modulkompensatoris bab i,2,3,4,5 editan 10 januari]

1010
??>þÿ uwþÿÿÿjklmnopqrstÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ?[ ?¿Cbjbj¬? DRΐΐ¦LPÿÿÿÿÿÿ·??""·$·$·$ÿÿÿÿ???8%(

Upload: asril

Post on 01-Jan-2016

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

>uwjklmnopqrst[CbjbjDRLP""$$$$$$8%($#090:s0s0s0>&>>tvvvvvv$5$A;>AA""s0s0dAw"s0$s0tAtFx#ds0PvD0$2, =bSulit mengoperasikan hitungan/bilangan csering salah membilang dengan urut dSering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8 dan sebagainya eSulit membedakan bangun geometri9Anak AutisaKesulitan mengenal dan merespon dengan emosi dan isyarat sosial bTidak bisa menunjukkan perbedaan ekspresi muka secara jelas cKurang memiliki perasaan dan empatid ekspresi emosi yang kaku eSering menunjukkan perilaku dan meledak-ledaKfMenunjukkan perilaku yang bersifat stereotip gSulit untuk diajak berkomunikasi secara verbalhCevderung menyendiri iSering mengabaikan situasi disekelilingnya(Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2004)B. ASESMEN 1. Definisi Asesmen Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut (Lerner, 2003). Asesmen merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam menetapkan kemampuan awal, memilih strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik anak, melakukan modifikasi perilaku, serta melakukan penilaian secara tepat keberhasilan dan kegagalan program pendidikan individual yang kita terapkan. Dengan demikian asesmen merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan bagi ABK.Macam-Macam AsesmenAsesmen secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, (1) asesmen akademik, dan (2) asesmen perkembangan (developmental), dan asesmen perilaku.Asesmen Akademik. Asesmen akademik berkaitan dengan upaya mengukur capaian prestasi belajar anak (seperti keterampilan membaca, menulis dan berhitung). Asesmen akademik meliputi asesmen keterampilan membaca, asesmen keterampilan menulis dan asesmen keterampilan berhitung/matematika. Asesmen keterampilan membaca adalah proses melakukan pengukuran terhadap keterampilan seseorang siswa dalam melakukan aktivitas membaca baik membaca teknis maupun pemahaman sebagai bagian dari upaya menyusun program dan intervensi pembelajaran. Asesmen keterampilan membaca adalah proses melakukan pengukuran terhadap keterampilan seseorang siswa dalam melakukan aktivitas membaca baik membaca teknis maupun pemahaman sebagai bagian dari upaya menyusun program dan intervensi pembelajaran. Sementara asesmen keterampilan menulis adalah suatu proses pengukuran terhadap siswa dalam melakukan aktivitas menulis berkaitan dengan hambatan yang dialami dalam melakukan aktivitas menulis. Sedangakan asesmen matematika adalah proses pengukuran terhadap keterampilan matematika untuk memperoleh data tentang penguasaan keterampilan kuantitatif maupun kualitatif.Asesmen Perkembangan.Asesmen perkembangan mengutamakan aspek-aspek yang berkaitan dengan keterampilan prasarat yang diperlukan untuk keberhasilan bidang akademik. Aspek perkembangan berkaitan dengan hambatan atau kesulitan yang mereka hadapi ktika mereka belajar. Aspek-aspek tersebut meliputi: (1) gangguan motorik, (2) gangguan persepsi, (3) gangguan atensi/perhatian, (4) gangguan memori, (5) hambatan dalam orientasi ruang, arah/spatial, (6) hambatan dalam perkembangan bahasa, (7) hambatan dalam pembentukan konsep, dan (8) mengalami masalah dalam perilaku. 3. Instrumen Asesmen Untuk dapat mengembangkan instrumen asesmen, ada beberapa prosedur atau strategi yang dapat dipilih. Prosedur atau strategi tersebut biasanya dikenal dengan istilah teknik pengukuran informal dan formal. Diantaranya adalah observasi, analisa sampel kerja, analisa tugas, infentory informal, daftar chek, rating scale, wawancara atau kuesioner.Observasi Observasi adalah suatu strategi pengukuran dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku khusus dari anak didik, termasuk didalamnya : keterampilan sosial dan akademik, kebiasaan belajar, maupun keterampilan menolong diri sendiri. Ada tiga teknik observasi yang biasanya digunakan : (1) teknik event recording, mengamati sesuatu berdasarkan frekuensi kejadiannya, misalnya, berapa kali Tono berpindah tempat duduk setiap jam pelajaran, (2) teknik duration recording mengamati perilaku berdasarkan lamanya kejadian, misal berapa lama Bambang tertidur di dalam kelas selama 6 hari berturut-turut. (3) teknik interval time sample recording, teknik mengamati perilaku yang bersifat continuous berdasarkan interval waktu kejadiannya. Agar observasi dapat efisien dan akurat, perlu diperhatikan hal-hal berikut (1) tentukan dulu perilaku yang akan diamati, (2) perilaku tersebut harus dapat diamati dan diukur, (3) tentukan waktu dan tempat pengamatan, (4) pastikan tersedia form catatan kejadian yang digunakan, (5) cara pengukuran.Analisa Sampel Kerja Merupakan jenis pengukuran informal dengan menggunakan sampel pekerjaan siswa, misalnya hasil tes, karangan, karya seni, respon lisan. Ada beberapa tipe analisa sampel kerja (1) analisa kesalahan dari suatu pekerjaan atau tugas, (2) analisa respon, baik respon yang salah maupun yang benar.Analisa TugasAnalisa tugas lebih banyak digunakan untuk pengukuran maupun perencanaan pengajaran. Analisa tugas adalah merupakan proses pemisahan, pengurutan dan penguraian semua komponen penting dari sebuah tugas. Misal tugas menyetlika baju dapat diamati dari tahapan-tahapan yang dilakukan anak.Infentori InformalBiasanya digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam bidang akademik. Meskipun demikian dapat juga digunakan untuk mengukur aspek-aspek non akademik, seperti kebiasan, perilaku sosial, dll. Infentori informal memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sifatnya lebih umum, seperti sejauh mana kemampuan membaca siswa?. Dari pertanyaan umum ini dijabarkan ke dalam beberapa bagian yang dapat diuji, seperti dalam pengenalan kata atau pemahaman bacaan. Daftar Cek (Check List)Biasanya digunakan untuk meneliti suatu daftar sifat dengan cepat. Misalnya perilaku di dalam kelas atau patokan-patokan perkembangan. Daftar Cek dapat juga untuk mengetahui apa yang sudah dicapai masa lalu, kinerja siswa di luar sekolah, kurikulum yang sudah dicapai, dsb.Skala Penilaian (Rating Scales)Memungkinkan diperolehnya informasi tentang opini dan penilaian, bukan laporan perilaku yang dapat diamati. Misalnya sikap terhadap suatu obyek, persepsi anak mengenai pengasuhan orangtua, konsep diri anak, dll. Wawancara dan KuesionerKuesioner biasanya berupa instrumen tertulis, sedangkan wawancara dilakukan secara lisan. Keduanya dapat disusun berstruktur secara sistematis atau secara terbuka. Wawancara dan kuesioner merupakan salah satu teknik asesmen yang cukup tepat untuk menghimpun informasi seseorang, termasuk informasi masa lalu, seperti pangalaman masa kecil, kebiasaan di rumah, sejarah perkembangan anak, dsb.

4. Prosedur AsesmenMelalui pendekatan formal atau informal, asesmen dapat dilakukan secara klasikal untuk menjaring siswa-siswa mana saja yang mengalami hambatan baik perkembangan, akademik ataupun perilaku. Bagi siswa yang terjaring secara klasikal, kemudian dilanjutkan dengan asesmen individual. Melalui asesmen individual siswa dapat dikategorikan ke dalam salah satu dari tiga kategori : mandiri (independent), bmbingan, atau frustrasi. Secara umum asesmen dapat dilakukan guru dengan menggunakan format yang fleksibel. Berikut merupakan contoh format yang dapat digunakan untuk menilai perilaku siswa. Contoh Format AsesmenSkala Penilaian Perilaku AnakAspek Perilaku yang akan diukurSKKCBSBPEMAHAMAN AUDITORIS :kemampuan mengikuti perintahpemahaman mengikuti diskusi dalam kelasdst.BAHASA UJARAN:kemampuan mengekspresikan pikirankemampuan memahami perbendaharaan katakemampuan menghafal kataORIENTASI :ketepatan waktuorientasi ruangpemahaman tentang arah, dstPERILAKU :kemampuan bekerjasamakemampuan memusatkan perhatiandst.(dikutip dengan modifikasi dari Abdurahman, 2001.

DISKUSIKAN PERTANYAAN-PERTANYAAN BERIKUT:

Apa perbedaan dan persamaan antara identifikasi dan asesmen? Mengapa perlu dilakukan identfikasi dan asesmen bagi anak berkebutuhan khusus dalam seting pendidikan ?

Siapa yang harus melakukan identifikasi dan asesmen?

Aspek-aspek apa saja yang digali dalam melakukan identifikasi dan asesmen?

Rumuskan format asesmen yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran individual untuk anak berkebutuhan khusus.

BAB IIIPENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ABK

KECENDERUNGAN PENDIDIKAN ABK DI DUNIAPerhatian dunia terhadap anak-anak penyandang cacat (anak berkebutuhan khusus istilah sekarang) mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sejak tahun 1970-an, di Eropa perubahan radikal telah terjadi di bidang pendidikan luar biasa. Layanan pendidikan luar biasa (pendidikan khusus istilah sekarang) diperluas mencakup tidak hanya di sekolah khusus tetapi juga di semua sekolah umum, anak usia pra-sekolah, remaja, sekolah menengah dan orang dewasa yang berkebutuhan pendidikan khusus (Befring dan Tangen, 2001). Meskipun pendidikan luar biasa telah cukup lama digunakan dalam melayani anak berkelainan, namun baru pada abad 20 dipelajari sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri. PENDIDIKAN KHUSUS SEBAGAI DISIPLIN ILMUPendidikan khusus sebagai disiplin ilmu merupakan bidang yang kompleks karena bersifat multidisipliner, dan oleh karena itu diperlukan kolaborasi dengan disiplin ilmu lain. Disiplin ilmu yang terkait dengan pendidikan khusus (PK) meliputi pedagogik, psikologi, kedokteran dan sosiologi yang membentuk area of congruence dengan fokus kajiannya sangat khas yaitu hambatan belajar (barier to learning), hambatan perkembangan (barrier to development), dan kebutuhan khusus pendidikan (special needs education), baik yang sifatnya temporer maupun permanen, dan bukan fokus kepada kecacatan. Istilah pendidikan khusus dalam dunia internasional dikenal dengan berbagai sebutan, seperti Special Education, Special Needs Education, Supportive Education, dan Individually Adjusted Education (Johnsen dan Skjorten, 2003). Pendidikan khusus (PLB) dalam konteks ini sering hanya ditargetkan pada anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dan/atau jenis ketunaan yang lain. Penyediaan pendidikan semacam ini tidak selalu memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Di banyak negara, anak yang mempunyai kesulitan khusus dalam berbahasa, membaca, menulis dan/atau matematika, serta yang mengalami gangguan emosi, perilaku maupun Attention Deficit & Hyperactivities Disorder (ADHD) tidak terlayani secara baik. Program yang diberikan biasanya dalam bentuk-bentuk pengajaran remedial (Johnsen dan Skjorten, 2003).Sebagai sebuah disiplin ilmu, pendidikan khusus secara aksiologis memiliki nilai-nilai dan norma kebenaran yang ditegakkan dalam etika profesi dengan empat fungsi utama yaitu : Fungsi prevensi, untuk mencegah agar hambatan belajar, hambatan pekembangan termasuk disabilities yang disandang oleh seorang individu tidak berdampak lebih luas pada aspek perkembangan sosial dan emosi (coping dengan konsdisi yang ada)Fungsi intervensi, menangani hambatan yang dimiliki agar potensi yang dimiliki dapat berkembang optimal Fungsi kompensatoris, mengalihkan fungsi yang hilang kepada fungsi lain yang masih dimiliki, sehingga penyandang cacat memiliki fasilitas pengganti agar tetap hidup dengan berkualitas (Johnsen dan Skjorten, 2003).Fungsi perbaikan dan pengembangan, yaitu membantu peserta didik dalam memperbaiki (habilitasi dan rehabilitasi) serta menemukan dan mengembangkan potensi, kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak, baik kognitif, afektif, psikomotorik, bakat dan kreativitas, keterampilan maupun kecakapan khusus lain, sehingga dapat menunjang kehidupannya di masyarakat. PENDIDIKAN KHUSUS DI INDONESIAPendidikan khusus di Indonesia mengalami perubahan kecenderungan yang sangat signifikan dalam dekade terakhir, sebagian dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan khusus di dunia. Layanan bagi peserta didik berkebutuhan khusus berkembang dari sistem yang sepenuhnya segregatif menuju sistem yang lebih integratif.

PENDIDIKAN SEGREGASIPendidikan segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/A (untuk anak tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C (untuk anak tunagrahita), SLB/D (untuk anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak tunalaras), dan lain-lain. Satuan pendidikan khusus (SLB) terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan sosial anak kurang luas karena lingkungan pergaulan yang terbatas.

PENDIDIKAN TERPADUPendidikan terpadu merupakan salah satu bentuk inovasi PLB di Indonesia yang dikembangkan sekitar tahun 1984 sampai sekitar tahun 1990 an. Program pendidikan tepadu pada awalnya hanya diperuntukkan pada anak-anak tunanetra yang diikutkan belajar di sekolah-sekolah reguler bersama dengan anak normal pada umumnya. Dalam perkembangannya pendidikan terpadu juga diperuntukkan bagi jenis kelainan lain. Secara filosofis penyelenggaraan pendidikan terpadu tidak menghendaki adanya perubahan sistem yang berlaku di sekolah reguler. Dalam praktiknya, anak-anak luar biasalah yang harus menyesuaikan sistem dan tuntutan yang ada di sekolah reguler. Pendidikan terpadu dalam praktik banyak kelemahan dan tetap dipandang sebagai diskriminatif dan kurang humanis.

PENDIDIKAN INKLUSIFPengertianAinscow (2003) memaknai pendidikan inklusif sebagai upaya terus menerus untuk menemukan cara mengatasi hambatan yang dihadapi anak berkebutuhan khuss dalam belajar bersama dengan anak lain pada umumnya. Hal ini dikuatkan ahli lain yang berpendapat bahwa pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya (Sapon-Shevin dalam Sunardi, 1996) Sekolah inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil. Semangat penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa diskriminasi.

2. Falsafah pendidikan inklusifSecara umum falsafah inklusi adalah mewujudkan suatu kehidupan yang ramah tidak diskriminatif dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Falsafah pendidikan inklusif adalah upaya mewujudkan sekolah yang ramah dalam pembelajaran.Sekolah ramah adalah pendidikan yang menghargai hak dasar manusiaSekolah ramah adalah pendidikan yang memperhatikan kebutuhan individualSekolah ramah berarti menerima keanekaragamanSekolah ramah berarti tidak deskriminatifSekolah ramah menghindari labelisasiImplikasi manajerial pendidikan inklusifSecara garis besar implikasi manajerila pendidikan inklusif adalah sebagai berikut :1). Sekolah reguler menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan.Sekolah reguler harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual.Guru di kelas reguler harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.Guru pada sekolah inklusif dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Guru pada sekolah inklusif dituntut melibatkan orangtua secara bermakna dalam proses pendidikan.

Pro dan kontra pendidikan inklusif Sebagai inovasi baru, pro dan kontra pendidikan inklusif masih terjadi dengan alasan masing-masing. Sebagai negara yang ikut dalam berbagai konvensi dunia, Indonesia harus merespon secara proaktif terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan inklusif. Salah satunya adalah dengan cara memahami secara kritis tentang pro dan kontra pendidikan inklusif.Pro Pendidikan InklusifBelum ada bukti empirik yang kuat bahwa SLB merupakan satu-satunya sistem terbaik untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus.Beaya penyelenggaraan SLB jauh lebih mahal dibanding dengan dengan sekolah regular.Banyak anak berkebutuhan khusus yang tinggal di daerah-daerah tidak dapat bersekolah di SLB karena jauh dan/atau biaya yang tidak terjangkau.SLB (terutama yang berasrama) merupakan sekolah yang memisahkan anak dari kehidupan sosial yang nyata. Sedangkan sekolah inklusif lebih menyatukan anak dengan kehidupan nyata.Banyak bukti di sekolah reguler terdapat anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan layanan yang sesuai.Penyelenggaraan SLB berimplikasi adanya labelisasi anak cacat yang dapat menimbulkan stigma sepanjang hayat. Orangtua tidak mau ke SLB.Melalui pendidikan inklusif akan terjadi proses edukasi kepada masyarakat agar menghargai adanya perbedaan.

Kontra Pendidikan InklusifPeraturan perundangan memberikan kesempatan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus.Hasil penelitian masih menghendaki berbagai alternatif pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.Banyak orangtua yang anaknya tidak ingin bersekolah di sekolah reguler.Banyak sekolah reguler yang belum siap menyelenggarakan pendidikan inklusif karena menyangkut sumberdaya yang terbatas.Sekolah khusus/SLB dianggap lebih efektif karena diikuti anak yang sejenis.

Tujuan Pendidikan InklusifPendidikan inklusif di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan :Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak (termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya.Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolahMenciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaranMemenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Ps. 32 ayat 1 yang berbunyi setiap warga negara negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat 2 yang berbunyi setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. UU no. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Ps. 5 ayat 1 yang berbunyi setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, khususnya Ps. 51 yang berbunyi anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikana kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.

Landasan Pendidikan InklusifLandasan FilosofisLandasan ini didasarkan atas pandangan dan penilaian negara, agama, maupun masyrakat terhadap keberadaan individu sebagai ciptaan Tuhan. Bangsa Indonesia dengan bhineka tunggal ika menghargai keragaman dalam etnik, dialek, adat istiadat, keyakinan, tradisi, dan budaya merupakan kekayaan bangsa yang tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pandangan Agama (khususnya Islam) antara lain ditegaskan bahwa : (1) manusia dilahirkan dalam keadaan suci, (2) kemuliaan seseorang di hadapan Tuhan (Allah) bukan karena fisik tetapi taqwanya, (3) manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling silaturahmi (inklusif).Pandangan universal Hak azasi manusia, menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak kesehatan, hak pekerjaan.

Landasan YuridisUUD 1945 (Amandemen) Ps. 31 : (1) berbunyi Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat (2) Setiaap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ps. 5 Ayat (2) : Warganegara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Ayat (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus..Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 380/C.C6/MN/2003 tanggal 20 Januari 2003 Perihal Pendidikan Inklusif : menyelenggarakan dan mengembangkan di setiap Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya 4 (empat) sekolah yang terdiri dari : SD, SMP, SMA, dan SMK. Demikian juga dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 70 tahun 2009 pasal 2 ayat 1 Pendidikan inklusif bertujuan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Landasan EmpirisDeklarasi Hak Asasi Manusia, 1948 (Declaration of Human Rights), Konvensi Hak Anak, 1989 (Convention on the Rights of the Child), Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua, 1990 (World Conference on Education for All), Resolusi PBB nomor 48/96 tahun 1993 tentang Persamaan Kesempatan bagi Orang Berkelainan (the standard rules on the equalization of opportunities for persons with disabilities)Pernyataan Salamanca tentang Pendidikan Inklusi, 1994 (The Salamanca Statement on Inclusive Education), Komitmen Dakar mengenai Pendidikan untuk Semua, 2000 (The Dakar Commitment on Education for All), dan Deklarasi Bandung (2004) dengan komitmen Indonesia menuju pendidikan inklusif,Rekomendasi Bukittinggi (2005), bahwa pendidikan yang inklusif dan ramah terhadap anak seyogyanya dipandang sebagai:Sebuah pendekatan terhadap peningkatankualitas sekolah secara menyeluruh yang akan menjamin bahwa strategi nasional untuk pendidikan untuk semua adalah benar-benar untuk semua;Sebuah kontribusi terhadap pengembangan masyarakat yang menghargai dan menghormati perbedaan individu semua warga negara.

LATIHAN

Diskusikan dalam kelompok, untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai bab yang baru saja kita pelajari.

Alasan diselenggarakan pendidikan bagi ABK secara segregatif (Hasil diskusi menghasilkan rumusan sekurang-kurangnya mencakup alasan filosofis, alasan pedagogis, alasan psikologis, alasan yuridis dan alasan kebijakan nasional atau internasional)Alasan diselenggarakan pendidikan bagi ABK secara integratif (Terpadu). Hasil diskusi menghasilkan rumusan sekurang-kurangnya mencakup alasan filosofis, alasan pedagogis, alasan psikologis, alasan yuridis dan alasan kebijakan nasional atau internasional.Alasan diselenggarakan pendidikan bagi ABK secara inklusif. Hasil diskusi menghasilkan rumusan sekurang-kurangnya mencakup alasan filosofis, alasan pedagogis, alasan psikologis, alasan yuridis dan alasan kebijakan nasional atau internasional.

BAB IV JENIS-JENIS LAYANAN KOMPENSATORIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. ORIENTASI DAN MOBILITAS1. PendahuluanOrientasi dan mobilitas (OM) merupakan program khusus bagi anak berkebutuhan khusus tunanetra atau gangguan penglihatan. Sebagaimana diketahui bahwa penglihatan merupakan salah satu sarana untuk perkembangan mental manusia. Dengan penglihatan yang baik, manusia dapat melaksanakan semua kegiatan dengan lancar. Dengan hilangnya atau rusaknya penglihatan akan sangat berpengaruh terhadap penampilan, gangguan pendidikan dan gangguan kehidupan sosial.Pengaruh secara langsung gangguan tersebut dapat kita lihat pada mobilitas, motorik dan koordinasi gerak. Apabila seorang tunanetra berada di tempat yang baru dikenalnya, maka mereka harus mengadakan orientasi pada tempat mereka berada. Hilangnya penglihatan atau kurang berfungsinya indera penglihatan seseorang menyebabkan kurang maksimalnya informasi yang diterima. Untuk mengoptimalkan penerimaan informasi bagi seorang tunanetra yang masih ada sisa penglihatannya perlu diberikan alat bantu untuk memperjelas obyek yang diterimanya. Kemampuan gerak seorang tunanetra juga terbatas. Oleh karena itu di sekolah diterapkan pendidikan Orientasi dan mobilitas. Program khusus OM ini diperlukan anak tunanetra/gangguan penglihatan agar mereka mampu mengenali lingkungan, bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dan melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa harus memiliki ketergantungan yang besar pada orang lain.Sebagai contoh seorang anak berkebutuhan khusus tuna netra masuk ke suatu ruangan, ia berhenti di muka pintu, kemudian anak mendengar suara-suara di ruang lain, maka ia mengarahkan diri ke arah suara di ruangan lain itu. Perpindahan anak tersebut dari ruangan yang satu ke ruangan yang lain berdasarkan pada aktivitas orientasi yang telah dilakukan sebelumnya.2. TujuanAdapun tujuan dari pada program O&M adalah agar anak berkebutuhan khusus tunanetra mampu mengenali lingkungan baik yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal dengan baik, dapat bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, serta untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara efektif dan aman, tanpa memiliki ketergantungan yang besar kepada orang lain.3. Konsep RuangKesadaran akan ruang meliputi pembentukan konsep-konsep yang berhubungan dengan posisi, lokasi, arah, dan jarak. Pengenalan ini sangat penting bagi anak berkebutuhan khusus tunanetra karena untuk perkembangan interaksi dengan lingkungannya.B. MEMBACA DAN MENULIS BRAILLEHuruf Braille disusun terdiri dari enam titik timbul dengan posisi vertikal dan dua titik horizontal (seperti pola kartu domino). Titik itmbul itu diberi nama nomor urut 1-2-3, 4-5-6. Huruf Braille antara menulis dan membaca memiliki cara berkebalikan. Menulis huruf Braille tidak dapat langsung dapat dibaca seperti menulis huruf cetak. Cara menulisnya dari arah kiri dengan membuat tusukan pada reglet kemudian untuk membacanya kertas dibalik dibaca dari arah kiri ke kanan.Posisi huruf baca (positif)Posisi huruf tulis reglet (negatif) SHAPE \* MERGEFORMAT Dari posisi titik timbul tersebut disusun huruf alphabetik sebagai berikut:Huruf Baca

ABcDEfghIJABcDEfghIJKLmNOpqrsTKLmNOpqrSTUVxYZWUVxYZW

Huruf TulisJihGFedcbAHejGDifc~`TsrQPonmlK\:w]?[$%_.WzyxvUR!&x#+Cara menulis huruf Braille dengan reglet:Masukkan kertas ke dalam lipatan reglet.Tulis/ tusuk reglet dengan pena/ stylus dengan dari arah kanan ke kiri menggunakan alphabetik huruf negatif/ tulis.Jika telah penuh, maka pindahkan reglet dengan cara:Buka/ lepas regletGeserlah reglet tersebut ke bawahBekas lubang paku reglet bagian bawah menjadi pedoman untuk memasukkan paku/ pengait reglet bagian atas, dst.Untuk membaca, bukalah reglet dan balikanlah kertas hasil tulisan tersebut dan bacalah dari kiri ke kanan.

C. BINA KOMUNIKASI, PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA1. PendahuluanKomunikasi adalah pengiriman pesan atau informasi dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Komunikasi informasi dapat disampaikan menggunakan berbagai cara seperti tanda atau isarat jari, gerak-gerak tubuh, bendera, peluit, dan bunyi-bunyian (termasuk menggunakan suara atau bahasa). Secara umum komunikasi dikelompokkan menjadi lambang verbal dan lambang non verbal. Agar komunikasi dapat efektif ada 4 komponen yang harus berfungsi dengan baik, yaitu : (1). Suara (2). Artikulasi (3). Kelancaran (4). Kemampuan berbahasa. Jika salah satu dari komponen tersebut tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan terjadinya gangguan komunikasi (Edja Sajaah, 2005). Ada dua macam gangguan komunikasi, yaitu : (a) gangguan wicara atau tunawicara (speech disorder), dan (b) gangguan bahasa (language disorder). Di Indonesia gangguan komunikasi dikenal dengan istilah tunawicara. Terdiri dari tiga macam yaitu gangguan suara, gangguan artikulasi dan gangguan kelancaran bicara. Jika salah satu dari gangguan tersebut mengalami hambatan maka anak mengalami gangguan komunikasi. Gangguan wicara tercakup didalamnya, meliputi : a. Gangguan Wicara Pada DisaudiaYaitu merupakan kesulitan-kesulitan atau kesalahan dalam penempatan titik-titik artikulasi dan cara memproduksinya yang disebabkan karena adanya gangguan pendengaran (tunarungu). b. Gangguan Wicara Pada DislogiaYaitu kesulitan atau kesalahan wicara yang disebabkan kemampuan mental intelektual di bawah rata-rata (tunagrahita). Anak ini mampu memproduksi simbol-simbol bunyi bahasa tetapi tidak memahami maknanya. Mereka juga kesulitan memproduksi bunyi bahasa yang memerlukan koordinasi otot yang kompleks, misalnya : konsonan pr, tr dan sebagainya.c. Gangguan Wicara Pada DisglosiaYaitu kesulitan atau kesalahan dalam memproduksi simbol-simbol bunyi bahasa yang selanjutnya dirangkaikan menjadi kata dan kalimat, disebabkan adanya kerusakan pada sistem akustik atau kesalahan bentuk organ artikulasi yang sebagian besar bersifat bawaan. Misalnya : celah bibir, celah langit-langit, rahang atas dan rahang bawah tidak harmonis. d. Gangguan Wicara Pada DisartriaMerupakan kesulitan dalam memproduksi symbol-simbol bunyi bahasa, disebabkan adanya perusakan sistem neuromuskular. Perusakan saraf dapat bersifat sentral (kerusakan diotak) dan diluar otak. Yaitu adanya kelumpuhan saraf dan ototnya. Gangguan ini juga dipersulit adanya gagguan sistem pernafasan. Ada dua macam disartria yaitu : (a). disartria perkembangan, misalnya : akibat CP. dan (b). disartria yang didapat, misalnya : cidera otak akibat kecalakaan. Cirinya tempo wicara lambat, terputus-putus, tidak/ kurang berirama.e. Gangguan Wicara Pada DislaliaKesulitan atau kesalahan dalam memproduksi simbol-simbol bunyi bahasa yang disebabkan oleh kesalahan dalam belajar, kesalahan meniru dan kebiasaan yang salah dan menetap.

2. BatasanBina komunikasi khususnya bina bicara merupakan suatu upaya untuk tindakan, baik untuk perbaikan, upaya koreksi maupun upaya pelurusan dalam pengucapan bunyi-bunyi bahasa dalam rangkaian kata-kata agar dapat dimengerti oleh orang yang mengajar/diajak bicara.Jadi bina bicara merupakan pemeriksaan dan pengobatan secara khusus terhadap penyandang gangguan bahasa dan gangguan suara. Tindakan itu dimulai sejak pengumpulan data, pemeriksaan sampai dengan terapinya.3. TujuanTujuan bina wicara untuk tunarungu adalah untuk (a) meletakkan dasar ucapan yang benar, (b) mampu membentuk bunyi bahasa (vokal dan konsonal) dengan benar, (c) menanamkan pemahaman bahwa bunyi/suara yang diproduksi melalui alat biaara harus mempunyai makna, (d) mampu mengoreksi ucapannya yang salah, (e) mampu membedakan ucapan yang satu dengan yang lain, serta (f) dapat memfungsikan alat-alat bicara yang kaku sehingga anak dapat berbicara secara wajar (baik).4. Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan IramaMengajar dan membina bicara yang tepat serta mengevaluasinya dengan baik merupakan suatu proses dengan urutan dari 4 tingkatan keterampilan yang berkelanjutan (Daniel Ling, dalam Edja Sadjaah, 2005), yaitu integrasi dari tingkatan pengembangan kemampuan phonologic dan phonetic anak dan pemberian penguatan untuk produksi suara dengan pola-pola bahasa yang tepat atau benar. Keempat sasaran tingkah laku yang dimaksud adalah bagaimana memproduksi konsonan depan dan bagaimana cara membedakan produksi suaranya sebaik mungkin serta bagaimana guru melatih pengucapan vowels yang baik.Tingkatan mengajar phonologic dan phonetic adalah:Menyuarakan bunyi yang disukai, artinya bunyi yang ia miliki dan mampu menyuarakannya.Mulai dengan dasar-dasar pola suprasegmental, yaitu komponen (bagian) bahasa, bunyi bahasa yang terjadi karena getaran pita suara. Kemudian membentuk suku kata oleh tekanan subglottal (bagian celah suara), terjadinya penyesuaian larink dan oleh kerjanya pantulan sistim suara (vocal tract) dan duration, yaitu terjadinya keharmonisan antara suara, intonasi, tekanan, irama.Mengenalkan semua bunyi diftong (bunyi rangkap), seperti bunyi au dalam kata baur, harimau, kacau balau, dsb. Juga mengenalkan semua vokal dengan pengaturan bunyi (voice control). Misal pengucapan au dalam kata harimau akan dikenal apabila diucapkan pelan-pelan dan sebaliknya apabila diucapkan cepat maka posisi lidah akan bisa berubah sehingga pendengar merasakan adanya penyimpangan suara. Dalam pengucapan bunyi rangkap tadi, tekanan posisi lidah harus sesuai dengan sasaran.Pengembangan sesegera mungkin kegiatan latihan vokal. Bunyi vokal diucapkan apabila kesesuaian bunyi sudah di seleksi atau disaring oleh sistem suara yang digetarkan oleh pita suara, seperti tampak pada vokal u, a dan i. Selaras dihasilkan oleh larink dan dihasilkan oleh pengiring bunyi sebagai hasil saringan dalam sistim suara. Pengiring dimaksudkan sebagai kekuatan yang dihasilkan vokal lainnya. Hal ini harus dilatihkan sebagai lanjutan dari latihan sebelumnya.Bahwa kemampuan berbahasa dapat diperoleh melalui aspek-aspek keterampilan sebagai berikut (Edja Sadjaah, 2005): (1) keterampilan menyimak/ mendengarkan (listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca (reading skill), dan keterampilan menulis. Oleh karena itu membina kemampuan berbahasa anak tunarungu dapat dilakukan dengan mengkombinasikan ke empat keterampilan tersebut.

5. Metode Bina BicaraAda beberapa metode dalam membina kemampuan biacara anak tunarungu, diantaranya:Metode kata lembaga atau metode per kata atau metode global kata, yang disajikan kepada anak adalah bahan (materi) kata-kata yang tujuannya agar anak mampu mengucapkan keseluruhan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata. Penyajiannya dapat bervariasi, misalnya dengan mengelompokkan kata benda, kata kerja, dsb. Sebaiknya dimulai dari kata yang sudah dikenal anak, misalnya ibu, bapak.Metode suara ujaran (fonem) atau speech sound method yaitu mengajarkan serentetan fonem (bunyi bahasa) bukan secara alfabetisnya, namun dari bunyi-bunyi bahasa. Jadi bukan dari a, be, ce namun suara artikulasi bunyi bahasa. Sebelum pelaksanaan proses bina bicara, anak dilatih dulu untuk melenturkan otot-otot alat bicara (rahang, mulut, gigi, lidah), juga latihan vokal ataupun suku kata. Contoh latihannya:Latihan gerakan bibir dengan cara latihan membuka dan menutup bibir/mulut, membundarkan bibir, meniup harmonika/bola pingpong, membentuk bunyi r yang panjang berrrr dengan bibir, membentuk bunyi mmmmm, membentuk bunyi-bunyi vokal, membentuk bunyi papapapa dsb.Latihan gerak rahang: membuka dan menutup mulut, rahang digerakkan ke kiri dan ke kanan, emnguap, dengan mulut terbuka dan tertutup, mengunyah dengan mulut tertutup. Tujuannya agar otot-otot rahang menjaadi kaku.Latihan gerak lidah: mulut terbuka, lidah ke luar masuk mulut, menjilat bibir atas dan bibir bawah, ujung lidah ditekan pada gigi atas dan gigi bawah, lidah dilingkar-lingkarkan, dsb.Latihan langit-langit lembut (velum) menguap dengan mulut terbuka, meniup dengan kuat, dsb.Di samping latihan penguatan otot-otot alat bicara, juga latihan pernafasan. Adapun latihannya adalah:Latihan menghemat nafas. Meniup lilin atau bola pingpong sampai benda-benda itu bergerak-gerak sehingga nafas dirasakan oleh anak, kemudian anak menarik nafas klewat hidung dan mengeluarkan nafas lewat meniup. Anak mengucapkan papapapa atau mamamama, dsb dengan tidak memutuskan nafas.Metode babling. Anak dibina mulai dari kata yang diucapkan dan menekankan latihan ucapan suku kata, irama suara dan latihan kontrol suara. Di samping itu juga latihan kata-kata secara berulang.Misalnya: (1) Latihan pengucapan suku kata tunggal dalam kelompok fonem: a-da, a-pi, i-kan, (2) Latihan pengucapan dua buah suku kata dengan penekanan pada pengucapan suku kata ke dua: a-ku, a-ki, i-bu, a-bu, dsb. (3) Latihan pengucapan dua dua buah suku kata diawali huruf konsonan: pa-ku, pa-pi-paMetode akustik. Metode ini menekankan pengembangan kesensitifan pendengaran untuk keperluan proses bicara. Jadi latihannya dibantu menggunakan alat-alat elektronik seperti radia atau salah satu alat musik. Cara latihannya dapat dengan passive education, ataupun active education.Metode konsentrik. Metode ini menekankan pengembangan biacara anak dengan urutan fonem a, b, c, d, dst yang pada dasarnya dilandasi pemikiran yang berorientasi pada anak normal. Tehnik latihannya:Latihan persiapan dengan imitasi (peniruan), latihan bernafas dan latihan pengucapan bunyi serta artikulasi.Latihan produksi suara/bunyi-bunyian bahasaPenyempurnaan latihan ucapan dan mengoreksi kata-kata yang dianggap belum dikuasai.Metode TVA (taktil, visual, auditori)Metode ini menekankan pendekatan multisensori. Teknik pelaksanaannya menggunakan seluruh sensori (penglihatan, pendengaran, rasa, raba, dsb). Anak-anak dibina di ruang khusus bina bicara, menggunakan bermacam-macam alat bantu atau alat peraga untuk membantu anak mengenal dan memproduksi bunyi-bunyi bahasa.

D. BINADIRIPendahuluanSalah satu jenis anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita atau anak dengan gangguan intelektual rendah. Seorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga faktor, yaitu: (1) keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun. Biasanya dikenal istilah tuna grahita ringan biasanya memiliki IQ 70 55, Tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55 40, Tunagrahita berat biasanya memiliki IQ 40 25, Tunagrahita berat sekali biasanya memiliki IQ $If^>`a$gd!|8$If^8gd8"$If^"gd8$&F $Ifa$gd9ikd$$IflFu"Yt"644lalytEZGCkd$$Ifl4Fu"`Y0"64lalf4ytEZ$$Ifa$gd8$&F4$If^`4a$gd!|$Ifgd8,FGm%+6:TZx~ssssssssssshie:CJOJQJmHsH hDhEZCJOJQJmHsHh!CJOJQJmHsH hDhEZCJOJQJmH!sH! hDh`CJOJQJmHsHhEZCJOJQJmHsHh*kCJOJQJmHsH hEZhEZCJOJQJmHsH hEZh`CJOJQJmHsH%&6Uy$$Ifa$gd78$$Ifa$gdie:$$$If^$a$gdEZ$$Ifa$gd!$&F $Ifa$gd9STsfK>.$&F$Ifa$gd9$If^gd8$&F Z>$If^>`a$gd!|PP$Ifgd8kdA$$Ifl4Fu" Y0"64lalf4ytEZJKLMSFPP$Ifgd8kd$$Ifl4Fu" Y0"64lalf4ytEZ$U$If^Ua$gd8$&F$Ifa$gd9M$U$If^Ua$gd8$&F$Ifa$gd9$Ifgd8$&F Z>$If^>`a$gd!|{|sTG,$&F>$If^>`a$gd!|PP$Ifgd8$&F3>PP$If^>`a$gd!|kd$$Ifl4Fu" Y0"64lalf4ytEZGz{*2~sbN=N.hyhCJaJmH!sH!!h5CJOJQJaJmHsH'hdh!^5CJOJQJaJmHsH!h!^5CJOJQJaJmHsHh!^5OJQJaJhYHI5OJQJaJ$h`h`CJOJQJaJmHsH$hoGuh`CJOJQJaJmH!sH!#hDhEZ5CJOJQJmH!sH! hDhEZCJOJQJmH!sH!0hDhEZB*CJOJQJmHnHphsH!u'hDhEZCJOJQJmHnHsH!u IwGkd$$Ifl4Fu"`Y0"64lalf4ytEZ$&F$If^`a$gd!|W$If^`Wgd8*V$$If^a$gd8$&F$If^`a$gd!|W$If^`Wgd8$&FW$If^`Wa$gd!|8$If^8gd8sfVI.$&F$If^`a$gd!|A$If^Agd8$&F$Ifa$gd98$If^8gd8kdE$$Ifl4Fu" Y0"64lalf4ytEZ?@ABH;8$If^8gd8kd$$Ifl4Fu"Y0"64lalf4ytEZ$H$If^Ha$gd8$&F$If^`a$gd!|Bpq$H$If^Ha$gd8$&F$If^`a$gd!|$&F$If^`a$gd!|A$If^Agd8$&F$Ifa$gd9./hsfVI.$&F$If^`a$gd!|"$If^"gd8$&F$Ifa$gd98$If^8gd8kd$$Ifl4Fu"Y0"64lalf4ytEZhD78$If^8gd8kd~$$Ifl4Fu"Y0"64lalf4ytEZ$hH$If^Ha$gd8$&F$If^`a$gd!|d$hH$If^Ha$gd8$&F$If^`a$gd!|8$If^8gd8$&F$Ifa$gd9EFqsfVI.$&FT$If^`a$gd!|8$If^8gd8$&F$Ifa$gd98$If^8gd8kd:$$Ifl4Fu"Y0"64lalf4ytEZqL?8$If^8gd8kd$$Ifl4Fu"Y0"64lalf4ytEZ$$Ifa$gd8$&FT$If^`a$gd!|J8kd$$Ifl4Fu"Y0"64lalf4ytEZ$"$If^"a$gd8$&F$If^`a$gd!|$&F$Ifa$gd9*2mab$dha$gd$&F_dh^`a$gd$dha$gddhgddhgd!^

!gdVB$!dh^a$gd`gd`2mn:A_aeyz%%%%%'xexe$hdh!^CJOJQJaJmHsH!h5CJOJQJaJmHsH!h5CJOJQJaJmHsH'hdh!^5CJOJQJaJmHsHh5CJOJQJaJmHsHhCJOJQJaJmH!sH!hCJOJQJaJmHsHhyhCJOJQJaJ$hyhCJOJQJaJmH!sH!!brO!6#%%f'''l)/*0*O*t+$,-!-0-.$dh^a$gd!^$dh^`a$gd!^$dha$gd!^$hdh^ha$gdS'$hdh^ha$gd!^$dha$gd!^''0*1*!-"-0022 6!6$6768696=W=X=s=t========@@@vho*CJOJQJaJmHsHhS'CJOJQJaJmHsH!h!^5CJOJQJaJmHsH!h5CJOJQJaJmHsH'hdh!^5CJOJQJaJmHsH!h5CJOJQJaJmHsH$hdh!^CJOJQJaJmHsHhfFCJOJQJaJmHsH*.0002224956 6967D789::HHHHKMVVttdQAh!^CJOJQJaJmHsH$hdh!^CJOJQJaJmHsHhdVCJOJQJaJmHsH!h5CJOJQJaJmHsH'hdh!^5CJOJQJaJmHsH!h5CJOJQJaJmHsHho*CJOJQJaJmHsH$hdh!^CJOJQJaJmHsHho*CJOJQJaJmHsH$hdh!^CJOJQJaJmHsHhCJOJQJaJmHsH2GHH>HHHICJXJJJKKLMMMpNOP$hdh^h`a$gd!^$8dh^8a$gd!^$dh^a$gd!^$hdh^ha$gd!^$dha$gd!^$dh^a$gdP_PPQSSTVVVVVVVVQWWWW$hdh^h`a$gd!^dhgd!^$hXdh^h`Xa$gd!^$hdh^h`a$gd!^$hdh^ha$gd!^$dha$gd!^VVVVXMYNYZYhYYaZuZ\\__)bBb=eVeffkhhllmmmm[pap-s4sztlllllllllVlVlVl*hdh!^56CJOJQJaJmH!sH!$hdh!^CJOJQJaJmH!sH!'hdh!^5CJOJQJaJmH!sH!h!^CJOJQJaJmHsH$hP_h!^CJOJQJaJmHsH$hdh!^CJOJQJaJmHsH'hdh!^5CJOJQJaJmHsH$hdhP_CJOJQJaJmHsHhP_CJOJQJaJmHsH!W;XXNYOYPYQYRYSYTYUYVYWYXYYYZY[YhYYYzdh]^gd!^zdh]gd!^$dha$gdP_$&FQ8hdh^ha$gd!^YYY`ZaZuZZZ?@ABCDEFGHIJLFf$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78Ljklmnopqrstuvwxyz{|~Ffdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78$dh$Ifa$gd78FfHdh$Ifgd78&'()*+,-./01234567$dh$Ifa$gd78Fftdh$Ifgd78789:;?@ABCDEFGHIJKLM^_`Ffdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78Ff`abcdefghijklmnopr$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78Ff$dh$Ifgd78 !"#%PQRSTUVWXYZ[\]^_`abcFf|$dh$Ifa$gd78FfPdh$Ifgd78cdefghijklmnopqrstuvwFfdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd780123456789:;?@ABCDEFFfXdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78Ff,FGHIJKLMNOPQRSTUVWhjlnprtvx$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78xz|~$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78Ff,$dh$Ifa$gd78Ff%dh$Ifgd78*,.02468:@BDFHJLMNOPQRSTFf42dh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78TUVWXYZ[\]^_`aIkdQ?@ABCDEFGHIJKLMNefgFfQXdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78FfQghijklmnopqrstuvwy$dh$Ifa$gd78Ff^dh$Ifgd78!#%')+-/1$dh$Ifa$gd78Ffddh$Ifgd78135789:;?@ABCDEFGHIJKLMFf=q$dh$Ifa$gd78Ffkdh$Ifgd78MOFfowdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78 "$&(*,.$dh$Ifa$gd78Ff}dh$Ifgd78.02468:dh$Ifgd78./1uwy{}Ffdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78Ffj)+-/13579$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd789;=?ACEGIKLNqsuwy{}$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78Ffd$dh$Ifa$gd78Ff2dh$Ifgd78!"$DFHJLNFfdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78NPRTVXZ\^`bdfgi$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78Ff$dh$Ifgd78ACEGIKMOQSUWY[]_acdfgikFfX1dh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78Ff,+kmoqsuwy{}$dh$Ifa$gd78Ff7dh$Ifgd78dh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78Ikdu;$$Ifl#'))644laTpyt78)+-/13579;=?ACEGIKLNxFf[D$dh$Ifa$gd78Ff)>dh$Ifgd78xz|~$dh$Ifa$gd78FfJdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78FfPdh$Ifgd78@Ay{}IkdZ$$Ifl#'))644laTpyt78$dh$Ifa$gd78FfWdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78Ff]dh$Ifgd78!#%')+-/13578:Ffi$dh$Ifa$gd78Ffcdh$Ifgd78:acegikmoqsuwy{}Ffodh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78$dh$If^`a$gd78Ff&vdh$Ifgd7879;=?ACEGIKMOQSUWY$dh$Ifa$gd78Ff2|dh$Ifgd78YZ\Ff`dh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78Ff.!#%')+-/13579;moqsuwy{}$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78}$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78Ff$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78QSUWY[]_acegikmoqstv$dh$Ifa$gd78Ff"dh$Ifgd78$dh$If^`a$gd78$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78>@BDFHJLNPRTVXZ$dh$Ifa$gd78FfJdh$Ifgd78Z\^`acFf$dh$Ifa$gd78Ffvdh$Ifgd78 "$&(*+,.9;=?AFfdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78ACEGIKMOQSUWY[\^$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78!$dh$Ifa$gd78Ff8dh$Ifgd78!#$&JLNPRTVXZ\^`bdfhjlmoFf$dh$Ifa$gd78Ffddh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd7813579;=?ACEGIK$dh$Ifa$gd78Ffdh$Ifgd78KMOQSTVFfj$dh$Ifa$gd78Ff>dh$Ifgd78Ffdh$Ifgd78$dh$Ifa$gd78 "$&(*,.023468:@BDFHJLFfdh$Ifgd78LNPRTVWX$37^7`gd $&Ff7dh^7`a$gd $&Fd0dh`0a$gd$dh^`a$gddhgd$a$gd

!gd!^Ffdh$Ifgd78L[\]eo&(EM$TUqahyh5\aJmHsHhyh\aJmH!sH!hyh\aJhyhaJmH!sH!hyhaJhyh5CJOJQJaJ$hyhCJOJQJaJmH!sH!hyhCJOJQJaJhyhCJaJmH!sH!hyhCJaJmHsH hkhOJQJ^JmH!sH!%rkkkkXQXQhkh$hkhCJOJQJaJmH!sH!hyh*hyh5CJOJQJ\aJmH!sH!hyhaJhyh5CJOJQJaJ'hyh5CJOJQJaJmH!sH!$hyhCJOJQJaJmH!sH!hyhCJOJQJaJhyh5\aJmH!sH!hyh5\aJhyhaJmHsH;/$&F`dh$Ifa$gddh$Ifgdikd$$Iflm 1"\111101"644lalyti"#$%&'dh$Ifgdi$&F`dh$Ifa$gd'(7Y;/$&Fadh$Ifa$gddh$IfgdikdO$$Iflm 1"\111101"644lalytiYdh$Ifgdi$&Fadh$Ifa$gd;/$&Fbdh$Ifa$gddh$Ifgdikd$$Iflm 1"\111101"644lalytidh$Ifgdi$&Fbdh$Ifa$gd;////dh$Ifgdikd$$Iflm 1"\111101"644lalyti/kd$$Iflm 1"\111101"644lalytidh$Ifgdi389:;pqr;3.)gdgddhgdkdO$$Iflm 1"\111101"644lalyti>pqrs~EGH{|}~7{h{X{hXh{hHXhXhhP_CJOJQJaJmHsHh$%CJOJQJaJmHsH$h$%h$%CJOJQJaJmHsH$h$%hP_CJOJQJaJmHsH!h!^5CJOJQJaJmHsH!hP_5CJOJQJaJmHsH!h$%5CJOJQJaJmHsHhkhaJmH!sH!!hkhB*aJmH!phsH!hkhCJaJ*hkh6CJOJQJ]aJmH!sH!rsFG}~789:;?Gfg;cqq$&F!dh^a$gd!|$dh`a$gdL$dhx`a$gdL$&F3kdhx^`ka$gd!|$`a$gdL$&F3kdh^`ka$gd!|

!gdVB

!gd!^

C^pr~.Zq___L$hLhLCJOJQJaJmH!sH!#hLhlY5OJQJ^JmH!sH!hL5OJQJ^JmH!sH!hlY5OJQJ^JmH!sH!&hLhL56OJQJ^JmH!sH!#hLhL5OJQJ^JmH!sH!hLhLCJOJQJaJ$hyahLCJOJQJaJmH!sH!'hyahL6CJOJQJaJmH!sH!'hyahya6CJOJQJaJmH!sH!&dj%D|}}dTE9hLCJOJQJaJhLhLCJOJQJaJhLhL5CJOJQJaJ0hLhLB*CJOJQJ\aJmH!phsH!3hLhL6B*CJOJQJ\aJmH!phsH!0hLhLB*CJOJQJ\aJmH!phI}sH!$hlYhlYCJOJQJaJmH!sH!'hLhL6CJOJQJaJmH!sH!$hLhLCJOJQJaJmH!sH!*hLhL6CJOJQJ]aJmH!sH!%D}~#$7./C|$dha$gdL$dh`a$gd^*$dh^`a$gdL$&F3k^`ka$gd!|$dh`a$gdL$&F3kdh^`ka$gd!|$&F!dh^a$gd!|}~$67Rrst/BCwgwgwWgwgwgwF!h^*5CJOJQJaJmHsHhmCJOJQJaJmHsHh^*CJOJQJaJmHsH$hLhLCJOJQJaJmHsH'hLhL5CJOJQJaJmHsH'hLh^*5CJOJQJaJmHsH$hmhLCJOJQJaJmH!sH!$hLhLCJOJQJaJmH!sH!)hLhLB*OJQJ^JmH!phsH!$hLhmCJOJQJaJmHsHCKNgzbIK678X}nZJZh8h8CJOJQJ\aJ'h8h8CJOJQJ\aJmHsH$hm5CJOJQJ\aJmHsHh8CJOJQJaJmHsHhmCJOJQJaJmHsHhwCJOJQJaJmHsH$h8h8CJOJQJaJmHsHhA>CJOJQJaJmHsH*h8h85CJOJQJ\aJmHsH*h8h85CJOJQJ\aJmH!sH!CN78X;}En7$Gdh^Ga$gdk2$dh^a$gd$&F3kdh^`ka$gd!|$&F'dha$gd9$dha$gd8$dh`a$gd8$&F%@kdh^`ka$gd!|DEno{hhThA-'hwhk5CJOJQJaJmHsH$hwh8CJOJQJaJmHsH'h8h85CJOJQJaJmHsH$h8h8CJOJQJaJmHsHhk2CJOJQJaJmHsH*h8h5CJOJQJ\aJmHsHhCJOJQJaJmHsH*h8h85CJOJQJ\aJmHsHh8h8CJOJQJ\aJ'h8h8CJOJQJ\aJmHsH'h8h8CJOJQJ\aJmHsH7oX$&F$@ dh^` a$gd8$&F$@( dh^(` a$gd!|$dh^a$gd8$&F$Pdh`Pa$gd!|dh^gd8$&Fdha$gd9v@}}}}$&F&dh^a$gd!|$dh^a$gd8$&F&dh^a$gd!|$(dh^(a$gdw$&F( dh^(` a$gd!|$dh^a$gd8$dh^a$gdwQRr{aJ6J6J'h9B*CJOJQJaJmHphsH-h9hJB*CJOJQJaJmHphsH3h9hJ5B*CJOJQJ\aJmHphsHhwCJOJQJaJmHsH*h8h85CJOJQJ\aJmHsH$h8hwCJOJQJaJmHsHh8CJOJQJaJmHsH$h8h8CJOJQJaJmHsH'h8h85CJOJQJaJmHsH'hwhw5CJOJQJaJmHsH^vvv$dh`a$gdJ$&F&*kdh^*`ka$gd!|$dha$gdJ$&F&*kdh^*`ka$gd!|$&F&dh`a$gd!|$dh^a$gdw$&F&dh^a$gd!|r{uoVC.(h9hJ6B*CJOJQJaJph%h9hJB*CJOJQJaJph0h9hJ5B*CJOJQJaJmHphsH-h9hKB*CJOJQJaJmHphsH-h9hUO:B*CJOJQJaJmHphsH-h9hJB*CJOJQJaJmHphsH3h9hJ5B*CJOJQJ\aJmHphsH-h9hJB*CJOJQJaJmHphsH3h9hJ6B*CJOJQJ]aJmHphsH2mE}.//}~s}m}ZG$h\hXdCJOJQJaJmHsH$h\h8CJOJQJaJmHsHhXdCJOJQJaJmHsHhgCJOJQJaJmHsHhg5OJQJaJmHsHh\5OJQJaJmHsH+h9hJ5B*CJOJQJ\aJph(h9hJ6B*CJOJQJaJph%h9hJB*CJOJQJaJph+h9hJ6B*CJOJQJ]aJph6Fg~ts$&F!!kdh^`ka$gd!|$!dha$gdg

!dhgd a$&F#8dhx^a$gd!|$&F(dha$gdJstRrflnstuvt`O;''h hVB5CJOJQJaJmHsH'h hfO5CJOJQJaJmHsH!h'5CJOJQJaJmHsH'h hB5CJOJQJaJmHsHh\CJOJQJaJmHsHh1ICJOJQJaJmHsH$h8h8CJOJQJaJmHsH$h\h1ICJOJQJaJmHsHh8CJOJQJaJmHsH$h8h8CJOJQJaJmHsH$h\h8CJOJQJaJmHsHhXdCJOJQJaJmHsHsfghijklmnv$dh`a$gdB$d`a$gdd]$!a$gdB

!gdVB

!gd+$!dha$gd1I$&F!!kdh^`ka$gd!|vXuubObOaJmHsHh h.aJmHsH$h hCJOJQJaJmHsH'h h(6CJOJQJaJmHsH$h h(CJOJQJaJmHsH$h h.CJOJQJaJmHsH!84(8UgdI{`gdI{$dh^`a$gdI{$dh`a$gdI{$a$gdm^G8`8gd8$7dh`7a$gd`f$7dh`7a$gd7^`7gdm^G$dh`a$gdm^GR(27vx08zpcVC$hGhI{CJOJQJaJmHsHhGhaJmHsHhGhVaJmHsHh8^aJmH!sH!h h(6aJmH!sH!h h.aJmH!sH!h h(aJmH!sH!'h h5CJOJQJaJmH!sH!!h8^5CJOJQJaJmH!sH!$h hcUCJOJQJaJmH!sH!$h hCJOJQJaJmH!sH!$h hCJOJQJaJmHsHUde|}~vdR:.hQ+hI{5CJ(OJQJ\^JaJ(mHsH"hoCJOJQJ^JaJmHsH"hwCJOJQJ^JaJmHsH"hyDCJOJQJ^JaJmHsH"hDCJOJQJ^JaJmHsH"hI{CJOJQJ^JaJmHsH$hDhI{CJOJQJaJmHsHjhI{UhI{mHsHjhI{UmHsH"jhI{UmHnHsH!tHu$hGhI{CJOJQJaJmHsHFfFf$Ifgd@@ADEFGOPS_`efght|jXF"hwCJOJQJ^JaJmHsH"h';CJOJQJ^JaJmHsH"hGCJOJQJ^JaJmHsH.hQ+ho5CJ(OJQJ\^JaJ(mHsH.hQ+hw5CJ(OJQJ\^JaJ(mHsH.hQ+hyD5CJ(OJQJ\^JaJ(mHsH.hQ+hI{5CJ(OJQJ\^JaJ(mHsH"hI{CJOJQJ^JaJmHsH"hoCJOJQJ^JaJmHsH=>@BDFHIJKLNOPQRS_acegikmoqgdI{Ff$$Ifgd@lyfyRyRyRyyRyRy'hhS@6CJOJQJaJmHsH$hhx/YCJOJQJaJmHsH$hhS@CJOJQJaJmHsH$hh!CJOJQJaJmHsH'hUhqi5CJOJQJaJmHsH$hhW{DCJOJQJaJmHsH'hhqi6CJOJQJaJmHsH$hh\CJOJQJaJmHsH$hhqiCJOJQJaJmHsHl?@G,:U` y xeQe>$hhx/YCJOJQJaJmHsH'hhx/Y6CJOJQJaJmHsH$hhx/YCJOJQJaJmHsH'hu&hx/Y5CJOJQJaJmHsH'hhx/Y5CJOJQJaJmHsH$hhOCJOJQJaJmHsH'hh\6CJOJQJaJmHsH$hhiuCJOJQJaJmHsH$hh\CJOJQJaJmHsH$hhCJOJQJaJmHsH@ Y!d"9##M$$k$!dh`a$gd2$&F!Vdh^`Va$gd!|$!dha$gd$&F2p!dh^`a$gd!|$!dh`a$gdx/Y$!dh`a$gdu&$!dha$gd\y X!Y!`!b!9###L$M$$$%%&&&&&&3'q]]III'h*h2>*CJOJQJaJmHsH'h h25CJOJQJaJmHsHhlCJOJQJaJmHsH$hhlCJOJQJaJmHsHh2CJOJQJaJmHsHh^;CJOJQJaJmHsH$hh*CJOJQJaJmHsH$hhuCJOJQJaJmHsH$hhx/YCJOJQJaJmHsH$hh@CJOJQJaJmHsH$%&&o''()*C***++$!dh^a$gd $&Fg!nWdh^n`Wa$gd2$!OVdh^O`Va$gd $!Odh^O`a$gd2$&Fg!dha$gd23'4'T'V'Z']'`'b'f'h''''''''''''8(((((((n^K^Kn$h26CJOJQJ]aJmHsHh2CJOJQJaJmHsH$h*h2CJOJQJaJmHsH$h*h2CJOJQJaJmHsH'h h25CJOJQJaJmHsH!h2>*CJOJQJaJmHsH$h*h2CJOJQJaJmHsH'h*h2>*CJOJQJaJmHsHh2CJOJQJaJmHsHh CJOJQJaJmHsH((****++++++,,g,lXD1$hh)CJOJQJaJmHsH'hh5CJOJQJaJmHsH'hh)5CJOJQJaJmHsH'hh5CJOJQJaJmHsH'hfh5CJOJQJaJmHsH'hfhf5CJOJQJaJmHsHh CJOJQJaJmHsHheCJOJQJaJmHsH$h*h2CJOJQJaJmHsHh2CJOJQJaJmHsH'h h25CJOJQJaJmHsH++,l-K..*/q///0R00tttttt$&F8Vdh^`Va$gd!|$dh`a$gd$l$&Fdh`a$gdf$!dh`a$gd$l$!dh`a$gdRf$&F!d`a$gd28$!dha$gdfg,y,z,----..H.J.U.V........*//00000*1paRhhCJOJQJaJhh$lCJOJQJaJhqCJOJQJaJmH!sH!hhRfCJOJQJaJ"hhRfCJOJQJ\]aJ$hfhCJOJQJaJmHsH$hh$lCJOJQJaJmHsH$hhRfCJOJQJaJmHsH$hfhCJOJQJaJmHsH$hfh)CJOJQJaJmHsH*1+1E2F2z4{4|4}4~44555o6u6777|hhTA.A$hhCJOJQJaJmHsH$hh}.]CJOJQJaJmHsH'hfhd]5CJOJQJaJmHsH'hh)5CJOJQJaJmHsH$hh9>CJOJQJaJmHsHh9>CJOJQJaJmHsHh6CJOJQJaJmHsH$hhdB*CJOJQJaJmHsH$hhCJOJQJaJmHsHhh)CJOJQJaJh!CJOJQJaJmHsHh!CJOJQJaJ0F24|4}4~4455777m99x$&F!Vdh^`Va$gd!|$!dh`a$gd$&F!dh`a$gdf$&F!dh`a$gd28$!dh`a$gdk$!dh`a$gddB*77777l9m99:E::::yfS@-$h6h6CJOJQJaJmHsH$h6hCJOJQJaJmHsH$h6hd]CJOJQJaJmHsH$hhd]CJOJQJaJmHsH$hhd]CJOJQJaJmHsH$hhXCJOJQJaJmHsH$hhCJOJQJaJmHsH'hhd]5CJOJQJaJmHsH'hhX5CJOJQJaJmHsH$hhdB*CJOJQJaJmHsH$hhCJOJQJaJmHsH9:E::::E;y;;;uY$&F!Vdh^`Va$gd!|$!dh^a$gdd$!dh^`a$gdx$!8rdh^8`ra$gdx$!*dh^*`a$gdk$!dh^`a$gdd]$&F!dh^`a$gd!|::::::::::E;F;I;y;;;;3>>>>?$&F!dh^`a$gd!|$&F!Vdh^`Va$gd!|$&F!dh^`a$gd!|$!dh^a$gdf$!dh^a$gd0e:X>>/@0@?@U@V@@@AAA~AAAAA&B{{hUU$hh%uCJOJQJaJmHsH$hhCJOJQJaJmHsH$hhd]CJOJQJaJmHsH$hhHhCJOJQJaJmHsH$hhUCJOJQJaJmHsH$hhd]CJOJQJaJmHsH$hhUCJOJQJaJmHsH$hhUCJOJQJaJmHsH$hhUCJOJQJaJmHsH?:?]??/@0@V@@@@@@A;AWAAA$&F!Wdh^`Wa$gd!|$&F!dh^`a$gd!|$!dh^a$gdd]$&F!dh^`a$gd!|AAA(B)B7BFB&DE-FFGGGvvvv$&Fhdh^ha$gd $dh`a$gd $&Fhdh^ha$gd $dh`a$gd $!dha$gdf$!7dh^7a$gd9>$&F!7dh^7`a$gd!|&B'B(B)B,B6B7BEBFBCCBDDziVCV0$hh?vCJOJQJaJmHsH$hhMCJOJQJaJmHsH$hh?vCJOJQJaJmHsH!h 5CJOJQJaJmHsH'hh?v5CJOJQJaJmHsH'hh-5CJOJQJaJmHsH'hfh5CJOJQJaJmHsH'hfhf5CJOJQJaJmHsH$hh9>CJOJQJaJmHsHh-CJOJQJaJmHsH$hh-CJOJQJaJmHsHDDEEGG|HHIIIIyJJKtLxMyMQQQXRwRxRxeVGhh=CJOJQJaJhfh?CJOJQJaJ$hh?vCJOJQJaJmHsHh-CJOJQJaJ$hh?vCJOJQJaJmHsHhh?v5CJOJQJaJ$hh?vCJOJQJaJmHsHhh?vCJOJQJaJhh?CJOJQJaJ$hh?vCJOJQJaJmHsH'hh?v5CJOJQJaJmHsHGBH_H|HIJyJJK3KKKtLLLxMyMN$dh`a$gd $&Fhdh^ha$gd $dha$gd $dh`a$gd $&Fhdh^ha$gd N`OKPP#QkQQQ6SuSSSUmUBV~VV&Fh^hgd $&F8dh`8a$gd $&Fhdh^ha$gd $8dh`8a$gd $&Fhdh^ha$gd xRyRRRRRSS!S4S5S6SS}V~VV.W/WWWWWYYYnnnn[H$hh?CJOJQJaJmHsH$hh?vCJOJQJaJmHsH$hh?vCJOJQJaJmHsHhh?vaJmHsH'hh?v6CJOJQJaJmHsH$hh?vCJOJQJaJmH!sH!hfCJOJQJaJmH!sH!h9>6CJOJQJaJhh?v6CJOJQJaJhh?vCJOJQJaJhhp2CJOJQJaJV/WWWXY[K[x[\{]^.```$dh`a$gd $&F

hhdh^ha$gd $hhdh^ha$gd $&F

h0dh`0a$gd $dh`a$gd $dha$gd $&Fhdh^ha$gd YYZZZZZ[[z]{]``abdddZetaPhZhyhhh~~~~~~~$&F!dh^`a$gd!|$!dh`a$gd $!dh`a$gd $!dh`a$gd $!dh`a$gd $!dh`a$gd Ze[eeeveweee]fffgg g!gFggg=hzzgTAT.T$hhCJOJQJaJmHsH$hh}FpCJOJQJaJmHsH$hhkCJOJQJaJmHsH$hhCJOJQJaJmHsH'hhC~6CJOJQJaJmHsH$hhC~CJOJQJaJmHsH'hh5CJOJQJaJmHsH'hhC~5CJOJQJaJmHsH'hhHa5CJOJQJaJmHsH$hVhC~CJOJQJaJmHsHhVCJOJQJaJmHsH=h>hhhhhhhhhhhhhiiAjRj@kkkkk3lylnn}j}W}D$hhZ$CJOJQJaJmHsH$hhcCJOJQJaJmHsH$hhCJOJQJaJmHsH$hhcCJOJQJaJmHsH$hho?CJOJQJaJmHsH$hhRCJOJQJaJmHsH'hhk5CJOJQJaJmHsHhVCJOJQJaJmHsH$hhkCJOJQJaJmHsH$hhCJOJQJaJmHsHhhhSjkn>ndo?pGr=stu$!dh`a$gdM$!dh`a$gdy$!dha$gdy$!dha$gdZ$$!ndh`na$gdk$!Sdh`Sa$gdk$!dh`a$gdkn>n`ocodoq r!rBrFrGrrr6sCJOJQJaJmHsH$hhMCJOJQJaJmHsH'hhy5CJOJQJaJmHsHuu;uVWKUVWPkd8$$IflFxX 0X 64lalhdh$Ifgddh$Ifgd$dha$gd $&F+hOdh$If^O`a$gd!|!$&F+h\dh$If^\`a$gd!|$&F+\dh$If^\`a$gd!|3yiidYJJ$dh`a$gd$dha$gdgd$hdha$gdkd>9$$IflFxX 0X 64lalgk*4;?!"#$|iS*hh5CJOJQJ\aJmHsH$h5CJOJQJ\aJmHsH*hh5CJOJQJ\aJmHsH$hhCJOJQJaJmHsH"hh6CJOJQJ]aJhh6CJOJQJaJhhCJOJQJaJ"hh5CJOJQJ\aJh5CJOJQJ\aJhhaJ #$hdh$Ifgd$ldh^la$gd$dh`a$gd$dh`a$gd$dh`a$gd$&}:J{eR*]hhhh6])>J+C6AZ&Mdhgd$dha$gdU255 5S5T5U5V5H$$Iflrh%!/ywvt0644laytQ'aV5W5Y55555H$$Iflrh%!/ywvt0644laytQ'a5555555Hdhgddhgd'kdA$$Iflrh%!/ywvt0644laytQ'a+676?6Q6a6b6d66@kdmB$$Iflrh#p.

t0G"44laytQ'adh$Ifgd'66666666@kdDC$$Iflrh#p.

t0G"44laytQ'adh$Ifgd'66666677787@kdD$$Iflrh#p.

t0G"44laytQ'adh$Ifgd'8797:7dhgddhgd'kdF$$Iflrh#p.

t0G"44laytQ'a88#8384868X8Y8@kdwG$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'adh$Ifgd'Y8Z8[8\8^8w8x8y8@kdNH$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'adh$Ifgd'y8z8{8}88888@kd%I$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'adh$Ifgd'8888888L@@@@@dh$Ifgd'kdI$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'a8888888L@@@@@dh$Ifgd'kdJ$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'a8889999L@@@@@dh$Ifgd'kdK$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'a999!9"9#9$9L@@@@@dh$Ifgd'kdL$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'a$9%9'949596979L@@@@@dh$Ifgd'kdXM$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'a7989:9G9H9I9J9L@@@@@dh$Ifgd'kd/N$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'aJ9K9N9[9\9]9^9L@@@@@dh$Ifgd'kdO$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'a^9_9b9o9p9q9r9L@@@@@dh$Ifgd'kdO$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'ar9s9t9999LD9--dh$Ifgd' &F>dhgddhgd'kdP$$IflrhN#j.

t0G"44laytQ'a99999999@kdQ$$Iflrh#p.

t0G"44laytQ'adh$Ifgd'99999':(:):@kdbR$$Iflrh#p.

t0G"44laytQ'adh$Ifgd'):*:+:-:L:M:N:O:@kd9S$$Iflrh#p.

t0G"44laytQ'adh$Ifgd'O:P:R:::::L@@@@@dh$Ifgd'kdT$$Iflrh#p.

t0G"44laytQ'a:::::LDD1$dh^`a$gd 4dhgd'kdT$$Iflrh#p.

t0G"44laytQ'a::::;);g;v;t??(?~o`o`o`o`QBQhVohJYCJOJQJaJhVohv:CJOJQJaJhVohECJOJQJaJhVoh^CJOJQJaJhVoh&h5CJOJQJaJhVoh$dd $&FOVdh^`Va$gd$dh`a$gd)$dh`a$gd$$$Ifl{YI9in6!#''R''P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt78G$$IfT!vh55R55P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#vR#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,55R55P5555&9////aTpyt78kdUD$$Ifl{YI9in6!#''R''P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt78G$$IfT!vh55R55P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#vR#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,55R55P5555&9////aTpyt78kdJ$$Ifl{YI9in6!#''R''P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt78G$$IfT!vh55R55P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#vR#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,55R55P5555&9////aTpyt78kdP$$Ifl{YI9in6!#''R''P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt78w$$IfT!vh5)#v):Vl)6,5)9/aTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd|W$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd]$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kdc$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kdj$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd,p$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kdXv$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd|$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt78w$$IfT!vh5)#v):Vl)6,5)9/aTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kdU$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd1$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd]$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd9$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kde$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#&''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#&''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kdA$$Ifl{YI9in6!#&''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kdm$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kdI$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kdu$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd#$$Ifl{YI9in6!#&''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd)$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd/$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd%6$$Ifl{YI9in6!#'''P'P'P'P'P'P'P'P'P''''''''&)6LLLL44laTpyt78w$$IfT!vh5)#v):Vl)6,5)9/aTpyt789$$IfT!vh555P5P5P5P5P5P5P5P5P55555555v#v#vP#v#v#v#v&:Vl)6,555P5555&9////aTpyt78kd`TTitledhx#5CJOJQJ^JaJmHsHtHT/TLTitle Char'5CJOJQJ^J_HaJmHsHtHjj0Table Grid7:V0j@jL List Paragraph $^a$m$ CJOJPJQJaJmH!sH!tH88Lapple-style-spanb/"bPUDefault"7$8$H$-B*CJOJQJ^J_HaJmH!phsH!tH!Q>;XBody Text 31xCJaJ6U !6;XHyperlink>*B*phF/1F'0Header CharCJOJQJmHsHtH!.X A.'Emphasis6]*Q*'booktitle,a,'bookauthorDqDBody Text CharCJmHsHtH!PK![Content_Types].xmlj0Er(Iw},-j4wP-t#b{UTU^hd})*1P'^W0)T93\`?/[G\!-Rk.s..a?PK!6_rels/.relsj0}Q%v/C/}(h"O= C?hv=%[xp{_P$!)O^rC$y@/yH*)UDb`}"qJX^)I`nEp)liV[]1MGMGeD3Vq%'#q$8K)fw9:x}rxwr:\TZaG*y8IjbRc|XIu3KGnD1NIBsRuK>V.EL+M2#'fi~Vvl{u8zH*:(W~JTe\O*tHGHY}KNP*T9/#A7qZ$*c?qUnwN%Oi4=3P1Pm\\9M2aD];Yt\[x]}Wr|]g-eW)6-rCSjidDAIqbJ#x6k#ASh&t(Q%p%m&]caSl=X\P1Mh9MVdDAaVB[fJP|8AV^fHn-"d>zn>b&2vKyD:,AGm\nzi.uYC6OMf3or$5NHT[XF64T,M0E)`#5XY`;%1Um;R>QDDcpU'&LE/pm%]8firS4d7y\`JnIR3U~7+#mqBiDi*L69mY&iHE=(K&N!V.KeLD{DvEdeNe(MN9R6&3(a/DUz!%),/2;@JOCuwvzyxpqostrnm!%),/2;@JOR

CR*IIKN2'@Vzt>7}Crsv5tDly 3'(g,*17:X?ACEGIKOQUVX[_cdfhjkmoCMBhqb.5@5X5Z5t5v55555888888;;@@@EBFBBBCCNNMQ[QBGMN{~5?BCFguwuv:;tu #CDprZ\&'jk$DNOUVXclmvw$%/045;AKLVW]^djopz~"$67rs./BCNFGgh !8,IK68}&(-.9:DExdez{QR{|(0289>FLMUV`bflsty !)*238:CMX]abhiopz{#$*+12;BCHIQRWXbcmnuv|}6@AFGNOYZ_`eFP[bcmnu '/56>JPQ[\dgrs~$*./78=>FGOPUWabghmouv$eijnos}stz{dqsyzVWfnqrtvXcdmnst68RT#$'8=>EFMU !",-./013456;=>ABDEFGLNS`aefghistuvz{|}~_a !/5?@FGMNVWbdmt|}!"/056BDIJPQ[\abefmowx{| "*-3489?@JLSZ`agiwy~$&/067:;DJOPST[_`b)*MNBC78DF/0>@?@:;yzXY`acd4KM45######$$y$z$`%a%k%l%%%%%&&H&K&&&&&&&''''''''''''*'4'5':';'@'A'I'K'S'T'Z'['b'c'h'j'o'q'v'w'|'}'''''''''''''''''((( ('(((.(0(7(8(>(?(D(E(O(R(X(Y(_(`(e(g(m(o(s(t(y({((((((((((((((((((((((((((((())))))+)))))**A*F*Z,z,~,,,,--o.p.//////l1m1E2H2O2T2[2\2c2d2h2i2o2p2v2w2}2~222222222222E3N3W3^3f3p3w3}33333333333333333333333333333333344W4X44445555555555g6i666/808?8A8T8V8889999~9999&:):*:,:0:1:6:7:::E:F:J:K:b:;;B>>>>>>>>%>+>->7>8>?>@>J>K>P>R>]>^>b>h>l>m>t>u>}>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>????????!?"?+?,?3?:?@?H?O?Q?[?h?n?o?v?????????????????????@@@@@@@@)@*@0@1@8@9@A@B@L@M@Q@R@U@V@^@_@h@i@p@q@z@|@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@AAAAAAA A,A-A3A4A=A?AAABAFAGAJAKARASAVA\AgAhApAqAuAvAzA{AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAABBBBBBB&B'B1B2B4B5B:BFDFEFKFLFSFUF[F\FaFbFgFhFqFrFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFGGGGGGGG)G*G/G0G4G5GI?IDIEIRISIYIZIaIbIjIkIuIvIzI{I~IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIJJJJJJ J"J#J'J)J0J1J9J:JAJBJMJOJVJWJ]J^JgJiJlJyJJJJJJJJJJJJJJJJJJJKKK(K-K6KKKKKKKKKKLLLL%L&L*L+L/LDLLLMLXL`LjLkLoLpLwLxLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLMMMM M"M)M*M.M/M6M7MRDRERKRLRRRSRWRXR_R`RgRhRmRoRsRtR{R|RRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRSSSSSSS!S"S(S)S,S-S4S:SBSCSISKSRSSSVSWShSiSvSxSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSTTTTTTTT#T%T+T,T3T4T;TUAUBUNUPUUUVU[U]UbUcUgUhUmUnUtUvUyU{UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUVVVVVVVVVV(V)V/V0V6V7V>VCVIVJVQVRVYVZV_V`VdVeVhViVpVqVxVyV~VVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVWWWWWWWW#W%W.W/W6W7W=W>WHWIWMWNWSWTWYWZW^W_WcWlWqWrWwWxWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWXXXXXXXX!X"X&X'X+X.X8X9X?XAXHXIXRXSX\X]X`XaXjXoXsXtXyXzXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXYYYYYYYYYY Y!Y'Y(Y-Y3Y9Y:YAYGYPYQYVYWY_YaYlYmYpYqYzY{YYYYYYYYYYYYYZZm\\\Z][]e]f]u]w]]]^^___ _F_G___=`>`````````OaPaAbBbRbSbOcRccc3d8dAdBdIdJdOdPdYdZd`dfdidndwdydffffcgdggg j!jFjGjjjjj6k8kGHQRYZ]^dfmnbd0124IKik4668\],-')mn()KL&'&'DFUVTU89 ()/08>IJNOSTXY`akltv~"#)*67;>e>g>>>>>>>>>>>(?*?,?.?g?h?j?l???????????t@v@@@@@&A)A/A0A\A^A`AbAuAwAAAAABB?BABrBtBvBxBBBBB(C)CcCeCCCDDDDDD?EAEEEEEEEF F"F$FFFFFFFFFFF;G=G?GBG{G|G~GGGGGGGGGG;H=H?HAHHHHHHHHHIIIIII!J#J_JaJJJJJJJJJ&K(K|K}KKK=L?LLLLLMMMMMMNNNNNNOOOOnOpO$P%P/P1PPPQQQQQQQRRRRRSSGSHSSSSSSS5V6V@VAVVVVVVV(W*W\\?]@]O]P]]]^^e^g^u^v^^^__2_3_d_f_______````(`)`9`:`X`Y`^`_`````````aaa!a0a1aEaFaHaKa^a_arasabbbbccUdWddd'g(gNgPgXgYghhiiiijjBkDkUkWkikjkokpkmmmmYnZnqqqrrrrrrrrrrrrrrrrr%s's*s,s4s5sssssssssssssttttttntptstuttttttttttt,u-u0u2u>u?uzu{uuuuuuvvvwwyyQ|S|}}}}?~B~)*9;HI[\+-!"@AZ\no$+2:AD"#BCFG%+56T[x

RTIMz| HIvw)*UV>Boq-/ghcdDFpqIJ)*13lAEbqrNV5=ejk!l!."0"N"O"s#t##$$$%!%/%0%&&((((****,,8-:-. .8.;.//C/D/0011222244445555Q>??1?2?@@=@>@@@@ABBCBWBXBBBBBCCCCDDEEEEoFpFGGHHIIKKLLNNNNNNNNPOQOOOOO:P;PPPMQ[QgQhQQQQQQQ_RaRtRuRRRRR;SosEH|~6g:;bc$D{~"$67-/BCMN68WX:;|Emn67noWXuv?@]^#|}strsenuvX7834'(8T,-7;=>HLNS^_st()tu qr\cdCDnoL\_ijnofcgdg>h?hFjGj?mn()KL01bc]^qr&'78&'WXDFUVTU5689tu)u%}~FPS/coUa^iJIJ|}!#beJMINm68=?GUrv3W?C=K1XaMdgeiZ^"19:67dEI'5#'DH/1;k:;3tx7}`e?st&'MN(YZkm&(*+~,0_`O",68ab,-'8667777778!??@@@@@'AwABBsBBBBdCeChCCDDDD@EcFgF?GIG~GGHH8IGI#J`JaJJJ'K(KKKKLMOO1PQQQRS7SGS{TUU4VVV*WWWWWXX|X}XYYDYEYYYYYrZsZZZZZZZZZ[[[[[[\\=\>\\P]]]]^f^g^^^e_HaRabUcepfqfOgPgiiiijjOjPjnjojyjzjjjjk?kjkklllmmPnnnooppqqqrrrrttCwPwVww:zz}@~GJD333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333^___/_/____`(`:`X`Y`````````iiiimm!"$+-02:",w.-x:.>UKzpJM0NJ2M]OgNVW?PZX/P:>Q$b9/QRTS4Jg7dT@oT^-UAiWzaXW.p+YnZQ/[$6d\Fu]~r+]nW~c>Z^cVNOdb}=fXfh:}&"|~=ru^`o(.^`hH.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH. ^ `o(.^`.PLP^P`L. ^ `.^`.L^`L.^`.``^``.0L0^0`L.^`o()^`hH.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.8^8`o(.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L.h^`o(hH)h^`o(hH()h``^``o(hH)h@@^@`o(hH.^`o(.^`o()h^`OJQJo(hH^`o(.hPP^P`OJQJo(hHh^`o(.^`o(.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.8^`o(.pp^p`o(hH.@@^@`o(.^`OJQJo(^`OJQJ^Jo(o^`OJQJo(^`OJQJo(P^P`OJQJ^Jo(o ^ `OJQJo(^`o(.^`OJQJ^Jo(o^`OJQJo(x^x`OJQJo(H^H`OJQJ^Jo(o^`OJQJo(^`OJQJo(^`OJQJ^Jo(o^`OJQJo(^`o(.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.8^8`o(.8^8`.L^`L.^`.^`.xL^x`L.H^H`.^`.L^`L.hh^h`o(.88^8`B*OJQJo(phL^`L.^`.^`.xLx^x`L.HH^H`.^`.L^`L.^`o(.^`hH.pL^p`LhH.@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PL^P`LhH.L^`Lo(hH^`o(.pLp^p`LhH.@@^@`OJPJQJ^J.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`o(.^`o(()$^$`o(.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.8^8`o(.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L.h88^8`o(()^`56o(()h^`OJQJo(h^`OJQJo(hxx^x`OJQJo(ohHH^H`OJQJo(h^`OJQJo(h^`OJQJo(oh^`OJQJo(:^`:o(hH.^`hH.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.8^8`o(.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L.^`OJPJQJ^J.pp^p`OJQJo(hH^`o(.^`OJPJQJ^J.^`hH.L^`LhH.^`hH.PP^P`hH. L ^ `LhH.8^8`o(.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L. ^ `o(.^`.PLP^P`L. ^ `.^`.L^`L.^`.``^``.0L0^0`L.8^8`.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L.^`o(.k^`ko(()pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.^`o(.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.h^`hH)^`o(.nNn^n`No(.h@@^@`hH.h^`hH.hL^`LhH.h^`hH.h^`hH.hPLP^P`LhH. ^ `o(.^`.PLP^P`L. ^ `.^`.L^`L.^`.``^``.0L0^0`L.8^8`o(.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L.^`o(.^`o()pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`o(.^`.$$^$`o(hH.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.^`o(.h^`o(hH.h$$^$`o(hH.@@^@`o(hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.VV^V`.^`.pp^p`.@@^@`.^`.^`.^`.^`.PP^P`.h^`hH.h^`o(hH)hdd^d`hH.h^`hH.hPP^P`hH.h L ^ `LhH.h^`hH.h!!^!`hH.h$L$^$`LhH.^`o(.^`B*OJPJQJ^Jph.0^`0B*o(ph...0^`0B*o(ph....^`B*o(ph.....^`B*o(ph......`^``B*o(ph.......`^``B*o(ph........^`B*o(ph......... ^ `o(.^`.PLP^P`L. ^ `.^`.L^`L.^`.``^``.0L0^0`L.8^8`.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L.^`o(.^`o(.h$$^$`o(hH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`o(.ZZ^Z`hH.*L*^*`LhH.^`hH.^`hH.L^`LhH.jj^j`hH.::^:`hH.L^`LhH.h^`hH.h^`hH.hpLp^p`LhH.h@@^@`hH.h^`hH.hL^`LhH.h^`hH.h^`hH.hPLP^P`LhH.88^8`o(.^`.L^`L.^`.xx^x`.HLH^H`L.^`.^`.L^`L.^`o(.^`hH.pL^p`LhH.@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PL^P`LhH.^`OJQJo(^`o(.pp^p`OJQJo(@@^@`OJQJo(^`OJQJ^Jo(o^`OJQJo(^`OJQJo(^`OJQJ^Jo(oPP^P`OJQJo(^`o(.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.^`o(.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.^`o(()^`o(.L^`LhH.^`hH.RR^R`hH."L"^"`LhH.^`hH.^`hH.L^`LhH.^`o(.^`.pL^p`L.@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PL^P`L.^`5o(.p^p`.@L^@`L.^`.^`.L^`L.^`.P^P`. L^ `L.8^8`o(.p^p`.@L^@`L.^`.^`.L^`L.^`.P^P`. L^ `L.8^8`o(.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L.^`o()^`hH.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`o(()^`.L^`L.^`.xx^x`.HLH^H`L.^`.^`.L^`L.h88^8`hH.h^`hH.hL^`LhH.h^`hH.hxx^x`hH.hHLH^H`LhH.h^`hH.h^`hH.hL^`LhH.88^8`o(hH.^`hH.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.h^`o(hH)^`hH.33^3`o(.OO^O`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH._L_^_`LhH.^`o(.p^p`.@L^@`L.^`.^`.L^`L.^`.P^P`. L^ `L.^`o(.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.VV^V`.^`.pp^p`.@@^@`.^`.^`.^`.^`.PP^P`.^`o(.L^`LOJPJQJ^J.pLp^p`LOJPJQJ^J.@@^@`o(.^`o(.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.44^4`OJPJQJ^Jo(hH.^`hH.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`o(.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.8^8`.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L.^`o(hH.^`hH.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`o(.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.h$^$`hH.h^`hH.hL^`LhH.h^`hH.hd^d`hH.h4L^4`LhH.h^`hH.h^`hH.hL^`LhH.88^8`o(hH.^`hH.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`o(.^`o()pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.8^8`o(.^`.pL^p`L.@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PL^P`L.^`o(.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.^`o(()^`o(.L^`L.^`.xx^x`.HLH^H`L.^`.^`.L^`L.^`OJPJQJ^J.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.VV^V`.^`.pp^p`.@@^@`.^`.^`.^`.^`.PP^P`.^`o()^`o(.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.@@^@`o(.^`o(.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.^`o()L^`LOJPJQJ^J)33^3`o(.OO^O`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH._L_^_`LhH.^`o(.^`5o(.h$$^$`o(hH.h$$^$`o(hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.h^`o(hH)^`o()$$^$`o(.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.;^`;o(hH)TT^T`o(hH)$$^$`o(.@@^@`o(.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`o(.p^p`OJQJ^Jo(o@^@`OJQJo(^`OJQJo(^`OJQJ^Jo(o^`OJQJo(^`OJQJo(P^P`OJQJ^Jo(o ^ `OJQJo(^`o(.^`.pL^p`L.@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PL^P`L.h^`CJaJo(hH.h^`OJQJ^Jo(ohpp^p`OJQJ^Jo(h@@^@`OJQJ^Jo(h^`OJQJ^Jo(oh^`OJQJ^Jo(h^`OJQJ^Jo(h^`OJQJ^Jo(ohPP^P`OJQJ^Jo(^`o()^`o(.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`OJPJQJ^J.pp^p`hH.^`o(.^`OJPJQJ^J.^`hH.L^`LhH.^`hH.PP^P`hH. L ^ `LhH.^`o(.^`.pL^p`L.@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PL^P`L.^`o(.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.hh^h`CJo(^`CJOJPJQJ^J)H0H^H`0CJo(..0^`0CJo(...(#(#^(#`CJo(....**^*`CJo(.....4`4^4``CJo(......;`;^;``CJo(.......DD^D`CJo(........h^`o(hH.^`hH.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.h^`CJaJo(hH.h^`OJQJ^Jo(ohpp^p`OJQJ^Jo(h@@^@`OJQJ^Jo(h^`OJQJ^Jo(oh^`OJQJ^Jo(h^`OJQJ^Jo(h^`OJQJ^Jo(ohPP^P`OJQJ^Jo(^`o(.`^``o()pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`o(.^`hH.pL^p`LhH.@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PL^P`LhH.^`o(.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.h^`hH)h^`hH.hpLp^p`LhH.h@@^@`hH.h^`hH.hL^`LhH.h^`hH.h^`hH.hPLP^P`LhH.^`OJQJo(^`OJQJ^Jo(op^p`OJQJo(@^@`OJQJo(^`OJQJ^Jo(o^`OJQJo(^`OJQJo(^`OJQJ^Jo(oP^P`OJQJo(VV^V`.^`.pp^p`.@@^@`.^`.^`.^`.^`.PP^P`. ^ `o(.^`.PLP^P`L. ^ `.^`.L^`L.^`.``^``.0L0^0`L.8^8`o(.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L.^`o(.^`.pLp^p`L.@@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PLP^P`L.VV^V`.^`.pp^p`.@@^@`.^`.^`.^`.^`.PP^P`.^`o(.^`hH.pLp^p`LhH.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`o(hH.^`o()$$^$`o(.@@^@`hH.^`hH.L^`LhH.^`hH.^`hH.PLP^P`LhH.^`OJQJo(^`o(.pp^p`OJQJo(@@^@`OJQJo(^`OJQJ^Jo(o^`OJQJo(^`OJQJo(^`OJQJ^Jo(oPP^P`OJQJo(8^8`o(.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L.8^8`6OJPJQJ^J.^`.L^`L.^`.x^x`.HL^H`L.^`.^`.L^`L.^`6OJPJQJ^J.h^`6o(.^`o(.^`.xx^x`.HLH^H`L.^`.^`.L^`L.^`o(.^`.pL^p`L.@^@`.^`.L^`L.^`.^`.PL^P`L.g&"3PXWtSUK9/QR>QA29MldZ^c7TS-V;&d#F7/P^m1:}*/OgN]Wp@1:Eu> BF`t!E!!!!!p60pD-QTlbH3TPrii(NbHfnF>oTlH:2pFaxZzFo")R3)"T:MfT^p2CLT+kkxO"qivnuo?*,wy&lHM!etvY)1BE;X1d5]R-2d56B{Ca}l=hwgV@V+fp5$MOrx)o*fFgZ?6~E{h"B*L*yl^%%LL|!&-3Lu " D> [O!r!"WR"G`"#,#M#Z$Y&u&'1$'Z'f'8(nm()H)*/|/`0_1W&1Z1m1)22vI2]2r\3b3a4D6iJ6_88,8287878p8z8W9>9i9:UO:0e:ie:v:';D;w;+&?A?[@D?@p_A8~ABVBaNCDFD~iDW{D}E1EzEGGG|BGm^GH|6HAH1IEIYHIJJaJKc'K-KAKLxL}L9MhMNOOfOs!PYPt=QIQaQR-R(SwST2T3T$4T"qTU}UbUcUVnTVdV$k.^8L`lW#kbqU2XZ>D5hj7\(Ei!;. 4vY{CP6,2Ilb::Rii]$CHQRk%8qLlqI&S'I>*Bm5BTUyc-o9!`2yD2&.7d?TS@7+?rE'O:"r!%3>d5@Jd!AcG^F`gD?+j$=0Fapn !MwzEAnMY>!*N9cj`QUq_l^;HY.70t~.$/38V!^y,-[|p5;c)O3Z9A>$l5APgwtNVDl&vOBHWXq)5PUSC!bT2,FM_{Q{e&FWZ~N\4y&h)O" YCM$>EZ1.a3L:f amnQd@XC`@UnknownG* Times New Roman5Symbol3.* Arial7.@CalibriU5SimBrailleCourier NewO5BrailleCourier NewK"Univers Condensed;SimSun[SOS.Arial Rounded MT Bold5.*aTahoma9Palatino;Wingdings?=* Courier NewA$BCambria Math"1hSaF8_"jH_"jH!4^^q2qHP?:2]!xx$GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IDOIUMcasByte-Xg

!"#$%&'()*+,-./0123456789:;?@ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ[\]^_`abcdefOh+'08DP\hpx(GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IDOIUMcasNormalByte-X56Microsoft Office Word@m@v1&@ ]@#0j_".+,0hpcascompH^%GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IDOIUMTitle

!"#$%&'()*+,-./0123456789:;?@ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ[\]^_`abcdefghijklmnopqrstuvwxyz{|}~

!"#$%&'()*+,-./0123456789:;?@ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ[\]^_`abcdefghijklmnopqrstuvwxyz{|}~

!"#$%&'()*+,-./0123456789:;?@ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ[\]^_`abcdefghijklmnopqrstuvwxyz{|}~

!"#$%&'()*+,-./0123456789:;?@ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ[\]^_`abcdefghijklmnopqrstuvwxyz{|}~

!"#$%&'()*+,-./0123456789:;?@ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVXYZ[\]^_`abcdefghijklmnopqrstuvwxyz{|}~

!"#$%&'()*+,-./0123456789:;?@ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXY[\]^_`acdefghivRoot EntryF&D0xDataoX1TableWaWordDocumentDRSummaryInformation(ZDocumentSummaryInformation8bCompObjyF'Microsoft Office Word 97-2003 DocumentMSWordDocWord.Document.89q