modul_2 proses kominusi

18
Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 1 MODUL – 2 K O M I N U S I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah kominusi berasal dari kata Latin “comminuere” artinya mengecilkan. Kominusi merupakan proses reduksi ukuran partikel suatu bahan galian sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan dalam penggunaannya ataupun sebagai syarat dalam melakukan proses lanjutan. Selain pegolahan mineral, aplikasi kominusi juga banyak digunakan dalam bidang teknik sipil seperti pada pabrik pemecah batu yang menghasilkan agregat sebagai bahan campuran beton dan aspal. B. Ruang Lingkup Isi Lingkup kajian dalam modul ini meliputi : dasar-dasar proses kominusi, tahapan dan peralatan (tipe-tipe alat peremuk dan penggerus ), hubungan tertutup, dan sirkit reduksi ukuran. C. Kaitan Modul Modul ini sangat erat kaitannya dengan Modul-3. Dalam sirkit tertutup proses kominusi selalu disertai dengan sizing atau klasifikasi. D. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memiliki kemampuan dalam : 1. Menjelaskan proses peremukan dan penggerusan 2. Membedakan tipe-tipe peralatan peremukan dan penggerusan 3. Menghitung neraca bahan pada sirkit reduksi ukuran BAB II. PEMBELAJARAN A. Proses Kominusi Reduksi ukuran (kominusi) merupakan tahap yang sangat penting dalam pengolahan bahan galian, yang bertujuan :

Upload: oby-obby

Post on 09-Aug-2015

1.150 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 1

MODUL – 2

K O M I N U S I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Istilah kominusi berasal dari kata Latin “comminuere” artinya mengecilkan.

Kominusi merupakan proses reduksi ukuran partikel suatu bahan galian sedemikian rupa

sehingga memenuhi persyaratan dalam penggunaannya ataupun sebagai syarat dalam

melakukan proses lanjutan. Selain pegolahan mineral, aplikasi kominusi juga banyak

digunakan dalam bidang teknik sipil seperti pada pabrik pemecah batu yang menghasilkan

agregat sebagai bahan campuran beton dan aspal.

B. Ruang Lingkup Isi

Lingkup kajian dalam modul ini meliputi : dasar-dasar proses kominusi, tahapan dan

peralatan (tipe-tipe alat peremuk dan penggerus ), hubungan tertutup, dan sirkit reduksi

ukuran.

C. Kaitan Modul

Modul ini sangat erat kaitannya dengan Modul-3. Dalam sirkit tertutup proses

kominusi selalu disertai dengan sizing atau klasifikasi.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memiliki kemampuan

dalam :

1. Menjelaskan proses peremukan dan penggerusan

2. Membedakan tipe-tipe peralatan peremukan dan penggerusan

3. Menghitung neraca bahan pada sirkit reduksi ukuran

BAB II. PEMBELAJARAN A. Proses Kominusi

Reduksi ukuran (kominusi) merupakan tahap yang sangat penting dalam pengolahan

bahan galian, yang bertujuan :

Page 2: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 2

1) Menghasilkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan (ukuran maupun bentuk).

2) Membebaskan mineral berharga dari pengotor.

3) Memperbesar luas permukaan, sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat

berlangsung dengan lebih baik.

Peralatan kominusi banyak macam dan ragamnya, dan aplikasinya tergantung pada

keadaan bahan galian. Secara umum, kemampuan aplikasi alat kominusi dapat dilihat pada

Gambar 2. 1. Kominusi ada dua macam, yaitu :

1) Peremukan (crushing)

2) Penghalusan/Penggerusan (grinding)

Kominusi, baik peremukan maupun penghalusan, masing-masing dapat dibagi dalam tahap-

tahap :

- Primary - Secondary - Tertiary - Kadang-kadang quaternary

Gam

bar 2

. 1 K

emam

puan

Apl

ikas

i Ala

t Kom

inus

i

Page 3: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 3

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kominusi :

1) Ukuran bijih dari tambang.

Biasanya ukuran bijih dari tambang dalam bentuk bongkah sehingga berkaitan erat

dengan pemilihan primary crusher dan proses screening.

2) Keadaan bijih, pada bijih yang lengket akan mempengaruhi pemilihan mill/crusher.

3) Kesediaan air, hal ini penting khususnya untuk proses basah.

4) Proses-proses berikutnya basah atau kering

5) Korosi pada lining (bahan pelapis pada dinding dalam mill).

6) Reaksi antara material dengan air.

B. Peremukan ( Crushing )

Peremukan (crushing) adalah proses reduksi ukuran dari bijih yang berukuran kasar

(sekitar 1 m) menjadi ukuran sampai kira-kira 25 mm. Seperti telah disebutkan terdahulu,

dalam reduksi ukuran terdapat tahap-tahap primary crushing, secondary crushing, tertiary

crushing dan bahkan quaternary crushing.

B.1 Peralatan

Peralatan crushing (crusher) yang sering dipakai antara lain :

1) Jaw crusher 2) Gyratory crusher 3) Cone crusher 4) Roll crusher

5) Rotary breaker 6) Impact crusher 7) Hammer mill

Peralatan-peralatan tersebut dapat dilihat pada gambar-gambar 2. 4 sampai 2. 12 berikut ini.

Gambar 2. 2 Skematik dari suatu peremuk rahang (Jaw Crusher)

Page 4: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 4

Gambar 2. 3 Skematik jaw crusher tipe togel tunggal

Gambar 2. 4 Skematik Jaw Crusher Tipe Dodge

Page 5: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 5

Gambar 2. 5

Allis-Chalmers A-1 crusher (doble-togle) Keterangan : (1) crushing chamber, (2) fixed jaw plate, (3) interchangable swing jaw plates, (4) protective wear plates, (5) swing jaw deflection plate, (6) swing jaw shaft, (7) swing jaw, (8) balanced flwheels (one driven), (9) anti-friction bearings, (10) steel cast and welded pitman, (11) shields over pitman toggle seats, (12) hydraulic setting control, (13) setting shims, (14) frame side plate, (15) toggle ends and seats, (16) bolt tension springs, (17) cap nuts, (18) cruher discharge, (19) manganese check plates, (20) ribbed front and back, (21) expansion joint

Page 6: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 6

Gambar 2. 6

Hydraulic-Supported Short-Shaft Gyratory Crusher (Allis-Chalmers) Keterangan : (1) top shel l, (2) bottom shell, (3) concaves, (4) mantle, (5) main shaft, (6) spider, (7) spider cap, (8) two-piece head nut, (9) eccentric, (10) pinion-shaft bearings, (11) hydraulic - support piston

Page 7: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 7

Gambar 2. 7 Ilustrasi proses peremukan pada Cone Crusher

Gambar 2.8 Peremuk Cone yang diproduksi oleh SHIBANG, China.

Page 8: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 8

Gambar 2. 9 Kenampakan suatu Hammer Crusher (A), dan Impact Crusher (B)

Gambar 2. 10

Double-Rotor Impact Crusher

A B

Page 9: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 9

Gambar 2. 11

Rotary Breaker

Gambar 2. 12

Pennsylvania Nonreversible Hammer Mill

Page 10: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 10

B. 2 Opening dari Crusher

Opening dari jaw crusher dinyatakan sebagai width (lebar) x gape. Sementara itu

opening gyratory crusher dinyatakan sebagai gape x diameter dari mantel. Untuk cone

crusher, opening = diameter dari feed opening (kira-kira 2 x gape). Pengertian masing-

masing istilah dapat dilihat pada Gambar 2.11 berikut ini.

Gambar 2. 11 Skematik Bagian-Bagian Dari :

(a) Jaw crusher (b) Gyratory crusher

B. 3 Nisbah Reduksi (Reduction Ratio)

Nisbah reduksi (NR) didefinisikan sebagai perbandingan antara ukuran umpan

terhadap ukuran produk.

B. 4 Kapasitas

Kapasitas suatu crusher tergantung pada beberapa faktor :

- Kekerasan bijih, berat jenis

- Lubang bukaan

- Keadaan bijih

produkUkuranumpanUkuranNR

=

Page 11: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 11

Kapasitas kecepatan putar

Bila kecepatan rendah: kapasitas dapat diperbesar karena tersedia cukup waktu

bagi partikel jatuh secara gravitasi.

Pada kecepatan yang tinggi: kurang waktu bagi partikel untuk jatuh

Kecepatan Kritis (Nc)

Nc = 47 5,0

X.RR1RR⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ − rpm

dimana RR = reduction ratio = (gape/set)

X = throw (m)

Operating Speed (Nop)

Nop = 280 EXP ( -0,212 G3 ) rpm

dimana G = gape setting (m).

Kapasitas juga tergatung pada :

- Operating speed - Closed setting

- Open setting - Gape

Kapasitas maksimum pada beberapa crusher dapat digambarkan secara grafis seperti

yang terlihat pada Gambar 2. 13 berikut ini.

Gambar 2. 13 Kapasitas Maksimum Berbagai Jenis Crusher

(a) Blake (double toggle) crusher (b) Overhead eccentric (single toggle) crusher (c) Gyratory crusher (d) Cone crusher

Page 12: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 12

C. Penghalusan/Penggerusan (Grinding)

Grinding adalah proses reduksi ukuran dari bijih yang berukuran halus (sekitar 25

mm). Sama halnya seperti pada crushing, dalam grinding juga dikenal tahap-tahap primary,

secondary, dan tertiary. Di dalam proses grinding, dibutuhkan media untuk menggerus

bijih yang disebut media penggerusan.

C. 1 Media Penggerusan

Media penggerusan yang dipakai dalam proses penggerusan antara lain :

1) Bola-bola baja atau keramik

2) Batang-batang baja

3) Tanpa media: autogenous mill

4) SAG (Semi Autogenous Mill)

C. 2 Muatan Mill

Volume beban untuk mill dapat diperkirakan dari rumus empiris :

% volume = 113 - 126 DH

di mana H = jarak antara bagian atas dalam terhadap beban

D = diameter dalam mill

Overflow dari mill harus lebih kecil dari 45% dari beban, untuk mencegah keluarnya

bola-bola baja. Lama kelamaan bola baja akan aus (terkikis), sehingga perlu penambahan

bola baja baru secara periodik. Saat penambahan harus ditentukan dengan tepat karena

distribusi ukuran bola baja sangat mempengaruhi ukuran produk yang dihasilkan.

C. 3 Kecepatan Kritis (Nc)

Kecepatan kritis adalah kecepatan di atas mana bola-bola baja akan "melekat" pada liner.

Kecepatan kritis secara empiris dirumuskan sebagai berikut :

Nc = Dm

3,42

Page 13: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 13

dimana Dm = diameter dalam (m)

Nc = kecepatan kritis (rpm)

Ball mill biasanya bekerja pada 85 % dari kecepatan kritisnya sedangkan rod mill bekerja

pada 50-55% dari kecepatan kritisnya.

C. 4 Mekanisme Penggerusan

Gaya-gaya yang bekerja dalam proses penggerusan dapat diperlihatkan pada Gambar

2.14 untuk satu bola. Pada titik 1, gaya tumbuk bola terhadap dinding mill merupakan

komponen gaya berat normal ditambah gaya sentrifugal. Selanjutnya gaya total mencapai

maksimum pada titik 2 dan kembali ke harga awal pada titik 3. Selama perjalanan menuju

titik 4, gaya total semakin turun dan pada titik 4 mencapai minimum dimana komponen

gaya berat sama dengan gaya sentrifugal.

Gambar 2. 14 Gaya Yang Bekerja Dalam Ball Mill

Page 14: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 14

Jika mill dimuati bola-bola dengan muatan normal (kondisi operasi), situasinya akan

sedikit berbeda sebagaimana terlihat pada Gambar 2. 15. Seperti tampak pada gambar

tersebut, zona A merupakan daerah penggerusan, bola-bola berguling satu dengan yang lain

menyebabkan bijih hancur atau pecah. Pada zona B bola-bola bergerak menjauhi dinding

dan segera berbalik dengan cepat menyebabkan aksi penggerusan yang paling hebat. Zona

C merupakan daerah kecil dimana gaya impak lebih banyak bekerja (efek cataracting)

sehingga material yang diperoleh tidak terlalu halus.

Gambar 2.15 Penggerusan Dalam Ball Mill

C. 5 Peralatan

Peralatan grinding biasanya dibedakan berdasarkan media penggerusnya, misalnya :

1) Ball mill, media penggerusnya berupa bola-bola baja atau keramik.

2) Rod mill, media penggerusnya berupa batang-batang baja.

3) Autogenous mill, media penggerusnya berupa bijihnya sendiri.

4) Semi Autogenous Mill (SAG), media penggerusnya sebagian adalah bijihnya sendiri.

Contoh-contoh peralatan tersebut dan jenis jenis liner yang melapisi dinding mill

dapat dilihat pada Gambar 2. 16 dan Gambar 2. 17 berikut ini.

Page 15: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 15

Gambar 2. 16 Ball Mill (kiri) dan Rod Mill (kanan)

Gambar 2. 17 Kenampakan SAG Mill dan Ball Mill pada suatu konsentrator

Page 16: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 16

C. 6 Penggerusan Bertahap (Stage Grinding)

Tujuan penggerusan bertahap, yaitu :

- untuk mencegah over grinding

- agar proses berlangsung lebih efisien

Keterangan : UF = underflow OF = overflow

Gambar 2. 18

Penggerusan Bertahap Secara Skematik

C. 7 Closed Circuit (Hubungan Tertutup)

Hubungan tertutup ball mill - classifier ada dua macam, seperti pada Gambar 2.19 dan 2.20

berikut ini.

(1)

Gambar 2. 19

Hubungan Tertutup Ball Mill - Classifier Jenis (1)

Page 17: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 17

(2)

Gambar 2. 20

Hubungan Tertutup Ball Mill - Classifier Jenis (2)

C. 8 Sirkit Reduksi Ukuran

Pada dasarnya ada tiga sirkit dasar reduksi ukuran, sebagaimana diperlihatkan pada

Gambar 2. 21 sampai Gambar 2. 23.

Gambar 2. 21 Sirkit Reduksi Ukuran - Konvensional

Gambar 2. 22 Sirkit Reduksi Ukuran - Autogenous

Page 18: Modul_2 Proses Kominusi

Modul-2 : Pengolahan Bahan Galian -2. 18

Gambar 2. 23

Sirkit Reduksi Ukuran-Autogenous Dengan Grinding

Ukuran Halus Yang Terpisah

BAB III. PENUTUP

Pada bagian penutup ini akan diberikan kuis yang dikerjakan selama 10 menit. Tugas

kelompok juga akan diberikan yaitu pembuatan makalah tentang teknologi kominusi.

Soal-soal :

1. Jelaskan perbedaan mekanisme kerja antara peremukan dan penggerusan.

2. Sebutkan keuntungan dan kerugian dalam operasi peremukan dan penggerusan

dengan cara basah dan kering.

3. Gambarkan skema suatu jaw crusher dan sebutkan bagian-bagiannya.

Tugas Kelompok : • Tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang. Bahan makalah dapat dicari pada internet.

• Buat makalah tentang kominusi setebal 10 halaman, pilih salah satu topik dari alat

tersebut.

• Hasil makalah itu akan dipresentasikan pada sesi ”Colaborative Learning”

DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.shibang.com 2. Kelly, E.G & Spottiwood, D.J., 1982., “Introduction to Mineral Processing”., John

Wiley & Sons, New York. 3. Priyor, E.J, 1965., “Mineral Processing”., Elsevier, Amsterdam