modul praktikum biomedik iii

44
MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2018/2019

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

MODUL PRAKTIKUM

BIOMEDIK III

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KALIMANTAN TIMUR

2018/2019

Page 2: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

ii

VISI, MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN

MASYARAKAT

A. VISI

“Pada Tahun 2037, menjadi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang

islami berbasis teknologi informasi yang unggul di bidang pemberdayaan

masyarakat dan berkonstribusi terhadap penyelesaian masalah sosial dan

lingkungan”

B. MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan masyarakat yang islami

berbasis teknologi informasi yang peka terhadap kesehatan di

masyarakat.

2. Mengembangkan riset dibidang kesehatan masyarakat untuk

berkonstribusi dalam penyelesaian masalah sosial dan lingkungan.

3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat

dalam bentuk pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk

menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan

dan lingkungan.

4. Mengembangkan kerjasama dibidang kesehatan masyarakat dengan

berbagai pihak yang saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar

negeri.

C. TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan tenaga kesehatan masyarakat yang berkarakter,

berwawasan dan berkemajuan yang berpijak pada nilai – nilai

keislaman dan mampu memanfaatkan teknologi informasi yang

berkontribusi terhadap pembangunan dan menjadi solusi masalah

sosial dan lingkungan.

2. Menghasilkan produk penelitian IPTEKS kesehatan masyarakat yang

berbasis teknologi informasi dan ramah lingkungan.

Page 3: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

iii

3. Melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk

menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan

dan lingkungan.

4. Menghasilkan kerjasama dalam bidang Catur Dharma Perguruan

Tinggi yang produktif dan saling menguntungkan baik dalam dan luar

negeri

D. SASARAN

1. Peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan

2. Pengembangan SDM dosen dan tenaga kependidikan

3. Pengembangan wahana pendidikan

4. Pengembangan program studi baru

5. Peningkatan penelitian dan publikasi ilmiah

6. Optimalisasi pengabdian masyarakat yang diprioritaskan pada upaya

mengatasi masalah sosial, pengangguran dan lingkungan

7. Peningkatan kerjasama nasional maupun internasional

Page 4: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Biomedik

III.

Kami berharap dengan adanya modul praktikum ini dapat memberikan

manfaat kepada pembaca khusunya mahasiswa kesehtaan masyarakat. Kami

menyadari bahwa dalam pembuatan modul ini masih banyak terdapat kekurangan.

Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi

penyempurnaan modul berikutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Samarinda, Agustus 2019

Penyusun

Page 5: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

VISI, MISI DAN TUJUAN................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan ......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 5

A. Pengenalan Alat Laboratorium ................................................... 5

B. Cara Penggunaan Mikroskop ...................................................... 9

C. Pembuatan Media ........................................................................ 13

D. Sterilisasi ..................................................................................... 20

E. Disinfektan .................................................................................. 28

BAB III PENUTUP ............................................................................... 35

A. Kesimpulan ................................................................................. 35

B. Saran ............................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 37

FORMULIR PENILAIAN ................................................................... 39

Page 6: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengenalan alat-alat praktikum penting dilakukan guna untuk

keselamatan kerja dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga

pengenalan alat praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama

dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-alat praktikum sangat di butuhkan

dalam proses penilitian atau pun praktikum terutama dalam proses

praktikum kimia. Ada banyak sekali alat-alat yang digunakan dan

mempunyai fungsi masing-masing di dalam bidang keilmuan atau pun

proses penilitian tentu tentu alat-alat ini sangat di butuhkan sekali.alat-alat

laboratorium juga dapat berbahasa jika terjadi kesalahan dalam prosedur

pemakaiannya. Maka diperlukannya pengenalan alat-alat laboratorium

agar penggunaan alat tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan

prosedur yang baik dan benar, sehingga kesalahan yang terjadi dapat

diminimalisir sedikit mungkin.hal ini penting agar mendapatkan hasil

penelitian yang aik dan benar.data-data yang tepat akan meningkatkan

kualitas penelitian seseorang.

Mikroskop adalah alat utama yang digunakan untuk mengamati

benda-benda kecil. Mikroskop dapat mengamati berbagai macam ukuran

mulai dari ukuran 0,1 mm. Objek yang dipelajari dalam biologi adalah

mahluk hidup, dan sebesar apapun mahluk hidup tersebut pada dasarnya

tersusun oleh sel-sel yang sangat kecil. Dengan munculnya mikroskop,

ilmu biologi berkembang dengan sangat pesat. Contohnya pada

penemuan-penemuan baru khususnya di bidang kesehatan yang berawal

dari pengatan lensa mikroskop.

Page 7: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

2

Perbesaran dalam suatu objek dapat diketahui dengan

membandingkan ukuran terhadap bidang pandang. Dalam mengamati

objek suatu preparat, yang dilihat di bawah mikroskop, terlebih dahulu

menggunakan perbesaran lemah. Mikroskp terdiri dari beberapa

komponen, yaitu komponen optik dan komponen mekanik dan memilki

fungsi yang berbeda-beda, dalam melakukan pengamatan dengan

mikroskop kita harus mengetahui bagian-bagiannya sehingga

mempermudah dalam penggunaanya. Dalam menggunakan mikroskop

harus juga diperhatikan cara membersihkan dan menyimpan agar tidak

terjadi kerusakan pada mikroskop itu sendiri.

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang

terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu

mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut.

Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi pada media berupa molekul-

molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel-nya. Media

pertumbuhan juga bisa digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme,

identifikasi, dan membuat kultur murni.

Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan

penyedia nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakan pada media,

selain itu media juga berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan,

mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama di

laboratorium. Media berdasarkan sifat terbagi menjadi 3 yaitu Media

padat, Media semi padat semi cair, Media cair. Media berdasarkan

Komposisi / susunannya terdiri atas Media Sintesis, semi sintesis, dan

media non sintesis. Berdasarkan tujuan yaitu media selektif atau

penghambat dan media diperkaya. Jenis Media yang sering digunakan,

yaitu Nutrient Agar, Nutrient Broth (NB), PDA (Potato Dextrose Agar),

Salmonella Shigella (SS) Agar, Eosin Methylene Blue Agar (EMBA).

Page 8: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

3

Salah satu hal yang terpenting dalam kegiatan yang bersinggungan

dengan aktivitas mikrobiologi adalah proses sterilisasi. Tujuan utamanya

adalah untuk meminimalisir atau meniadakan potensi kontaminasi dari

mikroba yang tidak diinginkan. Kontaminasi yang timbul dari mikroba

yang tidak diharapkan dikhawatirkan dapat menghambat aktivitas dari

mikroba yang ditumbuhkan atau dapat membahayakan keselamatan dari

pelaksana kegiatan tersebut.

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu

secara mekanik, fisik dan kimiawi. Pemilihan mekanisme sterilisasi yang

dilakukan hendaknya disesuaikan dengan sifat bahan yang akan

disterilkan. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan menggunakan

pemanasan, penggunaan sinar UV, sinar X, dan sinar-sinar yang memiliki

panjang gelombang pendek (Ramona dkk, 2007).

Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan

sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan

adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan

antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan

tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan

juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses

pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan

desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi

dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime

yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua

cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia).

Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-

jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.

Page 9: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

4

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengenalan alat laboratorium.

2. Untuk mengetahui cara penggunaan mikroskop.

3. Untuk mengetahui pembuatan media yang benar.

4. Untuk mengetahui sterilisasi.

5. Untuk mengetahui disinfektan.

Page 10: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengenalan Alat Laboratorium

1. Pengenalan Alat Laboratorium

Alat-alat laboratorium merupakan alat yang kita butuhkan dalam

proses peneitian atau pun proses praktikum. Dalam praktikum

pengenalan alat-alat laboratorium dan alat-alat sterilisasi akan

dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan spesifikasi masing-

masing alat tersebut. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan

bahan-bahan dari mikrobia yang tidak diinginkan (soetarto, dkk).

Pada umumnya kegiatan praktek laboratorium diarahkan pada

upaya supaya mahasiswa dituntut untuk menguji, memverifikasi atau

membuktikan hukum atau prinsip ilmiah yang sudah dijelaskan oleh

dosen, asisten dosen atau buku teks. Ada juga percobaan yang

dirancang oleh dosen atau asisten dosen adalah mahasiswa disuruh

melakukan percobaan dengan prosedur yang sudah terstruktur yang

membawa mahasiswa kepada prinsip atau hukum yang tidak diketahui

sebelumnya dari data empiris yang mereka kumpulkan hasil dari

percobaan tersebut.

Namun terdapat berbagai kelemahan dasar dari cara seperti ini,

secara logis prinsip ilmiah dan hukum alam tidak dapat dibuktikan

secara langsung, prinsip ilmiah dan hukum alam juga tidak dapat diuji

hanya dengan jumlah percobaan yang terbatas yang dilakukan oleh

mahasiswa. Keterbatasan alat yang digunakan, keterampilan yang

dipunyai, waktu yang singkat dan kompleksitas generalisasi,

merupakan keterbatasan percobaan mahasiswa yang menunjukkan hal

yang hebat kalau mahasiswa bisa menghasilkan prinsip teoritis yang

penting dari sekumpulan data mentah hasil percobaan. Maka

bimbingan dari dosen dan asisten dosen sangat di butuhkan dalam

proses penelitian.

Page 11: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

6

Banyak sekali alat-alat praktikum yang harus kita kenal dan kita

ketahui agar dalam proses penelitian dan praktikum berjalan lancar

tanpa ada masalah.pengenalan alat ini juga akan menambah wawasan

dan pengetahuan bagaimana cara kerja alat tersebut besert fungsinya.

Tentu dari sini kita bisa belajar bagaman penggunaannya agar dalam

penelitian kita nanti mendapatkan hasil yang akurat dan dapat

dipercaya. Hasil penelitan tergantung dari proses penelitian, jika

penelitian baik dan penggunaan alatnya benar tentu hasil pengamatan

kita baik pula. Alat-alat laboratorium juga tidak bisa digunakan jika

tidak sesuai dengan fungsinya maka dari itu kita harus teliti dan

mebutuhkan pengetahuan bagaimana mengunakan alat tersebut agar

tidak terjadi salah penggunaan dan pemakainnya.

Alat-alat laboratorium juga banyak yang berbahaya seperti alat

yang harus seteril maka sebelum menggunakan alat tersebut kita harus

mensterilkan tangan kita.jika tidak hal itu bisa mengganggu proses

suatu penelitian dan tentunya akan berdampak pada hasil penelitian

tersebut. Perhatian terhadap penggunaan alat laboratorium harus di

perhatikan guna keselamatan dan keberhasilan kerja atau penelitian.

2. Peralatan Alat Laboratorium

Peralatan dalam suatu laboratorium pada dasarnya terdiri dari

peralatan gelas seperti pipet, labu ukur, gelas beker dan sebagainya,

dan peralatan instrument seperti mikroskop, timbangan pemanas dan

lain sebagainya.

a) Peralatan Gelas

Peralatan gelas merupakan dasar pembentukan suatu

laboratorium, baik itu merupakan laboratorium yang sederhana

maupun untuk tujuan penelitian. Ada beberapa jenis kaca sebagai

bahan baku peralatan gelas tersebut dan setiap jenis mempunyai

sifat dan harga yang berbeda.

Page 12: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

7

Didalam melakukan suatu percobaan di laboratorium

kadang-kadang harus dipilih bahan peralatan yang cocok (gelas

atau bahan lainnya) sehingga tidak terjadi kekeliruan atau salah

pengertian mengenai sifat-sifat bahan peralatan sesuai yang ada

dalam prosedur percobaan. (Alaerts, 1984 : 1)

Beberapa peralatan gelas seperti tabung reaksi, gelas kimia,

gelas Erlenmeyer, labu ukur, pipet tetes,serta beberapa peralatan

gelas lainnya harus bebas dari kotoran. Kotoran berupa sisa-sisa zat

kimia atau noda lainnya dapat mengaburkan data pengamatan

bahkan dapat menggagalkan percobaan atau eksperimen itu sendiri.

Kesimpulan yang diambilpun menjadi kurang tepat atau salah.

Bukan itu saja, kerugian akan dialami dalam hal waktu, tenaga, dan

juga finansial (pemborosan bahan atau zat) karena akan

mempertinggi biaya pelaksanaan eksperimen dari yang seharusnya,

atau karena kegagalan harus mengurangi eksperimen serupa dari

awal. Sementara itu, pereaksi yang akan dikemas dalam botol

pereaksi dapat tercemar oleh kotoran yang menempel pada dinding

botolnya.

Selain itu, menyimpan peralatan gelas dalam keadaan kotor,

atau dari hasil pencucian yang tidak / kurang bersih akan

menyukarkan proses pencucian atau pembersihan pada saat

lainnya. Semakin lama tersimpan, semakin keras dan semakin

melekat kuat kotoran itu.

Akibatnya, kotoran semakin sukar larut oleh cairan

pembersih sederhana, dan pekerjaan membersihkan dan pencucian

selanjutnya akan menjadi lebih lama dan rumit karena semakin

banyak tahap dan jenis cairan pencuci yang harus diterapkan. Jika

memungkinkan peralatan harus dibersihkan saat itu juga setelah

selesai digunakan. Zat atau kotoran yang masih basah akan jauh

lebih mudah dibersihkan.

Page 13: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

8

Peralatan gelas seperti pipet, labu ukur dan lain-lain, sangat

teliti dan merupakan produksi kerajinan dan teknologi yang

bermutu tingi, namun ketelitian tidak akan berarti lagi bila selama

analisa, cara pemakaian alat adan prosedur tidak dilakukan dengan

cermat dan tepat.(Ham, 2005 : 201-202).

b) Peralatan Instrumen

Peralatan instrument di laboratorium memiliki konstruksi

yang lebih kompleks dan canggih dibanding peralatan gelas.

Contoh peralatan instrument adalah mikroskop, timbangan,

pemanas dan lain-lain. Namun kali ini kita hanya mengamati

mikroskop cahaya dan mikroskop listrik.

1) Mikroskop Cahaya

Mikroskop cahaya memiliki perbesaran maksimal 1000

kali. Mikroskop cahaya memiliki bentuk yang lebih kecil

daripada mikroskop elektron. Mikroskop cahaya memiliki tiga

dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa

kondensor. Mikroskop cahaya ini menggunakan jauh lebih

sedikit energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih panjang

dibandingkan mikroskop elektron. Sumber pencahayaan dalam

mikroskop cahaya adalah sinar matahari atau sinar lainnya.

Mikroskop cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu lensa

objektif, lensa okuler dan lensa kondensor.

2) Mikroskop Listrik/Elektron

Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu

untuk melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali.

Mikroskop elektron memiliki bentuk yang lebih besar daripada

mikroskop cahaya. Menggunakan elektro statik dan elektro

magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar

serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi

yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop

elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi

Page 14: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

9

elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop

cahaya. Sumber pencahayaan dalam mikroskop cahaya adalah

sinar yang didapat dari elektrostatik dan elektromagnetik.

Medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa

dan cermin seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.

Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu

untuk melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali.

Mikroskop elektron memiliki bentuk yang lebih besar daripada

mikroskop cahaya. Menggunakan elektrostatik dan

elektromagnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan

gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta

resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya.

Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi

dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan

mikroskop cahaya. Sumber pencahayaan dalam mikroskop

cahaya adalah sinar yang didapat dari elektrostatik dan

elektromagnetik. Medan listrik dan medan magnet dapat

berperan sebagai lensa dan cermin seperti pada lensa gelas

dalam mikroskop cahaya.

B. Cara Penggunaan Mikroskop

1. Mikroskop

Mikroskop berasal dari kata mikros dan scopein. Mikros berarti

kecil dan scopein artinya melihat. Jika dijadikan satu maka menjadi

mikroskop yang didefinisikan sebagai alat untuk melihat benda kecil

untuk dilihat secara kasat mata. Sejarah mikroskop sendiri diawali

pada masa Anthony Van Leeuwenhoek (1632-1723). Anthony Van

Leeuwenhoek membuat mikroskop pertamanya pada tahun 1675

dengan cara menumpuk beberapaa kaca pembesar. Melalui percobaan

itu Anthony bias mengamati mikroorganisme dalam air. Dari situlah

kemudian kegunaan mikroskop sebagai alat untuk melihat jasad renik

mulai dikembangkan.

Page 15: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

10

Mikroskop pada prinsipnya adalah alat pembesar yang terdiri dari

dua lensa cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata)

dan lensa okuler (dekat dengan benda). Baik objektif maupun okuler

dirancang untuk perbesaran yang berbeda. Lensa objektif biasanya

dipasang pada roda berputar, yang disebut gagang putar (Volk, 1984).

Terdapat berbagai tipe mikroskop yang masing-masing mempunyai

tujuan penggunaan tertentu dan dengan berbagai macam

kelengkapannya pula. Benda atau organisme yang akan diamati

dengan mikroskop harus berukuran kecil dan tipis agar dapat ditembus

oleh cahaya. Macam-macam mikroskop, yaitu :

a) Mikroskop Cahaya

Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000

kali. Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan

tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya

memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan

kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada kedua

ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa

berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada

ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa objektif

yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung

mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat

preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor

berperan untuk menerangi objek dan lensa-lensa mikroskop yang

lain.

b) Mikroskop Stereo

Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya

bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar.

Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda

yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga

dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan

mikroskop cahaya (Champbell, 2000).

Page 16: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

11

c) Mikroskop Pendar

Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi

benda asing atau antigen (seperti bakteri, ricketsia, atau virus)

dalam jaringan. Dalam teknik ini protein antibodi yang khas

mula-mula dipisahkan dari serum tempat terjadinya rangkaian

atau dikonjungsi dengan pewarna pendar. Karena reaksi antibodi-

antigen itu besifat khas, maka peristiwa pendar akan terjadi

apabila antigen yang dimaksud ada dan dilihat oleh antibodi yang

ditandai dengan pewarna pendar (Volk, 1984).

d) Mikroskop Medan Gelap

Mikroskop ini digunakan untuk mengamati bakteri hidup,

khususnya bakteri yang begitu tipis yang hampir mendekati batas

daya pisah mikroskop majemuk.

e) Mikroskop Fase Kontras

Mikroskop ini digunakan untuk mengamati benda hidup

dalam keadaan alaminya, tanpa menggunakan bahan pewarna.

Pada bawah meja objeknya dan pada lensa objektifnya terpasang

perlengkapan fase kontras (Volk, 1984).

f) Mikroskop Elektron

Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100

ribu kali, elektron digunakan sebagai pengganti cahaya.

Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu mikroskop

elektron scanning (SEM) dan mikroskop elektron transmisi

(TEM). SEM digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan

sel (atau struktur renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga

dimensi. Sedangkan TEM digunakan untuk mengamati struktur

detil internal sel.

Page 17: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

12

g) Mikroskop Elektron Pemayaran

Mikroskop ini menggunakan berkas elektron, tetapi yang

seharusnya ditransmisikan secara serempak ke seluruh medan

elektron difokuskan sebagai titik yang sangat kecil dan dapat

digerakkan maju mundur pada spesimen (Winatasasmita, 1986).

2. Bagian-Bagian Mikroskop Beserta Fungsinya

a) Bagian – Bagian Optik

Adapun bagian – bagian optik dari mikrosop antara lain :

1) Lensa okuler, yaitu lensa yang terdapat pada bagian ujung atas

tabung pada gambar, pengamat melihat objek pada lensa ini.

Lensa okuler berfungsi untuk memperbesr kenbali bayangan

dari lensa objektif. Lensa okuler biasa memiliki perbesaran

6,10, atau 12 kali.

2) Lensa objektif, yaitu lensa yang dekat dengan objek. Biasanya

terdapat 3 lensa objektif pada mikroskop yaitu dengan

perbesaran 10,40, atau 100 kali. Saat menggunakan lensa

objektif pengamat harus mengoleskan minyak emersi ke

bagian objek, minyak emersi ini berfungsi sebagai pelumas

dan untuk meperjelas bayangan benda, karena saat perbesaran

100 kali, letak lensa dengan objek yang di amati sangat dekat,

bahkan kadang bersentuhan.

3) Kondensor, yaitu bagian yang dapat diputar naik turun yang

berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang dipantulkan oleh

cermin dan memusatkannya ke objek.

4) Diafragma, yaitu bagian yang berfungsi untuk mengatur

banyak sedikitnya cahaya yang masuk dan mengenai preparat.

5) Cermin, yaitu bagian yang berfungsi untuk menerima dan

mengarahkan cahaya yang diterima. Cermin mengarahkan

cahaya dengan cara memantulkan cahaya tersebut.

Page 18: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

13

b) Bagian–Bagian Mekanik (Non-Optik)

Adapun bagian–bagian mekanik (Non-Optik) antara lain :

1) Revolver, yaitu bagian yang berfungsi untuk mengatur

perbesaran lensa objektif yang diinginkan.

2) Tabung Mikroskop, yaitu bagian yang berfungsi untuk

menghubungkan lensa objektif dan lensa okuler mikroskop.

3) Lengan Mikroskop, yaitu bagian yang berfungsi tempat

pengamat memegang mikroskop.

4) Meja Benda, yaitu bagian yang berfungsi untuk menempatkan

objek yang akan diamati, pada meja benda terdapat penjepit

objek, yang menjaga objek tetap di tempat yang diinginkan.

5) Makrometer (pemutar kasar), yaitu bagian yang berfungsi

untuk menaikan atau menurunkan tabung secara cepat untuk

pengaturan mendapatkan kejelasan dari gambaran dari objek

yang diinginkan.

6) Mikrometer (pemutar halus), yaitu bagian yang berfungsi

untuk menaikan atau menurunkan tabung secara lambat untuk

pengaturan mendapatkan kejelasan dari gambaran objek yang

diinginkan.

7) Kaki Mikrosop, yaitu bagian yang berfungsi sebagai

penyangga yang menjaga mikrosop tetap pada tempat yang

diinginkan, dan juga untuk tempat memegang mikroskop saat

mikrosop hendak dipindahkan.

C. Pembuatan Media

1. Media

Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (zat

makanan) yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba termaksud

bakteri patogen. Selain untuk menumbuhkan mikrobia medium dapat

digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat

fisiologi dan perhitungan jumlah mikrobia (Khaeruni dan Satrah,

2017).

Page 19: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

14

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang

terdiri dari campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan

oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme

memanfaatkan nutrisi di dalam media berupa molekul-molekul kecil

yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media,

pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme menjadi

kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media

pertumbuhannya. Bahan dasar adalah air (H2O) sebagai pelarut dari

agar-agar (rumput laut) dimana agar-agar tersebut berfungsi sebagai

pemadat media (Suhardi, 2013).

Media biakan yang mampu mendukung optimalisasi pertumbuhan

milroorganisme harus dapat memenuhi persyaratan nutrisi bagi

mikroorganisme. unsur tersebut berupa garam organik, sumber energi

(karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula

ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa

kompleks lainnya (Suardana dkk, 2014).

2. Bentuk Media

Bentuk media ditentukan oleh ada tidaknya penambahan zat

pemadatan, seperti agar-agar, gelatin dan sebagainya. Ada tiga bentuk

media, yaitu:

a) Media padat

Dimana pada media digunakan bahan pemadat, misalnya

agar-agar. Jumlah tepung agar yang ditambahkan tergantung

kepada jenis mikroba yang dibiakkan. Bila mikroba memerlukan

kadar air tinggi maka jumlah tepung agar harus rendah/sedikit,

tetapi bila kadar air harus rendah maka penambahan tepung agar

harus lebih banyak. Media padat umumnya dipergunakan untuk

bakteri, ragi, jamur dan kadang-kadang mikroalgae. Media ini

terdiri dari tiga macam bentuk, yaitu:

1) Bentuk lempeng, media dibekukan di dalam cawan pertri.

Page 20: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

15

2) Bentuk miring, media dibekukan dalam keadaan miring di

dalam tabung reaksi.

3) Bentuk tegak, media dibekukan dalam keadaan tegak dalam

tabung.

Media Agar Padat(1,5 – 2% agar)

No Media Kegunaan

1. Agar Nutrien Mengasingkan/mempelajari koloni bakteri.

2. Agar Darah Membiakkan bakteri yang memerlukan nutrisi tinggi

dan melihat adanya reaksi hemolisis.

3. Agar Coklat

Thayer Martin Medium selektif untuk membiakkan, Neisseria sp

4. Agar Endo Medium selektif dan diferensial untuk membiakkan

bakteri entrik.

5. Agar Eosin Methylene

Blue (EMB)

Medium selektif dan diferensial untuk membiakkan

bakteri entrik.

6. Agar Salmonella Shigella Medium selektif dan diferensial untuk

membiakkan Salmonella dan shigella.

7. Agar Thiosulphate Citrate Bile

Sucrose (TCBS)

Medium selektif dan diferensial untuk

membiakkan Vibrio cholera dan Vibrio sp. Lainnya.

8. Serum Loeffler Mebiakkan Corynebacterium diphteriae.

9. Agar Darah Telurit Medium selektif untuk menbiakkan Corynebacterium

sp.

10. Triple Sugar Iron Agar Melihat kemampuan bakteri dalam meragi gula-gula

dan membentuk H2S.

11. Lowenstein Jansen Membiakkan Mycobacterium sp.

12. Agar Sabouraud Membiakkan koloni jamur.

b) Media cair

Yaitu bila ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat.

Umumnya dipergunakan untuk pembiakan mikroalgae, kadang-

kadang bakteri dan ragi.

Page 21: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

16

Media Cair

No Media Kegunaan

1. Kaldu Membiakkan bakteri atau membuat suspensi bakteri.

2. Kaldu Darah Membiakkan bakteri dan melihat hemolisis bakteri.

3. Air Pepton Membiakkan bakteri dan membuat suspense bakteri.

4. Perbenihan Tarozzi Membiakkan bakteri anairob.

5. Perbenihan Thioglikolat Perbenihan transpor dan persemaian untuk bakteri

aerob dan anaerob.

.6. Perbenihan Empedu Membiakkan bakteri enteric terutama

untuk Salmonella sp.

7. Gula Air Pepton

- Mengetahui kemampuan bakteri dalam

memfermentasi gula. Gula yang digunakan : a. - Glukosa (tutup tabung berupa kapas berwarna

kuning). b. - Laktosa (tutup tabung berupa kapas berwarna

kuning). - Manitol (tutup tabung berupa kapas berwarna hijau).

d. - Maltosa (tutup tabung berupa kapas berwarna

merah).

c) Media semi padat atau semi cair

Yaitu bila penambahan zat pemadat hanya 50% atau

kurang. Umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang

banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik atau

fakultatif, atau untuk pemeriksaan pergerakkan bakteri.

Media Agar Semisolid (0,5% Agar)

No Media Kegunaan

1. Semisolid Melihat gerak bakteri dan dapat juga digunakan untuk

melihat reaksi indol.

3. Sifat Media

Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan

perkembangbiakkan mikroba, tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain

seperti isolasi, seleksi dan diferensiasi biakan yang didapat. Artinya

penggunaan beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba, banyak juga

Page 22: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

17

dilakukan dan digunakan. Sehingga masing-masing media mempunyai

sifat (spesifikasi) tersendiri sesuai dengan maksudnya. Berdasarkan

sifat-sifatnya, media dibedakan menjadi:

a) Media Dasar / Umum

Yaitu media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk

membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat

mendukung pertumbuhan hampir semua jenis mikrobia, contohnya

adalah nutrient broth, kaldu pepton, dan sebagainya.

b) Media Yang Diperkaya

Media yang diperkaya merupakan media yang telah

ditambahkan dengan bahan-bahan bernutrisi tinggi, seperti darah,

serum, atau ekstrak khamir, untuk tujuan kultivasi organisme-

organisme selektif.

1) Agar darah: darah yang dimasukkan ke dalam media ini

merupakan bahan pengayaan untuk kultivasi organisme-

organisme selektif, seperti streptococus spp. Darah juga

memungkinkan terjainya sifat hemolitik dari beberapa

mikroorganisme, terutama streptokokus, yang aktivitas

hemolisisnya diklasifikasi sebagai berikut,

2) Hemolisis gamma: tidak terjadi lisis sel-sel darah merah

sehingga tidak ada perubahan yang signifikan pada tampilan

media di sekeliling koloni.

3) Hemolisis alfa: terjadi lisis sel-sel darah merah secara tidak

sempurna, dengan reduksi hemoglobin menjadi meteglobin,

menghasilkan suatu halo berwarna kehijauan di sekeliling

pertumbuhan bakteri.

4) Hemolisis Beta: terjadi lisis sel-sel darah merah dengan

penghancuran yang sempurna an penggunaan hemoglobin oleh

organisme yang menghasilkan zona jernih di sekeliling koloni.

Hemoglobin ini dihasilkan oleh dua jenis hemolisin beta yaitu,

streptolisin O (suatu enzim yang labil terhadap oksigen dan

Page 23: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

18

bersifat antigenik) reaksi hemolitik ditingkatkan ketikan agar

lempeng darah digores dan ditusuk secara bersamaan untuk

memperlihatkan hemolisis subpermukaan oleh streptolisin O

dalam suatu lingkungan dengan tekanan oksigen yang

berkurang. Berasarkan pola hemolisis pada agar darah,

streptokokus hemolitik beta patogenik dapat dibedakan dari

anggota lainnya dalam kelompok ini.

c) Media Diferensial

Media ini digunakan untuk membedakan bentuk dan

karakter koloni mikroba yang tumbuh. Beberapa mikroba dapat

tumbuh di dalam media ini, tetapi hanya beberapa jenis saja yang

mempunyai penampilan pertumbuhan yang khas sehingga dapat

dibedakan. Media ini berfungsi untuk isolasi dan identifikasi

bakteri.

d) Media Selektif

Media ini digunakan untuk memilih (mengisolasi)

kelompok-kelompok bakteri yang spesifik. Media-media tersebut

mengandung zat-zat kimia yang menghambat pertumbuhan satu

jenis bakteri dan memungkinkan pertumbuhan bakteri lainnya

sehingga memudahkan isolasi bakteri.

1) Agar feniletil alkohol: Media ini digunakan untuk isolasi

sebagian besar organisme Gram-Positif. Feniletil alkohol

menghambat sebagian pertumbuhan organisme-organisme

gram-negatif, yang dapat membentuk koloni-koloni visibel

dengan ukuran dan jumlah yang jauh lebih kecil dibandingkan

pada media lain.

2) Agar kristal violet: Media ini bersifat selektif untuk sebagian

besar mikroorganisme gram-negatif. Pewarna kristal violet

memberikan efek penghambatan pada sebagian besar

mikroorganisme gram-positif.

Page 24: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

19

3) Agar NaCl 7,5 %: Media ini menghambat kebanyakan

organisme, kecuali mikroorganisme halofilik (suka garam).

Media ini paling bermanfaat dalam pendeteksian anggota-

anggota genus staphylococcus.

e) Media Uji

Media ini digunakan untuk pengujian senyawa atau benda

tertentu dengan bantuan mikroba. Misalnya, media penguji

vitamin, antibiotika, residu pestisida, residu deterjen dan lain-lain.

Media ini disamping tersusun oleh senyawa dasar untuk

kepentingan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, juga

sejumlah senyawa tertentu yang akan diuji.

4. Cara Pembuatan Media

Garis besar pembuatan media yang tersusun atas beberapa bahan

adalah sebagai berikut :

a) Mencampur bahan-bahan: bahan-bahan yang dilarutkan dalam air

suling. Kemudian dipanaskan dalam pemanas air supaya larutannya

homogeny.

b) Menyaring: beberapa jenis media kadang-kadang perlu disaring,

dan sebagai penyaringan dapat digunakan kertas saring, kapas atau

kain. Untuk media agar atau gelatin penyaringan harus dilakukan

dalam keadaan panas.

c) Menentukan dan mengatur pH: penentuan pH media dapat

dilakukan dengan menggunakan kertas pH, pH meter atau dengan

komparator blok. Pengaturan pH media dapat dilakukan dengan

penambahan asam atau basa (organik atau anorganik).

d) Memasukkan media ke dalam tempat tertentu: sebelum

disterilakan, media dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

Erlenmeyer atau wadah lain yang bersih, kemudian dibungkus

kertas sampul (kertas perkamen) supaya tidak basah sewaktu

disterilkan.

Page 25: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

20

e) Sterilisasi: pada umumnya sterilisasi media dilakukan dengan uap

panas di dalam autoclave, pada suhu 121oC selama 15-30 menit

(Sutedjo,1996).

D. Sterilisasi

1. Definisi Sterilisasi

Steril merupakan keadaan dimana alat-alat yang digunakan sudah

terbebas dari bakteri yang mengkontaminasi. Sedangkan sterilisasi

adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal

ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,

virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi

biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau

menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh

atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi

tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari

asam nukleat, protein atau membran mikroorganisme tersebut. Agen

kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2006).

2. Proses Sterilisasi

a) Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab

Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau

sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan

menggunakan air jenuh basah dapat digunakan untuk mensterilkan

bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (misalnya minyak) dan

tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara

110oC dan 121

oC. Bahan-bahan yang biasanya disterilkan dengan

cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling,

peralatan laboratorium, biakan yang dibuang, medium yang

tercemar, dan bahan-bahan dari karet.

Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan

sterilisasi basah:

1) Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus

dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator.

Page 26: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

21

2) Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena

itu tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur

agar udara tidak terperangkap di dasarnya.

3) Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus

permeabel terhadap uap.

4) Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus

mencapai 121oC dan dipertahankan setinggi itu selama 15

menit (Ratna, 1993).

b) Sterilisasi kering

Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat

diterapkan dengan cara pemanasan langung sampai merah,

melayangkan di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi dengan

udara panas (oven). Pemanasan kering sering digunakan dalam

sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium. Dalam sterilisasi panas

kering, bahan yang sering disterilkan adalah pipet, tabung reaksi,

cawan petri dari kaca, dan barang-barang pecah belah lainnya.

Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara

membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah

tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven

(Ratna,1993).

Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering ini

terlebih dahulu membungkus alat-alat gelas dengan kertas payung

atau aluminium foil, setelah itu atur pengatur suhu oven menjadi

160oC dan alat disterilkan selama 2 jam.

Berikut adalah tabel daftar suhu dan waktu yang biasa

digunakan untuk sterilisasi panas kering dengan oven:

c) Sterilisasi uap

Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk

uap mengalir. Metode ini mempunyai keterbatasan. Penggunaan

uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk

mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk

Page 27: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

22

larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal

tumbuh di bawah kondisi ini, karena bentuk vegetatif dari

kebanyakan bakteri tidak membentuk spora.

Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada

bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya, suatu

perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh

semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan

spora. Untuk meyakinkan penghancuran spora, dilakukan sterilisasi

bertingkat. Proses ii dilakukan dengan waktu yang bervariasi, dari

20-60 menit setiap hari selama 3 hari. Setiap hari setelah sterilisasi

bahan disimpan pada inkubator pada 37oC. Prinsip dari metode ini

adalah pada saat pemaparan pertama, uap membunuh bakteri

vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan pada

inkubator atau pada suhu ruangan selama 24 jam, spora akan

tumbuh ke dalam bentuk vegetatif. Spora yang telah tumbuh ini

akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari

proses ini tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk

vegetatif selama masa istirahat (Ratna,1993).

d) Penyaringan (filtrasi)

Penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan

medium laboratorium dan larutan yang dapat mengalami kerusakan

jika dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45 mikron

atau kurang akan menghilangkan jasad renik yang terdapat di

dalam larutan tersebut. Penyaring yang banyak digunakan terbuat

dari gelas sinter, selulsa dan asbestos atau penyaring Seitz. Pori-

pori dari penyaring tersebut berkiras antara 0,22 sampai 10 mikron.

Pori-pori yang lebih kasar biasanya digunakan untuk penjernihan

sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak

terjadi penyumbatan. Penyaring yang biasa digunakan untuk

bakteri tidak dapat menahan atau menyaring virus atau

mikoplasma.Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan

Page 28: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

23

cara ini adalah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin, bakteri,

medium sintetik tertentu, dan antibiotik. Pori-pori yang lebih kasar

biasanya digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-

pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi penyumbatan

(Ratna,1993). Ada beberapa macam filter, yaitu:

1) Filter Swinny

Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai

adaptor khusus yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan

layer dan pencuci. Keutamaan untuk digunakan filter swinny

dibungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian yang dipotong

dihubungkan pada spoit werlock dan cairan dimasukkan ke

potongan asbes dengan menggunakan tekanan pada sal spoit.

2) Filter Fritted-Glass

Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan

ukurannya. Setelah potongan dibentuk, potongan disegel

dengan pemanasan di dalam gelas pirex seperti corong

buhcner.

3) Filter Berkefeld dan Mandler

Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan

kalium sulfat. Berkefeld juga tersusun dari tanah silika murni.

Masing-masing filter bermuatan negatif.

4) Filter Selas

Filter ini secara kimia bersifat resisten terhadap semua

larutan yang tidak menyerang silika.

5) Filter Candles-Pasteur-Chamberland

Terbuat dari bahan pori porselen tak berkaca dengan pori

kecil yang menghasilkan filtrasi lambat (Sumarsih 2003).

Page 29: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

24

e) Sterilisasi dengan desinfektan

Desinfektan adalah zat yang dapat membunuh bakteri.

Senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai esinfektan antara

lain: larutan AgNO3, CuSO4, HgCl2, ZnO, serta alkohol dan

campurannya. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat

pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam, logam, fenol,

dan senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida, yodium,

alkohol, klor, zat warna, detergen, sulfonamida, dan antibiotik.

Umumnya bakteri yang muda kurang daya tahannya terhadap

desinfektan daripada bakteri yang tua. Kepekatan, konsentrasi dan

lamanya berada di bawah pengaruh desinfetan merupkan faktor-

faktor yang berperan dalam sterilisasi jenis ini (Agus, 2006).

f) Sterilisasi gas

Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap

untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Beberapa bahan

kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilena

oksida, asam parasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin.

Cara ini diterapkan pada suhu kamar selama 2-18 jam tergantung

pada bahan kimianya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dapat

sterilisasi gas antara lain:

1) Lamanya waktu yang diperlukan sesudah perlakuan untuk

menghilangkan semua sisa bahan kimia yang digunakan.

2) Daya bahan bakar yang bersangkutan.

3) Persyaratan peralatan.

4) Biaya pelaksanaan (Agus, 2006).

g) Sterilisasi dengan radiasi

Sterilisasi dengan radiasi dapat dilakukan dengan sinar

gamma (sinar UV kadang juga digunakan tetapi tidak begitu baik

karena daya tembusnya lemah) namun penggunaannya terbatas

karena menuntut persyaratan keamanan dan biaya tinggi (Agus

dkk, 2006).

Page 30: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

25

3. Metode Sterilisasi

a) Metode sterilisasi fisika

Metode sterilisasi fisika terdiri dari metode sterilisasi panas

(panas kering dan panas lembab), metode radiasi, dan metode

mekanik (filtrasi).

1) Metode sterilisasi panas

Metode ini merupakan metode yang melibatkan pemanasan

dan paling sering dipergunakan. Metode sterilisasi ini

digunakan untuk bahan yang tahan panas. Proses sterilisasi

panas terdiri dari 3 tahap yaitu :

a) Tahap pemanasan (heating stage): Peningkatan temperatur

bahan yang akan disterilisasi.

b) Tahap sterilisasi (holding stage): Waktu yang diperlukan

untuk proses sterilisasi.

c) Tahap pendinginan (cooling stage): Waktu yang diperlukan

untuk penurunan temperatur bahan yang disterilisasi.

Metode ini dibagi menjadi 2 yaitu:

a) Metode Sterilisasi Panas Kering

Metode sterilisasi panas kering merupakan metode

sterilisasi dengan menggunakan panas tanpa kelembaban

pada temperatur 160-180oC yang biasanya digunakan untuk

bahan yang sensitif terhadap lembab. Metode ini

merupakan metode yang paling dapat dipercaya dan banyak

dipergunakan. Sterilisasi ini berfungsi untuk mematikan

organisme dengan cara mengoksidasi komponen sel

ataupun mendenaturasi enzim. Metode ini tidak dapat

digunakan untuk bahan yang terbuat dari karet atau plastik,

waktu sterilisasinya lama (sekitar 2-3 jam), dan berdaya

penetrasi rendah.

Page 31: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

26

Metode sterilisasi kering ini tidak memerlukan air

sehingga tidak ada uap air yang membasahi alat atau bahan

yang disterilkan. Ada dua metode sterilisasi panas kering,

yaitu dengan insinerasi (incineration) yaitu pembakaran

dengan menggunakan api dari Bunsen dengan temperatur

sekitar 350oC dan dengan udara panas oven yang lebih

sederhana serta murah dengan temperatur sekitar 160-

170oC.

b) Metode Sterilisasi Panas Basah

Sterilisasi panas basah dilakukan dengan cara

perebusan menggunakan air mendidih 100oC selama 10

menit efektif untuk sel-sel vegetatif dan spora eukariot,

namun tidak efektif untuk endospora bakteri. Tingkat

sterilisasi panas basah pada temperatur kurang dari 100oC

tergantung pada temperatur dan atau waktu sterilisasi,

endospora bakteri umumnya resisten terdapat sterilisasi

cara ini. Sterilisasi panas basah menggunakan temperatur di

atas 100oC dilakukan dengan uap yaitu menggunakan

autoklaf, alat serupa pressure cooker dengan pengatur

tekanan dan klep pengaman.

Prinsip autoklaf adalah terjadinya koagulasi yang

lebih cepat dalam keadaan basah dibandingkan keadaan

kering. Proses sterilisasi dengan autoklaf ini dapat

membunuh mikroorganisme dengan cara mendenaturasi

atau mengkoagulasi protein pada enzim dan membran sel

mikroorganisme. Proses ini juga dapat membunuh

endospora bakteri. Terdapat 3 tipe autoklaf, yaitu protable

bench top, gravity displacement, dan multicycle porous-

load.

Page 32: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

27

2) Metode Sterilisasi Penyaringan

Metode sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk

bahan yang sensitif terhadap panas, misalnya enzim. Pada

proses ini digunakan membran filter yang terbuat dari selulosa

asetat. Kerugian prosedur ini adalah biaya yang mahal serta

filter yang mudah mampat akibat filtrat tertinggal pada

saringan sehingga harus sering diganti. Kerugian yang lain

adalah meskipun memiliki pori-pori yang halus, membran

filter tidak dapat digunakan untuk menyaring virus.

3) Metode Sterilisasi Radiasi

Metode sterilisasi dengan menggunakan radiasi dilakukan

dengan menggunakan sinar UV ataupun dengan metode

ionisasi. Sinar UV dengan panjang gelombang 260 nm

memiliki daya penetrasi yang rendah sehingga tidak

mematikan mikroorganisme namun dapat mempenetrasi gelas

air dan substansi lain.

b) Metode Sterilisasi Kimia

Metode sterilisasi kimia dilakukan untuk bahan-bahan yang

rusak bila disterilkan pada suhu tinggi (misalnya bahan-bahan dari

plastik). Kekuatan agen antimikroba kimiawi diklasifikasikan

sebagai kategori tingkat tinggi karena efektif terhadap seluruh

bentuk kehidupan termasuk endospora bakteri. Agen dengan

kategori sedang didefinisikan sebagai tuberkuloisidal karena

mampu membunuh Mycobacterium tuberculosis dan umumnya

efektif terhadap banyak virus yang resisten seperti halnya virus

hepatitis dan rhinovirus, namun tidak efektif terhadap endospora

bakteri. Agen dengan kategori rendah tidak bersifat tuberkuloisidal,

tidak efektif terhadap endospora bakteri dan berbagai spora fungi,

serta tidak aktif terhadap naked virus.

Page 33: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

28

Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan

menggunakan gas atau radiasi. Beberapa bahan kimia yang dapat

digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilen oksida, gas

formaldehid, asam parasetat dan glutaraldehid alkalin. Sterilisasi

kimia dapat juga dilakukan dengan penggunaan cairan disinfektan

berupa senyawa aldehid, hipoklorit, fenolik, dan alcohol (Pratiwi,

2006).

E. Disinfektan

1. Definisi Disinfektan

Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk

mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh jasad renik

(bakterisid), terutama pada benda mati. Proses desinfeksi dapat

menghilangkan 60%-90% jasad renik. Desinfektan digunakan secara

luas untuk sanitasi baik di rumah tangga, laboratorium, dan rumah

sakit (Shaffer, 1965; Larson, 2013).

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah

terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan

virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme

atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh

mikroorganisme pada benda mati.

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit

dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi

kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme

patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin

dikerjakan, meliputi penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme

patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya

mikroorganisme tersebut.

Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat

untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum

luas, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH,

temperatur, dan kelembaban, tidak toksik pada hewan dan manusia,

Page 34: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

29

tidak bersifat korosif, bersifat biodegradable, memiliki kemampuan

menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda,

stabil, mudah digunakan, dan ekonomis (Siswandono, 1995; Butcher

and Ulaeto, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yang

digunakan untuk membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi

populasi jasad renik, konsentrasi zat antimikroba, lama paparan,

temperatur, dan lingkungan sekitar (Pratiwi, 2008). Sehingga merusak

membran sel, mendenaturasi protein, dan menghambat enzim. Pada

kadar optimal, senyawa ammonium kuartener menyebabkan sel

mengalami lisis sedangkan pada kadar yang lebih tinggi, terjadi

denaturasi protein enzim bakteri (Siswandono, 1995; Stevens, 2011).

2. Jenis Disinfektan

a) Chlorin

Chlorin banyak di gunakan dalam pengelolaan air bersih

dan air lmbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidant.

Chlorine di gunakan untuk mengunakan rasa dan warna pada

pengelolaan air bersih. Adapun macam-macam chlorine antara

lain:

1) Anorganik cholaramine

2) Organic cholaramine

3) Cholorine di oksida

b) Ozone

Ozone bersifat larut d dalam air dan mudah berkomposisi

pada temperature dan PH tinggi. Karena sifat terakhir ini, maka

harus disiapkan / dibuat sesaat sebelum digunakan. Ozone

merupakan oksidator kuat dan bereaksi dengan cepat dengan

hamper semua zat organik dan anorganik. Meskipun demikian,

pengecualian terjadi bagi ion cholorida karena karena tidak

bereaksi dengan ozone atau ammonia yang hanya sedikit bereaksi

dengan ozone.

Page 35: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

30

Sifat ozone yang bereaksi dengan cepat menyebabkan

persitensinya di dalam air hanya sebentar saja. Dengan demikian

desinfektan ini kurang efekti bila dimasudkan untuk menjaga

kualtas air yang terkontaminasi di jaringan distribusi.

Ozone sanagat tidak stabil di da;am air serta mempunyai

waktu paru sebesar 40 menit ada PH 7,6 dan suhu 14,6oC. pada

suhu udara bebas, diperkirakan waktu luruhnya hanya sekitar 20

menit kemampuan ozone untuk membunuh mikrorganisme.

c) Yodine dan bromine

Sudah sejak lama lodine di gunakan sebagai antiseptic pada

luka yang kita derita. Meskipun pengunaannya sebagai desinfektan

tidak / kurang popular saat ini. seperti hanya cholorine dan

bromine, penggunaan lodine memerlukan memerlukan biaya yang

lebih besar. Aktivitas lodine dan dalam membinaskan bakteri dan

cyste sangat tergantu pada PH. Akan membinasakan virus dan

lodine lebih efektif daripada chloride dan bromine.

Bromine merupakan bakteri dan virusida yang efektif. Pada

kehadiran ammonia di dalam air, bromine masih lebih efektif bila

dibandingkan dengan chlorine. Sebagi cystesida, asam

hypobromous masih tetap aktif pada PH > 9.

3. Macam-Macam Disinfektan

a) Garam Logam Berat

Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak

dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, yang

disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan

suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah

merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula

mahal harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa

menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan.

Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom,

metafen atau mertiolat.

Page 36: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

31

b) Zat Perwarna

Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai

daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap

bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah

dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna

tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan

protein atau mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet

Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang

digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau

cemerlang.

c) Klor dan senyawa klor

Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum.

persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium merupakan

desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan

dan minum.

d) Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis

Larutan fenol 2–4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau

kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah

desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih

banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain.

Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang

mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan

menjadi menarik.

e) Kresol

Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja

fenol tetapi juga beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol.

Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak

dirusak oleh adanya bahan organik. Namun, agen ini menimbulkan

iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu

digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu

Page 37: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

32

persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada

kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.

f) Alkohol

Sementara etil alohol mungkin yang paling biasa digunakan,

isoprofil dan benzyl alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa

digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai pengawet).

g) Formaldehida

Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan

sebagai gas. Agen ini sangat efektif di daerah tertutup sebagai

bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%,

formaldehida dikenal sebgai formalin.

h) Etilen Oksida

Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan

agen pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif.

Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida yang

berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan

melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup

rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial

untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka

tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti

drum dan, setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan

pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.

i) Hidogen Peroksida

Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena

kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi

sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang

dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.

Page 38: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

33

j) Betapropiolakton

Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen

oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak

jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri

vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton

dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk

menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak

terdapat betapropiolakton yang tersisa.

k) Senyawa Amonium Kuaterner

Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat

subtituennya mengandung karbon, terikat secara kovalen pada

atom nitrogen. Senyawa–senyawa ini bakteriostatis atau

bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada

umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap

organisme gram-positif daripada organisme gram-negatif.

l) Sabun dan Detergen

Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan;yaitu

menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting

karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring

dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian.

m) Sulfonamida

Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan

yang mengandung belerang sebagai penghambat pertumbuhan

bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama

bangsa kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu

tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus

sangat peka terhadap sulfonamide.

n) Antibiotik

Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh

mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun

mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.

Page 39: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

34

4. Ciri-Ciri Disinfektan

Ciri-ciri desinfektan yang ideal yaitu :

a) Aktivitas antimicrobial

Kemampuan subtansi untuk mematikan berbagai macam

mikroorganisme.

b) Kelarutan

Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-

pelarut lain sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat

digunakan secara efektif.

c) Stabilitas

Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan

beberapa lama harus seminimal mungkin dan tidak boleh

menghilangkan sifat antimikrobialnya.

d) Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup

Bahwa substansi tersebut harus bersifat letal bagi mikroogranisme

Page 40: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

35

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengenalan Alat Laboratorium

Peralatan dalam suatu laboratorium pada dasarnya terdiri dari

peralatan gelas seperti pipet, labu ukur, gelas beker dan sebagainya,

dan peralatan instrument seperti mikroskop, timbangan pemanas dan

lain sebagainya.

2. Cara Penggunaan Mikroskop

Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda yang

berukuran mikroskopik yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata.

3. Pembuatan Media

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang

terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu

mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak pada media

tersebut.

4. Sterilisasi

Sterilisasi adalah upaya pembunuhan atau penghancuran semua

bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui

proses fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatan sebagai tindakan

untuk membunuh kuman patagen atau apatogen serta spora yang

terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus,

stoom, menggunakan panas tinggi atau bahan kimia.

5. Disinfektan

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah

terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan

virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme

atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh

mikroorganisme pada benda mati.

Page 41: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

36

B. Saran

Sebaiknya didalam pelaksanaan praktikum ini waktu yang

digunakan dengan baik agar praktikum berjalan sesuai dengan yang

diinginkan. Dan juga praktikan harus berhati-hati pada dalam saat

pelaksanaan praktikum, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Page 42: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

37

DAFTAR PUSTAKA

Abercombie, M. I993. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga.

Anonim. 2010. Laporan Praktikum Uji Sensitifitas. http://www.hasilbudaya.com

Anonim. 2011, Metode Sterilisasi. http://rgmaisyah.wordpress.com/ metode-

sterilisasi/, Diakses 18 Maret 2012.

Campbell, N.A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarata: Erlangga.

Goldsten, Philip. 2004. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 10 Edisi 11. PT Ikrar

Mandiri Abadi. Jakarta.

Hakim, J. 2008. Tanah Dan Sabun Tanah Sebagai Bahan Antimikroba Terhadap

Air Liur Anjing. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Bogor.

Hastowo, Sugyo. 1992. Mikrobiologi. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

James Agalloco. 2008. Validation of Pharmaceutical Processes (electronic

version). USA : Informa Healthcare Inc.

Khaeruni, Andi dan Vit Neru Satrah. 2017. Penuntun Praktikum Mikrobiologi

Pangan. Universitas Halu Oleo. Kendari.

Kusnada. Dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung: Jica.

Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan. 1986. Penterjemah , Ratna Siri Hadioetomo dkk.

Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga.Bandung.

Ramona, Y., R. Kawuri, I.B.G Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum

Mikrobiologi Umum Program Studi Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi

Jurusan Biologi F. MIPA UNUD. Bukit Jimbaran.

Page 43: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

38

Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Gajah Mada University

Press: Yogyakarta.

Sudaryanto. 1998. Mikrobiologi Dasar. Gramedia. Jakarta.

Sutedjo, M. 1996. Mikrobiologi Tanah. Rhineka Cipta. Jakarta.

Sutrisno, E,T. Nurminabari, I,S. 2012. Penuntun Pratikum Kimia

Dasar. Universitas Pasundan : Bandung.

Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat,

Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta : PT. Gramedia. h. 488-

490.

Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikulum Biologi Dasar. Jurusan Biologi

FMIPA UNM. Makassar.

Volk dan Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi KelimaJilid I. Erlangga.

Jakarta.

W. Lay. 1992. Mikrobiologi. Bogor: CV. Raja Wali.

Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang.

Malang.

Winatasasmita, D. 1986. Fisiologi Hewan dan Tumbuhan. Universitas Indonesia.

Jakarta.

Page 44: MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III

39

Formulir Penilaian Praktik Mandiri Biomedik III

No.

Aspek yang Dinilai

Bobot

Nilai

YA

TIDAK

1. Pengenalan Alat Laboratorium 20

2. Cara Penggunaan Mikroskop 20

3. Pembuatan Media 20

4. Sterilisasi 20

5. Disinfektan 20

Jumlah 100