migrain
TRANSCRIPT
MIGRAIN
FATMAWATI NURHALIZA
Apa itu migrain?
Migrain adalah “nyeri kapala sebelah” atau gangguan kronis yang ditandai dengan terjadinya sakit kepala ringan hingga sangat berat yang seringkali berhubungan dengan gejala-gejala sistem syaraf otonom. Kata migrain berasal dari Yunani (hemikrania), yaitu "rasa sakit di salah satu sisi kepala”
Meski belum diketahui pasti penyebabnya, migrain diperkirakan terjadi akibat adanya hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak dan mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi (peradangan).
Etiologi
Menurut Harsono (2005), Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua, sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, diduga sebagai gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistem saraf dan aktivasi sistem trigeminal vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer.
Faktor pencetus timbulnya
serangan migren
Perubahan hormon
kafein
Puasa dan terlambat makan
Stres
Cahaya kilat
makanan
Banyak tidur dan kurang tidur
Faktor herediter
Faktor kepribadian
Faktor Resiko1. Riwayat Keluarga
Anak memiliki resiko 50% terkena migrain jika salah satu orangtuanya merupakan penderita migrain dan resiko 75% jika migrain tersebut diidap oleh kedua orangtuanya.
2. Gender dan perubahan hormonalPerempuan beresiko tiga kali lebih mungkin untuk menderita migrain dibanding pria.
Menariknya, di kalangan anak-anak, migrain lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan, tapi setelah masa pubertas trennya akan berbalik.
3. UmurNamun, migrain adalah paling umum terjadi pada orang usia 25-55 tahun. Insiden migrain
turun secara signifikan pada wanita setelah menopause. 4. Kondisi medis lainnyaOrang yang menderita migrain lebih mungkin didiagnosis mengalami depresi, gangguan
kecemasan, stroke, epilepsi, sindrom iritasi usus (IBS), dan tekanan darah tinggi dibanding orang yang bukan penderita migrain. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa salah satu dari kondisi tersebut merupakan faktor risiko untuk migrain.
Klasifikasi1. Migren tanpa aura 2. Migren dengan aura
a. Migren dengan aura yang khas b. Migren dengan aura yang diperpanjang c. Migren dengan lumpuh separuh badan (familial hemiflegic migraine) d. Migren dengan basilaris e. Migren aura tanpa nyeri kepala
f. Migren dengan awitan aura akut3. Migren oftalmoplegik 4. Migren retinal 5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial 6. Migren dengan komplikasi7. Infark migren
Patofisiologi Migrain
Teori Vascular Teori Neurovaskular & Neurokimia
Teori CSD
Pembuluh darah
Kontruksi
Di perifer otak
Aktivasi saraf nosiseptif
Vasodilatasi
Nervus trigeminus
CGRP besar
Vasodilatasi pembuluh
darah
Eksitasi neuron
Substansi anigra
menyebar
Gelombang supresi neuron
Irama vasodilatasi
VasokontruksiMIGRAIN
Manifestasi Klinis1. Fase Prodromal.
Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa perubahan mood, irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah, letih, lesu, tidur berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (seperti cokelat) dan gejala lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase ini memberi petanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan migren.
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit. Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut. Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala neurologis yang paling umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma (tampak bintik-bintik kecil yang banyak) , gangguan visual homonym, gangguan salah satu sisi lapang pandang, persepsi adanya cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan visual lainnya adalah adanya scotoma (fenomena negatif) yang timbul pada salah satu mata atau kedua mata.
3. Fase nyeri kepala.
Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral, dan awalnya berlangsung didaerah
frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-2 jam menyebar secara difus kearah posterior.
Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak
berlangsung selama 1-48 jam. Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang sampai berat, dan kadang-
kadang sangat mengganggu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
4. Fase Postdromal.
Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan terjadi perubahan mood. Akan
tetapi beberapa orang merasa “segar” atau euphoria setelah terjadi serangan, sedangkan yang
lainnya merasa deperesi dan lemas.
Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migren dengan aura, sementara pada penderita migren
tanpa aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase prodromal, fase nyeri kepala, dan fase postdromal.
Pemeriksaan• Anamnesis
Dalam anamnesis perlu digali lokasi, penjalaran, intensitas, kualitas, gejala premonitory, aura, gejala penyerta, faktor pencetus, faktor peringan/perberat dan riwayat keluarga.Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti ketepatan diagnosis migren mencapai 95%.
• Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
Disamping pemeriksaan fisik secara umum, dilakukan pemeriksaan neurologis yang meliputi: Nervus kranialis, pupil, lapangan pandang, gerakan bola mata, funduskopi untuk evaluasi keadaan n. II, retina dan pembuluh darah retina, kekuatan otot, tonus dan koordinasi,reflex fisiologis dan patologis, sensorik terutama sensorik kortikal (stereognosis), gait, bising orbita, palpasi arteri superfisialis temporalis.
• Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk membantu menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang diperlukan bila dicurigai adanya kelainan struktural yang mempunyai gejala seperti migren. • EEG. • MRI (Magnetic Resonance Imaging). • PET (Positron Emission Tomography). • Sachs
Terapi1. Terapi Medikamentosa
Tujuan terapi ini adalah untuk membantu penyesuaian psikologik dan fisiologik penderita, mencegah berlanjutnya dilatasi arteri ekstrakranial tanpa mengurangi aliran darah ke otak, serta menghambat aksi mediator humoral
a. Terapi tahap akut
Tujuan pengobatan pada tahap akut ini adalah untuk mengatasi rasa nyeri akibat terjadinya dilatasi arteri dikulit kepala yang terjadi pada saat serangan migren. Obat : Ergotamin, Dihidro-ergotamin dan Cafergot.
b. Terapi Profilaktif
Terapi profilaktif ditujukan untuk mencegah terjadinya serangan akut. Obat : metisergid maleat, Pizotifen, Siproheptadi, Propanolol.
2. Terapi tanpa obat
Yoga, terapi, maditasi dan hipnotis relaksasi pernah dicoba untuk mengatasi serangan migren akut. Berbagai upaya tersebut secara metodologik kurang bisa dipegang hasilnya mengingat kemungkinan munculnya bias. Sebaiknya terapi profilaktik dengan psikoterapi sejak awal sudah dapat dilakukan bersama dengan terapi medikamentosa. Di lain pihak, terapi tanpa obat ini perlu diteliti lebih lanjut mengingat biaya yang sangat murah dan tiadanya efek samping sebagaimana terjadi pada terapi medikamentosa.