metode pcr 2
TRANSCRIPT
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
Metode PCR
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu metode enzimatis dengan
melipatgandakan suatu sekuen nkleotida tertentu secara eksponensial dengan cara in vitro atau
dengan kata lain ialah suatu teknik untuk mengamplifikasi atau memperbanyak DNA target
hingga 1 juta kali lipat dari jumlah DNA awal. DNA yang dikopi oleh PCR umumnya berkisar
antara 100-600 pasangan basa nitrogen. Pada proses PCR, komponen-komponen yang berperan
antara lain;
Primer
Primer merupakan DNA untai tunggal atau oglionukleotida yang berfungsi untuk menginisiasi
maupun mengakhiri proses polimerisasi DNA. Primer yang dapat disintesis oleh DNA
Synthesizer ini harus didesain sedemikian rupa agar komplemen dengan basa nitrogen DNA
template. Ukuran primer cukup kecil, hanya sekitar 20-30 basa nitrogen.
Enzim DNA Polimerase
Enzim ini berfungsi untuk mensintesis DNA baru sesuai dengan DNA template. Umumnya,
terdapat beberapa jenis DNA polimerase pada proses replikasi DNA biasa, yaitu DNA
polimerasi I dan III, namun pada PCR tidak digunakan kedua jenis enzim tersebut, melainkan
digunakan enzim Taq DNA polimerase. Hal ini dikarenakan enzim DNA polimerase biasa tidak
tahan pada suhu yang terlalu tinggi sehingga resiko kerusakannya besar apabila mengalami
proses denaturasi PCR. Enzim Taq Polymerase memiliki kelebihan, yaitu aktif pada suhu tinggi
sehingga tidak rusak ketika proses denaturasi. Enzim ini diisolasi dari bakteri Thermus aquaticus
dan berfungsi untuk mengkatalisator sintesis DNA baru dari arah 3’ ke 5’ menghasilkan DNA
baru 5’ ke 3’.
dNTP (deoxynucleotide triphosphate)
dNTP berfungsi sebagai ‘building blocks’ pada proses polimerisasi, dan terdiri dari 4 macam
basa nitrogen (Adenin, Timin, Guanin dan Cytosin), serta disebut dATP, dTTP, dGTP dan
dCTP. Pada DNA polimerase, dNTP ini digunakan sebagai bahan untuk mensintesis DNA baru.
Buffer dan Ion Logam
Biologi Molekular 1
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
Larutan buffer berfungsi untuk menstabilkan DNA polimerase agar reaksi polimerisasi berjalan
secara optimum. Sementara itu, Ion logam seperti Mg2+ juga sangat berpengaruh dalam proses
primer annealing, denaturasi dan aktivitas enzim.
Terdapat tiga tahapan utama yang dilakukan pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR),
diantaranya adalah;
1. Denaturasi
Pada proses ini, untai ganda DNA dipanaskan pada suhu 900 – 950 C (umumnya 940C) selama
20-30 detik. Akibat dari pemanasan, ikatan hidrogen antara basa nitrogen pada untai ganda akan
melemah sehingga putus dan menjadi duah buah untai tunggal DNA. Namun, ikatan kovalen
antara gula deoksiribosa dan fosfat tidak putus. Pada proses ini, semua reaksi enzimatis juga
dihentikan.
Gambar 1. Proses Denaturasi
2. Annealing
Annealing adalah proses penempelan primer pada DNA template yang komplemen atau yang
cocok urutan basa nitrogennya. DNA yang ditempeli oleh primer ini mengapit DNA target, dan
dimulai dari posisi 3’. Proses ini dilakukan pada suhu 40 – 650 C selama 20-40 detik, bergantung
pada berapa panjangnya dan urutan basa nitrogen pada primer. Ada 2 buah primer yang
digunakan, masing- masing menempel pada untai tunggal DNA yang telah dihasilkan pada
Biologi Molekular 2
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
proses denaturasi. Ikatan hidrogen yang stabil akan terjadi ketika primer menempel pada untai
tunggal DNA yang komplemen. Setelah itu, enzim polimerase berikatan dengan primer-template
untuk memulai replikasi DNA baru.
Gambar 2. Proses Annealing
3. Ekstensi / Elongasi
Setelah primer menempel pada template yang komplemen, enzim polimerase memulai sintesis.
Pada tahap ini, proses elongasi terjadi. Suhu yang digunakan berkisar antara 75 – 800 C, namun
umumnya yang dipakai adalah 720 C. Enzim Taq Polimerase yang tahan terhadap suhu tinggi
akan mensintesis DNA baru dari ujung 3’ primer dengan memasangkan nukleotida dNTP pada
template, sehingga pada akhirnya akan dihasilkan 2 buah DNA double strand baru.
Biologi Molekular 3
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
Gambar 3. Proses Elongasi
Setelah proses elongasi selesai, DNA yang baru terbentuk dipanaskan lagi hingga 940 C
untuk didenaturasi lagi, lalu akan mengalami annealing dan elongasi lagi. Setelah siklus kedua
selesai, akan terbentuk 4 DNA baru. Siklus tersebut terus berulang hingga 20-30 kali sampai
pada akhirnya terbentuk 1 juta kopi DNA baru.
Diagnosa Penyakit dengan PCR
Salah satu aplikasi dari Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah untuk mendiagnosa suatu
penyakit genetis. PCR memperbanyak DNA target dari semula hanya 1 untai ganda DNA
menjadi jutaan untai ganda DNA. Fungsi dari perbanyakan DNA ini adalah untuk memperjelas
bagian dari DNA sequence tersebut agar mudah dilakukan diagnosa penyakit secara akurat sedini
mungkin. PCR dapat digunakan untuk menganalisis penyakit HIV, kanker, human
papilomavirus, malaria, anthrax, asma, Influenza dan TBC. dan sebagainya. PCR juga dapat
digunakan untuk mendeteksi berapa banyak virus yang bersirkulasi di dalam tubuh manusia,
dimana sangat berguna untuk diagnosa awal penyakit. Jika dibandingkan dengan teknik analisis
biasa, PCR merupakan metode yang jauh lebih cepat, sensitif dan spesifik. Sebagai contoh, jika
menggunakan teknik biasa untuk mendeteksi bakteri, perlu dilakukan penumbuhan bakteri di
laboratorium yang memakan waktu hingga 24 jam. Dengan PCR, kita dapat mendeteksi penyakit
hanya dalam waktu beberapa jam. utnuk kali ini kami membahas tentang diagnosa penyakit
Influenza. virus influenza adalah virus yang memiliki 8 segmen gen penghasil 10 protein. salah
satu segmen yang memiliki daerah conserved paling tinggi adalah segmen ketujuh yaitu gen
matriks (m). gen m dapat mendeteksi virus inflenza A yang sebelumnya tidak terdeteksi melalui
Biologi Molekular 4
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
sistem diagnostik menggunakan primer spesifik pendeteksi subtipe virus influenza A.
pendeteksian virus influenza dengan mengunakan teknik amplifikasi PCR pada gen m telah
dilakukan oleh Fouchier dkk. PCR dapat mendeteksi materi genetik virus influenza A. hal
tersebut dikarenakan teknik PCR memiliki kemampuan mengamplifikasi daerah spesifik dari
virus infuneza A tersebut. Reverse Transcription Polymerase chain reaction (RT-PCR),
merupakan teknik PCR yang mengubah ribonucleic acid (RNA) menjadi complementary
deoxyribonucleic acid (cDNA) dan mengamplifikasi sebagian dari genom melalui penggunaan
primer yang terikat spesifik pada daerah target amplifikasi. teknik RT-PCR itu sendiri dilakukan
dengan satu tahapan reaksi (one-step RT-PCR) dan dua tahapan reaksi (tqo-step RT-PCR). kedua
metode ini dapat mendeteksi gen -- gen dalam virus influenza A. sehingga dapat diketahui
penyakit apa yang menyerang seseorang. primer yang digunakan dalam diagnostik influenza ini
adalah dua pasang primer M, yaitu MAF26-MAR500 dan MAF306 dan MAR744, yang telah
didesain berdasarkan daerah conserved pada sekuen dari gen virus influenza tersebut. untuk
memaksimalkan metode tersebut perlu diuji sensitifitas PCR pendeteksi gen m, yang dilakukan
dengan dilusi bertingkat dari template cDNA atau RNA virus influenza A. uji sensitifitas ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat sensitifitas teknik PCR menggunakan pasangan primer M
pendeteksi gen m virus influenza A. uji tersebut dapat mendeteksi virus sampai jumlah yang
terkecil dalam suatu sampel yang diujikan. Penentuan subtipe dari gen pada virus influenza
tersebut telah diteliti oleh alvarez dkk. mereka mendesain pasangan primer untuk teknik one-step
RT-PCR yang dapat mengamplifikasi 9 subtipe gen dari berbagi spesies dan lokasi yang berbeda.
penentuan subtipe virus dengan menggunakan one-step RT-PCR memiliki keunggulan, yaitu
analisis sekuen dengan cepat dan akurat dari produk PCR dapat menyediakan informasi
epidemiologi yang penting mengenai asal mula virus influenza yang teridentifikasi. selain itu,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwasanya uji sensitifitas dan spesifisitas juga
diperlukan. sensitifitas PCR ntuk mendeteksi virus influenza dapat diartikan sebagai
jumlah/konsentrasi virus terendah dalam sampel yang dapat diukur secara akurat oleh teknik
PCR. Tipe sensitifitas tersebut diukur melalui konsentrasi misalnya mg/dl, dan kopi gen/50 juta
sel. uji spesifisitas PCR dilakukan untuk mengetahui kemampuan teknik PCR mendeteksi virus
influenza A, sehngga dapat membedakan virus dengan bakteri lainnya. uji tersebut dapat
menunjukkan ada atau tidaknya cross-reaction diantara sampel-sampel yang digunakan. Produk
PCR dianalisa dengan elektrophoresis menggunakan gel agarose (Invitrogen) 2 % dalam buffer
Biologi Molekular 5
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
TAE (Invitogen) dan syber safe (Invitrogen). Hasil PCR masing-masing sebanyak 10 μl
kemudian dicampur dengan loading dye 1 μl. Campuran dimasukkan ke dalam lubang gel
agarosa di dalam elektroforesis chamber. Salah satu lubang diisi dengan marker 100 bp
(Invitrogen) sebanyak 10 μl. Elektrophoresis dilakukan pada 100 volt dan 400 mA dalam buffer
TAE selama 45 menit. untuk jenis penyakit ynag lainnya, konsep diagnostiknya terbilang serupa,
yang membedakan adalah jenis primer yang digunakan untuk seiap jenis virus atau bakteri yang
akan diidentifikasi.
Mutasi DNA
Mutasi DNA adalah kejadian dimana DNA mengalami perubahan kandungan genetik. Mutasi
DNA dapat terbagi menjadi dua yaitu mutasi gen (mutasi titik) dan mutasi kromosom. Mutasi
gen adalah mutasi yang mengalami perubahan di dalam gen. Mutasi gen terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Subtitusi
Substitusi adalah mutasi gen yang mengarah ke perubahan kode genetik yang biasarnya terjadi di
kode gen dari urutan basa nitrogennya sehingga protein yang terbentuk salah yang
mempengaruhi pembentukan enzim yang berbeda. Substitusi dapat terbagi dua yaitu transisi dan
transversi. Transisi adalah pergantian basa purin dengan basa purin lainnya atau basa pirimidin
dengan basa pirimidin lainnya. Lalu transversi adalah ketika basa purin digantikan dengan basa
pirimidin dan sebaliknya
Gambar 1. Proses Substitusi transisi
Biologi Molekular 6
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
2. Delesi
Delesi adalah mutasi yang terjadi ketika terjadinya pengurangan satu atau lebih pasangan
nukleotida pada suatu gen. Hal ini menyebabkan majunya rangkaian nukleutida yang lain
sehingga membuat susunan lain
Gambar 2. Proses Delesi
3. Adisi
Adisi adalah mutasi dimana basa nitrogen menyisip di antara basa nitrogen yang sudah tersusun
di DNA sehingga basa nitrogen lainnya akan mundur dari susunan sebelumnya dan membuat
susunan yang berbeda.
Gambar 3. Adisi
Biologi Molekular 7
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
Penyebab atau faktor-faktor terjadinya mutasi DNA ada pengaruh dari lingkungan yang
ditempati. Hal-hal tersebut biasa disebut dengan mutagen. Mutagen-mutagen dapat dibagi
menjadi:
a. Faktor Fisika
Mutagen fisika adalah mutagen yang berupa radiasi. Radiasi bersifat mutagenic antara lain
adalah sinar kosmis, sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar-X, partikel Beta, dan sinar-sinar
lainnya yang memiliki daya ionisasi. Terkadang radiasi ini sering digunakan untuk melakukan
mutasi pada tumbuhan agar memiliki bibit unggul. Radiasi yang dapat membuat mutasi gen
adalah radiasi yang memiliki kemampuan untuk melakukan ionasasi karena hanya dengan
kemampuan ionisasilah sinar tersebut dapat menembus kulit.
b. Faktor Kimia
Banyak sifat kimia yang bersifat mutagenik. Zat kimia ini dapat menjadi mutagen dengan hanya
tersentuh, terhirup ataupun tertelan. Beberapa zat kimia yang bersifat mutagen antara lain zat-zat
pestisida, Formaldehid, Glycidol, dan butadiene deipoxide.
c. Kesalahan saat pengkopian DNA
Kesalahan saat pengkopian terjadi karena kesalahan DNA polimerasi melaksanakan tugasnya
dalam replikasi DNA. Ketika DNA yang akan di replikasi dilepas ikatannya dengan DNA
helikase, DNA polymerase akan mengkopi sisi DNA yang terputus. Pada saat mengkopi basa
nitrogen tersebut terkadang DNA polymerase akan melakukan kesalahan yang sangat jarang
dilakukan sehingga menyebabkan pembentukan mRNA yang memiliki susunan yang salah
sehingga protein yang terbentuk pun salah.
Proses terjadinya mutasi karena faktor tersebut menyerang pada bagian atau proses yang
berbeda. Penyebab mutasi dengan faktor fisika memiliki proses yang sama, berbeda dengan
kesalahan alami DNA tersebut. Penyerangan pada DNA yang memungkinkan terjadinya mutasi
adalah sebagai berikut:
1. Keadaan atau faktor internal
Mutasi spontan terjadi disebabkan oleh keadaan atau faktor internal materi genetik, yaitu:
- Kesalahan pada proses replikasi DNA, dalam hal ini tautomerisasi. Tautomerisasi adalah
proses berpindahnya atom hidrogen dari basa satu ke basa lain. Mutasi yang ditimbulkan
adalah mutasi transisi dan mutasi transversi (sebagai akibat perubahan posisi suatu proton
yang merubah suatu sifat kimia molekul.
Biologi Molekular 8
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
- Penggelembungan unting saat replikasi, merupakan perubahan secara spontan yang terjadi
pada unting lama maupun baru. Perubahan unting ini akan terjadi mutasi adisi dan delesi.
- Depurinasi dan deaminasi yang merupakan peristiwa kimia yang dapat menyebabkan mutasi.
Pada depurinasi, suatu purin tersingkir dari DNA karena terputusnya ikatan kimia antara
purin dan gula deoksiribosa. Sedangkan pada deaminasi, suatu gugus amino tersingkir dari
basa. Dalam peristiwa depurinasi, jika tersingkirnya purin itu tidak diperbaiki maka disaat
replikasi tidak terbentuk pasangan basa komplementer yang lazim.
2. Faktor lingkungan (Radiasi dan Suhu)
Radiasi sebagai penyebab mutasi yaitu radiasi pengion berenergi tinggi. Perubahan tekanan
oksigen dan suhu berhubungan dengan proses penyinaran juga mengubah mutasi yang
signifikan. Tekanan oksigan yang rendah dapat menurunkan mutasi. Oksigen dapat memperbesar
efek penyinaran, tetapi hanya selama penyinaran berlangsung. Sinar UV tidak menginduksi
ionisasi melainkan meningkatkan kerja atom yang dijumpai. Dalam molekul DNA, senyawa
yang paling digiatkan adalah purin dan pirimidin, karena kedua senyawa tersebut menyerap
cahaya pada panjang gelombang 254-260 nm. Gelombang ini adalah rentang panjang gelombang
UV. Dua produk hasil penyerapan UV adalah hidrat pirimidin dan dimer pirimidin. Efek utama
dari radiasi UV adalah dimerisasi timin yang menimbulkan suatu mutasi tidak langsung dalam
dua cara yaitu:
1) Dimer timin mengganggu helix ganda DNA serta mengambat replikasi DNA secaa akurat.
2) Kesalahan yang kadag-kadang terjadi selama proses sel memperbaiki DNA yang rusak seperti
DNA yang mengandung dimer timin.Suhu diketahui menyebabkan terjadinya peristiwa
terjadinya poliploidi.
Kemudian dengan radiasi, mutagen ini dapat menyebabkan kerusakan dengan
memutuskan ikatan fosfor dan oksigen. Dengan terputusnya ikatan ini, gen dalam DNA akan
mengalami mutasi karena DNA yang terputus akan berusaha untuk memperbaiki kerusakan
dengan menyambungkan dirinya ke DNA yang lain sehingga menyebabkan kondisi yang disebut
denga translokasi. Translokasi ini akan menyebabkan terbentuknya protein yang berbeda.
3. Penyebab Mutasi dalam Lingkungan yang Bersifat Kimiawi
Penyebab mutasi dalam lingkungan kimiawi disebut sebagai mutagen kimiawi. Mutagen
kimiawi dapat dipilah menjadi tiga kelompok yaitu: analog basa, agen pengubah basa (basa
modifying agent), dan agen penyela (intercalating agent).
Biologi Molekular 9
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
a. Analog Basa
Senyawa-senyawa yang tergolong analog basa adalah yang memiliki struktur molekul yang
sangat mirip dengan yang dimiliki basa pada umumnya terdapat pada DNA. 5-bromourasil
adalah sutu analog timin. Proses mutasi yang terjadi adalah posisi gugus 5 ditempati oleh gugus
brom, padahal sebelumnya ditempati oleh gugus metal (CH3). Keberadaan gugus bro mini
menyebabkan terubahnya distribusi muatan serta meningkatkan peluang perubahan tautomerik.
b. Agen Pengubah Basa (Basa Modifying Agent)
Senyawa yang tergolong agen pengubah basa yaitu mutagen yang secara langsung mengubah
struktur maupun sifat kimia basa. Yang termasuk kelompok ini adalah agen demiasi (diaminating
agen), agen hidroksilasi (hydroxylation agent) serta agen alkilasi (alkylating agent). Asam nitrit
(HNO2) menyingkirkan gugus amino (-NH2) dari basa guanine, sitosin dan adenine. Perlakuan
asam nitrit dengan sitosin menghasilkan urasil yang berpasangan dengan adenine sehingga
terjadi mutasi transisi (selama replikasi) C G menjadi T A.
Agen pengubah basa sebagai agen hydroksilasi, mutagen hydroxylamine NH2OH
bereaksi khusus dengan sitosin, mengubahnya dengan menambah gugus hidroksil (OH),
sehingga terbentuk hidroxylaminosytosine yang hanya berpasangan dengan adenine, dan sebagai
akibatnya terjadi mutasi transisi C G menjadi T A.
Agen alkilasi MMS (Methilethane Sulfonate) mengintriduksi gugus alkil misal ( -CH3-
CH2-CH3) ke dalam basa dalam sejumlah posisi. Dalam hal ini agen alkilasi menyebabkan
perubahan pada basa yang berakibat terbentuknya pasangan yang tidak lazim.
c. Agen Interkalasi
Mutagen kimia berupa agen interkalasi bekerja dengan cara melakukan insersi antara
basa-basa berdekatan dengan pada satu atau dua unting DNA. Contoh agen interkalasi antara lain
proflavin, acridine, ethidium bromide, dan dioxin. Jika agen interkalasi melakukan insersi antara
pasangan basa yang berdekatan pada DNA template (pada waktu replikasi) maka suatu basa
tambahan dapat diinsersikan pada unting DNA baru berpasangan dengan agen interkalasi.
Setelah beberapa kali terjadi replikasi yang diikuti oleh hilangnya agen interkalasi, akibat yang
muncul adalah terjadinya suatu mutasi rangka (frameshift mutation) karena insersi suatu
pasangan basa, mutasi rangka juga dapat dikerenakan karena delesi satu pasang basa.
Biologi Molekular 10
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
Sickle cell anemia merupakan penyakit keturunan yang disebabkan oleh adanya mutasi
gen yang terjadi di dalam sel. Mutasi gen ini terjadi akibat adanya kesalahan dalam translasi pada
saat pembentukan protein, kesalahan ini mempengaruhi pembentukan asam amino sehingga
berakibat fatal dengan terbentuknya struktur sel darah merah yang berbeda (berbentuk sel sabit).
Dalam sintesis protein dapat terjadi kesalahan penerjemahan kode yang diterima oleh
DNA. Jika terjadi kesalahan ini, maka protein yang tersusun/terbentuk juga akan keliru sehingga
enzim yang dihasilkan kemungkinan salah. Misalnya, kodon GAA yang seharusnya
diterjemahkan menjadi asam glutamate tetapi oleh RNA-t dibaca menjadi GUA yang
diterjemahkan menjadi valin, atau AAA yang diterjemahkan menjadi lisin. Pada penyakit sickle
cell anemia, terjadi kelainan struktur hemoglobin. Globin tersusun dari dua pasang rantai
polipeptida. Hal ini menyebabkan polipeptida yang dihasilkan tidak sesuai dengan perintah
DNA. Kesalahan ini berpengaruh pada proses pembentukan hemoglobin. Hemoglobin normal
seharusnya mengandung asam glutamate, tetapi karena terjadi kesalahan dalam penerjemahan,
hemoglobin mengandung valin atau lisin. Hal ini menyebabkan hemoglobin menghasilkan sel
sabit. Jadi kesalahan RNA-t menerjemahkan kode-kode genetik dari DNA juga merupakan salah
satu mekanisme mutasi gen.
Referensi:
HYPERLINK "http://www.pharmaceutical-technology.com/projects/roche/roche8.html"http://
www.pharmaceutical-technology.com/projects/roche/roche8.html
HYPERLINK "http://www.virtualmedicalcentre.com/health-investigation/pcr-polymerase-
chain-reaction/60"http://www.virtualmedicalcentre.com/health-investigation/pcr-polymerase-
chain-reaction/60
Campbell, N. A. Reece, J. B. 2009. Biology Eighth Edition. San Fransisco: Pearson
Education, Inc.
Tjahsari Andi Mulia. 2009. Tesis : DETEKSI DAN PENENTUAN SEROTIPE VIRUS DENGUE
TIPE 4 DARI NYAMUK AEDES AEGYPTI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
REVERSE TRANSCRIPTASE-POLYMERASE CHAIN REACTION (RT-PCR) DI KOTA
Biologi Molekular 11
Problem 1 : Metode PCR dan Mutasi DNA
MEDAN. Fakultas Kedokteran : Universitas Sumatera Utara
Yuliawuri hartiyowidi. 2008. Skripsi : Optimasi Reaksi PCR untuk Deteksi Gen Matriks
(m)
virus influenza A. Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam : Universitas Indonesia.
Rozaliyani Anna, dkk. 2011. Pemeriksaan Real-Tme PCR dalam Diagnosis Pneumonia
Pneumocystis. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi : Universita
indonesia.
Anonim. Mutasi DNA Makhluk Hidup.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2187587-mutasi-dna-mahluk-hidup/
#ixzz2LmOGEwHi. (20 Februari 2013, 20:10 WIB)
Adamsan. Siklemia. http://www.ad4msan.com/sicklemia. (24 Februari 2013, 10:15 WIB)
Anonim. Mutasi. http://biologimediacentre.com/mutasi/. (23 Februari 2013, 21:30 WIB)
Biologi Molekular 12