mikromeritik (1).docx

27
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman (Syamsuni, 2006). Farmasi fisika adalah ilmu di bidang farmasi yang menerapkan ilmu fisika dalam sediaan farmasi. Dalam farmasi fisika dipelajari sifat fisika dan berbagai zat yang digunakan untuk membuat sediaan obat. Sehingga akan menghasilkan sediaan yang sesuai, aman dan stabil yang nantinya akan didistribusikan kepada pasien yang membutuhkan. Suatu obat mempunyai ukuran partikel yang akan membantu penghancuran suatu obat. Salah satu sediaan obat yang berhubungan dengan ukuran partikel adalah serbuk bagi yang biasa dibuat puyer untuk anak-anak, sediaan kapsul, emulsi, dan sebagainya. Untuk bidang pembuatan kapsul, pengukuran untuk partikel sangat penting dalam mencapai sifat alir yang diperlukan dan pencampuran yang besar dari granul dan selain itu ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi

Upload: sitiatikha

Post on 29-Sep-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman (Syamsuni, 2006).

Farmasi fisika adalah ilmu di bidang farmasi yang menerapkan ilmu fisika dalam sediaan farmasi. Dalam farmasi fisika dipelajari sifat fisika dan berbagai zat yang digunakan untuk membuat sediaan obat. Sehingga akan menghasilkan sediaan yang sesuai, aman dan stabil yang nantinya akan didistribusikan kepada pasien yang membutuhkan. Suatu obat mempunyai ukuran partikel yang akan membantu penghancuran suatu obat.

Salah satu sediaan obat yang berhubungan dengan ukuran partikel adalah serbuk bagi yang biasa dibuat puyer untuk anak-anak, sediaan kapsul, emulsi, dan sebagainya. Untuk bidang pembuatan kapsul, pengukuran untuk partikel sangat penting dalam mencapai sifat alir yang diperlukan dan pencampuran yang besar dari granul dan selain itu ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, rectal maupun topikal.

Dalam ilmu farmasi fisika ilmu yang berkaitan dengan pengukuran partikel kecil adalah mikromeritik. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia, dan farmakologi dalam pembuatan bahan obat tersebut.

Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, yang mana ukuran partikel ini cukup kecil. Mikromeritik dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu dan teknologi yang mengukur partikel-partikel kecil (Martin, 1993).

Mikromeritik sangat penting dipelajari oleh mahasiswa farmasi, karena dengan mikromeritik kita dapat mengetahui luas permukaan dari partikel kecil dari suatu sediaan obat, sifat fisika kimia dari suatu sediaan, kita juga dapat mempelajari bagaimana mekanisme pelepasan obat yang diberikan secara oral, suntikan, dan topikal. Selain itu juga untuk mempermudah kita dalam pembuatan obat bentuk emulsi dan suspensi, kita juga dapat mengetahui stabilitas suatu obat (tergantung ukuran partikelnya).

Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan mikromeritik yaitu menghitung diameter partikel dari gula dan tepung tapioka dengan menggunakan metode ayakan.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara pengukuran diameter partikel suatu zat dengan menggunakan metode tertentu.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Mengukur diameter partikel dari pati jagung dan sukrosa dengan menggunakan metode ayakan.

I.3 Prinsip Percobaan

Pengukuran pertikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang tertinggal pada tiap ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari nomor Mesh rendah ke nomor Mesh tertinggi yang digerakkan oleh mesin penggetar dengan waktu dan kecepatan tertentu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1Teori Umum

Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata (Martin, 1990).

Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Martin, 1990).

Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear (Moechtar, 1990).

Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Voigt, 1994).

Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel (Parrot, 1970).

Mikroskopi Optik

Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur.

Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.

Pengayakan

Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan.

Dengan cara sedimentasi

Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Dasar untuk metode ini adalah Aturan Stokes:

dst =

Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah metode pipet, metode hidrometer dan metode malance.

Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine, yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mampu melalui lubang-lubang ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis.

Pengetahuan dan pengendalian ukuran dan kisaran ukuran partikel merupakan hal yang sangat utama dalam bidang farmasi. Oleh sebab itu, ukuran dan juga luas permukaan suatu partikel dapat dikaitkan secara bermakna dengan sifat fisik, kimia dan farmakologi suatu obat. (Sinko, 2005)

Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam farmasi. Jadi ukuran, dan karenanya juga luas permukaan, dari suatu partikel dapat dihubungkan secara berarti pada sifat fisika, kimia dan farmakologi dari suatu obat. Secara klinik ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rektal dan topikal. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik dan respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dalam produk tersebut. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk. Hal ini membuat seorang farmasis kini harus mengetahuhi pengetahuan mengenai mikromimetik yang baik. (Ansel, 1989)

Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan dua nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tertinggi. (Dirjen POM, 1979).

Pada praktiknya, suspense encer yang telah diketahui volumenya dipompakan melalui lubang tersebut. Jika suspense tersebut cukup encer, partikel-partikel akan dapat melewati lubang tersebut satu persatu. (Sinko,2005)

Menggunakan symbol yang sebelumnya ditetapkan, diameter dapat ditetapkan dengan :

d =

dimana R2 adalah jarak dari sumbu rotasi ke bagian bawah tabung mesin pemutar dan R2 adalah jarak dari sumbu rotasi ke bagian suspensi (Parrot, 1970).

Zat-zat padat yang secara alamiah berada dalam bentuk partikel-partikel kecil dan zat padat yang telah digerus memiliki bentuk partikel tidak beraturan, dan ukuran partikel bervariasi dari yang paling besar sampai yang paling kecil (Leon,1989).

II.2Uraian Bahan

1. Alkohol (Dirjen POM, 1995)

Nama Latin:Aethanolum

Nama Kimia:Etil Alkohol

Sinonim:Etanol

Rumus Kimia:C2H6O

Rumus Struktur:

Berat Molekul:46,07

Pemerian:Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o. Mudah terbakar

Kelarutan:Bercampur dengan air da praktis bercampur dengan semua pelarut organik.

Bobot Jenis:0,8 gr/ml

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

Kegunaan:Untuk membersihkan alat

Khasiat:Antiseptik

2. Sukrosa (Dirjen POM, 1995)

Nama resmi:Sukrosum

Nama lain:Sakarosa

Berat molekul:342,40

Rumus molekul:C12H22O12

Rumus Struktur:

Pemerian:Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.

Kelarutan:Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol (95 %) P mendidih; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat:Kalorigenikum

Kegunaan:Sampel

3. Tepung Tapioka (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi:Starch

Nama lain:Amilum, Pati, Kanji

Berat Molekul: 1621,41

Rumus Molekul: C6H10O5

Rumus struktur:

Pemerian:Serbuk putih, hablur

Kelarutan:Larut dalam air panas, membentuk atau menghasilkan larutan agak keruh

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

BAB III

METODE KERJA

III.1Alat dan Bahan

III.1.1Alat

1. Ayakan

2. Cawan Porselin

3. Kaca Arloji

4. Neraca Analitik

5. Nomor Ayakan 90, 60, 46, 26

6. Sendok Tanduk

III.1.2Bahan

1. Alkohol 70%

2. Sukrosa

3. Tepung Tapioka

4. Tissue

III.2Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dibersihkan ayakan dari sisa bahan-bahan yang tertinggal sebelumnya.

3. Disusun ayakan dari nomor OPN 90 paling atas dan 26 paling bawah.

4. Ditimbang tepung tapioka dan gula pasir sebanyak 25 g dengan menggunakan neraca analitik.

5. Dimasukkan gula pasir ke dalam ayakan paling atas.

6. Diayak dengan cara mekanik selama 5 menit dengan kecepatan konstan

7. Ditimbang gula pasir yang tertinggal pada masing-masing ayakan.

8. Dicatat berat yang diperoleh.

9. Dihitung diameter partikelnya.

10. Dilakukan cara yang sama untuk sampel tepung tapioka.

1.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1Tabel Hasil Pengamatan

Jenis Sampel yang diuji

Nomor OPN

Diameter rata-rata (m)

Bobot Tertinggal (a)

Persen Tertinggal (d)

a d

Gula Pasir

90

0.216

2,29

9,16

0,216

60

2,813

8,26

33,04

2,813

46

0,899

4,67

18,68

0,899

26

3,362

9,03

36,12

3,362

7,921

24,25

97

707,27

Tepung Tapioka

90

0,39

2,42

9,68

23,4256

60

1.14

4,13

16,52

68,2276

46

1.54

4,81

19,24

92,5444

26

0.84

3,55

14,22

50,481

3.92

15,09

59,72

234,6786

IV.2 Perhitungan

a. Gula pasir

OPN : 90

= 9,16 %

a d = 2,29 9.16

= 20,97

OPN : 60

%tertinggal (d)=

=

= 33,04%

a d = 8,26 33,04

= 272,91

OPN : 46

= 18,68 %

a d = 4,67 18,68

= 87,23

OPN : 26

% tertinggal (d)==

= 36,12 %

a d = 9,03 36,12

= 326,16

Diameter rata-rata gula pasir

Dst=

=

=m

b. Tepung Tapioka

OPN : 90

%tertinggal (d)=

=

= 9,68 %

a d = 9,68

= 23,42

OPN : 60

= 16,52 %

a d = 16,52

= 68,22

OPN : 46

= 19,24 %

a x d =

= 92,54

OPN : 26

= 14,22%

a d =

= 50,48

Diameter rata-rata

=

m

BAB V

PEMBAHASAN

Mikromeritik adalah cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari tentang partikel-partikel kecil (Martin, 1990). Dimana ukuran partikel ini sangat kecil. Ukuran partikel bahan obat padat memiliki peran penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang penting dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek terapinya. Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengukuran diameter dari gula pasir (sukrosa) dan tepung tapioka dengan menggunakan metode ayakan.

Metode ayakan digunakan karena merupakan metode yang sangat sederhana dimana hanya memerlukan timbangan. Metode ini menggunakkan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi. Menurut metode U.S.P (United state pharmacopea) untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara mekanik selama waktu tertentu. Bahan yang melalui suatu ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus serta dikumpulkan, kemudian ditimbang (Martin, A.1993).

Dalam metode ayakan untuk mengukur ukuran partikel dari bahan digunakan ayakan dengan satuan OPN. Ayakan ini ukurannya dinyatakan berbanding lurus. Artinya, semakin besar nomor OPN semakin besar pula lubang ayakan. Dan semakin kecil nomor OPN semakin kecil lubang ayakan (Anonim, 2010).

Pada praktikum ini digunakan 4 nomor yang berbeda-beda, dimulai dari nomor OPN yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu 90, 60, 46, dan 26. Tujuan digunakan nomor ayakan yang berbeda agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu) ukurannya akan sesuai dengan nomor ayakan tersebut.

Langkah awal yang dilakukan pada praktikum ini adalah dengan menyiapkan alat dan bahan yang akn digunakan, kemudian membersihkan alat yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70% agar terbebas dari kotoran dan zat-zat sisa yang menempel pada alat. Langkah selanjutnya adalah menimbang sampel yaitu gula (sukrosa) dan tepung tapioka sebanyak 25 g. kemudian disusun ayakan dari nomor OPN terbesar yaitu 90 hingga nomor OPN terendah yaitu 26. Setelah itu dimasukkan bahan yang akan digunakan mulai dari gula (sukrosa), lalu ayakan digoyangkan selama 5 menit secara konstan. Tujuan penggoyangan ayakan yang dilakukan selama lima menit karena waktu tersebut sudah optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot residu yang tertinggal pada tiap ayakan pada nomor OPN. Bila waktu lebih dari lima menit dikhawatirkan partikel terlalu sering bertumpuk sehingga pecah dan lolos keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi kesalahaan pada data akhir. Jika kurang dari lima menit partikel belum terayak sempurna (Anonim, 2010).

Tujuan penggoyangan secara konstan, karena ditujukan untuk menghindari pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat tingginya intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat lambatnya intensitas penggoyangan dan mempengaruhi hasil partikel yang diperoleh (Sudjaswadi, 2002). Setelah 5 menit keluarkan residu yang tertinggal dimasing-masing nomor ayakan. Kemudian ditimbang residu dari masing-masing nomor ayakan, dan dicatat hasilnya. Kemudian dilanjutkan dengan sampel berikutnya yaitu tepung tapioka.

Pada percobaan ini untuk menentukan diameter rata-rata sampel diperoleh hasil penimbangan pada masing-masing ayakan yaitu, pada sampel gula pasir diperoleh residu yang diperoleh dari ayakan nomor 90 sebesar 2,29 g, ayakan nomor 60 sebesar 8,26 g, ayakan nomor 46 sebesar 4,67 g, dan pada ayakan nomor 26 sebesar 9,03 g.

Setelah diperoleh seluruh hasil timbangan dari residu gula pasir, maka langkah selanjutnya adalah mencari persen teringal dari residu gula pasir. Untuk nomor OPN 90 diperoleh persen tertinggalnya yaitu 9,16%, nomor OPN 60 yaitu 33,04%, nomor OPN 46 yaitu 18,68%, dan untuk nomr OPN 26 adalah 36,12%.

Langkah selanjutnya adalah menghitung diameter rata-rata dari sampel gula pasir (sukrosa). Berdasarkan data hasil yang diperoleh diameter rata-rata untuk sampel gula pasir pada nomor OPN 90 yaitu 0,216 m, nomor OPN 60 yaitu 2,813 m, nomor OPN 46 yaitu 0,899 m dan pada ayakan nomor OPN 26 yaitu 3,362 m. Sehingga diameter rata-rata yang didapatkan dari seluruh residu yang tertinggal pada ayakan yaitu 7,291 m.

Untuk sampel tepung tapioka, hasil penimbangan residu yang didapat pada ayakan nomor 90 sebesar 2,42 g, ayakan nomor 60 sebesar 4,13 g, ayakan nomor 46 sebesar 4,81 g, dan pada ayakan nomor 26 sebesar 3,55 g.

Setelah didapatkan seluruh hasil timbangan dari residu tepung tapioka, maka langkah selanjutnya adalah mencari persen teringal dari residu tepung tapioka. Untuk nomor OPN 90 didapat persen tertinggalnya yaitu 9,68% nomor OPN 60 yaitu 16,52%, nomor OPN 46 yaitu 19,24%, dan untuk nomr OPN 26 adalah 14,22%.

Setelah itu dilakukan proses perhitungan untuk diameter dari sampel tepung tapioka. Berdasarkan hasil yang diperoleh diameter rata-rata untuk sampel tepung tapioka pada nomor OPN 90 yaitu 0,39 m, nomor OPN 60 yaitu 1,14 m, nomor OPN 46 yaitu 1,54 m dan pada ayakan nomor OPN 26 yaitu 0,84 m. Sehingga didapatkan diameter rata-rata dari seluruh residu yang tertinggal pada ayakan yaitu 3,92 m.

Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhana karena cukup singkat dalam penentuan ukuran partikel. Namun alat atau metode ini tingkat keakuratan yang diperoleh tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik. Dalam pengayakan dibutuhkan waktu dan kecepatan yang konstant. Gerakan dan kecepatan yang konstant ini dapat mempengaruhi hasil residu yang tertinggal pada masing-masing ayakan. Pada metode ini juga memiliki kerugian yaitu relatif lama dari penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Selain itu, metode ayakan ini memiliki tingkat ketelitian yang rendah.

Kemungkinan kesalahan yang mungkin terjadi dalam praktikum ini yakni kurang telitinya praktikum dalam penimbangan, dan pengayakan sehingga dapat mempengaruhi hasil akhir.

BAB VI

PENUTUP

VI.1Kesimpulan

Dari hasil percobaan maka disimpulkan bahwa diameter rata-rata dari gula (sukrosa) adalah 7,921 m sedangkan pada serbuk tepung tapioka mempunyai ukuran diameter partikel rata-rata 3.92 m.

VI.2Saran

Sebagai jurusan dengan banyaknya praktikum, diharapkan agar jurusan farmasi lebih memperhatikan laboratorium terutama pada penyediaan dan kelengkapan alat dan bahan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Particle Size Siere Analyses. (Online). (http://www.particletechlabs.com/particle-size/siere-analyses, diakses sabtu 27 september 2010 pukul 11.15 wita

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UniversitasIndonesia Press: Jakarta

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid I. Universitas Indonesia Press: Jakarta

Martin, A. 1993. Farmasi Fisika jilid II. Universitas Indonesia Press: Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI: Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Depkes RI: Jakarta

Effendi, M, I. 2003. Materi Kuliah Farmasi Fisika . Jurusan farmasi Universitas Hasanuddin: Makassar.

Leon, L. Dkk, 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri 1. UI-Press: Jakarta

Moechtar. 1990.Farmasi Fisika. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta

Parrot, L.E., 1970, Pharmaceutical technology. Burgess Publishing Company.

Sinko, P. 2005. Martins Phisical Pharmacy and Pharmaceutical Sience 5th Edition. Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Buku kedokteran EGC: Jakarta

Voigt, R, 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. UGM-Press: Yogyakarta