147
Daftar Nilai Praktik Siklus I
No. Nama Sangat baik 4
Baik 3
Cukup 2
Bimbingan 1
.1. Abdul Wahib
2. Achmad Mahrus
3. Achmad Nuruddin
4. Ahmad Aditya Rahman
5. Ahmad Gussulkhan
6. Aininditha Elok Humaica
7. Arif Bima Aditya
8. Armiyati Nurul Akhidah
9. As'ad Ali Ridho
10. Dian Fadilah
11. Dinda Maulia Zahrotin Nisa
12. Fatma Aulia
13. Hana Arif Afifah
14. Ikmal Huda
15. Istikomah
16. Khoirul Fatkhurohim
17. Kurotul Ayun
18. Lailatul Fadhilah
19. Muasaroh
20. Muhamad Saiful Anwar
21. Nisna
22. Niya Sari
23. Nur Azizah
24. Nurul Wakhid
25. Panji Ilham Saputra
26. Putri Dewi Anisa
27. Revana Astri Wardani
28. Salsa Putri Nabila
29. Sariwiyati
30. Siti Ghoriyah
31. Triyani
32. Widodo
33. Agung Setiyawan
Jumlah 0 21 52 0
Total 73
148
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Madrasah : MTs Ma‟arif 02 Grabag
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas : VII /I
Materi Pokok : Wudhu
Pertemuan : Kedua
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
J. Kopetensi Inti
5. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
6. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
7. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan.
8. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
149
K. Kompetensi Dasar
5.1 Meyakini pentingnya bersuci dari hadas dan najis.
6.1 Membiasakan diri berperilaku bersih sebagai implementasi dari
pemahaman tentang tata cara bersuci.
7.1 Mengetahui dan memahami cara pelaksanaan wudhu dengan benar.
8.1 Mendomonstrasikan tata cara berwudhu di sertai dengan lafadz niat dan
do‟a setelah wudhu.
L. Indikator
9. Menyebutkan pengertian thaharah.
10. Menyebutkan macam-macam najis dan contohnya serta cara
mensucikannya.
11. Menyebutkan tentang macam-macam air yang digunakan untuk bersuci.
12. Menjelaskan pengertian wudhu.
13. Melafadzkan niat dan do‟a setelah wudhu.
14. Menyebutkan tentang rukun wudhu, dan syarat sah wudhu.
15. Menjelaskan ketentuan tata cara berwudhu yang benar.
16. Mempraktikan tata cara berwudhu di sertai dengan lafadz niat dan do‟a
setelah wudhu sesuai dengan video yang telah ditampilkan dan materi
yang telah diajarkan..
M. Tujuan Pelajaran
Setelah mengikuti pelajaran, peserta didik diharapkan memiliki
kopetensi berikut:
150
9. Menyebutkan pengertian thaharah.
10. Menyebutkan macam-macam najis dan contohnya serta cara
mensucikannya.
11. Menyebutkan tentang macam-macam air yang digunakan untuk bersuci.
12. Menjelaskan pengertian wudhu.
13. Melafadzkan niat dan do‟a setelah wudhu.
14. Menyebutkan tentang hal-hal yang membatalkan wudhu, rukun wudhu,
dan sunah-sunah dalam wudhu.
15. Menjelaskan ketentuan tata cara berwudhu yang benar.
16. Mempraktikan tata cara berwudhu di sertai dengan lafadz niat dan do‟a
setelah wudhu.
N. Materi
1. Hal-hal yang membatalkan wudhu
a. Keluar sesuatu dari qubul atau dubur
b. Keluarnya najis dari bagian tubuh lain.
c. Tidur, kecuali dalam keadaan duduk dengan mantap
d. Hilang akal
e. Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan
f. Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan
2. Sunah-sunah dalam wudhu
a. Membaca basmalah
b. Membasuh kedua telapak tangan hingga ke pergelangan sebanyak tiga
kali sebelum berkumur.
151
c. Bersiwak setiap kali hendak wudhu
d. Madmadhah (berkumur-kumur)
e. Istinsyaq dan Istinsyar
f. Mendahulukan anggota wudhu yang kanan daripada yang kiri
g. Membasuh anggota wudhu sebanyak tiga kali
h. Menggosok anggota wudhu
i. Membersihkan sela-sela dari jari-jari tangan dan jari-jari kaki.
j. Muwalah (beruntun)
k. Menghadap kiblat.
l. Menggunakan air dengan hemat.
m. Berdoa setelah berwudhu
ى س ذاهثذ ح أ لى مذلشش لئىئلللا اشذا
اىي اجعي ش رط اى اجعي ات اىر اجعي
اىح هثادكاىص
Artinya: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan (Yng berhak disembah)
selain Allah, yang Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya,
Wahai Tuhanku, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang
yang bertaubat dan golongan orang-orang yang suci dan jadikan
aku (Kamal, 2013: 39).
n. Menunaikan shalat dua rekaat setelah berwudhu
3. Tata cara wudhu
a. Mendahulukan bagian tubuh yang sebelah kanan.
b. Mengulangi masing-masing anggota wudhu sebanyak 3 (tiga) kali.
c. Tidak berbicara.
152
d. Menghadap kiblat.
e. Membaca basmalah (dalam hati atau melafazkannya).
f. Niat.
g. Membasuh telapak tangan sampai pergelangan tangan.
h. Menggosok gigi (bersiwak).
i. Berkumur.
j. Membersihkan hidung (memasukkan air/istinsyaq ke hidung
kemudian dibuang kembali/istinsar).
k. Membasuh muka (dengan merata).
l. Membasuh kedua tangan sampai kedua siku (dengan merata).
m. Mengusap sebagian kepala.
n. Membasuh telinga kana dan kiri.
o. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam.
p. Membasuh kaki sampai dengan kedua mata kaki (dengan merata).
q. Membaca doa sesudah berwudhu.
r. Kemudian dilanjutkan dengan shalat sunah wudhu sebanyak 2 (dua)
rekaat.
s. Tertib.
4. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran
Pendekata pembelajaran : Saintitifik.
Strategi pembelajaran : Kooperatif.
Motede pembelajaran : Penugasan, Demonstrasi.
Media pembelajaran : Laptop, LCD, Video, dan speaker
153
5. Kegiatan Pembelajaran
Tahap Uraian Kegiatan
Pendahuluan d. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
e. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi
tempat duduk disesuaikan denga kegiatan pembelajaran.
f. Guru memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat
seputar ketentuan thaharah.
Inti f. Sebagai kegiatan pembuka, siswa membaca dan
mencermati teks materi pelajaran yang akan dipelajari
hari ini (mengamati).
g. Guru meminta peserta didik untuk mengamati gambar,
video yang berkaitan dengan materi yang diajarkan
(mengamati).
h. Siswa mendengarkan penjelasan guru ketika
menyampaikan gambaran teknis tentang tata cara bersuci
dengan berwudhu (mengamati).
i. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai materi yang telah dipelajari
(menanya).
j. Siswa secara bergantian mempraktikkan tata cara
berwudhu sesuai dengan ketentuan dalam syariat seperti
yang telah ditampilkan melalui video (melakukan).
154
Penutup h. Bersama-sama melakukan refleksi dengan bertanya
tentang kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
i. Guru memberikan soal tes.
j. Guru memberika apresiasi terhadap hasil kerja siswa.
k. Guru memberikan motivasi kepada siswa.
l. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya dan menyampaikan tugas tidak
terstruktur.
m. Guru mengingatkan siswa untuk menjaga kebersihan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari
ketentuan thaharah.
n. Bersama-sama mengakhiri kegiatan pelajaran dengan
berdoa dan guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
salam.
6. Penilaian Proses dan Hasil
Tes Tertulis
Menjawab pertanyaan (pilihan ganda, isian, dan uraian).
Tes Unjuk Kerja
Mengerjakan tugas-tugas, seperti pengamatan, prktik, diskusi, menunjukkan
hafalan, menulis laporan, dan melaporkannya.
155
Contoh:
Rumus Perhitungan
Keteragan:
A: 4 (Sangat Baik)
B: 3 (Cukup)
C: 2 (Baik)
D: 1 (Bimbingan)
Kategori kerja siswa penilaian praktik:
85-100 : Sangat Baik
70-85 : Baik
41-69 : Cukup
10-40 : Bimbingan
Uraian Kriteria Baik sekali (4) Baik (3) Cukup (2) Bimbingan
(1)
Mempraktikkan
cara bersuci
dengan wudhu.
Mempraktikkan
dengan benar.
Ada sedikit
kesalahan saat
mempraktikkan.
Ada banyak
kesalahan saat
mempraktikkan.
Tidak
mampu
mempraktik
kan
156
Pengamatan Sikap
Adab peserta didik selama mengikuti pelajaran, contoh:
Nama:.....
No. Kriteria Terlihat Belum Terlihat
1 Menunjukkan sikap yang baik
sebagai peserta didik
... ...
2 Aktif dalam kegiatan kelas
(diskusi, tanya jawab, praktik).
(rasa ingin tahu,
bersahabat/komunikatif, mandiri,
tanggung jawab, kerja keras,
disiplin).
... ...
7. Contoh Instrumen untuk penilaian
1. Pada saat berwudhu anggota tubuh dibasuh sebanyak .... kali
a. Empat c. Tiga
b. Enam d. Lima
2. Ketika berwudhu membasuh kaki sampai ....
a. Telapak kaki c. Lutut
b. Mata kaki d. Paha
3. Air yang termasuk air suci dan mensucikan adalah ....
a. Air hujan dan air sumur c. Air kelapa dan air cuka
b. Air kopi dan air sungai d. Air hujan dan air gula
157
158
Pedoman Pengamatan Guru sikus II
No. Aspek yang diamati
Pengamatan Guru
A B C D
1.
Persiapan guru dalam mengajar
i. Menyiapkan RPP
j. Menyiapkan apresiasi
k. Menyiapkan lembar observasi
l. Menyiapkan perlengkapan mengajar
2.
Kemampuan guru dalam membuka
pelajaran dan apresiasi
i. Salam pembuka
j. Mengkondisikan siswa
k. Menyampaikan tujuan pembelajaran
l. Memberikan motivasi untuk belajar
3.
Ketepatan guru menggunakan media:
e. Guru paham mengenai media audio
visual dan metode demonstrasi
f. Guru mampu menggunakan media
audio visual dan metode demonstrasi
4.
Kemampuan guru dalam menguasai kelas:
e. Menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan
159
f. Membuat siswa aktif bertanya
5.
Kemampuan guru dalam menutup
pembelajaran:
i. Memberi kesimpulan
j. Melakukan evaluasi
k. Memberikan tindak lanjut
l. Salam penutup
Keterangan:
A : Sangat Baik C : Cukup
B : Baik D : Kurang
160
Pedoman Pengamatan Siswa Siklus II
No. Aspek yang diamati
Pengamatan Siswa
A B C D
1. Siswa duduk rapi sebelum pelajaran dimulai
2. Siswa menjawab salam dengan semangat
3. Siswa merespon apresiasi dari guru
4. Siswa memperhatikan penjelajasan dari guru
5. Siswa semangat memperhatikan penjelasan
pelajaran fiqih
6. Siswa mendengarkan sambil memperhatikan
film atau video yang ditampilkan terkait
dengan materi pembelajaran
7. Siswa memberi umpan balik dari penjelasan
guru dan video yang telah ditampilkan
8. Siswa mampu mendemonstrasikan wudhu
sesuai dengan ketentuan syariat seperti video
yang telah ditampilkan
9. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan jujur
Keterangan:
A : Sangat Baik C : Cukup
B : Baik D : Kurang
161
Nama : ...........................
No Urut : ..............
Kelas : VII A
D. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, dan d pada jawaban yang
benar!
1. Pada saat berwudhu anggota tubuh dibasuh sebanyak .... kali
a. Empat c. Tiga
b. Enam d. Lima
2. Ketika berwudhu membasuh kaki sampai ....
a. Telapak kaki c. Lutut
b. Mata kaki d. Paha
3. Air yang termasuk air suci dan mensucikan adalah ....
a. Air hujan dan air sumur c. Air kelapa dan air cuka
b. Air kopi dan air sungai d. Air hujan dan air gula
4. Berikut ini yang tidak termasuk sebab-sebab orang berhadas kecil
adalah ....
a. Kencing c. Haid
b. Nifas d. Meninggal
5. Cara menghilangkan hadas kecil adalah ....
a. Wudhu c. Membasuh muka
b. Mandi d. Membasuh tangan
162
6. Alat yang digunakan untuk berwudhu adalah ....
a. Lumpur c. Air
b. Tanah d. Debu
7. Berikut ini adalah ayat yang menjelaskan tentang ....
a. Mandi c. Tayamum
b. Tidur d. Wudhu
8. Salah satu rukun wudhu adalah ...
a. Membasuh tangan hingga pergelangan c. Niat
b. Membaca doa setelah wudhu d. Membasuh kuping
9. Menggunakan air wudhu tidak boleh ...
a. Sedikit c. Cepat
b. Hemat d. Berlebihan
163
10. Ketika wudhu kita disunahkan mendahulukan anggota tubuh yang ....
a. Tengah c. Kiri
b. Kanan d. Depan
E. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Jika rukun wudhu tidak dilakukan secara urut maka wudhunya
menjadi.................
2. Najis yang diyakini kebenarannya, terlihat wujud, warna, dan baunya
disebut............
3. Orang yang tidak berwudhu juga tidak diperbolehkan untuk
menyentuh ...........
4. Mengusap kedua telinga termasuk .......... wudhu
5. Hukum melaksanakan wudhu sebelum sholat adalah ........
ىشفعاىحذزالصغشفشضالل .6 ض داى ذعاى
Lafadz diatas merupakan bacaan ......
7. Sebutkan contoh yang termasuk najis berat (najis Mughaladhah)
............
8. Air sungai termasuk kedalam air ...........
9. Apa yang kita lakukan setelah berwudhu ................
10. Air yang sudah digunakan untuk berwudhu disebut dengan air
.........................
F. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan pengertian wudhu secara istilah ?
2. Sebutkan macam-macam air beserta contohnya masing-masing 3 !
164
3. Jelaskan pengertian dari najis ringan (najis mukhaffafah) !
4. Sebutkan syarat-syarat wudhu secara lengkap !
5. Tulislah niat wudhu beserta artinya !
165
Daftar Nilai Siklus II
No Nama Nilai Keterangan
1 Abdul Wahib 90 Tuntas
2 Achmad Mahrus 92 Tuntas
3 Achmad Nuruddin 88 Tuntas
4 Ahmad Aditya Rahman 100 Tuntas
5 Ahmad Gussulkhan 80 Tuntas
6 Aininditha Elok Humaica 96 Tuntas
7 Arif Bima Aditya 90 Tuntas
8 Armiyati Nurul Akhidah 88 Tuntas
9 As'ad Ali Ridho 98 Tuntas
10 Dian Fadilah 90 Tuntas
11 Dinda Maulia Zahrotin Nisa 80 Tuntas
12 Fatma Aulia 92 Tuntas
13 Hana Arif Afifah 96 Tuntas
14 Ikmal Huda 52 Belum Tuntas
15 Istikomah 68 Belum Tuntas
16 Khoirul Fatkhurohim 88 Tuntas
17 Kurotul Ayun 96 Tuntas
18 Lailatul Fadhilah 96 Tuntas
19 Muasaroh 94 Tuntas
20 Muhamad Saiful Anwar 80 Tuntas
21 Nisna 80 Tuntas
22 Niya Sari 96 Tuntas
23 Nur Azizah 76 Tuntas
24 Nurul Wakhid 98 Tuntas
25 Panji Ilham Saputra 84 Tuntas
26 Putri Dewi Anisa 90 Tuntas
27 Revana Astri Wardani 56 Belum Tuntas
28 Salsa Putri Nabila 86 Tuntas
29 Sariwiyati 80 Tuntas
30 Siti Ghoriyah 68 Belun Tuntas
31 Triyani 86 Tuntas
32 Widodo 100 Tuntas
33 Agung Setiyawan 90 Tuntas
166
Daftar Nilai Praktik Siklus II
No Nama Sangat Baik Baik Cukup Bimbingan
1 Abdul Wahib
2 Achmad Mahrus
3 Achmad Nuruddin
4 Ahmad Aditya Rahman
5 Ahmad Gussulkhan
6 Aininditha Elok Humaica
7 Arif Bima Aditya
8 Armiyati Nurul Akhidah
9 As'ad Ali Ridho
10 Dian Fadilah
11 Dinda Maulia Zahrotin Nisa
12 Fatma Aulia
13 Hana Arif Afifah
14 Ikmal Huda
15 Istikomah
16 Khoirul Fatkhurohim
17 Kurotul Ayun
18 Lailatul Fadhilah
19 Muasaroh
20 Muhamad Saiful Anwar
21 Nisna
22 Niya Sari
23 Nur Azizah
24 Nurul Wakhid
25 Panji Ilham Saputra
26 Putri Dewi Anisa
27 Revana Astri Wardani
28 Salsa Putri Nabila
29 Sariwiyati
30 Siti Ghoriyah
31 Triyani
32 Widodo
33 Agung Setiyawan
104 23
127
167
DOKUMENTASI
Siswa Bertanya Mengenai Materi Yang Belum Dipahami
Siswa Memperhatikan Video Wudhu
168
Siswa Mengerjakan Soal
Guru Menjelaskan Materi Wudhu
169
Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru
170
Siswa Mempraktikkan Wudhu
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Istirokhah
Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 07 November 1995
Alamat Asal : Keposong Rt 02/Rw 01, Banaran, Grabag, Magelang,
Jawa Tengah
Domisili : Pondok Pesantren Tarbiyyatul Al-Falah Salatiga
E-mail : [email protected]
Nomor Handphone : 085878450889
Riwayat Pendidikan
A. Formal
1. RA Atthayyibah, lulus tahun 2002
2. MI Arrasyiddin Ngandog, lulus tahun 2008
3. MTs Ma‟arif 2 Grabag,lulus tahun 2011
4. MAN 1 Magelang, lulus tahun 2014
5. IAIN Salatiga
B. Non-Formal
1. Asrama Daarunnajah MAN 1 Magelang
2. PPTI AL-Falah Salatiga
Pengalaman Organisasi
1. Himpunan Mahasiswa Jurusan PAI
2. Kru Jurnalistik Insantri PPTI Al-Falah Salatiga
3. Pengurus Perpustakaan PPTI Al-Falah Salatiga
4. Pengurus Pos Kesehatan Pondok Pesantren (POSKESTREN) Al-Falah Salatiga